Upload
stt-migas
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Kimia Organik
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari
ilmu kimia mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi,
dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun
terutama oleh Karbon dan Hidrogen, dan dapat mengandung
unsur-unsur lain seperti Nitrogen, Oksigen, Fosfor,
Halogen dan Belerang. Definisi asli dari kimia organik
ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa
organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah
dibuktikan bahwa ada beberapa pengecualian. Bahkan
sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung pada kimia
anorganik. Sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan
kerjanya pada logam transisi seperti besi dan tembaga,
juga gigi dan tulang yang komposisinya merupakan campuran
dari senyama organik maupun anorganik. Contoh lainnya
adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam
proses pencernaan makanan yang hampir seluruh organisme
(terutama organisme tingkat tinggi) memakai larutan HCl
untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam
senyawa anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia anorganik
biasanya berkaitan dengan senyawa karbon yang sederhana
yang tidak mengandung ikatan antar karbon misalnya
Page1
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
oksida, garam, asam, karbid, dan mineral. Namun hal ini
tidak berarti bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal
dalam senyawa organik misalnya metan dan turunannya.
Terlepas dari bahan dasar karbon, kimia anorganik
hanya menguraikan senyawa karbon sederhana, dengan
struktur molekul yang tidak mengandung karbon menjadi
rantai karbon (seperti: dioksida, asam, karbonat,
karbida, dan mineral). Hal ini tidak berarti bahwa
senyawa karbon tunggal tidak ada (yaitu: metana dan
turunan sederhana). Biokimia sebagian besar menguraikan
kimia protein (dan biomolekul lebih besar). Karena sifat
yang spesifik, senyawa berantai karbon banyak menampilkan
keanekaragaman senyawa organik yang ekstrim dan penerapan
yang sangat luas. Senyawa-senyawa tersebut merupakan
dasar atau unsur pokok beberapa produk (cat, plastik,
makanan, bahan peledak, obat-obatan, petrokimia, beberapa
nama lainnya) dan (terlepas dari beberapa pengecualian)
bentuk senyawa merupakan dasar dari proses hidup.
Perbedaan bentuk dan reaktivitas molekul kimia
menetapkan beberapa fungsi yang mengherankan, seperti
katalis enzim dalam reaksi biokimia yang mendukung sistem
kehidupan. Pembiakan otomatis alamiah dalam kimia organik
dalam kehidupan seluruhnya. Kecenderungan dalam kimia
organik termasuk sintesis kiral, kimia hijau, kimia
Page2
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
gelombang mikro, fullerene (karbon alotropis) dan
spektroskopi gelombang mikro.
1.2. Senyawa Kimia
Senyawa kimia adalah zat kimia yang terbentuk dari
dua atau lebih unsur kimia, dengan rasio tetap yang
menentukan komposisi. Contohnya, dihidrogen monoksida
(air, H2O) adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua
atom hidrogen untuk setiap atom oksigen.
Umumnya, rasio tetap ini harus tetap karena sifat
fisikanya, bukan rasio yang dipilih manusia. Oleh karena
itu, material seperti kuningan, superkonduktor YBCO,
semikonduktor "aluminium galium arsenida", atau coklat
dianggap sebagai campuran atau aloy, bukan senyawa.
Ciri-ciri yang membedakan senyawa adalah dia
memiliki rumus kimia. Rumus kimia memerikan rasio atom
dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh
karena itu rumus kimia etena adalah C2H4 dan bukan C H 2.
Rumus kimia tidak menyebutkan apakah senyawa tersebut
terdiri atas molekul; contohnya, natrium klorida (garam
dapur, Na Cl adalah senyawa ionik.
Senyawa dapat wujud dalam beberapa fase. Kebanyakan
senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler dapat
juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai
menjadi senyawa yang lebih kecil atau atom individual
Page3
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
bila dipanaskan sampai suhu tertentu (yang disebut suhu
penguraian).
Pemanfaatan Senyawa Kimia Alami Sebagai Alternatif
Pengendalian Hama Tanaman.
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama
tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif.
Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas
terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus
menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan
meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian
yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh
karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara
ramah lingkungan, seperti penggunan pestisida nabati atau
biopestisida.
Selain dengan pestisida nabati ada salah satu cara
pengendalian hama tanaman secara ramah lingkungan yaitu
dengan memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat
dalam tumbuhan dan serangga (hama). Serangga menggunakan
senyawa kimia untuk berkomunikasi dengan serangga lain,
demikian juga dengan tumbuhan memiliki senyawa kimia yang
dikeluarkan untuk menarik serangga penyerbuk
(attractant), ataupun untuk mempertahankan diri
(protectant). Dengan memanipulasi senyawa-senyawa yang
dihasilkan oleh serangga ataupun tanaman diharapkan akan
Page4
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
dapat menurunkan populasi hama dengan cara menghambat
kehadiran hama tersebut dalam suatu areal pertanaman
budidaya.
Sebelum dijelaskan tentang cara memanipulasi senyawa
kimia yang disekresikan oleh serangga dan tumbuhan untuk
pengendalian hama, perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai jenis-jenis senyawa kimia tersebut.
1.3. Senyawa Organik
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia
yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida,
karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan
organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan
organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat,
merupakan komponen penting dalam biokimia.
Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah
senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus
fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang
mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa
heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam
struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang
gugus berulang.
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah
ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam
Page5
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam
lemak pertama, organik.
Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad
ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa organik hanya bisa
dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis
- life-force.
Adapun ciri khas daro atom karbon adalah sebagai berikut:
Atom karbon dengan nomor atom 6 mempunyai susunan
elektron K = 2, L = 4, jadi mempunyai 4 elektron valensi
dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen, serta dapat
digambarkan dengan rumus Lewis sebagai berikut, umpamanya
untuk CH4.
Diagram sederhana dari molekul metana
H H
\ /
C
/ \
H H
Empat ikatan kovalen dari molekul metana
Page6
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan untuk
membentuk ikatan dengan atom karbon lain membentuk rantai
karbon yang terbuka atau tertutup/berlingka.
Contoh-contoh rantai karbon dapat digambarkan dengan
rumus struktur :
| | | | |
- C - C - - C - C - C -
| | | | |
rantai terbuka rantai terbuka dan bercabang
| |
- C - C -
| |
- C - C -
| |
rantai tertutup
Sekarang terjawablah mengapa jumlah senyawa karbon
demikian banyaknya walaupun jumlah jenis unsur
pembentuknya sedikit.
1.4. Klasifikasi Hidrokarbon
Page7
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Kita mulai dengan klasifikasi hidrokarbon yang
merupakan senyawa yang hanya tersusun oleh karbon dan
hidrogen. Sedangkan senyawa karbon lainnya dapat
dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon. Hidrokarbon
masih dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: hidrokarbon
alifatik, termasuk di dalamnya adalah yang berantai lurus,
yang berantai cabang, dan rantai melingkar, dan kelompok
kedua, hidrokarbon aromatik yang mengandung cincin atom
karbon yang sangat stabil.
Hidrokarbon alifatik masih dapat dibagi menjadi dua
kelompok berdasarkan kelipatan ikatan karbon-karbon;
hidrokarbon jenuh yang mengandung ikatan tunggal karbon-
karbon; dan hidrokarbon tak jenuh yang mengandung paling
sedikit satu ikatan rangkap dua karbon-karbon atau ikatan
rangkap tiga.
Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan
hidrogen. Bagian dari ilmu kimia yang membahas senyawa
hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon
disebut kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap
hanya dapat diperoleh dari tubuh makhluk hidup dan tidak
dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejaka
Friedrich Wohler pada tahun 1928 berhasil mensintesis
urea (suatu senyawa yang terdapat dalam air seni) dari
senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan
amonium sianat tersebut. Begitu keberhasilan Wohler
Page8
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
diketahui, banyaklah sarjana lain yang mencoba membuat
senyawa karbon dari senyawa anorganik. Lambat laun teori
tentang daya hidup hilang dan orang hanya menggunakan
kimia organik sebagai nama saja tanpa disesuaikan dengan
arti yang sesungguhnya. Sejaka saat itu banyak senyawa
karbon berhasil disintesis dan hingga sekarang lebih dari
2 juta senyawa karbon dikenal orang dan terus bertambah
setiap harinya. Apa sebabnya jumlah senyawa karbon
sedemikian banyak bila dibandingkan dengan jumlah senyawa
anorganik yang hanya sekitar seratus ribuan.
Selain perbedaan jumlah yang sangat mencolok yang
menyebabkan kimia karbon dibicarakan secara tersendiri ,
karena memang terdapat perbedaan yang sangat besar antara
senyawa karbon dan senyawa anorganik seperti yang
dituliskan berikut ini.
Tabel 1.1 Perbedaan antara Senyawa Karbon dan Senyawa
Anorganik
Senyawa karbon Senyawa anorganik
membentuk ikatan
kovalen
dapat membentuk rantai
karbon
membentuk ikatan ion
tidak dapat membentuk
rantai karbon
elektrolit
Page9
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
non elektrolit
reaksi berlangsung
lambat
titik didih dan titik
lebur rendah
larut dalam pelarut
organic
reaksi berlangsung
cepat
titik didih dan titik
lebur tinggi
larut dalam pelarut
pengion
Hidrokarbon (HC) merupakan golongan senyawa yang banyak
terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak
menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas,
dan aspal.
Page10
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
BAB II
ALKANA
2.1. Pendahuluan
Alkana adalah sebuah Hirokarbon jenuh alisiklik.
Alkana termasuk senyawa alifatik. Dengan kata lain,
alkana adalah sebuah rantai karbon panjang dengan ikatan-
ikatan tunggal.
Pelajaran kimia organik selalu dimulai dengan
pembahasan mengenai alkana karena :
Page11
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
1. Alkana merupakan bahan baku utama bagi pembuatan
senyawa-senyawa organik yang lain.
2. Tata nama alkana merupakan dasar dari nama-nama
seluruh senyawa organik.
3. Berdasarkan struktur molekul, golongan-golongan
senyawa organik dapat dianggap sebagai turunan dari
alkana.
2.2. Pengertian Alkana
Alkana adalah senyawa-senyawa hidrokarbon yang seluruh
ikatannya jenuh (tunggal). Dalam molekul alkana tidak
ada ikatan rangkap.
Methana merupakan salah satu hidrokarbon dari golongan
alkana. Urutan nama-nama hidrokarbon golongan alkana
adalah metana, etana, propana, butana, pentana, heksana,
heptana, oktana, nonana, dekana dan seterusnya. Rumus
umum alkana adalah CnH2n+2. Methana adalah golongan
alkana yang memiliki satu buah atom karbon C. Dengan
rumus diatas maka rumus methana adalah CH4. Pada suhu STP
(Standard Temperature Pressure) gas metan ini berwujud gas.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama untuk
bahan bakar, gas metana ini harus dicairkan terlebih dulu
disebut Gas Alam Cair atau lebih dikenal dengan LPG
(elpiji).
Page12
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Reaksi pembakaran hidrokarbon selalu menghasilkan karbon
dioksida dan air. Sangat mudah terbakar merupakan salah
satu sifat methana.
Hidrokarbon yang paling sederhana merupakan suatuderet senyawa yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang disebutalkana atau parafin. Suku pertama sampai dengan sukukesepuluh dari senyawa alkana dapat diperoleh denganmensubstitusi harga n seperti dalam table erikut.
Tabel 2.1. Suku pertama sampai suku kesepuluh senyawa alkana
Suku ke -
n
Rumus
molekul
Nama
Alkana
Titik
Didih
(oC/atm)
Massa 1
mol dalam
gram
1 CH4 Metana -161 16
2 C2H6 Etana -89 30
3 C3H8 Propana -44 44
4 C4H10 Butana -0,5 58
5 C5H12 Pentana 36 72
6 C6H14 Heksana 68 86
7 C7H16 Heptana 98 100
8 C8H18 Oktana 125 114
9 C9H20 Nonana 151 128
Page13
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
10 C10H22 Dekana 174 142
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat kita amati
bahwa selisih antara rumus molekul pertama dan berikutnya
selalu sama yaitu CH2 dan pada kolom massa 1 mol dalam
gram selisih dari suku pertama ke suku berikutnya selalu
sama yaitu 14 satuan massa atom. Dengan adanya
kecenderungan kesamaan antara suku pertama ke suku
berikutnya, maka deret ini biasa juga disebut deret
homolog (deret sepancaran).
Alkana atau parafin merupakan senyawa penting bahan bakar
dan sebagai bahan mentah untuk mensintesis senyawa-
senyawa karbon lainnya. Alkana merupakan salah satu
senyawa Hidrokarbon (HC) yang banyak terdapat dalam
minyak bumi dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian
yang lebih spesifik dengan menggunakan Distilat
bertingkat. Suku pertama sampai dengan suku ke-empat
senyawa alkana berwujud gas pada suhu kamar. Metana biasa
juga disebut gas alam yang banyak digunakan sebagai bahan
bakar rumah tangga / industri. Gas propana dapat
dicairkan pada tekanan tinggi dan digunakan pula sebagai
bahan bakar yang disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
LPG dijual dalam tangki-tangki baja dan diedarkan ke
Page14
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
rumah-rumah. Gas butana lebih mudah mencair daripada
propana dan digunakan sebagai “geretan” rokok. Oktana
mempunyai titik didih yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu tinggi terdapat
dalam kerosin (minyak tanah), bahan bakar diesel, bahan
pelumas dan parafin yang banyak digunakan untuk membuat
lilin.
Bagaimana sifat-sifat senyawa karbon yang termasuk
dalam satu deret homolog seperti yang telah kita pelajari
sebelumnya. Coba kembali perhatikan table tersebut di
atas dimana terdapat salah satu sifat yaitu titik didih.
Titik didih akan semakin tinggi apabila Massa molkul
relatifnya juga semakin besar. Hal ini menggambarkan
bahwa wujud gas akan berubah pada suhu kamar menjadi
wujud cair dan selanjutnya akan menjadi padat.
Dalam kimia karbon merupakan salah satu hal penting
bagi kita untuk dapat menuliskan rumus molekul dan rumus
struktur dari suatu senyawa. Rumus molekul menyatakan
banyaknya atom setiap unsur yang terdapat dalam suatu
molekul. Sedangkan rumus struktur menggambarkan bagaimana
atom-atom tersebut terikat satu sama lain. Karena atom
karbon (C) merupakan unsure penyusun utama dari semua
senyawa karbon maka kita harus mampu menggambarkan rangka
karbon dalam suatu molekul senyawa karbon. Setiap atom
karbon dikelilingi secara tetrahedral oleh atom-atom
Page15
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
terikat dalam gambaran tiga dimensi. Akan tetapi biasanya
molekul-molekul senyawa karbon cukup digambarkan dengan
gambaran dua dimensi saja.
Sifat alkana sangat berhubungan dengan rantai
structural molekulnya. Jika rantai karbon dari suatu
gugus alkana atau memiliki rantai cabang, maka setelah
menuliskan rantai atom karbonnya tinggal menambahkan
atom-atom hydrogen pada ikatan atom karbon yang masih
kosong pada setiap atom karbon yang ada pada senyawa
tersebut.
