15
1 PROFESOR YANG MELUPAKAN TEKNOLOGI DALAM NOVEL HAKASE NO AISHITA SHUUSHIKI KARYA OGAWA YOKO* 1 Rima Devi Abstract: The development of technology and industry in Japan was not fully followed by the Japanese people as figure Hakase that narrated by Yoko Ogawa in her novel entitled Hakase no Aishita Suushiki. Hakase had a car accident in 1975 and his memory halted by then. Hakase does not understand the Japanese technological advances even though he himself is a scientist. The issue in this paper is description how Hakase forgets the technology. The discussion of the issue is analyzed using the literary sociology approach. This paper shows that Hakase has fotgotten the technology and made hisself as a technology product. Keyword: technology products, scientists, literary sociology 1. Pendahuluan Tidak menjadi tanda tanya lagi bila disebutkan bahwa Jepang adalah negara yang memiliki teknologi canggih. Bangsa Jepang tidak henti-hentinya menggali ilmu dan mengembangkan teknologinya sehingga mampu menyaingi bahkan mengalahkan gurunya sendiri yaitu negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Sebut saja produknya, seperti mobil merk Toyota yang sangat diminati oleh masyarakat dunia karena teknologinya canggih dan harganya relatif murah. Begitu juga dengan produk Jepang lainnya seperti sepeda motor, kamera, alat elektronik rumah tangga dan lain sebagainya. Berkembangnya teknologi di Jepang juga diikuti oleh masyarakat Jepang sebagai pengguna teknologi tersebut. Namun teknologi ini mempunyai dampak terhadap masyarakat penggunanya. Menurut Meliono (2009,144) bahwa, “Dampak teknologi pada masyarakat adalah terbentuknya masyarakat teknologi, terlebih pada era abad ke-21 ini. Masyarakat teknologi terbentuk oleh kemunculan teknologi”. Dijelaskan pula bahwa masyarakat teknologi terdiri dari kelompok ilmuwan, pemilik dana dan masyarakat pengguna teknologi. (Meliono, 2009,144). Kelompok ilmuwan dalam masyarakat teknologi Jepang sampai sekarang masih terus menciptakan berbagai alat berteknologi canggih. Saat ini teknologi canggih yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jepang dan masyarakat dunia pada umumnya adalah komputer, telepon genggam, internet, games dan lain-lain. Alat-alat tersebut 1 Artikel ini dimuat pada Jurnal Kotoba, Volume 2, 2015, FIB Universitas Andalas. ISSN 2303 1131

Profesor yang Melupakan Teknologi dalam Novel Hakase No Aishita Suushiki Karya Ogawa Yoko

  • Upload
    unand

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

PROFESOR YANG MELUPAKAN TEKNOLOGI DALAM NOVEL HAKASE NO AISHITA SHUUSHIKI

KARYA OGAWA YOKO*1

Rima Devi

Abstract:

The development of technology and industry in Japan was not fully followed by the Japanese people as figure Hakase that narrated by Yoko Ogawa in her novel entitled Hakase no Aishita Suushiki. Hakase had a car accident in 1975 and his memory halted by then. Hakase does not understand the Japanese technological advances even though he himself is a scientist. The issue in this paper is description how Hakase forgets the technology. The discussion of the issue is analyzed using the literary sociology approach. This paper shows that Hakase has fotgotten the technology and made hisself as a technology product. Keyword: technology products, scientists, literary sociology

1. Pendahuluan

Tidak menjadi tanda tanya lagi bila disebutkan bahwa Jepang adalah negara yang memiliki teknologi canggih. Bangsa Jepang tidak henti-hentinya menggali ilmu dan mengembangkan teknologinya sehingga mampu menyaingi bahkan mengalahkan gurunya sendiri yaitu negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Sebut saja produknya, seperti mobil merk Toyota yang sangat diminati oleh masyarakat dunia karena teknologinya canggih dan harganya relatif murah. Begitu juga dengan produk Jepang lainnya seperti sepeda motor, kamera, alat elektronik rumah tangga dan lain sebagainya.

Berkembangnya teknologi di Jepang juga diikuti oleh masyarakat Jepang sebagai pengguna teknologi tersebut. Namun teknologi ini mempunyai dampak terhadap masyarakat penggunanya. Menurut Meliono (2009,144) bahwa, “Dampak teknologi pada masyarakat adalah terbentuknya masyarakat teknologi, terlebih pada era abad ke-21 ini. Masyarakat teknologi terbentuk oleh kemunculan teknologi”. Dijelaskan pula bahwa masyarakat teknologi terdiri dari kelompok ilmuwan, pemilik dana dan masyarakat pengguna teknologi. (Meliono, 2009,144).

Kelompok ilmuwan dalam masyarakat teknologi Jepang sampai sekarang masih terus menciptakan berbagai alat berteknologi canggih. Saat ini teknologi canggih yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jepang dan masyarakat dunia pada umumnya adalah komputer, telepon genggam, internet, games dan lain-lain. Alat-alat tersebut 1 Artikel ini dimuat pada Jurnal Kotoba, Volume 2, 2015, FIB Universitas Andalas. ISSN 2303 1131

2

digunakan bukan hanya untuk membantu manusia memudahkan melakukan pekerjaannya saja, juga digunakan sebagai alat untuk hiburan. Melalui teknologi, bangsa Jepang juga menciptakan alat atau mesin yang dapat menggantikan fungsi manusia seperti, bertransaksi jual beli dengan mesin seperti ATM, mesin penjual otomatis untuk minuman dan tiket kendaraan umum.

