Upload
uny
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI DI MADRASAH MU’ALLIMAAT
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Rahmi Rosyidah Susanto (11105244028) Angkatan 2011
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
ii
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat TuhanYang Maha Agung Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatdan Karunia-Nya, sehingga penulis masih diberikesempatan, kekuatan, dan kemampuan untuk menyelesaikanproposal penelitian dengan judul “Pengembangan ModelPembelajaran Elaborasi terhadap Pembelajaran SosiologiKelas XI di Madrasah Mu’allimaat MuhammadiyahYogyakarta”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Seminar Teknologi Pendidikan dantentunya proposal ini menjadi acuan untuk pengerjaanskripsi penulis.
Tentunya terdapat kesulitan yang penulis hadapidalam menyelesaikan tugas proposal penelitian ini.Tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangat penulisuntuk dapat menyelesaikan tugas proposal ini denganbaik walaupun masih terdapat kekurangan di dalamnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisanproposal ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagaipihak, baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keduaorang tua, Bapak Dr. Ali Muhtadi, M.Pd selaku dosenpengampu mata kuliah Seminar Teknologi Pendidikan, danrekan-rekan mahasiswa khususnya Prodi Kurikulum danTeknologi Pendidikan yang telah memberikan saran danmasukan yang berguna dalam menyusun dan menyelesaikan
ii
iii
makalah ini. Tentu saja, kritik dan saran dariberbagai pihak penulis terima dengan lapang dada untukbahan pertimbangan dan perbaikan proposal penelitianini.
Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amalbaik dan mendapat balasan dari Allah SWT. Semogaproposal penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.Amin.
Yogyakarta, 11 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………........ iii
ABSTRAK …………………………………………………………………..
iv
A. BAB I PENDAHULUAN
iii
iv
1. Latar Belakang………………………………………………….........
1
2. Identifikasi Masalah
…………………………………………………. 2
3. Batasan Masalah
…………………………………………………….. 3
4. Rumusan Masalah……………………………………………………
3
5. Tujuan Penelitian………………………………………………….…
3
6. Manfaat Penelitian
………………………………………………….. 4
B. BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Model Pembelajaran ……………………………………………….
5
2. Model Elaborasi ……………………………………………………
6
3. Pembelajaran Sosiologi ……………………………………………
10
4. Pembelajaran Sosiologi dengan Model Elaborasi
………………… 11
5. Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
…………….. 14
C. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian …………………………………………………….
17
iv
v
2. Desain Pengembangan ……………………………………………..
18
3. Variabel Penelitian …………………………………………………
18
4. Definisi Operasional ……………………………………………….
19
5. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………..
19
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
20
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI DI MADRASAH MU’ALLIMAAT
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Oleh
Rahmi Rosyidah Susanto
NIM 11105244028
ABSTRAK
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mencari
informasi mengenai tingkat ketercapaian keefektifan
v
vi
model pembelajaran eloboratif terhadap pembelajaran
sosiologi dan peningkatan aktivitas belajar sosiologi
peserta didik kelas XI Madrasah Mu’allimaat
Muhammadiyah Yogyakarta..
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian ini bertolak dari paradigm naturalistic,
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan yang
diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan,
suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan
bertimbal-balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan
akibat, dan penelitian ini melihat nilai-nilai. Dalam
penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah
desain pengembangan pembelajaran Walter Dick and Lou
Carey yang mempunyai 10 komponen dalam model desain
pengembangannya.
Diharapkan dalam pengembangan model pembelajaran
elaborative ini peserta didik dapat mengikuti dan
menerapkan secara langsung dan tidak langung model
pembelajaran elaborasi serta meningkatkan proses dan
hasil belajar dalam pembelajaran sosiologi. Bagi
pendidik, model pembelejaran elaborative ini dapat
dijadikan tolak ukur dan evaluasi tingkat keberhasilan
pembelajaran sosiologi jenjang MA di Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
vi
vii
Kata kunci: model pembelajaran, elaborasi, sosiologi, Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu
sistem, pembelajaran mengandung sejumlah komponen
meliputi pendidik, peserta didik, tujuan, bahan
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat,
dan sumber serta evaluasi. Antara komponen satu dengan
komponen yang lain saling berinteraksi. Namun, inti
proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar
anak didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika
anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari
segi fisik saja tetapi pikiran dan mentalnya. Bila
hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan
mentalnya kurang aktif maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran belum tercapai secara maksimal.
Model pembelajaran yang ada saat ini cukup banyak.
