Upload
khangminh22
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
IMPLEMENTASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PESAWAT
TERBANG BOEING 737 NEXT GENERATION
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
MUAMMAR IRFAN AFLAH
201511243
PROGRAM STUDI SARJANA
TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
IMPLEMENTASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PESAWAT TERBANG
BOEING 737 NEXT GENERATION
Disusun Oleh:
MUAMMAR IRFAN AFLAH
2015-11-243
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Program Studi Sarjana Teknik Elektro Konsentrasi Tenaga Listrik
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
Jakarta, 31 Januari 2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Muammar Irfan Aflah
NIM : 201511243
Jurusan : S1 Teknik Elektro
Judul : Implementasi Sistem Pembangkit Listri Pesawat
Terbang Boeing 737 Next Generation
Skripsi pada Program Sarjana Strata 1, Program Studi Teknik Elektro Sekolah
Tinggi Teknik-PLN pada tanggal 28 Februari 2020.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Muammar Irfan Aflah
NIM : 2015-11-243
Jurusan : S1 Teknik Elektro
Judul Skripsi : Implementasi Sistem Pembangkit Listri Pesawat
Terbang Boeing 737 Next Generation
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan STT-
PLN maupun disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan
ini tidak benar.
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah & rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan ini saya
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya
kepada yang terhormat:
Dr. Ir. Uno Bintang Sudibyo, DEA. Selaku Pembimbing I Skripsi
Albert Gifson Hutajulu, S.T., M.T. Selaku Pembimbing II Skripsi
Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga
Skripsi ini dapat diselesaikan.
Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :
1. Kedua Orang tua, yang telah memberikan dukungan, semangat dan doanya
2. Pegawai PT GMF Aero Asia di unit TCE-1, Bapak Gunawan Muhammad,
Bapak Yayang Heryana S, dan Bapak Dzikri Padlilah yang memberikan ilmu
dan wawasan mengenai Integrated Drive Generator (IDG) serta hal-hal yang
berkaitan.
3. Dewa Sandi selaku alumni sekolah penerbangan dilombok teman sebaya
yang memberikan ilmu penerbangannya.
4. Teman-teman saya yang selalu menyemangati dan membantu saya dalam
pembuatan skripsi ini
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi perusahaan dan mahasiswa Teknik Elektro.
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Sekolah Tinggi Teknik – PLN, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Muammar Irfan Aflah
NIM : 2015-11-243
Program Studi : S1
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis karya : Skripsi
Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Teknik-PLN Hak Bebas Royaliti Non ekslusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Implementasi Sistem Pembangkit Listrik Pesawat
Terbang Boeing 737 Next Generation
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non
Eksklusif ini Sekolah Tinggi Teknik-PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatakan, mengelola dalam bentuk perangkat data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
vi
IMPLEMENTASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PESAWAT
TERBANG BOEING 737 NEXT GENERATION
Muammar Irfan Aflah, 2015-11-243
Dibawah bimbingan Dr. Ir. Uno Bintang Sudibyo, DEA dan
Albert Gifson Hutajulu, S.T., M.T.
ABSTRAK
Pesawat terbang Boeing 737 Next Generation (NG) merupakan pesawat jenis
komersial generasi terbaru yang sebelumnya 737 Classic. Terutama bagi negara
Indonesia yang terdiri berbagai pulau, Boeing 737 ini banyak digunakan karena
selain harga yang murah, pesawat terbang 737 dapat menampung banyak
penumpang, dan jarak tempuh yang dicapainya juga sangat jauh. Pada era
moderen saat ini Boeing 737 NG terus dikembangkan begitu juga dengan
pembangkit listriknya. Pembangkit utama Boeing 737 NG adalah Integrated Drive
Generator (IDG) dengan generator arus bolak-balik (AC) yang terintegrasikan
dengan Constant Speed Drive (CSD), sedangkan pembangkit cadangan adalah
Auxiliary Power Unit (APU) dan baterai. Pada beban puncak terjadi pada saat
pesawat berada di fase penerbangan cruise dengan daya 98,558 kW dan pada
fase penerbangan take-off, cruise dan landing sering terjadi gangguan pada IDG.
Ketika IDG 1 mengalami kerusakan beban berada IDG 1 sebesar 48,737 kW dan
IDG 2 sebesar 41,971 kW akan ditampung dengan IDG 2 dan APU. Hilangnya
IDG 1 tidak akan berpengaruh terhadap penerbangan dan tanpa pengurangan
beban.
Kata Kunci : Pesawat Boeing 737 Next Generation (NG), Integrated Drive
Generator (IDG), Constant Speed Drive (CSD), Auxiliary Power Unit (APU)
vii
IMPLEMENTATION OF BOEING 737 NEXT GENERATION
AIRCRAFT POWER PLANT SYSTEM
Muammar Irfan Aflah, 2015-11-243
Under the Guidance of Dr. Ir. Uno Bintang Sudibyo, DEA and
Albert Gifson Hutajulu, S.T., M.T.
ABSTRACT
The Boeing 737 Next Generation (NG) is the latest generation of commercial
aircraft that was previously the 737 Classic. Especially for the country of
Indonesia which consists of various islands, the Boeing 737 is widely used
because in addition to the low price, the 737 aircraft can accommodate many
passengers, and the distance traveled is also very far. In the current modern era
the Boeing 737 NG continues to be developed as well as the power plant. The
main generator of the Boeing 737 NG is an Integrated Drive Generator (IDG) with
an alternating current generator (AC) integrated with a Constant Speed Drive
(CSD), while the backup generator is an Auxiliary Power Unit (APU) and a
battery. At the peak load occurs when the aircraft is in the cruise flight phase with
a power of 98.558 kW and in the flight phase of take-off, cruise and landing often
interrupt the IDG. When IDG 1 is damaged, IDG 1 is 48.737 kW and IDG 2 is
41.971 kW will be accommodated with IDG 2 and APU. The loss of IDG 1 will not
affect flights and without load reduction.
Keywords: Boeing 737 Next Generation (NG), Integrated Drive Generator
(IDG), Constant Speed Drive (CSD), Auxiliary Power Unit (APU)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... v
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... v
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Permasalahan Penelitian ............................................................................ 2
1.2.1 Identifikasi masalah ...................................................................................... 2
1.2.2 Ruang lingkup masalah ................................................................................ 3
1.2.3 Rumusan masalah ........................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan penelitian .......................................................................................... 3
1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................................................ 3
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 4
2.1.1 Pesawat boeing 737 ..................................................................................... 4
2.1.1.1 Boeing 737 Classic Series ..................................................................... 7
2.1.1.2 Boeing 737 Next Generation ............................................................... 11
2.1.2 Fase penerbangan pesawat terbang .......................................................... 16
2.1.2.1 Taxi ..................................................................................................... 17
2.1.2.2 Take-off ............................................................................................... 17
ix
2.1.2.3 Climb ................................................................................................... 18
2.1.2.4 Cruise .................................................................................................. 18
2.1.2.5 Descent ............................................................................................... 18
2.1.2.6 Landing ............................................................................................... 18
2.1.3 Sumber Kelistrikan Pada Pesawat .............................................................. 19
2.1.3.1 Integrated Drive Generator .................................................................. 21
2.1.3.2 Auxiliary Power Unit ............................................................................ 21
2.1.3.3 Transformator Rectifier Unit ................................................................. 22
2.1.3.4 Static inverter ...................................................................................... 22
2.1.3.5 Ground Power Unit .............................................................................. 22
2.1.3.6 Baterai ................................................................................................. 23
2.1.4 Sistem daya listrik ....................................................................................... 25
2.1.4.1 Sistem arus bolak-balik ....................................................................... 25
2.1.4.2 Sistem arus searah .............................................................................. 25
2.1.4.3 Sistem cadangan ................................................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 27
3.1. Analisa Kebutuhan .................................................................................... 27
3.1.1. Waktu dan tempat penelitian ...................................................................... 27
3.1.2. Data penelitian ........................................................................................... 27
3.2. Perancangan Penelitian ............................................................................ 27
3.2.1. Metode wawancara .................................................................................... 27
3.2.2. Studi pustaka .............................................................................................. 27
3.2.3. Survei lapangan dan pengambilan data ...................................................... 28
3.2.4. Diagram alir penelitian ................................................................................ 29
3.3 Teknik Analisis .......................................................................................... 30
3.4 Dasar Generator Arus Bolak-Balik ............................................................ 30
3.4.1 Pengertian .................................................................................................. 30
3.4.2 Sistem eksitasi............................................................................................ 30
3.4.3 Pembangkit tegangan ................................................................................. 31
3.4.4 Induksi ........................................................................................................ 35
3.4.4.1 Induktansi diri ...................................................................................... 35
3.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan putar pada generator ........... 36
x
BAB IV SUMBER UTAMA KELISTRIKAN PESAWAT TERBANG BOEING 737
NEXT GENERATION ............................................................................................ 42
4.1 Integrated Drive Generator ....................................................................... 42
4.1.1 Konstruksi Integrated Drive Generator (IDG) .............................................. 43
4.1.1.1 Pump and motor assembly (rakitan pompa dan motor)........................ 43
4.1.1.2 Charge pump (pompa pengisian) ........................................................ 44
4.1.1.3 Schavenge pump................................................................................. 44
4.1.1.4 Inversion pump (pompa pembalik) ....................................................... 44
4.1.1.5 Rotating deaerator ............................................................................... 45
4.1.1.6 Governor ............................................................................................. 45
4.1.1.7 Differential ........................................................................................... 45
4.1.1.8 Generator arus bolak-balik .................................................................. 46
4.1.2 Sistim operasi Integreted Drive Generator .................................................. 47
4.2 Beban Listrik Pesawat Terbang Boeing 737-800 ...................................... 51
4.2.1 Kokpit ......................................................................................................... 60
4.1.1 Lampu ........................................................................................................ 63
4.2.2.1 Lampu kompartemen ........................................................................... 63
4.2.2.2 Lampu kompartemen penumpang ....................................................... 64
4.2.2.3 Lampu bagian luar ............................................................................... 66
4.2.3 Galley (dapur) ............................................................................................. 67
4.3 Jenis-Jenis Gangguan Pada IDG ............................................................. 68
4.3.1 Overload ..................................................................................................... 68
4.3.2 Overspeed .................................................................................................. 69
4.3.3 Kegagalan terhadap IDG ............................................................................ 70
4.3.4 Overheat..................................................................................................... 70
4.4 Hilangnya Salah Satu dari Dua Sumber Listrik Utama Terhadap Beban .. 70
4.4.1 Perhitungan beban dalam penerbangan ..................................................... 70
4.4.1.1 Fase loading ........................................................................................ 70
4.4.1.2 Fase engine start ................................................................................. 71
4.4.1.3 Fase taxi .............................................................................................. 71
4.4.1.4 Fase take and climb ............................................................................ 72
4.4.1.5 Fase cruise .......................................................................................... 72
4.4.1.6 Fase hold and land .............................................................................. 73
xi
4.4.2 Perhitungan hilangnya beban pada fase cruise .......................................... 73
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 76
Kesimpulan ......................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 78
Lampiran A .......................................................................................................... A1
Lampiran B .......................................................................................................... B1
xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Bagian Utama Pesawat Boeing 737 Classic Series …...……………..…5
Gambar 2.2 Pesawat Boeing 737 Next Generation …………………………………....6
Gambar 2.3 Garuda Indonesia Boeing 737 Classic Series …………………………...8
Gambar 2.4 Garuda Indonesia Boeing 737 Next Generation ………………………..12
Gambar 2.5 Wingtip pada Sayap Pesawat ……………………………………………13
Gambar 2.6 Fase Penerbangan Pesawat Terbang …………..……………...……....17
Gambar 2.7 Letak Komponen-Komponen Listrik Pesawat ……………………….....19
Gambar 2.8 Accessory Gearbox dengan IDG ………………………………………...20
Gambar 2.9 Auxiliary Power Unit (APU) ……………………………………………….21
Gambar 2.10 Sistem Kelistrikan pada Starter ………………………………………..22
Gambar 2.11 Generator Control Unit (GCU) ……………………………….……..….25
Gambar 3.1 Diagram alir ………………………………………………………………..29
Gambar 3.2 Generator Arus Bolak-Balik yang Disederhanakan ..………………….32
Gambar 3.3 Garis-Garis Flux …………………………………………………………..32
Gambar 3.4 Kutub utara Rotor Bergerak Melewati Kumparan Stator ………………33
Gambar 3.5 Rotor Diputar 180° ………………………………………………………...33
Gambar 3.6 Kutub Selatan Rotor Bergerak Melewati Kumparan Stator ……………34
Gambar 3.7 Gelombang Sinus Generator …………………………………………….34
Gambar 3.8 Prinsip Gelombang Arus Bolak-Balik pada Generator ………………..37
Gambar 3.9 Hubungan Delta …………………………………………………………...38
Gambar 3.10 Hubungan Bintang ……………………………………………………….39
Gambar 3.11 Segitiga Daya …………………………………………………………….40
Gambar 4.1 Integrated Drive Generator ……………………………………………….42
Gambar 4.2 Konstruksi IDG …………………………………………………………….43
Gambar 4.3 Konstuksi Rakitan Pompa dan Motor ……………………………………44
Gambar 4.4 Bagian-Baggian Differential ……………………………………………...45
xiii
Gambar 4.4 Komponen Generator Arus Bolak-Balik IDG ……………………………46
Gambar 4.5 Skematik IDG ……………………………………………………………...49
Gambar 4.6 Grafik Beban Listrik Arus Searah Sistem TRU 3 – Off ………………..57
Gambar 4.7 Grafik Beban Listrik Arus Searah Sistem TRU1-Off atau TRU2-Off ….57
Gambar 4.8 Grafik Beban Listrik Arus Bolak-Balik Generator 1 Kondisi Normal …..58
Gambar 4.9 Grafik Beban Listrik Arus Bolak-Balik Generator 2 Kondisi Normal …..58
Gambar 4.10 Skema Tenaga Listrik …………………………………………………..59
Gambar 4.11 Kokpit Tampak Depan …………………………………………………..62
Gambar 4.12 Kokpit Tampak Belakang ……………………………………………….62
Gambar 4.13 Letak Peralatan Dapur …………………………………………………..68
Gambar 4.14 Kondisi IDG pada Piston dan Komponen-Komponen Lainnya ……………...69
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Spesifikasi Pesawat Terbang 737-400 …………………………..…………10
Tabel 2.2 Spesifikasi Pesawat Terbang 737-500 …………...…………….……….…11
Tabel 2.3 Spesifikasi Pesawat Terbang 737-600 …………………………..…………14
Tabel 2.4 Spesifikasi Pesawat Terbang 737-700 …………...…………….……….…15
Tabel 2.5 Spesifikasi Pesawat Terbang 737-800 …………...…………….……….…15
Tabel 2.6 Spesifikasi Pesawat Terbang 737-900 …………...…………….……….…16
Tabel 2.7 Keterangan Sistem Kelistrikan pada Starter ............................................24
Tabel 4.1 Data IDG Boeing 737-800 …………………………………………………...50
Tabel 4.2 Beban Listrik Arus Bolak-Balik Dengan Dua Generator ………………….51
Tabel 4.3 Beban Listrik Arus Searah Kondisi Normal …………....………………….52
Tabel 4.4 Beban Listrik Arus Searah Kondisi Inop ……………………………………53
Tabel 4.5 OPerasi Selama Penerbangan ……………………………………………..53
Tabel 4.6 Operasi Cadangan ……………………..…………………………………….54
Tabel 4.7 Source Rating DC …………………………………………………..………..54
Tabel 4.8 Beban Listrik Arus Bolak-Balik ………………………………………………55
Tabel 4.9 Beban Listrik Arus Searah …………………………………………………..56
Tabel 4.10 Total Daya yang Dipakai dalam Penerbangan …………………………..73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesawat terbang saat ini merupakan sarana transportasi udara yang sangat
menunjang mobilitas, terutama untuk mencapai suatu wilayah yang mempunyai
jarak tempuh yang sangat jauh dengan waktu tempuh ralatif cepat ditambah lagi
dengan tingkat keselamatan yang sangat tinggi. Pesawat terbang merupakan
kemajuan teknologi yang sangat luar biasa bagi dunia, sejak manusia mulai
menemukan cara untuk dapat terbang maka kemajuan teknologi dunia semakin
pesat pula, hal ini disebabkan dengan adanya pesawat terbang sehingga
koneksi/ hubungan antar negara-negara di dunia semakin mudah. Sejak
pesawat terbang pertama kali sampai pada era modern seperti sekarang ini
bentuk pesawat maupun ukurannya terus menerus berevolusi mengikuti
perkembangan jamannya. Perkembangan teknologi pesawat terbang tidak
berhenti hanya sebatas itu, teknologi tentang pesawat terbang juga berkembang
kearah sistem kelistrikan.
