Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar
di Indonesia. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang
tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur Indonesia,sehingga
masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. BUMN
Semen Gresik pertama kali didirikan pada tahun 1957 dikota Gresik,
Jawa Timur dengan kapasitas produksi pertahun pada saat itu sekitar
250 ton. Semen Gresik saat ini telah memiliki beberapa anak
perusahaan diantaranya PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang
bergerak dalam pembuatan semen juga, selain itu PT Semen Gresik
juga memiliki anak usaha lain dibidang non semen diantaranya PT
Kawasan Industri Gresik, PT United Tractors, PT Swadaya Graha,
Eternit Gresik serta PT Varia Usaha Beton. Lokasi pabrik Semen
Gresik berada di pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi yang merupakan
daerah pengguna semen terbesar. seperti halnya dengan Semen Jawa,
selain didistribusikan di seluruh Indonesia produk dari PT Semen
Gresik juga exspor ke luar negeri diantaranya ke negara Singapura,
Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Banglades,
Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria,
Mozambik dan Gambia. Ditengah ketatnya persaingan dan perdagangan
bebas seperti sekarang tentunya sangat memberikan perlajaran bagi
Semen Gresik terutama dalam memproduksi semen terbaik dengan harga
yang terjangkau. PT Semen Gresik tahun ini mampu memperoleh laba
1
pendapatan sekitar Rp 2,58 triliun atau naik sekitar 24 persen dari
pendapatan tahun lalu.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan untuk mendukung kecepatan distribusi ke
seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi serta jaringan
distribusi dengan membangun packing plant yang selanjutnya akan
menjadi rencana jangka panjang perusahaan.
1.3 PEMBATASAN MASALAHPermasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada:
a. Kajian pada flow process pembangunan dan operasional packing plant
yang sudah ada.
b. Menggunakan studi literatur dan studi lapangan.
c. Dilakukan penetapan konteks.
d. Tahap penaksiran risiko (risk assessment).
e. Menentukan tingkat resiko.
f. Evaluasi resiko.
g. Mitigasi Resiko dan pembuatan model Generik
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 MANAJEMEN RESIKO
2.1.1 Pengertian Resiko
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh
karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa
yang akan terjadi. Sehingga yang disebut resiko yaitu peluang
terjadinya hasil yang tidak diinginkan maupun ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa atau akibat penyimpangan hasil aktual
dari hasil yang diharapkan sehingga menghasilkan probabilitas yang
berbeda. Jadi secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan.
2.1.2 Manajemen Resiko
Pelaksanaan manajemen resiko haruslah menjadi bagian integral
dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses
manajemen resiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat
dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement). Proses manajemen resiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
3
Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau
perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu
resiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan,
jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen resiko dapat
memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan.
Walaupun demikian manajemen resiko seringkali dilakukan pada tahap
pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
2.1.3 Hubungan Manajemen Resiko Dengan Fungsi-Fungsi Lain Dalam
Perusahaan
1. Hubungan Dengan Fungsi Akunting
2. Hubungan Dengan Fungsi Keuangan
3. Hubungan Dengan Marketing
4. Hubungan Dengan Bagian Produksi
5. Hubungan Dengan Engineering dan Maintance
6. Hubungan Dengan Bagian Personalia
2.2 ASESMEN RESIKO
Menurut definisi ISO/IEC Guide 73 yang dimaksud dengan asesmen
resiko adalah keseluruhan proses analisis resiko dan evaluasi
resiko. Ada beberapa teknik asesmen resiko yang lazim dipergunakan
4
yang dibedakan atas teknik-teknik yang berkaitan dengan identifikasi
resiko dan teknik serta metode analisis resiko.
2.2.1 Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko yaitu usaha untuk menemukan atau
mengetahui resiko – resiko yang mungkin timbul dalam kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan. Identifikasi
resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko-resiko apa saja
yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi
oleh suatu organisasi, mulai dari resiko penyelewengan oleh
karyawan, resiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada
beberapa teknik untuk mengidentifikasi resiko, misal dengan
menelusuri sumber resiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan.
2.2.2 Analisis Resiko
Analisis Risiko adalah suatu metode analisis yang meliputi
faktor penilaian, karakterisasi, komunikasi, manajemen dan
kebijakan yang berkaitan dengan risiko tersebut. Tahapan kegiatan
analisis risiko antara lain meliputi: identifikasi hazard,
proyeksi risiko, penilaian risiko, dan manajemen risiko.
