Page 1
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( Studi Pada PT. Yudhistira Ghalia Indonesia AreaYogyakarta
i PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA
Page 2
DAN KINERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( Studi Pada
Page 3
PT. YudhistiraGhalia Indonesia AreaYogyakarta ) SKRIPSI Disusun dan diajukan sebagai salah
Page 4
satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana ( S1 )Pada Program Sarjana Fakultas
Page 5
Ekonomi Universitas Diponegoro Disusunoleh : Muhammad Fauzan BaihaqiC2A003074 FAKULTAS
Page 6
EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010
ii
Page 7
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI Nama Penyusun: Muhammad Fauzan BaihaqiNomor Induk
Page 8
Mahasiswa : C2A 003 074 Fakultas / Jurusan : Ekonomi/ Manajemen Judul Skripsi
Page 9
:“PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAPKEPUASAN KERJA DAN KINERJA DENGANKOMITMEN
Page 10
ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING” (StudiPada PT. YudhistiraGhalia Indonesia Area
Page 11
Cabang Yogyakarta) Dosen Pembimbing: Dr. Suharnomo,M.Si. Telah disetujui olehDosen
Page 12
Pembimbing Skripsi Semarang, 22 Juli 2010 Dr. Suharnomo, M.Si.
iii
Page 13
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN NamaPenyusun : Muhammad FauzanBaihaqiNomorIndukMahasiswa : C2A
Page 14
003 074 Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen JudulSkripsi :Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Page 15
Terhadap Kepuasan Kerjadan Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Page 16
Intervening (Studi pada PT. YudhistiraGhalia Indonesia AreaYogyakarta) Telah dinyatakan
Page 17
Lulus Ujian pada tanggal 24 Agustus 2010. Tim Penguji : Tanda Tangan :1.
Page 18
Dr. Suharnomo,MSi. (………………………………….) 2.
Page 19
Dr. H. Susilo Toto Rahardjo,MT. (………………………………….) 3.
Page 20
Dr. AhyarYuniawan,MSi. (………………………………….)
Page 21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Page 22
Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap
Page 23
organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup
Page 24
bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut,
Page 25
maka diperlukan adanya perubahan individu. Proses menyelaraskanperubahan
Page 26
organisasi dengan perubahan individu ini tidaklah mudah. Pemimpin sebagai
Page 27
panutan dalamorganisasi, sehingga perubahan harus dimulaidari tingkat yang paling atas yaitu
Page 28
pemimpin itu sendiri. Makadari itu, organisasi memerlukan pemimpin reformis yangmampu menjadi
Page 29
motor penggerak yang mendorong perubahan organisasi. Sampai saat ini,
Page 30
kepemimpinan masih menjaditopik yang menarik untukdikaji dan diteleti, karena palingsering
Page 31
diamati namunmerupakan fenomena yangsedikit dipahami. Fenomena gayakepemimpinan di Indonesia
Page 32
menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan
Page 33
bernegara. Dalam dunia bisnis, gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadapjalannya organisasi
Page 34
dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan
Page 35
penting dalamsebuah organisasi sebagai salahsatu penentu keberhasilan dalam pencapaian
Page 36
misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dari itu, tantangan dalam
Page 37
mengembangkanstrategi organisasi yang jelas terutama
2 terletak padaorganisasi di
Page 38
satu sisi dantergantung pada kepemimpinan (Porter, 1996: dalam Sunarsih, 2001). Begitu
Page 39
pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokusyang menarik perhatian
Page 40
para penelitibidang perilaku keorganisasian. Bass (1990) menyatakan bahwa
Page 41
kualitas daripemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting yang
Page 42
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi.. Schein (1992), Nahavandi &
Page 43
Malekzadeh (1993) serta Kouzes & Posner (1987)juga menyatakan bahwa pimpinan
Page 44
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi. Porter (1996)dalam
Page 45
Sunarsih (2001). GreenBerg dan Baron (2000 :444) dalam Sunarsih (2001) menyatakan
Page 46
bahwa kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi. Seiring
Page 47
dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan perekonomian Indonesia
Page 48
yang kurang stabil, hal ini bisa sajamenjadi sumber, kendala organisasi namun bisa
Page 49
juga menjadi sumber keuntungan organisasi. Kepemimpinan yang efektif bisa membantuorganisasi
Page 50
untuk bisa bertahan dalam situasiketidakpastian di masa datang (Katz and Khan 1978; Koh et
Page 51
al. 1995; Mowday et al.1982). Seorang pemimpin yangefektif harustanggap terhadap
Page 52
perubahan, mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan sumber daya manusianya sehingga
Page 53
mampu memaksimalkankinerja organisasi dan memecahkan masalah dengan tepat.
Page 54
Pemimpin yangefektif sanggup mempengaruhi para pengikutnya untuk mempunyai
Page 55
optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri,serta komitmen kepada tujuandan misi
Page 56
organisasi (Gary Yukl,
3 1994). Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pemimpin
Page 57
berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalammembina, menggerakkan
Page 58
dan mengarahkan seluruh potensi karyawan di lingkungannyaagar dapat mewujudkan
Page 59
stabilitas organisasi dan peningkatan produktivitasyang berorientasipada tujuan
Page 60
organisasi. Model kepemimpinan modern seperti kepemimpinan transformasional memainkan
Page 61
peranan penting bagi organisasi. Bass (1985) dalam Sunarsih (2001) mendefinisika
Page 62
n bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yangmempunyai kekuatan untuk
Page 63
mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Bawahan merasa percaya,
Page 64
kagum, loyal dan hormat terhadap atasannya sehinggabawahan termotivasi untuk berbuat
Page 65
lebih banyak dari pada apayang biasa dilakukan dandiharapkannya. Jung dan Avolio (1999)dalam
Page 66
Sunarsih (2001) juga menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional meliputi pengembangan
Page 67
hubungan yanglebih dekat antara pemimpin dengan pengikutnya, bukan hanya sekedar
Page 68
sebuah perjanjian tetapi lebih didasarkan kepada kepercayaan dan komitmen.Kepemimpinan
Page 69
transformasional pada prinsipnya memotivasibawahan untukberbuat lebihbaik dari apayang biasa
Page 70
dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan
Page 71
yang akanberpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Kepemimpinan adalah kemampuan
Page 72
untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan denganantusias (David,
Page 73
Keith, 1985).Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi para bawahannya untuk
Page 74
bertindak sesuai denganvisi, misi
4 dan tujuan perusahaan. Pemimpin harus mampu
Page 75
memberikan wawasan, membangkitkankebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan
Page 76
kepercayaan dari bawahannya. Pemimpin yangefektif adalah pemimpin yangmengakui
Page 77
kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam individu. Setiap individu
Page 78
memiliki kebutuhan dankeinginan yang berbeda-beda. Setiap individu memiliki tingkat
Page 79
keahlian yangberbeda-beda pula. Pemimpin harus fleksibel dalam pemahaman
Page 80
segala potensi yang dimiliki olehindividu dan berbagai permasalahan yang dihadapai
Page 81
individu tersebut. Dengan melakukan pendekatan tersebut, pemimpin dapat
Page 82
menerapkan segala peraturan dankebijakan organisasi serta melimpahkan tugas dan
Page 83
tanggung jawab dengan tepat. Hal ini sejalan dengan usaha untuk menumbuhkan komitmen
Page 84
organisasi dari diri karyawan. Sehingga pemimpin nantinya dapat meningkatkan
Page 85
kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya serta dapat meningkatkan kinerja karyawan
Page 86
dengan lebih efektif. Padadasrnya karyawan yangpuas terhadappekerjaanya akan cenderung
Page 87
memiliki kinerja yang tinggi pula. Miller et.al.,(1991)menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
Page 88
mempunyai hubungan yangpositif terhadap kepuasan kerja parapegawai. Hasil
Page 89
penelitian Gruenberg (1980) diperoleh bahwa hubungan yangakrab dan saling
Page 90
tolong-menolong dengan teman kerja serta penyelia adalah sangatpenting dan memiliki
Page 91
hubungan kuatdengan kepuasan kerja dan tidak ada kaitannya dengan keadaan
Page 92
tempat kerja serta jenis pekerjaan. Teori Path-Goal (Evans, 1970; House, 1971; House&Mitchel
Page 93
l, 1974 dalamYulk, 1989)
32 kepuasan umum atau ketidakpuasan dengan
Page 94
pekerjaannya. Vroom sebagaimana dikutip oleh Ahmad, M.A. Roshidi (1999)mendefinisikankepuasan kerja
Page 95
sebagai satu acuan dari orientasi yangefektif seseorang pegawai terhadap peranan mereka
Page 96
pada jabatan yang dipegangnya saat ini. Sikap yang positif terhadap pekerjaan
Page 97
secara konsepsi dapatdinyatakan sebagai kepuasan kerjadan sikap negatif terhadap
Page 98
pekerjaan samadengan ketidakpuasan.Definisi ini telah mendapatdukungan dari Smith dan Kendall (1963)
Page 99
yang menjelaskan bahwa kepuasankerja sebagai perasaan seseorang pegawai mengenai
Page 100
pekerjaannya. Secara sederhana, job satisfaction dapat diartikan sebagai apa
Page 101
yang membuat orang-orang menginginkan dan menyenangipekerjaan. Apayang membuat mereka bahagiadalam
Page 102
pekerjaannya atau keluar daripekerjaanya, menurut Robin dalam Siahaan,E.E.
Page 103
Dalam kutipan Moh. As’ad yang terdapat pada buku Psikologi Industri (2000:104), Joseph Tiffin
Page 104
mendefinisikankepuasan kerjaadalah sikap karyawan terhadap pekerjaan, situasi kerja,kerjasama
Page 105
diantara pimpinan dan sesama karyawan dan M.L Blum mendefinisikankepuasan kerjaadalah suatu
Page 106
sikap yang umum sebagai hasil dari berbagai sifatkhusus individu terhadap faktor kerja,
Page 107
karakteristik individu dan hubungan sosial individu di luar pekerjaanitu sendiri. Susilo Martoyo
Page 108
(1990) menyebutkan bahwa kepuasankerja merupakan keadaan emosional karyawan
Page 109
dimana terjadiatau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dariperusahaan
Page 110
atau organisasi dengan tingkatnilai balas jasa yang memang diinginkan untuk karyawan
Page 111
yang bersangkutan.
33 Sedangkan Edison (2002) menyebutkan sumber kepuasan kerja
Page 112
terdiri ataspekerjaan yangmenantang, imbalan yang sesuai, kondisi/ lingkungan kerja yang
Page 113
mendukung, danrekan kerja yang mendukung. Indra, Hary dalam penelitiannya menyebutkan
Page 114
bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerjapegawai secarasignifikan adalah : faktor yang
Page 115
berhubungan dengan pekerjaan, dengan kondisikerja, dengan teman sekerja,dengan pengawasan,
Page 116
dengan promosijabatan dan dengan gaji. Smith, Kendal dan Hulin dalam Bavendam, J. (2000)
Page 117
mengungkapkan bahwa kepuasankerja bersifatmultidimensi dimana seseorang merasa lebih atau kurang
Page 118
puas dengan pekerjaannya, supervisornya,tempat kerjanya dan sebagainya. Porter dan Lawler seperti
Page 119
juga dikutip oleh Bavendam,J. (2000) telah membuat diagram kepuasan kerjayang menggambarkan
Page 120
kepuasan kerjasebagai responemosional orang-orang atas kondisi pekerjaannya. Kepuasan kerjabersifat
Page 121
multidimensional maka kepuasan kerjadapat mewakilisikap secara menyeluruh (kepuasan umum) maupun
Page 122
mengacu pada bagian pekerjaan seseorang. Artinya jika secara umum mencerminkan kepuasannya
Page 123
sangat tinggi tetapi dapat saja seseorangakan merasa tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek
Page 124
saja misalnya jadwal liburan(Davis, Keith.1985). Konsekuensi dari kepuasan kerja dapat berupa
Page 125
meningkat ataumenurunnya prestasi kerjapegawai, pergantian pegawai (turnover), kemangkiran,
Page 126
atau pencurian(Davis, Keith,1985). 2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja
Page 127
Ada lima aspekyang terdapat dalam kepuasankerja, antara lain yaitu :
34 1.