Lebih lanjut Meliono (2009, 144-145) menjelaskan bahwa: Masyarakat teknologi yang terdiri dari kelompok ilmuwan, pemilik dana, dan masyarakat pengguna/industri ternyata memiliki identitas tertentu. Identitas itu muncul antara lain karena adanya keinginan untuk hidup lebih nyaman, kebutuhan informasi dan berkomunikasi lebih cepat, faktor kerja, faktor ekonomi, dan faktor sosial budaya. Beberapa faktor tersebut mempengaruhi sikap, gaya hidup, dan persepsi seseorang terhadap alam lingkungannya, baik secara positif maupun negatif.

Kehidupan masyarakat Jepang yang menggunakan teknologi ternyata tidak sesuai dengan tokoh Hakase dalam novel Hakase no Aishita Suushiki 『博士の愛した数式』

(Rumus yang Dicintai Sang Profesor) karya Ogawa Yoko. Tokoh Hakase sebagai seorang profesor bidang matematika sama sekali tidak menggunakan teknologi canggih yang sedang berkembang. Hakase bahkan tidak mengerti cara penggunaan alat-alat dari hasil teknologi tersebut dan melupakannya begitu saja.

Sifat pelupa tokoh Hakase bermula dari kecelakaan mobil yang dialaminya pada tahun 1975. Sejak itu Hakase tidak mampu mengingat hal-hal yang dialaminya kecuali selama 80 menit saja. Bagaimanakah tokoh Hakase menjalankan kehidupannya dalam keterbatasan memori yang dimilikinya dengan melupakan teknologi yang serba canggih pada masyarakatnya, merupakan permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini. Pembahasan ini diperlukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai masyarakat Jepang pada umumnya sebagaimana dikemukakan oleh Wellek & Warren, (1993) bahwa, “…sastra “menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Sastra sering memiliki kaitan dengan institusi sosial tertentu. Sastra mempunyai fungsi sosial atau “manfaat” yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi, Jadi, permasalahan studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial: masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (genre), simbol, dan mitos” (Wellek & Warren, 1993,109).

Karena dalam karya sastra juga tergambar masalah sosial kemasyarakatan sebagaimana dijelaskan dalam kutipan di atas maka karya sastra dapat diteliti secara sosiologis. “Penelitian dilakukan untuk menjabarkan pengaruh masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat. Pendekatan sosiologis ini terutama dipakai oleh pendukung filsafat sosial tertentu” (Wellek & Warren, 1993,110). Pernyataan di atas didukung pula oleh Escarpit (2008, 3) yang menyatakan bahwa, “Semua fakta sastra menyiratkan adanya penulis, buku dan pembaca, atau, secara umum

3

dapat dikatakan: pencipta, karya, dan publik”. Kemudian Escarpit (2008, 5) menyebutkan bahwa, “Maka mengingat bahwa kenyataan itu sendiri adalah fakta sosial, masalah hubungan kesusastraan dan masyarakat tidak dipermasalahkan” .

2. Gambaran Pengarang Novel, Masyarakat Jepang, dan Tokoh Cerita

2.1 Ogawa Yoko Selaku Pengarang

Ogawa Yoko adalah seorang novelis wanita berkebangsaan Jepang kelahiran tahun 1962 di Prefektur Okayama Jepang dan menamatkan pendidikan sarjananya pada Fakultas Sastra Universitas Waseda. Karya pertama Ogawa Yoko adalah novel berjudul Kanpekina Byoushitsu 『完璧な病室』 (Ruang Perawatan yang Sempurna) yang dicetak menjadi satu novel dengan dua judul. Kemudian Ogawa Yoko menulis novel berjudul Agehacho ga Kowareru Toki 『揚羽蝶が壊れる時 』 (Ketika Sayap Kupu-kupu Patah) yang mendapat penghargaan Kaienshinjin Bungakushou「海燕新人文学賞受賞」(Penghargaan bagi pendatang baru di dunia sastra dari majalah Kaien) pada tahun 1988. Ogawa Yoko juga mendapatkan penghargaan Akutagawashou 「芥川

賞」(Penghargaan Akutagawa) atas novelnya yang berjudul Ninshin Karendaa 『妊娠カ

レンダー』(Kalender Kehamilan) pada tahun 1991. Novel-novel Ogawa Yoko lainnya adalah Samenai Koucha 『冷めない紅茶』 (Teh yang Tidak Akan Dingin), Yasashii Uttae 『やさしい訴え』(Tuntutan yang Baik), Hoteru Airisu 『ホテルアイリス』(Hotel Iris), dan lain sebagainya. Selain itu novel Ogawa Yoko berjudul Kusuriyubi no Hyouhon 『薬指の標本』(Spesimen Jari Manis) difilmkan di Perancis.

Hakase no Aishita Sushiki adalah novel karya Ogawa Yoko yang diterbitkan pada tahun 2003. Menurut Ogawa novel ini ditulis karena terinspirasi setelah menonton program televisi NHK tahun 2003 bertema Ningen Kouza 「人間講座」(ceramah tentang manusia) yang diasuh oleh Fujiwara Masahiko seorang profesor bidang matematika dan setelah membaca buku Tensai no Kouei to Zasetsu 『天才の光栄と挫

折』(Kegeniusan dalam Kecemerlangan dan Keterpurukan) yang juga ditulis oleh Profesor Fujiwara Masahiko. Untuk keperluan penulisan novel ini Ogawa Yoko sendiri sengaja mendatangi Profesor Fujiwara untuk melakukan wawancara mengenai matematika.