Sejak pesawat terbang pertama kali sampai pada era modern seperti
sekarang ini bentuk pesawat maupun ukurannya terus menerus berevolusi
mengikuti perkembangan jamannya. Perkembangan teknologi pesawat terbang
tidak berhenti hanya sebatas itu, teknologi tentang pesawat terbang juga
berkembang kearah sistem kelistrikan.
Rekayasa dan pengembangan sistem listrik pesawat terbang telah
berkembang pesat sejak Wright bersaudara berusaha menerbangkan pesawat
terbang pertama mereka. Para peneliti dan pengembangan teknologi telah
banyak menguji berbagai sistem kelistrikan pesawat terbang untuk terbang
dalam waktu sangat lama.
Sistem kelistrikan pesawat terbang terdiri dari banyak komponen-
komponen yang memerlukan perawatan dan keamanannya dijaga dengan ketat.
Kesalahan atau kegagalan sekecil apapun dapat berdampak pada keselamatan
didalam penerbangan pesawat terbang.
2
Generator pada engine pesawat terbang menghasilkan listrik dari putaran
engine sendiri, listrik yang dibutuhkan pesawat sebesar 115 V arus bolak-balik
dengan frequensi 400 Hz yang dihasilkan dari generator, namun karena Rpm
engine yang memutar generator tidak selalu stabil maka dipasanglah sebuah alat
yang bernama Constant Speed Drive (CSD) alat ini berfungsi untuk
mengendalikan putaran generator agar selalu konstan, pada B737 Next
Generation generator dan CSD telah diintergrasikan menjadi Integrated Drive
Generator (IDG) sedangkan pesawat seri sebelumnya B737 Classic generator
dan CSD masih terpisah. Riset yang mengacu pada perkembangan teknologi
kelistrikan pesawat tebang sebagai salah satu bagian penting dalam dunia
penerbangan telah banyak dilakukan. Hasil dari berbagai eksperimen telah
banyak digunakan untuk mendesain sistem kelistrikan yang tepat didalam fungsi
pesawat terbang terutama sistem generator listrik pesawat terbang. Untuk lebih
memahami lebih lanjut tentang sistem generator pesawat terbang khusus untuk
jenis pesawat boeing 737, maka akan dibuat skripsi yang berjudul “implementasi
sistem pembangkit listrik pesawat terbang boeing 737 Next Generation”.
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi masalah
Pesawat terbang merupakan sarana transportasi udara yang sangat
penting di Indonesia yang merupakan negara Maritim. Dengan adanya pesawat
terbang koneksi antar pulau-pulau di Indonesia semakin mudah. Mengingat
penggunaan transportasi udara yang semakin meningkat akan mempengaruhi
tingkat kehandalan mesin pada pesawat terutama pada sistem kelistrikan dari
generator dan Auxiliary Power Unit (APU) dengan dibantunya teknologi
Integrated Drive Generator (IDG) yang memasok listrik untuk beban listrik di
pesawat tersebut. Besar turunnya keandalan suatu pembangkit umumnya
disebabkan oleh kurang baiknya pemeliharaan peralatan dan cuacanya yang
kurang baik yang mempengaruhi faktor kapasitas pada unit pembangkit tersebut.
Oleh karena itu perlu diadakannya studi kehandalan di PT. GMF Aero Asia lt.3
Cengkareng Tangerang.
3
1.2.2 Ruang lingkup masalah
Kinerja Integrated Drive Generator (IDG) dan Analisis beban yang dibahas
adalah pada pesawat terbang Boeing 737-800.
1.2.3 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas di skripsi ini adalah sejauh
manakah akibat yang terjadi bila salah satu dari dua Integrated Drive Generator
(IDG) tidak berfungsi ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji kinerja IDG pada pesawat terbang Boeing 737-800
2. Menganalisis beban listrik saat terjadi kehilangan salah satu sumber utama
pada pesawat terbang Boeing 737-800
1.3.2 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan PT. Garuda Maintanance
Fasility Aero Asia.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun berdasarkan sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dimana bab I merupakan pendahuluan
yang berisi tentang latar belakang, permasalahan penelitian, serta sistematika
penulisan. Bab II merupakan landasan teori yang berisikan tentang tinjauan
pustaka, landasan teori serta kerangka pemikiran. Bab III merupakan metode
penelitian yang berisikan metode penelitian yang berisikan tentang analisis
kebutuhan, perancangan penelitian serta teknik analisis. Bab IV merupakan hasil
dan pembahasan yang berisikan tentang umum, data spesifikasi komponen IDG,
konstruksi IDG, menghitung saaat pengalihan beban pesawat terbang Boeing
737-800 ketika salah satu dari dua IDG tidak berfungsi. Dan bab V merupakan
penutup yang berisikan tentang simpulan dan saran yang didapat dari hasil dan
pembahasan pada bab sebelumnya.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pesawat boeing 737
Boeing 737 adalah pesawat komersial untuk penerbangan jarak dekat dan
jarak menengah. Pertama kali dibuat pada tahun 1967. Boeing 737 adalah
produk Boeing yang paling laku dengan penjualan sebanyak 7000 buah.
Pada era 60-an, pesawat penumpang berkapasitas rendah dan jarak dekat
didominasi oleh BAC 1-11 dan Douglas DC-9. Boeing ketika itu dapat dikatakan
tertinggal dibanding dengan pesaing-pesaingnya dalam pembuatan pesawat
berjarak dekat. Pada 1964, Boeing memulai program pembuatan 737, tetapi
untuk menghemat waktu Boeing menggunakan rancangan Boeing 707 dan
Boeing 727 dalam pembangunan 737. Hal ini adalah satu kelebihan bagi 737
karena lebar fuselage 737 yang didesain ini mampu memuat enam tempat duduk,
lebih satu dari BAC 1-11 dan Douglas DC-9. (Nur Armina, 2018)
737-100 adalah desain pertama Boeing dan karena bentuknya yang
pendek dan gemuk, Boeing menggelarkannya FLUF (Fat Little Ugly Fella) di
mana pada masa yang sama, industri penerbangan memanggilnya “Baby
Boeing”. Seri -100 dan -200 dapat dibedakan dengan seri-seri yang lain dengan
melihat kedudukan mesinnya yang bercantum dengan sayap pesawat. Manakala
Pratt and Whitney JT8D adalah mesin asal untuk model ini.
Pada awal 1980, 737 mengalami perubahan yang besar, yaitu penggantian
mesin 737 dari JT8D ke CFM International CFM56. Namun, mesin ini terlalu
besar dibandingkan dengan JT8D, sehingga harus dipasang dibawah sayap.
Bagian bawah mesin ini terpaksa diratakan untuk tujuan kelegaan tempat. 737-
300 mulai beroperasi pada tahun 1984.
5
Gambar 2.1 Bagian Utama Pesawat Boeing 737 Classic Serie
Pada 1990 pula, kemunculan Airbus A320 yang dilengkapi dengan
teknologi tinggi merupakan satu saingan baru bagi 737. Dan pada
tahun 1993 Boeing memulai pembangunan 737-Next Generation (NG). Program
ini adalah untuk pembinaan seri -600, -700, -800 dan -900.
Dalam pembuatan NG ini, perubahan dilakukan dengan merancang sayap
baru, peralatan elektronik yang baru dan rancangan ulang mesin pesawat. 737
NG dilengkapi dengan teknologi-teknologi dari Boeing 777,
tingkat kokpit berteknologi tinggi, sistem dalaman pesawat yang baru (diambil
dari Boeing 777), dengan penambahan berupa “wingtip” sehingga menjadi sayap
lawi yang mengurangi biaya bahan bakar dan memperbaiki proses “take-off”
pesawat. Pesawat 737 NG boleh dikatakan sebagai sebuah model baru karena
ciri-cirinya yang banyak berbeda dengan seri-seri yang lama.
6
Gambar 2.2 Pesawat Boeing 737 Series Next Generation
Pada tahun 2001, Boeing membuat 737-900 yang mampu terbang lebih
jauh dan menampung penumpang lebih banyak dari 707. Pada varian terbaru,
yaitu Boeing 737-900 ER (Extended Range), kokpitnya telah dilengkapi dengan
HUD (Head Up Display). Peralatan ini biasanya dipakai pada pesawat militer/
pesawat tempur. Fungsinya adalah untuk mempermudah pilot dalam
menentukan kemiringan pesawat baik secara vertikal maupun horizontal.
Pesawat ini menggunakan layar LCD yang terpadu dalam bentuk glass cockpit.
Pesawat ini menggunakan glass cockpit secara menyeluruh. Sistem glass
cockpit ini dipercaya akan menjadi trend bagi pesawat-pesawat baru. Lion
Air merupakan launch customer pesawat ini.
Di Indonesia, Boeing 737 merupakan "standar" armada bagi maskapai-
maskapai di Indonesia. Hampir semua maskapai penerbangan di Indonesia
pernah dan atau masih mengoperasikan 737, baik varian "original" (seri -200)
varian "Classic" (seri -300, -400, dan -500), maupun "Next Generation" (seri -800
dan -900ER).
7
Seri-seri 737 dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Original: Boeing 737 seri -100 dan -200 (Diproduksi pada tahun 1967
- 1988).
2. Classic: Boeing 737 seri -300, -400, dan -500 (Diproduksi pada tahun
1983 - 2000).
3. Next-Generation (737 NG): 737 seri -600, -700, -800, dan -900
(Diproduksi pada tahun 1997 - sekarang).
4. MAX (atau 737 MAX): 737 seri -7,-8, dan -9 (terbang perdana tahun
2017- sekarang).
2.1.1.1 Boeing 737 Classic Series
2.1.1.1.1 Sejarah
Boeing 737 Classic adalah sebuah nama yang diberikan kepada seri -300/-
400/-500 dari Boeing 737 mengikuti perkenalan dari seri -600/-700/-800/-900.
Pesawat ini adalah pesawat penumpang sipil (airliner) berjangkauan pendek
hingga medium dan berbadan sempit yang diproduksi oleh Boeing commercial
airplanes. Classic Series diperkenalkan sebagai generasi baru dari 737.
Diproduksi dari 1984 sampai 2000 sebanyak 1.988 unit.
2.1.1.1.2 Perkembangan dan desain
Mengikuti sukses dari Boeing 737-200, Boeing menginginkan untuk
meningkatkan kapasitas dan jarak jangkau, menggabungkan perbaikan untuk
meng-upgrade pesawat itu kepada spesifikasi modern, yang juga
mempertahankan kesamaan dengan varian 737 terdahulu. Pengembangan
dimulai pada 1979, dan pada 1980 spesifikasi pesawat awal dirilis pada
Farnborough Airshow. Pada bulan Maret 1981, US Air dan Southwest Airlines
memesan masing-masing 10 pesawat dengan opsi 20.