Page 128
Pekerjaan itu sendiri (work it self ), setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
Page 129
tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.Sukar tidaknyasuatu pekerjaan serta perasaan
Page 130
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan
Page 131
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. 2. Atasan ( supervision
Page 132
), atasan yangbaik berarti mau menghargaipekerjaanbawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap
Page 133
sebagai figur ayah/ibu/temandan sekaligus atasannya. 3. Teman sekerja (workers
Page 134
), merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawaidengan atasannya dan
Page 135
dengan pegawailain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. 4.
Page 136
Promosi ( promotion), merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan
Page 137
untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. 5. Gaji atau upah(
Page 138
pay), merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau
Page 139
tidak. Sedangkan aspek-aspek lain yang terdapat dalamkepuasan kerja: 1.
Page 140
Kerja yang secara mental menantang. Kebanyakan karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
Page 141
memberi merekakesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
Page 142
tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik
Page 143
ini membuat kerja secara mental
35 menantang. Pekerjaan yangterlalu kurangmenantang
Page 144
menciptakan kebosanan, tetapi terlalubanyak menantang menciptakan frustasi danperasaan
Page 145
gagal. Pada kondisi tantangan yangsedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai
Page 146
kesenangan dankepuasan. 2. Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah
Page 147
dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris denganpengharapan
Page 148
mereka. Pemberian upahyang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan
Page 149
individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinanbesar akan dihasilkan kepuasan.
Page 150
Tidak semua orang mengejaruang, banyak orang bersediamenerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja
Page 151
dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yangkurang menuntut atau mempunyai
Page 152
keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukandan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang
Page 153
manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih
Page 154
penting adalahpersepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
Page 155
praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-
Page 156
individu yang mempersepsikanbahwa keputusan promosi dibuatdalam cara yang adil (
Page 157
fair and just ) kemungkinanbesar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. 3.
Page 158
Kondisi kerja yang mendukung.
Page 159
32 kepuasan umum atau ketidakpuasan dengan
Page 160
pekerjaannya. Vroom sebagaimana dikutip oleh Ahmad, M.A. Roshidi (1999)mendefinisikankepuasan kerja
Page 161
sebagai satu acuan dari orientasi yangefektif seseorang pegawai terhadap peranan mereka
Page 162
pada jabatan yang dipegangnya saat ini. Sikap yang positif terhadap pekerjaan
Page 163
secara konsepsi dapatdinyatakan sebagai kepuasan kerjadan sikap negatif terhadap
Page 164
pekerjaan samadengan ketidakpuasan.Definisi ini telah mendapatdukungan dari Smith dan Kendall (1963)
Page 165
yang menjelaskan bahwa kepuasankerja sebagai perasaan seseorang pegawai mengenai
Page 166
pekerjaannya. Secara sederhana, job satisfaction dapat diartikan sebagai apa
Page 167
yang membuat orang-orang menginginkan dan menyenangipekerjaan. Apayang membuat mereka bahagiadalam
Page 168
pekerjaannya atau keluar daripekerjaanya, menurut Robin dalam Siahaan,E.E.
Page 169
Dalam kutipan Moh. As’ad yang terdapat pada buku Psikologi Industri (2000:104), Joseph Tiffin
Page 170
mendefinisikankepuasan kerjaadalah sikap karyawan terhadap pekerjaan, situasi kerja,kerjasama
Page 171
diantara pimpinan dan sesama karyawan dan M.L Blum mendefinisikankepuasan kerjaadalah suatu
Page 172
sikap yang umum sebagai hasil dari berbagai sifatkhusus individu terhadap faktor kerja,
Page 173
karakteristik individu dan hubungan sosial individu di luar pekerjaanitu sendiri. Susilo Martoyo
Page 174
(1990) menyebutkan bahwa kepuasankerja merupakan keadaan emosional karyawan
Page 175
dimana terjadiatau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dariperusahaan
Page 176
atau organisasi dengan tingkatnilai balas jasa yang memang diinginkan untuk karyawan
Page 177
yang bersangkutan.
33 Sedangkan Edison (2002) menyebutkan sumber kepuasan kerja
Page 178
terdiri ataspekerjaan yangmenantang, imbalan yang sesuai, kondisi/ lingkungan kerja yang
Page 179
mendukung, danrekan kerja yang mendukung. Indra, Hary dalam penelitiannya menyebutkan
Page 180
bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerjapegawai secarasignifikan adalah : faktor yang
Page 181
berhubungan dengan pekerjaan, dengan kondisikerja, dengan teman sekerja,dengan pengawasan,
Page 182
dengan promosijabatan dan dengan gaji. Smith, Kendal dan Hulin dalam Bavendam, J. (2000)
Page 183
mengungkapkan bahwa kepuasankerja bersifatmultidimensi dimana seseorang merasa lebih atau kurang
Page 184
puas dengan pekerjaannya, supervisornya,tempat kerjanya dan sebagainya. Porter dan Lawler seperti
Page 185
juga dikutip oleh Bavendam,J. (2000) telah membuat diagram kepuasan kerjayang menggambarkan
Page 186
kepuasan kerjasebagai responemosional orang-orang atas kondisi pekerjaannya. Kepuasan kerjabersifat
Page 187
multidimensional maka kepuasan kerjadapat mewakilisikap secara menyeluruh (kepuasan umum) maupun
Page 188
mengacu pada bagian pekerjaan seseorang. Artinya jika secara umum mencerminkan kepuasannya
Page 189
sangat tinggi tetapi dapat saja seseorangakan merasa tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek
Page 190
saja misalnya jadwal liburan(Davis, Keith.1985). Konsekuensi dari kepuasan kerja dapat berupa
Page 191
meningkat ataumenurunnya prestasi kerjapegawai, pergantian pegawai (turnover), kemangkiran,
Page 192
atau pencurian(Davis, Keith,1985). 2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja
Page 193
Ada lima aspekyang terdapat dalam kepuasankerja, antara lain yaitu :
34 1.
Page 194
Pekerjaan itu sendiri (work it self ), setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
Page 195
tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.Sukar tidaknyasuatu pekerjaan serta perasaan
Page 196
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan
Page 197
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. 2. Atasan ( supervision
Page 198
), atasan yangbaik berarti mau menghargaipekerjaanbawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap
Page 199
sebagai figur ayah/ibu/temandan sekaligus atasannya. 3. Teman sekerja (workers
Page 200
), merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawaidengan atasannya dan
Page 201
dengan pegawailain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. 4.
Page 202
Promosi ( promotion), merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan
Page 203
untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. 5. Gaji atau upah(
Page 204
pay), merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau
Page 205
tidak. Sedangkan aspek-aspek lain yang terdapat dalamkepuasan kerja: 1.
Page 206
Kerja yang secara mental menantang. Kebanyakan karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
Page 207
memberi merekakesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan
Page 208
tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik
Page 209
ini membuat kerja secara mental
35 menantang. Pekerjaan yangterlalu kurangmenantang
Page 210
menciptakan kebosanan, tetapi terlalubanyak menantang menciptakan frustasi danperasaan
Page 211
gagal. Pada kondisi tantangan yangsedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai
Page 212
kesenangan dankepuasan. 2. Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah
Page 213
dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris denganpengharapan
Page 214
mereka. Pemberian upahyang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan
Page 215
individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinanbesar akan dihasilkan kepuasan.
Page 216
Tidak semua orang mengejaruang, banyak orang bersediamenerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja
Page 217
dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yangkurang menuntut atau mempunyai
Page 218
keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukandan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang
Page 219
manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih
Page 220
penting adalahpersepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
Page 221
praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-
Page 222
individu yang mempersepsikanbahwa keputusan promosi dibuatdalam cara yang adil (
Page 223
fair and just ) kemungkinanbesar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
Page 224
3.Kondisi kerja yang mendukung.
36 Karyawan peduli akan lingkungan
Page 225
kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupununtuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-
Page 226
studi memperagakanbahwa karyawanlebih menyukaikeadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau
Page 227
merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain
Page 228
seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit). 4. Rekan kerja yang
Page 229
mendukung. Orang-orang ingin mendapatkan lebih daripadasekedar uang atau prestasi yang berwujud
Page 230
dari pekerjaanyang mereka lakukan. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
Page 231
sosial. Oleh karena itu bila mereka mempunyai rekan sekerja yang ramah danmenyenangkan, maka akan
Page 232
dapat meningkatkan kepuasan kerja. Tetapi perilaku atasan juga merupakan determinan
Page 233
utama dari kepuasan. 5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, pada
Page 234
hakikatnya orang yang tipe kepribadiannyakongruen (samadan sebangun) dengan pekerjaan yang
Page 235
mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yangtepat untuk
Page 236
memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengandemikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
Page 237
padapekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyaikebolehjadian yang lebih besar untuk
Page 238
mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka. 2.1.4 KomitmenOrganisasi
Page 239
37 Menurut Wiyono(1999: 34), komitmen adalah tekad bulat untuk melakukan sesuatu dengan
Page 240
niat yang sungguh-sungguh melakukan. Komitmen yang baik adalah komitmen yang dimulai dari
Page 241
pimpinan. Sedangkan menurut Robbins (2001:140), komitmen pegawai pada suatu
Page 242
organisasi adalah suatu keadaan di mana karyawan memihak kepadaorganisasi tertentu dan tujuan-
Page 243
tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannyadalam organisasi itu. Pendapat lain
Page 244
dikemukakan oleh Pradiansyah (1999:31) yangmenguraikanbahwa komitmenmerupakan konsep
Page 245
manajemen yangmenempatkan sumber daya manusia sebagai figur sentral dalam organisasi usaha. Tanpa
Page 246
komitmen, sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber daya manusia. Tapi
Page 247
komitmen bukanlah sesuatu yang dapat hadir begitu saja. Komitmen harusdilahirkan. Oleh sebab itu
Page 248
komitmen harusdipelihara agar tetap tumbuh dan eksis disanubari sumber daya manusia.
Page 249
Dengan cara dan teknik yang tepat pimpinan yangbaik bisa menciptakan dan menumbuhkan
Page 250
komitmen. Husselid dan Day (McKenna and Nich, 2000: 245) menyatakan bahwa komitmenpegawai dapat
Page 251
mengurangi keinginan untuk melepaskan diri dari organisasi atau unit kerja. Mereka
Page 252
cenderung menunjukkan keterlibatan yang tinggi diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku.
Page 253
Selain itu pegawai yang menunjukkan sikap komitmennya akan merasa lebih senang dengan
Page 254
pekerjaan mereka,berkurangnya membuang-buangwaktu dalam bekerja dan berkurangnya kemungkinan
Page 255
untuk meninggalkan lingkungan kerja.
38 Adanya rasa keterikatan pada falsafah
Page 256
dan satuan kerja kemungkinan untukbertahan dalamsatuan kerja akan lebih tinggi
Page 257
ketimbang pegawai yang tidak mempunyai rasaketerikatan pada satuan kerja. Shadur,Kinzle dan
Page 258
Rodwell (1999:481) memberikan pengertian bahwa pegawai yang mempunyaikomitmen terhadap
Page 259
satuan kerja menunjukkan kuatnya pengenalan danketerlibatan pegawai dalam satuan kerja yang
Page 260
dinyatakan sebagai berikut: ”Organizational commitment was defined asthe strength of an
Page 261
individual’s identi fication withand involvement ina particular organization”.