Novel Hakase no Aishita Suushiki sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat di Jepang. Dalam waktu dua bulan setelah turun cetak dan dijual di pasaran, novel ini langsung diminati hingga penjualannya mencapai satu juta eksemplar. Karena kesuksesannya novel ini kemudian pada tahun 2003 mendapatkan penghargaan Yomiuri Bungakushou 「読売文学賞」(penghargaan sastra dari harian Yomiuri), Daiikai Honya

4

Daishou 「第一回本屋大賞 」 (penghargaan bagi buku terlaris) dan tahun 2004 mendapat penghargaan Daiikkai Nihon Suugakukai Shuppanshou 「第一回日本数学会

出版賞」(penghargaan untuk penerbitan dari asosiasi matematika Jepang). Kemudian pada Januari tahun 2006 novel ini difilmkan. Pada Februari tahun yang sama berdasarkan novel ini dibuat versi komik oleh komikus terkenal di Jepang yaitu Kurita Riku. Selanjutnya pada bulan Maret 2006 cerita novel ini dijadikan drama radio dan disiarkan pada radio MBS dan TBS di Jepang. Novel ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Korea, kemudian ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Housekeeper and the Professor. 2.2 Masyarakat Jepang

Sejak berakhirnya perang dunia kedua, masyarakat Jepang berusaha keras bangkit dan membangun negaranya di berbagai bidang. Pemulihan negara setelah perang memperlihat hasil yang menakjubkan pada tahun 1960, yaitu pendapatan perkapita Jepang menduduki nomor dua tertinggi di dunia (Nakao,1998, 500). Banyak yang mengatakan bahwa tahun 60-an tersebut adalah masa perkembangan masyarakat lapisan kelas menengah. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan dampaknya terlihat dalam keluarga dan rumah tangga di Jepang.

Masyarakat Jepang sebagai masyarakat teknologi, sudah terbiasa dengan penggunaan produk-produk hasil dari pengembangan teknologi baik di tempat kerja maupun di rumah. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tinggi ini, pada tahun 60-an setiap rumah tangga yang dikategorikan sebagai masyarakat kelas menengah adalah yang mempunyai san shu no shinki 「三種の神器」atau tiga jenis benda keramat. Benda-benda ini dijadikan sebagai simbol dari kemakmuran ekonomi dalam satu keluarga. Benda-benda tersebut adalah mesin cuci listrik, kulkas listrik dan televisi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat produk teknologi terus berkembang sehingga produk teknologi yang menjadi simbol berubah menjadi 3C yaitu Caraa terebi, Curuma, Cuuraa atau televisi berwarna, mobil dan AC. (Hasegawa, 2007, 494).

Dari 3C, tiga teknologi yang menjadi simbol status dan prestise di Jepang, yang manakah yang menjadi wakil dari teknologi abad ke-20? Untuk televisi, televisi adalah produk teknologi yang memberi pengaruh sangat besar kepada masyarakat dunia. Pada tahun 1928 pertama kali diujicobakan siaran televisi di Amerika. Kemudian pada tahun 1935 acara televisi mulai disiarkan di Jerman dan pada tahun 1950 siaran televisi sudah mendunia. Walaupun sekarang melalui televisi dapat disaksikan secara langsung pertandingan sepak bola ataupun olimpiade, televisi belum dapat dikatakan sebagai produk yang mewakili teknologi abad ke-20. Karena siaran televisi hanya dapat disaksikan pada wilayah yang sudah mendapatkan atau menggunakan aliran listrik.

5

Sementara masih ada belahan lain di bumi ini yang belum dapat atau tidak menggunakan listrik.

Selain televisi masih ada produk teknologi yang berpengaruh seperti radio, telepon, dan untuk masa sekarang ini seperti telepon genggam dan internet. Benda-benda ini telah berhasil merubah peradapan manusia menjadi modern. Diantara semua hasil dari teknologi tersebut yang paling tepat sebagai wakil dari teknologi abad ke-20 adalah mobil. (Hasegawa, 2007, 242-245). Disebutkan demikian karena mobil merupakan simbol dari prestise dalam pergaulan di masyarakat. Mobil yang dikendarai adalah lambang dari pengendaranya. Mobil mudah untuk digunakan selama seseorang mampu untuk membeli bahan bakar dan ada jalur lalu lintas yang bisa dilewati. Tetapi mobil juga membawa dampak negatif karena mengundang terjadinya kecelakaan lalu lintas, pencemaran udara karena CO2 yang dihasilkan dari pembakaran, pengrusakan alam karena eksploitasi minyak dan pembukaan lahan untuk jalan, di perkotaan diperlukan lahan yang luas untuk tempat parkir dsb. Sehingga mobil dikatakan sebagai simbol dari teknologi yang membawa pencerahan sekaligus pengrusakan. Walaupun demikian, karena mobil sebagai lambang kemakmuran seseorang, sangat praktis dan membantu manusia dalam beraktifitas, sampai saat ini mobil masih terus diproduksi dengan design yang lebih canggih. Untuk menjaga kelestarian lingkungan para ilmuwan mulai mengembangkan mobil ramah lingkungan. Dan untuk kondisi sekarang mobil-mobil Jepang tetap menjadi pilihan para konsumen baik di Jepang sendiri maupun di seluruh dunia. Berdasarkan data tahun 2007, mobil Jepang merk Toyota adalah mobil nomor satu di dunia (Hasegawa, 2007, 243) 2.3 Tokoh Hakase dalam Novel