Contoh:
1. Molekul Pentana
a. Buatlah rantai karbon untuk Pentana
│ │ │ │
│
─ C ─ C ─ C ─ C ─ C ─
│ │ │ │ │
b. Tambahkan atom-atom hydrogen pada ikatan atom karbon
yang masih kosong
H H H H
H
Page16
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
│ │ │ │
│
H ─ C ─ C ─ C ─ C ─ C ─ H
│ │ │ │
│
H H H H H
c. Rumusan tersebut di atas dapat dituliskan dalam
bentuk yang lebih sederhana seperti berikut:
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 atau CH3CH2CH2CH2CH3
Atau yang lebih sederhana lagi yaitu : C5H12
2.3. Tata Nama Alkana
Rumus umum untuk alkana adalah :
Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan rumus
CH4. Nama lain dari alkana adalah parafin. Mulai dari
butana, alkana dengan rantai karbon tidak bercabang
diberi awalan n- (normal) untuk dapat membedakannya
dengan alkana lain yang memiliki rantai cabang dengan
jumlah atom Carbon pada rantai induknya sama. Penamaan
ini sangat penting karena ada alkana yang merupakan
Page17
CnH2n+2
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
isomer rantai lurus dan ada juga rantai cabang yang
memiliki sifat yang berbeda.
Seluruh anggota alkana berakhiran –ana. Rantai
Carbon lurus Alkana dengan jumlah atom 1 – 4 disebut
Metana (CH4), Etana (C2H6), Propana (C3H8), Butana (C4H10).
Berikut langkah-langkah yang digunakan dalam
pemberian nama untuk gugus alkana yang memiliki rantai
cabang:
1. Cari rantai karbon terpanjang
2. Beri nomor pada rantai tersebut dimulai dari
ujung yang paling dekat dengan rantai cabang
3. Beri nama pada cabang-cabangnya (gugus alkil)
4. Penamaan alkana dimulai dari nomor terdapatnya
rantai cabang, nama cabang dan nama rantai
utama/terpanjang dari isomerisasi tersebut.
Contoh:
CH3 CH3
1. CH3 – C – CH2 – CH – CH3 : 2,2,4 - trimetil
pentana (iso oktana)
CH3
Page18
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3
2. CH3 – C – CH3 : 2,2,- dimetil propane
(neopentana)
CH3
C2H5 CH3
3. CH3 – C – CH2 – CH2 – CH – CH2 –CH3 :2,2,5 –
trimetil heptana
CH3
Jika kita sudah memahami cara membuat rumusan
sederhana dari gugus alkana, sekarang mari kita
mempelajari bagaimana member nama pada isomer butana
tersebut. Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut,
marilah kita gunakan aturan tata nama yang diterbitkan
IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry).
Rantai karbon terpanjang dalam suatu molekul
ditentukan sebagai rantai induk. Carilah namanya pada
tabel suku pertama sampai suku ke-sepuluh senyawa alkana
dan letakkan di bagian belakang.
Untuk isomer bercabang diberi nama sebagai turunan
rantai lurus dimana satu atau beberapa atom hydrogen
diganti dengan pecahan alkana. Pecahan alkana ini disebut
Page19
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
gugus alkil dan biasa dituliskan dengan symbol – R (dari
kata radikal) dan mempunyai rumus umum:
Jika n diganti dengan angka-angka maka akan diperoleh
rumusan struktur sederhana seperti pada tabel berikut.
Tabel. 2.2. Beberapa Gugus Alkil
Guguske-n
R (gugusalkil)
(- CnH2n+1)
Rumus struktur terinci Rumus struktursederhana Nama
1 - CH3
H
│
─ C ─ H
│
H
- CH3 Metil
2 - C2H5
H H
│ │
─ C ─ C ─
- CH2-CH3 Etil
Page20
CnH2n+1
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
H
│ │
H H
3 - C3H7
H H H
│ │ │
─ C ─ C ─ C─ H
│ │ │
H H H
- CH2-CH2-CH3 Propil
4 - C4H9
H H H H
│ │ │ │
─ C ─ C ─ C ─ C ─H
│ │
-CH2-CH2- CH2-CH3 Butil
Page21
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
│ │
H H H H
5 - C5H11
H H HH H
│ │ ││ │
─ C ─ C ─ C ─ C ─ C─ H
│ │ ││ │
H H HH H
-CH2-CH2- CH2- CH2-CH3
Pentil
Demikian penamaan untuk gugus alkil berikutnya, akan
tetapi perlu juga diketahui bahwa alkil sebagai rantai
cabang tentunya jarang yang rantai atom karbonnya
panjang. Dalam pemberian nama pada gugus alkana, letakkan
nama gugus cabang ini di depan nama rantai induknya.
Perbedaan rumus struktur alkana dengan jumlah atom C
yang sama akan menyebabkan perbedaan sifat pada alkana
yang bersangkutan. Banyaknya kemungkinan struktur senyawa
karbon, menyebabkan perlunya pemberian nama yang dapat
menunjukkan jumlah atom C dan rumus strukturnya. Aturan
Page22
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
pemebrian nama pada hidrokarbon telah dikeluarkan oleh
IUPAC dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara
Internasional.
Adapun aturan tata nama alkana tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Rantai tidak bercabang (rantai lurus)
Jika rantai karbon terdiri dari empat atom karbon
atau lebih, maka nama alkananya diberi awalan n-
(normal).
Contoh:
a. CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3 : n – pentana
b. CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3 : n – heksana
2. Jika rantai karbon tersebut memiliki rantai cabang, maka:
a. Tentukan rantai induk
yaitu rantai atom karbon (C) terpanjang mulai
dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Rantai
induk tersebut diberi nama alkananya sesuai
dengan jumlah atom karbonnya.
Contoh:
CH3 ─ CH ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3
│
CH3
Page23
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Dari rumus bangun tersebut di atas, kita dapatmenentukan bahwa rantai induk terdiri dari 7atom karbon ( C ), sehingga diberi namaHeksana.
b. Penomoran
Berilah nomor pada rantai induk dari ujung yang
paling dekat dengan rantai cabang.
Contoh:
1CH3 ─ 2CH ─ 3CH2 ─ 4CH2 ─ 5CH2 ─
6CH2 ─ 7CH3
│
CH3
Penomoran pada rumusan di atas, kita mulai dari
sebelah kiri karena rantai cabang lebih dekat
ke ujung sebelah kiri.
c. Tentukan cabang
Yaitu atom C yang terikat pada rantai karbon
induk. Rantai cabang yang dihasilkan dari
struktur seperti ini adalah gugus alkil
kemudian berilah nama pada gugus alkil tersebut
sesuai dengan struktur alkilnya.
Page24
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Tabel 2.3. Nama Alkil
Gugus Alkil Nama Alkil
CH3 – Metil
CH3 – CH2 – atau C2H5 – Etil
CH3 – CH2 – CH2 – atau C3H7
–Propil
CH3 – CH –
CH3Isopropil
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – atau
C4H9 –Butil
CH3 – CH – CH2 –
CH3Isobutil
CH3 – CH2 – CH –
CH3
Sekunder
Butil
CH3
CH3 – C –
CH3
Tersier
Butil
d. Urutan penulisan nama
Urutan penulisan nama untuk alkana bercabang
dapat diurutkan seperti berikut:
Nomor cabang – nama cabang – nama rantai induk.
Page25
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Apabila terdapat lebih dari satu alkil sejenis,
maka tuliskanlah nomor-nomor cabang dari alkil
sejenis dan berikanlah nama pada awalan alkil
tersebut dengan di (dua), tri (tiga), tetra
(empat), penta (lima) dan seterusnya.
Contoh: 1CH3 ─ 2CH ─ 3CH ─ 4CH2 ─
5CH2 ─ 6CH2 ─ 7CH3
│ │
CH3 CH3
Berdasarkan rumusan struktur yang ada, kita
dapat memberikan penamaan sesuai dengan aturan
yang ada di atas, sehingga nama dari struktur
tersebut adalah : 2,3 – dimetil heptana.
3. Tambahan untuk penomoran khusus
a. Jika terdapat beberapa pilihan rantai induk
yang sama panjang, maka pilihlah rantai induk
yang memiliki cabang lebih banyak.
Contoh:
Page26
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
I. CH2 ─ CH3
│1CH3 ─ 2CH ─ 3CH ─ 4CH2 ─
5CH3
│
CH3
II. 2CH2 ─ 1CH3
│
CH3 ─ CH ─ 3CH ─ 4CH2 ─ 5CH3
│
CH3
Dari kedua jenis struktur alkana di atas, dapat
kita simpulkan bahwa pada struktur I Rantai
induk karbon = 5 dan memiliki 2 cabang (2 metil
dan 3 etil), sedangkan untuk struktur ke II
kita peroleh Rantai induk karbon = 5 dan
memiliki 1 cabang (isopropil). Berdasarkan
struktur tersebut, maka kita dapat menetapkan
bahwa struktur pertamalah yang memenuhi
ketentuan tersebut yaitu 3 – etil 2 – metil
pentana.
b. Gugus alkil dengan jumlah atom C yang lebih
banyak diberi nomor yang lebih kecil.
Page27
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Contoh :
CH2 ─ CH3
│1CH3 ─ 2CH2 ─ 3CH ─ 4CH ─ 5CH2
─ 6CH3
│
CH3
Coba perhatikan contoh di atas, jika penomoran
dimulai dari kiri, kita akan peroleh rantai
cabang gugus etil pada no.3, dan jika penomoran
dimulai dari kanan, kita akan peroleh rantai
cabang gugus metil pada no.3. Akan tetapi kita
perlu memahami bahwa sebagaimana ketentuan
sebelumnya bahwa penomoran rantai induk karbon,
dimulai dari ujung yang paling dekat dengan
rantai cabang yang memiliki atom C lebih
banyak. Dengan demikian kita dapat menentukan
bahwa untuk contoh soal di atas, penomoran yang
tepat adalah dari kiri ke kanan, yaitu 3 – etil
– 4 – metil heksana.
2.4. Pembuatan Alkana
Page28
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Sumber utama alkana adalah dari minyak bumi. Semua
bahan bakar yang kita gunakan sehari-hari seperti minyak
tanah, gas LPG, bensin, lilin dan lain-lain adalah
merupakan campuran alkana. Untuk memperoleh alkana yang
murni tanpa tercampur dengan alkana yang lain, berikut
adalah beberapa cara yang dapat digunakan.
1. Sintesis Wurtz
Cara ini ditemukan oleh Adolphe Wurtz (1817 – 1884)
dari Perancis. Jika alkilhalida (haloalkana)
direaksikan dengan logam Natrium maka terbentuklah
alkana. Pada sintesis Wurtz dua molekul alkilhalida
akan menghasilkan satu molekul alkana, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:
CH3 – Cl + Na
CH3 – CH3 + 2NaCl
CH3 – Cl + Na Etana
Atau dapat disederhanakan dengan rumusan:
2CH3 – Cl + Na CH3 – CH3 + 2NaCl
2. Sintesis Grignard
Page29
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Francois Auguste Victor Grignard (1871 – 1935)
memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1912, karena telah
menemukan suatu zat yang sangat berguna untuk
pembuatan senyawa – senyawa organic. Zat itu adalah
alkil magnesium halida (RMgX) yang sekarang kita kenal
dengan nama senyawa Grignard. Senyawa Grignard jika
direaksikan dengan air akan menghasilkan alkana.
Contoh:
1. CH3 Mg Br + H2OCH4 + MgOHBr
Metil Magnesium Bromida Metana
2. CH3 CH2 Mg I + H2O CH3 –CH3 + MgOHI
Etil magnesium Iodida Etana
3. Sintesis Dumas
Cara ini diperkenalkan oleh Jean Andre Dumas (1800 –
1884). Jika garam Natrium Karboksilat, misalnya
Natrium Asetat dipanaskan bersama-sama dengan NaOH
maka akan menghasilkan alkana, dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
O
Page30
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3 – C + NaOH CH4 + Na2CO3
ONa Metana
Natrium Asetat
(garam dari asam cuka)
Alkana yang terbentuk sesuai dengan alkil yangdikandung oleh garam Natrium karboksilat.
4. Mereaksikan Alkena dengan gas Hidrogen.
Contoh :
C2H4 + H2 C2H6
Etena Etana
2.5. Isomer Alkana
Atom C mampu membentuk senyawa hidrokarbon rantai
lurus maupun bercabang. Alkana dengan jumlah atom C yang
sama akan mempunyai struktur yang berbeda. Semakin banyak
jumlah atom C, maka akan semakin banyak pula struktur
molekul yang dapat dibentuk. Dua atau lebih senyawa yang
mempunyai rumus molekul sama tetapi mempunyai struktur
molekul yang berbeda dinamakan isomer.
Metana (CH4), etana (C2H6) dan propana (C2H6) tidak
mempunyai isomer karena hanya ada satu struktur yang juga
dapat dituliskan seperti berikut:
Metana : CH4
Page31
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Etana : CH3 – CH3
Propana : CH3 – CH2 – CH3
a. Butana (C4H10) mempunyai 2 isomer karena ada duastruktur yang dapat dibentuk yaitu:
1. CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 : n- butana
2. CH3 ─ CH ─ CH3 : 2 – metil propane
│
CH3
b. Pentana (C4H10) mempunyai 3 isomer yaitu:
1. CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 : n- pentane
2. CH3 ─ CH ─ CH2 ─ CH3 : 2 – metilbutana
│
CH3
CH3
│
3. CH3 ─ C ─ CH3 : 2,2 – dimetilpropana
│
CH3
Page32
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Uji pemahaman:
Buatlah masing-masing 4 isomerisasi dari Heksana dan Oktana.
Tabel 2.3. Jumlah Isomer Alkana untuk Sepuluh SukuPertama
Suku Rumusmolekul
JumlahIsomer Suku Rumus
molekulJumlahIsomer
1 CH4 1 6 C6H14 5
2 C2H6 1 7 C7H16 9
3 C3H8 1 8 C8H18 18
4 C4H10 2 9 C9H20 35
5 C5H12 3 10 C10H22 75
2.6. Penggunaan Alkana
Adapun penggunaan alkana dalam kehidupan sehari-hari
adalah sebagai berikut:
1. Metana : Zat bakar, sintesis dan carbon
black (tinta, cat, semir, ban)
2. Propana, Butana, Isobutana : Zat bakar LPG
3. Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut pada
sintesis
Tabel 2.4. Fraksi tertentu dari Distilasi langsung Minyak Bumi
Page33
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
TD
(oC)Jumlah C Nama Fraksi Penggunaan
< 30 1 – 4 Gas Bahan bakar gas
30 –
1805 – 10 Bensin Bahan bakar mobil
180–
23011 – 12 Minyak Tanah
Bahan bakar
memasak
230–
30513 – 17
Minyak Gas
RinganBahan bakar diesel
305–
40518 – 25
Minyak Gas
Berat
Bahan bakar
pemanas
2.7. Sifat-sifat Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh yang
seluruh ikatannya tunggal. Sebagai hidrokarbon jenuh,
alkana memiliki jumlah atom H yang maksimum. Alkana juga
dinamakan parafin (dari parum affinis), karena sukar
bereaksi dengan senyawa – senyawa lainnya. Kadang-kadang
alkana juga disebut sebagai hidrokarbon batas karena
batas kejenuhan atom-atom H telah tercapai.
Setiap senyawa yang merupakan anggota alkana
dinamakan suku. Suku alkana ditentukan oleh jumlah atom C
Page34
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
dalam senyawa tersebut. Suku pertama alkana adalah metana
(CH4). Dalam molekul metana satu ato C terikat pada empat
atom H.
Metana dapat menurunkan senyawa alifatik lainnya.