Page 262
Pegawai yang memiliki komitmen terhadap satuan kerja kemungkinan untuk tetap bertahan lebih
Page 263
tinggi dari pada pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Menurut Husselid dan Day (McKenna
Page 264
and Nich, 2000: 245) dikatakan bahwa komitmenpegawai dapat mengurangi keinginan untuk
Page 265
melepaskan diri dari organisasi atau unit kerja. Mereka cenderung menunjukkan keterlibatan
Page 266
yang tinggi diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Komitmen organisasi yang tinggi
Page 267
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi, karena terciptanya komitmen yang tinggi akan
Page 268
mempengaruhi situasi kerja yangprofesional. Berbicara mengenai komitmen organisasi
Page 269
tidak bisa dilepaskan dari sebuah istilah loyalitas yangsering mengikuti katakomitmen.
Page 270
Pemahaman demikian membuat istilah loyalitas dan komitmen mengandung makna yang
Page 271
membingungkan.Komitmen organisasi, menurut Alwi, (2001) adalah sikap karyawanuntuk tetap berada dalam
Page 272
organisasi danterlibat dalamupaya-upaya mencapai misi,nilai-nilai dan tujuan organisasi. Lebih lanjut
Page 273
dijelaskan, bahwa komitmenmerupakan
36 Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik
Page 274
untuk kenyamanan pribadi maupununtuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi
Page 275
memperagakanbahwa karyawanlebih menyukaikeadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya ataumerepotkan.
Page 276
Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya
Page 277
tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit). 4. Rekan kerja yang mendukung.
Page 278
Orang-orang ingin mendapatkan lebih daripadasekedar uang atau prestasi yang berwujud dari pekerjaan
Page 279
yang mereka lakukan. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akansosial. Oleh
Page 280
karena itu bila mereka mempunyai rekan sekerja yang ramah danmenyenangkan, maka akan dapat
Page 281
meningkatkan kepuasan kerja. Tetapi perilaku atasan juga merupakan determinan
Page 282
utama dari kepuasan. 5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, pada
Page 283
hakikatnya orang yang tipe kepribadiannyakongruen (samadan sebangun) dengan pekerjaan yang
Page 284
mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yangtepat untuk
Page 285
memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengandemikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
Page 286
padapekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyaikebolehjadian yang lebih besar untuk
Page 287
mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka. 2.1.4 KomitmenOrganisasi
Page 288
37 Menurut Wiyono(1999: 34), komitmen adalah tekad bulat untuk melakukan sesuatu dengan
Page 289
niat yang sungguh-sungguh melakukan. Komitmen yang baik adalah komitmen yang dimulai dari
Page 290
pimpinan. Sedangkan menurut Robbins (2001:140), komitmen pegawai pada suatu
Page 291
organisasi adalah suatu keadaan di mana karyawan memihak kepadaorganisasi tertentu dan tujuan-
Page 292
tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannyadalam organisasi itu. Pendapat lain
Page 293
dikemukakan oleh Pradiansyah (1999:31) yangmenguraikanbahwa komitmenmerupakan konsep
Page 294
manajemen yangmenempatkan sumber daya manusia sebagai figur sentral dalam organisasi usaha. Tanpa
Page 295
komitmen, sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber daya manusia. Tapi
Page 296
komitmen bukanlah sesuatu yang dapat hadir begitu saja. Komitmen harusdilahirkan. Oleh sebab itu
Page 297
komitmen harusdipelihara agar tetap tumbuh dan eksis disanubari sumber daya manusia.
Page 298
Dengan cara dan teknik yang tepat pimpinan yangbaik bisa menciptakan dan menumbuhkan
Page 299
komitmen. Husselid dan Day (McKenna and Nich, 2000: 245) menyatakan bahwa komitmenpegawai dapat
Page 300
mengurangi keinginan untuk melepaskan diri dari organisasi atau unit kerja. Mereka
Page 301
cenderung menunjukkan keterlibatan yang tinggi diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku.
Page 302
Selain itu pegawai yang menunjukkan sikap komitmennya akan merasa lebih senang dengan
Page 303
pekerjaan mereka,berkurangnya membuang-buangwaktu dalam bekerja dan berkurangnya kemungkinan
Page 304
untuk meninggalkan lingkungan kerja.
38 Adanya rasa keterikatan pada falsafah
Page 305
dan satuan kerja kemungkinan untukbertahan dalamsatuan kerja akan lebih tinggi
Page 306
ketimbang pegawai yang tidak mempunyai rasaketerikatan pada satuan kerja. Shadur,Kinzle dan
Page 307
Rodwell (1999:481) memberikan pengertian bahwa pegawai yang mempunyaikomitmen terhadap
Page 308
satuan kerja menunjukkan kuatnya pengenalan danketerlibatan pegawai dalam satuan kerja yang
Page 309
dinyatakan sebagai berikut: ”Organizational commitment was defined asthe strength of an
Page 310
individual’s identi fication withand involvement ina particular organization”.
Page 311
Pegawai yang memiliki komitmen terhadap satuan kerja kemungkinan untuk tetap bertahan lebih
Page 312
tinggi dari pada pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Menurut Husselid dan Day (McKenna
Page 313
and Nich, 2000: 245) dikatakan bahwa komitmenpegawai dapat mengurangi keinginan untuk
Page 314
melepaskan diri dari organisasi atau unit kerja. Mereka cenderung menunjukkan keterlibatan
Page 315
yang tinggi diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Komitmen organisasi yang tinggi
Page 316
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi, karena terciptanya komitmen yang tinggi akan
Page 317
mempengaruhi situasi kerja yangprofesional. Berbicara mengenai komitmen organisasi
Page 318
tidak bisa dilepaskan dari sebuah istilah loyalitas yangsering mengikuti katakomitmen.
Page 319
Pemahaman demikian membuat istilah loyalitas dan komitmen mengandung makna yang
Page 320
membingungkan.Komitmen organisasi, menurut Alwi, (2001) adalah sikap karyawanuntuk tetap berada dalam
Page 321
organisasi danterlibat dalamupaya-upaya mencapai misi,nilai-nilai dan tujuan organisasi. Lebih lanjut
Page 322
dijelaskan, bahwa komitmenmerupakan
39 suatu bentuk loyalitas yanglebih konkret yang dapat
Page 323
dilihat dari sejauh mana karyawan mencurahkan perhatiasn, gagasan, dan tanggung jawabdalam upaya
Page 324
mencapai tujuan organisasi. Robbins, (1998) berpendapat bahwa komitmenorganisasi
Page 325
adalah sampai tingkat mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan
Page 326
tujuan-tujuannya, danberniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Komitmen
Page 327
organisasi yang tinggi berarti terdapat kepemihakan kepada organisasi yang tinggi
Page 328
pula. Komitmensebagai prediktor kinerja seseorang merupakanprediktor yanglebih baik dan
Page 329
bersifat global, dan bertahan dalamorganisasi sebagai suatu keseluruhan daripada kepuasan kerja
Page 330
semata. Seseorang dapat tidak puas dengan pekerjaan tertentu dan menganggapnya sebagai
Page 331
kondisi sementara, tapi tidakpuas terhadap organisasi adalah sebagaisuatu keseluruhan,
Page 332
dan ketidakpuasan tersebut bila menjalar ke organisasi, dapat mendorong seseorang
Page 333
untuk mempertimbangkan diri minta berhenti Menurut Luthans (2002:236) bahwa sebagai suatu
Page 334
sikap, komitmen organisasi merupakan suatu hasrat atau motif yang kuat untuk tetap
Page 335
menjadi anggota organisasi; suatu keinginan untuk menunjukkan usaha tingkat
Page 336
tinggi atas nama organisasi; dan keyakinan yang kuat dalam menerimanilai-nilai dan tujuan-
Page 337
tujuan organisasi. Lebih lanjut Reichers (Greenberg andBaron, 1997: 191) menyatakan
Page 338
bahwa ada dua motif yang mendasari seseorang untuk berkomitmen pada organisasi
Page 339
atau unit kerjanya, antara lain:
40 1. Side-Best Orientation
Page 340
Side-Best Orientation ini memfokuskan pada akumulasidari kerugian yang di alami atas segala
Page 341
sesuatu yang telah diberikan olehindividu pada organisasi apabila meninggalkan
Page 342
organisasi tersebut. 2. Goal-Congruence Orientation Memfokuskan pada tingkat
Page 343
kesesuaian antara tujuan personal individu dan organisasi sebagai hal yang menentukan
Page 344
komitmen pada organisasi. Berdasarkan beberapa teoridi atas dapat disimpulkan bahwa komitmenmerupakan
Page 345
suatu keadaan di mana karyawan memihak dan peduli kepada organisasi tertentu dan tujuan-
Page 346
tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannyadalam organisasi itu. Bentuk keterpihakan
Page 347
dan kepeduliankaryawan tersebut dapatdilakukan dengan berbagai cara,seperti terlibat dalam
Page 348
kegiatan organisasi,berkurangnya membuang-buangwaktu dalam bekerja dan berkurangnya kemungkinan
Page 349
meninggalkan lingkungan kerja. 2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Page 350
Komitmen Organisasi Menurut Angle dan Perry (Temaluru, 2001: 458), komitmen terhadap
Page 351
organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni masa kerja (tenure
Page 352
) seseorang pada organisasi tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Page 353
41 1. Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi,
Page 354
semakin memberi iapeluang untuk menerima tugas-tugas yang lebih menantang, otonomi yang
Page 355
lebih besar, keleluasaan bekerja, tingkat imbalan ekstrinsik yang lebih tinggi, dan
Page 356
peluang menduduki jabatan atau posisi yang lebih tinggi. 2.
Page 357
Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, peluang investasipribadi
Page 358
(pikiran, tenaga, dan waktu) untuk organisasi semakin besar;dengan demikian, semakin sulit
Page 359
untuk meninggalkan organisasi tersebut. 3. Keterlibatan sosial individu dalam
Page 360
dengan organisasi danmasyarakat di lingkungan organisasi tersebut semakin besar,yang
Page 361
memungkinkan memberikan akses yang lebih baik dalam membangun hubungan-hubungan
Page 362
sosial yang bermakna, menyebabkan individu seganuntuk meninggalkan organisasi. 4.
Page 363
Mobilitas individu berkurang karena lama berada pada suatu organisasi, yang
Page 364
berakibat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lainmakin kecil. Beberapa karakteristik
Page 365
pribadi dianggap memiliki hubungan dengan komitmen, penelitian yang dilakukan
Page 366
Mowday, Porter, dan Steers (Temaluru, 2001: 458-460)menunjukkan bahwa terdapatbeberapa
Page 367
faktor yang dapat mempengaruhi komitmen seseorang terhadap organisasi,
Page 368
diantaranya adalah: 1. Usia dan masa kerja. Usia dan masa kerjaberkolerasi
Page 369
positif dengankomitmen.
39 suatu bentuk loyalitas yanglebih konkret yang dapat dilihat dari
Page 370
sejauh mana karyawan mencurahkan perhatiasn, gagasan, dan tanggung jawabdalam upaya mencapai
Page 371
tujuan organisasi. Robbins, (1998) berpendapat bahwa komitmenorganisasi adalah sampai
Page 372
tingkat mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-
Page 373
tujuannya, danberniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Komitmen organisasi
Page 374
yang tinggi berarti terdapat kepemihakan kepada organisasi yang tinggi pula. Komitmen
Page 375
sebagai prediktor kinerja seseorang merupakanprediktor yanglebih baik danbersifat
Page 376
global, dan bertahan dalamorganisasi sebagai suatu keseluruhan daripada kepuasan kerjasemata.