8
Gambar 2.3 Garuda Indonesia Boeing 737 Classic Series
Seri terbaru menampilkan mesin CFM International CFM56 turbofan,
menghasilkan keuntungan yang signifikan dalam efisiensi bahan bakar dan
pengurangan dalam kebisingan, tetapi juga berpose sebuah tantangan teknik
yang diberikan kepada jarak pada tanah dari 737. Boeing dan pemasok
mesin CFM menyelesaikan masalah itu dengan menempatkan mesinnya di
depan (bukan di bawah) sayap, dan dengan memindahkan aksesoris mesin ke
depan (bukan di belakang) dari pod mesin, memberi 737 sebuah yang khas yaitu
udara masuk yang tidak melingkar.
Sayapnya mengalami sejumlah perubahan untuk perbaikan aerodinamika.
Ujung sayap diperpanjang 9 inches (23 cm). Slot terdepan dan sirip sayap telah
disesuaikan. Dek penerbangan ditingkatkan dengan pilihan EFIS (Electronic
Flight Instrumentation System) dan kabin penumpang sama seperti pesawat
Boeing 757.
2.1.1.1.3 Versi Classic
2.1.1.1.3.1 Boeing 737-400
Boeing 737-400 merupakan Boeing 737-300 yang dipanjangkan,
diluncurkan pada tahun 1985, Piedmont Airlines merupakan pengguna pertama
dari varian pesawat ini, sekitar 486 Boeing 737-400 diproduksi.
9
Desain 737-400 diluncurkan pada tahun 1985 untuk mengisi kesenjangan
antara 737-300 dan 757-200, dan berkompetisi dengan Airbus A320 dan
McDonnell Douglas MD-80. Ini membentang 737-300 lain 10 ft (3,048 m) untuk
mengangkut hingga 168 penumpang. Ini termasuk bumper ekor untuk mencegah
tailscrapes saat take-off (masalah awal dengan 757), dan diperkuat spar sayap.
Prototype diluncurkan pada tanggal 26 Januari 1988, dan terbang untuk pertama
kalinya pada 19 Februari 1988. Pesawat memasuki layanan pada tanggal 15
September 1988, dengan pelanggan peluncuran Piedmont Airlines (25 pesawat
dipesan).
737-400F adalah bukan model disampaikan oleh Boeing 737-400 tapi
dikonversi ke sebuah pesawat kargo. Alaska Airlines adalah yang pertama untuk
mengkonversi salah satu dari 400-an mereka dari layanan reguler ke pesawat
dengan kemampuan untuk menangani 10 palet. Maskapai ini juga telah diubah
lima lebih ke pesawat combi tetap untuk setengah penumpang dan barang. Ini
pesawat 737-400 Combi sekarang dalam pelayanan. 737-400 kini digantikan
oleh 737-800 dalam keluarga Boeing 737 Next Generation. Spesifikasi Pesawat
Boeing 737-400 ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Spesifikasi Pesawat Boeing 737-400
Spesifikasi Pesawat Boeing 737-400
Armada 4 A/C
Tipe Mesin CFM56 -3C1
Kecepatan 840 kph
Länge 36,5 m
Flügelspanne 28,88 m
Jarak Maksimum 3.515 km
Kapasitas Penumpang 18* + 110** = 128 Penumpang
Awak Pesawat 2 (Krew Kokpit) + 5 (Awak Kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (Bulk)
Kapasitas Cargo 3.890 kg
* Kelas Bisnis / ** Kelas Ekonomi
10
2.1.1.1.3.2 Boeing 737-500
Boeing 737-500 merupakan varian Boeing 737 Classic Series terpendek.
Pengguna pertama dari varian ini adalah Southwest Airlines. Boeing 737-500
diciptakan untuk menggantikan Boeing 737-200.
Seri -500 ditawarkan, karena permintaan pelanggan, sebagai pengganti
modern dan langsung dari 737-200, menggabungkan perbaikan dari seri 737
classic dalam model yang memungkinkan rute lama dengan penumpang sedikit
menjadi lebih ekonomis dibandingkan dengan 737-300. Panjang pesawat dari -
500 adalah 1,7 kaki (47 cm) lebih panjang dari 737-200, menampung hingga 132
penumpang. Baik kaca dan lebih tua gaya mekanik kokpit pengaturan yang
tersedia. Menggunakan mesin CFM56-3 juga memberikan peningkatan 25%
dalam efisiensi bahan bakar atas tua-200 P & W mesin. LOT Polish Airlines 737-
500.
737-500 diluncurkan pada tahun 1987, oleh Southwest Airlines, dengan
perintah untuk 20 pesawat, dan terbang untuk pertama kalinya pada tanggal 30
Juni 1989. Satu prototype terbang 375 jam untuk proses sertifikasi, dan pada 28
Februari 1990 Southwest Airlines menerima pengiriman pertama. 737-500 telah
menjadi favorit dari beberapa maskapai penerbangan Rusia, dengan Nordavia,
Rossiya Airlines, S7 Airlines, Sky Express, Transaero, dan Yamal Airlines
membeli semua kedua-tangan model pesawat untuk menggantikan penuaan
Soviet-built pesawat atau memperluas armada mereka. Aerolíneas Argentinas
menggantikannya 737-200 dengan kedua tangan 737-500-an. 737-500 kini
digantikan oleh 737-600 dalam keluarga Boeing 737 Next Generation. Namun,
tidak seperti 737-500, 737-600 yang telah menjadi penjual lambat untuk Boeing
sejak diperkenalkan, dengan hanya 69 pesawat dikirim. Spesifikasi Pesawat
Boeing 7370-500 ditunjukkan pada Tabel 2.2.
11
Tabel 2.2 Spesifikasi Pesawat Boeing 737-500
Jenis Pesawat Boeing 737-500
Armada 4 A/C
Tipe Mesin CFM56 -3C1
Kecepatan 840 kph
Länge 31,1 m
Flügelspanne 28,88 m
Jarak Maksimum 3.515 km
Kapasitas Penumpang 12* + 84** = 96 Penumpang
Awak Pesawat 2 (Krew Kokpit) + 5 (Awak Kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (Bulk)
Kapasitas Cargo 3.180 kg
* Kelas Bisnis / ** Kelas Ekonomi
2.1.1.2 Boeing 737 Next Generation
2.1.1.2.1 Sejarah
Boeing 737 NextGeneration adalah sebuah pesawat penumpang sipil
(airliner) komersial untuk penerbangan jarak dekat dan jauh. Pertama kali dibuat
pada tahun 2001, dan resmi mengudara pada 2007, Boeing 737-800
dioperasikan pertama kali oleh maskapai penerbangan asal Indonesia yaitu
Garuda Indonesia.
2.1.1.2.2 Perkembangan dan desain
Boeing memulai pembangunan 737-Next Generation (NG) yaitu untuk seri
-600, -700, -800 dan -900.
12
Gambar 2.4 Garuda Indonesia Boeing 737 Next Generation
Dalam pembuatan NG ini, perubahan dilakukan dengan merancang sayap
baru, peralatan elektronik yang baru dan rancangan ulang mesin pesawat. 737
NG dilengkapi dengan teknologi-teknologi dari Boeing 777, tingkat kokpit
berteknologi tinggi, sistem dalaman pesawat yang baru, dengan penambahan
berupa wingtip sehingga menjadi sayap lawi yang mengurangi biaya bahan
bakar dan memperbaiki proses take-off pesawat. Pesawat 737 NG dapat
dikatakan sebagai sebuah model baru karena ciri-cirinya yang banyak berbeda
dengan seri-seri yang lama.
13
Gambar 2.4 Wingtip pada Sayap Pesawat
Boeing membuat 737-800 yang mampu terbang lebih jauh dan menampung
penumpang lebih banyak daripada versi sebelumnya. Pada varian ini, yaitu
Boeing 737-800 kokpitnya telah dilengkapi dengan HUD (Head Up Display).
Peralatan ini biasanya dipakai pada pesawat militer atau pesawat tempur.
Fungsinya adalah untuk mempermudah pilot dalam menentukan kemiringan
pesawat baik secara vertikal maupun horizontal. Pesawat ini menggunakan layar
LCD yang terpadu dalam bentuk glass kokpit. Pesawat ini menggunakan glass
cockpit secara menyeluruh. Lion Air merupakan launch customer pesawat ini.
Di Indonesia, Boeing 737 merupakan "standar" armada bagi maskapai-
maskapai di Indonesia. Hampir semua maskapai penerbangan di Indonesia
pernah dan atau masih mengoperasikan 737, baik varian "original" (seri -200)
varian "Classic" (seri -300, -400, dan -500), maupun "Next Generation" (seri -800
dan -900ER).
14
2.1.1.2.3 Versi Next Generation
2.1.1.2.3.1 Boeing 737-600
Boeing 737-600 merupakan varian 737-NG paling pendek. Boeing 737-
600 dikembangkan dari Boeing 737-500. Pengguna pertama dari varian ini
adalah Scandinavian Airlines Boeing 737-600 merupakan satu-satunya Boeing
737 masih diproduksi yang tidak dipasang wingtip. Pesaing utama dari pesawat
ini adalah Airbus A318, Embraer 195, Sukhoi Superjet 100 dan Bombardier C
Seri. Spesifikasi Pesawat Boeing 737-600 ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Spesifikasi Pesawat Boeing 737-600
Spesifikasi Pesawat Boeing 737-600
Armada 4 A/C
Tipe Mesin CFM56 – 7
Kecepatan 815 kph
Länge 31,2 m
Flügelspanne 34,3 m
Jarak Maksimum 5.650 km
Kapasitas Penumpang 12* + 94** = 106 Penumpang
Awak Pesawat 2 (Krew Kokpit) + 5 (Awak Kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (Bulk)
Kapasitas Cargo 4.350 kg
* Kelas Bisnis / ** Kelas Ekonomi
2.1.1.2.3.2 Boeing 737-700
Boeing 737-700 merupakan varian 737-NG paling pertama diproduksi.
Varian ini dikembangkan dari 737-300. Pengguna pertama dari varian ini
adalah Southwest Airlines. Adapun varian B737-700 lainnya yaitu 737-700C dan
737-700ER. 737-700C merupakan varian 737-700 yang dapat ditukar dari
pesawat penumpang menjadi pesawat kargo, sedangkan 737-700ER merupakan
varian 737-700 yang memiliki jarak tempuh maksimal yang lebih tinggi yaitu
5510NM (10.200KM). Spesifikasi Pesawat Boeing 737-700 ditunjukkan pada
Tabel 2.4.
15
Tabel 2.4 Spesifikasi Pesawat Boeing 737-700
Spesifikasi Pesawat Boeing 737-700
Armada 4 A/C
Tipe Mesin CFM56 - 7
Kecepatan 815 kph
Länge 33,6 m
Flügelspanne 36 m
Jarak Maksimum 6.230 km
Kapasitas Penumpang 24* + 120** = 144 Penumpang
Awak Pesawat 2 (Krew Kokpit) + 5 (Awak Kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (Bulk)
Kapasitas Cargo 7.420 kg
* Kelas Bisnis / ** Kelas Ekonomi
2.1.1.2.3.3 Boeing 737-800
737-800 merupakan varian 737NG yang paling populer dan paling sukses.
Pengguna pertama varian ini adalah Hapag-Llyod Flug. 737-800 merupakan
pengganti dari Boeing 727-200. Spesifikasi Pesawat Boeing 737-800 ditunjukkan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Spesifikasi Pesawat Boeing 737-800
Spesifikasi Pesawat Boeing 737-800
Armada 4 A/C
Tipe Mesin CFM56 - 7
Kecepatan 815 kph
Länge 39,5 m
Flügelspanne 36 m
Jarak Maksimum 5.665 km
Kapasitas Penumpang 36* + 152** = 188 Penumpang
Awak Pesawat 2 (Krew Kokpit) + 5 (Awak Kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (Bulk)
Kapasitas Cargo 7.420 kg
* Kelas Bisnis / ** Kelas Ekonomi
16
2.1.1.2.3.4 Boeing 737-900
Boeing memperkenalkan B737-900 yang merupakan varian 737 yang
paling panjang dan paling kuat. Pengguna pertama dari varian ini adalah Alaska
Airlines pada tahun 1997 dan mendapatkan delivery pertamanya pada tahun
2001. Spesifikasi Pesawat Boeing 737-900 ditunjukkan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Spesifikasi Pesawat Boeing 737-900
Spesifikasi Pesawat Boeing 737-900
Armada 4 A/C
Tipe Mesin CFM56 - 7
Kecepatan 815 kph
Länge 42,1 m
Flügelspanne 36 m
Jarak Maksimum 5.080 km
Kapasitas Penumpang 58* + 152** = 210 Penumpang
Awak Pesawat 2 (Krew Kokpit) + 5 (Awak Kabin)
Konfigurasi ULD Massa barang dagangan (Bulk)
Kapasitas Cargo 7.420 kg
* Kelas Bisnis / ** Kelas Ekonomi
2.1.2 Fase penerbangan pesawat terbang
Masa-masa pesawat lepas landas hingga mencapai ketinggian jelajah
maksimal merupakan periode krusial dalam penerbangan. Tantangan terbesar
saat lepas landas adalah mengatur kecepatan untuk berakselerasi. Sering kali,
butuh waktu lama menyesuaikan kecepatan yang ditentukan pilot untuk lepas
landas dengan kecepatan untuk pesawat bisa mendaki di udara. Setelah lepas
landas atau jelang mendarat, pesawat banyak bermanuver menuju titik yang
dituju. Gerakan tersebut juga riskan membuat pesawat mengalami insiden. Pilot
harus tanggap mengambil keputusan cepat saat menghadapi masalah, seperti
mesin rusak atau cuaca ekstrem menjelang lepas landas. Terlambat atau salah
17
mengambil keputusan bakal berakibat fatal. Berikut fase-fase penerbangan
pesawat terbang dari taxi hingga landing. (Wiratama, 2016)
Gambar 2.6 Fase Penerbangan Pesawat Terbang
2.1.2.1 Taxi
Pada saat di bandara, pesawat melakukan taxi (bergerak di darat) dengan
mengikuti garis kuning dari apron (tempat parkir pesawat) dan memasuki runway
(landas pacu) dan mengambil posisi untuk take-off. Kecepatan taxi itu sendiri
dibatasi untuk menghindari tergulingnya pesawat saat berbelok dan menabrak
dengan pesawat lain.