Jika satu atom H pada metana diganti dengan atom C, maka
akan terbentuk suku kedua alkana yaitu etana. Berdasarkan
tetravalensi atom C, maka atom C kedua akan mengikat 3
atom H sehingga rumus molekul etana adalah C2H6.
a. Sifat Fisik
1. Semua alkana merupakan senyawa polar sehingga sukar
larut dalam air. Pelarut yang baik untuk alkana
adalah pelarut non polar misalnya eter. Jika alkana
bercampur dengan air, lapisan alkana berada di atas,
sebab massa jenisnya lebih kecil daripada 1.
2. Pada suhu kamar, empat suku pertama berwujud gas,
suku ke lima hingga suku ke – 16 berwujud cair dan
suku di atasnya berwujud padat.
3. Semakin banyak atom C, maka titik didih juga akan
semakin tinggi. Untuk alkana yang berisomer (jumlah
atom C sama banyak) semakin banyak cabang, titik
didih semakin kecil.
b. Sifat Kimia
1. Pada umumnya alkana sukar bereaksi dengan senyawa
lain.
Page35
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
2. Dalam oksida berlebih, alkana dapat terbakar
menghasilkan kalor, karbon dioksida dan uap air.
3. Jika alkana direaksikan dengan unsur-unsur halogen
(F2, Cl2, Br2, I2) atom-atom H pada alkana akan
digantikan oleh atom-atom halogen.
Senyawa karbon yang disebut juga senyawa organic
yang akan dibahas pada kesempatan ini hanyalah senyawa
organic yang sederhana dengan pengelompokan golongan
berdasarkan gugus fungsional yang telah dibahas
sebelumnya. Berdasarkan gugus fungsionalnya senyawa
organic dikelompokkan menjadi enam yaitu Alkohol,
Alkoksi, Alkanal, Alkanon, Asam Alkanoat dan Alkil
Alkanoat.
A. Alkohol
1. Rumus Umum
Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan
senyawa alkana yang satu atom H-nya diganti oleh
–OH. Dengan terjadinya penggantian tersebut maka
kita akan memperoleh rumus molekul alcohol
seperti yang ada pada table berikut.
Rumus umum senyawa Alkohol adalah :
Dimana : R = gugus alkil
Page36
R-OH
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
OH = hidroksil
Secara umum, rumus golongan senyawa alcohol dapat
juga dituliskan seperti berikut:
Table 2.4. Gugus Alkil dan Rumus Molekul Alkoholnya
Sukuke-n
R (Alkil) Rumus MolekulAlkohol
1 CH3 CH3 – OH
2 C2H5 C2H5 – OH
3 C3H7 C3H7 – OH
2. Tata Nama
Penamaan senyawa alcohol prinsipnya ada dua cara
yaitu:
1) Dengan aturan IUPAC yaitu menggunakan senyawa
alkananya dengan menggantikan akhiran “ana”
dalam tata nama alkana menjadi “anol” dalam
alkoholnya.
2) Dengan system trivial yaitu dengan menyebutkan
nama gugus alkilnya diikuti kata alcohol.
Table 2.5. Contoh Penamaan Alkohol
Page37
CnH2n+1 – OH
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Alkana Alkohol
RumusMoleku
lNama Rumus
MolekulNamaIUPAC
NamaTrivial
CH4 Metana CH3 – OH Metanol MetilAlkohol
C2H6 Etana C2H5 – OH Etanol EtilAlkohol
C3H8Propan
a C3H7 – OH Propanol PropilAlkohol
C4H10 Butana C4H9 – OH Butanol ButilAlkohol
3. Untuk senyawa-senyawa alcohol dengan rumus struktur
bercabang aturan penamaannya adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan rantai utama dengan cara memilih
deretan C paling panjang yang mengikat gugus
fungsi – OH, kemudian berilah nama sesuaidengan nama alkoholnya.
2) Pemberian nomor pada rantai utama dimulai dari
ujung yang memberikan nomor terkecil bagi atom
C yang mengikat gugus – OH. Langkah
selanjutnya adalah dengan memberikan senyawa-
senyawa hidrokarbon.
Page38
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Contoh:
CH3
│1CH3 ─ 2CH ─ 3CH – 4CH3 : 3-metil-2-butanol
│
OH
4. Klasifikasi Alkohol
Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus – OHpada atom C. Alkohol dibedakan menjadi tiga
yaitu:
1) Alkohol Primer yaitu jika gugus – OH Pada atom CPrimer (atom C yang mengikat 1 atom C yang
lain secara langsung).
Contoh:1CH3 ─ 2CH2 ─ 3CH2 – 4CH2 – OH : n-
butanol
2) Alkohol Sekunder yaitu jika gugus – OH terikatpada atom C sekunder (atom C yang mengikat
secara langsung dua atom C yang lain).
Contoh:1CH3 ─ 2CH ─ 3CH2 – 4CH3 : 2-butanol
Page39
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
│
OH
3) Alkohol Tersier yaitu jika gugus – OH terikatpada atom C tersier (atom C yang mengikatsecara langsung 3 atom C yang lain secaralangsung).
Contoh:
CH3
│1CH3 ─ 2C – 3CH3 : 2-metil-2-propanol
│
OH
Secara fisik akan sulit untuk membedakan antara
alcohol primer, sekunder dan tersier karena bau
dan warna dari ketiganya hampir sama. Cara yang
dapat digunakan untuk membedakan ketiganya
adalah mengoksidasi dengan menggunakan KMnO4,
K2Cr2O7 atau O2 dengan perbedaan sebagai berikut:
a. Alkohol Primer jika dioksidasi akan
dihasilkan aldehidnya dan jika dioksidasi
lebih lanjut maka akan dihasilkan senyawa
asam karboksilatnya.
Page40
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
b. Alkohol Sekunder jika dioksidasi akan
dihasilkan senyawa alkanonnya.
c. Alkohol Tersier tidak dapat dioksidasi.
5. Sifat-Sifat Alkohol
Secara umum senyawa alcohol mempunyai beberapa
sifat seperti berikut:
1. Mudah terbakar
2. Mudah bercampur dengan air
3. Bentuk fase pada suhu ruang:
Dengan C1 – C4 berupa gas atau cair
Dengan C5 – C9 berupa cairan kental
seperti minyak
Dengan C10 atau lebih berupa padat.
4. Pada umumnya alkohol mempunyai titik didih
yang cukup tinggi dibandingkan alkananya.
Hal ini disebabkan adanya ikatan hydrogen
atas molekulnya.
6. Beberapa reaksi spesifik dari Alkohol
a) Reaksi alkohol dengan logam-logam aktif (Na, K,
Mg dll) akan ditandai dengan terbentuknya gas
H2. Semua jenis alcohol akan bereaksi dengan
logam aktif tersebut.
R – OH + X R – OX + ½ H2
Page41
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Contoh:
CH3 – CH2 – OH + Na CH3 –CH2 – ONa + ½ H2
Etanol Natrium Etanoat
b) Alkohol akan bereaksi dengan asam karboksilat
membentuk senyawa ester. Reaksi ini sering
dikenal dengan nama Reaksi Esterifikasi.
Reaksi antara alcohol dengan logam aktif dan
reaksi esterifikasi biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi terdapatnya alcohol dalam
suatu zat.
7. Penggunaan Alkohol
Ada beberapa contoh penggunaan alkohol dalam
kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Pada umumnya alkohol digunakan sebagai
pelarut.
b. Etanol dengan kadar 76% digunakan sebagai
zat antiseptik.
c. Etanol juga banyak digunakan sebagai bahan
pembuat plastik, bahan peledak dan kosmetik.
d. Campuran etanol dengan methanol digunakan
sebagai bahan bakar yang biasa dikenal
dengan nama spritus.
Page42
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
e. Etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan minuman keras.
f. Methanol dapat digunakan sebagai pelarut,
antifreeze radiator mobil, sintesis,
formaldehid, metil amina, metil klorida,
metil salisilat dll.
B. Eter / Alkoksi Alkana
1. Rumus Umum
Eter atau alkoksi alkana adalah golongan senyawa
yang mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada
satu atom oksigen. Dengan demikian eter mempunyai
rumus umum :
Dimana : R dan R’ adalah gugus alkil denganrumusan struktur boleh
sama atau berbeda.
Contoh:
1) CH3 – CH2 – O – CH2 – CH3
Dari contoh struktur di atas dapat kita
analisa dengan menyimpulkan bahwa nilai
R = R’ = – CH2 – CH3 (etil).
Page43
R – O – R’
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
2) CH3 – O – CH2 – CH2 – CH3
Dari contoh struktur di atas dapat kita
analisa dengan menyimpulkan bahwa:
R = – CH3 (metil) sedangkan
R’ = – CH2 – CH2 – CH3 (propil).
2. Penamaan Eter
Pada umumnya, eter mengandung unsur C, H dan O.
Ada dua cara penamaan senyawa-senyawa eter:
a. Menurut IUPAC, eter diberi nama sesuai dengan
nama alkananya dengan awalan “alkoksi”
dengan ketentuan sebagai berikut:
Rantai karbon terpendek yang mengikat
gugus fungsi –O– ditetapkan sebagai
gugus fungsi alkoksinya.
Rantai karbon yang lebih panjang diberi
nama sesuai senyawa alkananya
b. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai
berikut:
Menyebutkan nama kedua gugus alkil yang
mengapit gugus –O– kemudian diberi akhiran
eter.
Page44
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Tabel 2.6. Contoh Tata Nama Eter
Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial
CH3–CH2–O–CH2– CH3 Etoksi Etana Dietil Eter/EtilEtil Eter
CH3–O–CH2–CH2– CH3MetoksiPropana Metil Propil Eter
CH3–CH2–O–CH2–CH2– CH3EtoksiPropana Etil Propil Eter
c. Sifat – sifat Eter
Berbeda dengan senyawa-senyawa alkohol, eter
mempunyai sifat-sifat seperti berikut:
a. Titik didih rendah sehingga mudah
menguap
b. Sulit larut dalam air karena
kepolarannya rendah
c. Sebagai pelarut yang baik, dimana
senyawa-senyawa organik yang tidak
larut dalam air.
d. Mudah terbakar
e. Pada umumnya bersifat racun
f. Bersifat anastetik (membius)
g. Eter sukar bereaksi kecuali dengan asam
halide kuat seperti HI dan HBr.
Page45
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Dan dapat dituliskan seperti pada persamaan
berikut:
R – O– R’ + HX R’ – O –H + RX
Contoh:
CH3 – O– CH2– CH3 + HBr CH3– CH2 – OH + CH3Br
Metoksi Etana As.Bromida EtanolBromo Metan
3. Kegunaan Eter
Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain:
1. Dietil eter (etoksi etana) biasanya digunakan
sebagai pelarut senyawa-senyawa organik. Selain
itu, dietil eter banyak digunakan sebagai zat
arestesi (obat bius) di rumah sakit.
2. MTBE (Metil Tersier Butil Eter)
CH3
│
CH3 ─ C – O – CH3
│
Page46
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3
Senyawa eter ini digunakan untuk menaikkan
angka oktan bensin menggantikan kedudukan
TEL/TML, sehingga dapat diperoleh bensin yang
ramah lingkungan karena tidak menghasilkan debu
timbal (Pb2+) seperti jika kita menggunakan
TEL/TML.
BAB III
ALKENA
Alkena tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung
satu ikatan rangkap dua antara dua atom C yang berurutan. Jadi
rumus umumnya mempunyai 2 atom H lebih sedikit dari alkana
karena itu rumus umumnya menjadi CnH2n+2-2 = CnH2n.
Kekurangan jumlah atom H pada alkena dibandingkan dengan
jumlah atom H pada alkana dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perhatikan untuk n = 2, pada alkana adalah C2H6 sedang pada
alkena adalah C2H4.
Contoh:
H H H H| | |
|
Page47
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
H–C – C–H berubah menjadi H - C = C - H| |H H
Kedua atom H di bawah harus dibebaskan supaya elektron-
elektron atom C yang tadinya dipakai untuk membentuk ikatan
kovalen dengan atom H dapat dialihkan untuk membentuk ikatan
kovalen dengan sesama atom karbon. Alkena mengandung satu
ikatan rangkap dua antara dua atom C, maka suku pertama alkena
harus mengandung dua atom C. Jadi n = 2, dan beberapa suku
lain dapat Anda lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1. Lima suku pertama alkena
Suku
keRumus Struktur Nama Alkena
1
2
3
4
CH2 = CH2
CH2 = CH - CH3
CH2 = CH - CH2 - CH3
CH2 = CH - CH2 - CH2 - CH3
Etena
Propena
1- Butena
1- Pentena
Page48
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
5CH2 = CH - CH2 - CH2 -CH2
- CH31- Heksena
Nama alkena berbeda dengan alkana hanya pada bagian
belakang, jadi bagian yang menunjuk pada jumlah tidak berubah.
Bagaimana memberi nama alkena yang bercabang? Secara garis,
besar tidak berbeda dengan cara memberi nama alkana yang
bercabang, tetapi pada penentuan rantai induk yang terpanjang
harus rantai yang mengandung ikatan rangkap. Jadi ikatan
rangkapnya diutamakan dengan nomor terkecil.
Sebagai contoh lihatlah rumus struktur berikut ini.
H H H H| | | |
1C = 2C - 3C - 4C – H : 3-metil-1-butena (bukan 2-metil-3-butena)| | |H CH3 H
Pada alkana tidak ada bagian dari rumus strukturnya yang
mempunyai ciri khas, sebaliknya pada alkena ada bagian dari
rumus strukturnya yang mengandung satu ikatan rangkap dua.
Bagian ini (-C=C-) disebut gugus fungsional. Suku alkena yang
banya dikenal adalah etena (etilena) dan propena (propilena)
Page49
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
yang merupakan bahan dasar untuk membuat plastik polietena
(politena) dan polipropilen.
Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana
yang terdiri dari empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang
terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap
ini, etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin.
Alkena dibuat dari alkana melalui proses pemanasan atau
dengan bantuan katalisator (kraking). Alkena pada suku rendah
digunakan sebagai bahan baku industri plastic, karet sintetik
dan alkohol.
Reaksi-reaksi pada Alkena adalah sebagai berikut:
Alkena lebih reaktif daripada alkana. Hal ini disebabkan
karena adanya ikatan rangkap dua ( C = C).
Reaksi-reaksi terpenting dalam alkena adalah reaksi adisi
dengan H2, adisi dengan halogen (X2) dan adisi dengan
asam halida (HX); reaksi pembakaran dan polimerisasi.
a. Pembakaran
Seperti halnya alkana, alkena merupakan suku
rendah yang mudah terbakar. Jika dibakar di udara
terbuka, maka alkena akan menghasilkan lebih
banyak JELAGA daripada alkana. Hal ini terjadi
karena alkena mempunyai kadar C lebih tinggi
Page50
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
daripada alkana sehingga dalam pembakarannyapun
membutuhkan lebih banyak oksigen.
Pembakaran sempurna alkena menghasilkan gas CO2
(Karbon di Oksida) dan uap air.
b. Reaksi adisi (penambahan = penjenuhan)
Pada reaksi adisi gas HX (X = Cl, Br, I) terhadap
alkena berlaku aturan Marcovnicov yaitu:
Jika atom C yang berikatan rangkap mengikat jumlah
atom H yang berbeda, maka atom X akan terikat pada
atom C yang sedikit mengikat atom “H”.
Contoh:
CH2 = CH – CH3 + HBr CH2 –
CH – CH3
│ │
H Br
Jika atom C yang berikatan rangkap mengikat jumlah
atom H sama banyak, maka atom X akan terikat pada
atom C yang mempunyai rantai C paling panjang.
