Upload
santoimam
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penjadwalan agregat (perencanaan agregat) menyangkut
penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam
waktu dekat, seringkali 3-18 bulan ke depan. Manajer operasi
berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan
permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat
kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur,
tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat
dikendalikan. Tujuan proses produksi biasanya adalah
meminimisasi biaya sepanjang periode perencanaan. Meskipun
begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting
daripada biaya yang rendah. Strategi-strategi ini mungkin
mencakup usaha memuluskan tingkat kebutuhan tenaga kerja,
menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat
pemenuhan kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa memandang
berapa biaya yang dikeluarkan1.
Tujuan pembahasan dari materi ini adalah menjelaskan
keputusan perencanaan agregat, untuk menunjukkan bagaimana
rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses
perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan
para manajer dalam mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini,
1 http://slank-schatzymansion.blogspot.com/2011/02/manajemen-operasi.html[diakses pada 20 Februari 2014]
1
penekanan dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur
maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.
Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan
penyediaan bahan baku. Besar kecilnya persediaan kapasitas
yang diproduksi tergantung pada banyak sedikitnya bahan baku
yang tersedia di suatu Perusahaan.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh
perusahaan harus tetap mengedepankan kualitas barang yang
diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini
berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang
yang berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan
resiko penyimpanan.
Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika
kapasitas produksi pada satu waktu diperlukan barang
persediaan yang relatif banyak maka kapasitas produksi
sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini
adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari perencanaan agregat?
2. Bagaimanakah proses perencanaan agregat itu?
3. Apakah fungsi dari perencanaan agregat?
4. Apakah tujuan dari perencanaan agregat?
5. Bagaimana strategi – strategi dalam perencanaan agregat?
6. Apa sajakah metode yang dipakai dalam perencanaan
agregat?
2
7. Apakah itu biaya perencanaan agregat?
8. Apa sajakah perencanaan agregat di sektor jasa?
9. Apa sajakah kharakteristik dari perencanaan agregat?
10. Apakah hubungan tugas perencanaan agregat dengan tugas
dan tanggung jawab?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui pegertian dari perencanaan agregat;
2. Mengetahui proses untuk melakukan perencanaan agregat;
3. Mengetahui fungsi dan tujuan dari perencanaan agregat;
4. Mengerti akan strategi – strategi dalam perencanaan
agregat;
5. Mengerti akan metode yang dipakai dalam perencanaan
agregat;
6. Mengetahui tentang biaya perencanaan agregat;
7. Mengetahui macam-macam perencanaan agregat di sektor
jasa;
8. Mengetahui kharakteristik dari perencanaan agregat;
9. Mengerti akan hubungan tugas perencanaan agregat dengan
tugas dan tanggung jawab.
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
3
a) Memperluas wawasan masyarakat tentang seluk beluk
manajemen (perencanaan) agregat;
b) Mengajak masyarakat agar memiliki perencanaan agregat
dalam usahanya;
c) Memberikan gambaran konsep tentang manajemen (perencanaan
agregat) guna sebagai acuan referensi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERENCANAAN AGREGAT
Seperti telah diisyaratkan dengan istilah “agregat”, maka
rencana agregat berarti menggabungkan sumber daya yang sesuai
ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh.
dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas,
persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang saling
berkaitan, maka perencanaan harus memilih tingkat output unutk
fasilitas selama tiga hari sampai delapan belas bulan ke
depan. Perencanaan ini diantaranya bisa diterapkan untuk
perusahaan manufaktur, rumah sakit akademi serta penerbit
buku. perencanaan agregat merupakan bagian dari sistem
perencanaan produksi yang lebih besar, sehingga pemahaman
mengenai keterkaitan antara rencana dan beberapa faktor
internal dan eksternal merupakan sesuatu yang berguna2.
2 Dwiningsih, 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Gunawidya.Jakarta, hal. 75
4
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional
untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa
yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk
menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau
jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input,
transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP
dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder
level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai
Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya
dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas
dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3
hingga 18 bulan ke depan)3. Perencanaan agregat dapat digunakan
dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang
diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga
kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat
subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan
kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas
dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan
Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
2.2 PROSES PERENCANAAN AGREGAT
3 Ibid, hal. 76
5
Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat
sebagai berikut4.
a. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut
perencanaan produk baru, biaya perluasan dan sebagainya.
Long Range Plans ditetapkan oleh manajer pucak.
b. Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut
rencana penjualan, rencana produksi, rencana inventory,
anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range
plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.
c. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut
job assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans
ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor
dan operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut,
perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu
Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi
perusahaan.
Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara
perencanaan fasilitas di satu pihak dan penjadwalan dipihak
lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan perencanaan
agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang pendek
(beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan
4 http://hermantosimbolon.blogspot.com/2013/06/perencanaan-agregat.html[diakses pada 20 Februari 2014]
6
perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan
perolehan sumber daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan
pengalokasian sumber daya yang tersedia terhadap pekerjaan dan
pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus dilakukan antara
perolehan sumber daya melalui penjadwalan.
2.3 FUNGSI PERENCANAAN AGREGAT
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan
suatu proses penetapan tingkat output/kapasitas produksi
secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang
diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu5:
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi
konsisten terhadap rencana strategi perusahaan;
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi;
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap
rencana produksi;
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana
produksi dan membuat penyesuaian;
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai
target dan membuat penyesuaian;
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk
produksi;
5 Edy, Herjanto. 2007. Manajemen Operasi edisi ketiga. Jakarta: PT Grasindo,hal. 83
7
7. Alat komunikasi antara managemen teras (top
management) dan manufaktur.
2.4 TUJUAN PERENCANAAN AGREGAT
Tujuan dari perencanaan agregat adalah menetapkan tingkat
output untuk jangka menengah dan sedang dalam menghadapi
fluktuasi dan ketidakpastian permintaan. perencanaan agragat
merupakan suatu perencanaan yang meliputi tidak hanya output
produksi tetapi juga sumber dayadan persediaan yang akan
memepengaruhi tingkat permintaan pelanggan. sehingga
perencanaan agregat menyangkut semua fungsi yang ada didalam
perushaan(Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan
Operasi. Salemba Empat. Jakarta).
Perencanaan agregat memperhatikan penentuan kuantitas dan
waktu produksi pada jangka menengah, biasanya antara 3 hingga
18 bulan ke depan. Para manajer produksi berusaha untuk
menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang
diramalkan dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga
kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat
subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Pada
umumnya, tujuan perencanaan agregat adalah memperkecil biaya
pada perioda perencanaan. Bagaimanapun, terdapat isu strategis
lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah.
Strategi tersebut mungkin untuk memperlancar tingkat
ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
8
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa tujuan
perecanaan agregate antara lain:
1) Sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas
produksi;
2) Sebagai masukan perencanaan sumber daya;
3) Stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap
fluktuasi permintaan.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat
antara lain:
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan
dan output;
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan
jangka menengah yang layak pada waktu agregat;
3. Metode untuk menentukan biaya;
4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya
sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk
periode perencanaan.
2.5 STRATEGI – STRATEGI PERENCANAAN AGREGAT
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer
operasi dalam merumuskan rencana agregat yaitu6:
1) Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan
selama periode permintaan ?
2) Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara
mengubah jumlah tenaga kerja?
6 Heizer, J. (2010). Manjemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat, hal. 273
9
3) Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau
waktu lembur dan waktu kosong untuk menghadapi
fluktuasi ?
4) Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi
pesanan yang fluktuatif sehingga dapat mempertahankan
jumlah tenaga kerja yang stabil?
5) Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk
mempengaruhi permintaan?
Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar.
Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai
produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas, dan variabel lain
yang dapat dikendalikan.
Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima
pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option)
sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan
tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan.
Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan
(demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi
perubahan pola permintaan selama periode perencanaan7.
2.5.1 Pilihan Kapasitas
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar
(produksi) berikut:
a) Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama
periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan7 https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-perencanaan-agregat [diakses pada 20 Februari 2014]
10
yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini
dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan
penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan,
pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15%
hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya).
Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana
permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi
dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang
disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan
pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
b) Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau
memberhentikan. Salah satu cara untuk memenuhi
permintaan adalah dengan mengkaryakan atau
memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan
tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru
memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata
menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa.
Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral
semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas
yang lebih rendah.
c) Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan
dengan meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam
kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja
11
pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika
permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan
seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah
lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu
banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja
secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat
menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan
untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada
sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan harus
mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan
proses yang sulit.
d) Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas
sementara dengan melakukan subkontrak selama periode
permintaan tinggi. Bagaimana pun, subkontrak, memiliki
beberapa kekurangan antara lain :
Mahal;
Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi
pesaing;
Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang
sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu
tepat waktu.
e) Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu
dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil.
12
Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran,
dan supermarket.
2.5.2 Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut:
a) Mempengaruhi permintaan
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat
mencoba untuk meningkatkan permintaan melalui iklan,
promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan
penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon
akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon
membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari;
beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga
senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada
waktu musim dingin. Bagaimana pun, bahkan iklan khusus,
promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu
mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas
produksi.
b) Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa
yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara
sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu.
Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak
baik mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah
strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan
13
menggunakan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan ini
sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
c) Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang
berbeda)
Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara
luas digunakan para pengusaha manufaktur adalah
mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan
dari barang counterseasonal. Contohnya adalah
perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan
atau mesin pemotong rumput dan penyingkir salju.
Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini
mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk
atau jasa di luar area keahlian atau target pasar
mereka.
2.5.3 Pilihan Campuran
Walaupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan
permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang
efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan
pilihan permintaan mungkin akan lebih baik.
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa
penggunaan pilihan permintaan telah diteliti secara menyeluruh
oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu
digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu
membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu.
Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam
14
otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan
rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :
a) Strategi perburuan (chase strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai
tingkat output bagi setiap periode yang memenuhi prediksi
permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat
terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager
operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan
merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat
memvariasikan produksi dengan waktu lembur, waktu kosong,
karyawan paruh waktu, atau subkontrak.
b) Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy)
Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap
sama dari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota
dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan
yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang
jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan
dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi
karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik
ketika permintaan stabil.
2.6 METODE PERENCANAAN AGREGAT
Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk
mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih
tepat, diantaranya8:8 http://yanci-anak-toraja.blogspot.com/2011/05/perencanaan-agregat-
produksi-pada-bab_02.html [diakses pada 21 Februari 2014]
15
2.6.1. Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami.
Pada dasarnya, rencana rencana dengan grafis dan diagram ini
menangani variabel sedikit demi sedikit agar perencana dapat
membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang
tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal,
tatapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat
dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya.
Tahapan dalam metode ini adalah:
1. Tentukan permintaan pada tiap periode;
2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu
lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode;
3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan
biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan
persediaan;
4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat
diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan;
5. Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya
totalnya.
2.6.2 Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan
agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:
a. Metode Transportasi Dalam Program Linear
Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai
masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi
16
permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat
dapat dirumuskan dalam format program linear.
b. Linear Decision Rule
Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya
untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat
jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.Model
ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji,
rekrutmen, PHK, lembur, dan persediaan melalui
serangkaian kurva biaya kuadrat.
c. Management Coefficient Model
Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model
keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja
manajer. Teori yang mendasari adalah pengalaman masa
lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan.
Teknik ini menggunakan analisa regresi terhadap
keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu.
d. Simulasi
Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat
simulasi” yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin.
Pendekatan simulasi ini menggunakan prosedur pencarian
kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran
jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.
2.7 BIAYA PERENCANAAN AGREGAT
17
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat
antara lain :
Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk
iklan, proses seleksi dan training. Biaya training
merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang
direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena
semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan,
sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic.
Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus
mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK,
menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang
masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua
akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga
kerja yang akan ditanggung perusahaan.
3) Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya
menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan
output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150%
dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut,
adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan
karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila
perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan
18
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini
kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang
produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak
dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan
dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya
merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak
terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4) Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya
kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya
kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi
dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah
timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding cost)
yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi,
kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari
kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan
seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat
menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan
persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung
berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia.
Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi
berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal
penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS
(make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan)
akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain.
19
Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang
diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi
perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan
sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan
persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan
kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
5) Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas
regular, biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan
permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini
adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya
mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi
sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan
penyerahan dari kontraktor.
2.8 PERENCANAAN AGREGAT DI SEKTOR JASA
Pada kenyataan sektor jas seperti bank, usaha angkutan,
restoran cepat saji, penerapannya lebih mudah daripada di
perusahaan manufaktur. Pengendalian biaya tenaga kerja di
perusahaan jasa merupakan sesuatu yang penting. Pengendalian
Biayanya meliputi:
1. Pengendalian yang ketat atas jam kerja di perusahaan jasa
dapat dipastikan menghasilkan tanggapan cepat terhadap
respon konsumen.
20
2. Beberapa bentuk sumber tenaga kerja panggilan yang dapat
ditambahkan atau dihilangkan untuk memenuhi permintaan yang
tak terduga.
3. Fleksibilitas keahlianpekerja kerorangan yang memungkinkan
relokasi tenaga kerja yang ada.
4. Fleksibilitas keahlian pekerja peerorangan pada tingkat
output atau jam kerja untuk memenuhi permintaan yang sudah
diperkirakan.