Tokoh Hakase2 adalah seorang profesor bidang matematika, yang pernah belajar di Universitas Cambridge Inggris. Pada tanggal 23 September 1975, ketika berusia 47 tahun Hakase mengalami kecelakaan lalu lintas dengan mobil yang dikendarainya. Akibat dari kecelakaan tersebut satu bagian otaknya mengalami kerusakan sehingga memori Hakase terhenti pada tahun tersebut. Walaupun Hakase masih mengingat dengan baik dalil matematika yang ditemukannya 30 tahun yang lalu, Hakase tidak mampu lagi mengingat hal-hal yang dialaminya setelah kecelakaan kecuali selama 80 menit saja.

Hakase tidak menikah dan tinggal pada sebuah rumah yang terpisah dari rumah induk milik kakak ipar perempuannya. Saudara laki-laki Hakase sendiri sudah meninggal dunia dan meninggalkan warisan berupa pabrik tenun. Karena tidak

2 Hakase (博士) dalam bahasa Jepang berarti orang yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat doktor atau S3, dan digunakan juga untuk menyebut gelar profesor. Dalam novel ini pengarang menggunakan kata hakase sebagai nama tokohnya.

6

mempunyai anak, oleh kakak iparnya, perusahaan tersebut dijual dan di atas tanahnya dibangun apartemen mewah. Dengan uang sewa apartemen itulah kakak iparnya membiayai hidupnya dan Hakase. Selain itu Hakase juga mendapatkan sedikit penghasilan dari hadiah kuis pada majalah matematika.

Kakak ipar perempuan Hakase, yang seorang janda (未亡人 / mibojin 3 ) mempekerjakan seorang wanita yang disebut dengan kaseifu /家政婦 4 untuk mengurus keperluan Hakase seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah. Hakase selalu berganti-ganti kaseifu sampai sembilan kali, hingga muncul kaseifu yang kesepuluh pada bulan Maret 1992. Ketika itu Hakase berumur 64 tahun.

Hakase setiap hari mengenakan stelan jas dan dasi, dan memang hanya tiga pasang jas saja yang dimiliki oleh Hakase. Pada jasnya tersebut tersemat memo-memo sebagai alat bantu pengingat seperti pada krah, lengan, kantong, lipatan bawah jas, pinggang celana, dan lubang kancing. Diantara beberapa memo Hakase, memo yang selalu tersemat pada jas Hakase adalah “memoriku hanya 80 menit saja”.

Mengenai kondisi Hakase yang sebenarnya dijelaskan oleh Mibojin sebagaimana kutipan berikut.

“「つまり、端的に申せば、記憶が不自由なのです。惚けているのではありません。

全体として脳細胞は健全に働いているのですが、ただ、今から十七年ほど前、ご

く一部に故障が生じて、物事を記憶する能力が失われた、という次第です。交通

事故に遭って、頭を打ったのです。義弟の記憶の蓄積は、一九七五年で終わって

おります。それ以降、新たな記憶を積み重ねようとしても、すぐに崩れてしまい

ます。三十年前に自分が見つけた定理は覚えていても、昨日食べた夕食のメニュ

ーは覚えておりません。簡潔に申せば、頭の中に八十分のビデオテープが一本し

かセットできない状態です。そこに重ね録りしてゆくと、以前の記憶はどんどん

消えてゆきます。義弟の記憶は八十分しかもちません。” “Singkatnya, bila dikatakan secara gamblang, memorinya cacat, tetapi tidak pikun. Ya, begitulah, sel-sel otak secara keseluruhan sehat dan bekerja dengan baik. Dihitung dari sekarang kira-kira 17 tahun yang lalu, terjadi kerusakan pada satu bagian yang sangat kecil pada otaknya, sehingga hilang kemampuannya untuk mengingat segala sesuatu. Kepalanya terbentur karena kecelakaan di jalan raya. Akumulasi memori adik ipar saya terhenti pada tahun 1975. Semenjak itu bagaimanapun usaha yang dilakukan untuk mengakumulasi memori yang baru, memori tersebut langsung buyar. Walaupun dia mengingat dengan baik dalil

3 Mibojin adalah sebutan bagi perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya. Kata ini juga dijadikan sebagai nama tokoh cerita.

4 Kaseifu adalah perempuan yang melakukan pekerjaan rumah tangga pada rumah seseorang. Kata ini juga dijadikan sebagai nama tokoh cerita.

7

matematika yang ditemukannya 30 tahun yang lalu, dia tidak ingat menu yang disantapnya semalam. Bila disebutkan secara sederhana, kondisi di dalam kepalanya seperti sebuah kaset video berdurasi 80 menit, yang dapat diseting di dalamnya. Bila pita video tersebut terus ditimpa berulang-ulang, memori yang sebelumnya sedikit demi sedikit menghilang. Memori adik ipar saya hanya dimilikinya selama 80 menit saja.” (Ogawa, 2005, 11)

3. Analisis

3.1 Teknologi yang Dimiliki Hakase

Hakase sebagai seorang ilmuwan bidang matematika, hidup di Jepang dan menjadi bagian dari masyarakat teknologi Jepang sudah selayaknya mengenal dan bisa memanfaatkan teknologi yang digunakan oleh masyarakat pada latar waktu penceritaan novel ini yaitu tahun 1992. Tetapi teknologi yang dimiliki oleh Hakase tidak mencerminkan bahwa Hakase mengikuti dan menggunakan teknologi yang sedang berkembang pada saat itu. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknologi yang dijumpai dalam rumah Hakase dan digunakan oleh Hakase dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Kaseifu yang bekerja di rumah Hakase, pada hari pertama mulai bekerja melihat-lihat kondisi rumah Hakase. Kesan pertama yang ditangkap oleh Kaseifu adalah kondisi rumah yang sempit, tidak terawat dan aliran udara yang tidak bagus. Produk dari teknologi yang ditemukan oleh Kaseifu di dapur adalah radio yang sudah rusak, yang terletak di atas rak piring.