Page 377
Seseorang dapat tidak puas dengan pekerjaan tertentu dan menganggapnya sebagai kondisi
Page 378
sementara, tapi tidakpuas terhadap organisasi adalah sebagaisuatu keseluruhan, dan
Page 379
ketidakpuasan tersebut bila menjalar ke organisasi, dapat mendorong seseorang untuk
Page 380
mempertimbangkan diri minta berhenti Menurut Luthans (2002:236) bahwa sebagai suatu sikap,
Page 381
komitmen organisasi merupakan suatu hasrat atau motif yang kuat untuk tetap menjadi
Page 382
anggota organisasi; suatu keinginan untuk menunjukkan usaha tingkat tinggi atas
Page 383
nama organisasi; dan keyakinan yang kuat dalam menerimanilai-nilai dan tujuan-tujuan
Page 384
organisasi. Lebih lanjut Reichers (Greenberg andBaron, 1997: 191) menyatakanbahwa ada dua
Page 385
motif yang mendasari seseorang untuk berkomitmen pada organisasi atau unit
Page 386
kerjanya, antara lain:
40 1. Side-Best Orientation
Page 387
Side-Best Orientation ini memfokuskan pada akumulasidari kerugian yang di alami atas segala
Page 388
sesuatu yang telah diberikan olehindividu pada organisasi apabila meninggalkan
Page 389
organisasi tersebut. 2. Goal-Congruence Orientation Memfokuskan pada tingkat
Page 390
kesesuaian antara tujuan personal individu dan organisasi sebagai hal yang menentukan
Page 391
komitmen pada organisasi. Berdasarkan beberapa teoridi atas dapat disimpulkan bahwa komitmenmerupakan
Page 392
suatu keadaan di mana karyawan memihak dan peduli kepada organisasi tertentu dan tujuan-
Page 393
tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannyadalam organisasi itu. Bentuk keterpihakan
Page 394
dan kepeduliankaryawan tersebut dapatdilakukan dengan berbagai cara,seperti terlibat dalam
Page 395
kegiatan organisasi,berkurangnya membuang-buangwaktu dalam bekerja dan berkurangnya kemungkinan
Page 396
meninggalkan lingkungan kerja. 2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Page 397
Komitmen Organisasi Menurut Angle dan Perry (Temaluru, 2001: 458), komitmen terhadap
Page 398
organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni masa kerja (tenure
Page 399
) seseorang pada organisasi tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Page 400
41 1. Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi,
Page 401
semakin memberi iapeluang untuk menerima tugas-tugas yang lebih menantang, otonomi yang
Page 402
lebih besar, keleluasaan bekerja, tingkat imbalan ekstrinsik yang lebih tinggi, dan
Page 403
peluang menduduki jabatan atau posisi yang lebih tinggi. 2.
Page 404
Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, peluang investasipribadi
Page 405
(pikiran, tenaga, dan waktu) untuk organisasi semakin besar;dengan demikian, semakin sulit
Page 406
untuk meninggalkan organisasi tersebut. 3. Keterlibatan sosial individu dalam
Page 407
dengan organisasi danmasyarakat di lingkungan organisasi tersebut semakin besar,yang
Page 408
memungkinkan memberikan akses yang lebih baik dalam membangun hubungan-hubungan
Page 409
sosial yang bermakna, menyebabkan individu seganuntuk meninggalkan organisasi. 4.
Page 410
Mobilitas individu berkurang karena lama berada pada suatu organisasi, yang
Page 411
berakibat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lainmakin kecil. Beberapa karakteristik
Page 412
pribadi dianggap memiliki hubungan dengan komitmen, penelitian yang dilakukan
Page 413
Mowday, Porter, dan Steers (Temaluru, 2001: 458-460)menunjukkan bahwa terdapatbeberapa
Page 414
faktor yang dapat mempengaruhi komitmen seseorang terhadap organisasi,
Page 415
diantaranya adalah: 1. Usia dan masa kerja. Usia dan masa kerjaberkolerasi
Page 416
positif dengankomitmen.
42 2. Tingkat Pendidikan. Makin tinggi
Page 417
tingkat pendidikan individu, makin banyakpula harapannya yang mungkin tidak dapat
Page 418
dipenuhi atau tidak sesuai dengan organisasi tempat di manaia bekerja. 3.
Page 419
Jenis Kelamin.Wanita pada umumnya menghadapi tantangan yanglebih besar dalam pencapaian
Page 420
kariernya, sehingga komitmennya lebih tinggi. 4. Peran individutersebut di
Page 421
organisasi. Hasil studi Morris dan Sherman menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara
Page 422
peran yang tidak jelas dan komitmen terhadap organisasi. 5. Faktor lingkungan
Page 423
pekerjaan akanberpengaruh terhadap sikapindividu pada organisasi. Menurut Porterdan Mowday (Armstrong,
Page 424
2004: 100), lingkungan danpengalaman kerja dipandang sebagai kekuatan sosialisasi
Page 425
utama yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi. a) Keterandalan organisasi,
Page 426
sejauh mana individu merasa bahwa organisasi tempat ia bekerja memperhatikan anggotanya,
Page 427
baik dalam halminat maupun kesejahteraan.b) Perasaan dipentingkan oleh
Page 428
organisasi, sejauh mana individu merasa diperlukan dalam mencapaimisi organisasi.
Page 429
Menurut Lavering (Temaluru, 2001: 458-460), tempat kerja yang baik adalah tempat yang
Page 430
karyawan dihargai keberadaanya dan merasa bangga menjadianggota organisasi tersebut. c)
Page 431
Ketidakberartian akan membuat komitmen organisasi menjadi rendah.
Page 432
43 d) Realisasi harapan individu, sejauh mana harapan
Page 433
individu dapatdirealisasikanmelalui organisasi dimana ia bekerja. e)
Page 434
Persepsi tentang sikap terhadap rekankerja, sejauh mana individu tersebut merasa bahwa rekan kerjanya
Page 435
dapat mempertahankansikap kerja sikap kerja yang positif terhadap organisasi. f)
Page 436
Persepsi tentang gaji, sejauh mana individu tersebut merasa gaji yang diterimanya
Page 437
seimbang dengan individu lain.Perasaan diperlakukan fair atau tidak akan mempengaruhi
Page 438
komitmennya. Lee (1987:67) menyatakan bahwa untuk menggerakkan komitmen pegawai yang pada suatu
Page 439
organisasi, maka pihak manajemen/pimpinan organisasi dapat menggunakan lima faktor
Page 440
pendekatan utama yaitu; 1. Understanding employee work value 2.
Page 441
Communication job performance standard 3.
Page 442
Linking performance toreward 4. Providing effective
Page 443
performance evaluations 5. Offering support for managers and supervisory
Page 444
Pendapat lain dikemukakan oleh Mowday et.al. (Boon dan Arumugam, 2006: 99). Berdasarkan
Page 445
pendapat Mowday terdapat tiga faktor utama untuk melihat komitmen organisasi suatu
Page 446
individu, yaitu: 1. keyakinan dan penerimaan yang kuat olehindividu terhadap
Page 447
tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi;
44 2.
Page 448
kesediaan untuk berupayalebih keras demi mencapai tujuan organisasi; dan 3.
Page 449
keinginan kuattetap mempertahankankeanggotaannyadalam organisasi. Sedangkan pendapat Allen
Page 450
dan Meyer (1990: 235) mengklasifikasikan komitmentorganisasionalke dalam tiga dimensi, yaitu:
Page 451
komitmen afektif (affective commitment), komitmen continuance (continuance commitment),
Page 452
dan komitmen normatif (normative commitment). Penjelasan dari ketiga dimensi komitmen
Page 453
tersebut adalah sebagaiberikut : 1. Komitmen afektif (affective commitment
Page 454
) yaitu keterlibatan emosi pekerja terhadap organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau
Page 455
dikembangkan apabila keterlibatan dalam organisasi terbukti menjadi pengalaman
Page 456
yang memuaskan. Organisasi memberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan
Page 457
dengan semakinbaik atau menghasilkan kesempatan untuk mendapatkan skill
Page 458
yang berharga.2. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment
Page 459
) yaitu keterlibatan komitmen berdasarkan biaya yang dikeluarkan akibat keluarnya
Page 460
pekerja dari organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau dikembangkan pada saat individu
Page 461
melakukan investasi. Investasi tersebut akan hilang atau berkurang nilainya apabila
Page 462
individu beralih dari organisasinya.3. Komitmen normatif (
Page 463
normative commitment ) yaitu keterlibatan perasaanpekerja terhadap tugas-tugas
Page 464
yang ada di organisasi. Komitmen normatif dipengaruhi dan atau dikembangkan sebagai hasil
Page 465
dari internalisasi tekanan
42 2. Tingkat Pendidikan.
Page 466
Makin tinggi tingkat pendidikan individu, makin banyakpula harapannya yang mungkin
Page 467
tidak dapat dipenuhi atau tidak sesuai dengan organisasi tempat di manaia bekerja. 3.
Page 468
Jenis Kelamin.Wanita pada umumnya menghadapi tantangan yanglebih besar dalam pencapaian
Page 469
kariernya, sehingga komitmennya lebih tinggi. 4. Peran individutersebut di
Page 470
organisasi. Hasil studi Morris dan Sherman menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara
Page 471
peran yang tidak jelas dan komitmen terhadap organisasi. 5. Faktor lingkungan
Page 472
pekerjaan akanberpengaruh terhadap sikapindividu pada organisasi. Menurut Porterdan Mowday (Armstrong,
Page 473
2004: 100), lingkungan danpengalaman kerja dipandang sebagai kekuatan sosialisasi
Page 474
utama yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi. a) Keterandalan organisasi,
Page 475
sejauh mana individu merasa bahwa organisasi tempat ia bekerja memperhatikan anggotanya,
Page 476
baik dalam halminat maupun kesejahteraan.b) Perasaan dipentingkan oleh
Page 477
organisasi, sejauh mana individu merasa diperlukan dalam mencapaimisi organisasi.
Page 478
Menurut Lavering (Temaluru, 2001: 458-460), tempat kerja yang baik adalah tempat yang
Page 479
karyawan dihargai keberadaanya dan merasa bangga menjadianggota organisasi tersebut. c)
Page 480
Ketidakberartian akan membuat komitmen organisasi menjadi rendah.
Page 481
43 d) Realisasi harapan individu, sejauh mana harapan
Page 482
individu dapatdirealisasikanmelalui organisasi dimana ia bekerja. e)
Page 483
Persepsi tentang sikap terhadap rekankerja, sejauh mana individu tersebut merasa bahwa rekan kerjanya
Page 484
dapat mempertahankansikap kerja sikap kerja yang positif terhadap organisasi. f)
Page 485
Persepsi tentang gaji, sejauh mana individu tersebut merasa gaji yang diterimanya
Page 486
seimbang dengan individu lain.Perasaan diperlakukan fair atau tidak akan mempengaruhi
Page 487
komitmennya. Lee (1987:67) menyatakan bahwa untuk menggerakkan komitmen pegawai yang pada suatu
Page 488
organisasi, maka pihak manajemen/pimpinan organisasi dapat menggunakan lima faktor
Page 489
pendekatan utama yaitu; 1. Understanding employee work value 2.
Page 490
Communication job performance standard 3.
Page 491
Linking performance toreward 4. Providing effective
Page 492
performance evaluations 5. Offering support for managers and supervisory
Page 493
Pendapat lain dikemukakan oleh Mowday et.al. (Boon dan Arumugam, 2006: 99). Berdasarkan
Page 494
pendapat Mowday terdapat tiga faktor utama untuk melihat komitmen organisasi suatu
Page 495
individu, yaitu: 1. keyakinan dan penerimaan yang kuat olehindividu terhadap
Page 496
tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi;
44 2.
Page 497
kesediaan untuk berupayalebih keras demi mencapai tujuan organisasi; dan 3.
