Upload
ugm
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0721401011
PENDAHULUAN
Dalam kajian manajemen strategik, pengukuran
hasil (performace) memegang peran sangat penting, karena
ini tidak saja berkaitan dengan penentuan keberhasilan
akan tetapi menjadi ukuran apakah strategi berhasil
atau tidak. Artinya hasil akan dijadikan ukuran apakah
strategi berjalan baik atau tidak; bila organisasi
tidak dapat mencapai hasil maka diagnosa pertama
menunjukkan bahwa strategi tidak berjalan. Dalam
ukuran yang dinilai tradisionil, ROI (Return
Investment) mengandung berbagai kelemahan. Kelemahan
ini bagaimanapun memaksa praktisi memikirkan ukuran
yang lebih komprehensif yang dapat digunakan. Di
Amerika, misalnya, dikenal Malcolm Baldrige National Quality
yang setiap tahunnya memberikan penghargaan melalui
acara yang sangat bergengsi. Bagaimanapun program
seperti di atas berpengaruh terhadap kinerja bisnis.
Sejumlah korporasi turut serta dalam penilaian dan
hasil penilaian tim independen dengan menggunakan
prinsip Malcom Baldrige National Quality dimana
hasilnya tiap tahun diumumkan. Sepanjang ini program
ini diyakini telah meningkatkan daya saing bisnis
Amerika di pasar global, karena program ini telah
meningkatkan kualitas bisnis. Adapun perspektif bisnis
yang dikembangkan dalam program ini adalah :
Fokus kepada hasil pelanggan,
Hasil barang dan jasa
Hasil keuangan dan pasar Dosen Fakultas Ekoni,
Jurusan Manajemen
Hasil sumberdaya manusia
Ketertarikan hasil organisasi, termasuk
pengukuran kinerja perusahaan
Tatakelola dan tanggungjawab sosial.
Dari 6 fokus yang ada di atas, selanjutnya Program ini
mendeskripsikan 11 komponen yang harus ditunjukkan
agar perusahaan dapat memberikan nilai.
Sama halnya dengan itu, di Indonesia dikenal satu
ukuran Program Proper yang dikembangkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup. Ukuran ini pada dasarnya
fokus kepada evaluasi aktivitas nyata perusahaan dalam
menerapkan manajemen lingkungan. Setiap tahun
perusahaan yang tergabung dalam program dievaluasi dan
diberi peringkat mulai dari emas, hijau, biru, merah
dan hitam. Masing-masing kriteria ini terkait dengan
penerapan manajemen lingkungan. Adapun publikasi dari
Proper menunjukkan seberapa pedulli satu perusahaan
terhadap penerapan manajemen lingkungan. Kriteria
penerapan manajemen lingkungan ternyata menjadi isu
sentral dalam pengembangan bisnis modern sehingga
harus dinyatakan menjadi satu ukuran.
Bagaimanapun bisnis ataupun organisasi semakin
berkembang maju, pesat sehingga ukuran ROI dinilai
tidak saja tidak cukup akan tetapi dinilai tidak
menggambarkan kondisi riil dan masa depan yang memadai
sebagai satu ukuran dari perusahaan yang
menggunakannya. Adapun Kaplan dan Norton yang
mempublikasikan pertama kali tentang Balance scorecard
(BSC) yang kemudian berkembang pesat, dan sampai akhir
ini Kaplan telah melembagakan BSC dan mempublikasikan
hasil pengamatannya setiap tahun. Berbagai publikasi
Kaplan dan Norton yang berkaitan dengan BSC pada
dasarnya dimaksudkan untuk membangun pemahaman dan
pengalaman penggunaan BSC. Publikasi ini seperti yang
berkaitan dengan Alligment, Strategy, Strategy Maps dan
sebagai bagian daripada Strategic Management. Adapun upaya
yang dilakukan mereka semakin meyakinkan bahwa
keberadaan daripada BSC lebih daripada sekedar alat
ukur, namun menjadi bagian daripada strategi.