Penilaian risiko dapat dilakukan secara kuantitatif atau
kualitatif.
2.2.3 Evaluasi Resiko
Maksud dari evaluasi resiko adalah untuk membuat keputusan
berdasarkan pada hasil analisa resiko tentang perlunya perlakuan
dan prioritas perlakuan terhadap resiko. Dalam beberapa kedaan
evaluasi resiko dipakai untuk analisa yang lebih jauh.
5
2.2.3.1 Peta Resiko
Peta risiko merupakan gambaran secara visual risiko-risiko
yang dihadapi suatu perusahaan, dalam suatu matriks dua sumbu,
yaitu sumbu likelihood dan dampak risiko. Peta risiko dapat juga
berfungsi sebagai dashboard bagi manajemen yang memperlihatkan
posisi risiko, pada kondisi inheren dan residual. Dengan
memetakan risiko inheren dan risiko residual secara visual
seperti ini, manajemen akan dapat melihat kapabilitas
pengendalian (control score) yang diciptakan untuk mengelola
risiko sampai tingkat yang dapat diterima. Risiko yang berada
di atas appetite risiko perusahaan, Dikategorikan menjadi tiga
kelompok, supplementar issue, issue dan unacceptable, yang
menunjukkan perbedaan pengelolaan yang diperlukan.
2.2.3.2 Valie at Risk (VaR)
Value at Risk (VaR) merupakan ukuran yang dapat digunakan
untuk menilai kerugian terburuk yang mungkin terjadi bagi
seorang investor atau suatu badan usaha atas investasinya
dalam sekuritas atau aset-aset, baik secara satu per satu
atau dalam portfolio pada suatu waktu tertentu, pada tingkat
peluang yang ditetapkan. Dalam VaR, kemungkinan kerugian
dihitung dari peluang kerugian lebih buruk daripada suatu
persentase yang ditetapkan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 RISK ASSESMENT PROYEK PACKING PLANT
Perusahaan akan selalu menghadapi lingkungan kerja yang tidak
pasti, sehingga setiap perusahaan menghadapi risiko. Siahaan (2009)
mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian. PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia yang
memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT. Semen Padang (Persero) dan PT.
Semen Tonasa (Persero). Berdasarkan laporan tahunan 2009, perseroan
ini masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. Secara
keseluruhan, total volume penjualan Perseroan tahun 2009 termasuk
ekspor mencapai 18,4 juta ton, dimana total volume penjuaan domestikl
meningkat 7 % dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan volume ekspor
menurun. Jaringan distribusi Perseroan, terdiri atas distributor yang
tersebar diseluruh pelosok Nusantara. Para Distributor memiliki
jaringan took-toko yang berjumlah ribuan. Untuk mendukung kecepatan
distribusi ke seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi dan
jaringan distribusi, langkah strategis yang dilakukan adalah membangun
packing plant di Ciwandan. Berdasarkan pentingnya fungsi packing plant dalam
bidang pemasaran, maka perlu dilakukan pertimbangan terhadap risiko-
resiko yang mungkin terjadi. Selain itu juga perlu diketahui potensi
7
keuntungan serta kerugian yang dialami oleh perusahaan dalam
pembangunan packing plant. Potensi kerugian yang terjadi pada proyek ini
dapat diketahui melalui perhitungan Valie at Risk (VaR) dengan menggunakan
potensi kejadian dari masa lalu maupun informasi dari pemilik bisnis
proses. Metode VaR ini digunakan untuk mengkuantitatifkan berupa
perhitungan financial terhadap potensi kerugiann yang dialami perusahaan.
Asesmen yang dilakukan akan memberikan kontribusi sebagai patokan
dalam melakukan asesemen dalam pembangunan packing plant berikutnya.
3.2 METODOLOGI PENELITIAN
Pada asesmen resiko ini dengan tahap identifikasi yaitu
identifikasi permasalahan, perumusan tujuan dan manfaat. Dilanjutkan
dengan studi literatur dan studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai permasalahan yang ada.
Tahap kedua adalah tahap penaksiran risiko (risk assessment). Tahap
ini adalah tahap identifikasi, analisis serta evaluasi risiko.