Page 498
keinginan kuattetap mempertahankankeanggotaannyadalam organisasi. Sedangkan pendapat Allen
Page 499
dan Meyer (1990: 235) mengklasifikasikan komitmentorganisasionalke dalam tiga dimensi, yaitu:
Page 500
komitmen afektif (affective commitment), komitmen continuance (continuance commitment),
Page 501
dan komitmen normatif (normative commitment). Penjelasan dari ketiga dimensi komitmen
Page 502
tersebut adalah sebagaiberikut : 1. Komitmen afektif (affective commitment
Page 503
) yaitu keterlibatan emosi pekerja terhadap organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau
Page 504
dikembangkan apabila keterlibatan dalam organisasi terbukti menjadi pengalaman
Page 505
yang memuaskan. Organisasi memberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan
Page 506
dengan semakinbaik atau menghasilkan kesempatan untuk mendapatkan skill
Page 507
yang berharga.2. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment
Page 508
) yaitu keterlibatan komitmen berdasarkan biaya yang dikeluarkan akibat keluarnya
Page 509
pekerja dari organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau dikembangkan pada saat individu
Page 510
melakukan investasi. Investasi tersebut akan hilang atau berkurang nilainya apabila
Page 511
individu beralih dari organisasinya.3. Komitmen normatif (
Page 512
normative commitment ) yaitu keterlibatan perasaanpekerja terhadap tugas-tugas
Page 513
yang ada di organisasi. Komitmen normatif dipengaruhi dan atau dikembangkan sebagai hasil
Page 514
dari internalisasi tekanan
45 normatif untukmelakukan tindakan tertentu, dan
Page 515
menerima keuntungan yang menimbulkan perasaan akan kewajiban yangharus dibalas.Selanjutnya
Page 516
secara singkatAllen dan Meyer (1990: 236) mengilustrasikan perbedaan dari ketiga dimensi
Page 517
tersebut sebagai berikut: "Employees with strong affective commitment remain because
Page 518
they want to, those with strong continuance commitment remain becausethey need to, and those with
Page 519
strong normative commitment because they feel they thought to do so
Page 520
". Berdasarkanpendapat Allendan Meyer tersebut, dapat diinterpretasibahwa keputusan
Page 521
seseorang tetap bertahandi organisasi memiliki motivasi yang berbeda- beda.Seseorang dengan
Page 522
komitmen efektif yang kuat, bertahandi organisasi,karena memang dia menyukai organisasi itu, sedangkan
Page 523
seseorang dengan komitmen continuance yang kuat bertahan di organisasi, karena alasan
Page 524
kebutuhan hidup sebagai dorongan utamanya. Sedangkan seseorang dengan komitmen
Page 525
normatif yang kuat, tetap bertahan di organisasi, karena alasan moralitas. Namun demikian,
Page 526
apapun sumber komitmen, secara substansial wujud komitmenadalah sama yaitupenerimaan
Page 527
individu terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi, kesediaan individu
Page 528
berupaya untukmencapai tujuan organisasi, keinginan tetap mempertahankankeanggotaannya
Page 529
dalam organisasi. Oleh karena itu, pada penelitian iniwujud dari komitmen
Page 530
dioperasionalkan sebagai single construct.
46 Pendapat lain dikemukakan oleh
Page 531
Pradiansyah (1999:31) yangmengemukakanbahwa dalam membentuk ataumembangun sebuah komitmen, maka
Page 532
harus diperhatikan 5(lima) faktor prinsip kunci yakni: 1. Memelihara atau
Page 533
meningkatkan harga diri. Artinya pimpinan haruspintar menjagaagar harga diri bawahan
Page 534
tidak rusak. 2. Memberikan tanggapan dengan empati. 3.
Page 535
Meminta bantuan dan mendorong keterlibatan. Artinya bawahan selain
Page 536
butuh dihargaijuga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 4.
Page 537
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan rasional. 5. Memberikan dukungan tanpa
Page 538
mengambil alihtanggung jawab. Prinsip-prinsip ini mencerminkan falsafah kepemimpinan
Page 539
dimana pimpinan menawarkan bantuan agar bawahan dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan
Page 540
perlu diingat bahwa fungsi pimpinan hanyamembantu, tanggung jawabtetap adapada masing-masing
Page 541
karyawan. Berdasarkan beberapa teoridi atas maka untuk mengukurvariabel komitmen digunakan 3
Page 542
dimensi utama seperti yang dikemukakan oleh Allen danMeyer. Ketiga dimensi komitmen tersebut
Page 543
adalah komitmen afektif (affective commitment), komitmen
Page 544
continuance (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) .
47
Page 545
2.2 Hubungan Antar Variabel2.2.1 HubunganAntara Gaya Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi
Page 546
Komitmen organisasi menurut Maier & Brunstein (2001) merupakan kondisi di mana karyawan
Page 547
sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya.Sedangkan gaya
Page 548
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancanguntuk mengintegrasikan tujuan organisasi
Page 549
dengan tujuan individu untukmencapai tujuan tertentu. (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224).
Page 550
Teori kepemimpinan (Kreitner dan kinichi, 2000)berasumsi bahwa gaya kepemimpinan seorang
Page 551
manajer dapat dikembangkan dan diperbaikisecara sistematik. Bagi seorang pemimpin dalammenghadapi
Page 552
situasi yang menuntut aplikasi gaya kepemimpinannya dapat melalui beberapa proses
Page 553
seperti: memahami gaya kepemimpinannya, mendiagnosasuatu situasi,menerapkan gaya kepemimpinan
Page 554
yang relevan dengan tuntutan situasi atau dengan mengubah situasi agar sesuai dengan
Page 555
gaya kepemimpinannya. Hal ini akan mendorongtimbulnya itikad baik atau komitmen anggota
Page 556
terhadap organisasinya.Sovyia Desianty (2005) melakukan penelitian mengenai
Page 557
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi pada PT POS Indonesia (Persero)
Page 558
Semarang. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
Page 559
komitmen organisasi, dengan mengukur pengaruh gaya kepemimpian transformasional dan
Page 560
kepemimpinan transaksional terhadap komitmen organisasi. Penelitian inimembuktikan bahwa gaya
Page 561
kepemimpinan transformasional dan
45 normatif untukmelakukan tindakan tertentu, dan
Page 562
menerima keuntungan yang menimbulkan perasaan akan kewajiban yangharus dibalas.Selanjutnya
Page 563
secara singkatAllen dan Meyer (1990: 236) mengilustrasikan perbedaan dari ketiga dimensi
Page 564
tersebut sebagai berikut: "Employees with strong affective commitment remain because
Page 565
they want to, those with strong continuance commitment remain becausethey need to, and those with
Page 566
strong normative commitment because they feel they thought to do so
Page 567
". Berdasarkanpendapat Allendan Meyer tersebut, dapat diinterpretasibahwa keputusan
Page 568
seseorang tetap bertahandi organisasi memiliki motivasi yang berbeda- beda.Seseorang dengan
Page 569
komitmen efektif yang kuat, bertahandi organisasi,karena memang dia menyukai organisasi itu, sedangkan
Page 570
seseorang dengan komitmen continuance yang kuat bertahan di organisasi, karena alasan
Page 571
kebutuhan hidup sebagai dorongan utamanya. Sedangkan seseorang dengan komitmen
Page 572
normatif yang kuat, tetap bertahan di organisasi, karena alasan moralitas. Namun demikian,
Page 573
apapun sumber komitmen, secara substansial wujud komitmenadalah sama yaitupenerimaan
Page 574
individu terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi, kesediaan individu
Page 575
berupaya untukmencapai tujuan organisasi, keinginan tetap mempertahankankeanggotaannya
Page 576
dalam organisasi. Oleh karena itu, pada penelitian iniwujud dari komitmen
Page 577
dioperasionalkan sebagai single construct.
46 Pendapat lain dikemukakan oleh
Page 578
Pradiansyah (1999:31) yangmengemukakanbahwa dalam membentuk ataumembangun sebuah komitmen, maka
Page 579
harus diperhatikan 5(lima) faktor prinsip kunci yakni: 1. Memelihara atau
Page 580
meningkatkan harga diri. Artinya pimpinan haruspintar menjagaagar harga diri bawahan
Page 581
tidak rusak. 2. Memberikan tanggapan dengan empati. 3.
Page 582
Meminta bantuan dan mendorong keterlibatan. Artinya bawahan selain
Page 583
butuh dihargaijuga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 4.
Page 584
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan rasional. 5. Memberikan dukungan tanpa
Page 585
mengambil alihtanggung jawab. Prinsip-prinsip ini mencerminkan falsafah kepemimpinan
Page 586
dimana pimpinan menawarkan bantuan agar bawahan dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan
Page 587
perlu diingat bahwa fungsi pimpinan hanyamembantu, tanggung jawabtetap adapada masing-masing
Page 588
karyawan. Berdasarkan beberapa teoridi atas maka untuk mengukurvariabel komitmen digunakan 3
Page 589
dimensi utama seperti yang dikemukakan oleh Allen danMeyer. Ketiga dimensi komitmen tersebut
Page 590
adalah komitmen afektif (affective commitment), komitmen
Page 591
continuance (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) .
47
Page 592
2.2 Hubungan Antar Variabel2.2.1 HubunganAntara Gaya Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi
Page 593
Komitmen organisasi menurut Maier & Brunstein (2001) merupakan kondisi di mana karyawan
Page 594
sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya.Sedangkan gaya
Page 595
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancanguntuk mengintegrasikan tujuan organisasi
Page 596
dengan tujuan individu untukmencapai tujuan tertentu. (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224).
Page 597
Teori kepemimpinan (Kreitner dan kinichi, 2000)berasumsi bahwa gaya kepemimpinan seorang
Page 598
manajer dapat dikembangkan dan diperbaikisecara sistematik. Bagi seorang pemimpin dalammenghadapi
Page 599
situasi yang menuntut aplikasi gaya kepemimpinannya dapat melalui beberapa proses
Page 600
seperti: memahami gaya kepemimpinannya, mendiagnosasuatu situasi,menerapkan gaya kepemimpinan
Page 601
yang relevan dengan tuntutan situasi atau dengan mengubah situasi agar sesuai dengan
Page 602
gaya kepemimpinannya. Hal ini akan mendorongtimbulnya itikad baik atau komitmen anggota
Page 603
terhadap organisasinya.Sovyia Desianty (2005) melakukan penelitian mengenai
Page 604
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi pada PT POS Indonesia (Persero)
Page 605
Semarang. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
Page 606
komitmen organisasi, dengan mengukur pengaruh gaya kepemimpian transformasional dan
Page 607
kepemimpinan transaksional terhadap komitmen organisasi. Penelitian inimembuktikan bahwa gaya
Page 608
kepemimpinan transformasional dan
48 kepemimpinan transaksional mempunyai pengaruh yang
Page 609
positif dan signifikan terhadap komitmen oraganisasi. Kepemimpinan transformasion
Page 610
al mempunyai pengaruh terhadap komitmen, terutama dalammemobilisasi komitmen dalamsuatu
Page 611
organisasi yang mengalamiperubahan (Noel M. Tichy& David 0. Urlich, 1984).Avolio et al.