Kenyataannya, model-model pembelajaran yang berbeda itu
mempunya tujuan yang relatif sama yakni menjadikan
peserta didik yang cerdas dari berbagai aspek dan
sukses di kemudian hari. Model pembelajaran elaborasi
merupakan salah satu dari model pembelajaran. Dalam
kegiatan model elaborasi, pendidik mendorong peserta
2
didik membaca dan menuliskan hasil eksplorasi, diskusi,
dan mendengar pendapat untuk lebih mendalami sesuatu
atau materi. Selanjutnya mulai menganalisis kekuatan
dan kelemahan argument, mendalami pengetahuan,
membangun kesepakatan melalui kegiatan kooperatif dan
kolaborasi, dan lain sebagainya. Model seperti ini
perlu diterapkan secara rutin dan menyeluruh kepada
peserta didik.
Berbagai model pembelajaran yang bersifat student-
center learning sedang diterapkan dan dilaksanakan oleh
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Salah satu
lembaga pemndidikan di Yogyakarta yang menjalani model
pembelajaran yang bersifat student-center learning yakni
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Terdapat
permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan model
pembelajaran ini di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah
Yogyakarta terutama untuk jenjang Madrasah Aliyah (MA).
Salah satu permasalahan tersebut adalah tidak semua
pendidik dapat menerapkan secara menyeluruh model
pembelajaran tersebut karena masih terdapat pendidik
yang menggunakan pembelajaran behavioristik yang
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran semata
(teacher-center learning).
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk memberikan
kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-
konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial,
3
struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan
konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial.
Pembelajaran sosiologi juga dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep
dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam
pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang
ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Akan tetapi, pembelajaran sosiologi yang
dilaksanakan di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah
Yogyakarta jenjang Madrasah Aliyah (MA) kurang memaknai
tujuan dari pembelajaran sosiologi itu sendiri karena
masih bersifat teacher-center learning. Pendidik masih
menjadi pusat pembelajaran dengan metode diskusi dan
tanya jawab yang kurang menyenangkan.
Melihat betapa dalam permasalahan pembelajaran yang
dipunya oleh Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah
Yogyakarta terutama untuk jenjang Madrasah Aliyah (MA),
maka peneliti mengambil topik mengenai pengembangan
model pembelajaran elaborasi terhadap pembelajaran
sosiologi dengan sampel kelas XI di Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
4
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang bersifat student-center learning
belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal oleh
pendidik.
2. Masih terdapat pelaksanaan metode pembelajaran yang
kuno, yakni metode diskusi, ceramah dan tanya-jawab.
3. Pembelajaran sosiologi yang belum memenuhi tujuan
dan maksud dari pembelajaran sosiologi untuk jenjang
MA.
4. Model pembelajaran untuk pembelajaran sosiologi
belum tepat sasaran dan masih bersifat teacher-center
learning.
5. Perlunya mengembangkan model pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien serta tepat sasaran terhadap
pembelajaran sosiologi, seperti model pembelajaran
elaborasi.
6. Interaksi pembelajaran antara peserta didik dan
pendidik kurang terbangun secara mendalam di dalam
maupun di luar kelas.
C. Batasan Masalah
Berdasar pada beberapa masalah yang diidentifikasi
tidak semuanya menjadi permasalahan dalam penelitian
ini. Penelitian ini hanya membatasi pada permasalahan
5
pemgembangan model pembelajaran yang bersifat student-
center learning terhadap pembelajaran sosiologi tingkat
MA.
D. Rumusan Masalah
Berdasar pada batasan masalah, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar sosiologi
peserta didik kelas XI Madrasah Mu’allimaat
Muhammadiyah Yogyakarta dengan menerapkan model
pembelajaran elaboratif?
2. Bagaimana keefektifan model pembelajaran eloboratif
terhadap pembelajaran sosiologi di kelas XI Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian antara lain sebagai berikut.
1. Mencari informasi mengenai tingkat ketercapaian
keefektifan model pembelajaran eloboratif terhadap
pembelajaran sosiologi di kelas XI Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Mencari informasi terkait peningkatan aktivitas
belajar sosiologi peserta didik kelas XI Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dengan
menerapkan model pembelajaran elaboratif.
6
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan mengenai
realita pengembangan model pembelajaran elaborasi di
lapangan, dalam hal ini adalah di Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta jenjang MA dalam
rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatkan
dari kampus.
2. Bagi Pendidik. Sebagai tolak ukur dan evaluasi
tingkat keberhasilan model pembelajaran elaborasi
dalam pembelajaran sosiologi jenjang MA.
