28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penjadwalan agregat (perencanaan agregat) menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat, seringkali 3-18 bulan ke depan. Manajer operasi berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat dikendalikan. Tujuan proses produksi biasanya adalah meminimisasi biaya sepanjang periode perencanaan. Meskipun begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting daripada biaya yang rendah. Strategi-strategi ini mungkin mencakup usaha memuluskan tingkat kebutuhan tenaga kerja, menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa memandang berapa biaya yang dikeluarkan 1 . Tujuan pembahasan dari materi ini adalah menjelaskan keputusan perencanaan agregat, untuk menunjukkan bagaimana rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan para manajer dalam mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini, 1 http://slank-schatzymansion.blogspot.com/2011/02/manajemen-operasi.html [diakses pada 20 Februari 2014] 1

Manajemen Operasi Lanjutan - Manajemen Agregat

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penjadwalan agregat (perencanaan agregat) menyangkut

penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam

waktu dekat, seringkali 3-18 bulan ke depan. Manajer operasi

berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan

permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat

kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur,

tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat

dikendalikan. Tujuan proses produksi biasanya adalah

meminimisasi biaya sepanjang periode perencanaan. Meskipun

begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting

daripada biaya yang rendah. Strategi-strategi ini mungkin

mencakup usaha memuluskan tingkat kebutuhan tenaga kerja,

menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat

pemenuhan kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa memandang

berapa biaya yang dikeluarkan1.

Tujuan pembahasan dari materi ini adalah menjelaskan

keputusan perencanaan agregat, untuk menunjukkan bagaimana

rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses

perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan

para manajer dalam mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini,

1 http://slank-schatzymansion.blogspot.com/2011/02/manajemen-operasi.html[diakses pada 20 Februari 2014]

1

penekanan dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur

maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. 

Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan

penyediaan bahan baku. Besar kecilnya persediaan kapasitas

yang diproduksi tergantung pada banyak sedikitnya bahan baku

yang tersedia di suatu Perusahaan.

Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh

perusahaan harus tetap mengedepankan kualitas barang yang

diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini

berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang

yang berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan

resiko penyimpanan.

Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika

kapasitas produksi pada satu waktu diperlukan barang

persediaan yang relatif banyak maka kapasitas produksi

sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini

adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengertian dari perencanaan agregat?

2. Bagaimanakah proses perencanaan agregat itu?

3. Apakah fungsi dari perencanaan agregat?

4. Apakah tujuan dari perencanaan agregat?

5. Bagaimana strategi – strategi dalam perencanaan agregat?

6. Apa sajakah metode yang dipakai dalam perencanaan

agregat?

2

7. Apakah itu biaya perencanaan agregat?

8. Apa sajakah perencanaan agregat di sektor jasa?

9. Apa sajakah kharakteristik dari perencanaan agregat?

10. Apakah hubungan tugas perencanaan agregat dengan tugas

dan tanggung jawab?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai

berikut.

1. Mengetahui pegertian dari perencanaan agregat;

2. Mengetahui proses untuk melakukan perencanaan agregat;

3. Mengetahui fungsi dan tujuan dari perencanaan agregat;

4. Mengerti akan strategi – strategi dalam perencanaan

agregat;

5. Mengerti akan metode yang dipakai dalam perencanaan

agregat;

6. Mengetahui tentang biaya perencanaan agregat;

7. Mengetahui macam-macam perencanaan agregat di sektor

jasa;

8. Mengetahui kharakteristik dari perencanaan agregat;

9. Mengerti akan hubungan tugas perencanaan agregat dengan

tugas dan tanggung jawab.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut.

3

a) Memperluas wawasan masyarakat tentang seluk beluk

manajemen (perencanaan) agregat;

b) Mengajak masyarakat agar memiliki perencanaan agregat

dalam usahanya;

c) Memberikan gambaran konsep tentang manajemen (perencanaan

agregat) guna sebagai acuan referensi.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERENCANAAN AGREGAT

Seperti telah diisyaratkan dengan istilah “agregat”, maka

rencana agregat berarti menggabungkan sumber daya yang sesuai

ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh.

dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas,

persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang saling

berkaitan, maka perencanaan harus memilih tingkat output unutk

fasilitas selama tiga hari sampai delapan belas bulan ke

depan. Perencanaan ini diantaranya bisa diterapkan untuk

perusahaan manufaktur, rumah sakit akademi serta penerbit

buku. perencanaan agregat merupakan bagian dari sistem

perencanaan produksi yang lebih besar, sehingga pemahaman

mengenai keterkaitan antara rencana dan beberapa faktor

internal dan eksternal merupakan sesuatu yang berguna2.