2.1.2.2 Take-off
Setelah pesawat melakukan taxi dan sampai di runway pada posisi siap
take-off, mesin pesawat diposisikan pada daya yang tinggi dan
mendorong/menarik pesawat bergerak maju hingga kecepatan tinggi tertentu
untuk transisi dari darat ke udara. transisi dari darat ke udara tersebut disebut
dengan take-off atau lepas landas. Kecepatan take-off dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti berat pesawat, desain sayap, kondisi udara,
penggunaan flap dan slat. Pada umumnya, semakin berat pesawat, kecepatan
dan jarak take-off yang dibutuhkan semakin besar. Adapun head wind atau angin
dari arah depan pesawat dapat mengurangi kecepatan yang dibutuhkan untuk
take-off, sehingga take-off disarankan untuk melawan arah angin atau head wind.
18
Sedangkan side-wind atau angin dari arah samping pesawat disarankan untuk
dihindari karena mengganggu stabilitas pesawat.
2.1.2.3 Climb
Fase selanjutnya adalah climb, yaitu pesawat menuju pada ketinggian
tertentu untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimal/cruise. Untuk naik
pada ketinggian tersebut, pesawat terbang meningkatkan lift/gaya angkat
dengan cara meningkatkan angle of attack/sudut serang dan meningkatkan daya
pada mesin untuk mendapatkan gaya dorong yang berakibat pada naiknya
kecepatan hingga gaya angkat melebihi berat pesawat.
2.1.2.4 Cruise
Cruise adalah keadaan terbang dimana pesawat menggunakan bahan
bakar paling ekonomis dan kondisi desain yang optimal secara teknis. Fase ini
memiliki durasi yang paling lama selama perjalanan di udara maupun melakukan
misi hingga sampai di tujuan. Saat cruise, pesawat bergerak dalam kondisi
kecepatan dan ketinggian yang relatif konstan, hanya saja berubah arah
haluan/heading yang mana gaya angkat sayap akan sama dengan berat
pesawat. Fase ini berada pada ketinggian 33.000 kaki hingga 42.000 kaki untuk
jenis pesawat komersial.
2.1.2.5 Descent
Setelah pesawat mendekati runway untuk mendarat, pesawat melakukan
descent, yaitu pesawat melakukan pergerakan turun dengan kecepatan konstan
dengan mengatur daya mesin maupun pitch. Adapun sudut descent secara
umum adalah tiga derajat menuju bandara. Kondisi descent menuju bandara ini
disebut dengan istilah approaching. Akhir dari approaching itu sendiri adalah
pengambilan posisi untuk landing.
2.1.2.6 Landing
Landing adalah fase terakhir pada penerbangan. Setelah posisi landing
diperoleh, pesawat berusaha menurunkan kecepatan serendah mungkin supaya
19
dapat menyentuh runway sehalus mungkin. Penurunan kecepatan tersebut
dapat dilakukan dengan penggunaan flap maupun speed brakes pada pesawat
yang besar. Penurunan kecepatan tersebut dapat juga dibantu dengan
memanfaatkan kondisi head-wind seperti pada take-off. Kondisi pesawat saat
menyentuh darat disebut juga dengan touch down. Adapun setelah landing,
pesawat kembali melakukan taxi untuk menempatkan diri di apron.
2.1.3 Sumber Kelistrikan Pada Pesawat
Gambar 2.7 Letak Komponen-Komponen Listrik Pesawat.
Pesawat terbang mendapatkan pasokan sumber tenaga listrik yang berasal
dari IDG, batrei, APU, Ground Power Unit (GPU) dan sumber pendukung listrik
lainnya. Generator yang ada di pesawat terbang terdiri dua jenis, yakni generator
20
utama dan generator pembantu. Generator utama digunakan pada saat keadaan
normal. Sedangkan generator pembantu atau biasa disebut APU yang digunakan
saat pesawat keadaan parking, dan digunakan sebagai stater-generator untuk
membantu engine berputar, dan pada saat keadan darurat.
Setiap pesawat terbang memiliki jenis generator yang berbeda-beda, begitu
pula dengan daya yang dihasilkan oleh generator tersebut serta pengaturannya.
Seperti halnya pada pesawat terbang Boeing 737 Next Generation (NG),
pesawat ini menggunakan generator dengan kapasitas 90 kVA. Selain itu,
pesawat Boeing 737 NG generatornya sudah terintegrasi dengan CSD yang
biasa disebut dengan IDG. Sedangkan pesawat terbang 737 Classic, antara
generator dengan CSD terpisah dengan kapasitas dayanya 45 kVA.
Untuk memutarkan generator dibutuhkan gerakan putaran yang berasal
dari engine yang tehubung ke accessory gearbox. Letak accessory gearbox
dengan IDG ditunjukkan pada gambar 2.7. (System, 2018)
Gambar 2.8 Accessory Gearbox Dengan IDG.
21
2.1.3.1 Integrated Drive Generator
Integrated Drive Generator (IDG) adalah pergabungan antara generator
dengan Constant Speed Drive (CSD) yang berfungsi sebagai tenaga listrik utama
untuk sistem kelistrikan pesawat terbang. Cara kerja IDG yaitu mengubah
masukan berupa kecepatan putaran engine yang konstan menjadi energi listrik.
Kecepatan yang dihasilkan generator arus bolak-balik sebesar 24.000 rpm
dengan frequensi 400 Hz dan menghasilkan daya sebesar 90 kVA
2.1.3.2 Auxiliary Power Unit
Auxiliary Power Unit (APU) adalah sebuah mesin gas turbin yang berfungsi
sebagai supporting engine dalam pesawat. APU mentransmisikan daya
(pneumatic) yang kemudian digunakan untuk menggerakan/starter mesin utama
(main engine) dan generator APU adalah gas turbin yang terdiri dari compressor
sentrifugal 2 tingkat dan turbin 1 tingkat. Kompresor dengan 2 tingkat tersebut
dihubungan langsung (satu poros) dengan putaran turbin.
Gambar 2.9 Auxiliary Power Unit
APU digunakan untuk menyediakan tenaga listrik DC ataupun AC sebagai
emergency apabila sumber tenaga dari engine tidak bekerja dan GPU (Ground
Power Unit) tidak ada. APU ini juga menyediakan “compress air” untuk pneumatic
stater atau air conditioning. APU di dalam pesawat terbang mempunyai sistem
yang mandiri (independent). Di kokpit pada “flight engine” panel terdapat APU
22
control untuk menstart APU dari battery dan terdapat APU instrument yaitu
penunjuk volt, ampere, frequency, oil pressure, oil temperature, dan indicator
light. (Systems Summary APU, 2017)
2.1.3.3 Transformator Rectifier Unit
Alat ini merupakan gabungan antara trafo statik penurunan (step down)
tegangan dan penyearah yang merupakan satu unit utuh, dan selalu terdapat
pada sistem tegangan arus bolak-balik pesawat sebagai suplai unit kedua. Terdiri
atas 3 unit TRU yang mempunyai fungsi yang sama.
Prinsip kerja dari TRU yaitu sebelum tegangan masuk ke beban
tegangan arus searah harus melewati unit ini secara dua tahap. Pertama yang di
lewati tegangan adalah masuk kedalam trafo step down dengan tegangan input
115 VAC dan tegangan keluaran 28 VAC. Tegangan keluaran 28 VAC tersebut
kemudian masuk ke tahap ke dua yaitu masuk kedalam penyearah. Tegangan
masuk penyearah tersebut 28 VAC yang kemudian diubah menjadi 28 VDC.
Sehingga tegangan keluaran tersebut langsung disuplai kepada beban. Setiap
TRU dipasang paralel dengan sumber dan dihubung seri dengan beban.
2.1.3.4 Static inverter
Static inverter ini berfungsi sebagai pengubah tegangan 28 VDC dari
batrei berfasa tunggal menjadi 115 VAC dengan dayanya sebesar 1000 VA.
2.1.3.5 Ground Power Unit
Operasi penanganan/pemuatan darat yang normal akan dilakukan
dengan daya eksternal sumber atau generator unit daya tambahan pesawat yang
memasok listrik kepesawat, yang memungkinkan pengisian bahan bakar,
perawatan rutin, dan pengujian peralatan prapenerbangan tanpa perlunya
menjalankan mesin utama. Pemuatan listrik dari sumber daya eksternal atau
APU pesawat (pemuatan, start mesin mode) adalah penjumlahan dari 115VAC
transfer bus 1 dan 2 .Kapasitas daya eksternal perangkat keras pesawat adalah
90 kVA. Kapasitas kontinu generator APU untuk operasi darat adalah 90kVA.
Otomatis pelepasan beban sekuensial dari muatan non-esensial akan terjadi jika
pemuatan di atas tanah melebihi batas.
23
2.1.3.6 Baterai
Sumber listrik arus searah pada pesawat adalah baterai. baterai
digunakan pada pesawat terbang pada waktu start engine dan sebagai sumber
eksitasi untuk starting APU. Apabila pada saat baterai tidak digunakan baterai
akan di isi daya oleh battery charger yang terpasang.
Baterai yang dijumpai pada pesawat terbang ada 2 jenis yaitu:
a. Baterai asam, mempunyai elektrolit H2SO4 (asam sulfat).
b. Baterai basa atau baterai alkalin, yang paling sering adalah jenis NICAD,
baterai ini mempunyai elektrolit KOH (Potasium Hydroxide)
Kedua baterai tersebut tidak boleh dipakai secara bersamaan. Hanya salah
satu saja yang dipakai. Begitupula di dalam bengkel (charging room) pun tidak
boleh disatukan.
Gambar 2.10 Sistem Kelistrikan pada Starter
24
Penjelasan dari Gambar 2.6 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Keterangan Sistem Kelistrikan pada Starter
Nama Keterangan
Dinamo Starter Sebagai penggerak untuk menyalakan
mesin, starter berfungsi untuk memutar
mesin pertama kalinya.
Contact Relay Komponen listrik yang bekerja berdasarkan
prinsip induksi medan elektromagnetik
Switch Perangkat yang digunakan untuk
memutuskan dan menghubungkan alitarn
listrik
Sekring Bekerja sebagai pengaman dalam suatu
rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan
muatan listrik atau suatu hubungan arus
pendek.
Baterai Sebagai sumber arus listrik untuk seluruh
sistem kelistrikan dan penyimpan energi
listrik saat terjadi proses pengisian
Kontak Berfungsi untuk menghungkan dan
memutuskan aliran listrik.
2.1.3.7 Generator Control Unit
Pesawat daya sistem kontrol listrik termasuk fungsi seperti pengaturan
tegangan, membatasi arus lstrik, perlindungan untuk tegangan keluar-off-
toleransi dan kondisi frekuensi. Komponen utama yang digunakan untuk
melakukan fungsi ini disebut Generator Control Unit (GCU) mengatur keluaran
generator dengan merasakan tegangan sistem pesawat dan regulator kemudian
mengirimkan sebuah arus disesuaikan dengan bidang eksiter keluaran tegangan
generator utama.
25
Gambar 2.11 Generator Control Unit
2.1.4 Sistem daya listrik
2.1.4.1 Sistem arus bolak-balik
Sistem listrik arus bolak-balik terdiri dari dua saluran listrik yang
terisolasi, masing-masing diberi energi oleh generator penggerak terintegrasi 90
kVA. Selain itu, ada generator digerakkan oleh APU yang dapat digunakan untuk
memberi daya kedua saluran saat pesawat berada di tanah atau bertindak
sebagai sumber daya alternatif untuk kedua saluran saat penerbangan.
Generator yang digerakkan mesin masing-masing mampu memasok 90 kVA
beban listrik dalam operasi penerbangan atau darat. APU generator mampu
memasok 90 kVA dalam penerbangan ke 30.000 kaki, 62 kVA ke 41.000 kaki
dan 90 kVA di tanah.
2.1.4.2 Sistem arus searah
Sistem kelistrikan arus searah diberi energi oleh tiga penyearah
transformator 115/28 Volt (TR) unit. TR unit 1 dan 2 menerima arus bolak-balik
26
dari bus transfer ke bus arus searah 1 dan 2. Unit TR 1 dan 2 biasanya
dioperasikan secara paralel melalui pemutus sirkuit dan kontaktor isolasi. TR3,
disediakan oleh 115 VAC Transfer Bus No. 2, biasanya memberi daya pada Bus
Baterai dan mencadangkan unit TR 1 dan 2 melalui dioda (Sistem kelistrikan arus
searah dialiri oleh tiga transformator-penyearah 115/28 Volt (TR) unit. TR unit 1
dan 2 menerima daya arus bolak-balik dari bus transfer ke bus arus searah 1 dan
2. Unit TR 1 dan 2 biasanya dioperasikan secara paralel melalui pemutus sirkuit
dan kontaktor isolasi. TR3, disediakan oleh 115VAC Transfer Bus No. 2,
biasanya memberi daya pada Bus Baterai dan mencadangkan unit TR 1 dan 2
melalui diode.