3. Bagi Peserta Didik, dapat mengikuti dan menerapkan
secara langsung dan tidak langung model pembelajaran
elaborasi serta meningkatkan proses dan hasil belajar
dalam pembelajaran sosiologi.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
Istilah model memiliki makna yang lebih luas
daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di
kelas, atau praktek mengawasi anak-anak. Model
digunakan untuk memilih dan menyusun struktur strategi
pembelajaran, metode, keterampilan, dan kegiatan siswa
untuk memberikan tekanan pada pembelajaran tertentu.
Menurut Joyce dan Weil (1992) “Each model guides us as
we design instruction to help students achieve various objects”,
artinya, setiap model mengarahkan kita dalam merancang
pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran. Arends (2004) menyatakan bahwa
model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah-
langkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.
8
Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam
kelas dan untuk menentukan material atau perangkat
pembelajaran. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran.
Suatu rancangan pembelajaran atau rencana
pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran
apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a) rasional
teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau
pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000,
dalam Trianto 2007).
Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain:
(a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan,
metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran,
(d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f)
desain pembelajaran.
Dalam memilih suatu model pembelajaran harus
mempertimbangkan antara lain oleh 1) sifat dari materi
yang akan diajarkan, 2) tujuan akan dicapai dalam
pembelajaran, 3) tingkat kemampuan peserta didik, 4)
9
jam pelajaran (waktu pelajaran), 5) lingkungan belajar,
dan 6) fasilitas penunjang yang tersedia.
B. Model Elaborasi
Degeng (1989) menyebutkan bahwa model elaborasi
adalah suatu cara untuk mengorganisasikan pembelajaran,
mulai dari memberikan kerangka isi dari bidang studi
yang diajarkan. Setelah diberikan gambaran secara utuh,
maka hal berikutnya adalah memilah-milah pokok bahasan
tersebut menjadi bagian-bagian yang rinci. Bagian-
bagian yang telah dipilah ini kemudian dijadikan sub
bagian, kemudian dikerucutkan lagi menjadi sub bab atau
bahasan yang lebih kecil.
Sementara itu, Reigeluth (dalam Degeng, 1989)
menyebutkan bahwa, model elaborasi merupakan proses
instruksional yang dimulai dengan mengadakan ikhtisar
yang mengajarkan pandangan-pandangan secara umum,
simpel, dan mendasar.
Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh
komponen strategi dalam model pembelajaran elaborasi,
yaitu: 1) urutan elaboratif untuk struktur utama
pengajaran , 2) urutan prasyarat pembelajaran (di dalam
masing-masing subjek pelajaran), 3) summarizer
(rangkuman). 4) syintherizer, (sintesa) 5) analogi, 6)
cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif), 7)
kontrol belajar.
10
Sebagaimana diungkapkan Degeng (1989) pengembang-
pengembang teori pengajaran sesudah Gagne, seperti
Rugeluth, Merrill, dan Bunderson memperkenalkan
karakteristik lain dari struktur mata kuliah atau mata
pelajaran yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang
ada antarbagian isi mata kuliah. Secara umum, struktur
mata kuliah atau mata pelajaran dapat dideskripsikan
atas struktur konseptual, struktur prosedural. struktur
teoritik.
Struktur konseptual adalah suatu struktur yang
menunjukkan hubungan lebih tinggi /lebih rendah di
antara konsep-konsep. Struktur konsep memuat konsep-
konsep mata kuliah untuk mencapai kompetensi orientasi
konseptual. Tiga tipe penting dari struktur konseptual
adalah taksonomi bagian, taksonomi jenis, matrik atau
tabel.
Prasyarat pembelajaran didefinisikan sebagai
struktur yang menunjukkan konsep-konsep yang harus
dipelajari sebelum konsep lain bisa dipelajari. Oleh
sebab itu, ia menampilkan hubungan prasyarat belajar
untuk suatu konsep. Rangkuman merupakan tinjauan
kembali (review) terhadap materi yang telah dipelajari
untuk mempertahankan retensi. Fungsi rangkuman untuk
memberikan pernyataan singkat mengenai materi yang
telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah
diingat untuk setiap konsep. Rangkuman yang diberikan
11
di akhir suatu perkuliahan atau pertemuan kelas dan
hanya merangkum materi yang baru dipelajari disebut
rangkuman internal (internal summarizer), sedangkan
rangkuman semua materi beberapa kali perkuliahan
disebut rangkuman eksternal (within set summarizer).