Contoh:
Page51
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3– CH2 – CH = CH– CH3 + HCl CH3–CH2 –CH – CH
–CH3
│ │
Cl H
c. Polimerisasi
Adanya reaksi penggabungan molekul-molekul
sederhana menjadi molekul yang besar.
Molekul sederhana yang mengalami polimerisasi
disebut monomer sedangkan hasil dari polimerisasi
itu sendiri disebut polimer.
Polimerisasi pada alkena terjadi berdasarkan
reaksi adisi.
Adapun proses polimerisasi adalah sebagai
berikut:
1. Mula-mula ikatan rangkap terbuka, sehingga
terbentuk gugus dengan dua elektron yang tidak
berpasangan.
2. Elektron-elektron yang tidak berpasangan
tersebut, selanjutnya akan membentuk ikatan
antar gugus sehingga membentuk rantai.
Page52
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
BAB IV
ALKUNA
Alkuna merupakan deret senyawa hidrokarbon tidak jenuh
yang dalam tiap molekulnya mengandung satu ikatan rangkap 3
diantara dua atom C yang berurutan. Untuk membentuk ikatan
rangkap 3 atau 3 ikatan kovalen diperlukan 6 elektron,
sehingga tinggal satu elektron pada tiap-tiap atom C tersisa
untuk mengikat atom H. Jumlah atom H, yang dapat diikat
berkurang dua maka rumus umumnya menjadi:
Page53
CnH2n+2 - 4H =
CnH2n-2
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Seperti halnya alkena, alkuna juga mempunyai suku pertama
dengan harga n = 2, sehingga rumus molekulnya C2H2, sedang
rumus strukturnya H - C º C - H. Senyawa alkuna tersebut
mempunyai nama etuna atau dengan nama lazim asetilena.
Asetilena merupakan suatu gas yang dihasilkan dari reaksi
karbon dengan air dan banyak digunakan oleh tukang las untuk
menyambung besi.
CaC2 (s) + 2 H20 (l) C2H2 (g) +
Ca(OH)2 (aq)
karbida asetilena
Tata nama alkuna sama dengan alkana atau alkena, bagian
pertama menunjuk pada jumlah sedang bagian kedua adalah
akhiran -una, tetapi suku pertamanya juga mempunyai n = 2
seperti alkena. Etuna merupakan suku alkuna satu-satunya yang
dapat dibuat. Suku-suku alkuna lain sering diberi nama atau
dianggap sebagai turunan etuna. Jadi propuna disebut metil
asetilena.
Seperti pada alkana, suku-suku rendah pada alkena dan
alkuna pun hanya mempunyai satu rumus struktur, tetapi pada
suku ketiga (jangan lupa harga n-nya 4) dapat kita tuliskan
lebih dari satu rumus struktur yaitu :
Page54
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
1. Pada Alkena dapat kita lihat pada table berikut:
Alkena Rumus Struktur1-butena CH2 = CH - CH2 - CH3
2-butena CH3 - CH = CH - CH3
2-metil-1-
propena
CH2 = C - CH3
|
CH3
2. Pada Alkuna
Contoh:
1. CH3 ≡ C – CH2 – CH3 : 1 – butuna
2. CH3 – C C – CH≡ 3 : 2 - butuna
Jadi peristiwa isomeri terjadi pula pada alkena dan alkuna,
bahkan penyebabnya dua. Kalau pada alkana hanya pada
rantainya berbeda (disebut isomeri rantai), pada alkena dan
alkuna dapat pula disebabkan ikatan rangkapnya berpindah
tempat (disebut isomeri posisi) karena itu letak ikatan
Page55
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
rangkap pada suku-suku alkena dan alkuna yang lebih tinggi
selalu diberi nomor seperti terlihat di atas.
Seperti dikatakan dalam klasifikasi hidrokarbon, masih
banyak hidrokarbon lainnya, tetapi rumus umumnya kadang-
kadang sama dengan rumus umum yang ada antara lain rumus
umum alkena. Rumus umum alkena juga menunjukkan hidrokarbon
siklis yang jenuh yang dikenal sebagai siklana (siklo-alkana)
dan siklo-propana sebagai suku pertamanya mempunyai harga n
= 3. Alkandiena dan siklo-alkena mempunyai rumus umum yang
sama dengan alkuna. Rumus molekul C5H8 dapat merupakan
pentuna, isoprena (monomer dari karet alam atau
siklopentana). Adalagi hidrokarbon berlingkar yang mengandung cincin segi
enam, dikenal sebagai hidrokarbon aromatik karena umumnya
hidrokarbon ini harum baunya walaupun banyak juga yang
beracun. Struktur utama senyawa aromatik yang menjadi dasar
sifat-sifat kimianya adalah cincin benzena. Cincin benzena
biasa digambarkan sebagai segi-enam beraturan dengan tiap
sudut ditempati oleh atom C yang mengikat satu atom H dan
ikatan rangkap yang berselang-seling antara dua atom C yang
berurutan (lihat gambar di bawah ini). Gambaran ini sempat
menguasai senyawa aromatik untuk beberapa puluh tahun
sebelum akhirnya diubah karena sifat-sifat utama ikatan
rangkap tidak tampak pada gambaran struktur benzena
Page56
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
sebelumnya. Hidrokarbon aromatik banyak pula terdapat dalam
minyak bumi.
Rumus lama struktur benzene
H
|
H C H
\ // \ /
C C
| ||
C C
/ \\ / \
H C H
|
H
Rumus lain struktur benzena
Page57
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Sumber dan kegunaan alkuna
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna
(asetilena), C2H2. Gas asetilena digunakan untuk mengelas besi
dan baja.
Reaksi pembentukan etuna (asetilena)
4CH4 (g) + 3O2 (g) 2C2H2 (g) + 6H2O (g)
CaC2 (s) + 3H2O (l) Ca(OH)2 (aq) + 2C2H2 (g)
Page58
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
BAB V
KOMPOSISI MINYAK BUMI
Minyak bumi bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan
merupakan komposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Minyak bumi adalah campuran komplek Hidrokarbon dan
senyawaan organic dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan
senyawaan-senyawaan yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga.
Dalam minyak bumi parafinik ringan mengandung Hidrokarbon
kurang dari 97% sedang dalam jenis asphaltic berat paling
rendah 50%.
A. Komposisi Kimia
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi
sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa
diperoleh data sebagai berikut:
Karbon 83,0% - 87,0%
Hidrogen 10,0 % - 14,0%
Nitrogen 0,1% - 2,0%
Oksigen 0,05% - 1,5%
Page59
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Sulfur 0,05% - 6,0%
A.1. Komponen Hidrokarbon
Komponen Hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan
atas tiga golongan yaitu:
1. Golongan Parafin
2. Golongan Naphthenik
3. Golongan Aromatik
a. Golongan Parafin
Parafin adalah senyawaan hidrokarbon jenuh dengan
rantai lurus atau rantai cabang tanpa struktur
cincin.
Contoh:
1. CH3 (CH2)n CH3 : Parafin rantai lurus
2. C2H5 (CH2)n CH CH3 : Parafin rantai
cabang
│
CH3
b. Golongan Naphthen
Naphthen adalah senyawaan hidrokarbon jenuh yang
mempunyai satu cincin atau lebih atau biasa juga
disebut Hidrokarbon Alisiklik.
Contoh:
Page60
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
R R
│ ( R = etil)
│
Alkil Siklopentana Alkil Sikloheksana
c. Golongan Aromatik
Aromatik adalah senyawaan hidrokarbon yang mempunyai
satu inti benzene atau lebih.
Contoh:
Benzena Naphtalena Antrasena
Sedangkan pengelolaan olefinik umumnya tidak
ditemukan dalam crude oil, demikian juga Hidrokarbon
Asetilenik sangat jarang.
Kandungan Parafin dalam tiap jenis crude oil sangat
berbeda menurun dengan kenaikan berat molekul. Dalam
Page61
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Gasoline tidak kurang dari 80%, sedangkan dalam
pelumas terdapat sekitar 30%.
A.2. Komponen Non Hidrokarbon
Crude Oil mengandung sejumlah senyawaan
Nonhidrokarbon, terutama adalah senyawa Sulfur,
senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen dan garam-
garam Anorganik (sebagai suspense koloid).
1. Senyawaan Sulfur
Crude Oil yang densitynya lebih tinggi
mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggi
pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering
menimbulkan akibat, misalnya dalam Gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan
dingin atau berair), karena terbentuknya oksida
yang dihasilkan dari oksida Sulfur (sebagai hasil
pembakaran gasoline) dan air.
Terdapatnya Merkaptan menyebabkan terjadinya
korosi terhadap logam-logam Tembaga dan Brass,
juga berpengaruh terhadap pemakaian TEL dan
stabilitas warna.
Sulfide, Disulfida dan Thiophene menyebabkan
penurunan angka Oktana. Dalam gasoline yang
mengandung total Sulfur 0,2 – 0,5% sangat banyak
menimbulkan akibat.
Page62
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Dalam diesel fuel (bahan bakar diesel), adanya
senyawaan Sulfur akan menaikkan sifat keausan
logam dan dapat membentuk engine deposit.
Dalam pelumas yang mengandung Sulfur tinggi
akan menurunkan sifat oksidanya dan menaikkan
pembentukan kerak padatan.
Nomenklatur dan beberapa jenis senyawaan Sulfur:
a. Hidrogen Sulfida , H2S
b. Merkaptan , RSH
Contoh:
# CH3 – SH : Metal – Merkaptan
# C2H5 – SH : Etil – Merkaptan
c. Sulfida, R-S-R
Contoh :
# CH3 - S - CH3 : Dimetil Sulfida
# C4H9 - S - C4H9 : Di Butil
Sulfida
d. Disulfida, R-S-S-R
Contoh :
Page63
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3 - S - S - CH3 : Dimetil
Disulfida
e. Alkil Sulfat
Contoh :
CH3 - O O
S : Dimetil Sulfat
CH3 - O O
f. Siklo SulfidaContoh :
CH2
CH2 CH2 : Thia SikloHeksana
(Penta MetilenSulfida)
CH2 CH2
S
Page64
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
g. Asam SulfonatContoh :
CH3 O
S : Metil Sulfonat Asam
HO O
h. SulfoksidaContoh :
CH3 - S - CH3 : DimetilSulfoksida
O
i. SulfonaContoh :
O
CH3 - S - CH3 : Dimetil Sulfona
O
j. Thiophene
Contoh :
Page65
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
HC CH : Thiophene
HC CH S
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi
sekitar <2% dan komposisi tersebut dapat naik
dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan
oksigen bisa naik apabila produk itu lama
berhubungan dengan udara.
Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk
ikatan sebagai Asam Karboksilat, Keton, Ester,
Eter, Anhidrida, senyawa metil siklo dan disiklo
dan phenol.
Contoh:
CH2
H2C CH2 : Penta Metilena Pyran
H2C CH2
O
Page66
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
FuranBenzofuran Isobenzofuran
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi
sangat rendah, yaitu 0,1 – 0,9 %.
Kandungan tertinggi terdapat pada tipe
Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun
terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah
pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak
terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen
klas dasar yang mempunyai berat molekul yang
relatif rendah dapat diekstrak dengan asam
mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat
molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan
asam mineral encer.
Contoh:
Page67
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
\ Piridina Kuinolina Isokuinolina
Senyawaan nitrogen dalam minyak bumi dapat
diklasifikasikan atas 2 kelas, yaitu:
a. Kelas dasar (basic)
b. Kelas bukan dasar (non basic)
Senyawa nitrogen kelas dasar terutama berasal dari
homolog (turunan) pyridine yang cenderung
terdapat pada fraksi titik didih tinggi dan
residu.
Senyawa nitrogen kelas non dasar , berupa
Pyrrole, Indole dan Carbazole yang juga terdapat
pada titik didih tinggi dan residu.
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi
adalah sangat rendah, yaitu 0,1 – 0,9%.
Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphaltik.
Page68
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis
dan dapat membentuk gum pada produk fuel oil.
Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi
titik didih tinggi.
Nitrogen kelas dasar yang mempunyai berat molekul
rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer,
sedangkan yang mempunyai berat molekul yang
tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral
encer. Klasifikasi nitrogen kelas dasar dan kelas
non dasar, tergantung pada dapat atau tidak
dapatnya dititrasi dengan Asam Perkhlorat (HClO4)
di dalam campuran larutan asam asetat glacial dan
benzene (50 : 50). Perbandingan kelas dasar
dengan nitrogen total adalah konstan yaitu
0,30 + 0,05 (tanpa memperdulikan sumber crude).
Perbandingan ini diperoleh dengan melarutkan
crude oil itu dalam Asam Asetat glacial + benzene
(50 : 50) dan kemudian dititrasi dengan Asam
Perkhlorat (HClO4).
Senyawa-senyawa nitrogen dari fraksi minyak bumi
yang dapat diekstrak dengan asam mineral encer
adalah Pyridine, Quinoline dan Isoquinoline.
Sedangkan senyawa-senyawa nitrogen yang tidak
Page69
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
dapat diekstrak (berada dalam jumlah yang lebih
banyak) adalah Carbazole, Indole dan Pyrrole.
Porphyrin (komplek Nitrogen metal) juga merupakan
konstituen minyak bumi dan umumnya terdapat dalam
kandungan Nitrogen dalam konsentrasi yang tinggi
(pekat), termasuk nitrogen kelas non dasar.
Pyrrole merupakan konstituen utama Porphyrin,
mempunyai sifat seperti senyawa aromatic dengan
stabilitas yang tinggi. Pyrrole seakan-akan dapat
dianggap sama dengan amina sekunder.
Porphyrin yang paling sederhana adalah Porphina
yang terdiri dari 4 molekul Pyrrole yang
dihubungkan dengan jembatan methane (- CH = ).
Komplek matal Porphyrin terbentuk dengan
menggantikan atom Nitrogen yang berikatan dengan
Hidrogen oleh kation.
Terdapatnya Vanadium dan Nikel dalam Crude oil
berbentuk sebagai komplek Porphyrin. Sekitar 10%
dari total metal dalam Crude berbentuk sebagai
komplek Porphyrin dan sekitar 40% Vanadium dan
Nikel dalam bentuk komplek ini.
4. Konstituen Metalik
Page70
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Adanya konstituen metalik dalam crude oil
memerlukan perhatian khusus dalam industry minyak
bumi, walaupun berada dalam jumlah yang sangat
kecil.
Logam – logam seperti besi, tembaga, terutama
nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking
mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat
menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak
gas dan pembentukkan coke.
Pada power generator temperatur tinggi, misalnya
oil – fired gas turbine, adanya konstituen logam
terutama vanadium dapat membentuk kerak pada
rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari
pembakaran fuel yang mengandung natrium dan
terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory
furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya
titik lebur campuran sehingga merusakkan
refractory itu.
Umumnya, air yang terkandung dalam crude oil
(sebagai emulsi) mengandung konstituen metalik
berupa garam-garam Annorganik yang terlarut,
yaitu terdiri dari garam-garam Khlorida dan
Sulfat dari K, Na, Mg dan Ca. logam-logam ini
Page71
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
dipisahkan dalam unit desalter. Logam-logam yang
lain berada dalam bentuk senyawaan “organo
metalik yang terlarut dalam Minyak Bumi sebagai
senyawaan komplek dari Metallic Soap atau
berbentuk koloidal tersuspensi.
Zn, Ti, Ca dan Mg merupakan logam-logam yang
terkandung dalam minyak bumi sebagai metalik soap
atau koloidal tersuspensi dalam jumlah yang
sangat kecil (trace element), umumnya mempunyai
konsentrasi antara 0,001 - 1500 ppm.