(http://sulut.kemenag.go.id/file/file/minahasa/
dvnm1332830077.pdf)
PEMBAHASAN
Balance Scorecard - Pengertian
Pada awalnya, Balanced Scorecard diciptakan untuk
mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran
kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada perspektif
keuangan saja dan cenderung mengabaikan perspektif non
keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (1996),
menyimpulkan bahwa hasil studinya tersebut untuk
mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan
ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif
yaitu perspektif keuangan, pelanggan/konsumen, proses
internal bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu
balanced dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor,
maksudnya adalah kartu skor yang akan digunakan untuk
merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan
datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya
adalah untuk mengukur kinerja seseorang diukur secara
berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non
keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern (Mulyadi, 2005).
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria yaitu:
1. Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang
dari masing-masing perspektif (outcomes) dan mekanisme
untuk mencapai tujuan tersebut (performance driver)
2. Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam
suatu hubungan sebab akibat (cause and effect
relationship)
3. Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan
seperti peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan
pelanggan, atau inovasi yang dilakukan harus berdampak
pada peningkatan pendapatan perusahaan.
Keunggulan dan kelemahan metode balanced scorecard
Keunggulan balanced scorecard
Balanced scorecard memiliki keunggulan yang
menjadikan sistem manajemen strategi sekarang berbeda
secara signifikan dengan sistem manajemen strategi
dalam sistem manajemen tradisional.
Keunggulan itu menurut Mulyadi (2001 : 18), adalah :
1. Komprehensif
Balanced scorecard memperluas perspektif yang
dicakup dalam perencanaan strategi dari yang
sebelumnya terbatas hanya pada perspektif keuangan,
meluas menjadi tiga perspektif yang lain : costumer,
proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan
pembelajaran.
Dengan perluasan perspektif rencana strategi
keperspektif non keuangan akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
A. Menjadikan kinerja keuangan yang berlipat ganda
dan berjangka penjang
B. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan
bisnis yang kompleks.
Untuk menghasilkan keberhasilan dalam kinerja
keuangan, balanced scorecard akan memotivasi
personel untuk mengarahkan usahanya kesasaran–
sasaran strategi yang menjadi penyebab utama
berhasilnya kinerja keuangan. Perusahaan harus mampu
menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan value
yang terbaik bagi costumer yang dihasilkan dari
personel yang produktif dan berkomitmen. Kinerja
seperti diatas akan memberikan kinerja keuangan yang
sesungguhnya, yang berasal dari usaha nyata dalam
bisnis, serta memberikan kinerja keuangan yang
berlipat ganda dan berjangka panjang.
2. Koheren
Balanced scorecard akan membangun hubungan sebab
akibat diantara beebagai sasaran strategi yang
dihasilkan dalam perencanaan strategi. Setiap
sasaran strategi harus mempunyai hubungan kausal
dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun
tidak secara langsung. Sebagai contoh, sasaran
penyebab diwujudkannya sasaran strategi diperspektif
proses bisnis intern atau costumer akan menjadi
penyebab secara langsung diwujudkannya sasaran
strategi diperspektif keuangan karena perusahaan
adalah institusi pencipta kekayaan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3. Seimbang
Balanced scorecard akan memberikan gambaran
mengenai tujuan dan cara pencapaian tujuan tersebut
secara seimbang, terutama jika dikaitkan antara
perspektif satu dengan yang lainnya. Masing–masing
perspektif mempunyai suatu tinjauan pokok yang
hendak dicapai:
Financial returns yang berlipat ganda dan
berjangka panjang adalah tujuan dari perspektif
keuangan.
Produk dan jasa yang mampu menghasilkan value
yang terbaik bagi costumer adalah tujuan dari
perspektif pelanggan.
Proses yang produktif dari cost effective adalah
tujuan dari perspektif bisnis / intern.
Sumber daya manusia yang produktif dan
berkomitmen adalah tujuan dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategi yang diabaikan oleh
sistem perencanaan strategi menjanjikan ketercapaian
berbagai sasaran strategi yang dihasilkan oleh
sistem tersebut. Balanced scorecard mengukur
sasaran– sasaran strategi yang sulit untuk diukur.