Pensintesis (synthesizer) adalah komponen model
elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan-
kaitan di antara konsep-konsep. Pensintesis penting
karena akan memberikan sejumlah pengetahuan tentang
keterkaiatan antarkonsep, memudahkan
pemahaman,meningkatkan kebermaknaan dengan menunjukkan
konteks suatu konsep, memberikan pengaruh motivasional,
serta meningkatkan retensi (Degeng, 1989).
Analogi adalah komponen penting dalam pembelajaran
karena mempermudah pemahaman dengan cara membandingkan
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah
dikenal peserta didik (Reigeluth dan Stein, 1983).
Pemakaiannya lebih efektif apabila disampaikan di awal
pembelajaran (Degeng,1989).
Pengaktif strategi kognitif adalah keterampilan-
keterampilan belajar yang diperlukan peserta didik
untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia
belajar, mengingat, dan berpikir yang terdiri atas dua
cara: pengadaan melalui perancangan pengajaran dan
menyuruh peserta didik menggunakannya. Penggunaan
gambar, diagram., mnemonik, analogi, dan parafrase,
12
serta pertanyaan-pertanyaan penuntun dapat memenuhi
maksud ini.
Menurut Merrill (dalam Degeng,1989) konsepsi
kontrol belajar mengacu pada kebebasan peserta didik
dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi
mata kuliah yang dipelajari (content control), komponen
strategi pengajaran yang digunakan (display control),dan
trategi kognitif yang ingin digunakannya (conscious
cognition control). Berbagai komponen model elaborasi di
atas, seperti: rangkuman, pensitesis, analogi,
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan kontrol belajar.
Disebutkan dalam Merril dan Twitchell juga Degeng,
terdapat delapan prinsip dalam pembelajaran yang
menggunakan teori elaborasi, yaitu:
1. Initial Synthesis Principle, yaitu penyajian
kerangka isi (epitome) pada awal proses pembelajaran
(dengan tujuan efektivitas dan efisiensi dalam
pembelajaran). Fase pertama dalam proses belajar-
mengajar adalah dengan menunjukkan bagian-bagian
utama pada mata pelajaran atau bidang studi yang
diajarkan.
2. Gradual Elaboration Principle, yaitu pengaturan
secara bertahap dari urutan yang dibentuk. Elaborasi
tahap kedua ini akan mengelaborasikan bagian-bagian
yang termaktub dalam elaborasi tahap pertama,
13
sehingga urutan pembelajaran bergerak dari umum ke
khusus dan dari sederhana ke kompleks.
3. Introductory Familiarization Principle, yaitu dengan
menyesuaikan pengaturan dengan hal-hal yang telah
diketahui oleh siswa. Pada tahap ini, pengajar akan
mencoba untuk menemukan bahan-bahan ajar atau contoh
kasus yang telah diketahui oleh siswa. Ini dilakukan
untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep yang
akan diberikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
4. Most Important First Principle, yaitu berkenaan
dengan pengaturan terhadap hal-hal yang dianggap
penting, yang ditempatkan pada awal-awal pertemuan,
dengan pertimbangan bahwa bahan ajar tersebut dapat
memberikan kontribusi pada peserta didik dalam
memahami secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan motivasi, transfer, dan
retensi yang berkelanjutan.
5. Optimal Size Principle, memuat berbagai fakta,
konsep, dan prosedur yang didesain supaya dapat
dikenal atau diketahui dengan mudah oleh siswa dan
berhubungan dengan memori jangka pendek siswa. Dalam
proses pembelajaran, fakta-fakta tersebut dapat
ditampilkan dengan memberikan contoh tentang
perilaku yang terjadi di dalam kelas atau dengan
cara menyajikan kliping atau sejenisnya yang
14
diharapkan dapat mengungkapkan apa saja yang telah
dipahaminya mealui proses diskusi di dalam kelas.
6. Periodic Synthesis Principle, yaitu bahan ajar
disintesis dan ditunjukkan pada setiap akhir
pembelajaran dengan menunjukkan relasi yang lebih
dalam dari suatu kerangka isi. Pengajar akan
memberikan penjelasan tentang hubungan antara bahan
ajar dengan bahan ajar berikutnya, dengan tujuan
agar siswa dapat mempunyai gambaran awal terhadap
bahan ajar yang disajikan tersebut.
7. Periodic Summary Principle, dengan menunjukkan
rangkuman di akhir setiap bahan ajar.
8. Type of Synthesis Principle, yaitu sintesis bahan
ajar yang disesuaikan dengan kondisi yang ada,
seperti struktur konseptual, struktur teoritis untuk
isi teoritis dan struktur prosedural untuk isi
prosedural.