Table 4.1. Trace Elements dalam Minyak
Bumi
Element Range in Petroleum (ppm)
CuCaMgBaSrZnHgCeBAlGaTi
0,1 - 12,01,0 - 2,51,0 - 2,50,001 - 0,10,001 - 0,10,5 - 1,00,03 - 0,10,001 - 0,60,001 - 0,10,5 - 1,00,001 - 0,10,001 - 0,4
Page72
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
ZrSiSnPbVFeCoNi
0,001 - 0,40,1 - 5,00,1 - 0,30,001 - 0,25,0 - 15000,04 - 1200,001 - 1230,001 - 120
Setiap trayek titik didih disebut “Fraksi”, misalnya:
0 – 50°C :Gas
50 – 85°C :Kerosin
105 – 135°C :Solar
> 135°C :Residu (Umpan proses lebih
lanjut)
B. Komposisi Produk-Produk Minyak Bumi
Pada proses pengolahan minyak bumi tidak pernah diperoleh
pemisahan senyawa hidrokarbon murni, melainkan berupa
campuran yang sangat komplek. Produk-produk yang
dihasilkan adalah berupa fraksi-fraksi sebagai berikut:
Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan tersebut di
atas, hanya beberapa produk yang akan kita bahas lebih
lanjut.
1. Gasoline
Page73
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Gasoline adalah campuran komplek Hidrokarbon yang
mempunyai titik didih dibawah 180 oC atau umumnya
dibawah 200 oC. Konstituen gasoline terdiri dari
struktur molekul (C4 – C12), terdiri dari Parafin,
Olefin, Naphten dan Aromatik. Prosentase dari tiap
golongan senyawa (Parafin, Olefin, Naphten dan
Aromatik) tergantung pada jenis prosesnya.
Proses pembuatan gasoline dapat berasal dari katalitik
kraking, thermal kraking dan katalitik reforming,
hidrokraking, alkilasi dan polimerisasi.
Komposisi beberapa gasoline menurut metode pembuatannya
:
a. Straight run Naphtha :terdiri dari n-
parafin, iso paraffin, naphtha
(dominan) dan aromatic.
b. Thermal Kraking : terdiri dari n-parafn,
iso paraffin, olefin (dominan), naphtha (dominan) dan aromatik.
c. Katalitik Kraking : terdiri dari n-parafin,
iso paraffin dan
Page74
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
aromatik (sangat dominan).
d. Alkalisasi : terdiri dari isoparafin
(100%)
e. Polimerisasi : terdiri dari olefin
(100%).
Sifat-sifat dan penggunaan gasoline:
Pada mulanya criteria kualitas/mutu adalah API
gravity. Misalnya 70 API gravity gasoline mengandung
sedikit (bila ada) konstituen gasoline berat (heavy)
daripada 60 API gravity. Ini berarti bahwa gasoline 70
API gravity mempunyai mutu yang lebih bagus dan
penggunaannya lebih ekonomis. Criteria mutu gasoline
dengan menggunakan API gravity tidak lama
dipertahankan.
Kemudian untuk kerja (performance) dan mutu
gasoline, ditetapkan dari ketahanannya terhadap knock
(ketukan) disebut “detonasi” atau “ping” bunyi
mendesis.
Mutu antiknock bahan bakar, diberikan batasan
sebagai power dan ekonomi dimana fuel itu dapat
dihasilkan. Dikatakan bahwa mutu antiknock fuel menjadi
Page75
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
lebih tinggi bila fuel itu mempunyai power dan
efisiensi engine yang lebih.
Pada perkembangan selanjutnya, mutu gasoline
ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan power engine yang
lebih dan bukan dari knocking. Knocking bukan merupakan
atau menjadikan problem. Kebutuhan power engine yang
lebih, pertama dengan memperluas piston menjadi 16
silinder yang ditandai oleh naiknya ratio kompresi.
Pada tahun 1922, ditemukan TEL yang sangat bagus
sebagai bahan anti knock, bila bahan ini ditambahkan
kedalam gasoline maka gasoline yang mengandung TEL akan
menjadi lebih luas penggunaannya.
Pada tahun 1930, timbul suatu problem yaitu
bagaimana menaikkan sifat antiknock gasoline dari hasil
kraking?
Masalah ini terpecahkan pada tahun 1933, yaitu dengan
menggunkan test engine silinder tunggal, dimana
karakteristik antiknock suatu gasoline dinyatakan dalam
term “angka oktan” (octan number).
Angka oktan (octan number), dinyatakan dengan
menggunakan range skala dari 0 sampai 100. Makin tinggi
angka oktan suatu gasoline menunjukkan karakteristik
antiknock yang lebih bagus.
Pengujian antiknock gasoline dibedakan atas dua bagian
yaitu:
Page76
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
1. Meurut ASTMD 2700 dan ASTMD 2722, disebut
“motor octane
number”
2. Menurut ASTMD 2699 dan ASTMD 2722, disebut
“research octane
number”.
Metode pengujian yang digunakan untuk penetapan
antiknock suatu gasoline adalah dengan memperbandingkan
dengan campuran yang dibuat dari dua hidrokarbon murni
yaitu n-heptana dan iso oktana (2,2,4-trimetil
pentana).
a. CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 : n – heptana
CH3 CH3
│ │
b. CH3 – CH – CH2 – C – CH3 : iso oktana (2,2,4-trimetil
pentana).
│
CH3
Iso oktana mempunyai angka oktan 100 dan mempunyai
ketahan yang paling tinggi terhadap knocking, tetapi
n-heptana mempunyai angka oktana 0 yang mempunyai
ketahanan yang paling rendah terhadap knocking.
Page77
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Untuk mempelajari angka oktana dari tiap jenis
hidrokarbon dapat diberikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a. N-parafin mempunyai sifat knocking yang kurang
baik, dan angka oktan
menjadi lebih jelek dengan naiknya berat molekul.
b. Iso parafin mempunyai angka oktan yang lebih
tinggi dari bentuk isomer normalnya
dan angka oktan menaik dengan bertambahnya rantai
cabang.
c. Olefin mempunyai angka oktan yang lebih tinggi
dari normal parafin dengan jumlah atom C yang
sama.
d. Naphthen umumnya lebih baik dari n-parafin tetapi
jarang mempunyai angka oktan yang tinggi.
e. Aromatik umumnya mempunyai angka oktan yang
tinggi.
Persen campuran antara n-heptana dan iso oktana,
dijadikan sebagai referensi ukuran besarnya angka
oktan. Berapa persen jumlah iso oktan yang dipakai
untuk dicampur dengan normal heptana, menunjukkan
besarnya angka oktana.
Misalnya, campuran dari 90% iso oktana dan 10% n-
heptana, mempunyai angka oktana = 90.
Page78
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Tabel 4.2. Nilai Angka Oktana dari Hirokarbon
Hidrokarbon Angka OktanaResearch Motor
Normal parafin
Pentana
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Isoparafin
2-methylbutana (iso
pentana)
2-methylheksana (iso
heptana)
2-methylheptana (iso
oktana)
2,4-dimethylheksena
2,2,4-
trimethylpentana (iso
oktana)
61,1
24,8
0,0
-19,0
-17,0
92,3
42,4
21,7
65,2
100,0
90,9
28,7
72,5
61,9
26,0
0,0
-15,0
-20,0
90,3
46,4
23,8
69,9
100,0
77,1
34,7
68,1
Page79
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Olefin
Pentena -1
Oktena -1
Oktena -3
4-methyl-pentena-1
Aromatik
Benzene
Toluene
95,7
0
120,1
80,9
114,8
103,5
Hidrokarbon murni dan bahkan komersial gasoline
mempunyai mutu antiknock dengan angka oktan di atas
100. Angka oktana diatas 100 dapat dicapai dengan
menambahkan TEL kedalam iso – oktana murni.
Tabel 4.3. Skala angka oktana diatas 100, dengan menambahkan
sejumlah
TEL kedalam iso-oktana murni.
TEL* Angka Oktana TEL* Angka Oktana0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
100,0
101,3
102,5
103,5
104,4
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
113,1
113,4
113,7
114,0
114,3
Page80
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2,0
105,3
106,0
106,7
107,4
108,0
108,6
109,1
109,6
110,1
110,5
111,0
111,4
111,7
112,1
112,5
112,8
2,6
2,7
2,8
2,9
3,0
3,2
3,4
3,6
3,8
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
0
0
114,5
114,8
115,0
115,3
115,5
116,0
116,4
116,8
117,2
117,5
118,3
119,1
119,7
120,3
0
0
TEL = Tetra Ethyl Lead ; ml per US gal.
1. Aviation Gasoline (AVGAS)
Trayek didih 38 – 170oC (100 – 340 oF). AVGAS tidak
mengandung gas hidrokarbon (butana) terdiri dari
beberapa komposisi sebagai berikut:
a. Parafin dan iso parafin : 50 – 60 %
b. Naphthen : 20 – 30 %
c. Aromatik : 10 %
Page81
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
d. Tidak mengandung olefin
Sedang pada motor gasoline mengandung sampai 30%
olefin dan 40% aromatic.
Adapun sifat-sifat dari masing-masing komponen
adalah sebagai berikut:
a. Parafin (pentana dan heksana) : mempunyai nilai
kalor yang tinggi,
dan senyawa kimia yang
stabil
b. Isoparafin (isopentana – isooktana) : mempunyai
angka oktana yang
tinggi, Baik dalam
kondisi campuran
gemuk (rish mixture)
maupun campuran kurus
(poor/lean mixture)
bahan bakar.
c. Olefin : mempunyai sifat-sifat
antiknock yang
relative jelek, pembentuk
gum dan
Page82
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
penyebab terjadinya
penyalaan awal.
d. Naphthen : mempunyai trayek
didih yang baik
e. Aromatik : mempunyai sifat
antiknock yang bagus
(excellent antiknock
characteristic).
2. Naphtha (Petroleum Solvent)
Terdapat dua Naphtha yaitu naphtha alifatik dan
naphtha aromatic. Alifatik solvent terdiri dari
hidrokarbon parafinik dan sikloparafinik (naphtenik)
yang langsung dapat dihasilkan dari destilasi crude.
Sedang aromatic solvent terdiri dari hidrokarbon
aromatic, umumnya adalah alkil benzene yang
tersubstitusi dihasilkan dari petroleum sebagai
straightrun material.
Naphtha dapat dibuat dengan cara-cara :
A. Fraksionasi dari straight-run, kraking dan
reforming distilat atau
fraksionasi crude petroleum
Page83
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
B. Solvent ekstraksi
C. Hidrogenasi kraking distilat
D. Polimerisasi senyawa-senyawa olefinik
E. Proses alkilasi
Pada kenyataannya naphtha dibuat lebih dari jenis
proses yang tersebut di atas. Umumnya naphtha dibuat
dengan cara distilat dan bergantung pada unit
distilasi.
Hasilnya adalah satu atau dua naphtha yaitu:
- Single naphtha dengan end point 205 oC 400 oF)
- Straight-run gasoline
a. Light naphtha, end point 120 oC 250 oF)
b. Heavy Naphtha
Sebelum naphtha dilakukan redistilasi menjadi
sejumlah fraksi dengan trayek didih untuk solvent
alifatik, dilakukan treating untuk menghilangkan
sulfur dan juga hidrokarbon atomic (penyebab adanya
bau).
Naphtha yang tidak mengandung hidrokarbon aromatic
disebut heavy alkilat yang hendak digunakan sebagai
solvent alifatik dan juga sebagai aviation alkilat.
Page84
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
- Untuk menghilangkan sulfur, dilakukan treating
kimia dengan larutan alkali, larutan
doctor, larutan CuCl2 atau treating agent yang lain
- Untuk menghilangkan hidrokarbon aromatic,
dilakukan dengan cara solvent ekstraksi
(Edeleanu process, Udex-process) hidrogenasi dan
adsorbsi dengan silica gel.
Kegunaan Naphtha :
Digunakan sebagai : solvents (diluents) cat, sebagai
dry cleaning solvent, solvent untuk cutback asphalt,
solvent dalam industry karet dan solvent untuk
proses industry ekstraksi.
a. Solven cat
Dikenal dua macam solvent cat yaitu:
Solvent ringan
Trayek didih 38 – 150 oC (100 – 300 oF)
Solvent berat
Trayek didih 150 – 230 oC (300 – 450 oF)
b. Dry – cleaning solvents
Berupa straight run naphtha dengan kandungan
sulfur rendah (sangat sesuai bila dibuat
dari crude oil parafinik) dan juga kandungan
Page85
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
aromatic rendah (tidak meninggalkan bau pada
bahan yang dibersihkan atau dikeringkan).
Untuk menghilangkan kandungan sulfur, tidak
boleh dilakukan dengan cara treating dengan
asam sulfat.
c. Solven untuk cutback asphalt
Sebagai pengencer asphalt sehingga asphalt
dapat langsung digunakan untuk melapisi
permukaan jalan, tanpa dilakukan pemanasan
terlebih dahulu.
d. Solven dalam industry karet
Sebagai solvent industry karet, membentuk
semen karet yang selanjutnya diproses untuk
pembuatan :
Ban, rubberized cloth, hot water bottles,
bathing caps, gloves, sepatu dan mainan.
e. Solven industry ekstraksi
Trayek didih 65 – 120 oC. komponen yang
dominan adalah n-heksana. Sebagai solven
untuk proses ekstraksi digunakan dalam
industry extracting residual oil (sisa-sisa
lemak) dari lemak kacang (castor beans),
Page86
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
lemak kedelai (soybeans) dan lemak biji
gandum (wheat)
3. Kerosene
Trayek didih 205 – 260 oC (400 – 500 oF), mempunyai
flash point di atas 25 oC (77 oF) banyak digunakan
untuk penerangan lampu. Dahulu merupakan produk yang
utama (pokok) tetapi setelah berkembangnya
auotomobile tergeser menjadi salah satu produk mayor
setelah produk gasoline.
Komposisi:
Terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh, harus
bebas dari aromatic dan hidrokarbon tak jenuh dan
sebaiknya dengan kanungan Sulfur serendah mungkin.
Dibuat langsung sebagai straight-run fraksi dan
bukan dari proses kraking.
Struktur molekul mengandung C12 atau lebih
permolekulnya. Disamping hidrokarbon jenuh,
mengandung pula senyawa-senyawa dengan rumus molekul
sebagai berikut:
a. Tetrahidronaphthalena
Page87
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
R1
R
b. Disikloparafin
c. Naphthalene (yaitu aromatic di inti)
d. Indan tersubstitusi (yaitu gabungan antara
aromatic dan siklo)
e. Biphenyl (yaitu dua inti aromatic
terisolasi)
Page88
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Salah satu data dari kerosene memberikan data
komposisi sebagai berikut :
Di bawah ini, diambilkan salah satu data komposisi
kerosene sebagai berikut:
TYPE HIDROKARBON % VOLUMEParafin
Normal
Cabang
Monosiklo
Disiklo
Trisiklo
Aromatik
Mono inti
Di inti
23
16
32
11
0
15
3
4. Fuel Oil
Fuel oil diklasifikasikan atas beberapa cara, namun
pada umumnya terbagi atas dua tipe utama yaitu:
a. Distilat fuel oil
b. Residual fuel oil
Page89
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Distilat fuel oil dihasilkan dari proses penguapan
dan kondensasi selama distilasi dan mempunyai trayek
didih tertentu serta tidak mengandung komponen
minyak bumi yang mempunyai titik didih tinggi
(asphaltic).
Residual fuel oil mengandung sejumlah residu dari
crude oil distilasi atau thermal kraking.