Sasaran–sasaran strategi diperspektif costumer,
proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan
pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah
diukur, namun dalam pendekatan balanced scorecard,
sasaran diketiga perspektif non keuangan tersebut
ditentukan ukurannya agar dapat dikelola sehingga
diwujudkan. Dengan demikian keterukuran sasaran
strategi non keuangan akan menjanjikan perwujudan
kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka
panjang.
Kelemahan balanced scorecard
Balanced scorecard merupakan perkembangan baru
dalam dalam suatu manajemen perusahaan yaitu sebagai
sarana pengukuran kinerja yang telah dicapai, dan
harus kita sadari bahwa masih banyak permasalahan yang
belum dapat dipecahkan dengan balanced scorecard,
misalnya :
1. Balanced scorecard belum dapat menetapkan secara
tepat sistem kompensasi yang biasanya merupakan
tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
2. Bentuk organisasi yang cocok untuk perkembangan
proses dalam organisasi. Empat perspektif dalam
balanced scorecard merupakan indikator yang saling
berpengaruh (hubungan sebab akibat), sehingga
diperlukan suatu wadah struktur yang dapat
memberikan umpan balik kepada semua ini.
3. Belum adanya standart ukuran yang baku terhadap
hasil penilaian kinerja perusahaan dengan metode
balanced scorecard.
Kriteria dan Perspektif Balance Scorecard
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria antara lain:
Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka
panjang dari masing-masing perspektif (outcomes)
dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut
(performance driver) .
Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen
dalam suatu hubungan sebab akibat (cause and
effect relationship).
Terkait dengan keuangan, artinya strategi
perbaikan seperti peningkatan kualitas, pemenuhan
kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan
harus berdampak pada peningkatan pendapatan
perusahaan.
Kriteria tersebut sebenarnya merupakan penjabaran dari
apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan dalam
jangka panjang, yang digolongkan menjadi empat
perspektif yang berbeda yaitu :
1 Perspektif finansial yaitu Bagaimana kita berorientasi
pada para pemegang saham.
2 Perspektif customer adalah Bagaimana kita bisa menjadi
supplier utama yang paling bernilai bagi para customer.
3 Perspektif proses, bisnis internal, yakni Proses bisnis apa
saja yang terbaik yang harus kita lakukan, dalam
jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai
tujuan finansial dan kepuasan customer.
4 Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ialah Bagaimana
kita dapat meningkatkan dan menciptakan value secara
terus menerus,terutama dalam hubungannya dengan
kemampuan dan motivasi karyawan.
Dalam Balanced Scorecard, keempat persektif tersebut
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Keempat perspektif tersebut juga merupakan indikator
pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan saling
memiliki hubungan sebab akibat.
Pengukuran ke-empat prespektif tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut :
1 Perspektif Financial menurut Kaplan (Kaplan, 1996)
pada saat perusahaan melakukan pengukuransecara
finansial, maka hal pertama yang harus dilakukan
adalah mendeteksikeberadaan industri yang
dimilikinya. Kaplan menggolongkan tiga tahap
perkembanganindustri yaitu; growth, sustain, dan harvest.
Dari tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan
diperlukan strategi-strategi yang berbeda-beda.
Dalam perspektif finansial, terdapat tiga aspek dari
strategi yang dilakukan suatu perusahaan; (1)
pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki
suatu organisasi bisnis, (2) penurunan biaya dan peningkatan
produktivitas, (3) penggunaan aset yang optimal dan strategi
investasi.
2 Perspektif Customer, dalam perspektif customer ini
mengidentifikasi bagaimana kondisi customer mereka
dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan
untuk bersaing dengan kompetitor mereka. Segmen yang
telah mereka pilih ini mencerminkan keberadaan
customer tersebut sebagai sumber pendapatan mereka.
Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan
lima aspek utama (Kaplan,1996:67); yaitu
◦ pengukuran pangsa pasar, pengukuran terhadap besarnya
pangsa pasar perusahaan mencerminkan proporsi
bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang
diungkapkan dalam bentuk uang, jumlah customer,
atau unit volume yang terjual atas setiap unit
produk yang terjual.