“ ….、食器戸棚の上にあるラジオは、いくらスイッチを押しても鳴らなかった” “…..Radio yang ada di atas rak piring tidak berbunyi walaupun ditekan tombolnya berulang-ulang.” (Ogawa, 2005, 19).

Mengenai kondisi radio yang rusak ini ditegaskan kembali oleh Ruto anak Kaseifu ketika meminta imbalan setelah menjawab soal matematika yang diberikan oleh Hakase.

“…じゃあ、博士に宿題をださせてあげる代わりに、僕の頼みも聞いてほしい。ラジオを修理してほしいんだ」 「ラジオの修理?」 「うん、だって、ここに来ると野球の経過を分からないんだもん。テレビはないし、

ラジオは壊れているし。…”

“…Ya, kalau begitu, aku ingin dipenuhi permintaanku sebagai imbalan mengerjakan soal matematika dari Hakase”.

8

“Aku ingin radio diperbaiki.” “Memperbaiki radio?” “Ya, karena setiap datang ke sini aku tidak tahu jalannya pertandingan baseball. Televisi tidak ada, radiopun rusak…..” (Ogawa, 2005, 61).

Selain radio, Kaseifu juga menemukan kulkas di dapur. Di dalam kulkas tidak ditemukan makanan yang bisa dimakan sama sekali sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.

“まずは昼食を作る必要があると思われた。冷蔵庫の中はもちろん、台所の中の戸棚

を全部覗いてみたが、湿気たオートーミールの箱と四年前に賞味期限の切れたマカ

ロニ以外、口に入られそうな食料は見当たらなかった。”

“Aku pikir yang pertama kali perlu aku lakukan adalah memasak untuk makan siang. Kemudian aku mencoba mengintip isi kulkas tentunya dan keseluruhan rak yang ada di dapur. Selain kotak oatmeal yang sudah lembab dan macaroni yang sudah kadaluarsa empat tahun lalu, tidak aku temukan bahan makanan yang layak dimakan” (Ogawa, 2005, 19).

Dari kutipan di atas diketahui bahwa kulkas yang menjadi benda keramat masyarakat Jepang pada tahun 1960-an juga ada di dalam rumah Hakase. Tetapi kulkas tersebut tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk menyimpan makanan agar lebih tahan lama. Sebagaimana terlihat dari makanan yang tersimpan di dalamnya adalah makanan yang sudah tidak layak dimakan seperti oatmeal yang lembab dan macaroni yang kadaluarsa.

Teknologi lain yang dimiliki Hakase di ruang belajarnya sangat sederhana. Alat yang digunakan oleh Hakase selaku seorang ilmuwan bidang matematika hanya buku catatan, memo, klip, pensil 4B dan penghapus. Alat-alat ini digunakan oleh Hakase untuk membuat memo atau catatan untuk membantunya mengingat sesuatu yang dianggapnya penting. Diantara sekian banyak memo yang ditulis oleh Hakase hanya satu memo yang terbaca oleh Kaseifu yaitu memo yang bertuliskan, “memoriku hanya 80 menit saja”.

“机の上にはノートが一冊広げてあるだけで.[…]. 何枚か身体に留められたメモが目に入った。…[…]…一枚だけ私にも読み取れるメモがあった。染みだらけで四隅は折れ曲がり、クリップは錆付いて、かなり長い年月そこに留められているのが分

かった。≪僕の記憶は 80分しかない≫”

“Di atas meja hanya ada satu buku catatan yang terbuka …[…]….aku melihat beberapa lembar memo yang tersemat di badan Hakase…[…]...hanya ada satu lembar memo yang dapat terbaca olehku. Memo yang keempat sudutnya kotor itu tergulung, dan klip yang karena sudah tersemat cukup lama, yang dapat diketahui

9

dari karat yang melekat. Memo itu bertuliskan, “Memoriku hanya 80 menit saja.”(Ogawa, 2005, 20-21)

Buku catatan, memo dan klip adalah hasil dari perkembangan teknologi yang sangat sederhana. Alat-alat ini menjadi andalan bagi Hakase sebagai alat untuk membantunya menyimpan hal-hal yang ingin diingatnya tetapi tidak dapat diingatnya karena keterbatasan memori. Satu lagi andalan Hakase adalah pensil 4B dan penghapus.

“机には大学ノートが積み上げてあり、ちびた4Bの鉛筆とクリップが数個転がっ

ていた。….わずかに消しゴムの滓だけが….”

“Di atas meja bertumpuk buku catatan kuliah, tergeletak pensil 4B yang gemuk dan pendek, dan beberapa buah klip. …sedikit sisa penghapus…” (Ogawa, 2005, 25).