2 Dwiningsih, 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Gunawidya.Jakarta, hal. 75

4

Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional

untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa

yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk

menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau

jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input,

transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP

dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder

level.

Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai

Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya

dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas

dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3

hingga 18 bulan ke depan)3. Perencanaan agregat dapat digunakan

dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang

diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga

kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat

subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan.

Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan

kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas

dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan

Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

2.2 PROSES PERENCANAAN AGREGAT

3 Ibid, hal. 76

5

Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat

sebagai berikut4.

a. Long Range Plans

Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut

perencanaan produk baru, biaya perluasan dan sebagainya.

Long Range Plans ditetapkan oleh manajer pucak.

b. Intermediete Range Plans

Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut

rencana penjualan, rencana produksi, rencana inventory,

anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range

plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.

c. Short Range Plans

Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut

job assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans

ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor

dan operator.

Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut,

perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu

Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi

perusahaan.

Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara

perencanaan fasilitas di satu pihak dan penjadwalan dipihak

lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan perencanaan

agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang pendek

(beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan

4 http://hermantosimbolon.blogspot.com/2013/06/perencanaan-agregat.html[diakses pada 20 Februari 2014]

6

perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan

perolehan sumber daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan

pengalokasian sumber daya yang tersedia terhadap pekerjaan dan

pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus dilakukan antara

perolehan sumber daya melalui penjadwalan.

 

2.3 FUNGSI PERENCANAAN AGREGAT

Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan

suatu proses penetapan tingkat output/kapasitas produksi

secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang

diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan

meminimalkan total biaya produksi.

Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu5:

1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi

konsisten terhadap rencana strategi perusahaan;

2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi;

3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap

rencana produksi;

4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana

produksi dan membuat penyesuaian;

5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai

target dan membuat penyesuaian;

6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk

produksi;

5 Edy, Herjanto. 2007. Manajemen Operasi edisi ketiga. Jakarta: PT Grasindo,hal. 83

7

7. Alat  komunikasi antara managemen teras (top

management) dan manufaktur.

2.4 TUJUAN PERENCANAAN AGREGAT

Tujuan dari perencanaan agregat adalah menetapkan tingkat

output untuk jangka menengah dan sedang dalam menghadapi

fluktuasi dan ketidakpastian permintaan. perencanaan agragat

merupakan suatu perencanaan yang meliputi tidak hanya output

produksi tetapi juga sumber dayadan persediaan yang akan

memepengaruhi tingkat permintaan pelanggan. sehingga

perencanaan agregat menyangkut semua fungsi yang ada didalam

perushaan(Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan

Operasi. Salemba Empat. Jakarta).

Perencanaan agregat memperhatikan penentuan kuantitas dan

waktu produksi pada jangka menengah, biasanya antara 3 hingga

18 bulan ke depan. Para manajer produksi berusaha untuk

menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang

diramalkan dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga

kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat

subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Pada

umumnya, tujuan perencanaan agregat adalah memperkecil biaya

pada perioda perencanaan. Bagaimanapun, terdapat isu strategis

lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah.

Strategi tersebut mungkin untuk memperlancar tingkat

ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi

tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

8

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa tujuan

perecanaan agregate antara lain:

1) Sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas

produksi;

2) Sebagai masukan perencanaan sumber daya;

3) Stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap

fluktuasi permintaan.

Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat

antara lain:

1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan

dan output;

2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan

jangka menengah yang layak pada waktu agregat;

3. Metode untuk menentukan biaya;

4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya

sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk

periode perencanaan.

2.5 STRATEGI – STRATEGI PERENCANAAN AGREGAT

Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer

operasi dalam merumuskan rencana agregat yaitu6:

1) Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan

selama periode permintaan ?

2) Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara

mengubah jumlah tenaga kerja?

6 Heizer, J. (2010). Manjemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat, hal. 273

9

3) Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau

waktu lembur dan waktu kosong untuk menghadapi

fluktuasi ?

4) Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi

pesanan yang fluktuatif sehingga dapat mempertahankan

jumlah tenaga kerja yang stabil?

5) Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk

mempengaruhi permintaan?

Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar.

Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai

produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas, dan variabel lain

yang dapat dikendalikan.

Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima

pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option)

sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan

tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan.

Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan

(demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi

perubahan pola permintaan selama periode perencanaan7.

2.5.1 Pilihan Kapasitas

Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar

(produksi) berikut:

a) Mengubah tingkat persediaan

Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama

periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan7 https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-perencanaan-agregat [diakses pada 20 Februari 2014]

10

yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini

dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan

penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan,

pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan

meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15%

hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya).

Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana

permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi

dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang

disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan

pelayanan pelanggan yang lebih buruk.

b) Meragamkan jumlah tenaga kerja

Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau

memberhentikan. Salah satu cara untuk memenuhi

permintaan adalah dengan mengkaryakan atau

memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan

tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru

memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata

menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa.

Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral

semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas

yang lebih rendah.

c) Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong

Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan

dengan meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam

kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja

11

pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika

permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan

seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah

lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu

banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja

secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat

menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan

untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada

sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan harus

mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan

proses yang sulit.

d) Subkontrak

Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas

sementara dengan melakukan subkontrak selama periode

permintaan tinggi. Bagaimana pun, subkontrak, memiliki

beberapa kekurangan antara lain :

Mahal;

Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi

pesaing;

Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang

sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu

tepat waktu.

e) Penggunaan karyawan paruh waktu

Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu

dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil.

12

Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran,

dan supermarket.

2.5.2 Pilihan Permintaan

Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut:

a) Mempengaruhi permintaan

Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat

mencoba untuk meningkatkan permintaan melalui iklan,

promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan

penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon

akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon

membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari;

beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga

senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada

waktu musim dingin. Bagaimana pun, bahkan iklan khusus,

promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu

mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas

produksi.

b) Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi

Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa

yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara

sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu.

Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak

baik mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah

strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan

13

menggunakan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan ini

sering mengakibatkan hilangnya penjualan.

c) Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang

berbeda)

Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara

luas digunakan para pengusaha manufaktur adalah

mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan

dari barang counterseasonal. Contohnya adalah

perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan

atau mesin pemotong rumput dan penyingkir salju.

Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini

mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk

atau jasa di luar area keahlian atau target pasar

mereka.

2.5.3 Pilihan Campuran

Walaupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan

permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang

efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan

pilihan permintaan mungkin akan lebih baik.

Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa

penggunaan pilihan permintaan telah diteliti secara menyeluruh

oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu

digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu

membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu.

Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam

14

otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan

rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :

a) Strategi perburuan (chase strategy)

Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai

tingkat output bagi setiap periode yang memenuhi prediksi

permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat

terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager

operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan

merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat

memvariasikan produksi dengan waktu lembur, waktu kosong,

karyawan paruh waktu, atau subkontrak.

b) Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy)

Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap

sama dari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota

dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan

yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang

jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan

dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi

karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik

ketika permintaan stabil.

2.6 METODE PERENCANAAN AGREGAT

Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk

mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih

tepat, diantaranya8:8 http://yanci-anak-toraja.blogspot.com/2011/05/perencanaan-agregat-

produksi-pada-bab_02.html [diakses pada 21 Februari 2014]

15

2.6.1. Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram

Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami.

Pada dasarnya, rencana rencana dengan grafis dan diagram ini

menangani variabel sedikit demi sedikit agar perencana dapat

membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada.

Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang

tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal,

tatapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat

dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya.

Tahapan dalam metode ini adalah:

1. Tentukan permintaan pada tiap periode;

2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu

lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode;

3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan

biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan

persediaan;

4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat

diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan;

5. Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya

totalnya.