◦ customer retention, pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan bisnis
dengan jumlah customer yang saat ini dimiliki
oleh perusahaan.
◦ customer acquisition, pengukuran dapat dilakukan
melalui prosentase jumlah penambahan customer
baru dan perbandingan total penjualan dengan
jumlah customer baru yang ada.
◦ customer satisfaction, pengukuran terhadap tingkat
kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam teknik diantaranya adalah : survei
melalui surat (pos), interview melalui telepon,
atau personal interview.
◦ customer profitability, pengukuran terhadap customer
profitability dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik Activity Based-Costing (ABC).
3 Perspektif Proses Bisnis Internal, dalam perspektif
ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik
manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu
produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi
customer dan juga para pemegang saham. Dalam hal ini
perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama
yaitu: proses inovasi, proses operasi, proses pasca
penjualan.
4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, Perspektif
yang terakhir dalam Balanced Scorecard adalah
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan
(Kaplan,1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu
organisasi bisnis untuk terus memperhatikan
karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan
meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan
meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk
berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga
perspektif di atas dan tujuan perusahaan.
Proses Manajemen dalam Balanced Scorecard
Ada empat proses manajemen yang baru yang
diperkenalkan melalui balanced scorecard dalam
memberikan kontribusi untuk menghubungkan strategi
jangka panjang dengan tindakan-tindakan dalam jangka
pendek, yaitu :
1) Translating the vision
Proses yang pertama ini membantu manajer dalam
membangun suatu konsensus atau persetujuan
mengenai visi dan strategi perusahaan. Pernyataan
visi dan strategi tersebut harus mencerminkan
susunan tujuan dan pengukuran yang terorganisasi
serta mendipenelitiankan faktor pendorong jangka
panjang meraih kesuksesan.
2) Communicationg and Lingking
Strategi yang telah ditentukan dikomunikasikan
untuk mendapatkan keselarasan tujuan dari atas ke
bawah dalam lingkup organisasi terhadap bagian-
bagian tertentu serta tujuan individu. Proses ini
juga mengkaitkan antara kompensasi dengan
pengukuran kinerja serta pemberdayaan pekerja
melalui pendekatan dan komunikasi yang terbuka
tentang strategi.
3) Business Planning
Proses ini memampukan perusahaan untuk
mengintegrasikan perencanaan bisnis dengan sumber
daya finansialnya. Yang termasuk dalam proses ini
adalah menetapkan sasaran, mengindentifikasikan
inisiatif strategi dengan jelas, mengalokasikan
sumber daya perusahaan yang ada serta
menghubungkan anggaran dengan tujuan strategi
jangka panjang.
4) Feedback and Learning
Peninjauan dan pembelajaran terhadap strategi
terus dilaksanakan oleh perusahaan secara
berkelanjutan melalui adanya umpan balik
( feedback).
(http://www.ibn.ac.id/journal/Ferdinandus_Agung/Ferdinandus_Agung_Balanced_Scorecard_Sebagai_Alat_Pengukuran_Kinerja_Manajemen_(Studi_Kasus_PT_Makro_Indonesia_Cabang_Pasar_Rebo_Jakarta).pdf)
Permasalahan yang timbul dalam penerapan Balanced
Scorecard dan banyak dihadapi oleh perusahaan yang
ingin sekali menerapkan Balanced Scorecard dalam
sistem manajemennya antara lain adalah :
1 Bagaimana mendesain sebuah scorecard, Desain
scorecard yang baik pada dasarnya adalah desain yang
mencerminkan tujuan strategik organisasi. Beberapa
perusahaan di Amerika telah mencoba mendesain sebuah
scorecard penilaian kinerja berdasarkan kategori-
kategori yang diungkapkan oleh Kaplan & Norton.