Identifikasi risiko berfungsi untuk mengetahui sebab dan dampak
risiko. Analisis risiko dilakukan untuk penentuan likelihood dan
consequences yang dilanjutkan dengan penentuan tingkat risiko. Tahap
evaluasi risiko akan dilakukan pemetaan risiko, penentuan rangking
risiko serta perhitungan VaR. Tahap ketiga adalah mitigasi risiko
untuk menentukan penanganan risiko yang sesuai dengan risk treatment.
dengan pembuatan, kemudian dilanjutkan dengan model generic
3.3 ASESMEN RESIKO
Berikut merupakan hasil danpembahasan dari setiap tahap pada
proses asesmen risiko pembangunan packing plant PT Semen Gresik (Persero)
Tbk.
3.3.1 PENETAPAN KONTEKS
Penetapan konteks merupakan proses untuk mendefinisikan
parameter dasar dalam pengelolahan risiko. Dalam tahap ini akan
8
diketahui bagian mana yang akan dijadikan peninjauan berdasarkan
flow proses amatan serta pihak mana saja yang terkait didalamnya.
Gambar 3.1 Flow proses pembangunan packing plant
Berdasarkan gambar 3.1 jika diamati berdasarkan project life
cycle,untuk flow proses diatas hanya terdapat dua tahapan. Tahap
inisiasi tersebut merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum
perencanaan. Kegiatan di dalamnya bersifat strategis. Tahap
inisiasi terdiri dari tahap feasibility study, tahap penentuan budget,
pengajuan ijin kepada dewan komisaris, serta penentuan tim
engineerin. Sedangkan pada tahap perencanaan merupakan penentuan
variabel-variabel apa saja yang dibutuhkan dari awal hingga akhir
proyek tersebut. Berdasarkan flow proses diatas, maka kegiatan
pada tahap perencanaan antara lain : procurement planning, construction
planning serta commitioning. Flow proses diatas diperoleh berdasarkan
studi lapangan serta wawancara dengan pemilik bisnis proses.
Sedangkan pada gambar 3.2 dibawah ini merupakan flow proses
pada kegiatan operasional packing plant. Kegiatan operasional pada
packing plant ini dimulai dari pabrik Tuban hingga pengolahan semen
di packing plant Ciwandan.
9
Gambar 3.2 Flow process operational packing plant Ciwandan
Berdasarkan gambar tersebut, table 3.1 berikut merupakan
keterangan pada setiap aktivitas operasional yang ada didalamnya.
Pada setiap kegiatan tersebut, akan digunakan sebagai input dalam
mengidentifikasi risiko. Flow proses tersebut diperoleh dari
hasil wawancara dengan pemilik bisnis proses.
Table 3.1 Penjelasan Flow Process Operational packing Plant
Huruf Penjelasan
AProses pengangkutan dari pabrik ke
dermagaB Pengisian sillo pelabuhan TubanC Proses pemuatanD Proses operasinal kapalE Proses unloading pembongkaran semenF Proses packing
3.3.2 IDENTIFIKASI RESIKO
Identifikasi risiko dalam penelitian ini merupakan proses
sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi
menghambat pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan sehingga
tidak ada risiko potensial yang tidak teridentifikasi. Pada tahap
ini akan dilakukan identifikasi risiko untuk mengenali dan
menemukan jawaban terhadap apa, bagaimana, dan mengapa proyek
packing plant menimbulkan risiko dengan memperhatikan uraian sebab
risiko itu terjadi serta uraian dampak resiko yang ditimbulkan.
10
Tabel 3.2 identifikasi Resiko pada Packing Plant CiwandanIDENTIFIKASI RESIKO
No.
NamaResiko Sebab Resiko Uraian Dampak
1
Kesimpulam pada Pengambilan
FS salahkeputusan yang salah
Penggunaan
Keterlambatan pada
asumsi yang salah
pembangunanpacking
pada studi kelayakan plant (PP)
terjadinyapembengkakan biaya
Resiko pada
pada tahap perencanaan
Feasibility study
proyek pembangunan
(FS) pacing plant (PP)Berdampak sedangterhadap pencapaiansasaran perusahaanBerdampak seriuspada reputasiperusahaan
2Kesalahan
keterlambatan pada
perhitungan pada saat
pembangunanpacking
membuat gambar
plant (PP)
teknikketidak sesuaian terjadinyaspesifikasi desaindg
pembengkakan biaya
yang diharapkan
proyek pembangunanPP
resiko kesalahan
tidak sesuainya kualitas
dalam melakukan
PP dengan planning
engineering design awal
terlambatnya kegiatanoperasionalpada PPberdampak sedangterhadap pencapaiansasaran perusahaanberdampak serius bagireputasi perusahaan
3
Kesalahandesain
Konstruksi bangunan
(sipil, makanik,
tidak kokoh, sehingga
electrical)
berpengaruhpadaberkurangnya umurbangunan
KesalahanPotensi terambilnya
11
spesifikasi material
ceruk pasaroleh
(misalnya: baja, pesaing
Risikokualitas concreate
performance PP
untuk Silo)
tidak sesuai Konsultan Terjadinya
yangpengawas proyek
pembengakakan biaya
direncanakan
kurang qualified
proyek pembangunanPP
Kondisi lapangan
Berdampak sedang
tidak sesuai
terhadap pencapaian
dengan yang
sasaran perusahaan
diprediksiKompentensi SDM
Berdampak serius
yang kurang (sipil,
bagi reputasi
mekanik, perusahaanelectrical)
12
IDENTIFIKASI RESIKONo.