Di bawah ini disebutkan langkah-langkah desain
materi pembelajaran dalam teori elaborasi yang
dirangkum dari tulisan Degeng, Merril and Twitchell:
1. Penyajian kerangka isi. Proses awal belajar-
mengajar disajikan dengan kerangka isi, yaitu
struktur yang memuat bagian-bagian yang paling
penting dari bidang studi.
15
2. Elaborasi tahap pertama. Dalam teori elaborasi,
elaborasi tahap pertama dimulai dengan mengurutkan
tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, dari
bagian-bagian terpenting. Di akhir tiap elaborasi
diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang
hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja
diajarkan.
3. Pemberian rangkuman dan sintesis internal. Tahap
ini adalah tahap pemberian rangkuman, berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk
yang diajarkan dalam elaborasi.
4. Elaborasi tahap kedua. Pada elaborasi tahap kedua,
siswa dibawa pada tingkat kedalaman seperti yang
dituntut dalam tujuan pembelajaran. Elaborasi
tahapkedua ini dilakukan seperti pada elaborasi
tahap pertama (diakhiri dengan rangkuman dan
pensintesis internal) yang disebut juga sebagai
expended epitome.
5. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal.
Sintesis eksternal dilakukan seperti tahap
pertama.
6. Dilakukan tahap-tahap seperti tahap pertama dan
kedua, hingga pada kedalaman tertentu seperti yang
telah ditetapkan pada tujuan
C. Pembelajaran Sosiologi
16
1. Sosiologi
Secara etimologis, Sosiologi berasal dari bahasa
latin yakni Socius berarti kawan, sahabat, dan Logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, Sosiologiadalah
ilmu pengetahuan tentang cara berkawan, bersahabat
yang baik, atau cara bergaul yang baik (dalam
masyarakat). Menurut Selo Soemardjan, Sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial. (Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu
Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 1990)
Ciri-ciri utama dari Sosiologi adalah:
a.Bersifat empiris yang berarti ilmu pengetahuan
tersebut didasari oleh observasi terhadap
kenyataan dan akal serta hasilnya tidak bersifat
spekulatif.
b.Bersifat teoritis, yakni ilmu pengetahuan yang
selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari
hasil-hasil observasi.
c.Bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori
sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang
sudah ada dalam arti memperbaiki dan memperluas
teori-teori lama.
d.Bersifat non-etis karena penjalasan fakta-fakta
sosial secara analitis.
17
Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia,
yaitu pada pengaruh timbale balik di antara dua
orang atau lebih dalam perasaan,sikap, dan tindakan.
2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Oemar Hamalik (2011) menyatakan,
sebagai sebuah sistem, pembelajaran memiliki
beberapa komponen yaitu; a) tujuan pembelajaran, b)
peserta didik, c) pendidik, d) perencanaan
pembelajaran, e) strategi pembelajaran, f) media
pembelajaran, dan g) evaluasi pembalajaran.
Implementasi dari proses pembelajaran diwujudkan
dalam berbagai metode atau model pembelajaran dan
ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pembelajaran Sosiologi
Pembelajaran sosiologi merupakan pembelajaran yang
mempelajari kumpulan pengetahuan tentang masyarakat
dan kebudayaan yang disusun secara sistematis
berdasarkan analisis berpikir logis. Pembelajaran
sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari. Materi
pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan,
metode, dan teknik analisis dalam pengkajian
berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran
18
Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar
sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada
tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata
pelajaran tersendiri.
D. Pembelajaran Sosiologi dengan Model Elaborasi
Berdasarkan kajian di atas, pembelajaran sosiologi
dengan model elaborasi dilaksanakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Penyajian kerangka materi pembelajaran.
Kerangka materi pembelajaran disampaikan pada
perkuliahan intensif pertama saat melakukan kontrak
perkuliahan. Penyampaiannya dapat dalam bentuk peta
konsep. Seperti peta konsep berikut:
Materi Kelompok Sosial
KELOMPOKSOSIAL
Karakteristik Kelompok
Sosial
Macam-Macam Kelompok Sosial
Dinamika Kelompok Sosial
19
Pic 1. Peta Konsep Kelompok Sosial.
Sebagai contoh pada pertemuan pertama dilakukan
pembekalan strategi kognitif peserta didik berupa
keterampilan pembuatan catatan dengan peta konsep.