Istilah distilat fuel oil dan residual fuel oil
telah kehilangan makna, karena sekarang fuel oil
dibuat untuk tujuan khusus, yang mungkin distilat,
residual atau campuran dari keduanya. Istilah-
istilah tersebut misalnya domestic fuel oil, diesel
fuel oil dan heavy fuel oil yang menunjukkan sesuai
dengan penggunaan dari fuel oil itu.
4.1. Domestic fuel oil
Domestic fuel oil terutama digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Juga termasuk domestic
fuel oil disini adalah kerosene, stove oil dan
furnace fuel oil. Domestic fuel oil adalah
termasuk tipe distilat fuel oil.
Stove oil seperti halnya juga kerosene
merupakan straight – run fraksi dari crude oil.
Sedangkan fuel oil yang lain biasanya berasal
Page90
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
dari blanding dari dua fraksi atau lebih,
dimana salah satunya yang digunakan sebagai
blanding adalah cracked – gas oil.
4.2. Heavy fuel oil
Heavy fuel oil terdiri dari bermacam-macam oil
yang mempunyai titik didih diawali dari
distilat sampai residual oil dengan pemanasan
sampai 260 oC (500 oF) atau bahkan lebih dari
suhu tersebut. Heavy fuel oil merupakan hasil
blanding dari residual oil dengan distilat
sesuai dengan tujuan kegunaan tertentu.
Termasuk heavy fuel oil adalah macam-macam fuel
oil yang digunakan dalam berbagai jenis
inustri. Bila resual fuel oil digunakan untuk
fuel kapal, heavy fuel oil itu disebut bunker
oil.
4.3. Diesel fuel oil
Untuk mendapatkan fraksi yang nantinya khusus
digunakan untuk blending dari berbagai crude
oil adalah sangat sulit. Hal ini dipengaruhi
oleh trayek didih, sulfur content dan sifat-
sifat lain yang dimiliki oleh crude oil serta
proses pengolahan crude oil itu. Misalnya
Page91
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
blending antara straight – run gas oil dan
cracked gas oil untuk menghasilkan furnace fuel
oil yaitu suatu produk dengan trayek didih
antara 175 – 345 oC atau sekitar (350 – 650oF).
Diesel fuel oil sesungguhnya sama dengan
furnace fuel oil, tetapi kandungan aromatiknya
lebih kecil. Sebab dengan adanya aromatic akan
menurunkan nilai cetana dari diesel fuel oil
itu.
Angka cetana (cetana number) adalah suatu ukuran
kecenderungan diesel fuel terhadap knock
(ketukan atau mengelitik) dalam mesin diesel.
Cetana mempunyai periode perhentian yang pendek
selama penyalaan dan menunjukkan angka cetana =
100, sedangkan heptametil nonano mempunyai
periode perhentian yang panjang dan mempunyai
angka cetana = 15. Angka cetana sama dengan
persen volume cetana dalam campuran dengan
heptametil nonano.
Untuk industry-industri seperti keramik, gelas,
heat treating, tungku, fuel lokomotif adalah
Page92
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
termasuk heavy fuel oil, yaitu fuel oil yang
dihasilkan dari blending antara cracked gas oil
dan resiu dari fraksionasi yang mengandung
sulfur rendah.
5. Lubricating oil
Pada awal pengilangan, lubricating oil (pelumas)
termasuk produk kedua setelah kerosene. Pelumas
merupakan hasil sampingan dari pabrik parafin wax.
Komposisi:
Minyak pelumas mempunyai titik didih yang tinggi
yaitu diatas 400 oC (750 oF). bahan dasar yang
dibunakan untuk pembuatan pelumas dari hidrokarbon
yang mempunyai C25 – C40 (bahkan sampai C80) per
molekulnya. Sebagai produk minyak bumi, fraksi
minyak pelumas terdiri dari ribuan jenis senyawaan
hidrokarbon yang digolongkan atas tiga golongan
dasar yaitu:
a. Hirokarbon Parafinik
b. Hirokarbon Naphthenik
c. Hirokarbon Aromatik
Page93
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
a. Hidrokarbon Parafinik
Merupakan senyawa hirokarbon jenuh dengan rantai
atom C lurus (normal parafin) atau rantai atom C
bercabang ( parafin cabang atau biasa juga isebut
iso parafin).
Sifat-sifat :
1. Mempunyai viskositas paling rendah diantara
Naphthenik dan Aromatik, tetapi mempunyai
indeks viskositas paling tinggi.
2. Normal parafin dan iso parafin yang
mempunyai sedikit cabang mempunyai titik
beku tinggi, sehingga meninggikan titik
tuang (pour point) dari minyak pelumas.
3. Senyawa parafin mempunyai kestabilan
terhadap panas dan oksidasi yang tinggi.
b. Hidrokarbon Naphthenik
Merupakan senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai
atom C tertutup, yang dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Naphthen dengan rantai alkil pendek
2. Naphthen dengan rantai alkil panjang
Sifat – sifat :
Page94
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
1. Mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari
parafin, tetapi index viskositasnya lebih
rendah dari parafin.
2. Naphthen rantai alkil panjang mempunyai
index viskositas tinggi, sedang naphthen
rantai alkil pendek (atau biasa disebut poli
naphthen) mempunyai inex viskositas rendah
atau meium.
3. Senyawa naphthen mempunyai titik beku rendah
dan ketahanannya terhadap oksida baik.
c. Hidrokarbon Aromatik
Merupakan senyawa hirokarbon tak jenuh dengan
rantai atom C tertutup yang dibedakan atas :
a. Aromatik dengan rantai alkil pendek
b. Aromatik dengan rantai alkil panjang
Sifat-sifat :
1. Mempunyai viskositas yang paling tinggi
diantara ketiganya, tetapi mempunyai index
viskositas sangat rendah terutama untuk
aromatic rantai alkil pendek (poliaromatik).
2. Aromat rantai alkil pendek mempunyai pour
point yang sangat berfariasi, bergantung
Page95
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
pada struktur. Sedang aromat rantai panjang
mempunyai pour point rendah.
3. Senyawa aromat rantai panjang mempunyai daya
tahan oksidasi baik, tetapi aromatik rantai
akil pendek sangat muah teroksidasi.
Mempunyai thermal stabilitas ( ketehanan
terhadap panas) yang baik.
C. Ciri-ciri minyak pelumas
Untuk memperoleh minyak pelumas siap pakai, dilakukan
pencampuran ( blending) antara minyak pelumas dasar ( base
stock) dan beberapa aditif. Fungsi aditifif adalah untuk
memperbaiki mutu minyak pelumas, sehingga aman dalam
pemakaian.
Ciri-ciri minyak pelumas yang baik adalah:
1. Viskositas tinggi.
Karena viskositas tinggi, berarti pelumas itu tetap
membentuk lapisan film pada bagian yang dilumasi.
Lebih-lebih apabila pelumas itu digunakan untuk mesin-
mesin yang bekerja pada kondisi operasi yang berat.
2. Index viskositas kekentalan tinggi
Page96
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Karena dengan inex viskositas tinggi, berarti pelumas
itu tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan /
perbedaan temperature, sehingga pelumasan tetap baik
untuk daerah yang berbeda temperaturnya.
3. Pour point rendah
Karena dengan pour point rendah, berarti pelumas tetap
berfungsi apabila keadaan dingin, khususnya saat mesin
hendak digunakan (star).
4. Volatilitas rendah
Karena dengan volatilitas rendah (kemudahan menguap)
rendah, berarti pelumas yang hilang selama pemakaian
dapat dicega.
5. Daya tahan terhadap panas ( thermal stability) dan oksidasi baik
Ini berarti bahwa, pelumas itu tatap stabil, tidak
mudah terurai oleh panas dan tidak teroksidasi selama
pemakaian.
Untuk mendapatkan minyak pelumas yang memenuhi
persyaratan di atas, perlu diperhatikan sifat-sifat dari
minyak pelumas dasar (base stock) terlebih dahulu,
sebelum dilakukan penambahan bahan aditif.
Page97
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Sifat-sifat minyak pelumas dasar, sangat ditentukan oleh
proses pengolahannya, sedangkan sifat-sifat lainnya yang
berhubungan dengan pemakaian lebih banyak dipengaruhi
oleh aditif.
Tabel di bawah ini memberikan hubungan antara sifat-sifat
(properties) dan tipe utama struktur hirokarbon yang
harus terdapat dalam minyak pelumas.
Tabel 4.4. Hubungan struktur hirokarbon dengan sifat-
sifatnya
Type hidrokarbon Sifat utama
Parafin rantai
lurus
a. Viskositas
tinggi
b. Viskositas
index sangat
tinggi
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi baik
d. Pour point
tinggi
Iso parafin
sedikit cabang
a. Viskositas
tinggi
Page98
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
b. Viskositas
index tinggi
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi baik
d. Pour point
medium
Iso parafin
banyak cabang
a. Viskositas
tinggi
b. Viskositas
index tinggi
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi baik
d. Pour point
rendahNaphthen
rantai alkil
pendek
a. Viskositas
sangat tinggi
b. Viskositas
index rendah
atau medium
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi baik
Page99
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
d. Pour point
rendah
Naphthe rantai
alkil panjang
a. Viskositas
sangat tinggi
b. Viskositas
index tinggi
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi baik
d. Pour point
rendah
Aromati rantai
alkil pendek
a. Viskositas
sangat tinggi
b. Viskositas
index rendah
atau medium
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi
jelek/mudah
teroksidasi
d. Thermal
stabilitas baik
e. Pour point
bervarias,
Page100
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
bergantung pada
struktur
Aromatic rantai
alkil panjang
a. Viskositas
sangat tinggi
b. Viskositas
index tinggi
c. Daya tahan
terhadap
oksidasi baik
d. Pour point
rendah
Bahan dasar minyak pelumas adalah fraksi berat minyak
bumi yang mempunyai titik didih di atas 350 oC, yang
diperoleh dengan distilasi vakum.
Diantara ketiga jenis hidrokarbon yang diklasifikasikan
atas tujuh tipe, yaitu :
1. Parafin rantai lurus
2. Iso parafin sedikit cabang
3. Iso parafin banyak cabang
4. Naphthen rantai pendek
Page101
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
5. Naphthen rantai panjang
6. Aromatic rantai alkil pendek
7. Aromatic rantai alkil panjang
Bahwa tidak seluruhnya diingini berada dalam minyak
pelumas, karena ada hidrokarbon yang mempunyai sifat-
sifat kurang baik sebagai minyak pelumas, sehingga
hirokarbon-hidrokarbon harus dihilangkan.
Page102
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
SOAL-SOAL
1. Tuliskan beberapa senyawaan nonhidrokarbon yang terdapatdalam crude oil
2. a. bagaimana hubungan antara density terhadap crude oilb. apa akibat negative yang ditimbulkan dengan adanyakandungan sulfur dalam crude oil? Mengapa
3. Tuliskan 5 jenis senyawaan sulfur4. Apa yang menyebabkan kandungan oksigen dapat meningkat
dalam produk minyak bumi5. Tuliskan 2 kelas senyawaan Nitrogen dalam minyak bumi.
Jelaskan masing-masingnya6. Tuliskan pengertian angka oktan7. Tuliskan komposisi Aviation Gasoline8. Tuliskan 5 kegunaan Naphthan9. Tuliskan komposisi kerosene10. Tuliskan 2 tipe utama Fuel Oil dan jelaskan masing-
masing
Page103
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
BAB VI
REAKSI KIMIA PADA PROSES PENGOLAHAN
6.1. Proses pengolahan Minyak Mentah
Proses pengolahan minyak mentah dibagi menjadi tiga
pokok type yaitu :
a. Separasi
Yaitu memisahkan bagian-bagian dari crude oil kedalam
beberapa fraksi bergantung pada sifat crude oil.
b. Konversi
Yaitu pengubahan secara kimia dari konstituen crude
menjadi produk yang laku dijual.
c. Finishing
Page104
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Yaitu memurnikan dari bermacam-macam produk fraksi,
dengan beberapa proses yang bertujuan untuk
menghilangkan impurities.
Proses separasi dan finishing dapat dilakukan dengan cara
distilasi atau treatmean dengan menggunakan larutan
pencuci, tujuannya untuk menghilangkan impurities. Atau
dengan distilasi di atas titik didihnya. Proses konversi
adalah proses mengubah jumlah atom karbon permolekul atau
mengubah struktur molekul bahan dengan jumlah atom karbon
tetap.
6.2. Kraking
Kraking adalah pemecahan suatu senyawa molekul hidrokarbon
minyak bumi dari berat molekul tinggi menjadi berat
molekul rendah oleh pengaruh temperature (>350 oC atau >
660 oF).
Bila molekul hirokarbon dipanaskan pada temperature
tinggi, maka ikatan zigma akan pecah dan molekul terpecah
menjadi fragmen-fragmen raikal bebas. Jadi, reaksi
kraking menyangkut pemutusan ikatan karbon-karbon pada
temperature tinggi. Kraking mengubah fraksi berat menjadi
fraksi ringan yang titik didihnya rendah.
Terdapat dua jenis reaksi selama kraking, yaitu:
Page105
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
a. Reaksi pertama, yaitu penguraian molekul besar menjadi
molekul kecil.
CH3 – CH2 – CH2 – CH3 CH4 + CH3 – CH
= CH2
Butana metana
propena
Mekanismenya:
CH3 – CH2 – CH – CH3 CH4 + CH3 –
CH = CH2
│
H
Atau:
CH3 – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – CH3 + CH2 = CH2
Mekanismenya:
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 CH3 – CH3 + CH2 =
CH2
│
H
b. Reaksi kedua, yaitu penggabungan dari salah satu produk
hasil reaksi pertama menjadi produk yang berat
molekulnya lebih besar (kopling).
Contoh :
Page106
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH2 = CH2 + CH2 = CH2 CH3 – CH2 –
CH = CH2
Etena Etena Butena
A. Thermal Kraking
Thermal kraking adalah reaksi dari radikal bebas karbon.
Radikal bebas adalah suatu atom atau kelompok atom
yang mempunyai elektron tidak berpasangan.
Radikal bebas dapat terjadi karena pembelahan
homolitik. Dalam hal ini, setiap atom yang turut dalam
ikatan kovalen menerima satu elektron dari pasangan
yang saling dibagi.
Contoh :
H3C ∙ ∙ H H3C ∙ + H+
Perhatikan bahwa, panah lengkung dalam persamaan di
atas, hanya mempunyi separuh dari kepala panahnya.
Jenis panah ( ) seperti ini disebut kait ikan,
dan digunakan untuk menunjukkan arah pergeseran dari
Page107
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
satu elektron, sedangkan ( ) digunakan untuk
menunjukkan arah pergeseran sepasang elektron.
Radikal bebas dinyatakan dengan lambang titik tunggal
(∙) seperti CH3∙. Titik ini menggambarkan elektron
tidak berpasangan disebut radikal bebas. Radikal bebas
biasanya netral listrik, oleh karena itu tidak ada tarikan
elektrostatik antara radikal bebas. Kebanyakan radikal
bebas berenergi tinggi, akibatnya mereka tidak stabil
dan sangat reaktif. Selama berlangsungnya thermal
kraking, radikal bebas inilah yang aktif mengambil
reaksi.
Suatu radikal bebas akan bereaksi dengan suatu
hidrokarbon dengan mengambil satu atom H, menghasilkan
produk akhir yang stabil dan radikal bebas baru.
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 ∙ ∙ CH3 CH3 – CH2
– CH2∙+ CH3∙Sebuah radikal bebas dapat merebut sebuah atom
hydrogen dari sebuah molekul butana yang lain.