2.1.4.3 Sistem cadangan
Sistem daya cadangan disediakan untuk memasok 28 VDC nominal dan
fase tunggal 115VAC, 400 Hz, daya cadangan arus bolak-balik ke instrumen
penerbangan pilihan, komunikasi, navigasi dan peralatan lainnya jika benar-
benar kehilangan semua tenaga mesin generator dan daya arus bolak-balik yang
digerakkan oleh APU. Sistem ini terdiri dari dua baterai, dua pengisi daya baterai,
inverter statis satu fase, berbagai relay kontrol, Standby Power Control Unit
(SPCU), Hot Battery Bus, Switched Hot Battery Bus, AC Standby Bus, DC
Standby Bus dan Battery Bus.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Analisa Kebutuhan
3.1.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dan pengumpulan data skripsi dilaksanakan di PT. GMF Aero
Asia. Dimana penelitian ini dilakukan selama bulan 02 September 2019 hingga
02 Desember 2019.
3.1.2. Data penelitian
Untuk menyelesaikan skripsi ini terdapat beberapa data yang diperlukan
dan dikumpulkan saat melakukan penelitian. Data-data tersebut antara lain:
1. Data konstruksi IDG pada pesawat terbang Boeing 737-800.
2. Data kerusakan IDG pada pesawat terbang Boeing 737-800.
3. Data beban pada pesawat terbang Boeing 737-800.
3.2. Perancangan Penelitian
3.2.1. Metode wawancara
Metode wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data awal
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa dosen-dosen dan orang yang
berkompeten serta memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Integrated
Drive Generator (IDG) pada pesawat Boeing 737 Next Generation (NG),
khususnya dosen pembimbing skripsi ataupun kepada petugas lapangan yang
berkompeten di bidangnya.
3.2.2. Studi pustaka
Tahapan ini dilaksanakan dengan cara mencari dan mengumpulkan
informasi berupa teori, rumus-rumus, maupun data teknik dari berbagai sumber
seperti perpustakaan, perusahaan, ataupun internet, jurnal ilmiah, handbook.
Dan laporan penelitian adalah literatur yang digunakan untuk mendapatkan
28
bahan referensi dalam penulisan dan pembahasan seperti yang terlihat di daftar
pustaka.
3.2.3. Survei lapangan dan pengambilan data
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan tempat
peneliti dan secara langsung melakukan penelitian. Kemudian dilakukan proses
pengumpulan data dengan metode wawancara dan observasi untuk melakukan
pengamatan dan analisa terhadap objek penelitian sehingga mendapatkan data
dan informasi yang dibutuhkan peneliti.
29
3.2.4. Diagram alir penelitian
ya
tidak
Gambar 3.1 Diagram Alir
Memasukkan data spesifikasi, kinerja,dan
gangguan pada IDG, dan memasukan data
beban pesawt terbang Boeing 737-800
Menghitung total daya
pada pesawat terbang
Apakah salah satu
dari dua IDG tidak
berfungsi akan
berpengaruh terhadap
penerbangan
Mulai
Selesai
Pengolahan data
Pengambilan data
di PT. GMF Aero
Asia
30
3.3 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif dan analisis kualitatif. Dimana dalam penelitian ini akan dilakukan
pengkajian terhadap data-data teknis yang terjadi pada aspek keandalan
generator IDG di PT GMF Aero Asia. Data-data yang telah didapatkan
selanjutnya diolah untuk didapatkan indeks yang diinginkan. Data yang diolah ini
nantinya akan dideskripsikan pada saat proses penganalisaan data.
3.4 Dasar Generator Arus Bolak-Balik
3.4.1 Pengertian
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi
tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator ini memperoleh
energi mekanis dari prime mover. Prinsip sederhananya adalah arus listrik yang
diberikan pada stator akan menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat
melawan putaran rotor sehingga menimbulkan Electromotive force (EMF)/ gaya
gerak listrik pada kumparan rotor. (W. Nono, 1999)
Tegangan EMF ini akan menghasilkan suatu arus jangkar. Karena
terdapat dua kutub yang berbeda yaitu utara dan selatan, maka pada 90o
pertama akan dihasilkan tegangan maksimum positif dan pada sudut 270o kedua
akan dihasilkan tegangan maksimum negatif. Ini terjadi secara terus
menerus/continu. Bentuk tegangan seperti ini lebih dikenal sebagai fungsi
tegangan arus bolak balik.
3.4.2 Sistem eksitasi
Yang dimaksud dengan eksitasi atau disebut sistem penguatan adalah
perangkat yang memberikan arus penguat (If) kepada kumparan medan
generator arus bolak-balik yang dijalankan dengan cara membangkitkan medan
magnetnya dengan bantuan arus searah.
Sistem penguatan dapat digolongkan berdasarkan cara penyediaan
tenaganya, yaitu:
1. Sistem penguatan sendiri
2. Sistem penguatan terpisah
31
Untuk generator berkapasitas besar umumnya digunakan sistem
penguatan sendiri. Sistem penguatan ini digunakan pada generator tanpa sikat
(brushless alternator). Generator tanpa sikat ini mempunyai exciter yang
kumparan jangkarnya pada rotor dan kumparan medannya pada stator. Arus
penguatan didapat dari induksi magnet sisa (remanensi) pada stator generator
utama yang diberikan oleh stator generator penguat.
Untuk membangkitkan medan magnet pada rotor, maka diperlukan arus
searah (DC) yang umumnya disebut sebagai penguat. Perangkat yang berfungsi
untuk mensupplai arus penguat ini disebut eksiter (Exciter) atau sistem eksitasi.
Adapun prinsip kerja sistem eksitasi adalah saat generator diputar, Pilot Exciter
yang memiliki magnet permanen pada rotor gulungannya akan membangkitkan
tegangan arus bolak-balik. Daya ini kemudian akan menjadi sumber daya untuk
AVR (Automatic Voltage Regulator).
Oleh AVR tegangan AC tersebut disearahkan menjadi tegangan DC dan
diatur besar arusnya untuk kemudian disalurkan ke AC exciter pada kumparan
stator. Arus yang mengalir di field coil membangkitkan AC 3-fasa di armature coil
AC Exciter. Tegangan AC ini kemudian disearahkan oleh dioda silikon yang
terdapat di rangkaian rotating rectifier menjadi tegangan DC. Arus yang
dihasilkan oleh rotating rectifier kemudian akan disalurkan ke field coil dari
generator.
3.4.3 Pembangkit tegangan
Tegangan dapat diinduksikan ke dalam suatu konduktor bila memenuhi
persyaratan di bawah ini:
a. Ada medan magnet
b. Ada konduktor
c. Ada putaran relatif antara medan magnet dan konduktor
Generator arus bolak-balik memanfaatkan induksi untuk merubah energi
mekanis menjadi energi listrik. Gambar 3.2 menunjukkan generator arus bolak-
balik sederhana yang bagian utamanya terdiri atas rotor dan stator.
32
Gambar 3.2 Generator arus bolak-balik yang Disederhanakan
Bila arus searah dialirkan ke dalam rotor, timbul medan magnet di
sekitarnya. Inti stator terbuat dari bahan magnetik, sehingga medan magnet
cenderung mengalir melalui inti dari pada celah udara. Efek ini ditunjukkan pada
Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Garis-Garis Flux
Untuk mempermudah memahaminya asumsikan elektromagnet di
sebelah atas merupakan kutub utara dan bagian sebelah bawah merupakan
kutub selatan. Polaritas sebenernya dari medan sekitar rotor bergantung pada
arah arus yang disuplai ke rotor dan begitu cara magnet tersebut dibangkitkan.
Putaran relatif sebagai persyaratan ketiga untuk induksi listrik dapat
tercapai bila rotor berputar mengelilingi bagian dalam stator. Tegangan
diinduksikan ke kumparan stator pada saat garis-garis fluks magnet rotor
memotongnya. Setiap satu putaran penuh rotor akan menghasilkan 1 gelombang
33
sinus. Gambar 3.3 Menunjukkan saat rotor berada pada kutub utara yang
berhadapan langsung dengan kumparan stator. Pada posisi ini rotor telah
berputar sejauh 90o dari posisi semula seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.4.
Gambar 3.4 Kutub Utara Rotor Bergerak Melewati Kumparan Stator
Pada saat kutub utara rotor berputar ke arah kumparan stator, maka akan
lebih banyak lagi garis-garis fluks magnetik yang memotong kumparan tersebut.
Jumlah garis-garis fluks maksimum yang memotong kumparan terjadi saat motor
berada segaris dengan bagian tengah kumparan. Oleh sebab itu, tegangan
induksi di dalam kumparan akan naik pada saat rotor berputar ke arahnya dan
harga maksimum akan tercapai jika kutub utara berada di depan kumparan
tersebut.
Gambar 3.5 Rotor Diputar 180o
34
Gambar 3.6 Kutub Selatan Rotor Bergerak Melewati Kumparan Stator
Bila rotor diputar 900 menjauhi kumparan, garis-garis fluks semakin sedikit
sehingga tegangan induksi semakin kecil dan menjadi nol pada saat rotor
mencapai posisi 180o. Setelah rotor diputar lagi sejauh 90o, maka kutub selatan
akan berhadapan dengan kumparan stator (Gambar 3.6). Rotor tersebut telah
diputar sejauh 270o dari posisi awal. Tegangan induksi akan naik sampai harga
maksimum, tetapi dalam arah yang berlawanan. Saat rotor mencapai satu
putaran penuh tegangan induksi pada kumparan stator akan turun sampai nol.
Grafik output generator tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Gelombang Sinus Generator
Grafik ini merupakan gelombang sinus. Pada satu periode penuh, arus
bolak-balik dibangkitkan untuk setiap putaran rotor.
35
3.4.4 Induksi
Setelah ditemukan bahwa ada arus yang melewati sebuah kumparan akan
membentuk medan magnet yang mampu menggeser jarum kompas, Faraday
dan Henry menemukan hal sebaliknya. Proses pembentukan arus listrik pada
konduktor dengan meletakkan konduktor di medan magnet ini yang disebut
induksi atau induksi elektromagnet.
Faraday melihat bahwa ada perubahan medan magnet yang
mempengaruhi jumlah arus dan tegangan yang terinduksi. Hukum Faraday untuk
kawat lurus menyatakan bahwa “jumlah tegangan yang terinduksi berbanding
lurus dengan laju perubahan garis fluks yang memotong konduktor”. Secara
matematis dituliskan:
𝑉𝐿 = 𝑑∅
𝑑𝑡 ……………………………………………… (3.1)
keterangan:
𝑉𝐿 = tegangan yang diinduksikan (volt)
𝑑∅
𝑑𝑡= perubahan flux magnetik (webers/s)
Induksi juga diukur dengan satuan Henry (H) yang merefleksikan
ketergantungan terhadap laju perubahan medan magnet. Satu Henry adalah
besar induktansi yang dibutuhkan untuk menghasilkan induksi 1 volt ketika laju
perubahan arus adalah 1 ampere per detik.
3.4.4.1 Induktansi diri
Bentuk dari induksi elektromagnetik ini didefinisikan sebagai induksi
tegangan pada kawat yang dialiri arus ketika arus pada kawat itu berubah. Pada
induktansi diri, medan magnet yang dihasilkan dari perubahan arus pada
rangkaian itu sendiri menginduksi tegangan pada rangkaian yang sama. Oleh
karena itu, tegangan tersebut diinduksi sendiri.
Pada sebuah rangkaian, kumparan atau kawat biasanya digunakan untuk
menunjukkan kumparan induktif. Arus bolak-balik yang mengalir melalui
kumparan menghasilkan medan magnet di dalam dan sekitar kumparan yang
akan mengembang dan menyusut seiring dengan perubahan arus. Medan
magnet membentuk banyak loop konsentrik yang mengelilingi kwat dan
36
bergabung membentuk loop yang lebih besar pada kumparan. Ketika arus
meningkat pada 1 loop maka medan magnet yang mengembang akan memotong
sebagaian atau semua loop di dekanya dan menginduksi tegangan pada loop
tersebut. Hal ini yang menyebabkan tegangan terinduksi pada kawat ketika arus
berubah. Pada kumparan Hukum Faraday yang digunakan adalah:
𝑉𝐿 = 𝑁 𝑑∅
𝑑𝑡 ……………………………………………… (3.2)
Keterangan:
𝑉𝐿 = tegangan yang diinduksikan (volt)
𝑑∅
𝑑𝑡= perubahan flux magnetik (webers/s)
𝑁 = jumlah lilitan
Persamaan diatas menunjukkan bahwa besarnya tegangan yang
terinduks berbanding lurus dengan jumlah lilitan pada kumpran dan laju
perubahan fluks magnet. Dengan kata lain, frekuensi fluks meningkat atau jumlah
lilitan diperbanyak maka tegangan yang terinduksi juga meningkat.
3.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan putar pada generator
Kecepatan putar rotor generator arus bolak-balik dipertahankan konstan
untuk mensuplai tenaga pada frekuensi yang konstan. Kecepatan putar
generator arus bolak-balik dipengaruhi oleh 2 faktor:
a. Frekuensi yang dibutuhkan
b. Jumlah kutub di dalam medan generator
Frekuensi menjadi salah satu karakter listrik arus bolak-balik, tentu saja
hal ini dikarenakan bentuk grafik arus listrik yang berupa gelombang sinusoidal.
Frekuensi adalah jumlah gelombang yang terjadi di setiap satu detik, dengan
satuan frekuensi yaitu Hertz.