Konsep peta konsep dielaborasi sedemikian rupa secara
persuasif dengan elaborasi kontekstual dan elaborasi
analogi. Materi untuk pertemuan kedua diberikan secara
lengkap kepada peserta didik. Peserta didik ditugaskan
membaca dan mempelajarinya secara mandiri, kemudian
meringkasnya dalam bentuk peta konsep secara
berkelompok. Peserta didik diberi tahu bahwa walaupun
peta konsep dilaporkan secara berkelompok tetapi setiap
peserta didik harus memiliki peta konsep setiap topik
materi pelajaran. Pada tahap awal, tugas meringkas
materi kuliah dalam bentuk peta konsep diberikan secara
terbimbing, yakni topik dan cabang-cabang peta konsep
sepenuhnya diberikan pendidik, peserta didik ditugaskan
melengkapi ranting-rantingnya saja dan dilakukan secara
berkelompok.
Secara bertahap bantuan dikurangi. Pembuatan
ringkasan materi secara mandiri dilakukan peserta didik
apabila keterampilan melengkapi ranting-ranting pada
peta konsep telah dikuasai. Agar hasil pembelajaran
20
lebih optimal, sebaiknya peta konsep diiringi dengan
pembuatan daftar istilah beserta pengertiannya.
2. Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama
adalah elaborasi bagian satu atau cabang pertama
dari materi Kelompok Sosial. Berdasarkan tugas yang
telah disampaikan kepada peserta didik pada
pertemuan pertama, pada pertemuan kedua setiap
peserta didik telah memiliki ringkasan dalam bentuk
peta konsep. Pengonstruksian materi sosiologi
dilaksanakan secara kolaboratif antara peserta didik
dengan dosen serta kolaborasi antarpeserta didik.
Elaborasi tiap-tiap cabang dari materi “Kelompok
Sosial” dilakukan secara optimal dengan ragam
elaborasi yang relevan. Elaborasi diakhiri dengan
rangkuman dan pensintesis internal. Apabila semua
cabang pada topik yang dibahas selesai dielaborasi,
pendidik memberikan materi untuk pertemuan
berikutnya dengan tugas yang sama.
3. Elaborasi tahap kedua. Pertemuan ketiga, setelah
elaborasi tahap pertama, dilakukan peninjauan
terhadap peta konsep materi pembelajaran elaborasi
tahap pertama Setelah ini, dilakukan elaborasi
cabang berikutnya, yakni elaborasi tahap kedua
sampai elaborasi dirasa mencukupi. Pertemuan kelas
ini diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis
eksternal.
21
4. Pertemuan keempat dimulai dengan peninjauan semua
materi yang telah dipelajari sambil
memberikan Feed back. Pembelajaran dilanjutkan dengan
elaborasi sampai pada tingkat yang mencukupi sesuai
dengan kompetensi yang akan dibina. Tetap
menggunakan peta konsep, baik oleh pendidik maupun
peserta didik. Sepanjang pembelajaran, pendidik
senantiasa mengaktifkan strategi kognitif peserta
didik, dengan peninjauan peta konsep yang dibuat
peserta didik serta pembekalan strategi kognitif
lain yang dibutuhkan peserta didik.
5. Pertemuan kelas seperti tahap keempat di atas
berlangsung sampai pertemuan seminggu sebelum Ujian
Tengah Semester (UTS) dilaksanakan.
6. Seminggu sebelum UTS, peserta didik menciptakan peta
konsep yang mencakup seluruh materi yang telah
dipelajari. Peserta didik membuatnya secara
berulang-ulang sampai hafal. tidak melihat lagi peta
konsep yang asli.
E. Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah
madrasah khusus putri yang dirintis dan didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1920. Pada tahun itu,
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta masih
terdapat siswa laki-laki. Baru pada tahun 1927 diadakan
22
pemisahan sampai sekarang. Madrasah untuk para siswa
laki-laki sekarang adalah Madrasah Mu’allimin
Muhammadiyah Yogyakarta.
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
terletak di Jalan Suronatan NG II/ 653 Notoprajan Telp.
(0274) 374687 Yogyakarta-55262. Muktamar Muhammadiyah
ke-28 (1939) di Medan telah mengamanatkan kepada
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta untuk mengelola
secara resmi Madrasah Mu’allimaat ini sebagai tempat
pembibitan kader, pemimpin, pelopor dan penerus amal
usaha Persyarikatan Muhammadiyah.
Tujuan dari Mu’allimat Muhammadiyah ini adalah
terselenggaranya pendidikan madrasah yang unggul dalam
membentuk kader ulama, pemimpin, dan pendidik yang
mendukung pencapaian tujuan Muhammadiyah, yakni
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Saat ini didukung 35 orang karyawan dan 67 tenaga
pengajar yang berlatarbelakang pendidikan S1/S2 agama
maupun umum serta 13 asrama tersebar di lingkungan
masyarakat, laboratorium (komputer, IPA, ketrampilan
dan bahasa), perpustakaan dengan fasilitas 2.132 judul
buku dan 13.911 buku, 132 judul CD (296 keping). Juga
fasilitas ruang multimedia yang memadai.