Contoh :
Page108
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
H
∙ ∙
CH3 – CH – CH2 – CH3 + CH3∙
CH4 + CH3 – CH∙ – CH2 – CH3
Butana Metana
Radikal bebas butil
H
∙ ∙
CH3 – CH – CH2 – CH3 --------------- CH3 – ∙CH ∙ ∙CH2 – CH2
H
∙ ∙
CH3 – ∙CH ∙ ∙ CH2 – CH2 CH3 –
CH2∙ + CH2
∙ – ∙CH2
CH2 = CH2
H
Page109
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
∙ ∙
CH3 – CH2 – ∙CH2 + CH2 – CH2∙ CH3 – CH2 – CH3 +
CH2 = CH2
Dari reaksi-reaksi yang ditunjukkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa reaksi radikal bebas sangat kompleks
dan diharapkan bahwa beberapa kemungkinan reaksi dapat
terjadi. Hanya tidak mungkin akan terjai reaksi
membentuk rantai cabang (parafin dengan rantai atom C
bercabang).
Reaksi – reaksi pada thermal kraking
Reaksi thermal kraking tidak akan menghasilkan parafin
rantai cabang melainkan senyawa normal parafin.
a. Normal Parafin
Pengubahan normal parafin dari berat molekul
besar (sebagai feed stock) karena adanya reaksi
thermal kraking, maka akan pecah menjadi normal
parafin dengan berat molekul yang lebih kecil dari
feed stocknya dan alfa olefin.
Uraian tersebut di atas dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut:
n. parafin (BM tinggi) n. parafin (BM rendah) + alfa
olefin
Page110
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
contoh:
CH3(CH2)nCH3 CH3(CH2)xCH3 + CH3(CH2)y CH = CH2
n.parafin n.parafin alfa olefin
(BM tinggi) (BM
rendah)
Dimana : n > x + y
Contoh soal:
Buatlah persamaan isomerisasi dari oktana
berdasarkan penguraian pada reaksi normal parafin
Jawab:
CH3 (CH2)6 CH3 CH3 (CH2)2 CH3 +
CH3 (CH2) CH = CH2
n.oktana n.heksana 1 – butena
n.parafin n.parafin alfa olefin
(BM tinggi) (BM
rendah)
b. Parafin Cabang
Reaksi thermal kraking terhadap feed stock yang
mempunyai parafin rantai cabang akan menghasilkan
n.olefin yang jumlah atom C-nya sama dengan jumlah
atom C rantai induknya (rantai lurusnya).
Uraian tersebut di atas dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut:
Page111
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3 H
│ │
R – CH2 – CH – CH – CH3 R - CH2 – CH =
CH - CH3 + CH4
Contoh:
CH3 H
│ │
C2H5 – CH2 – CH – CH – CH3 C2H5 - CH2 – CH =
CH - CH3 + CH4
3 – metil heksana 2-heksena
Metana
c. Siklo Parafin (Naphthen)
Reaksi thermal kraking terhadap umpan (feed stock)
dengan struktur siklo parafin akan menghasilkan
reaksi seperti persamaan berikut :
1. Etena + diolefin + H2
2. Benzena + H2
Contoh:
CH2
Page112
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH2 CH2
a. CH2 = CH2 + CH2 = CH -
CH = CH2 + H2
CH2 CH2 Etena 1,3 butadiena
CH2 (diolefin)
CH
HC CH
b.
+ H2
HC CH
CH
Benzena
d. Alkil Siklo Parafin
Reaksi thermal kraking terhadap alkil siklo parafin
(BM tinggi) akan pecah menghasilkan alkil siklo
parafin (BM rendah) dan olefin.
Alkil siklo Parafin Alkil
siklo Parafin + Olefin
(BM tinggi sebagai feed stock) (BM rendah)
Contoh :
Page113
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH2 CH2 CH2 CH2RCH2 CH3
+ CH2= CHR
CH3
+ CH2=CHCH2R
e. Aromatic
Reaksi thermal kraking terhadap senyawa aromatic
akan menghasilkan olefin dan alkil benzena.
Contoh :
CH2 CH2 CH2 CH2RCH2 CH3
+CH2= CHR
Page114
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3
+ CH2=CHCH2R
B. Katalitik Kraking
Katalitik kraking adalah penguraian senyawa hirokarbon
oleh panas dengan menggunakan katalis (katalis
membantu mempercepat proses reaksi akan tetapi tidak
ikut bereaksi).
Proses katalitik kraking merupakan proses untuk
membuat gasoline yang kaya akan parafin cabang, siklo
parafin dan aromatik menjadi gasoline yang bermutu
tinggi. Katalitik kraking juga menghasilkan C4 dalam
jumlah yang banyak (butana dan butena) daripada C2
(etana dan etena).
Pada thermal kraking kita telah pelajari bahwa proses
reaksinya terjadi antar radikal bebas, sedangkan pada
katalitik kraking proses reaksinya terjadi antar ion
karbonium.
Contoh ion karbonium adalah sebagai berikut:
Page115
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3
CH3 C +
CH3
Ion karbonium
Pembentukan ion karbonium selama proses katalitik
kraking, dapat terjadi seperti pada reaksi-reaksi
berikut:
a. Penambahan sebuah proton (H+) dari katalis asam
dengan olefin.
Persamaan reaksinya dapat dituliskan seperti
berikut:
H+ + RCH = CHR RCH2 = + CHR
Olefin ion karbonium
b. Pengambilan sebuah ion (H+) dari suatu hirokarbon
oleh katalis asam atau ion karbonium yang lain.
Persamaan reaksinya dapat dituliskan seperti
berikut:
CH3
CH3
-H+
1. CH3 CH CH3C+
CH3
CH3
Page116
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Ionkarbonium
CH3 RCH3 R
2. CH3 CH + HC+ CH3 C+ + CH2
CH3 RCH3 R
Ion karbonium Ionkarbonium
Penggunaan katalis pada reaksi katalitik kraking,
umumnya reaksi berlangsung pada energy yang rendah.
Jenis katalis yang pertama kali digunakan yaitu
katalis dari jenis katalis asam yaitu berupa paatan
amorf yang teriri dari sekitar 80% silika (SiO2) dan
sekitar 13% alumina (Al2O3) atau biasa juga disebut
dengan Katalis Alumina Rendah. Sedangkan yang biasa
dikenal dengan Katalis Alumina Tinggi adalah katalis yang
terdiri dari sekitar 75% silika (SiO2) dan 25% alumina
(Al2O3).
Sekarang jenis katalis ini telah diganti dengan nama
Aluminosilikat Kristal (Zeolit) atau Molekular Sieves (MS).
Page117
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Adapun reaksi-reaksi Aluminosilikat Kristal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Asam Lewis
O O OO O O
│ │ │ ││ │– O – Si – O – Si – O – Al + RH – O – Si –
O – Si – O – Al : H + R+
│ │ │ ││ │
O O O O O O
2. Menurut Asam Bronsted
O O O │ │ │ H – O – Si – O – Si – O – Al – O + R
– CH = CH – R │ │ │ H O O O
O O O│ │ │
Page118
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
– O – Si – O – Si – O – Al – OH + R – CH2 –+CH – R
│ │ │
O O O ionkarbonium
Ion karbonium tidak stabil dan dengan cepat akan lebih
mudah untuk mengadakan reaksi. Dalam suatu ion
karbonium, karbon yang bermuatan positif adalah adalah
suatu pusat elektropositif. Energy ion karbonium dapat
iturunkan yaitu dengan memindahkan atom H atau gugus
metil (CH3) bersama elektron-elektron pengikatnya dari
atom karbon yang dekat dengan karbon positif.
H │
R – CH – +CH – R’ R – +CH –CH2 – R’
CH3 CH3
│ │ R – CH – +CH – R’ R – +CH – CH– R’
Adapun reaksi-reaksi pada katalitik kraking adalah
sebagai berikut:
Page119
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
1. Reaksi Isomerisasi
Reaksi isomerisasi dari alfa olefin menjadi internal
olefin dengan menambahkan ion (H+) :
CH3 – CH2 – CH = CH2 + H+ CH3 – CH2 – CH2 –+CH2
Alfa olefin
CH3 – CH2 – CH2 – +CH2 CH3 – CH2 – +CH –CH3
CH3 – CH2 – +CH – CH3 CH3 – CH2 = CH– CH3
Internal olefin
2. Dehirogenasi dari isopropyl benzene menghasilkanalfa – methyl stirene.
CH3 CH3
CH CH3 C = CH2
+ H2
isopropil Benzen
Page120
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
6.3. Reaksi Dehidrosiklisasi
Aromatisasi katalitik akan melepaskan satu molekul
hydrogen dan diikuti dengan pembentukan cincin benzene
(homolognya).
Aromatisasi katalitik dari parafin menghasilkan cincin
benzene (homolognya) dengan melepaskan satu molekul
hidrogennya (H2) atau lebih.
Adapun reaksinya dapat dituliskan seperti berikut :
1. CH3CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 + 4H2
n – heksana benzene
CH3
2. CH3CH2 CH2 CH2CH2 CH2 CH3 +4H2
n – heptana toluene
CH3
CH3
3. CH3CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3
a. n – oktana
Page121
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH2 CH3
b.
Pengubahan terjadi pada tekanan rendah dan pada
temperature di atas 300 oC (570 oF) tepatnya adalah 450 –
550 oC atau sekitar 840 – 1020 oF.
Katalisnya adalah logam – logam (atau oksidanya) dari
Titanium, Vanadium dan Tungsten dan biasanya ditambahkan
Alumina.
Mekanisme pengubahan dehidrogenasi dari parafin dan
olefin, terlebih dahulu dijadikan senyawa siklo dan
kemudian di-dehidrogenasi menjadi hidrokarbon aromatic.
Dalam hal aromatic jika dibandingkan dengan parafin.
a. Hidrogenasi
Hidrogenasi artinya memberikan hydrogen kedalam suatu
reaksi. Kebalikannya adalah dehidrogenasi (pengambilan
hirogen).
Tujuan Hidrogenasi dari suatu petroleum dan petroleum
residu adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki mutu produk petroleum yang sudah ada
atau mendapatkan produk baru atau memperoleh
penggunaan baru dari produk.
Page122
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
2. Untuk mengubah bahan-bahan yang mempunyai mutu
rendah menjadikan produk yang bermutu.
3. Untuk mengubah produk-produk residual padatan
menjadi bahan bakar cairan.
Karena komposisi dari feed stock tidak diketahui,
kemungkinannya terjadi bermacam-macam reaksi secara
bersamaan (simultan) sehingga sulit untuk mendapatkan
produk akhir sesuai dengan spesifikasi yang
dikehendaki.
Proses hirogenasi untuk pengubahan petroleum dan
petroleum residu, dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelas yaitu (1) kelas distruksi (perombakan) dan (2)
kelas non distruksi.
Distruksi yaitu bersifat merusak ikatan karbon-karbon,
disertai dengan hidrogenasi menghasilkan produk dengan
titik didih rendah. Misalnya dengan menggunakan
temperature yang agak tinggi dan hidrogen tekanan
tinggi, maka pembentukan coke dapat diusahakan sekecil
mungkin (minimize). Banyak reaksi-reaksi yang lain
yang menunjukkan reaksi distruksi yaitu isomerisasi,
dehidrogenasi dan siklisasi dapat berjalan pada
kondisi yang telah disebutkan.
Non distruksi yaitu hidrogenasi yang sangat sederhana,
yang tujuannya untuk memperbaiki mutu produk (atau
bahkan feed stock) dengan tanpa mengubah titik
Page123
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
didihnya. Cara ini sering disebut hirotreating atau
hidrorefining yang tujuannya adalah untuk
menghilangkan nitrogen (sebagai ammonia), oksigen
(sebagai air) dan sulfur (sebagai H2S).
b. Hidrokraking
Hirokraking adalah suatu proses thermal hidrogenasi
disertai dengan kraking.
Proses hidrokraking ini dilakukan pada tekanan tinggi
(100 – 2000 psi) dan dihasilkan produk yang berubah
sifat dan mutu dari sebelumnya.
Hidrokraking merupakan suatu proses gabungan antara
kataliti kraking dan hidrogenasi. Reaksi katalis
dengan menggunakan katalis silica-alumina (zeolit) dan
reaksi hidrogenasi dengan Platina, Tungsten oksida
atau Nikel. Jadi, proses hirokraking menggunakan dua
katalis yang masing-masing katalis berbeda fungsinya
disebut Katalis Fungsi ganda.
Dalam berlangsungnya reaksi ini, reaksi pertama
terjadi pada katalitik kraking dan reaksi kedua adalah
hidrogenasi.
1. Reaksi hidrokraking pada Parafin
Reaksi pertama terjadi pada katalitik kraking dengan
pecahnya parafin, menghasilkan parafin titik didih
Page124
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
rendah dan senyawa olefin. Reaksi kedua adalah
hidrogenasi yaitu reaksi antara hydrogen dan olefin.
(1) Reaksi pada katalitik kraking
R CH2 CH2 CH2 CH3 R – CH3 + CH3 –CH = CH2
(2) Reaksi pada hidrogenasi
CH3 – CH = CH2 + H2 CH3 – CH2 – CH3
Untuk parafin cabang, dihasilkan gas methane(disebut proses metanisasi).
CH3
│R – CH2 – CH – R + H2 R – CH2 –
CH2 – R + CH4
Gugus metil CH3 yang terikat oleh atom C sekunder
akan lebih mudah dipisahkan daripada terikat oleh
atom C tersier. Sedang gugus CH3 yang terikat pada
atom C kuarterner sangat tahan (resistant) terhadap
hidrokraking.
2. Reaksi hidrokraking pada Naphthenik
Pengaruh hidrogenasi terhadap senyawa hidrokarbon
Naphthenik yang akan menghasilakan normal parafin
dan parafin cabang dengan jumlah atom C yang sama.
Page125
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Sebagai contoh, metil siklo pentana diubah menjadi 2
– metil pentana, 3 – metil pentana
dan n-heksana dengan menggunakan katalis platina
atau karbon.
Isomerisasi dari tata nama senyawa tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
CH2 CH2 ICH3
│ III -------- CH2 – CH3 a. CH3 – CH2 – CH2 – CH – CH3
2 –metil pentana CH2 CH2
II CH3
│ b. CH3–CH2 – CH– CH2
– CH3
3 – metil pentana
c. CH3–CH2–CH2–CH2–H2– CH3
n - heksana
3. Reaksi Hidrokraking pada aromatik
Pada kondisi normal, artinya kondisi layaknya
katalitik kraking, hidrokarbon aromatic tidak dapat
Page126
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
melakukan reaksi hidrogenasi. Namun bila kondisi
operasi diubah, maka senyawa-senyawa aromatic dapat
diubah menjadi parafin, sedangkan aromatic poli inti
diubah menjadi mono inti (benzena) dan parafin yang
berat molekulnya (BM) rendah ( < C6).
Contoh, hirokraking dari Naphthalena dengan katalis
Molebdinum oksida-sulfida (350 – 500 oC atau sekitar
660 – 930 oF, 1500 psi H2) menghasilkan benzene dan
parafin dengan berat molekul (BM) rendah ( < C6).
4. Hydrotreating
Hidrotreating adalah proses hidrogenasi tanpa
kraking. Umumnya digunakan untuk hidrogenasi
senyawa-senyawa olefin. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan produk yang lebih baik mutunya.