Page 612
(2004) menguji psychologicalempowerment sebagai mediasi hubungan kepemimpinan transformation
Page 613
al dengan komitmen organisasional. Mereka juga menguji bagaimana structural distance
Page 614
(kepemimpinan langsung dan tidak langsung) antara parapimpinan sebagai pemoderasi
Page 615
hubungan antara transformational leadership dan komitmen organisasional. Hasil analisanya
Page 616
menunjukkan bahwa psychologicalempowerment memediasi hubungan antara
Page 617
transformational leadership dan komitmen organisasional. Jean Lee (2005) mengujipengaruh kepemimpinan
Page 618
dan perubahan anggotapimpinan terhadap komitmen organisasi. Hasil penelitiannya
Page 619
menemukan bahwa transformational leadership berhubungan positif dengandimensi
Page 620
leader-member exchange (LMX) dan komitmen organisasional. Kualitas LMXjuga memediasi
Page 621
hubungan antara leadership dengan komitmen organisasional. Dari pernyataan
Page 622
yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis pertama
Page 623
sebagai berikut : H1 : Gaya kepemimpinan berpengaruh
Page 624
secara positifdan signifikanterhadap Komitmen Organisasi
49 2.2.2 HubunganAntara
Page 625
Komitmen Organisasi dengan Kepuasan KerjaKeberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu
Page 626
bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme juga
Page 627
komitmen terhadap bidang yang ditekuninya. Suatu komitmenorganisasionalmenunjukkan suatu daya
Page 628
dari sesorang dalam mengidentifikasikan keterlibatan dalam suatu organisasi. Oleh karena
Page 629
itu komitmen organisasionalakan menimbulkan rasa ikut memiliki ( sense of belonging
Page 630
) bagi pekerjaterhadap organisasi. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari
Page 631
keanggotaan formal, karenameliputi sikapmenyukai organisasi dankesediaan untuk mengusahakan
Page 632
tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Page 633
Sedangkan kepuasan kerjaadalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya dan dapat
Page 634
disimpulkan bahwa kepuasankerja adalah perasaan yang menyokong atautidak menyokong dalam diri
Page 635
pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisidirinya. Perasaan yang berhubungan
Page 636
dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya,kesempatan pengembangan karier,
Page 637
hubungan dengan pegawailain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Seperti yang
Page 638
dikutip Cahyono dan Imam (2002: 242) dari penelitian Aranya et al
Page 639
. (1982) menganalisis efek komitmen organisasionaldan komitmen profesionalpada kepuasan kerja para
Page 640
akuntan yang dipekerjakan. Dengan menggunakan komitmen organisasionaldan komitmen profesional
Page 641
sebagai prediktor kepuasan kerja, mereka melaporkan secara statistik adanya suatu
Page 642
korelasi nyataantara
50 komitmen organisasi dankomitmen profesi dengankepuasan
Page 643
kerja. Penelitian mengenai pengaruh komitmen terhadap kepuasan kerjaauditor pernah
Page 644
dilakukan olehSri Trisnaningsih (2003) dengan memusatkan penelitian pada kantor akuntan
Page 645
publik di JawaTimur. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa komitmenorganisasional
Page 646
dan komitmen profesional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerjaauditor.Budi
Page 647
Maryanto (2008) dalam penelitian yang berjudul pengaruh komitmen terhadap kepuasan kerja
Page 648
auditor denganmotivasi kerjasebagai variable interveningnyamembuktikan adanya pengaruh
Page 649
positif dan signifikan antara komitmen terhadap kepuasan kerja. Dari pernyataan
Page 650
yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis kedua sebagai berikut :
Page 651
H2 : Komitmen Organisasi berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap Kepuasan Kerja
Page 652
2.2.3 HubunganAntara Gaya Kepemimpinan dengan Kepuasan KerjaPerilaku pemimpin merupakan
Page 653
salah satu faktor pentingyang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. MenurutMiller et al. (1991)
Page 654
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja
Page 655
para pegawai.Hasil penelitian Gruenberg (1980) diperoleh bahwa hubunganyang akrab dan
Page 656
saling tolong-menolong dengan teman sekerja serta penyelia adalah sangat
48
Page 657
kepemimpinan transaksional mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Page 658
komitmen oraganisasi. Kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh terhadap
Page 659
komitmen, terutama dalammemobilisasi komitmen dalamsuatu organisasi yang mengalamiperubahan
Page 660
(Noel M. Tichy& David 0. Urlich, 1984).Avolio et al. (2004) menguji psychologicalempowerment
Page 661
sebagai mediasi hubungan kepemimpinan transformational dengan komitmen organisasional
Page 662
. Mereka juga menguji bagaimana structural distance (kepemimpinan langsung dan tidak
Page 663
langsung) antara parapimpinan sebagai pemoderasi hubungan antara
Page 664
transformational leadership dan komitmen organisasional. Hasil analisanya menunjukkan bahwa
Page 665
psychologicalempowerment memediasi hubungan antara transformational leadership
Page 666
dan komitmen organisasional. Jean Lee (2005) mengujipengaruh kepemimpinan dan perubahan anggota
Page 667
pimpinan terhadap komitmen organisasi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
Page 668
transformational leadership berhubungan positif dengandimensi leader-member exchange
Page 669
(LMX) dan komitmen organisasional. Kualitas LMXjuga memediasihubungan antara leadership
Page 670
dengan komitmen organisasional. Dari pernyataan yang telah disebutkan di atas, maka
Page 671
penulis mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut : H
Page 672
1 : Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap Komitmen Organisasi
Page 673
49 2.2.2 HubunganAntara Komitmen Organisasi dengan Kepuasan Kerja
Page 674
Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan
Page 675
oleh tingkat kompetensi, profesionalisme juga komitmen terhadap bidang yang ditekuninya.
Page 676
Suatu komitmenorganisasionalmenunjukkan suatu daya dari sesorang dalam mengidentifikasikan
Page 677
keterlibatan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu komitmen organisasionalakan menimbulkan
Page 678
rasa ikut memiliki ( sense of belonging ) bagi pekerjaterhadap organisasi. Komitmen
Page 679
terhadap organisasi artinya lebih dari keanggotaan formal, karenameliputi sikapmenyukai
Page 680
organisasi dankesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan
Page 681
organisasi demi pencapaian tujuan. Sedangkan kepuasan kerjaadalah cara pegawai
Page 682
merasakan dirinya atau pekerjaannya dan dapat disimpulkan bahwa kepuasankerja adalah perasaan yang
Page 683
menyokong atautidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan
Page 684
maupun kondisidirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
Page 685
seperti upaya,kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawailain, penempatan
Page 686
kerja, dan struktur organisasi. Seperti yang dikutip Cahyono dan Imam (2002: 242) dari
Page 687
penelitian Aranya et al . (1982) menganalisis efek komitmen organisasionaldan komitmen
Page 688
profesionalpada kepuasan kerja para akuntan yang dipekerjakan. Dengan menggunakan komitmen
Page 689
organisasionaldan komitmen profesional sebagai prediktor kepuasan kerja, mereka melaporkan
Page 690
secara statistik adanya suatu korelasi nyataantara
50 komitmen organisasi dan
Page 691
komitmen profesi dengankepuasan kerja. Penelitian mengenai pengaruh komitmen
Page 692
terhadap kepuasan kerjaauditor pernahdilakukan olehSri Trisnaningsih (2003) dengan memusatkan
Page 693
penelitian pada kantor akuntanpublik di JawaTimur. Dari penelitian tersebut diperoleh
Page 694
kesimpulan bahwa komitmenorganisasionaldan komitmen profesional mempunyai pengaruh yang signifikan
Page 695
terhadap kepuasan kerjaauditor.Budi Maryanto (2008) dalam penelitian yang berjudul pengaruh
Page 696
komitmen terhadap kepuasan kerjaauditor denganmotivasi kerjasebagai variable interveningnya
Page 697
membuktikan adanya pengaruh positif dan signifikan antara komitmen terhadap
Page 698
kepuasan kerja. Dari pernyataan yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengajukan
Page 699
hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : Komitmen Organisasi berpengaruh secara positif
Page 700
dan signifikanterhadap Kepuasan Kerja2.2.3 HubunganAntara Gaya Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja
Page 701
Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor pentingyang dapat mempengaruhi kepuasan
Page 702
kerja. MenurutMiller et al. (1991) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang
Page 703
positif terhadap kepuasan kerjapara pegawai.Hasil penelitian Gruenberg (1980)
Page 704
diperoleh bahwa hubunganyang akrab dansaling tolong-menolong dengan teman sekerja serta
Page 705
penyelia adalah sangat
51 penting dan memiliki hubungan kuat dengan kepuasan kerja
Page 706
dan tidak ada kaitannya dengan keadaantempat kerja serta jenis pekerjaan. Ramlan Ruvendi(2005) dalam
Page 707
penelitiannya yang berjudul “Imbalan dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya Terhadap
Page 708
Kepuasan KerjaKaryawan, Di Balai Besar Industri HasilPertanian Bogor ”,
Page 709
menyatakan bahwa terdapathubungan positif dan pengaruh signifikan antara variabel gaya
Page 710
kepemimpinan dengan kepuasan kerjapegawai Balai Besar IndustriHasil Pertanian Bogor.
Page 711
Diungkapkan pula bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang
Page 712
disesuaikan dengan situasidan kondisi (contingency). Indikasi turunnya semangat dan kegairahan
Page 713
kerja ditunjukkan dengan tingginya tingkat absensi dan perpindahan pegawai. Hal
Page 714
itu timbul sebagai akibatdari kepemimpinan yang tidak disenangi. Salah satu faktor yang
Page 715
menyebabkan ketidakpuasan kerja ialah sifat penyeliayang tidak maumendengar keluhan dan pandangan
Page 716
pekerja dan mau membantu apabila diperlukan (Pinder, 1984). Hal inidibuktikan oleh Blakely
Page 717
(1993) dimanapekerja yang menerima penghargaan dari penyelia yang lebih tinggi dibandingkan
Page 718
dengan penilaian mereka sendiriakan lebih puas, akan tetapi penyeliaan yang terlalu
Page 719
ketat akan menyebabkan tingkat kepuasan yang rendah (King et al.,1982). Dengan melihatfakta di atas
Page 720
maka penulis akan mengajukan hipotesis ketiga sebagaiberikut : H3
Page 721
: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap Kepuasan Kerja
52
Page 722
2.2.4 HubunganAntara Komitmen Organisasi dengan KinerjaKaryawan Komitmen organisasional
Page 723
menunjukkan suatu daya dari seseorangdalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu
Page 724
bagian organisasi. Komitmen organisasionaldibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas
Page 725
nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan
Page 726
loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. oleh karena itu komitmen organisasi
Page 727
akan menimbulkan rasa ikut memiliki ( sense of belonging ) bagi auditorterhadap
Page 728
organisasi. Jika seorang karyawan merasa jiwanyaterikat dengannilai-nilai organisasionalyang ada maka
Page 729
dia akan merasa senang dalam bekerja,sehingga kinerjanya dapat terus meningkat. Meyer et al.
Page 730
(1989) mengujihubungan antara kinerjamanajer tingkat atas dengan komitmen affective
Page 731
dan komitmen continuance pada perusahaan jasa makanan. Hasil penelitiannya
Page 732
menyatakan bahwa komitmenaffective berkorelasi secara positifdengan kinerja,
Page 733
sedangkan komitmen continuance berkorelasi secara negatifdengan kinerja. Namun, temuan
Page 734
tersebut berlawanan dengan Somers dan Bimbaum (1998) mengemukakan bahwa komitmen
Page 735
organisasional(affective dan continuance) tidak berpengaruh terhadap
Page 736
kinerja. Penelitian dari Harrison dan Hubard (1998) menyatakan bahwa komitmenmempengaruhi
Page 737
outcomes (keberhasilan) suatu organisasi. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh komitmen
Page 738
organisasi. Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam bekerja dan tidak mempunyai
Page 739
keinginan keluar dari perusahaan, maka hal ini merupakan modal dasar untuk mendorong
Page 740
produktifitas yang tinggi. Pendapat
53 ini didukung oleh Moncreif et al
Page 741
(1997) yang mengungkapkan bahwa komitmenkaryawan terhadap organisasi yang tinggi akan
Page 742
berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Morrison (1994, dalam Sitty Yuwalliantin,
Page 743
2006) komitmendianggap penting bagi organisasi karena : (1) pengaruhnya pada turnover
Page 744
, (2) hubungankinerja yang mengasumsikan bahwa individuyang memiliki komitmen cenderung mengembangkan
Page 745
upaya yang lebih besar pada pekerjaan. Dalampenelitian yang dilakukanoleh Benkhoff
Page 746
(1997), komitmen organisasi memegangperanan penting bagi peningkatan kinerja yang
Page 747
baik dan pengabaian terhadap komitmen pada organisasi akan menimbulkan kerugian.