37
Gambar 3.8 Prinsip Gelombang Arus Bolak-Balik pada Generator
Pada Gambar 3.8 satu gelombang voltase listrik arus bolak-balik
dihasilkan oleh satu putaran penuh kawat angker rotor lilitan tunggal, di dalam
medan magnet kutub utara-selatan. Putaran rotor yang konstan akan
menghasilkan frekuensi listrik arus bolak-balik yang konstan pula. Sehingga, jika
putara rotor semakin cepat, maka frekuensi listrik juga akan semakin besar. Jadi,
nilai frekuensi listrik arus bolak-balik adalah berbanding lurus dengan kecepatan
rotasi rotor (ƒ ∝ Ν ), dengan N = rpm
Pada gambar sederhana diatas, hanya digunakan kutub tunggal untuk
masing-masing kutub utara dan selatan, sehingga hanya terdapat satu arah garis
gaya magnet. Misal, menambah satu pasang kutub magnet sehingga terdapat
dua kutub utara dan dua kutub selatan, maka untuk satu putaran kumparan rotor
akan menghasilkan dua gelombang sinusoisal listrik arus bolak-balik. Dapat
disimpulkan disini bahwa nilai frekuensi listrik arus bolak-balik juga berbanding
lurus dengan jumlah pasangan kutub magnet ( ƒ ∝ P ), dimana P = jumlah
pasangan kutub magnet stator generator.
38
Dengan ini dapat penulis simpulkan bahwa nilai frekuensi listrik arus
bolak-balik sebuah generator arus bolak-balik dapat dihitung menggunakan
rumus sederhana berikut:
𝑓 = 𝑛 𝑥 𝑃
120 𝐻𝑧 ……………………………………….(3.3)
Keterangan:
𝑓= Frekuensi (Hz)
𝑁= Kecepatan putar rotor (rpm)
𝑃= Banyaknya kutub
3.5 Hubungan Listrik
Generator 3 fasa dapat menggunakan sistem hubungan delta atau
hubungan bintang.
3.5.1 Hubung delta
Hubung delta pada gambat 3.9, kumparan stator dihubungkan dari ujung
ke ujung beban dihubungkan ke setiap sambungan kumparan-kumparan.
V line = V fasa
I line = 1,732 x I fasa
Gambar 3.9 Hubungan Delta
Arus yang mengalir melalui kumparan dan tegangan yang dihasilkan
disebut arus fasa dan tegangan fasa. Hubungan delta menghasilkan rumusan
khusus antara tegangan line dan tegangan fasa, dan antara arus line dan arus
39
fasa. Tegangan line sama dengan tegangan fasa, akan tetapi arus line sebesar
1,732 kali arus fasa.
3.5.2 Hubung bintang
Dengan mengamati gambar 3.10 salah satu ujung dari setiap kumparan
stator dihubungkan ke suatu titik, sedangkan ujung yang lainnya dihubungkan ke
beban.
V line = 1,732 x V Fasa
I line = I fasa
Pada hubungan bintang, arus line sama dengan arus fasa dan tegangan
line sama sebesar 1,732 kali tegangan fasa.
Gambar 3.10 Hubungan Bintang
3.6 Segitiga Daya
Daya adalah banyaknya usaha yang dibutuhkan dalam satuan waktu..
Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Joule/s (J/s) atau Watt (W) atau
Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya listrik dimana 1 HP
setara 746 Watt. Segitiga daya adalah suatu hubungan antara daya nyata, daya
semu, dan daya reaktif, yang dapat dilihat hubungannya pada gambar bentuk
segitiga berikut ini :
40
Gambar 3.11 Segitiga Daya
Daya Listrik dibagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut :
1. Daya aktif (P)
Daya aktif merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan
menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya.
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜃 ……………………………… (3.4)
Keterangan=
𝑃 = Daya nyata (Watt)
𝑉 = Tegangan (Volt)
𝐼 = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
𝑐𝑜𝑠𝜃 = Faktor daya
2. Daya Semu (S)
Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar
transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan
arus yang melalui penghantar.
41
𝑆 = 𝑉 𝑥 𝐼 ........................................................(3.5)
Keterangan=
𝑆 = Daya semu (VA)
𝑉 = Tegangan (Volt)
𝐼 = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
3. Daya Reaktif (Q)
Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada
penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini
terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara
besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya.
𝑄 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑠𝑖𝑛𝜃 ……………………………………… (3.6)
Keterangan=
𝑄 = Daya reaktif (VAr)
𝑉 = Tegangan (Volt)
𝐼 = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
42
BAB IV
SUMBER UTAMA KELISTRIKAN PESAWAT TERBANG
BOEING 737 NEXT GENERATION
4.1 Integrated Drive Generator
Pesawat ini memiliki dua IDG yang menghasilkan tegangan arus bolak-balik ,90
kVA,dan 3 fasa, 115/200 Vac dan 400 hertz (Hz) Setiap IDG dipasang pada
gearbox aksesori mesin. IDG terdiri dari Constant Speed Drive (CSD) dan
generator AC dipasang berdampingan dalam satu tempat. Komponen CSD
mengubah kecepatan 12.000 rpm, yang memungkinkan generator AC untuk
menghasilkan keluaran putaran 24.000 rpm.
Gambar 4.1 Integrated Drive Generator
Sistem IDG terbagi menjadi 2 yaitu: sistem mechanical (CSD) dan
electrical (generator). Pada sistem CSD terdapat; pump and motor,
charge/scavenge pump, inversion pump, roatating deaerator, mechanical
governor, dan diffrential.
43
4.1.1 Konstruksi Integrated Drive Generator (IDG)
Gambar 4.2 Konstruksi IDG
4.1.1.1 Pump and motor assembly (rakitan pompa dan motor)
Tujuan bentuk rakitan pompa dan motor adalah untuk bekerja dengan
differensial yang berfungsi sebagai mengubah kecepatan masukan dari engine
ke kecepatan keluaran yang konstan. Unit rakitan pompa dan motor memiliki
beberapa bagian yaitu: variable unit, dan port plate. Fixed unit berisi fixed wobbler
dan blok silinder dengan sembilan piston dan slipper assemblies. Variable unit
setara dengan fixed unit, memiliki variable wobbler, blok silinder dengan
44
sembilan piston dan slipper. Unit kontrol juga dipasang pada pump and motor
assembly.
Gambar 4.3 Konstuksi Rakitan Pompa dan Motor
4.1.1.2 Charge pump (pompa pengisian)
Charge pump adalah pompa baling-baling yang digerakkan oleh gir,
dipasang di sirkuit pengisian yang memasok oli bertekanan ke pompa dan blok
motor, unit kontrol perakitan, generator, dan sistem pelumas IDG.
4.1.1.3 Schavenge pump
Schavenge pump adalah pompa yang digerakkan oleh gir, pompa baling-
baling ini dipasang di sirkuit hidraulik. pompa mengambil oli dari bawah housing
selama penerbangan normal.
4.1.1.4 Inversion pump (pompa pembalik)
Invesion pump adalah pompa yang digerakkan oleh gir, pompa baling-
baling ini dipasang di sirkuit hidraulik. Tapi arah putarnya yang berbeda dari
schavenge pump.
45
4.1.1.5 Rotating deaerator
Rotating deaerotor terletak diantara pusat oli dan charge pump. Tujuan
deaerator berputar adalah untuk mengisolasi udara yang masuk dari oli kembali
kependingin oli yang terpasang di engine.
4.1.1.6 Governor
Mekanisme governor adalah katup kontrol hidraulik pegas yang
dioperasikan pegas, dioperasikan juga oleh pilot, dan governor memantau
kecepatan keluaran CSD dan mengontrol tekanan oli ke silinder kontrol unit pada
pump and motor untuk menjaga kecepatan keluaran konstan 24.000 rpm.
4.1.1.7 Differential
Gambar 4.4 Bagian-Bagian Differential
Differential bersama dengan rakitan pompa dan motor, mengubah
kecepatan engine ke kecepatan keluaran. Ini memungkinkan generator dalam
IDG memasok daya listrik dengan frekuensi 400 ± 5 Hertz. Differential berisi
46
rakitan poros pembawa dengan dua planet gir berputar secara independen satu
sama lain pada porosnya jurnal mereka. Differential juga memiliki gir cincin
keluaran dan gir penggerak gir aksesori yang merupakan bagian dari gir cincin
keluaran. Penggerak gir aksesori memasok masukan putaran untuk pompa dan
governor. Pada differential juga terdapat Permanent Magnet Generator (PMG)
dibagian dalam gir aksesori.
4.1.1.8 Generator arus bolak-balik
Bagian generator arus bolak-balik dari IDG adalah mesin penyearah 3-
fasa, tanpa sikat, dan penyemprot pendingin oli. Generator rotor memiliki rotor
exciter, rakitan penyearah dioda,dan rotor medan utama (lihat gambar 4.1). Rotor
exciter dan rotor medan utama dipasang pada poros umum yang didukung oleh
bantalan rol yang diletakkan di ujung generator yang bergerak dan batalan bola
yang dipasang di ujung generator yang tidak ikut bergerak. Rotor Permanent
Magnet Generator (PMG) dipasang pada gir cincin keluaran dari unit differential.
Stator generator utama, stator exciter, stator PMG, dan generator Current
Transformers (CT) dipasang di housing IDG (ECCN 9E991, 2018)
Gambar 4.4 Komponen Generator Arus Bolak-Balik IDG
47
4.1.2 Sistim operasi Integreted Drive Generator
Rotasi engine menyebabkan mesin gearbox aksesori mengarahkan gir
untuk memutar, yang memutarkan aksesori poros itu menggerakkan input Shaft
IDG. Masukan poros IDG memutarkan differential. Differential memutar rakitan
pompa dan motor, governor, charge and scavenge pump, dan keluaran berupa
putaran gir. Keluaran putaran gir memutarkan generator. Tenaga yang
menggerakkan rotor pada generator dikendalikan melalui efek gabungan dari
differential, perpindahan hidrolik unit variabel, perpindahan hidrolik unit tetap, dan
governor. Governor ini mengatur tekanan pada rakitan pompa dan motor,
sehingga rakitan pompa dan motor dapat mengurangi atau menambah
kecepatan putaran terhadap differential. Ketika gear ring unit tetap stationer
(kondisi kecepatan langsung), rotasi poros pembawa menyebabkan gir planet
pertama berputar sambil mengorbit di dalam gir unit tetap. Kemudian gir kedua,
yang bergerak dengan gir planet pertama, menstransfer rotasinya ke gir ring
keluaran. Menyebabkan gir ring keluaran berputar dengan kecepatan dua kali
lipat dari poros pembawa. Karena rasionya 2 banding 1 antara gir ring keluaran
dan poros pembawa, ketika gir ring unit tetap ditahan stasioner dan poros
berputar di 6.000 rpm, kecepatan keluaran akan menjadi 12.000 rpm. Kecepatan
tersebut memutarkan generator dengan kecepatan keluarannya 24.000 rpm
sehingga frekuensi rumus 3.3: (System, 2018)
𝑓 = 𝑛𝑥 𝑃
120
𝑓 =24.000 𝑟𝑝𝑚 𝑥 2
120= 400 𝐻𝑧
Rotasi PMG menyebabkan fluks bolak-balik pada gulungan stasioner di stator
PMG. Fluks bolak-balik menginduksi tegangan bolak-balik pada belitan. GCU
menerima daya arus bolak-balik dari PMG dan meluruskannya untuk
menyarahkan menjadi daya arus searah. Daya arus searah digunakan oleh GCU
untuk mengontrol dan perlindungan sistem, serta untuk eksitasi generator. GCU
mengontrol tegangan arus searah yang diterapkan pada belitan stator eksiter
untuk mempertahankan 115 Volt. Pada arus yang dihasilkan dari tegangan yang
48
diterapkan menghasilkan medan magnet stasioner dari polaritas yang berganti-
ganti. Rotasi jangkar eksiter dibidang ini menginduksi tegangan arus bolak-balik
pada belitan rotor. Tegangan arus bolak-balik ini diterapkan pada unit penyearah
berputar (rotating rectifier).
50
Tabel 4.1 Data IDG Boeing 737-800
Electrical Data:
Voltage at POR: ............................................................................115/200 Vac
Phase ............................................................................................................. 3
Rating at POR ........................................................................................90 kVA
Pow Factor ...................................................... 0.75 (lagging) to 0.95 (leading)
Average Frequency ................................................................... 400.0 ± 5.0 Hz
Overload Capacity at POR .................. 112.5 kVA for 5 min/150 kVA for 5 sec
Phase Rotation ................................................................................ T1, T2, T3
Speed and Direction of Rotation
Direction of Rotation ................................................................................... ccw
Input Speed range for Constant Speed Output .................. 4,630 to 8,533 rpm
Nominal Generator Speed .................................................... 24,000 ± 300 rpm
Generator Overspeed ..................................................................... 30,000 rpm
Environmental Conditions
Normal Oil-in Operating Temperature .......................... less than 183°F (84°C)
Maximum Oil-in Temperature (continuous operation) ............... 265°F (129°C)
Required Oil Specification ......... Refer to Approved Oils List in SPM 24-10-00
Weights Pressures, and Capacities
Dry Weight .......................................................................... 116.7 lb (52.93 kg)
Normal Charge Pressure .......................... 240 to 290 psi (1,655 to 1,999 kPa)
Charge Pump Capacity (theoretical) …............................. 14.4 gpm (54.5 lpm)
Scavenge Pump Capacity (theoretical) ............................ 20.2 gpm (76.5 lpm)
Inversion Pump Capacity (theoretical) ........................ 15.1 gpm (57.2 lpm) Oil
Capacity .............................................................................................. 6,450 cc
51
4.2 Beban Listrik Pesawat Terbang Boeing 737-800
Beban listrik arus bolak-balik tertinggi dalam penerbangan secara terus
menurus. (Chang, 2018)
Table 4.2 Beban Listrik Arus Bolak-Balik Dengan Dua Generator
kVA PF
Generator 1 55,282 0,96
Generator 2 47,384 0,96
Transfer bus 1 30,785 0,90
Transfer bus 2 26,233 0.89
Galley on
transfer bus 1 19,648 1,00
Galley on
transfer bus 2 19,648 1,00
Main bus 1 6,061 0,93
Main bus 2 2,960 0,89
Nilai sumber daya
Generator 1 90 kVA
Generator 2 90 kVA
APU 90 kVA (diatas 30.000 kaki) PF (0,75)
62 kVA (dibawah 30.000 kaki) PF (0,75)
52
Beban listrik arus searah tertinggi dalam penerbangan secara terus menurus
saat keadaan normal.