NamaResiko Sebab Resiko Uraian Dampak
4
KeterlambatanPembangunanPP
material (Foreign
tidak tepatwaktu
Equipment danFabrikasi Lokal)Vendor/Kontraktor
Pembengkakan biaya
Pelaksana tidak proyekqualified
Risiko schedule Keterlambatan
Potensi terambilnya
penyelesaian pekerjaan
ceruk pasaroleh
pembangunan engineering, pesaingpacking plant procurement,tidak sesuai construction
Tenaga kerja yang
Berdampak sedang
kurang qualified
terhadap pencapaiansasaran perusahaanBerdampak seriusbagi reputasiperusahaan
5
Biaya sewa lahan
Mengganggu cash
yang tinggi/melebihi
flow perusahaan
Risiko budgetpembangunan
Kenaikan harga
Berdampak sedang
packing plant material
terhadap pencapaian
over budget
sasaran perusahaan
Keterlambatan Berdampak
serius
pembangunanbagi reputasiperusahaan
6
Proses perijinan
Keterlambatan dalam
memerlukan waktu
pembangunanPP
yang lamaSyarat perijinan
Berdampak ringan
Risiko kendala belum lengkap
terhadap pencapaian
perijinansasaran perusahaan
pembangunan
Berdampak pada
PPreputasi perusahaan.Melibatkanpemberitaandi mediamassa lokalterbatas
7
PP dibangun pada
kawasan yangTerhambatnya proses
dekat denganpembangunanPP
pemukimanpendudukAdanya perbedaan
Terjadinya konflik
budaya daridengan masyarakat
Risikomasyarakat sekitar
sekitar danLSM
lingkungandan
Adanya penolakan
Berdampak ringan
sosialdan pertentangan
terhadap pencapaian
dari LSM dansasaran perusahaan
masyarakat sekitar
Berdampak padareputasi
13
perusahaan.Melibatkanpemberitaandi media
massa lokalterbatas
IDENTIFIKASI RESIKONo. Nama Resiko Sebab Resiko Uraian Dampak
8
TerjadinyaDokumen sertifikat permasalahan hukumtanah palsu dengan pemilik tahah
dikemudian hariSertifikat tanahmasih di agunkan Terganggunya
Risiko legalitas (misal sertifikat kegiatan konstruksidokumen tanah masih packing planthukum dijaminkan)(dokumen Berdampak ringantanah) terhadap pencapaian
sasaran perusahaanBerdampak padareputasi perusahaan.Melibatkanpemberitaan di mediamassa lokal terbatas
9
Konsultan masihbelom deal Terhambatnya prosesmengenai kontrak pembangunankerja yang packing plantdilakukan
Dampak terhadapRisiko pencapaian sasaran
14
pembuatan perusahaan dapatperjanjian diabaikanterlambat Berdampak pada
reputasi perusahaanyang tidak tersebarluas dan tidakterdapat pemberitaandi media
3.3.3 Analisis Resiko
Analisis risiko merupakan tahap kedua dari proses asesmen.
Pada tahap ini dilakukan proses penilaian risiko yang dilakukan
dengan menggunakan kriteria risiko yang telah ditetapkan
perusahaan. Pada penelitian ini, proses analisis risiko ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan parameter
kualitatif (baik, sedang, buruk) untuk menguraikan besaran
tingkat kemungkinan dan konsekuensi risiko berdasarkan professional
judgment. Pada tabel 3.4 berikut merupakan hasil rekap penilaian
likelihood dan consequences pada risiko pembangunan packing plant yang
diisi oleh risk officer Tim Proyek Packing Plant Grup.