Dalam prakteknya, masih banyak perusahaan yang tidak
dapat merumuskan strateginya dan memiliki strategi
yang tidak jelas sama sekali. Hal ini tentu saja
akan menyulitkan desain scorecard yang sesuai dengan
tujuan strategik perusahaan yang ingin dicapai.
2 Banyaknya alat ukur yang diperlukan, Banyaknya alat
ukur yang dikembangkan oleh perusahaan tidak menjadi
masalah yang terpenting adalah bagaimana alat ukur-
alat ukur yang ada tersebut bias mencakup
keseluruhan strategi perusahaan terutama dapat
mengukur dimensi yang terpenting dari sebuah
strategi. Tetapi hal yang harus diingat adalah bahwa
alat ukur tersebut dapat menjangkau perspektif
peningkatan kinerja secara luas dengan pengukuran
minimal.
3 Apakah Scorecard cukup layak untuk dijadikan penilai
kinerja. Layak atau tidaknya scorecard yang dibentuk
oleh perusahaan akan tergantung pada nilai dan
orientasi strategi perusahaan yang bersangkutan.
Pada beberapa perusahaan di Amerika, mereka lebih
memperhatikan nilai-nilai yang secara eksplisit dan
kuantitatif dikaitkan dengan strategi bisnis mereka.
4 Perlunya Scorecard dikaitkan dengan gainsharing
secara individu, Banyak perusahaan di Amerika yang
menghubungkan antara kinerja dalam Balanced
Scorecard dengan pembagian keuntungan (gainsharing)
secara individual. Tetapi haruslah diingat bahwa
dasar pembagian keuntungan (gainsharing) tersebut
adalah seberapa besar dukungan inovasi atau
perubahan kultur yang diberikan oleh individu kepada
peningkatan kinerja perusahaan.
5 Apakah scorecard yang ada dapat menggantikan
keseluruhan sistem manajemen lama, Dalam prakteknya,
sangat sulit mengganti sistem manajemen yang lama
dengan sistem manajemen yang sama sekali baru
(Balanced Scorecard), tetapi perusahaan diharapkan
dapat melakukannya apabila dirasa sistem manajemen
yang lama sudah tidak bisa mendukung tujuan
organisasi selama ini. Pada beberapa perusahaan di
Amerika yang berusaha menerapkan konsep Balanced
Scorecard dalam perusahaannya, mereka memilih
menggabungkan antara sistem yang masih relevan
dengan pencapaian tujuan organisasi dengan system
Balanced Scorecard.
Salah satu kunci keberhasilan penerapan Balanced
Scorecard adalah adanya dukungan penuh dari setiap
lapisan manajemen yang ada dalam organisasi. Balanced
Scorecard tidak hanya berfungsi sebagai laporan saja
tetapi lebih dari itu, Balanced Scorecard haruslah
benar-benar merupakan refleksi dari sebuah strategi
perusahaan serta visi dari organisasi. Balanced
Scorecard dapat dipandang sebagai sebuah alat untuk
mengkomunikasikan strategi dan visi organisasi
perusahaan secara kontinyu. Ian Alliott, sebuah
perusahaan konsultan besar di Amerika, berhasil
mengidentifikasi empat langkah utama yang harus
ditempuh oleh perusahaan apabila perusahaan akan
menerapkan konsep Balanced Scorecard. Langkah-langkah
tersebut adalah :
Memperoleh kesepakatan dan komitmen bersama antara
pihak manajemen puncak perusahaan.
Mendesain sebuah model (kerangka) Balanced
Scorecard, yang memungkinkan perusahaan untuk
menentukan beberapa faktor penentu seperti tujuan
strategik, perspektif bisnis, indikator-indikator
kunci penilaian kinerja.
Mengembangkan suatu program pendekatan yang paling
tepat digunakan oleh perusahaan sehingga Balanced
Scorecard menjadi bagian dari kultur organisasi yang
bersangkutan. Konsep Scorecard yang dikembangkan
dapat dijadikan sebagai salah satu pengendali jika
terjadi perubahan kultur dalam perusahaan. Dengan
kata lain perusahaan haruslah memperhitungkan apakah
penerapan Balanced Scorecard akan mengakibatkan
perubahan yang cukup besar dalam organisasi
perusahaan.