Teknologi lain yang digunakan dalam rumah Hakase adalah telepon yang tidak

sekalipun pernah berdering, pemanggang roti (Ogawa, 2005, 8), kipas angin yang dibawa masuk ke ruang belajar Hakase oleh Kaseifu ketika udara terasa sangat panas (Ogawa, 2005, 209). Selain itu Kaseifu juga menggunakan oven pemanggang yang digunakan untuk memanggang daging. Makanan ini dihidangkan pada pesta kecil untuk ulang tahun Ruto yang ke-11 dan untuk Hakase yang memenangkan kuis dari majalah matematika (Ogawa, 2005, 260). Untuk persiapan pesta kecil tersebut Kaseifu sibuk menyiapkan makanan, Ruto membersihkan lantai dan Hakase menawarkan diri untuk menyetrika taplak meja. Hakase mengatakan bahwa dia pintar menggunakan setrika (Ogawa, 2005, 25). Setrika juga salah satu produk teknologi sederhana yang digunakan oleh Hakase.

3.2 Teknologi yang Tidak Dimanfaatkan Hakase

Biasanya para ilmuwan tak terkecuali yang menggeluti bidang matematika mempunyai peralatan yang canggih atau alat-alat mahal yang tidak dijual pada toko alat tulis biasa. Tetapi Hakase tidak memiliki alat-alat seperti itu. Hal ini bisa diketahui dari kutipan berikut.

“数学者なら、普通の文房具店には売っていない高価なコンパスとか、雑誌な装置

のついた物差しでも持っていないのだろうか、…”

“Hakase sebagai seorang ahli matematika tidak mempunyai kompas yang berharga mahal, yang tidak dijual pada toko alat tulis biasa, dan juga tidak mempunyai penggaris yang dilengkapi dengan alat-alat yang rumit…” (Ogawa, 2005, 25)

Hakase juga tidak memiliki perangkat komputer. Seperti yang sudah lazim saat ini

10

bahwa komputer adalah alat yang sangat canggih yang digunakan oleh para ilmuwan untuk membantu mempermudah pekerjaan.

“机の上にはノートが一冊広げてあるだけで、コンピュータもなく、博士は筆記用

具さえ手にしていなかった。 “Di atas meja hanya ada satu buku catatan yang terbuka dan komputerpun tidak ada. Hakase sama sekali tidak memiliki alat-alat untuk menulis”. (Ogawa, 2005, 20).

Di rumah Hakase juga tidak dijumpai televisi yang menjadi benda keramat bagi keluarga-keluarga kelas menengah di Jepang.

“「うん、だって、ここに来ると野球の経過を分からないんだもん。テレビはないし、

ラジオは壊れているし。…”

“Ya, karena setiap datang ke sini aku tidak tahu jalannya pertandingan baseball. Televisi tidak ada, radiopun rusak…..” (Ogawa, 2005, 61).

AC juga tidak dipasang di rumah Hakase. Pada musim panas, biasanya udara sangat panas dan pada musim dingin udara sangat dingin sehingga diperlukan alat pendingin atau penghangat ruangan. Hampir setiap keluarga di Jepang melengkapi rumahnya dengan AC untuk mengatur suhu dalam ruangan. Bagi Hakase AC tidak diperlukannya karena Hakase sanggup bertahan dalam udara yang panas sebagaimana kutipan berikut ini.

“毎日暑い日が続いた。離れはクーラーもなく、風通しもよくなかったが、私たち

は不平を言わず我慢した。だが博士の我慢強さには誰もかなわなかった。たとえ

最高気温が三十五度を越える日の昼間でも、書斎の扉はきちんと閉め、仕事机の

前に座り続け、一日中、背広を脱ごうとしなかった”。

“Hari-hari panas setiap hari berlanjut, di rumah Hakase tidak ada alat pendingin ruangan, sirkulasi udara juga tidak bagus, kami bersabar dengan kondisi ini tanpa mengeluh. Tetapi kesabaran Hakase akan udara yang panas tidak ada bandingnya. Walaupun di tengah hari suhu melebihi suhu tertinggi 35 derajat, Hakase menutup rapat pintu ruang belajarnya, melanjutkan duduk di depan meja kerjanya, seharian, dan sama sekali tidak berniat membuka jasnya. (Ogawa, 2005, 209)

Hakase bisa dikatakan tidak mengusai teknologi terbaru sama sekali. Sudah berulang kali Kaseifu mengajarkan cara menggunakan microwave, Hakase tetap saja tidak bisa menggunakannya. Kaseifu yang libur setiap sabtu minggu sengaja menyiapkan makanan dan dibekukan di dalam kulkas. Diharapkan pada hari Kaseifu libur bekerja sabtu dan minggu tersebut, Hakase dapat memanaskan sendiri makanannya dalam microwave. Hakase tidak bisa menggunakan alat tersebut walaupun

11

sudah dijelaskan cara menggunakannya berulang-ulang.

“…週末用の料理を準備し、冷凍しておかなければならなかったからだ。例えば、ミートローフとマッシュポテト、煮魚と青菜、それらをどういう組み合わせで、

どんな手順で解凍したらいいか、くどいほどに説明するのだが、結局彼が最後ま

で電子レンジの操作を習得できなかった。

“….Karena harus dibekukan, aku menyiapkan masakan untuk akhir minggu. Seperti, meat loaf, mashed potatoes, nizakana dan aona. Aku menjelaskan berulang-ulang bagaimana menggabungkan makanan tersebut dan bagaimana urutan cara memanaskan yang baik. Tetapi akhirnya Hakase tetap saja tidak bisa menggunakan microwave itu”. (Ogawa, 2005, 54)

Jangankan microwave, menyalakan pemanggang roti saja Hakase tidak berani untuk memutar tombolnya sendiri. Hakase malah meminta Kaseifu untuk melakukannya.