Penerapan Perencanaan Agregat disektor jasa diantaranya
pada9:
a. Restoran
Pada jasa ini volume produknya tinggi maka diarahakan
pada:
pemulusan tingkat produksi;
penentuan ukuran jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan;
usaha mengelola permintaan untuk menjaga agar peralatan
dan pekerja tetap bekerja.
b. Industri Penerbangan
Perencanaan agregat mancakup jadwal atau table atas:
Jumlah penerbangan masuk dan keluar di setiap pusat;
Jumlah penerbangan di setiap rute;
9 http://marieffauzi.wordpress.com/2013/10/31/7-perencanaan-agregat-aggregate-planning/ [diakses pada 21 Februari 2014]
21
Jumlah penumpang yang harus dilayani di setiap
penerbangan;
Jumlah awak pesawat dan awak di darat yang dibutuhkan
pada setiap pusat dan bandara.
c. Rumah sakit
Masalah yang dihadapi adalah alokasi uang, staff,
perlengkapan untuk memenuhi permintaan pasien atas
pelayanan jasa rumah sakit yang bersangkutan.
d. Rantai Perusahaan Kecil Nasional
Contohnya adalah jasa foto copy, percetakan, pusat
computer, yang mana pertanyaan atas perencanaan agregat
vs perencanaan independent di setiap badan usaha menjadi
sebuah perhatian. Output dan pembelian dapat direncanakan
secara terpusat apabila permintaan dapat dipengaruhi
melalui promosi khusus. Pendekatan ini menguntungkan
karena mengurangi biaya pembelian dan periklanan dan
membantu arus kas di lokasi yang independent.
e. Jasa lain-lain
Seperti jasa keuangan, transportasi, komunikasi,
rekreasi, memeberikan output yang volumenya tinggi namun
tidak berwujud. Untuk jasa semacam ini lebih utama pada
perencanaan persyaratan sumber daya manusia (lihat bab
tentang sumber daya manusia) dan pengelolaan permintaan.
22
2.9 KHARAKTERISTIK PERENCANAAN AGREGAT
Berikut ini beberapa karakteristik yang menjadi cirri
dari perencanaan agregat, yakni:
1. Dinyatakan dalam kelompok produk atau famili
(aggregate);
2. Satuan unit tergantung jenis produk (ton, liter,
kubik, jam mesin atau jam orang);
3. Satuan unit dikonversikan ke bentuk satuan rupiah;
4. Setelah satuan unit ditetapkan maka factor konversi
juga harus ditetapkan;
5. Horizon perencanaan cukup panjang (5 tahun).
2.10 HUBUNGAN TUGAS PERENCANAAN AGREGAT DAN TUGAS TANGGUNG
JAWAB
Eksekutif puncak memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
hal:
1. Perencanaan jangka panjang (lebih dari satu tahun);
2. Penelitian & Pengembangan;
3. Rencana produk baru;
4. Penanaman modal;
5. Lokasi/perluasan fasilitas.
Manajer produksi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
hal:
1. Perencanaan Jangka Menengah (3 hingga 18 bulan);
2. Perencanaan penjualan;
3. Perencanaan produksi dan anggaran;
23
4. Menentukan tingkat ketenagakerjaan, persediaan,
level subkontrak;
5. Menganalisis rencana produksi.
Lain dari itu Manajer produksi juga bertugas dan
bertanggung jawab layaknya para penyelia dan mandor. Tugas dan
tanggung jawab dari para penyelia, mandor antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Rencana jangka pendek (hingga 3 bulan);
2. Penugasan pekerjaan;
3. Pemesanan;
4. Penjadwalan kerja;
5. Pengiriman;
6. Lembur;
7. Bantuan paruh waktu;
8. Tanggung jawab;
9. Perencanaan tugas dan horizon.
24
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 SIMPULAN
Perencanaan agregat merupakan suatu elemen yang penting
dalam proses produksi, yang juga berkaitan strategi operasi
yang digunakan oleh banyak perusahaan. Perusahaan harus
berhati-hati dalam menerapkan perencanaan agregat ini, karena
25
jika tidak maka perusahaan merugi, hal ini desebabkan
kapasitas barang yang di produksi ternyata berlebih, hal itu
biasanya menyebabkan banyak biaya-biaya tambahan yang harus
dikeluarkan perusahaan yang seharusnya dapat dinetralisir tau
dihindari sebelumnya.
3.2 SARAN
Setiap perusahaan diharapkan dapat membuat perencanaan
agregat dengan strategi yang paling baik dan memungkinkan
untuk setiap perusahaan sesuai dengan strategi operasi
perusahaan. Perusahaan harus jeli untuk melihat peluang kapan
perusahaan harus memproduksi lebih dan kapan perusahaan harus
memproduksi cukup suatu barang agar tidak ada barang-barang
yang berlebih dan tidak menimbulkan biaya-biaya lain yang
tidak dibutuhkan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dwiningsih. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Gunawidya:
Jakarta
Handoko, H. 1984. Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Heizer, J. 2010. Manjemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
Situs Internet
http://slank-schatzymansion.blogspot.com/2011/02/manajemen-
operasi.html
http://hermantosimbolon.blogspot.com/2013/06/perencanaan-
agregat.html
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-
perencanaan-agregat
http://yanci-anak-toraja.blogspot.com/2011/05/perencanaan-
agregat-produksi-pada-bab_02.html
http://marieffauzi.wordpress.com/2013/10/31/7-perencanaan-
agregat-aggregate-planning/
27