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah
sekolah kader Muhammadiyah yang berorientasi pada
kebutuhan Persyarikatan Muhammadiyah dan umat. Karena
23
itu pembentukan jiwa kekaderan mendapatkan porsi
sendiri di Mu’allimaat.
Visi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
sebagai institusi pendidikan Muhammadiyah yang unggul
dan mampu menghasilkan kader ulama, pemimpin, dan
pendidik sebagai pembawa misi gerakan Muhammadiyah.
Sedang misi-misi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah
Yogyakarta adalah sebagai berikut.
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan Islam
guna membangun kompetensi dan keunggulan santri di
bidang ilmu-ilmu dasar ke-Islaman, ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya.
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan bahasa
Arab dan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi
untuk mendalami agama dan ilmu pengetahuan.
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan
kepemimpinan guna membangun kompetensi dan
keunggulan santri di bidang akhlak dan kepribadian.
4. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan
keguruan guna membangun kompetensi dan keunggulan
santri di bidang kependidikan.
5. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan
ketrampilan guna membangun kompetensi dan keunggulan
santridi bidang wirausaha.
6. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kader
Muhammadiyah guna membangun kompetensi dan
24
keunggulan santridi bidang organisasi dan perjuangan
Muhammadiyah.
Mulai tahun pelajaran 2006/2007 Mu’allimaat
menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum Mu’allimaat menggunakan pedoman kurikulum
dari Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama
dan kurikulum Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembelajaran di Mu’allimaat diseimbangkan antara
dasar-dasar ilmu ke-Islaman dengan basic knowledge of science
(pengetahuan dasar sain) yang mendukung tercapainya
visi, misi dan tujuan Madrasah Mu’allimaat Muhammdiyah
Yogyakarta. Beberapa kegiatan penunjang dalam proses
belajar mengajar yakni: matrikulasi baca Al Qur’an dan
Bahasa Arab, guna menyamakan kemampuan dasar baca Al
Qur’an dan Bahasa Arab bagi siswa yang belum tuntas
dalam baca Al Qur’an dan Bahasa Arab. Juga ada program
pengajaran remidi dan pengayaan adalah peningkatan
penguasaan materi pelajaran. Madrasah Mu’allimaat
Muhammadiyah Yogyakarta juga memberikan penghargaan
kepada siswi yang rajin membaca, meminjam dan
berkunjung di perpustakaan.
Lulusan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah
Yogyakarta banyak mengalami peningkatan, karena banyak
yang melanjutkan ke PTN atau PTS. Dan ada beberapa
alumni Mu’allimaat yang melanjutkan ke Timur Tengah
26
A. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong (2005:4), metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati. Dengan pendekatan ini
diharapkan akan didapat deskripsi yang dapat dituangkan
dalam bentuk laporan dan uraian.
Lincoln and Guba (1985) melihat penelitian
kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistic.
Penelitian ini bertolak dari paradigm naturalistic, bahwa
kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan yang
diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan,
suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan
bertimbal-balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan
akibat, dan penelitian ini melihat nilai-nilai. Para
peneliti mencoba memahami bagaimana individu
mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui
pengalaman kita mengkonstruksikan pandangan kita
tentang dunia sekitar, dan hal ini menentukan bagaimana
kita berbuat. Ciri-ciri utama penelitian kualitatif
menurut Danim (2002) adalah sebagai berikut.
1. Setting alami sebagai sumber data langsung.
27
2. Bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul
berbentuk kata-kata, gambar angka-angka sifatnya
penunjang, data yang diperoleh meliputi transkip
interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan
lain-lain.
3. Lebih menekankan proses kerja.
4. Cenderung menggunakan pendekatan induktif.
5. Memberi titik tekan pada makna.
Berdasarkan ciri-ciri yang telah dikemukakan di
atas, maka selama proses penelitian, peneliti tidak
akan mengubah situasi dan kondisi informan sehingga
tidak akan mengubah suasana perilaku subjek, situasi
dan tempat penelitian akan berjalan seperti biasanya.
Dalam hal ini, peneliti berusaha berinteraksi dengan
subjek penelitiannya secara alamiah dan dengan cara
tidak memaksa.