2.6.2 Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan

Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan

agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:

a. Metode Transportasi Dalam Program Linear

Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai

masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi

16

permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat

dapat dirumuskan dalam format program linear.

b. Linear Decision Rule

Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya

untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat

jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.Model

ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji,

rekrutmen, PHK, lembur, dan persediaan melalui

serangkaian kurva biaya kuadrat.

c. Management Coefficient Model

Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model

keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja

manajer. Teori yang mendasari adalah pengalaman masa

lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan

sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan.

Teknik ini menggunakan analisa regresi terhadap

keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu.

d. Simulasi

Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat

simulasi” yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin.

Pendekatan simulasi ini menggunakan prosedur pencarian

kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran

jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.

 

2.7 BIAYA PERENCANAAN AGREGAT

17

Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat

antara lain :

Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)

Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk

iklan, proses seleksi dan training. Biaya training

merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang

direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.

Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena

semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan,

sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic.

Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus

mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK,

menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang

masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua

akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga

kerja yang akan ditanggung perusahaan.

3) Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya

menganggur)

Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan

output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150%

dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut,

adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan

karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila

perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan

18

dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini

kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang

produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak

dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan

dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya

merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak

terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.

4) Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya

kehabisan persediaan)

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya

kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi

dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah

timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding cost)

yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi,

kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari

kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan

seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat

menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan

persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung

berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia.

Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi

berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal

penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS

(make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan)

akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain.

19

Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang

diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi

perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan

sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan

persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan

kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.

5) Subcontract Cost (biaya subkontrak)

Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas

regular, biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan

permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada

perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini

adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya

mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi

sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan

penyerahan dari kontraktor.

2.8 PERENCANAAN AGREGAT DI SEKTOR JASA

Pada kenyataan sektor jas seperti bank, usaha angkutan,

restoran cepat saji, penerapannya lebih mudah daripada di

perusahaan manufaktur. Pengendalian biaya tenaga kerja di

perusahaan jasa merupakan sesuatu yang penting. Pengendalian

Biayanya meliputi:

1. Pengendalian yang ketat atas jam kerja di perusahaan jasa

dapat dipastikan menghasilkan tanggapan cepat terhadap

respon konsumen.

20

2. Beberapa bentuk sumber tenaga kerja panggilan yang dapat

ditambahkan atau dihilangkan untuk memenuhi permintaan yang

tak terduga.

3. Fleksibilitas keahlianpekerja kerorangan yang memungkinkan

relokasi tenaga kerja yang ada.

4. Fleksibilitas keahlian pekerja peerorangan pada tingkat

output atau jam kerja untuk memenuhi permintaan yang sudah

diperkirakan.

Penerapan Perencanaan Agregat disektor jasa diantaranya

pada9:

a. Restoran

Pada jasa ini volume produknya tinggi maka diarahakan

pada:

pemulusan tingkat produksi;

penentuan ukuran jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan;

usaha mengelola permintaan untuk menjaga agar peralatan

dan pekerja tetap bekerja.

b. Industri Penerbangan

Perencanaan agregat mancakup jadwal atau table atas:

Jumlah penerbangan masuk dan keluar di setiap pusat;

Jumlah penerbangan di setiap rute;

9 http://marieffauzi.wordpress.com/2013/10/31/7-perencanaan-agregat-aggregate-planning/ [diakses pada 21 Februari 2014]

21

Jumlah penumpang yang harus dilayani di setiap

penerbangan;

Jumlah awak pesawat dan awak di darat yang dibutuhkan

pada setiap pusat dan bandara.

c. Rumah sakit

Masalah yang dihadapi adalah alokasi uang, staff,

perlengkapan untuk memenuhi permintaan pasien atas

pelayanan jasa rumah sakit yang bersangkutan.

d. Rantai Perusahaan Kecil Nasional

Contohnya adalah jasa foto copy, percetakan, pusat

computer, yang mana pertanyaan atas perencanaan agregat

vs perencanaan independent di setiap badan usaha menjadi

sebuah perhatian. Output dan pembelian dapat direncanakan

secara terpusat apabila permintaan dapat dipengaruhi

melalui promosi khusus. Pendekatan ini menguntungkan

karena mengurangi biaya pembelian dan periklanan dan

membantu arus kas di lokasi yang independent.

e. Jasa lain-lain

Seperti jasa keuangan, transportasi, komunikasi,

rekreasi, memeberikan output yang volumenya tinggi namun

tidak berwujud. Untuk jasa semacam ini lebih utama pada

perencanaan persyaratan sumber daya manusia (lihat bab

tentang sumber daya manusia) dan pengelolaan permintaan.