Tabel 3.3 Rekap Penilaian Analisis Risiko pada Risiko Pembangunan
Packing Plant
Identifikasi Resio Analisis ResikoNo Nama resiko L C TR
1Risiko pada FeasibilityStudy 2 3 6(FS)
2Risiko kesalahan dalam
2 3 6melakukan engineering design
3Risiko kualitas PP tidak sesuai 133yang direncanakan
4Risiko schedule penyelesaian 3 3 9pembangunan packing
15
planttidak sesuai
5Risiko pembangunan packing 3 3 9plant over budget
6Risiko kendala perijinan 3 2 6pembangunan PP
7 Risiko lingkungan dan sosial 4 2 8
8Risiko legalitas dokumen 3 2 6hukum (dokumen tanah)
9Risiko pembuatan perjanjian 1 1 1terlambat
Pada tabel di atas terdapat kolom untuk perhitungan tingkar
risiko (TR). Nilai TR diperoleh dari hasil perkalian likelihood dan
consequences. Perhitungan tersebut juga berlaku pada perhitungan
tingkat risiko pada kegiatan operasional packing plant.
3.3.4 Evaluasi resiko
Tahap terakhir dari proses asesmen risiko adalah evaluasi
risiko. Tujuan dari proses evaluasi risiko adalah untuk menenukan
prioritas pengelolaan risiko sehingga diketahui risiko mana saja
yang perlu segera mendapatkan perhatian dan penanganan risiko
(mitigasi) lebih lanjut. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
berapa jumlah risiko yang ekstrim, tinggi, sedang dan rendah.
Klasifikasi tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemetaan
risiko kedalam peta risiko (risk map) yang nantinya akan dilakukan
penuntuan peringkat risiko. Penentuan ini berdasarkan pengalaman
para risk officer dalam menentukan risiko mana yang menempati
peringkat atas untuk diberi prioritas perhatian.
3.3.4.1 Peta Resiko
16
Peta Risiko dibuat berdasarkan hasil dari perhitungan
peluang (likelihood) dan dampak (consequences) sebelumnya. Peta risiko
yang digunakan menggunakan kategori yang telah ditetapkan oleh
Tim Manajemen Risiko SG seperti pada gambar risk mapping pada bab
2 yang tetap mengacu pada ISO 31000. Berikut merupakan pemetaan
risiko untuk risiko pembangunan packing plant.
Gambar 3.3 Peta Risiko Pembangunan Packing Plant Ciwandan
Sedangkan hasil pemetaan risiko pada kegiatan operasional packing
plant adalah sebagai berikut.
Gambar 3.4 Peta Risiko Operasional Packing Plant Ciwandan
3.3.4.2 Value at Risk
VaR merupakan salah satu tools yang digunakan dalam manajemen
risiko untuk menghitung secara kuantitatif terhadap risiko
operasional. Perhitungan VaR pada penelitian ini dilakukan pada
17
kegiatan operasional packingplant di Ciwandan. Pada perhitungan VaR,
dilakukan estimasi untuk perhitungan batas kritis (critical value)
dengan menggunakan confidence level 95%, sehingga estimasi dengan
menggunakan Z0,05 yang menghasilkan nilai Zα= 1,645. Perhitungan
yang dilakukan dalam periode bulanan.
Berikut merupakan contoh perhitungan VaR pada risiko
operasional acking plant.
1. Resiko armada Truck tidak tersedia
Tabel 3.6 Losses pada Risiko Armada Tidak Tersedia
LossesjumlahKerugia
n
Frekuensi
FrekuensiKomulatif
LossesKomulatif
Transformasi Ln
Rp212.100.000,00 6 1 1 Rp
212.100.000,001,917,256
,842Rp
247.450.000,00 7 1 2 Rp247.450.000,00
193,267,191
Rp424.200.000,00
12 4 6Rp
1.696.800.000,00
198,657,156
Rp494.900.000,00 14 1 7 Rp
494.900.000,002,001,986
,628Rp
530.250.000,00 15 1 8 Rp530.250.000,00
2,008,885,915
Rp565.600.000,00 16 1 9 Rp
565.600.000,002,015,339
,767Rp
883.750.000,00 25 1 10 Rp883.750.000,00
2,059,968,478
Rp1.131.200.000,
0032 1 11
Rp1.131.200.000,
002,084,654
,485Rp
1.201.900.000,00
34 1 12Rp
1.201.900.000,00
2,090,716,947
JUMLAH
Rp6.963.950.000,
00
18
Untuk mengatasi kekurangan data, dilakukan penambahan dengan
bootstrap. Bootstrap dengan cara biasa berikut hanya mengulang
kemunculan angka-angka pada data asli, meskipun random, namun
tidak pernah termunculkan angka yang baru (Adiperdana, 2010).