たとえオープントースターのつまみを三分半に合わせてもらいたいだけの時

でさえ、ちょっとすまないが、の一言を付け加えるのを忘れなかった。ギリギ

リッと私がつまみを回すと、首をのばし、トーストが焼き上がるまでオープン

の中を覗き込んでいた。 “Walaupun ketika ingin dibantu mencocokkan waktu tiga setengah menit tombol pemanggang roti sekalipun, tidak lupa mengatakan, maaf sebentar. Bila aku memutar tombol dan berderik-derik, Hakase menjulurkan kepalanya dan mengintip ke dalam open hingga roti matang.” (Ogawa, 2005, 8)

3.3 Hakase Seperti Produk Teknologi

Sejak mengalami kecelakaan lalu lintas dengan mobil yang kendarainya pada tahun 1975, Hakase tidak pernah keluar rumah, takut keramaian, dan tidak suka bertemu dengan orang lain (Ogawa, 2005, 133). Hakase tidak mempunyai teman. Satu-satunya teman setianya hanyalah bilangan (Ogawa, 2005, 48). Sikap Hakase yang mengurung diri dari dunia luar ini membuatnya berlaku dan bertindak seperti mesin. Dari cara makan, Hakase tidak seperti orang Jepang pada umumnya, yaitu duduk dengan rapi dan mengucapkan semacam doa sebelum mulai menyantap makanan. Tetapi Hakase mulai makan tanpa mengucapkan apapun, memasukkan makanan ke mulutnya seperti mesin, makanan tidak dikunyah dengan sempurna kemudian menelan makanan begitu saja (Ogawa, 2005, 22).

Hakase menjadikan dirinya seperti kunci elektronik yang hanya bisa dibuka dengan menggunakan password. Kaseifu setiap hari datang ke rumah Hakase untuk bekerja, tidak bisa masuk ke dalam rumah sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan Hakase dan mendengarkan penjelasannya. Berikut ini adalah salah satu kutipan percakapan

12

antara Hakase dan Kaseifu di depan pintu rumah Hakase.

「君の靴のサイズはいくつかね」 新しい家政婦だと告げた私に博士が一番に尋ねたのは、名前ではなく靴のサイズ

だった。一言の挨拶も、お辞儀もなかった。どんな場合であれ、雇い主に対し質問

に質問で答えてはならないという家政婦の鉄則てっそく

を守り、私は問われたとおりのこと

を答えた。 「24です」 「ほう、実に潔い数字だ。4の階乗だ」 博士は胸組みをし、目を閉じた。しばらく沈黙が続いた。 「カイジョウとは何でしょうか」 何故かは知らないが雇い主にとって靴のサイズが意味深いものであるなら、もう

少しそれを話題に登らせておくべきではと考え、私は質問した。 「1から4までの自然数を全部掛け合わせると24になる」 目を閉じたまま博士は答えた。 「君の電話番号は何番かね」 「576の1455です」 「5761455だって?素晴らしいじゃないか。1億までの間に存在する素数

の個数に等しいとは」 いかにも感心したふうに、博士はうなずいた。 [……..] 「まあとにかく上がってくれたまえ。僕は仕事があるからお構いできないが、君は

君で自由にやってくれたらいい」 そう言って博士は私を招き入れ、そのまま書斎へ入っていた。

“Nomor sepatumu berapa ya.” Yang ditanyakan pertama kali oleh Hakase kepadaku yang disebut kaseifu baru bukan nama tetapi nomor sepatu. Tidak ada ucapan salam sepatahpun, tidak ada ojigi5. Dalam keadaan bagaimanapun, aku mematuhi aturan sebagai kaseifu yang tidak boleh balik bertanya atas pertanyaan yang diajukan majikan, maka aku menjawab sesuai dengan pertanyaan. “24.” “Hoo…benar-benar bilangan yang gagah berani. Faktorial 4. Hakase melipat tangan ke dada dan menutup matanya. Beberapa saat terus terdiam. “Yang disebut dengan faktorial apa? Entah mengapa aku tidak tahu, bila bagi majikan nomor sepatu memiliki makna mendalam, aku pikir mesti mengangkat masalah ini sedikit lagi, makanya aku bertanya. “Bila semua bilangan dari 1 sampai 4 dikalikan maka jumlahnya menjadi 24.” Hakase menjawab dengan mata tetap terpejam. “Nomor teleponmu berapa ya.” “576-1455.”

5 Ojigi adalah sikap menghormat ala Jepang kepada tamu dengan menganggukkan kepala sambil membungkukkan badan.

13

“5761455? Sungguh hebat. Betapa sama nomor bilangan prima yang ada diantara satu juta.” Hakase mengangguk seperti benar-benar mengagumi.” (Ogawa, 2005, 13-14) [.......] “Ya, baiklah, silakan masuk. Aku ada pekerjaan, kamu boleh melakukan apa yang kamu suka.” Setelah berkata demikian, Hakase mempersilakan aku masuk, kemudian Hakase langsung masuk ke ruang belajar.” (Ogawa, 2005, 17)

Bila Kaseifu pergi berbelanja atau memposkan surat Hakase yang berisi jawaban kuis dari majalah jurnal matematika, melebihi 80 menit maka Hakase lupa bahwa telah menyuruh Kaseifu pergi ke luar rumah. Sebelum mempersilakan Kaseifu masuk, maka Hakase akan bertanya kembali seperti pada pagi hari. Otak Hakase menghitung 80 menit lebih akurat daripada jam yang digunakan oleh Kaseifu. Yang ditanyakan oleh Hakase di depan pintu masuk rumah kepada Kaseifu setiap pagi bukan nomor sepatu dan telepon saja. Hakase memiliki variasi pertanyaan seperti nomor kode pos, nomor registrasi sepeda dan lain sebagainya. (Ogawa, 2005, 13-15).