B. Desain Pegembangan
Memiliki sebuah desain pada kegiatan penelitian
harus didasari bahwa desain tersebut memiliki
konsekuensi yang harus diikuti secara konsisten dari
awal hinga akhir. Dalam penelitian ini, desain
penelitian yang digunakan adalah desain pengembangan
pembelajaran Walter Dick and Lou Carey (Pribadi, 2009).
Langkah-langkah pendekatan sistem desain pembelajaran
28
Walter Dick dan Lou Carey dapat dipaparkan sebagai
berikut.
1. Identifying Instructional Goal (mengidentifkasi tujuan umum
pembelajaran)
2. Conducting Instructional Analysis (melaksanakan analisis
pembelajaran)
3. Identifying Entry Behaviors Characteristics (Mengenal tingkah
laku masukan dan karakteristik siswa)
4. Writing Performance Objectives (merumuskan tujuan khusus
pembelajaran)
5. Developing Criterion-Referenced Test (Mengembangkan butir
tes acuan patokan)
6. Developing Instructional Strategy (Mengembangkan strategi
pembelajaran)
7. Developing and Selecting Instruction (Menyeleksi dan
mengembangkan bahan pembelajaran)
8. Designing and Conducting Formative Evaluation (Merancang dan
melaksanakan evaluasi formatif)
9. Revising Instruction (Merevisi bahan pembelajaran)
10. Designing and Conducting Sumative Evaluation (Merancang dan
melaksanakan evaluasi sumatif)
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dibedakan kedalam dua kategori,
yakni sebagai berikut.
29
1. Variabel bebas atau independent variable
adalah pengembangan model pembelajaran elaborasi yang
diberi simbol X. Terdapat dua sub-variabel yang
selanjutnya disebut sebagai variable-variabel bebas,
masing-masing: Pembelajaran yang efektif dan efisien
sebagai variabel bebas satu (X1) dan penerapan metode
pembelajaran sebagai variabel bebas dua (X2).
2. Variabel tak bebas, yaitu pembelajaran
sosiologi yang diberi simbol Y.
D. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari masing-masing
variabel adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai
variabel bebas satu (X1) dikonsepsikan sebagai
pembelajaran yang tepat sasaran dengan penggunaan
komponen-komponennya dan berupaya mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Penerapan metode pembelajaran dimaksudkan
menerapkan metode-metode yang bersifat student-center
learning dalam model pembelajaran elaborasi sehingga
terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien
serta dapat tercapai tujuan pembelajaran.
3. Pembelajaran sosiologi dimaksudkan sebagai
variabel bebas tiga (X3) untuk memberikan kompetensi
kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep
30
sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial,
struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial,
dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial.
E. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dalam lingkup penelitian ini di
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Suronatan Ng II/653 Notoprajan-
Tromol Pos 96, Yogyakarta. Madrasah Mu'allimaat
Muhammadiyah Yogyakarta adalah lembaga pendidikan
khusus putri yang dirintis dan didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan dan merupakan lembaga pendidikan calon
pemimpin, guru agama dan Muballighat Muhammadiyah
dengan masa pendidikan 6 (enam) tahun setelah tamat
Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.
Waktu pelaksanaan penelitian adalah dalam jangka
masa aktif kegiatan belajar mengajar yakni selama 4-6
bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. Boston: Mc Graw Hill.
Chalil, Achjar. 2008. Pembelajaran Berbasis Fitrah.Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:Pustaka Setia.
31
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran: TaksonomiVariable. Jakarta: Direktorat Jenderal PendidikanTinggi Depdikbud.
DePorter & Hernacki. 1992. Quantum Learning. TerjemahanAlwiyah Abdurrahman. 2011. Bandung: Kaifa
Dick, Walter, Lou Carey, and James O. Carey. 2005.The Systematic design of Instruction. USA: Scott,Foresman and Company.
Gunawan, Ary H. 1995. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Joyce, B. & Weil, M. 1986. Models of teaching. Third Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Joyce, B., & Weil, M. 1992. Models of teaching. Fourth Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Lincoln, Yvonna S. & Guba,Egon G. 1985. NaturalisticInquiry. Beverly Hills: Sage Publications.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design: What is it And why isit?
Reigeluth, C.M. dan Stein, F.S. (1983). “TheElaboration Theory of Instructional” Dalam C.M.Reigeluth (Ed.). Instuctional – Design Theories andModels: An verview of Their Current Status. Hillsdale,N.J: Lowrence Erlbaum Associate
Soeharto, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung:Remaja Rosdakarya
Sukamadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode PenelitianPendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
JURNAL
Zubaidah, S. Restrukturisasi Pemahaman Berbagai Istilah
Pada Penulisan Komponen Metode Dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran