22

REKONSTRUKSI PENILAIAN KINERJA KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

  • Upload
    uajm

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

REKONSTRUKSI PENILAIAN KINERJA KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

FRANSISKUS RANDA

RONALD RANDA PAKIDING

(FE Universitas Atma Jaya, Makassar)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk merekonstruksi penilaian kinerja balance score card dalam menilai kinerja sebuah

koperasi. Penelitian ini dilakukan pada koperasi Simpan Pinjam Balo’ Toraja di Tana Toraja, Sulawesi Selatan dengna

menggunkaan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan merekonstruksi model penilain kinerja balance scorecard .

Data yang digunakan adalah data sekunder dari KSP balo’ toraja dan data primer yang diperoleh melalui wawancara yang

mendalam dengan para informan. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis Balanced Scorecard yang

meliputi Perpektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta telah berjalan dengan

baik dan memenuhi keempat perspektif dalam balance scorecard dan didukung dari hasil triagulasi dengan para informan.

Kata Kunci : kinerja, koperasi, balanced scorecard.

1. PENDAHULUAN

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai

dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan

diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.

Pengukuran kinerja sangat penting untuk pembuatan keputusan dan mendukung pelaporan

eksternal, baik bagi manajemen publik, parlemen dan masyarakat sebagai penilai kinerja organisasi

sektor publik. Bagi manajemen, pengukuran kinerja merupakan bagian integral dari sistem

pengendalian manajemen, sedangkan bagi pihak luar seperti parlemen dan masyarakat pengukuran

kinerja bermanfaat untuk memonitor dan menilai pencapaian kinerja sektor publik yang muaranya

adalah pada pelaksanaan akuntabilitas publik bagi semua organisasi.

Sebagai salah satu sektor pendukung ekonomi, koperasi juga memerlukan suatu tata kelola yang

dapat diandalkan agar tetap dipercaya oleh para anggotanya. Atas dasar tersebut maka peneliti tertarik untuk

menilai kinerja koperasi. Pengukuran kinerja yang handal dan berkualitas tidak hanya berfokus pada ukuran

keuangan saja tetapi juga memperhatikan ukuran-ukuran non keuangan. Salah satu pengukuran yang

diperkenalkan Kaplan dan Norton adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan salah satu

metode pengukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan yang menjabarkan visi dan strategi perusahaan

ke dalam 4 perspektif, yaitu (1) financial perspective, (2) customer perspective, (3) internal business process

perspective dan (4) learning and growth perspective.

Dalam konteks penilaian kinerja, pengukuran dengan Balanced Scorecard merupakan sesuatu yang

baru dan cukup relevan digunakan. Dengan menggunakan Balanced Scorecard memungkinkan Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta sebagai objek dalam penelitian ini untuk melakukan pengukuran kinerja tidak

hanya berfokus pada aspek keuangan, operasional dan administrasi saja, tetapi juga dapat melengkapi aspek-

aspek tersebut dengan memperhatikan ukuran pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan

pertumbuhan. Dengan demikian, ukuran kinerja yang selama ini telah digunakan yakni berdasarkan

Peraturan Menteri terkait penilaian kesehatan koperasi dapat lebih disempurnakan lagi agar mampu

mencakup semua aspek penting yang bermanfaat bagi kemajuan koperasi. Dan juga memberikan salah satu

pandangan berbeda terhadap pengukuran kinerja yang sudah digunakan selama ini.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta saat ini memiliki anggota sebanyak 18.778 dengan total aset

sebesar Rp 165,9 milyar yang dikelolah oleh 158 personil pengurus, manajer, karyawaran, dan pengawas

yang tersebar di 5 provinsi di seluruh indonesia yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,

Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Timur. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta mampu bertahan

ditengah banyaknya koperasi yang tidak mampu bertahan menghadapi persaingan global disebabkan karena

Staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Makassar, email: [email protected]. Alumni Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya, Makassar, email: [email protected].

KSP Balo’ta mampu mengelola koperasi secara sederhana dan transparan sejak awal berdirinya dan dari

waktu ke waktu disempurnakan sesuai perkembangan zaman.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta dalam beberapa tahun terakhir mengukur kinerjanya dengan

berdasarkan Peraturan Menteri terkait penilaian kesehatan koperasi. Namun alat ukur ini sebenarnya lebih

banyak menilai kinerja secara internal koperasi. Alat ukur ini tidak mengukur faktor eksternal koperasi yang

juga penting dalam mengukur kinerja koperasi. Ukuran ekternal sebenarnya juga dibutuhkan untuk

mengetahui manfaat yang bisa diperoleh pihak-pihak di luar koperasi. Di samping itu, kegiatan usaha

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta yang bersifat profit motive dan publik service oriented

menyebabkan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Balo’ta harus berusaha keras agar pelayanan kepada

masyarakat dan anggotanya dapat maksimal, sehingga untuk itu perlu dilakukan pengukuran

kinerja.Penelitian ini menggunakan perspektif-perspektif, yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,

pertumbuhan dan pembelajaran untuk mengetahui kinerja KSP Balo’ta. Alasan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk mengetahui kinerja Koperasi Simpan Pinjam Balo’ Toraja dengan menggunakan pendekatan

Balanced Scorecard.

2. METODE PENELITIAN

T e m p a t d a n W a k t u P e n e l i t i a n

Lokasi yang dipilih peneliti dalam mengadakan penelitian adalah Kantor Pusat Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) Balo’ta. Koperasi balo’ta dipilih dengan dasar bahwa koperasit erswebut mrmpunyai kinerja

yang lebih baik yang ditandai dengansemakin banykanya anggota dan kantor cabang yang semakin banyak.

I n f o r m a n K u n c i

Informan merupakan pembicara asli yang diminta oleh peneliti berbicara dalam bahasa dan dialeknya sendiri.

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 8 orang yang menjadi narasumber dalam penelitian ini. Informan-

informan kunci dalam penelitian ini yaitu:

1. Drs.Jhon Diplomasi, jabatan : Manajer Utama

2. Yoris,SE, jabatan : Manajer Dana dan Pembiayaan

3. Soleman S.P,SE, jabatan : Manajer Keuangan

4. Y.P.Masseleng, SE, jabatan : Manajer Administrasi dan Umum

5. Andarias Tulak, jabatan : Staf IT

6. Marthen R.,SE, jabatan : Kepala Staf Akuntansi

7. Marthen A. Paramma’, jabatan : Anggota

8. Ludia Butung Patombe, jabatan : Masyarakat Setempat (non anggota)

T e k n i k P e n g u m p u l a n D a t a

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu Field Research (Penelitian Lapangan).

Penelitian lapangan adalah kegiatan yang langsung diadakan di tempat penelitian untuk mendapatkan data

yang diharapkan. Untuk hal tersebut maka peneliti mengadakan : Observasi, Wawancara/Interview,

Dokumentasi.

T e k n i k A n a l i s a D a t a

Untuk mengidentifikasi perspektif-perspektif yang terkandung dalam Balanced Scorecard, teknik analisis

yang digunakan meliputi analisis perpektif keuangan, perspektif pelanggan/anggota, perspektif proses bisnis internal

dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

3. TINJAUAN PUSTAKA

K i n e r j a

Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job performance, tetapi dalam

bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga

prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang

didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kinerja

selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau

organisasi. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Memang

diakui bahwa banyak orang mampu tetapi tidak mau sehingga tetap tidak menghasilkan kinerja. Demikian

pula halnya banyak orang mau tetapi tidak mampu juga tetap tidak menghasilkan kinerja apa-apa. Kinerja

adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja, dengan kata lain

bahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja (Simamora, 2004 : 415)

Bernardin dan Russel dalam Ruky (2002) memberikan pengertian atau kinerja sebagai berikut :

“performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during

time period”. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-

fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.

Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Simanjuntak (2005 : 49) yang mengemukakan ”kinerja

adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu”. Kinerja perusahaan adalah tingkat

pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan

kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-

masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.

Gomes dalam Mangkunegara (2005 : 9) mengemukakan definisi kinerja sebagai ungkapan seperti

output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Sedangkan Menurut

Mangkunegara (2005 : 9), ”kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya”.

Menurut Handoko (2001 : 235), “penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses

melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”. Kegiatan ini dapat

memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang

pelaksanaan kerja mereka.

Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai

sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Menurut Sastrohadiwiryo (2005 : 232), ”penilaian kinerja (prestasi kerja) merupakan proses subjektif

yang menyangkut penilaian manusia.” Dikatakan penilaian kinerja subjektif, karena kebanyakan pekerjaan

benar-benar tidak mungkin diukur secara objektif, hal ini disebabkan beberapa alasan, termasuk alasan

kerumitan dalam tugas pengukuran, lingkaran yang berubah-ubah, dan kesulitan dalam merumuskan tugas

dan pekerjaan individual tenaga kerja secara rinci. Dengan demikian, penilaian kinerja sangat mungkin

keliru dan sangat mudah dipengaruhi oleh sumber yang tidak aktual. Tidak sedikit sumber tersebut

mempengaruhi proses penilaian sehingga harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan wajar.

Penilaian kinerja dianggap memenuhi sasaran apabila memiliki dampak yang baik pada tenaga kerja yang

baru dinilai kinerja/keragaannya.

Menurut Simamora (2004 : 362-363), meskipun mustahil mengidentifikasi setiap kriteria kinerja

yang universal yang dapat diterapkan pada semua pekerjaan, adalah mungkin menentukan beberapa

karakteristik yang harus dimiliki oleh kriteria apabila kriteria itu diharapkan bermanfaat bagi penilaian

kinerja.

Menurut Sastrohadiwiryo (2005 : 235), belum adanya kesamaan antara perusahaan yang satu dengan

perusahaan lainnya dalam menentukan unsur yang harus dinilai dalam proses penilaian kinerja yang

dilakukan manajemen/penyelia penilai disebabkan selain terdapat perbedaan yang diharapkan dari masing-

masing perusahaan, juga karena belum terdapat standar baku tentang unsur-unsur yang perlu diadakan

penilaian. Pada umumnya unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja adalah

kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan.

K o p e r a s i

Koperasi dilihat dari asal katanya yaitu “ Co “ dan “ Operation “.Dari bahasa Latin yaitu “ Coopere “ dan

dari bahasa Inggris “ Cooperation “. Kata Co berarti bersama dan Operation berarti bekerja. Dengan

demikian arti kata koperasi adalah bekerja sama. Dari kata ini, pada umumnya koperasi dapat diartikan

sebagai perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang secara

sukarela bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan atas azas kekeluargaan.

Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar

prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah melalui

perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.

B a l a n c e d S c o r e c a r d

Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata, yaitu Balanced yang secara harfiah berarti seimbang dan

Scorecard yang berarti kartu skor. Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

seseorang dan/atau suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkannya. Pada

tahap berikutnya, seseorang dan/atau kelompok ini akan dievaluasi kinerjanya dengan membandingkan

antara apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah direncanakan. Sementara itu, pengertian Balanced

adalah bahwa kinerja seseorang atau kelompok tertentu akan diukur secara berimbang. Berimbang antara

sisi internal dan eksternal perusahaan, dan berimbang pula antara perspektif proses dan orang (Umar, 2005).

Menurut Kaplan dan Norton, yang diterjemahkan oleh Pasla (2000 : 7), mendefinisikan Balanced

Scorecard sebagai berikut: “Balanced Scorecard merupakan suatu penilaian kinerja perusahan dengan mempertimbangkan 4 perspektif untuk mengukur kinerja

perusahaan yaitu: perspektif keuangan (financial perspective), perspektif pelanggan (customer perspective), perspektif proses bisnis

internal (internal business process perspective), perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).”

Tunggal (2009 : 3), memberikan definisi Balanced Scorecard sebagai berikut: “Balanced Scorecard adalah laporan akuntansi yang didalamnya terdapat 4 faktor dari perusahaan agar perusahaan itu sukses yang

pertama adalah kinerja keuangan (financial), kepuasan pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal business process), dan

inovasi dan pembelajaran (learning and growth perspective).”

Menurut Mulyadi (2001 : 1-2), Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata yaitu sebagai berikut:

“Balanced dan Scorecard pada tahap eksperimen awal, Scorecard diartikan sebagai kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang

akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan dimasa yang akan datang. Balanced artinya berimbang, untuk mengukur

kinerja eksekutif secara berimbang dari berbagi dimensi yaitu keuangan dan non keuangan jangka pendek dan jangka panjang, interen

dan eksteren.”

Menurut Luis dan Biromo (2007 : 16): “Balanced Scorecard didefinisikan sebagi suatu alat manajemen

kinerja yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi kedalam aksi dengan memanfaatkan

sekumpulan indikator finansial, non finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.”

Balanced Scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh partisipan perusahaan

yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi. Sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek yaitu melalui

perspektif finansial, Balanced Scorecard dengan jelas mengungkap berbagai faktor yang menjadi pendorong

tercapainya kinerja finansial dan kompetitif jangka panjang yang superior. Balanced Scorecard adalah metode

alternatif yang digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan secara lebih komprehensif, penilaian kinerja

berbasis Balanced Scorecard penilaina kinerja yang diukur secara komprehensif, tidak hanya terbatas pada kinerja

perspektif keuangan, namun meluas ke kinerja perspektif konsumen. Proses internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan.

Menurut Mulyadi (2007 : 4) menyatakan bahwa “Balanced Scorecard dapat dimanfaatkan untuk sistem

pengelolaan kinerja personel, hal tersebut dilakukan dengan pengintegrasian sistem manajemen strategik berbasis

Balanced Scorecard dengan sistem pengelolaan kinerja personel”.

Balanced Scorecard memotivasi personel untuk mengarahkan usahanya kesasaran strategik yang menjadi

penyebab utama dihasilkanya kinerja keuangan. Untuk menghasilkan kinerja keuangan, personel harus mewujudkan

sasaran dari perspektif pelanggan perusahaan yaitu, harus mampu menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan

value terbaik bagi customers.

Balanced Scorecard memperkenalkan 4 proses manajemen yang baru yang terbagi dan terkombinasi antara

tujuan strategi jangka panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek keempat proses manajemen tersebut menurut

Kaplan dan Norton (2000) adalah :

a. Memperjelas dan menerjemahkan visi, misi dan strategi.

b. Mengkomunikasikan tujuan serta dan ukuran strategi.

c. Merencanakan, melaksanakan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.

d. Mendekatkan umpan pembelajaran strategis.

Balanced Scorecard memungkinkan suatu organisasi sektor publik untuk menyesuaikan proses

manajemennya dan memfokuskan organisasi keseluruhan pada implementasi strategi jangka panjang.

Balanced Scorecard memberikan kerangka untuk pengaturan implementasi strategi selain juga

memungkinkan strategi itu sendiri untuk berkembang sebagai respon terhadap perubahan dalam pasar

kompetitif perusahaan dan lingkungan teknologi.

Keunggulan Balanced Scorecard

Dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja berdasarkan

perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan (Gunawan, 2000 : 124) :

a. Komprehensif

Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak hanya aspek kuantitatif saja, tetapi juga

aspek kualitatif Aspek finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi dan market development

merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediakan keseimbangan antara

pengukuran eksternal seperti laba pada ukuran internal seperti pengembangan produk baru.

Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang dilakukan oleh manajer terhadap ukuran-ukuran

tersebut untuk mendorong manajer untuk mencapai tujuan tanpa membuat trade off diantara kunci-

kunci sukses tersebut melalui empat perspektif. Balanced scorecard mampu memandang berbagai

faktor lingkungan secara menyeluruh.

b. Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis

Pengukuran aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara

meningkatkan kinerja di masa depan. Aspek customer, inovasi dan pengembangan, learning

memberikan pedoman terhadap customer yang selalu berubah preferensinya.

c. Fokus terhadap tujuan perusahaan

Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap perspektif adalah :

a) Perspektif Keuangan

Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam pengo

lahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.

b) Perspektif Customer

Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara was sebagai perusahaan

yang akrab dengan lingkungan.

c) Perspektif Proses Bisnis Internal

Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi.

d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Terwujudnya keunggulan jangka penjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui

pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.

Karakteristik Balanced Scorecard

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan suatu

“Strategic based responsibility accounting system” yang menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke

dalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja untuk 4 perspektif yang berbeda, yaitu perspektif keuangan

(financial persepective), perspektif pelanggan (customer persepective), perspektif proses bisnis internal

(internal business process persepective), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and

growth persepective) (Tunggal, 2009 : 4).

Syarat Pelaksanaan Balanced Scorecard

Pelaksanaan Balanced Scorecard sendiri sebenarnya tidak memiliki syarat-syarat yang pasti. Tidak

ada aturan yang mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah perusahaan atau organisasi

untuk dapat diukur kinerjanya menggunakana metode Balanced Scorecard. Namun melihat dari proses

Balanced scorecard itu sendiri dimana Balanced Scorecard seharusnya menerjemahkan visi dan strategi

unit bisnis kedalam berbagai tujuan dan ukuran, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang harus dimiliki oleh

suatu perusahaan atau organisasi untuk dapat dinilai kinerjanya dengan metode Balance Scorecard adalah

bahwa perusahaan atau organisasi tersebut harus memiliki visi dan strategi bisnis yang jelas.

Perspektif Balanced Scorecard

Secara umum terdapat 4 macam perspektif yang diukur oleh Balanced Scorecard, yaitu :

a. Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan

merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang

diambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus dari tujuan-tujuan yang ada

dalam 3 perspektif lainnya. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap

dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton (2000) dibedakan menjadi 3 tahap:

1) Growth (Berkembang)

Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini

suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi

untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat

komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan

fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan

jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh dan mengembangkan

hubungan dengan pelanggan.

2) Sustain Stage (Bertahan).

Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi

dan reinvestasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini

perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila

mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan,

mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini

perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini

lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.

3) Harvest (Panen)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen

(harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali

hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun

suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk

ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu

dikembalikan dari investasi di masa lalu.

b. Perspektif Pelanggan

Pada masa lalu seringkali perusahaan mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang

memperhatikan kebutuhan konsumen. Sekarang strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari

internal ke eksternal. Jika suatu unit bisnis ini mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka

panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya

perolehannya. Dan suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau

bahkan melebihi dari apa yang diharapkan konsumen.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Kaplan dan Norton (2000), dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa

mengidentifikasi proses internal yang penting dimana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik

karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan

pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapan dalam proses bisnis internal

meliputi:

1) Inovasi

Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian riset dan pengembangan.

Dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang digunakan adalah besarnya produk-produk baru, lama

waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu produk secara relatif jika dibandingkan

perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.

2) Proses Operasi

Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada

para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tolok ukur yang digunakan

antara lain Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), tingkat kerusakan produk pra penjualan,

banyaknya bahan baku terbuang percuma, permintaan para pelanggan yang tidak dapat dipenuhi,

penyimpangan biaya produksi aktual terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per

kegiatan produksi.

3) Layanan purna jual

Layanan purna jual adalah aktivitas penciptaan nilai pelanggan atas penggunaan produk dan jasa

perusahaan yang telah ditawarkan. Dalam tahapan ini perusahaan berupaya memberikan manfaat

tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam bentuk berbagai

layanan perbaikan kerusakan, layanan penggantian suku cadang dan layanan pembayaran cicilan.

d. Perspektif Belajar dan Tumbuh

Perspektif keempat dalam Balanced Scorecard mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk

mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian 3 perspektif sebelumnya. Perspektif

keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara

kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai

suatu kinerja yang handal. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut perusahaan harus melakukan

investasi dalam bentuk reskilling employes.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A n a l i s i s D a t a

a. Perspektif Keuangan

1. Perbandingan Rencana Anggaran Belanja dan Realisasi Belanja

Rencana kerja merupakan sebuah rencana yang harus dilakukan oleh masing-masing bidang

dalam kepengurusan koperasi. Rencana kerja ini meliputi penyusunan program-program kerja yang

akan dilaksanakan pada kepengurusan termasuk rencana anggaran belanja yang akan dikeluarkan.

Adapun perbandingan rencana belanja dan realisasi belanja pada KSP Balo’ta dapat dilihat pada

Tabel 4.1

Tabel 4.1

Perbandingan Rencana Belanja dan Realisasi Belanja

KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun RAB Realisasi

2011 Rp 32.944.100.411 Rp 32.866.913.727

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa realisasi mempunyai nilai yang lebih

kecil dari pada rencana belanja yang dicanangkan sehingga nilai realisasi anggaran belanja sebesar

99,76%. Menurut manajer dana dan pembiayaan terkait dengan anggaran belanja, ia mengatakan: ”...anggaran belanja disusun sebelum masuk di rapat kelompok, dibahas di rapat kelompok setelah itu disetujui di rapat

kelompok kemudian diteruskan ke RAT. Beberapa tahun selama ini, memang anggaran pendapatan dan belanja itu

terealisasi sesuai dengan yang diharapkan.”

Hal sependapat juga di kemukakan oleh kepala Staf Akuntansi yang mengatakan: ”...anggaran belanja itu sudah terlaksana dengan baik dan itu dapat dilihat pada Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) pada

Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2011.”

Dari hasil analisis dan wawancara dengan manajer dana dan pembiayaan serta dengan kepala

Staf Akuntansi, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa nilai anggaran belanja dapat terealisasi

sebesar 99,76% dikarenakan koperasi mampu memaksimalkan penggunaan dana yang dimiliki

sesuai dengan anggaran belanja yang telah disusun sebelum masuk di rapat kelompok, yang

kemudian dibahas di rapat kelompok, dan disetujui di rapat kelompok dan RAT.

2. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari modal sendiri yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. Hasil perhitungan Return

On Assett secara ringkas disajikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Perhitungan Return On Asset

Tahun 2011

Tahun Total Aset SHU ROA

2011 Rp181.927.359.340,27 Rp 3.663.254.269,64 0,15%

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa kemampuan modal sendiri yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada tahun

2011 sebesar 2,01%. Nilai SHU yang dipergunakan dalam perhitungan tidak hanya menggunakan

jumlah SHU setelah pajak yang telah dipotong PPh Badan sebesar 25% tetapi ditambahkan dengan

jumlah SHU yang telah dibagikan sebelumnya kepada anggota pada saat RAT setelah dipotong PPh

21 final sebesar 6%. Hal ini disebabkan, SHU yang sebenarnya yang diperoleh koperasi Balo’ta tidak

tercermin jika hanya menghitung SHU yang sisa pada koperasi.

SHU yang diperoleh pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 dan

melebihi jumlah yang dianggarkan pada RAT tahun buku 2010. Seperti yang dikemukankan

Manajer Keungan: ”Kalau dibandingakn dengan tahun 2010 yang jelas ada peningkatan, jadi tiap tahun itu kita sudah perhitungankan untuk

selalu ada peningkatan.”

Sedangkan menurut kepala staff akuntansi mengatakan bahwa:

”...pencapaian SHU tahun 2011 sudah maksimal karena sudah melampaui target yang dianggarkan pada Rapat Anggota

Tahunan tahun buku 2010.”

Namun manajer keuangan juga mengungkapkan beberapa hambatan yang terkadang

dihadapai dalam mencapai SHU secara maksimal. Ia mengatakan : ”...kadang tidak tercapai itu, karena ini bayak pinjaman bermasalah sehingga target yang kita tetapkan kadang tidak

tercapai.”

Pendapat lain mengenai hambatan yang kadang muncul dalam pencapaian SHU kurang

maksimal, dikemukakan oleh manajer administrasi dan umum yang mengatakan:

”...hambatan itu sendiri dalam kurang maksimalnya pencapaian SHU adalah dari pendapatan. Misalnya disebabkan

penurunan suku bunga. Contohnya, ketika tingkat suku bunga bank mengalami penurunan kemudian kita tetap

mempertahankan tingkat suku bunga kita, maka tidak bisa dipungkiri, masyarakat akan lebih memilih meminjam uang di

bank ketimbang di koperasi kita.”

Dari hasil analisis dan hasil wawancara, menurut pandangan peneliti bahwa pencapaian

Return On Asset (ROA) sebesar 2,01% belum tergolong baik. Hal itu disebabkan karena tingkat

perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi masih bisa dimaksimalkan, meskipun

pencapaian tahun 2011 sudah melampaui target yang ditetapkan.

3. Net Profit Margin

Kemampuan menghasilkan laba (Net Profit Margin) merupakan ukuran kemampuan

koperasi dalam menghasilkan laba jika dilihat dari pendapatan bruto pada tahun yang bersangkutan.

Adapun Kemampuan menghasilkan laba (Net Profit Margin) KSP Balo’ta dapat dilihat pada Tabel

4.3

Tabel 4.3

Net Profit Margin KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun SHU Pendapatan Net Profit Margin

2011 Rp 3.663.254.269,64 Rp33.242.401.783 11,01%

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa Net Profit Margin KSP Balo’ta tahun 2011

sebesar 11,01%. Jumlah pendapatan yang diperoleh tahun 2011 mengalami peningkatan

dibandingakn dengan tahun 2010 yakni dari Rp30.364.487.580 menjadi Rp33.242.401.783. Menurut

Manajer Keuangan, ia mengatakan : ”...pencapaian tersebut dapat diperoleh karena koperasi mampu mengintensifkan penagihan peminjam-peminjam

bermasalah.”

Pendapat tambahan berasal dari kepala Staff akuntansi yang mengatakan : ”...pencapaian pendapatan KSP Balo’ta tahun 2011 itu sudah maksimal karena dana yang disalurkan sudah maksimal

sehingga tidak ada dana yang tertinggal.”

Namun manajer keuangan juga menambahkan bahwa ada hambatan yang terkadang dihadapi

dalam perolehan pendapatan maksimal. Manajer keuangan mengatakan : ”...hambatannya sama dengan SHU tadi. Itu karena masih banyak anggota yang belum sadar akan pemenuhan kewajibannya

sehingga menyita waktu yang cukup dalam proses penagihannya.”

Dari hasil analisis dan wawancara, menurut pandangan peneliti pencapaian Net Profit Margin

sebesar 11,01% dikarenakan pendapatan KSP Balo’ta sudah tergolong besar.

4. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri KSP Balo’ta diukur dengan perbandingan antara hasil usaha yang

diperoleh dengan aset koperasi pada tahun yang bersangkutan. Rentabilitas modal sendiri KSP

Balo’ta sebagai dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4

Rentabilitas Modal Sendiri KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun SHU Modal Sendiri Rentabilitas

Modal Sendiri

2011 Rp 3.663.254.269,64 Rp66.565.035.709,18 5,5%

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa Rentabilitas Modal Sendiri KSP Balo’ta tahun

2011 sebesar 5,5%. Pencapaian ini dapat diraih karena penerimaan SHU sendiri pada tahun 2011

mengalami peningkatan dibandingan tahun 2010. Menurut Manajer Keuangan, ia mengatakan :

”...pencapaian tersebut dapat diperoleh karena koperasi mampu mengintensifkan penagihan peminjam-peminjam

bermasalah.”

Pendapat tambahan berasal dari kepala Staff akuntansi yang mengatakan : ”...pencapaian pendapatan KSP Balo’ta tahun 2011 itu sudah maksimal karena dana yang disalurkan sudah maksimal

sehingga tidak ada dana yang tertinggal.”

Dari hasil analisis dan wawancara, menurut pandangan peneliti pencapaian Rentabilitas Modal

Sendiri sebesar 5,5 % dikarenakan SHU KSP Balo’ta mengalami peningkatan dibandingkan dengan

tahun 2010.

5. Current Ratio

Current Ratio KSP Balo’ta diukur dengan perbandingan antara aktiva lancar koperasi dengan

kewajiban jangka pendek. Current Ratio KSP Balo’ta sebagai dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5

Current Ratio KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek Current

Ratio

2011 Rp 171.550.426.913,47 Rp89.543.397.581,11 191,58%

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa Current Ratio KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar

191,58%. Hal ini menunjukkan bahwa KSP Balo’ta cukup baik dalam memnuhi kewajiban jangka

pendeknya. Menurut Manajer Keuangan, ia mengatakan : ”...sekitar 10% aktiva yang menjadi cadangan likuiditas atau dana kas.”

Dari hasil analisis dan wawancara, menurut pandangan peneliti pencapaian Current Ratio KSP

Balo’ta tahun 2011 sebesar 191,58% menunjukkan koperasi mampu melunasi kewajiban-kewajiban

jangka pendeknya dengan baik. Jika kondisi bisa dipertahankan, maka KSP Balo’ta akan semakin

dipercayah oleh lembaga-lembaga luar dan tidak ragu untuk mengikat kerjasama dengan KSP

Balo’ta.

6. Total Hutang terhadap Aset

Total Hutang terhadap Aset KSP Balo’ta diukur dengan perbandingan antara total hutang

yang dimiliki koperasi dengan total aset yang dimiliki koperasi. Total Hutang terhadap Aset KSP

Balo’ta sebagai dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6

Total Hutang terhadap Aset KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun Total Hutang Total Aset Total Hutang

terhadap Aset

2011 Rp115.362.323.631,09 Rp181.927.359.340,27 63,4%

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa Total Hutang terhadap Aset KSP Balo’ta tahun

2011 sebesar 63,4%. Hal ini menunjukkan sekitar 63,4% aset yang dimiliki KSP Balo’ta berasal dari

hutang. Menurut Kepala Staf Akuntansi, ia mengatakan :

”...kebanyakan aset yang KSP Balo’ta miliki memang lebih banyak berasal dari hutang. Hal itu disebabkan karena modal

sendiri yang dimiliki koperasi belum terlalu kuat.”

Sedangkan menurut Manajer Umum, ia mengatakan :

”...aset koperasi lebih banyak bersumber dari hutang. Namun bukan dari pihak ekternal. Itu sebenarnya lebih banyak dari

Simpanan Manasuka (SMS), Simpanan Berjangka dan Pemberdayaan Anggota.”

Dari hasil analisis dan wawancara, pencapaian perhitungan total hutang terhadap aset KSP Balo’ta

tahun 2011 sebesar 63,4% menunjukkan koperasi lebih banyak membiayai asetnya dari hutang. Hal

ini kurang begitu baik, karena akan menyebabkan penggunaan hutang akan semakin besar.

7. Total Hutang terhadap Modal Sendiri

Total Hutang terhadap Modal Sendiri KSP Balo’ta diukur dengan perbandingan antara total

hutang yang dimiliki koperasi dengan tmodal sendiri yang dimiliki koperasi. Total Hutang terhadap

modal sendiri KSP Balo’ta sebagai dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7

Total Hutang terhadap Modal Sendiri KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun Total Hutang Modal Sendiri Total Hutang

terhadap Modal

Sendiri

2011 Rp115.362.323.631,09 Rp66.565.035.709,18 173,3%

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa Total Hutang terhadap modal sendiri KSP

Balo’ta tahun 2011 sebesar 173,3%. Hal ini menunjukkan kemampuan KSP Balo’ta dalam

memenuhi kewajibannnya menggunakan modal sendiri kurang baik. Menurut Manajer Dana dan

Pembiayaan, ia mengatakan :

”...ekuitas sendiri yang koperasi kita miliki memang tidak begitu baik. Olehnya itu, maka sekarang simpanan pokok dan

simpanan wajib dinaikan. Alasan, ya karna itu, ekuitas kita sendiri belum kuat.”

Dari hasil analisis dan wawancara, menurut pandangan peneliti pencapaian perhitungan Total

Hutang terhadap modal sendiri KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 173,3% menunjukkan posisi

ekuitas koperasi kurang begitu baik. Untuk itu, perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan

penerimaan simpanan pokok dan simpanan wajib.

8. Perputaran Piutang

Perputan Piutang KSP Balo’ta diukur dengan perbandingan antara penjualan koperasi

dengan piutang rata-rata yang dimiliki koperasi. Perputaran piutang KSP Balo’ta sebagai dapat

dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8

Perputaran Piutang KSP Balo’ta

Tahun 2011

Tahun Penjualan Piutang Rata-rata Perputaran piutang

2011 Rp264.333.301.527 Rp154.014.998.840,86 1,71 kali

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa perputaran piutang KSP Balo’ta tahun 2011

sebesar 1,71 kali. Hal ini menunjukkan kemampuan Piutang yang dimiliki KSP Balo’ta untuk

menjadi kas tidak terlalu baik. Menurut Manajer Keuangan, ia mengatakan :

”...hal ini terjadi karena banyaknya peminjam-peminjam bermasalah yang membutuhkan waktu dalam melakukan

penagihan.”

Dari hasil analisis dan wawancara, menurut pandangan peneliti pencapaian perhitungan Perputaran

Piutang KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 1,71 kali menunjukkan angka yang tidak begitu baik. Hal

ini dapat berakibat piutang terlalu lambat berubah menjadi kas sehingga mempengaruhi tingkat

likuiditas koperasi.

9. Asset Turn Over (ATO)

Asset Turn Over (ATO) merupakan ukuran sampai seberapa jauh aset telah dipergunakan

dalam kegiatan koperasi atau menunjukan berapa kali aset berputar dalam periode tertentu.

Tabel 4.9

Asset Turn Over (ATO) KSP Balo’ta

Tahun 2010 – 2011 Tahun Volume Usaha Total Aset ATO

2010 Rp233.253.309.965 Rp165.903.745.789,60 1,40

2011 Rp264.333.301.527 Rp.181.927.359.340,27 1,45

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa nilai ATO KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 1,45

kali atau meningkat sebesar 0,05 kali dari tahun 2010. Pencapaian tersebut dapat diperoleh karena

penggunaan aset sudah digunakan secara maksimal. Seperti yang di jelaskan oleh manajer keuangan:

”...karena sekitar 10% lebih sudah termasuk likuiditas yang tinggal di kantor. Jadi sekitar 8% yang menjadi aktiva tetap dan

sekitar 10% yang menjadi cadangan likuiditas atau dana kas.”

Sedangkan menurut manajer dana dan pembiayaan:

”...aset sudah digunakan secara maksimal, dimana dana sudah digunakan selama ini sesuai peruntukannya.”

Dari hasil analisis dan wawancara dapat diketahui bahwa Asset Turn Over (ATO) sebesar 1,45 kali

menunjukkan hasil terbaik yang bisa dicapai oleh KSP Balo’ta. Dikatakan hasil terbaik karena

koperasi mampu menggunakan secara maksimal aset lancarnya dengan baik dimana koperasi

mampu menyalurkan total pinjaman sebesar Rp117.786.885.841dimana total aset lancar yang

dimiliki Rp171.550.426.913,47 sehingga volume usaha tahun 2011 Rp264.333.301.527. Nilai Asset

Turn Over (ATO) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja

dari KSP Balo’ta sendiri dalam memanfaatkan aset yang dimiliki semakin baik.

10. Realisasi Surplus Hasil Usaha Koperasi

Realisasi Surplus Hasil Usaha KSP Balo’ta diukur dengan perbandingan antara realisasi hasil

usaha dengan rencana yang ditetapkan. Realisasi Surplus Hasil Usaha KSP Balo’ta sebagai dapat

dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10

Realisasi Surplus Hasil Usaha KSP Balo’ta

Tahun 2011 Tahun Rencana Realisai Hasil

Usaha

Realisasi Realisasi Surplus

Hasil Usaha

2011 Rp3.421.333.321.57 Rp 3.663.254.269,64 107,24%

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa Realisasi Surplus Hasil Usaha KSP Balo’ta

tahun 2011 sebesar 107,24%. Hal ini menunjukkan bahwa KSP Balo’ta mampu menjalankan segala

renacana yang ditetapkan dengan baik. Menurut Kepala Staf Akuntansi, ia mengatakan :

”...pencapaian SHU tahun 2011 sudah maksimal karena sudah melampaui target yang dianggarkan pada Rapat Anggota

Tahunan tahun buku 2010.”

Dari hasil analisis dan wawancara, menurut pandangan peneliti pencapaian Realisasi Surplus Hasil

Usaha KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 107,24% menunjukkan angka yang sangat baik. Hal ini

dikarenakan kopersi mampu bekerja dengan maksimal dan mampu membaca setiap peluang yang

ada dan juga mampu menjalankan segala rencana yang telah ditetapkan.

11. Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi

Rencana kerja KSP Balo’ta meliputi penyusunan program-program kerja yang akan

dilaksanakan pada kepengurusan termasuk rencana anggaran pendapatan yang akan diperoleh.

Adapun perbandingan rencana pendapatan dan realisasi pendapatan pada KSP Balo’ta dapat dilihat

pada Tabel 4.11

Tabel 4.11

Perbandingan Rencana Pendapatan dan Realisasi

KSP Balo’ta

Tahun 2011 Tahun RAP Realisasi Realisasi Anggaran

Pendapatan

2011 Rp 33.144.120.11 Rp 33.242.401.783,41 100,3%

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa realisasi mempunyai nilai yang lebih

besar dari pada rencana pendapatan yang dicanangkan sehingga nilai realisasi anggaran pendapatan

sebesar 100,3%. Menurut kepala staf akuntansi terkait dengan anggaran pendapatan, ia mengatakan: ”...anggaran pendapatan itu sudah terlaksana dengan baik dan itu dapat dilihat pada Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)

pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2011.”

Dari hasil analisis dan wawancara dengan kepala Staf Akuntansi, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa nilai anggaran pendapatan dapat terealisasi sebesar 100,3%% dikarenakan koperasi mampu

memaksimalkan potensi-potensi perolehan pendapatan yang direncanakan dalam RAT dengan baik.

12. Pelunasan Simpanan Pokok (SP) Anggota

Pelunasan Simpanan Pokok (SP) anggota KSP Balo’ta diukur berdasarkan prosentase

pelunasan simpanan pokok anggota yang diterima kopersi. Adapun prosentase pelunasan simpanan

pokok anggota KSP Balo’ta dapat dilihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12

prosentase pelunasan simpanan pokok anggota

KSP Balo’ta

Tahun 2011 Tahun Jumlah Simpanan Pokok

yang sudah dibayarkan

Jumlah Simpanan Pokok

yang seharusnya dilunasi

prosentase

pelunasan

2011 Rp 2.252.850.240 Rp 2.252.850.240 100%

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa prosentase pelunasan simpanan

pokok anggota KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 100%. Menurut manajer umum terkait hal ini, ia

mengatakan:

”...jumlah simpanan pokok bagi anggota baru itu sebesar Rp1.000.000 dan ini harus dibayarkan oleh anggota jika ingin

masuk jadi anggota.”

Dari hasil analisis dan wawancara dengan manajer umum, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa prosentase pelunasan simpanan pokok anggota KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 100%

dikarenakan setiap anggota yang bergabung diharuskan menyetor simpanan pokok kepada koperasi.

13. Pelunasan Simpanan Wajib (SW) Anggota

Pelunasan Simpanan Wajib (SW) anggota KSP Balo’ta diukur berdasarkan prosentase

pelunasan simpanan wajib anggota yang diterima kopersi. Adapun prosentase pelunasan simpanan

wajib anggota KSP Balo’ta dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13

prosentase pelunasan simpanan wajib anggota

KSP Balo’ta

Tahun 2011 Tahun Jumlah Simpanan Pokok

yang sudah dibayarkan

Jumlah Simpanan Pokok

yang seharusnya dilunasi

prosentase

pelunasan

2011 Rp 4.632.595.190 Rp 4.632.595.190 100%

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa prosentase pelunasan simpanan wajib

anggota KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 100%. Menurut manajer umum terkait hal ini, ia

mengatakan:

”...seperti halnya dengan simpanan pokok, jumlah simpanan wajib bagi anggota baru itu sebesar Rp1.000.000 dan ini harus

dibayarkan oleh anggota jika ingin masuk jadi anggota.”

Dari hasil analisis dan wawancara dengan manajer umum, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa prosentase pelunasan simpanan wajib anggota KSP Balo’ta tahun 2011 sebesar 100%

dikarenakan setiap anggota yang bergabung diharuskan menyetor simpanan wajib kepada koperasi

seperti halnya simpanan pokok.

b. Perspektif Pelanggan

1. Tingkat Kepuasan Anggota

Perkembangan number of complain anggota KSP Balo’ta dapat dilihat pada Tabel 4.14

Tabel 4.14

number of complain anggota KSP Balo’ta

Tahun 2009 – 2011 Tahun Complain Jumlah Anggota

2009 0 18.448

2010 2 18.694

2011 0 18.982

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kepuasan anggota KSP Balo’ta tahun 2011

sebesar 100%. Hal itu mengindikasikan bahwa apa yang telah dilakukan koperasi selama ini dapat

diterima baik oleh anggota. menurut anggota yang sempat diwawancarai oleh peneliti, ia

mengatakan:

”...pelayanan yang koperasi berikan sudah baik. Kami merasa nyaman dengan keadaan itu. Namun harapan saya kedepannya,

semoga hal-hal seperti in dapat dipertahankan dan jika perlu ditingkatkan.”

Sedangkan menurut manajer administrasi dan umum mengatakan :

”...pelayanan yang koperasi kita berikan saya pikir sudah maksimal. Baik itu untuk pendidikan dan pelatihan, fasilitas-

fasilitas yang ada sudah cukup memadai. Meski tidak dapat dipungkiri masih ada keterbatasan-keterbatasan.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa prosentase number of complain sebesar 100% menunjukkan

koperasi dapat memberikan layanan terbaik bagi anggota. Meski pada tahun 2010 terdapat

komplain , namun KSP Balo’ta dapat dengan sigap merespon kekurangan itu.

2. Tingkat penerimaan anggota baru

Perkembangan keanggotaan KSP Balo’ta dapat dilihat pada Tabel 4.15

Tabel 4.15

Perkembangan jumlah anggota KSP Balo’ta

Tahun 2010 – 2011 Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Selisih

2010 10.656 8.033 18.697 -

2011 10.812 8.170 18.982 285

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa perkembangan jumlah anggota KSP Balo’ta

sebesar 1,5 %. jumlah anggota koperasi dari tahun 2010 – 2011 mengalami peningkatan.

Peningkatan terjadi sebesar 285 orang. Namun jika dibandingkan dengan rasio peningkatan jumlah

anggota tahun 2010 mengalami penurunan. Rasio peningkatan jumlah anggota tahun 2010 sebesar

4,2%. Penurunan penerimaan jumlah anggota menurut manajer administrasi dan umum:

”...salah satu yang membuat pertambahan jumlah anggota kurang maksimal yaitu dengan adanya keputusan RAT tahun 2009

lewat Rencana Strategis dimana penambahan simpanan pokok dan simpanan wajib minimal untuk anggota baru dari

Rp250.000 menjadi Rp1.000.000.”

Sedangkan menurut manajer keuangan mengatakan :

”...penerimaan anggota tahun 2011 belum maksimal karena Cuma sebagaian kecil penduduk secara khusus di tana toraja

sendiri yang menjadi anggota....hambatan kurang maksimalnya penerimaan anggota antara lain : 1) adanya lembaga

kompetitor, 2) Beratnya simpanan pokok dan simpanan wajib, 3) Sosialisasi belum menyeluruh.”

Menurut masyarakat asal toraja yang berdomisili di makassar yang sampai saat ini belum

menjadi anggota KSP balo’ta mengatakan :

”...saya belum masuk menjadi anggota karena persyaratan menjadi anggota terlalu berat bagi saya yang kurang mampu, baik

itu persyaratan administrasi maupun persyaratan pendaftaran yang harus ke kantor pusat pada saat ingin menjadi anggota.

Jadinya saya berfikir dua kali untuk menjadi anggota.”

Masyarakat tersebut menambahkan :

”...sekiranya persyaratan menjadi anggota dapat diringankan, misalnya jumlah simpanan pokok dan simpanan wajibnya yang

menjadi persyaratan utama dapat di cicil atau bagaimana sehingga tidak terlalu berat.”

Dengan peningkatan jumlah anggota sebesar 1,5% pada tahun 2011 memang tidak terlalu

baik, apalagi melihat tahun sebelumnya masih lebih baik. Kendala utama terlebih pada perubahan

batas minimun simpanan pokok dan simpanan wajib yang naik menjadi minimal Rp1.000.000.

Peningkatan jumlah ini tak lepas dari keinginan koperasi dalam lebih menguatkan posisi modal

sendiri di dalam keuangan koperasi.

3. Pendidikan dan Pelatihan Anggota Koperasi

Pendidikan dan pelatihan anggota koperasi merupakan sebuah program yang digalakkan oleh

koperasi dalam rangka meningkatkan pengetahun anggota tentang perkoperasian dan pengetahuan

lainya yang dapat menambah pengetahuan anggota. Pendidikan dan pelatihan anggota koperasi

merupakan salah satu program yang selalu dicanangkan dalam setiap program kerja KSP Balo’ta dan

program tersebut selama tahun 2011 dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan

dengan terlaksananya seluruh program pendidikan dan pelatihan anggota koperasi yaitu pelatihan

penyusunan modul PAG dan pelatihan usaha sejenis (pakan ternak) yang direncanakan pada Rapat

Anggota Tahunan (RAT) KSP Balo’ta tahun buku 2010 yang dapat dilihat pada laporan pertanggung

jawaban tahun buku 2011. Hal itu sejalan dengan apa yang dikemukanakan oleh manajer

administrasi dan umum :

”...program pendidikan dan pelatihan anggota koperasi selalu diprogramkan lewat rencana strategi dan berkesinambungan

sampai tahun 2018. Dimana rencana strategi ini bertujuan agar di akhir tahun 2018 nanti semua anggota sudah mendapatkan

pelatihan.”

Sejalan dengan itu, manajer umum juga berpendapat bahwa :

”Pendidikan dan pelatihan anggota itu selalu diprogramkan dan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan... tujuan

dari pendidikan dan pelatihan ini sendiri adalah agar anggota mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.”

Sedangkan menurut anggota yang pernah mengikuti pelatihan tersebut mengatakan :

”...program ini sangat bagus dan harapan saya dan mungkin anggota yang lain adalah sekiranya materi yang dilatikan dapat

membangun anggota baik pada bidang peternakan atau pertanian. Dan juga pelatihannya semakin berkualitas.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya program pendidikan dan pelatihan anggota itu

menjadi dasar untuk senantiasa terus dilaksanakan karena program ini disambut baik oleh

masyarakat.

4. Program Penyisihan Dana Pendidikan bagi Anak Anggota

Program penyisihan dana pendidikan bagi anak anggota bertujuan untuk memberikan bantuan

bagi anak anggota yang berprestasi sehingga dapat mengurangi dan membantu biaya pendidikan dan

memacu semangat anak anggota untuk berprestasi. Program penyisihan dana pendidikan anak

anggota menurut AD/ART telah diprogramkan dari tahun ketahun termasuk dalam RAT tahun buku

2010 yang terealisasi pada tahun 2011. Menurut manajer admistrasi dan umum :

”...dari tahun ke tahun itu ada diprogramkan karena ada peraturan khusus...dana pendidikan sebesar 3% dari SHU, itu

dijadikan 100% dan itu masih dibagi 3 yaitu, 25% untuk Dekopinda, 50% untuk pendidikan dan pelatihan untuk

pengurus,pengawas dan pengelola dan 25% bantuan anak anggota berprestasi.

Pendapat lain berasal dari manajer umum, yang mengatakan :

”...program ini diprogramkan secara rutin dan terlaksana setiap tahun yang dananya bersumber dari SHU...tujuannya

yaitu :1) membantu anak anggota yang berprestasi, 2) Membudidayakan penghargaan atas prestasi yang di dapatkan.”

Sedangkan menurut anggota :

”...program ini sudah berjalan lama dan selalu dilaksanakan. Tapi harapan saya, semoga dananya semakin besar kemudian

anak anggota yang diberikan semakin banyak.”

Program ini telah terlaksana dengan baik. Program ini sangat membantu dan dapat menjadi

motivasi bagi anak anggota untuk berprestasi dalam pendidikannya. Namun melihat pentingnya

program ini, maka sangat baik jika dana penyisihan dana pendidikan bagi anak anggota perlu

ditingkatkan secara bertahap kedepannya misalnya dari 25% menjadi 30% atau 35%.

5. Penyerapan Tenaga Kerja

Suatu organisasi dianggap baik ketika dia mampu memberikan manfaat bagi masyarakat

sekitar. Manfaat yang diberikan dapat berupa bantuan sosial, pendidikan dan pelatihan-pelatihan dan

bahkan dapat menyiapkan lapangan pekerjaan. KSP Balo’ta segai salah satu organisasi yang berada

di lingkungan masyarakat harus mampu memberikan manfaat atas kehadirannya di lingkungan

masyarakat. Hal tersebut, ternyata sudah dijalankan/dilaksankan koperasi selama ini. Pada tahun

2011, koperasi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5 orang. Menurut manajer admistrasi dan

umum :

”...di tahun 2011 koperasi kita hanya menerima 5 pegawai baru. Hal itu dilakukan untuk menambah personil di beberapa

cabang yang kekurangan pegawai. Namun, mereka masih sifatnya kontrak.”

6. Dana Sosial

Mengukur dana sosial pada lembaga koperasi diukur dengan melihat tersedianya sebagian

SHU bagi dana sosial. Pada KSP Balo’ta, Dana sosial sendiri sudah disediakan dan telah diberikan

kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya, tidak terkecuali pada tahun 2011 Menurut manajer

umum :

”...dana sosial yang dikelola oleh koperasi kita itu, ada dana marintin yang diperuntukan untuk bantuan kedukaan. Ada dana

sehat, digunakan untuk membantu anggota yang sakit. Itu semua diperuntukan untuk anggota koperasi kita”

Sedangkan menurut manajer administrasi dan umum:

”...ada dana sosial yang dikelola oleh koperasi kita yang diperuntukan untuk masyarakat. Yaitu : bantuan untuk bencana

alam, bantuan untuk pantiasuhan atau sumbangan-sumbangan untuk rumah-rumah ibadah.”

Program ini menjadi program layananan yang penting karena program ini dapat memberikan

pelayanan-pelayanan tambahan kepada anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Penyelenggaraan RAT

RAT atau yang disebut Rapat Anggota Tahunan merupakan rapat tertinggi di lingkungan

koperasi. Rapat dimana segala usulan-usulan pada rapat kelompok dibicarakan dan juga rapat dimana

akan di bahas tentang LPJ tahun buku sebelumnya dan pembahsan tentang program kerja di tahun

mendatang. KSP Balo’ta sendiri selalu melaksanakan RAT itu sendiri. Dimana pelaksanaannya

selalu dilaksankan pada akhir bulan maret. Hal tersebut didukung oleh manajer administrasi dan

umum yang mengatakan :

”...Rapat Anggota Tahunan atau yang biasa di singkat RAT itu selalu dilaksanakan oleh koperasi kita, dan pelaksanaanya itu

selalu dilaksanakan pada akhir-akhir bulan maret. Seperti tahun 2011 kemarin, itu dilaksankan kalau tidak salah pada tanggal

29-30 maret 2011.”

Pelaksanaan, Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan rapat dimana segala program-program

koperasi akan dibahas. Baik itu laporan pertanggung jawaban maupun pembahasan program kerja

untuk tahun mendatang. RAT sendiri biasanya dilaksankan antara bulan maret sampai april. Namun

KSP Balo’ta sendiri selalu konsisten melaksanakan RAT pada akhir bulan maret, Yang menjadi

indikator adanya pertanggungjawaban pengurus kepada anggota secara konsisten.

2. Rasio Kehadiran Anggota dalam RAT

Dalam RAT atau yang disebut Rapat Anggota Tahunan anggota juga turut berpartisipasi

dalam rapat tersebut. Namun, dalam rapat ini tidak semua anggota bisa hadir dalam rapat ini. Dalam

rapat ini, anggota yang hadir merupakan perwakilan yang diusung pada waktu rapat kelompok.

Mereka berfungsi menyampaiakan segala aspirasi yang dibicarakan pada rapat kelompok untuk

ditindak lanjuti pada RAT untuk diambil keputasan apakah usulan-usulan bisa dilaksanakan atau

tidak. Menurut manajer umum, ia mengatakan :

”...Rapat Anggota Tahunan dihadiri oleh perwakilan dari anggota yang akan menyampaiakan usulan-usulan yang ditampung

pada Rapat kelempok yang telah dilaksanakan sebelumnya. Perwakilan anggota yang hadirpun selalu memenuhi quota yang

disiapkan oleh koperasi.”

Menurut pandangan peneliti, kehadiran perwakilan anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT)

memang sanagat penting. Hal itu dikarenakan mereka-mereka lah yang akan menyampaikan aspirasi-

aspirasi dari anggota terkait dengan pengembangan koperasi di masa yang akan datang.

3. Rasio Pencacatan Keanggotaan dalam Buku Daftar Anggota yang telah ditandatangani oleh

Anggota

Buku daftar anggota adalah buku dimana anggota sah terdaftar sebagai anggota. Buku ini

akan mencatat seluruh anggota koperasi yang nantinya akan ditandatangai oleh anggota koperasi

sebagai tanda bahwa anggota yang bersangkutan secara sah menjadi anggota. Pada KSP Balo’ta buku

daftar anggota adalah buku wajib yang harus dimiliki. Jumlah anggota KSP Balo’ta sendiri sebesar

18.982 itu sudah terdaftar secara keseluruhan dalam buku daftar anggota dan secara sah ditandatangi

oleh masing-masing anggota. Menurut kepala Staf akuntansi, ia mengatakan :

”Buku daftar anggota akan mencatat seluruh anggota yang dimiliki koperasi kita. Dan di buku ini juga anggota akan

mencacat identitas mereka dan memberi tandatangan sebagai bukti sahnya mereka jadi anggota.”

Menurut pandangan peneliti, buku daftar anggota sangat penting karena memuat secara keseluruhan

identitas dari anggota yang dimiliki kopersi. Seluruh anggota KSP Balo’ta sendiri sebanyak 18.982

sudah pasti tercatat dalam buku ini. Dengan terlaksananya pendaftaran anggota ini, mengindikasikan

bahwa KSP Balo’ta sudah menjalankan sistem administrasi dengan baik.

4. Kerjasama Usaha dengan Badan Usaha Lain

KSP Balo’ta telah menjalin kerjasama dengan beberapa mitra usaha dalam negeri maupun

luar negeri guna lebih memperlebar kinerjanya. Seperti yang termuat dalam koran online Kabar.

Menurut Manajer Umum, kerjasama yang dibangun dengan para mitra adalah :

“…Rabobank Foundation kerjasamanya dalam bentuk permodalan (bantuan modal kerja) dan juga dalam bentuk

manajemen. LPDB dalam bentuk permodalan, PT PNM dalam bentuk permodalan dan manajemen, dan PT Rekadesa

dalam bentuk manajemen.”

Sedangkan menurut manajer administrasi dan umum mengatakan :

”...kerjasama yang terjalin itu kalau tidak salah sekitar 7-9 kerjasama...kerjasama yang dibangun antara lain: permodalan,

pelatihan dan pendidikan anggota dan karyawan , rekrutmen pegawai.”

Kerjasama dengan badan usaha lain merupakan hal yang cukup penting, secara khusus untuk

KSP Balo’ta. Kerjasama yang dibangun dapat memberikan keuntungan-keuntungan di kedua belah

pihak. Kerjasama yang dibangun oleh KSP Balo’ta dengan badan usaha lain baik dengan badan

usaha dalam negeri maupun luar negeri berupa bantuan baik dalam bentuk modal kerja dan

manajemen sangat memberi andil dalam kelangsungan hidup KSP Balo’ta.

5. Kerjasama Usaha Vertikal

KSP Balo’ta telah menjalin kerjasama dengan beberapa mitra usaha dalam negeri maupun

luar negeri guna lebih memperlebar kinerjanya. Seperti yang termuat dalam koran online Kabar

Toraja. Ada beberapa kerjasama yang dibangun oleh KSP Balo’ta sendiri, baik itu dengan badan

usaha lain maupun dengan usaha-usaha sejenis. Menurut Manajer Umum :

“…selain kerjasama dengan badan usaha lain, koperasi kita juga bekerjasama dengan mitra sejenis (koperasi) antara lain:

koperasi sekolah, koperasi gereja dan koperasi-koperasi umum.”

Sedangkan menurut manajer administrasi dan umum mengatakan :

”...kerjasama yang terjalin itu lebih banyak kepada pembinaan-pembinaan agar koperasi-koperasi lain dapat berkembang

dengan baik.”

Kerjasama dengan mitra sejenis merupakan hal yang cukup penting, secara khusus untuk KSP

Balo’ta kerjasama yang dibangun dapat memberikan bantuan pembinaan bagi koperasi lain,

sehingga dapat berkembang dengan baik. Hal lain yang diperoleh koperasi adalah bahwa kerjasama

ini diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

1. Pendidikan dan Pelatihan bagi Pengurus, pengawas dan karyawan.

Pendidikan dan pelatihan bagi pengurus, pengawas, dan karyawan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan pelayanan/pengelolaan perkoperasian baik bagi masyarakat pada

umumnya dan anggota pada khususnya. Pendidikan dan pelatihan bagi pengurus, pengawas, dan

karyawan merupakan salah satu program yang selalu dicanangkan dalam setiap program kerja KSP

Balo’ta dan program tersebut selama tahun 2011 dapat dilaksanakan dengan baik. Demikian halnya

yang dikemukakan oleh manajer administrasi dan umum:

”...setiap tahun terlaksana pada semua bagian baik pada pengurus, pengawas, dan pengelola...tujuan dari pendidikan dan

pelatihan secara umum adalah peningkatan mutu pengelolaan KSP balo’ta.”

Pendapat lain berasal dari manajer umum, yang mengatakan :

”...program ini diprogramkan dan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan... Tujuannya adalah meningktkan

kualitas dan keterampilan karyawan.”

Hal ini dapat dibuktikan dengan terlaksananya seluruh program yang direncanakan dalam

Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2010. Salah satu hal yang membuat KSP Balo’ta sampai

sekarang masih bisa bertahan adalah pengelolaan yang dikelola secara profesinal oleh orang-oarang

yang kompeten dalam bidangnya. Karena pentingnya pengelolaan secara profesional, maka KSP

Balo’ta memprogramkan Pendidikan dan pelatihan bagi pengurus, pengawas, dan karyawan.

Program ini merupakan salah satu program yang selalu dicanangkan dalam setiap program kerja

KSP Balo’ta dan program tersebut selama tahun 2011 dapat dilaksanakan dengan baik. Tujuan dari

pendidikan dan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh manajer administrasi dan umum juga

manajer umum adalah peningkatan mutu pengelolaan KSP balo’ta, dan meningktkan kualitas dan

keterampilan karyawan. Harapannya adalah ketika pengelola KSP Balo’ta berkualitas, maka akan

berdampak baik kepada kinerja pelayanan secara khusus dan kinerja koperasi secara umum.

2. Media Informasi

Media informasi merupakan sarana yang digunakan koperasi dalam menyediaka informasi

kepada masyarakat dan anggotanya guna untuk memajukan koperasi di masa yang akan datang.

Media Informasi pada KSP balo’ta merupakan program yang selalu direncanakan dan dilaksanakan

dari tahun ke tahun meski dalam pembahasan program kerja dalam RAT tidak dijelaskan secara

khusus dengan pertimbanga anggaran biaya yang digunakan tidak besar. pada RAT tahun buku 2010

program media informasi tersirat dalam program pengelolaan admistrasi organisasi dan kelembagaan

dan pada laporan pertanggung jawaban tahun 2011 terlaksana seluruhnya. Menurut staf IT KSP

Balo’ta:

”Media yang digunakan dalam menyediakan informasi berupa: Website, Email, Spanduk, dan Brosur...program penyedian

informasi KSP Balo’ta tidak ada pembahasan secara khusus tetapi pembahasan secara tersirat dalam program pengelolaan

administrasi dan kelembagaan.”

Pendapat yang serupa di kemukakan oleh manajer administrasi dan umum yang mengatakan :

”...media informasi sangat penting dalam penyediaan informasi bagi anggota dan masyarakat. Karena itu, program ini selalu

ada dan dilaksanakan setiap tahun. Tahun 2011 lalu, kalau tidak salah itu ada lewat spanduk, brosur dan juga lewat website.”

Media informasi pada KSP Balo’ta merupakan program yang selalu direncanakan dan

dilaksanakan dari tahun ke tahun. Penggunaan media informasi lewat Website sangat tepat karena

memut secara rinci hal-hal yang terkait dengan KSP Balo’ta, misalnya sejarah KSP Balo’ta, visi dan

misi, jenis kegiatan, jumlah anggota, dan lain sebagainya. Penggunaan Website dapat diakses

masyarakat di seluruh dunia, sehingga masyarakat yang tinggal di luar daerah maupun luar negeri

dapat mengetahui keberadaan dan manfaat menjadi anggota KSP Balo’ta dan masyarakat dapat

memberikan kesan-kesan untuk pengembangan KSP Balo’ta.

3. Sarana Kantor dan Usaha Koperasi

Sarana kantor merupakan fasilitas pendukung yang juga berpengaruh dalam proses pelayanan

koperasi. Dari seluruh sarana-sarana yang dimiliki KSP Balo’ta, hampir secara keseluruhan adalah

milik kopersi sendiri kecuali untuk kantor-kantor cabang baru yang belum lama terbuka. Mereka

terkadang masih menyewa gedung-gedung atau ruko untuk sementara. Hal itu dikarenakan kesulitan

dalam mencari lokasi yang pas dan tidak adanya lokasi yang strategis. Menurut manajer umum KSP

Balo’ta:

”Sarana Kantor yang dimiliki koperasi kita untuk hampir seluruhnya adalah milik sendiri. Hal itu dikarenakan koperasi ingin

memberikan keyakinan kepada ,masyarakat sekitar bahwa koperasi kita bukanlah koperasi yang tidak mampu mengelola

keuangan dengan baik. Dengan mereka melihat fasilitas-fasilitas kita, maka akan memberikan keyakinan kepada mereka atas

koperasi kita.”

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliri, maka peneliti

berpendapat bahwa sarana yang dimiliki koperasi merupakan hak miliki KSP Balo’ta. Dengan

kondisi seperti ini, koperasi dapat dipercayah oleh anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

4. Manfaat Kerjasama

KSP Balo’ta telah menjalin kerjasama dengan beberapa mitra usaha dalam negeri maupun

luar negeri guna lebih memperlebar kinerjanya. Seperti yang termuat dalam koran online Kabar

Toraja. Ada beberapa kerjasama yang dibangun oleh KSP Balo’ta sendiri, baik itu dengan badan

usaha lain maupun dengan usaha-usaha sejenis.

Menurut Manajer Umum, kerjasama yang dibangun dengan para mitra adalah :

“…Rabobank Foundation kerjasamanya dalam bentuk permodalan (bantuan modal kerja) dan juga dalam bentuk manajemen.

LPDB dalam bentuk permodalan, PT PNM dalam bentuk permodalan dan manajemen, dan PT Rekadesa dalam bentuk

manajemen.”

Menurut peneliti, kerjasama yang dibangun oleh KSP Balo’ta bermanfaat untuk

meningkatkan efisiensi dan pelayanan koperasi lewat bantuan-bantuan yang diterima koperasi, baik

itu bantuan permodalan maupun bantuan manajemen.

5. Pembayaran Pajak/Restribusi

KSP Balo’ta merupakan wajib pajak yang juga harus ikut dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan. Kepatuhan KSP Balo’ta untuk melakukan pembayaran pajak harus sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Selama ini, KSP Balo’ta sudah dengan nyata

melaksanakan Kewajibannya terkait dengan pembayaran pajak. Hal sependapat dikemukakan oleh

kepala staf akuntansi yang mengatakan :

“…koperasi kita sudah melaksankan kewajiban pembayaran pajaknya. Adapun kewajiban-kewajiban pajak yang koperasi

kita bayarkan yaitu : PPh pasal 4, PPh pasal 23, PPh pasal 21 dan PPh pasal 25. Kesemuanya silaksankan dengan baik.”

Menurut peneliti, pelaksanaan kewajiban perpajakan merupakan kewajiban setiap wajib pajak

termasuk KSP Balo’ta. Dengan terlaksananya seluruh kewajiban perpajakan koperasi

mengindikasikan bahwa koperasi sebagai wajib pajak yang baik.

6. Penerangan dan Penyuluhan

Penyuluhan merupakan hal yang penting dilakukan dalam mengenalkan suatu produk atau

usaha-usaha baru. Pada KSP Balo’ta sendiri hal itu pun telah dilakukan dan selama ini diprogramkan

dengan baik. Secara khusus pada saat akan melakukan pembukaan cabang baru di suatu daerah.

Menurut manajer umum :

“…selama ini, ketika koperasi kita akan melakukan ekspansi atau pembukaan cabang-cabang baru, itu selalu didahui dengan

penyuluhan kepada masyarakat sekitar.”

Sedangkan menurut manajer administrasi dan umum:

“…penyuluhan-penyuluhan yang kita buat itu sebenarnya tujuannya adalah supaya apa yang ingin kita lakukan itu dapat

diterima baik oleh masyarakat sekitar.”

Menurut peneliti, penyuluhan memang hal yang sangat penting untuk KSP Balo’ta lakukan

jika akan melakukan sesuatu atau melaksanakan program-program yang ada termasuk pembukaan

cabang. Hal itu dilakukan supaya masyarakat memahami program-program yang akan dilakukan dan

dapat diterima baik oleh masyarakat.

5. K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K e s i m p u l a n

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain :

a. Perspektif keuangan dilihat dari indikator realisasi anggaran belanja koperasi, Return On Asset (ROA,)

Net Margin Profit, Rentabilitas Modal Sendiri, Current Ratio, Total Hutang terhadap Aset, Total

Hutang terhadap Modal sendiri, Perputarn Piutang, Asset Turn Over (ATO), Realisasi Surplus Hasil

Usaha Koperasi, Realisasi Anggran Pendapatn Koperasi, Pelunasan Simpanan Pokok (SP)Anggota,

Pelunasan Simpanan Wajib (SW). Berdasarkan hasil analisis dan wawancara maka dari perspektif

keuangan, KSP Balo’ta memiliki kinerja cukup baik.

b. Perspektif pelanggan dilihat dari indikator tingkat kepuasan anggota, rasio tingkat penerimaan jumlah

anggota, program pendidikan dan pelatihan anggota koperasi, program penyisihan dana pendidikan bagi

anak anggota, penyerapan tenaga kerja dan dana sosial. Berdasarkan hasil analisis dan wawancara maka

dari perspektif pelanggan, KSP Balo’ta memiliki kinerja cukup baik.

c. Perspektif proses bisnis internal di lihat dari indikator Penyelenggaran RAT, Rasio Kehadiran Anggota

dalam RAT, Rasio Pencatatan keanggotaan dalam Buku Daftar Anggota yang telah ditandatangani oleh

Anggota, Kerjasama Usaha dengan Badan Usaha lainnya, Kerjasama Usaha secara Vertikal.

Berdasarkan hasil analisis dan wawancara maka dari perspektif proses bisnis internal, KSP Balo’ta

memiliki kinerja cukup baik.

d. Dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur dengan adanya program pendidikan dan

pelatihan bagi pengurus, pengawas dan karyawan, media informasi, Sarana Kantor dan Usaha

Koperasi, Manfaat Kerjasama, Pembayaran Pajak/Restribusi, Penerangan dan Penyuluhan. Berdasarkan

hasil analisis dan wawancara maka dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, KSP Balo’ta

memiliki kinerja cukup baik.

e. Kinerja KSP Balo’ta jika diukur dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard yang dilihat

dari 4 perspektif yakni perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan kinerja cukup baik.

S a r a n

Berdasarkan kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil-hasil analisis dan wawancara menunjukkan

bahwa kinerja KSP Balo’ta jika diukur dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard cukup

baik. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam

menilai kinerja koperasi menggunkan Balanced Scorecard di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, B. (2000). Balance Scorecard : perspektif baru dalam menilai kinerja organisasi. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan. Valume 1.

Handoko T. H. (2001). Manajemen personalia dan sumber daya manusia, Yogyakarta : Penerbit BPFE.

Husein, U. (2005). Evaluasi kinerja perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kaplan, R. S., Norton, D. P. (2000). The strategy focus organization: how balanced scorecard companies in

the new environment, USA: Harvard Business School Press.

Luis, S.dan Prima A.B. (2007). Step by step in cascading: balanced scorecard to functional scorecards,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mangkunegara, A. P. (2005). Manajemen sumber daya manusia perusahaan, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyadi. (2001). Alat manajemen kontemporer untuk pelipatgandaan kinerja keuangan perusahaan,

Jakarta: Salemba Empat.

. (2007). Sistem manajemen strategik berbasis balanced scorecard, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Pasla, Peter R. Yosi. (2000). Balanced scorecard: menerapkan strategi menjadi aksi, Jakarta: Erlangga.

Ruky S. Ahmad. (2002). Sistem manajemen kinerja, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. (2005). Pengantar manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora, Henry. (2004). Manajemen sumber daya manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen sumber daya manusia, Program Pascasarjana, Unkris, Jakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. (2009). Pengukuran kinerja dengan balanced scorecard, Jakarta: Gramedia.

www.kspbalota.com

D o k u m e n

UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KSP Balo’ta Biodata Penulis:

Fransiskus Randa: Staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Makassar, email:

[email protected]. S1 dan S2 diditempuh pada Universitas Hasanuddin sedang S3 pada program Doktor Ilmu

Akuntansi Universitas Brawijaya.

Ronald Randa Pakiding : Alumni Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya,

Makassar, email: [email protected]