Tabel 4.3 Beban Listrik Arus Searah Kondisi Normal
Normal Operation
TRU1+TRU2+TRU3 (A)
DC bus 1 38,918
DC stanby bus 15,167
DC bus 2 56,045
Battery bus 13,377
Jumlah 122,507
Battery charger (A)
Hot battery 0,122
Switched hot battery 2,440
Jumlah 2,562
53
Tabel 4.4 Beban Listrik Arus Searah Kondisi Inop
Operation with TRU 3 inop
TRU1+TRU2 (A)
DC bus1 38,918
DC standby bus 15,167
DC bus 2 56,045
Jumlah 110
Battery charger (A)
Hot battery 0,122
Switched hot battery 2,440
Jumlah 2,562
Operasi dengan TRU 1 atau TRU 2 (tidak akftif) beban sama dengan ketika
operasi normal
Tabel 4.5 Operasi selama penerbangan
Operasi selama direktur penerbangan/ pendekatan pilot otomatis
(A)
TRU 1 (arus searah bus 1+ arus
searah bus cadangan 54,085
TRU 2 (arus searah bus 2) 56,045
TRU 3 (baterai bus) 13,377
54
Tabel 4.6 Operasi cadangan
Static inverter continuous load 818 VA (0,92 PF)
Static inverter load with ignitors on 925 VA (0,87 PF)
Static inverter DC continuous input 38,35 A
Standby continuous load 75,82 A
Standby momentary load 5,61 AH
Standby endurance time 72 Minutes
Tabel 4.7 Source Rating DC
TRU rating 75 A With cooling
TRU rating 50 A Whithout cooling
Battery charger rating 65 A With cooling
Battery charger rating 50 A Without cooling
Static inverter rating 1000 VA Efficiency: 0,82
Battery rating 48 AH Each
57
Gambar 4.6 Grafik beban listrik arus searah sistem TRU 3-Off
Gambar 4.7 Grafik beban listrik arus searah sistem TRU1-Off atau TRU2-Off
58
Gambar 4.8 Grafik Beban Listrik Arus Bolak-Balik Generator 1 Kondisi Normal
Gambar 4.9 Grafik Beban Listrik Arus Bolak-Balik Generator 2 Kondisi Normal
34,08 35,58
44,37 45,747,38
27,67
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
LOADING ENGINE TAXI TAKE OFF &CLIMB
CRUISE HOLD &LAND
Load
ing
(kV
A)
Generator 2 beban-operasi normalkapasitas 90 kVA
42,11 42,65
51,18 52,4755,28
27,67
0
10
20
30
40
50
60
LOADING ENGINE TAXI TAKE OFF &CLIMB
CRUISE HOLD &LAND
Load
ing
(kV
A)
Generator 1 beban-operasi normalkapasitas 90 kVA
60
4.2.1 Kokpit
Kokpit atau Flight Deck adalah sebuah ruangan khusus yang biasanya
terdapat di bagian depan pesawat yang dari dalamnya pilot bisa mengendalikan
pesawat terbang. Cockpit terdiri dari Flight Instrument dan Flight Control yang
memungkinkan pilot untuk mengendalikan pesawat. Flight Instrument adalah
instrumen-instrumen yang terdapat di dalam cockpit pesawat yang memberikan
informasi tentang situasi penerbangan dari pesawat yang sedang dikendalikan,
seperti ketinggian, kecepatan, dsb. (Maintanance, 2019)
Peralatan/perlengkapan di kompartemen penerbangan memberikan awak
pesawat fitur-fitur ini:
• Panel untuk instrumen dan komponen elektronik
• Struktur untuk peralatan lain
• Peralatan darurat
• Ketentuan penyimpanan.
Bagian ini mengidentifikasi peralatan/perlengkapan lain-lain di pusat
kompartemen penerbangan.Tiga panel instrumen utama di bawah kaca depan:
• panel instrumen kapten P1
• Panel instrumen tengah P2
• Panel instrumen petugas P3 pertama.
Panel P5 berada di atas kompartemen antara kapten dan yang pertama kursi
petugas. Panel P5 memiliki bagian-bagian ini:
• Forward overhead panel
• Aft overhead panel
Ada dua panel kontrol elektronik. Panel P9 maju dari dudukan kontrol dan berisi
indikator radar cuaca. Panel P8 belakang dudukan kontrol.
Panel pelindung silau P7 berada di atas panel instrumen utama dan dibuat dari
kevlar pada lembaran bingkai logam. Panel pelindung silau P7 memiliki bagian
ini:
• Crash pad
61
• Panel sistem kontrol penerbangan otomatis
• Pemegang daftar cek.
Panel P6 berada di dinding kompartemen belakang di belakang kursi petugas
pertama.
Panel P18 ada di dinding kompartemen belakang di belakang kursi kapten.
Peralatan lain termasuk barang-barang ini:
• Peta cahaya
• Jack interphone
• Lubang observasi
• Pemegang daftar cek
• Pengaliran listrik 115 V arus bolak-balik
• Pengaliran listrik 28 V arus searah
• Kaca
• Pemegang lisensi stasiun radio
• Pemegang sertifikat.
63
4.1.1 Lampu
Beban penerangan ini berupa lampu-lampu penerangan biasa.
Pengendali penerangan dilakukan oleh lighting panel (LP) yang berada didalam
kokpit. Penggunaan sistem penerangan salah satunya untuk memenuhi
kebutuhan penerangan untuk kenyamanan penumpang. Kelancaran kerja para
awak pesawat, serta penerangan dalam kondisi darurat. Sistem-sistem utama:
1. Lampu kompartemen
2. Lampu kompartemen penumpang
3. Lampu bagian luar
4. Lampu emergency (darurat)
4.2.2.1 Lampu kompartemen
Lampu - lampu yang ada pada kompartemen adalah untuk menerangi
area kompartemen, kabin, lampu – lampu tersebut juga untuk menyimpan ruang
kontrol dan peralatan yang ada didalamnya guna memperlancar kerja para awak.
Pada lampu indikator dapat diuji apakah nyalanya terang atau redup dengan
menggunakan master dim dan switch test. Tegangan pada lampu kompartemen
sebesar 28 V arus bolak-balik, 28 V arus searah, serta 115 V arus bolak-balik.
4.2.2.1.1 Lampu instrument
Instrumen siaga yang ada didalam kokpit dilengkapi dengan sirkuit lampu
darurat. Jika sumber tegangan arus bolak-balik berkurang secara tiba - tiba,
maka lampu indikator akan menyala yang berasal dari sumber - sumber berikut:
1. static inverter
2. Instrument 28 V arus bolak-balik
3. Lampu transformator siaga
Hal tersebut dapat dilakukan dengan lampu cadangan yang diberi
tegangan sebesar 28 V arus bolak-balik.
64
4.2.2.1.2 Lampu panel
Penerangan pada lampu panel dikontrol oleh saklar yang diberi nama
Panel. Penerangan pada light plates dilakukan dengan passing light yang berasal
dari lampu neon yang dilapisi plastic. Lampu - lampu tersebut diletakkan di
tempat yang telah ditentukan. Ada lebih dari satu lampu mengalami gangguan
maka tidak akan mengalami gangguan penerangan.
4.2.2.2 Lampu kompartemen penumpang
Penerangan pada lampu kompartemen penumpang menyangkup lampu
kabin, dan lampu masing - masing penumpang. Lampu pada kompartemen
penumpang berada bagian atas jendela. Lampu - lampu yang berada pada pintu
masuk memberikan penerangan di pintu keluar - masuknya penumpang. Yang
termasuk ke dalam sistem penerangan pada kabin adalah: lampu toilet, lampu
baca, dan lampu attendant (lampu panggil).
4.2.2.2.1 Lampu kabin
Lampu - lampu pada kabin terdiri dari lampu neon dan lampu pijar. Lampu
neon dipasang pada bagian ujung di masing - masing tempat penyimpanan
barang. Lampu neon ini dapat menerangi suatu area dengan redup atau terang.
Sedangkan lampu pijar digunakan untuk penerangan pada malam hari. Lampu -
lampu pada atap dikendalikan oleh tombol 4 posisi yang berada di panel.
Keempat posisi tersebut adalah OFF, NIGHT, DIM, dan BRIGHT. Posisi NIGHT
akan membuat lampu pijar menyala. Posisi DIM akan membuat semua lampu
neon pada atap menyala dengan sinar redup. Sedangkan pada saat posisi
BRIGHT akan ada penambahan tegangan 115 V arus bolak-balik, sehingga
membuat semua lampu neon menyala dengan terang. Saat saklar diputar ke
posisi DIM, maka tegangan 28 V arus bolak-balik akan mengalir ke lampu ballas.
4.2.2.2.2 Lampu jendela
Rangkaian lampu-lampu neon dipasang pada dinding diatas jendela.
Lampu - lampu ini memberikan cahaya yang ringan. Lampu ini dikendalikan oleh
saklar tiga posisi yaitu OFF, DIM, dan BRIGHT. Pada posisi BRIGHT, dibutuhkan
65
115 V arus bolak-balik. Sedangkan pada posisi DIM, DIM mode pada ballas
mengubah aliran arus untuk menghasilkan cahaya yang redup.
4.2.2.2.3 Lampu servis penumpang (PSU)
Yang termasuk dalam lampu peringatan penumpang adalah: lampu
DILARANG MEROKOK , lampu KENAKAN SABUK PENGAMAN, dan lampu
KEMBALI KE KURSI ANDA. Lampu - lampu ini disuplai oleh tegangan 28 V arus
bolak-balik. Tanda DILARANG MEROKOK, dan KENAKAN SABUK PENGAMAN
terdapat pada tiap - tiap Passenger Service Unit (PSU). Lampu pijar menerangi
tulisan DILARANG MEROKOK, dan KENAKAN SABUK PENGAMAN. Tanda
KEMBALI KE KURSI ANDA ditempatkan pada masing - masing toilet. Tanda -
tanda ini dikontrol secara otomatis. Saat pesawat sudah mengurangi
ketinggiannya, maka tanda KENAKAN SABUK PENGAMAN akan menyala.
Pada saat pendaratan maka ketiga lampu ini akan menyala.
4.2.2.2.4 Lampu baca
Lampu ini di suplai oleh tegangan 28 V arus bolak-balik masing-masing
PSU memiliki tiga buah lampu baca yang dipasang pada bagian ujung belakang.
Lampu-lampu ini tidak dapat diatur oleh penumpang.
4.2.2.2.5 Lampu toilet
Lampu utama pada toilet ini menggunakan lampu neon yang akan
menyala secara otomatis, saat pintu ditutup atau dikunci. Toilet ini juga
menggunakan lampu peringatan yang menandakan bahwa toilet sedang
digunakan. Lampu cermin akan menyala jika toilet sudah selesai digunakan.
Lampu ini dipasok oleh tegangan 115 V arus bolak-balik
4.2.2.2.6 Lampu Attendant Call Sistem (ACS)
Lampu ini membantu penumpang untuk memberi sinyal keberadaannya
saat meminta bantuan. Tombol Push-ON, Push-OFF terdapat di masing-masing
PSU,dan toilet. Saat lampu ACS ditekan lampu ini akan menyala, dan kru
pesawat akan mendatangi penumpang yang membutuhkan bantuan.
66
4.2.2.3 Lampu bagian luar
Lampu bagian luar berguna untuk memberikan petunjuk selama dalam
penerbangan serta membantu kinerja pilot pada saat pesawat hendak
melakukan pendaratan, dan saat sedang berjalan menuju landas pacu. Yang
termasuk dalam lampu eksterior adalah:
1. Penerangan pada bagian sayap.
2. Lampu Navigasi.
3. TAXI.
4. Penerangan LOGO.
4.2.2.3.1 Penerangan pada bagian sayap
Lampu penerangan pada bagian sayap disuplai oleh tegangan 28 V arus
bolak-balik lampu ini dipasang di ujung - ujung sayap.
4.2.2.3.2 Lampu navigasi
Lampu navigasi ini dikontrol oleh posisi kontak lampu. Kontak ini memiliki
tiga posisi, yaitu: sorot dan stabil, mati dan stabil. Pada posisi sorot dan stabil,
lampu sorot dan lampu stabil akan menyala. Pada lampu sorot disuplai oleh
tegangan 115 V arus bolak-balik, sedangkan untuk lampu stabil dipasok oleh 28
V arus searah yang berasal dari baterai.
4.2.2.3.3 Lampu posisi
Lampu ini digunakan untuk menunjuk posisi pesawat, arah, dan letak
dengan menggunakan lampu pijar merah, hijau, dan putih. Lampu warna merah
terletak pada bagian sebelah kiri, dan lampu hijau pada sebelah kanan ujung -
ujung sayap. Sedangkan lampu putih berada ditepi bagian belakang pada
masing - masing ujung sayap.