R – CH = CH – R + H2 R – CH2 –CH2 – R
Atau pengubahan aromatik menjadi naphthan. R
R
+ H2
Page127
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Pada tekanan atmosfir, olefin dapat melakukan
hidrogenasi sampai kira-kira 500 oC atau sekitar 930oF, tetapi diluar daripada temperature tersebut akan
terjadi dehidrogenasi.
R – CH2 – CH2 – R R – CH =
CH – R + H2
Berbagai macam logam yang digunakan sebagai
katalis aktif hidrogenasi adalah Nikel, Palladium,
Platina, Kobal, Besi, Nikel-Tembaga dan Tembaga
Kromit. Khusus untuk tiga jenis katalis yang baru
saja disebutkan di awal yaitu Nikel, Palladium dan
Platina dapat digunakan pada temperature kamar dan
pada tekanan atmosfir.
Metal-metal katalis sangat mudah diracuni oleh
Sulfur dan Arsenikum. Untuk menghindari keracunan,
maka kita dapat memilih katalis yang kurang efektif
tetapi lebih tahan terhadap pembentukan metal oksida
dan sulfur, dan yang paling banyak dipakai adalah
Tungsten, Kobal, Kromium atau Molibdenum.
Keracunan pada katalis dapat dibuat sekecil
mungkin (minimize) dengan melakukan hidrogenasi
terhadap feed stock, untuk menghilangkan nitrogen
Page128
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
oksigen dan sulfur dengan menggunakan katalis yang
lebih resistant yaitu kobal – molybdenum – alumina
(Co – Mo – Al2O3).
RSH + H2 RH + H2S
RSH + 2H2 2RH + H2S
Reaksi yang terjadi untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang menganung Nif trogen adalah sama
dengan reaksi pada senyawa-senyawa Sulfur.
c. Isomerisasi
Isomer adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus
molekul yang sama akan tetapi mempunyai stuktur atau
konfigurasi yang berbeda.
Struktur berkaitan dengan cara atom-atom saling
berikatan, sedangkan kohfigurasi berkaitan dengan
susunan ruang atom-atom dalam molekul.
Tujuan isomerisasi pada proses pengolahan minyak bumi
adalah sebagai berikut:
Page129
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
1. Mengubah n – butane menjadi isobutana, dimana dapat
dilakukan dengan cara alkilasi menjadi hidrokarbon
cair dalam trayek didih gasoline.
2. Menaikkan angka oktan, yaitu dengan mengubah normal
parafin menjadi isoparafin, yaitu dengan cara
menjadikan titik didih n-parafin dalam trayek didih
gasoline.
Terjadinya kontak antara hirokarbon dan katalis pada
kondisi yang cocok, maka akan dihasilkan produk yang
baik. Katalis yang dipakai adalah AlCl3 dalam HCl atau
Platina.
AlCl3 + HCl [ AlCl4] – H+
Kedua katalis tersebut sangat reaktif dan dapat
menghilangkan reaksi samping. Adanya reaksi samping
akan menghasilkan penurunan produk dan senyawa olefin
yang dihasilkan bercampur dengan katalis sehingga
memperpendek umur katalis.
Reaksi samping dapat dihilangkan dengan menambahkan
inhibitor kedalam umpan atau dengan cara hidrogenasi.
A. Isomerisasi pada parafin
Parafin sangat mudah diisomerisasikan pada suhu
kamar dan reaksi terjadi antara parafin dengan
Page130
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
karbonium dan akan menghasilkan parafin yang baru
dengan titik didih rendah dan ion karbonium yang
baru pula.
CH3 CH2 CH2 CH3 + R+ CH3 CH2 +CH CH3
+ R – H
R+ dapat diperoleh dengan menambahkan proton (H+)
dari katalis asam kedalam molekul olefin, atau
terbentuk dari dehidrogenasi parafin.
CH3 CH3
││ CH3 CH2 +CH CH3 CH3 – CH – CH2
CH2 – C+ – CH3
CH3 CH3
│ │ CH2 – C+
– CH3 + CH3 CH2 CH2 CH3 CH3CHCH3 +
CH3+CHCH2CH3
Kecuali butane, isomerisasi parafin umumnya
terjadi reaksi samping, menghasilkan guntingan
ikatan karbon-karbon, bila katalis yang digunakan
jenis Aluminum halide. Dihasilkan produk campuran
Page131
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
antara titik didih tinggi dan titik didih rendah.
Reaksi ini terjadi pada parafin > C5.
Usaha untuk memperkecil (minimize) dilakukan
dengan memperbesar tekanan hydrogen.
Kondisi isomerisasi yang sesuai hanya untuk butane,
sangat sulit untuk isomerisasi pentane atau
hidrokarbon yang lebih tinggi.
Pada 27oC (81 oF)dengan dengan AlBr3 sebagai
katalis, terjadi kesetimbangan campuran antara n-
pentana dan iso pentane, menghasilkan lebih dari 70%
isomer cabang.
CH3 CH2 CH2 CH3 CH3 CH2 CH CH3
│
CH3
Sedangkan pada 0oC (32 oF) menghasilkan 90% isomer
cabang. Disamping itu juga, terbentuk produk yang
titik didihnya tinggi dan titik didih rendah, yaitu
heksana, heptana dan iso butane sebagai produk
sampingan dan jumlahnya bertambah jika temperature
dinaikkan. Bahkan hanya neo pentane yang terbentuk.
CH3
│
Page132
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3 – C – CH3 : neo - pentana
│
CH3
B. Isomerisasi pada olefin
Isomerisasi pada olefin lebih mudah. Reaksi akan
menghasilkan perpindahan kedudukan ikatan rangkap
dua (perpindahan atom hydrogen).
CH3 CH2 CH = CH2 + H+ CH3 CH2 CH2
CH+CH3
CH3 CH2 CH2 CH+CH3 CH3 CH2 CH =
CHCH3
Atau kemungkinan reaksi yang lain yaitu perpindahan
gugus metil.
CH3 CH2 CH2+CHCH3 CH3 CH2 +C CH3
│
CH3
Page133
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3
CH3
│
│
CH3 CH2 +C CH3 CH3 CH = C CH3
Ikatan rangkap dua yang terbentuk di atas dapat
mengadakan perpindahan sehingga menghasilkan isomer
trans – cis.
Contoh:
CH3 CH3
CH3 HCH2 = CH CH2 CH3 C = C
+ C = C
HH H CH3
Cis butaneTrans butana
Perpindahan ikatan rangkap dua pada normal olefinakan lebih cepat bila dibandingkan dengan olefincabang (olefin yang mempunyai gugus metil).
CH2 = CH CH2 CH3 CH3 CH = CH CH3
Page134
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3 CH3
│ │ CH3 CH CH = CH2 CH3 – C = CH –CH3
CH3 CH3 CH3
│ ││
CH3 – C = CH – CH2 CH 3 – C= C – CH3
C. Isomerisasi pada Naphthen
Senyawa-senyawa naphthen dapat mengadakan
isomerisasi dengan berbagai cara:
1. Pemecahan cincin, menghasilkan suatu olefin.
Misalnya, pemecahan cincin siklo propane (C3) dan
siklobutana (C4).
CH2
CH3 – CH = CH2
H2C CH2
Siklopropana propena
H2C CH2
CH3 – CH2 – CH = CH2
H2C CH2
Siklobutana butena
2. Pemecahan karbon-karbon pada rantai cabang,
menghasilkan derivative polimetil.
Page135
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Misalnya cincin C5 dan C6 akan pecah dan keduanya
saling menghasilkan.
CH2R R │ │
3. Isomerisasi pada alkil aromatik dapat terjadipertukaran rantai cabang.Misalnya, isomerisasi etil benzene menjadi xylenedan reaksi kebalikannya.
CH2CH3
CH2CH3
4. Perombakan rantai cabang pada alkil benzenmenjadi alkil tersubstitusi yang lebih tinggi danlebih rendah.
Contoh :
CH2 – CH3 CH2 – CH3
│ │
Page136
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
BF3
+ CH2 – CH3
Etil benzene benzene 1,3 di etilbenzena
d. Alkilasi
Alkilasi pada industry minyak bumi menunjukkan
suatu proses untuk mendapatkan angka oktana komponen
bahan bakar dengan penggabungan senyawa-senyawa
olefin dan parafin.
Reaksi antara iso butane dan olefin dengan
menggunakan katalis AlCl3, adalah salah satu reaksi
alkilasi.
Contoh :
1. CH2 = CH2 + H+ CH3 – +CH2 Etena
CH3
CH3
││
2. CH3 – CH + CH3 – +CH2 CH3 – C+ + CH3 – CH3
││
Page137
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
CH3
CH3
iso butane
Siklo parafin terutama yang mempunyai atom
tersier, teralkilasi dengan olefin menghasilkan
isoparafin dalam jumlah yang kecil, karena
terjadinya beberapa reaksi samping.
Contoh reaksi adalah sebagai berikut:
CH3
│
AlCl3
+ CH3CH = CH2 H+
CH3
CH Siklo heksana
CH3 CH3
││
AlCl3
CH2 – CH3 + CH3 – CH = CH2
H+
metil siklo pentane propena 1 metil 2 etilheksana
Page138
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
Hidrokarbon aromatik lebih mudah mengadakan reaksi
alkilasi daripada isoparafin dengan olefin.
Misalnya reaksi alkilasi dari kumena (iso propil
benzene) yang dapat dibuat dari propena dan benzena
dengan katalis asam.
Contoh :
CH3 – CH – CH3
│ H+
+ CH3 – CH = CH2
Benzena Cumena
Sebagai pereaksi alkilasi umumnya adalah suatu
olefin, namun disamping itu dapat digunakan
siklopropana, alkil halide, alcohol alifatik, eter
dan ester.
Alkilasi hidrokarbon aromatic didahului dengan
terbentuknya ion karbonium.
a. CH3 – CH = CH2 + H+ CH3 – +CH –
CH3 propena ion
karbonium propil
Page139
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
(sebagai pereaksi)
b. CH3CH2CH2Cl + AgCl3 CH3CH2+CH2
+ AlCl-4 propil klorida
(sebagai pereaksi)
e. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses dimana suatu
substansi dengan berat molekul rendah diubah menjadi
satu molekul dengan berat molekul yang lebih besar.
Dengan kata lain bahwa, polimerisasi itu merupakan
penggabungan dari satu molekul dengan molekul yang
sama, membentuk satu molekul besar.
Molekul sederhana yang mengalami polimerisasi
disebut monomer sedangkan hasilnya disebut polimer.
Polimerisasi umumnya terjadi dari penggabungan
olefin alifatik. Dari monomer menjadi polimer.
Polimerisasi pada alkena terjadi secara reaksi
adisi.
Prosesnya dapat berlangsung seperti reaksi berikut:
a. Mula-mula ikatan rangkap terbuka, sehingga akan
terbentuk gugus dengan dua elektron tidak
berpasangan.
Page140
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
b. Elektron-elektron yang tidak berpasangan
tersebut kemudian membentuk ikatan antar gugus,
sehingga membentuk rantai.
Contoh :
CH2 = CH2 CH3 – CH2 – CH = CH2
Etena butena
(monomer)
Secara garis besar,minyak bumi dikelompokkan
berdasarkan komposisi kimianya menjadi empat jenis yaitu:
1. Parafin
2. Olefin
3. Naphthen
4. Aromatik
Tetapi karena di alam ini bisa dikatakan tidak
pernah ditemukan minyak bumi dalam bentuk olefin, maka
kemudian minyak bumi dikelompokkan menjadi tiga kelompok
utama saja diantaranya : Parafin, Naphthen dan Aromatik.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah
parafin atau senyawa isomernya. Isomer itu sendiri adalah
bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki
Page141
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
rumus kimia yang sama. Misalkan pada normal-butana,
memiliki isomer 2-metil propane atau biasa juga disebut
dengan iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang
sama yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus bangun yang
berbeda.
Senyawa hidrokarbon normal sering juga disebut
sebagai senyawa hidrokarbon rantai lurus, sedangkan
senyawa isomernya atau “iso” sering disebut sebagai
senyawa hidrokarbon rantai cabang. Kedua jenis tersebut
merupakan jenis minyak bumi jenis parafin.
Sisa hidrokarbon lainnya yang terdapat dalam minyak
bumi adalah senyawa siklo-parafin yang dikenal dengan
Naphthen dan / atau senyawa aromatik.
Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan
perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon
yang memiliki kandungan karbon ( C ) yang lebih kesil
dari C7. Pada umumnya kandungan tersebut dapat
didefinisikan dan diidentifikasi, tetapi hal ini dapat
dilakukan hanya untuk keperluan laboratorium.
Campuran siklo parafin dan aromatik dalam rantai
hidrokarbon panjang pada minyak bumi menyebabkan minyak
Page142
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis
asphaltik.
Minyak bumi yang terdapat di alam, tidak pernah
ditemukan dalam bentuk parafin murni ataupun asphaltik
murni, melainkan selalu dalam bentuk campuran antara
parafin dan asphaltik. Pengelompokan minyak bumi menjadi
minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis asphaltik. Hal ini
menjelaskan bahwa minyak bumi dikatakan jenis parafin
jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan dengan
aromatic atau siklo parafinnya.
Dalam skala industri, produk dari minyak bumi
dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya atau
berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk
berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan
dibandingkan dengan pengelompokkan berdasarkan
komposisinya.
Dari awal, sudah dijelaskan bahwa minyak bumi tidak
selamanya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak
bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur,
nitrogen dan logam. Dan pada umumnya zat pengotor yang
banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur
organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan
Page143
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
hidrokarbon pada umumnya tetapi ada penambahan satu atau
lebih atom sulfur dalam molekulnya.
Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi
terdapat dalam bentuk Tiofen dan Disulfida. Tiofen dan
disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon
panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle
distillate).
Selain itu zat pengotor lainnya yang sering terdapat
dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen organik,
terutama klorida dan logam organic seperti natrium (Na),
vanadium (V) dan nikel (Ni).
Titik didih minyak bumi parafin dan asphalt tidak
dapat ditentukan secara pasti karena sangat bervariasi
dan tergantung pada jumlah dari rantai hidrokarbonnya.
Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon
rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih
sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan
apabila memiliki hidrokarbon rantai panjang dengan jumlah
atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih
tinggi.
Page144
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
SOAL-SOAL
1. Tuliskan nama senyawa berikut ini:
CH2
H2C CH2
a.
H2C CH2
O
b.
CH3
CH CH2 - CH3
2. Sebutkan 5 ciri-ciri minyak pelumas yang baik.
3. Uraikan secara singkat sistem kerja dari GlycolRegeneration
4. Tuliskan Rumusan Asam Bronsted dan Asam Lewis dalamsistem pembuatan ion karbonium.
Page145
KIMIA DASAR II D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS
5. Tuliskan 2 jenis reaksi yang terjadi selama thermalkraking dan tuliskan contohnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
1. Heterocyclic Amines in Cooked Meats. National Cancer
Institute. Diakses pada 2007-08-09.
2. Istianto, Mizu. 2007. Pemanfaatan Minyak/Senyawa Atsiri Dalam
Pengendalian Populasi Hama Tanaman, (Online)
http://horticlinic.blogspot.com.
3. McMurry,j., Fundamentals Of Organic Chemistry, Ed. 3,
Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove,
California, 1994.
4. Kemp, D.S. and F. Vellaccio, Organic Chemistry, Worth
Publisher Inc., New York, 1980.
5. Eicher, T., Hauptman S. (2nd ed. 2003.The Chemistry of
Heterocycles : Structure, Reactions, Syntheses and
Applications. Wiley-VCH. ISBN 3-527-30720-6.
Page146