22

2.9 KHARAKTERISTIK PERENCANAAN AGREGAT

Berikut ini beberapa karakteristik yang menjadi cirri

dari perencanaan agregat, yakni:

1. Dinyatakan dalam kelompok produk atau famili

(aggregate);

2. Satuan unit tergantung jenis produk (ton, liter,

kubik, jam mesin atau jam orang);

3. Satuan unit dikonversikan ke bentuk satuan rupiah;

4. Setelah satuan unit ditetapkan maka factor konversi

juga harus ditetapkan;

5. Horizon perencanaan cukup panjang  (5 tahun).

2.10 HUBUNGAN TUGAS PERENCANAAN AGREGAT DAN TUGAS TANGGUNG

JAWAB

Eksekutif puncak memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

hal:

1. Perencanaan jangka panjang (lebih dari satu tahun);

2. Penelitian & Pengembangan;

3. Rencana produk baru;

4. Penanaman modal;

5. Lokasi/perluasan fasilitas.

Manajer produksi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

hal:

1. Perencanaan Jangka Menengah (3 hingga 18 bulan);

2. Perencanaan penjualan;

3. Perencanaan produksi dan anggaran;

23

4. Menentukan tingkat ketenagakerjaan, persediaan,

level subkontrak;

5. Menganalisis rencana produksi.

Lain dari itu Manajer produksi juga bertugas dan

bertanggung jawab layaknya para penyelia dan mandor. Tugas dan

tanggung jawab dari para penyelia, mandor antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Rencana jangka pendek (hingga 3 bulan);

2. Penugasan pekerjaan;

3. Pemesanan;

4. Penjadwalan kerja;

5. Pengiriman;

6. Lembur;

7. Bantuan paruh waktu;

8. Tanggung jawab;

9. Perencanaan tugas dan horizon.

 

24

BAB 3

KESIMPULAN

3.1 SIMPULAN

Perencanaan agregat merupakan suatu elemen yang penting

dalam proses produksi, yang juga berkaitan strategi operasi

yang digunakan oleh banyak perusahaan. Perusahaan harus

berhati-hati dalam menerapkan perencanaan agregat ini, karena

25

jika tidak maka perusahaan merugi, hal ini desebabkan

kapasitas barang yang di produksi ternyata berlebih, hal itu

biasanya menyebabkan banyak biaya-biaya tambahan yang harus

dikeluarkan perusahaan yang seharusnya dapat dinetralisir tau

dihindari sebelumnya.

3.2 SARAN

Setiap perusahaan diharapkan dapat membuat perencanaan

agregat dengan strategi yang paling baik dan memungkinkan

untuk setiap perusahaan sesuai dengan strategi operasi

perusahaan. Perusahaan harus jeli untuk melihat peluang kapan

perusahaan harus memproduksi lebih dan kapan perusahaan harus

memproduksi cukup suatu barang agar tidak ada barang-barang

yang berlebih dan tidak menimbulkan biaya-biaya lain yang

tidak dibutuhkan.

26

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dwiningsih. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Gunawidya:

Jakarta

Handoko, H. 1984. Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Heizer, J. 2010. Manjemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Situs Internet

http://slank-schatzymansion.blogspot.com/2011/02/manajemen-

operasi.html

http://hermantosimbolon.blogspot.com/2013/06/perencanaan-

agregat.html

https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-

perencanaan-agregat

http://yanci-anak-toraja.blogspot.com/2011/05/perencanaan-

agregat-produksi-pada-bab_02.html

http://marieffauzi.wordpress.com/2013/10/31/7-perencanaan-

agregat-aggregate-planning/

27

28