Aspek penggunaan teknologi, Banyak perusahaan sudah
mulai menggunakan software komputer dalam menentukan
elemen-elemen scorecard dan mengotomatisasikan
pendistribusian data ke dalam scorecard. Data-data
scorecard, yang berwujud angka-angka pengukuran
tersebut, akan interview dari periode ke periode
secara terus-menerus.
(http://www.ekasulistiyana.web.id/artikel/kuliah/empat-perspektif-dalam-penerapan-balance-scorecard/)
Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan
Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang
multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk
mengukur semua bidang kinerja yang penting bagi
keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas
dikenal sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard
sekarang banyak digunakan sebagai untuk pengembangan
strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan
dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard
menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan
ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti
(indikator), sehingga strategi dapat dipahami,
dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian, berfungsi
untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator
memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan
strategi (Kaplan & Norton, 1996).
Balanced Scorecad telah banyak diterapkan sebagai
alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan
jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat
perspektif Balanced Scorecard. Pembahasan mengenai
pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced
Scorecard lebih sering dilakukan dalam konteks
penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang
bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations).
Jarang sekali ada pembahasanmengenai penerapan
Balanced Scorecard pada organisasi nirlaba (not-for-
profit organisations) atau organisasi dengan
karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai
relational contracting, yakni saat owner dan consumer
adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit
anggota menjadi prioritasnya yang utama (Merchant,
1998).
Pada organisasi-organisasi semacam ini,
keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan
pencapaian misi secara luas daripada sekedar perolehan
keuntungan. Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak
mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan
nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva
tidak berwujud seperti:
1. Ketrampilan, kompetensi, dan motivasi para
pegawai;
2. Database dan teknologi informasi;
3. Proses operasi yang efisien dan responsif;
4. Inovasi dalam produk dan jasa;
5. Hubungan dan kesetiaan pelanggan; serta
6. Adanya dukungan politis, peraturan perundang-
undangan, dan darimasyarakat (Kaplan dan Norton, 2000)
Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan
akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka
melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang
akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk
mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur,
demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode
yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina
dalam intangible assets seperti merk dan loyalitas
pelanggan.
KESIMPULAN
Balanced scorecard merupakan salah satu metode
pengukuran kinerja perusahaan yang sangat berguna bagi
para pimpinan perusahaan karena metode ini dapat
mengukur kinerja perusahaan secara komprehensif.
Balanced scorecard dalam aplikasinya dapat dipadukan
dengan metode penilaian manajemen lainnya seperti ISO,
analisa SWOT, Six Sigma dan tolok ukur keuangan
lainnya seperti Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS)
dan Economic Value Added (EVA). Penggunaan penilaian kinerja
secara terpadu akan memberikan manfaat yang sangat
besar bagi manajemen sebelum mengambil sebuah
keputusan bagi perusahaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, R. dan D. Norton., 1996. The Balanced Scorecard:Translating Strategy into Action, edisi satu. United States OfAmerica : Harvard Business School Press.
Kaplan, R. S and Norton, D.P., 2000. The Strategy-FocusedOrganization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in the NewBusiness Environment. Boston: Harvard Business
Merchant, K. A. (1998), Modern Management ControlSystem. Prentice Hall, Upper Saddle River.
Mulyadi. 2005. Alternatif Pemacuan Kinerja Personel denganPengelolaan Kinerja Terpadu Berbasis Balanced Scorecard. JurnalEkonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.20, No.3.Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/minahasa/dvnm1332830077.pdf
http://riskymahira.blogspot.com/2013/01/penerapan-balanced-scorecard-bsc-dalam.html
http://www.ibn.ac.id/journal/Ferdinandus_Agung/Ferdinandus_Agung_Balanced_Scorecard_Sebagai_Alat_Pengukuran_Kinerja_Manajemen_(Studi_Kasus_PT_Makro_Indonesia_Cabang_Pasar_Rebo_Jakarta).pdf