67
4.2.3 Galley (dapur)
Dapur-dapur pada pesawat terbang Boeing 737-800 menyediakan
fasilitas makanan dan minuman. Maskapai ini menetapkan jumlah dan lokasi
dapur. Ada tujuh letak lokasi dapur pada maskapai ini, empat di bagian belakang,
2 dibagian kelas bisnis, dan 1 dibagian kokpit. Dapur maskapai ini memiliki
beberapa peralatan dapur yaitu:
1. Pendingin
2. Oven
3. Kulkas
4. Pembuatan kopi
5. Westafel
6. Penyimpanan
7. Tempat sampah
8. Pelayanan gerobak
Dapur memiliki koneksi ini:
1. Koneksi pendukung structural
2. Koneksi daya listrik
3. Air dan saluran pembuangan
4. Koneksi pembuangan
Instalasi setiap dapur memalangi ke bagian struktur pesawat. Sebuah
tangkai pengikat dengan fitting pemutusan cepat yang menempel di bagian atas
dapur ke struktur pesawat.
68
Tiga fase, bertegangan 115V arus bolak-balik dari bus generator nomor
1 dan 2 memberi energi pada dapur. Generator yang digerakkan engine, APU,
atau daya eksternal memberi energi pada bus generator. Sakelar dapur pada
panel overhead P5 mengontrol daya listrik ke dapur. Untuk menghemat daya
pada saat sistem kritis, semua daya dapur akan hilang secara otomatis jika bus
generator kehilangan daya. (Manual, 2018)
Gambar 4.13 Letak Peralatan Dapur
4.3 Jenis-Jenis Gangguan Pada IDG
4.3.1 Overload
Overload adalah kondisi yang tidak diperbolehkan dan dapat
menyebabkan berbagai kerusakan pada IDG karena menanggung beban yang
berlebih. Akibat dari overload akan terjadi ditekannya putaran pada generator
sehingga CSD yang mengatur kecepatan konstan pada generator akan
mengikuti pada IDG jika itu sering terjadi akan mengakibatkan isolasi pada
generator dan gir-gir pada CSD akan rusak terutama pada rakitan pompa dan
motor yang rentan dengan panas.
69
4.3.2 Overspeed
Setiap mesin pesawat didesain untuk bekerja menahan panas dan
tekanan. Terutama pada bagian IDG yang membutuhkan tekanan dan putaran.
Maka mesin dapat mengalami Overspeed, yaitu keadaan dimana putaran mesin
mengalami peningkatan lebih dari yang seharusnya. Efek dari itu mendengar
mesin menjadi tak terkendali dan bisa merusak kekomponen yang lainnya.
Dalam putaran yang sangat tinggi, jauh melebihi ambang aman akan
mengakibatkan patah atau pecah. Pecahan komponen itu akan segera terlempar
dengan kecepatan tinggi, menghantam komponen lain dan menghancurkannya.
Gambar 4.14 Kondisi IDG pada Piston dan Komponen-Komponen Lainnya
Gambar 4.14 di atas menunjukkan kondisi piston pada rakitan pompa dan
motor, dan komponen-komponen lain dalam IDG mengalami overspeed.
Penyebab terjadinya overspeed paling umum adalah gangguan pada sistem
CSD terutama pada governor dan tidak hanya governor melainkan kecepatan
masukan yang dari gearbox terlalu tinggi. Akibat gangguan tersebut hasilnya laju
putaran mesin pun akan jadi tak terkendali dan akan merusak semua komponen
IDG jika tidak dimatikan. (Sundstrand, 2019)
70
4.3.3 Kegagalan terhadap IDG
Kegagalan suatu komponen pesawat mudah terjadi disetiap mesin
pesawat terutama pada engine pesawat yang mungkin akan terjadi mati dalam
seketika, pendingin (oil) yang kurang baik, gearbox bekerja kurang efisien, dan
komponen.
4.3.4 Overheat
Suhu pada IDG sangat panas diakibatkan kecepatan yang terlalu tinggi
sehingga mesin mengalami kenaikan suhu dan pendinginan yang bekerja tidak
secara optimal. Hal tersebut akan mengakibatkan merusak komponen pada IDG.
4.4 Hilangnya Salah Satu dari Dua Sumber Listrik Utama Terhadap Beban
Berdasarkan dari data beban pada pesawat terbang Boeing 737-800 bisa
dilihat bahwa dengan dua generator penggerak terintegrasi (IDG) dengan
kapasitas masing-masing IDG berdaya 90 KVA. Pada pesawat terbang boeing
737-800 dengan semua beban terpasang pada masing-masing IDG ini akan
memasok listrik sesuai dengan kebutuhan dari fase pesawat lepas landas hingga
fase mendarat. Ada beberapa fase dalam penerbangan yang sangat krusial,
dalam dunia penerbangan biasa disebut critical eleven yang artinya 11 menit
waktu yang kritis. Waktu ini terdapat di 3 menit fase lepas landas dan 8 menit
fase mendarat, posisi ini dikatakan critical eleven karena angka kecelakaan yang
sangat tinggi dan seringnya terjadi kerusakan pada mesin yang disebabkan
tekanan pada mesin, tekanan diudara, dan kecepatan putar pada mesin. Dalam
kelistrikan pesawat terbang difase 11 menit akan sering terjadi gangguan-
gangguan yang akan mengkibat kerusakan pada IDG. Jika terjadi kerusakan
pada salah satu IDG dari dua IDG maka beban akan dialihkan.
4.4.1 Perhitungan beban dalam penerbangan
4.4.1.1 Fase loading
Beban pada Generator 1
S= 42,110 kVA
Pf = 0,92
71
P= 42,110 kVA x 0,92 = 38,741 kW
Beban pada Generator 2
S= 34,081 kVA
Pf= 0,92
P= 34,081 x 0,92 = 31, 354 kW
Total beban pada generator 1 dan 2
Ptotal= 38,741 + 31,354 = 70,095 kW
4.4.1.2 Fase engine start
Beban pada Generator 1
S= 42,646 kVA
Pf = 0,93
P= 42,646kVA x 0,93 = 39,660 kW
Beban pada Generator 2
S= 35,576 kVA
Pf= 0,93
P= 35,576 kVA x 0,93 = 33,085 kW
Total beban pada generator 1 dan 2
Ptotal= 39,660 + 32,085 = 72,745 kW
4.4.1.3 Fase taxi
Beban pada Generator 1
S = 51,182 kVA
Pf = 0,95
P = 51,182 kVA x 0,95 = 48,622 kW
Beban pada Generator 2
S = 44,370
Pf = 0,95
P= 44,370 x 0,95= 42,151
Ptotal = 48,622 + 42,151 = 90,733 kW
72
4.4.1.4 Fase take and climb
Beban pada Generator 1
S= 52,470 kVA
Pf = 0,96
P= 52,470 kVA x 0,96 = 50,371 kW
Beban pada Generator 2
S = 45,700 kVA
Pf = 0,96
P = 45,700 x 0,96 = 43,872 kW
Ptotal = 50,371 + 43,872 = 94,243 kW
4.4.1.5 Fase cruise
Beban pada Generator 1
S= 55,282 kVA
Pf = 0,96
P= 55,282 kVA x 0,96 = 53,070 kW
Beban pada Generator 2
S= 47,384 kVA
Pf= 0,96
P= 47,384 x 0,96 = 45, 488 kW
Total beban pada generator 1 dan 2
Ptotal= 53,070 + 45,488 = 98,558 kW
73
4.4.1.6 Fase hold and land
Beban pada Generator 1
S= 34,378 kVA
Pf = 0,92
P= 34,378 kVA x 0,92 = 31,627 kW
Beban pada Generator 2
S = 27,672 kVA
Pf = 0,90
P = 27,672 kVA x 0,90 = 24,904 kW
Ptotal = 31,627 + 24,904 = 56,531 kW
Total 4.10 Total daya yang dipakai dalam penerbangan
Fase penerbangan Total Daya Beban (kW)
Loading 70,095
Engine Start 72,745
Taxi 90,733
Take & climb 94,243
Cruise 98,558
Hold and land 56,531
4.4.2 Perhitungan hilangnya beban pada fase cruise
Jika generator 1 yang tidak berfungsi pada fase penerbangan cruise maka beban
beralih kesumber lainnya berikut beban yang akan disalurkan:
Beban pada generator 1 dengan beban arus searah yang telah disuplai dari
baterai
Stotal= S beban generator – TRU 1
Stotal= 55,282 kVA - 1,721 kVA
P beban generator 1= 53,070 kW
Pf = 0,95
74
P TRU1= 1,721 kVA x 0,95 = 1,634 kW
Ptotal= 53,070 kW – 1,634 kW= 51,436 kW
Beban pada generator 2 dengan beban arus searah yang telah disuplai dari
baterai
Stotal= S beban generator – TRU 2 – TRU 3
Stotal= 47,384 kVA – 1,752 kVA – 0,440 kVA
Pf = 0,95
P TRU2= 1,752 kVA x 0,95= 1,664 kW
Pf = 0,95
P TRU3= 0,440 kVA x 0,95= 0,418 kW
P beban generator 2= 45,488 kW
Ptotal= 45,488 kW – 1,664 kW – 0,440 kW = 43,384 kW
Ptotal beban generator 1 dan 2= 51,436 kW + 43,384 kW= 94,820 kW
Dari perhitungan beban diatas yang akan ditampung sebesar 94,820 kW
dengan beban yang melebihi kapasitasnya pada IDG 2, maka diperlukan
pembangkit yang lainnya seperti: baterai dan APU.
Pada sumber baterai dapat menyuplai arus sebesar 76 Ampere Hours
(AH) selama 72 menit dengan sumber tersebut dapat memenuhi beban terhadap
bus DC cadangan dan bus AC cadangan. Bus AC cadangan membutuhkan
inverter untuk merubah tegangan 28 VDC menjadi 115 VAC dengan daya yang
dihasilkan 1 kVA. Inverter ini dialirkan pada cabin terutama beban In-Flight
Entertiment (IFE). Dalam kebutuhan kelistrikan pesawat saat kondisi kehilangan
sumber utama dengan digantikannya dengan baterai tidaklah cukup, maka
digunakannya APU. APU ini menghasilkan daya yang bergantung dengan
ketinggian tertentu yaitu:
1. dibawah ketinggian 30.000 kaki menghasilkan daya sebesar 62 kVA
2. diatas ketinggian 30.000 kaki menghasilkan daya sebesar 90 kVA
75
dengan posisi pesawat terbang Boeing 737-800 di ketinggian dibawah 30.000
kaki menghasilkan 62 kVA maka:
P= 62 kVA x 0,75= 46,5 kW
Ptotal yang disuplai= 62,5 kW + 46,5 kW= 109 kW
Beban yang terdapat di IDG 1 beralih ke IDG 2 sebelum adanya pasokan
listrik dari APU. Saat APU menyuplai listrik beban yang terdapat di IDG 2 akan
beralih ke APU, sehingga beban listrik dipesawat terbang Boeing 737-800
Garuda Indonesia tidak perlu mengurangi bebannya saat beban puncak terjadi
difase cruise.sehingga beban tidak perlu dikurangi, dengan adanya APU dan IDG
2 yang dapat menyuplai listrik sesuai beban yang dipakai
76
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Beban puncak pada pesawat Boeing 737 Next Generation terjadi pada fase
cruise sebesar 98,558 kW.
2. Beban di IDG 1 sebesar 48,737 kW dan beban di IDG 2 sebesar 41,971 kW
beban pada IDG 1 dapat ditampung dengan IDG 2 dan APU.
3. Hilang sumber daya listrik pada salah satu IDG tidak berpengaruh terhadap
penerbangan pesawat, tanpa pengurangan beban dan tanpa pendaratan
darurat.
77
DAFTAR ISI
Chang, k. (2018). Electrical Load Analysis MAS Model 737-8h6 YR051. Amerika
Serikat.
ECCN 9E991, B.-6. P. (2018). AC Generator. Amerika Serikat.
Maintanance, A. M.-6. (2019). Equipment and Furnishings.
Manual, A. M. (2018). Cabin Systems.
Nur Armina, R. S. (2018). Analisis Sistem Kerja dan Maintanance Generator AC
pada Pesawat Boeing 737 . Universitas Diponegoro, 1-80.
Sundstrand, H. (2019). Aircraft Maintanance Manual Boeing. Amerika Serikat.
System, U. A. (2018). Boeing 737 NG Integrated Drive Generator.
Systems Summary APU. (2017, april). Retrieved from Boeing 737 NG:
smartcockpit.com
W. Nono, M. (1999). Pengantar Sistem Tenaga Listrik. Surabaya: ITS Surabaya.
Wiratama, C. (2016, Maret 9). Aero Engineering. Retrieved from
http://aeroengineering.co.id/2016/03/fase-penerbangan-pesawat-
terbang/.
78
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
NIM : 201511243
Nama : Muammar Irfan Aflah
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 04 April 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Alamat Rumah : Komp. Mutiara garuda blok C2 no.34 RT 06 RW 016,
Teluknaga, Kampung melayu timnur, Kab.
Tangerang
Kode Pos : 15510
Telp / Hp : +6287741308179
Email : [email protected]
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDI At-taqwa - 2009
SMP SMPN 1 Teluknaga - 2012
SMA SMAN 6 Tangerang IPA 2015
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
79
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Muammar Irfan Aflah
NIM : 2015-11-243
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Pembimbing Utama : Ir. Purnomo Willy B.S., M.T.
Judul Skripsi : Implementasi Sistem Pembangkit Listri Pesawat
Terbang Boeing 737 Next Generation
80
SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Muammar Irfan Aflah
NIM : 2015-11-243
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Pembimbing Utama : Ir. Purnomo Willy B.S., M.T.
Judul Skripsi : Implementasi Sistem Pembangkit Listri Pesawat
Terbang Boeing 737 Next Generation