Hakase memiliki kelebihan yaitu dalam waktu sangat singkat dapat mengulang kembali kata-kata yang didengarnya secara terbalik. Sebagaimana kutipan berikut,

数学の才能と関係があるのかないのかは不明だが、博士には不思議な能力があった。

まず一つは、言葉を瞬時に逆さまにすることができた。 もう一つの才能は、誰よりも早く、一番星を見つけられることだった。 “Aku tidak tahu apakah ada kaitannya dengan bakat matematika, Hakase memiliki kemampuan yang ajaib. Pertama, dalam sekejap dapat mengulang kata-kata yang di dengarnya secara terbalik. (Ogawa, 2005, 119) Bakatnya satu lagi adalah, dari siapapun, dapat menemukan bintang yang pertama muncul.” (Ogawa, 2005, 123).

Mungkin ini kebolehan Hakase membaca secara terbalik ada kaitannya dengan

keahlian Hakase sebagai ahli matematika yang sering membaca bilangan. Demikian juga dengan menemukan bintang yang pertama muncul di malam hari, seperti menemukan bilangan istimewa dari sekian banyak bilangan yang ada. Kebolehan Hakase dalam hal membaca terbalik seperti mesin yang dapat menghitung mundur. Sedangkan kebolehan Hakase dapat menemukan bintang lebih cepat dari siapapun seperti teropong bintang.

4. Penutup

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yaitu di dalam novel Hakase no Aishita Suushiki hanya disebutkan bahwa Hakase mengalami

14

kerusakan memori karena kecelakaan dengan mobil yang dikendarainya, tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai mobil tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa mobil merupakan satu produk dari teknologi yang dilupakan oleh Hakase sehubungan dengan kecelakaan mobil yang membuatnya hanya memiliki memori 80 menit saja. Hakase sebagai seorang ilmuwan tidak menggunakan peralatan canggih hasil dari pengembangan teknologi. Hakase tidak mengerti cara menggunakan teknologi seperti komputer, dan tidak bisa mengingat cara menggunakan microwave. Sebagai pengganti dari teknologi canggih tersebut Hakase menjadikan dirinya sebagai bentuk dari produk teknologi seperti pintu yang terbuka bila sudah memasukkan password, mesin, dan teropong bintang. Tokoh Hakase yang melupakan teknologi sebagaimana dikisahkan oleh Ogawa Yoko dalam novelnya adalah bentuk kritikan atas kemajuan teknologi yang membawa dampak negatif bagi umat manusia yaitu dapat mencelakai manusia seperti kecelakaan mobil yang dialami Hakase.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. (2013). Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:

Editum Devi, Rima (2010). Perjuangan Simbolik Seorang Ilmuwan Sebagai Ayah Alternatif pada Novel Hakase no Aishita Suushiki Karya Ogawa Yoko. Depok: Program Studi Kajian Wilayah Jepang Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia. Devi, Rima. (2012). Keluarga Alternatif dalam Masyarakat Jepang Abad Milenium

pada Novel Hakase no Aishita Suushiki Karya Ogawa Yoko. Journal of Japanese Studies Vol. 01 No. 01 June 2012. Center for Japanese Studies Universitas Indonesia.

Escarpit, Robert. (2008). Sosiologi Sastra. (2nd ed.). (Ida Sundari Husen, Trans.). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Faruk (2012). Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai

Post-Modernisme. (2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hasegawa, K. & Hama, H. (2007). Sociology: Modernity, Self and Reflexivity. Japan: Yuhikaku Koizumi Takashi (Director). (2006). Hakase No Aishita Suushiki. [DVD]. Japan: Asmik Ace Entertainment, Inc. Meliono, Irmayanti. (2009). Filsafat Ilmu Pengetahuan: Refleksi Kritis Terhadap Realitas dan Objektivitas Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Kota Kita. Nakao, Keiko. (1998). Sociological Work in Japan, Annual Review of Sociology, Vol.

15

24, pp. 499-516. March 03, 2010. http://www.jstor.org/stable/223491 Ogawa, Yoko. (2005). Hakase No Aishita Suushiki (2nd ed.). Tokyo: Shinkosha. Ogawa, Y. & Okabe, T. (2006). Hakase Ga Kureta Okurimono. Tokyo: Tokyo Tosho. Ogawa, Y. & Kurita, R. (2006). Kodansha Komikkusu DX 2130 Maki - Hakase No Aishita Suushiki. Tokyo: Kodansha. Ogawa, Yoko. (2008). “Hakase no Aishita Suushiki” wo Megutte. Read Real Japanese-Contemporary Writings by Popular Authors, p. 66-93. (Janet Ashby. Ed.). Tokyo: Kondansha International. Wellek, Rene., & Warren, Austin. (1993). Teori Kesusastraan. (3th ed.) (Melani Budianta, Trans.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.