Page 748
Komitmen organisasi merupakan suatu konsistensi dari wujud keterikatan seseorang
Page 749
terhadap organisasinya.Adanya komitmen yang tepat akan memberikan motivasi yang tinggi dan
Page 750
memberikan dampak yang positif terhadap kinerja suatu pekerjaan. Dari pernyataan
Page 751
yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis keempat
Page 752
sebagai berikut : H4 : Komitmen organisasi berpengaruh secara positifdan signifikan
Page 753
terhadap Kinerja karyawan 2.2.5 Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan
Page 754
dengan KinerjaKaryawan Pemimpin mempunyai tanggung jawabmenciptakan kondisi-kondisi yang
Page 755
merangsang anggota agar dapat mencapaitujuan yang ditentukan. Gaya kepemimpinan menjadi cermin
Page 756
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi
51 penting dan memiliki hubungan kuat
Page 757
dengan kepuasan kerjadan tidak ada kaitannya dengan keadaantempat kerja serta jenis pekerjaan.
Page 758
Ramlan Ruvendi(2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Imbalan dan Gaya Kepemimpinan
Page 759
Pengaruhnya Terhadap Kepuasan KerjaKaryawan, Di Balai Besar Industri HasilPertanian Bogor
Page 760
”, menyatakan bahwa terdapathubungan positif dan pengaruh signifikan antara
Page 761
variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerjapegawai Balai Besar IndustriHasil Pertanian
Page 762
Bogor. Diungkapkan pula bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan
Page 763
yang disesuaikan dengan situasidan kondisi (contingency). Indikasi turunnya semangat dan
Page 764
kegairahan kerja ditunjukkan dengan tingginya tingkat absensi dan perpindahan
Page 765
pegawai. Hal itu timbul sebagai akibatdari kepemimpinan yang tidak disenangi. Salah satu
Page 766
faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja ialah sifat penyeliayang tidak maumendengar keluhan dan
Page 767
pandangan pekerja dan mau membantu apabila diperlukan (Pinder, 1984). Hal inidibuktikan
Page 768
oleh Blakely (1993) dimanapekerja yang menerima penghargaan dari penyelia yang lebih tinggi
Page 769
dibandingkan dengan penilaian mereka sendiriakan lebih puas, akan tetapi penyeliaan
Page 770
yang terlalu ketat akan menyebabkan tingkat kepuasan yang rendah (King et al.,1982). Dengan melihat
Page 771
fakta di atas maka penulis akan mengajukan hipotesis ketiga sebagaiberikut : H3
Page 772
: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap Kepuasan Kerja
52
Page 773
2.2.4 HubunganAntara Komitmen Organisasi dengan KinerjaKaryawan Komitmen organisasional
Page 774
menunjukkan suatu daya dari seseorangdalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu
Page 775
bagian organisasi. Komitmen organisasionaldibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas
Page 776
nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan
Page 777
loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. oleh karena itu komitmen organisasi
Page 778
akan menimbulkan rasa ikut memiliki ( sense of belonging ) bagi auditorterhadap
Page 779
organisasi. Jika seorang karyawan merasa jiwanyaterikat dengannilai-nilai organisasionalyang ada maka
Page 780
dia akan merasa senang dalam bekerja,sehingga kinerjanya dapat terus meningkat. Meyer et al.
Page 781
(1989) mengujihubungan antara kinerjamanajer tingkat atas dengan komitmen affective
Page 782
dan komitmen continuance pada perusahaan jasa makanan. Hasil penelitiannya
Page 783
menyatakan bahwa komitmenaffective berkorelasi secara positifdengan kinerja,
Page 784
sedangkan komitmen continuance berkorelasi secara negatifdengan kinerja. Namun, temuan
Page 785
tersebut berlawanan dengan Somers dan Bimbaum (1998) mengemukakan bahwa komitmen
Page 786
organisasional(affective dan continuance) tidak berpengaruh terhadap
Page 787
kinerja. Penelitian dari Harrison dan Hubard (1998) menyatakan bahwa komitmenmempengaruhi
Page 788
outcomes (keberhasilan) suatu organisasi. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh komitmen
Page 789
organisasi. Karyawan yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam bekerja dan tidak mempunyai
Page 790
keinginan keluar dari perusahaan, maka hal ini merupakan modal dasar untuk mendorong
Page 791
produktifitas yang tinggi. Pendapat
53 ini didukung oleh Moncreif et al
Page 792
(1997) yang mengungkapkan bahwa komitmenkaryawan terhadap organisasi yang tinggi akan
Page 793
berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Morrison (1994, dalam Sitty Yuwalliantin,
Page 794
2006) komitmendianggap penting bagi organisasi karena : (1) pengaruhnya pada turnover
Page 795
, (2) hubungankinerja yang mengasumsikan bahwa individuyang memiliki komitmen cenderung mengembangkan
Page 796
upaya yang lebih besar pada pekerjaan. Dalampenelitian yang dilakukanoleh Benkhoff
Page 797
(1997), komitmen organisasi memegangperanan penting bagi peningkatan kinerja yang
Page 798
baik dan pengabaian terhadap komitmen pada organisasi akan menimbulkan kerugian.
Page 799
Komitmen organisasi merupakan suatu konsistensi dari wujud keterikatan seseorang
Page 800
terhadap organisasinya.Adanya komitmen yang tepat akan memberikan motivasi yang tinggi dan
Page 801
memberikan dampak yang positif terhadap kinerja suatu pekerjaan. Dari pernyataan
Page 802
yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis keempat
Page 803
sebagai berikut : H4 : Komitmen organisasi berpengaruh secara positifdan signifikan
Page 804
terhadap Kinerja karyawan 2.2.5 Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan
Page 805
dengan KinerjaKaryawan Pemimpin mempunyai tanggung jawabmenciptakan kondisi-kondisi yang
Page 806
merangsang anggota agar dapat mencapaitujuan yang ditentukan. Gaya kepemimpinan menjadi cermin
Page 807
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi
54 individu atau kelompok. Seorang
Page 808
pemimpin harusmampu menjaga keselarasan antara pemenuhan kebutuhan individu dengan
Page 809
pengarahan individu pada tujuan organisasi. Pemimpin yang efektif adalahpemimpin yang mengakui
Page 810
kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam individuatau kelompok,serta fleksibel
Page 811
dalam cara pendekatan yang digunakandemi meningkatkan kinerja seluruh organisasinya.
Page 812
Gaya kepemimpinan dalam perusahaan merupakan hal penting dalam sebuah era organisasi
Page 813
modern yang menghendaki adanya demokratisasi dalam pelaksanaan kerja dan kepemimpinan
Page 814
perusahaan. Gaya kepemimpinan adalah suatu seni mengerahkan segala sumber daya yang
Page 815
dimiliki dalamupaya mencapaitujuan dengan setrategi yangdisesuaikan dengan kondisilingkungan. Akibat yang
Page 816
mungkin timbuldari adanya gaya kepemimpinan yang buruk adalah penurunan kinerja
Page 817
karyawan yang akan membawa dampak kepada penurunan kinerja total perusahaan. Gaya kepemimpinan (
Page 818
leadership style) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau
Page 819
bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebutmau melakukan kehendak pimpinan untukmencapai
Page 820
tujuan organisasi meskipun secara pribadihal tersebut mungkin tidak disenangi.
Page 821
Menurut Alberto et al . (2005) kepemimpinan berpengaruh positif kuat terhadap
Page 822
kinerja, juga berpengaruh signifikan terhadap learning organisasi. Temuan ini memberikan
Page 823
indikasi bahwagaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh
Page 824
terhadap kinerja
55 bawahannya, di samping ituuntuk mendapatkan kinerja yang
Page 825
baik diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap bawahannya.
Page 826
Penelitian dari Ahmad Fadli (2004) mengenai “Pengaruh GayaKepemimpinan Terhadap
Page 827
Kinerja Karyawan Pada PT. Kawasan Industri Medan” danpenelitian dari Ari Heryanto
Page 828
(2002) mengenai “Pengaruh GayaKepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Dengan
Page 829
Motivasi Sebagai Variabel Pemoderasi” membuktikan bahwa ecara empiris gaya kepemimpinan
Page 830
mempunyai pengaruh yangpositif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh yang
Page 831
positif ini menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
Page 832
karyawan, ataudengan kata lain dengan gaya kepemimpinan baik maka kinerja karyawan
Page 833
tinggi. Sedangkan pengaruh yang signifikan inimenunjukkanbahwa gaya kepemimpinan berpengaruh
Page 834
nyata (berarti) terhadap kinerja karyawan. Daripernyataan yang telah disebutkan di
Page 835
atas, maka penulis mengajukan hipotesis kelima sebagaiberikut : H5
Page 836
: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap kinerja karyawan
Page 837
56 2.3 PenelitianTerdahulu Darwish A. Yousef (2000), “OrganisationalCommitment: A Mediator of
Page 838
TheRelationship of Leadership Behavior with Job Satisfaction and Performance in
Page 839
Non-Western Country”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komitmenorganisasi
Page 840
memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerjadan kinerja, selain itu
Page 841
penelitian inijuga menemukanbahwa budaya nasional menjadi moderasi hubungan antara gaya
Page 842
kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Lee Huey Yiing andKamarul Zaman Bin Ahmad (2009),
Page 843
”The ModeratingEffects of OrganizationalCulture on TheRelationships Between Leadership
Page 844
Behaviour and OrganizationalCommitment andBetween OrganizationalCommitment andJob Satisfaction
Page 845
and Performance”. Penelitian ini mengacu pada penelitian Yousef (2000) di atas, hasil
Page 846
dari penelitian inimengemukakan bahwa tiga elemen budaya organisasi (budaya birokratik,
Page 847
inovatif dan suportif) memoderasi secara signifikan hubungan antara gaya kepemimpinan
Page 848
parsitipatif dan gaya kepemimpinan suportif terhadap komitmen organisasi. Sedangkan
Page 849
hubungan antara gaya kepemimpinan direktif terhadap komitmen organisasi hanya
Page 850
dimoderasi oleh dua elemen saja yaitu budaya inovatif dan suportif. Ketiga elemen budaya
Page 851
organisasi tersebut juga tidak memoderasi hubungan antara komitmen organisasi dan
Page 852
kinerja karyawan. Sedangkan hasil penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa komitmen
Page 853
organisasi memiliki hubungan negatif terhadap kepuasan kerjadan hanya memiliki
Page 854
hubungan positif lemah terhadap kinerja karyawan. Menurut Lee Huey Yiing and
54
Page 855
individu atau kelompok. Seorang pemimpin harusmampu menjaga keselarasan antara pemenuhan
Page 856
kebutuhan individu dengan pengarahan individu pada tujuan organisasi. Pemimpin yang
Page 857
efektif adalahpemimpin yang mengakui kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam individu
Page 858
atau kelompok,serta fleksibel dalam cara pendekatan yang digunakandemi meningkatkan
Page 859
kinerja seluruh organisasinya.Gaya kepemimpinan dalam perusahaan merupakan hal
Page 860
penting dalam sebuah era organisasi modern yang menghendaki adanya demokratisasi dalam
Page 861
pelaksanaan kerja dan kepemimpinan perusahaan. Gaya kepemimpinan adalah suatu seni
Page 862
mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki dalamupaya mencapaitujuan dengan setrategi yangdisesuaikan
Page 863
dengan kondisilingkungan. Akibat yang mungkin timbuldari adanya gaya kepemimpinan yang buruk
Page 864
adalah penurunan kinerja karyawan yang akan membawa dampak kepada penurunan kinerja total
Page 865
perusahaan. Gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk
Page 866
mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebutmau melakukan
Page 867
kehendak pimpinan untukmencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadihal tersebut
Page 868
mungkin tidak disenangi. Menurut Alberto et al . (2005) kepemimpinan berpengaruh
Page 869
positif kuat terhadap kinerja, juga berpengaruh signifikan terhadap learning
Page 870
organisasi. Temuan ini memberikan indikasi bahwagaya kepemimpinan seorang pemimpin
Page 871
sangat berpengaruh terhadap kinerja
55 bawahannya, di samping ituuntuk
Page 872
mendapatkan kinerja yang baik diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap
Page 873
bawahannya. Penelitian dari Ahmad Fadli (2004) mengenai “Pengaruh GayaKepemimpinan
Page 874
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Kawasan Industri Medan” danpenelitian dari Ari
Page 875
Heryanto (2002) mengenai “Pengaruh GayaKepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Page 876
Dengan Motivasi Sebagai Variabel Pemoderasi” membuktikan bahwa ecara empiris gaya
Page 877
kepemimpinan mempunyai pengaruh yangpositif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Page 878
Pengaruh yang positif ini menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara gaya kepemimpinan
Page 879
dengan kinerjakaryawan, ataudengan kata lain dengan gaya kepemimpinan baik maka kinerja
Page 880
karyawan tinggi. Sedangkan pengaruh yang signifikan inimenunjukkanbahwa gaya kepemimpinan
Page 881
berpengaruh nyata (berarti) terhadap kinerja karyawan. Daripernyataan yang telah
Page 882
disebutkan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis kelima sebagaiberikut : H5
Page 883
: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap kinerja karyawan
Page 884
56 2.3 PenelitianTerdahulu Darwish A. Yousef (2000), “OrganisationalCommitment: A Mediator of
Page 885
TheRelationship of Leadership Behavior with Job Satisfaction and Performance in
Page 886
Non-Western Country”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komitmenorganisasi
Page 887
memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerjadan kinerja, selain itu
Page 888
penelitian inijuga menemukanbahwa budaya nasional menjadi moderasi hubungan antara gaya
Page 889
kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Lee Huey Yiing andKamarul Zaman Bin Ahmad (2009),
Page 890
”The ModeratingEffects of OrganizationalCulture on TheRelationships Between Leadership
Page 891
Behaviour and OrganizationalCommitment andBetween OrganizationalCommitment andJob Satisfaction
Page 892
and Performance”. Penelitian ini mengacu pada penelitian Yousef (2000) di atas, hasil
Page 893
dari penelitian inimengemukakan bahwa tiga elemen budaya organisasi (budaya birokratik,
Page 894
inovatif dan suportif) memoderasi secara signifikan hubungan antara gaya kepemimpinan
Page 895
parsitipatif dan gaya kepemimpinan suportif terhadap komitmen organisasi. Sedangkan
Page 896
hubungan antara gaya kepemimpinan direktif terhadap komitmen organisasi hanya
Page 897
dimoderasi oleh dua elemen saja yaitu budaya inovatif dan suportif. Ketiga elemen budaya
Page 898
organisasi tersebut juga tidak memoderasi hubungan antara komitmen organisasi dan
Page 899
kinerja karyawan. Sedangkan hasil penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa komitmen
Page 900
organisasi memiliki hubungan negatif terhadap kepuasan kerjadan hanya memiliki
Page 901
hubungan positif lemah terhadap kinerja karyawan. Menurut Lee Huey Yiing and
54
Page 902
individu atau kelompok. Seorang pemimpin harusmampu menjaga keselarasan antara pemenuhan
Page 903
kebutuhan individu dengan pengarahan individu pada tujuan organisasi. Pemimpin yang
Page 904
efektif adalahpemimpin yang mengakui kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam individu
Page 905
atau kelompok,serta fleksibel dalam cara pendekatan yang digunakandemi meningkatkan
Page 906
kinerja seluruh organisasinya.Gaya kepemimpinan dalam perusahaan merupakan hal
Page 907
penting dalam sebuah era organisasi modern yang menghendaki adanya demokratisasi dalam
Page 908
pelaksanaan kerja dan kepemimpinan perusahaan. Gaya kepemimpinan adalah suatu seni
Page 909
mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki dalamupaya mencapaitujuan dengan setrategi yangdisesuaikan
Page 910
dengan kondisilingkungan. Akibat yang mungkin timbuldari adanya gaya kepemimpinan yang buruk
Page 911
adalah penurunan kinerja karyawan yang akan membawa dampak kepada penurunan kinerja total
Page 912
perusahaan. Gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk
Page 913
mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebutmau melakukan
Page 914
kehendak pimpinan untukmencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadihal tersebut
Page 915
mungkin tidak disenangi. Menurut Alberto et al . (2005) kepemimpinan berpengaruh
Page 916
positif kuat terhadap kinerja, juga berpengaruh signifikan terhadap learning
Page 917
organisasi. Temuan ini memberikan indikasi bahwagaya kepemimpinan seorang pemimpin
Page 918
sangat berpengaruh terhadap kinerja
55 bawahannya, di samping ituuntuk
Page 919
mendapatkan kinerja yang baik diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap
Page 920
bawahannya. Penelitian dari Ahmad Fadli (2004) mengenai “Pengaruh GayaKepemimpinan
Page 921
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Kawasan Industri Medan” danpenelitian dari Ari
Page 922
Heryanto (2002) mengenai “Pengaruh GayaKepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Page 923
Dengan Motivasi Sebagai Variabel Pemoderasi” membuktikan bahwa ecara empiris gaya
Page 924
kepemimpinan mempunyai pengaruh yangpositif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Page 925
Pengaruh yang positif ini menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara gaya kepemimpinan
Page 926
dengan kinerjakaryawan, ataudengan kata lain dengan gaya kepemimpinan baik maka kinerja
Page 927
karyawan tinggi. Sedangkan pengaruh yang signifikan inimenunjukkanbahwa gaya kepemimpinan
Page 928
berpengaruh nyata (berarti) terhadap kinerja karyawan. Daripernyataan yang telah
Page 929
disebutkan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis kelima sebagaiberikut : H5
Page 930
: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positifdan signifikanterhadap kinerja karyawan
Page 931
56 2.3 PenelitianTerdahulu Darwish A. Yousef (2000), “OrganisationalCommitment: A Mediator of
Page 932
TheRelationship of Leadership Behavior with Job Satisfaction and Performance in
Page 933
Non-Western Country”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komitmenorganisasi
Page 934
memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerjadan kinerja, selain itu
Page 935
penelitian inijuga menemukanbahwa budaya nasional menjadi moderasi hubungan antara gaya
Page 936
kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Lee Huey Yiing andKamarul Zaman Bin Ahmad (2009),
Page 937
”The ModeratingEffects of OrganizationalCulture on TheRelationships Between Leadership
Page 938
Behaviour and OrganizationalCommitment andBetween OrganizationalCommitment andJob Satisfaction
Page 939
and Performance”. Penelitian ini mengacu pada penelitian Yousef (2000) di atas, hasil
Page 940
dari penelitian inimengemukakan bahwa tiga elemen budaya organisasi (budaya birokratik,
Page 941
inovatif dan suportif) memoderasi secara signifikan hubungan antara gaya kepemimpinan
Page 942
parsitipatif dan gaya kepemimpinan suportif terhadap komitmen organisasi. Sedangkan
Page 943
hubungan antara gaya kepemimpinan direktif terhadap komitmen organisasi hanya
Page 944
dimoderasi oleh dua elemen saja yaitu budaya inovatif dan suportif. Ketiga elemen budaya
Page 945
organisasi tersebut juga tidak memoderasi hubungan antara komitmen organisasi dan
Page 946
kinerja karyawan. Sedangkan hasil penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa komitmen
Page 947
organisasi memiliki hubungan negatif terhadap kepuasan kerjadan hanya memiliki
Page 948
hubungan positif lemah terhadap kinerja karyawan. Menurut Lee Huey Yiing and
57
Page 949
Kamarul Zaman Bin Ahmad (2009), hal ini disebabkanadanya perbedaan faktor-faktor demografi dari
Page 950
tiap-tiap responden seperti umur, latar belakangbudaya serta tingkat pendidikan yang tinggi
Page 951
yang membuat karyawan puas terhadap pekerjaan mereka namun tidak ingin berkomitmen
Page 952
terhadap organisasinya.Elisabeth A. Sorentino (1992), “The Effect of Head Nurse Behavior on
Page 953
Nurse Job Satisfaction and Performance”. Penelitian ini mencoba menguji
Page 954
hubungan antara gaya kepemimpinan kepala rumah sakit yang selalu memberikan petunjuk dan
Page 955
dorongan terhadap kepuasan kerjaperawat-perawatnya. Hasilnya adalah dorongan dan
Page 956
semangat yang diberikan olehkepala perawattersebut berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja
Page 957
dan kinerja perawat. Sri Trisnaningsih (2007), “Independensi Auditor dan Komitmen
Page 958
Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance
Page 959
, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”.
Page 960
Pada penelitiannya,Sri Trisnaningsing(2007) menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
Page 961
berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor. Hasilpenelitian inimengindikasikan bahwa gaya
Page 962
kepemimpinan dalam kantor akuntan publiksebagai faktoryang dominan dalam menentukan danpembentukan
Page 963
karakter perusahaan. Selanjutnya karakter perusahaan akan mempengaruhi output
Page 964
dari kinerja auditor. Secara implisit temuan yang menarik dari hasil penelitian ini
Page 965
adalah bahwa auditor yang komitmen terhadap organisasinya tidak mempengaruhi kinerjanya.
Page 966
Hal ini terbukti bahwakomitmen organisasi tidak berfungsi sebagai variabel
Page 967
interveving dalam hubunganantara gaya
58 kepemimpinan terhadap kinerja auditor.
Page 968
Meskipun auditor mempunyai komitmen yang tinggi terhadap organisasinya,tetapi jika
Page 969
pimpinan dalamorganisasi tidak mempunyai pengaruh dominan maka tidak akan mempengaruhi
Page 970
kinerja auditor. Durrotun Nafisah (2005), “Analisis Penga
Page 971
ruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi danKinerja
Page 972
Karyawan (Studi Empirispada Departemen Agama Kabupaten Kendal dan Departemen
Page 973
Agama Kota Semarang)”. hasil penelitian inimenunjukkan bahwa lima faktor
Page 974
kepemimpinan yaitu gayapartisipatif, gaya orientasiprestasi, gayadirektif, gayasuportif dan gaya pengasuh
Page 975
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan
Page 976
kinerja karyawan. Implikasi darihasil penelitian inimenganjurkan agar manajemenmempertimbangk
Page 977
an kelima variabel tersebut sebagai tolok ukur dalam mengembangkan kebijakan yangtepat demi
Page 978
meningkatkan kepuasan kerja, komitmen organisasi dankinerja karyawan.
Page 979
2.4 Kerangka Pemikiran Berikut ini dapat digambarkan kerangka pemikiran yangdijadikan
Page 980
dasarpemikiran dalam penelitian ini. Kerangka tersebut merupakan dasar
Page 981
pemikiran dalam melakukan analisis pada penelitian ini.
59
Page 982
Bagan 2.4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5 Formulasi Hipotesis Penelitian
Page 983
Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam
Page 984
penelitian iniadalah sebagaiberikut : H1 : Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif
Page 985
dan signifikankomitmen organisasi. H2 : Komitmen organisasi berpengaruh secara positif
Page 986
dan signifikankepuasan kerjakaryawan. H3 : Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif
Page 987
dan signifikankepuasan kerjakaryawan. H4 : Komitmen organisasi berpengaruh secara positif
Page 988
dan signifikankinerja karyawan. H5 : Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif
Page 989
dan signifikankinerja karyawan
Kinerja Komitmen Organisasi GayaKepemimpinan Kepuasan Kerja