Resampling tersebut menghasilkan 240 data dan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Mean (x) = 573.484.333
Standar Deviasi (σ) = 333.271.142,8
Maka estimasi kerugian (μ) untuk risiko armada truck tidak tersedia
adalah :
μ≤x+Zα σ√n
μ ≤ 573.848.333 + 1,645 333.271.142,8
√240μ ≤ 609.236.493,8
Nilai VaR adalah Rp 609.236.493,30
3.4 PENANGANAN RESIKOPenentuan opsi untuk mitigasi risiko ini menggunakan matrix risk
treatment yang disesuaikan dengan risk tolerance perusahaan yaitu poin 2 pada
likelihood dan poin 4 pada consequences. Berdasarkan perolehan peta risiko
sebelumnya, dilakukan pemetaan matrix risk treatment dari nilai likelihood dan
consequences untuk mengetahui penanganan yang sesuai pada setiap risiko.
Berikut merupakan matrix risk treatment pada pembangunan packing plant.
19
Gambar 3.5 Matrix Risk Treatment pada Pembangunan Packing Plant
Berdasarkan gamber 3.4, pada risiko pembangunan dapat diketahui
bahwa berdasarkan matrix risk treatment, tidak ada risiko yang harus
dihindari dan dan dipindahkan. Tindakan mitigasi yang dilakukan yaitu
menangani risiko serta menerima risiko. Risiko yang harus ditangani
antara lain : risiko pada Feasibility Study (FS), risiko kesalahan dalam
melakukan engineering design, risiko schedule penyelesaian pembangunan packing
plant tidak sesuai, risiko pembangunan packing plant over budget, risiko
kendala perijinan pembangunan PP, risiko lingkungan dan sosial, dan
risiko legalitas dokumen hukum (dokumen tanah). Risiko tersebut dapat
dilakukan penangan dari pihak perusahaan baik dengan cara mereduksi
dampak terjadinya maupun kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
Menurut pihak manajemen, untuk mengurangi konsekuensi risiko tersebut
dapat dilakukan rencana kontigensi, rencana pemulihan akibat
bencana/kerugian yang telah dialamai oleh perusahaan, menyusun rencana
portofolio, meminimalkan eksposure terhadap sumber risiko, dan
lainnya. Tentu saja langkah yang dilakukan tersebut disesuaikan dengan
SOP yang berlaku di perusahaan. Sedangkan untuk risiko yang diterima
adalah risiko performance PP tidak sesuai yang direncanakan dan risiko
pembuatan perjanjian terlambat. Risko ini bukan berarti diterima
20
begitu saja. Maksudnya, risiko dapat diterima dengan tetap melakukan
pengendalian sesuai kebijakan dari risk owner. Risiko tersebut benar-
benar dapat diterima bila pada dua risiko tersbut level risiko rendah
sehingga tidak diperlukan penanganan khusus, tidak tersedia penanganan
risiko untuk risiko tersebut, serta bila biaya penanganan lebih tinggi
dari manfaat yang diperoleh. Selama ini, masih tersedia langkah
kongkrit dari perusahaan untuk melakukan penanganan risiko. Selain
itu, biaya penanganan masih dapat dijangkau oleh perusahaan.
Gambar 3.6 Matrix Risk Treatment pada Operasional Packing Plant
Sedangkan pada gambar 3.6 matrix risk treatment pada kegiatan
operasional packing plant, dapat diketahui bahwa terdapat 4 risiko yang
ada pada kuadran ketiga, yaitu tangani risiko. Hal ini dapat diketahu
dari penilaian skor pada likelihood serta consequences-nya. Sementara itu, 8
risiko lainnya berada tepat pada risk tolerance. Berdasarkan judgment yang
diberikan oleh pemilik bisnis proses serta kemampuan perusahaan dalam
menangani risiko tersebut, maka semua risiko tersebut akan tetap
ditangani. Hal ini dikarenakan perusahaan masih mampu untuk mengatasi
potensi risiko yang dialami.
Berdasarkan matrik tersebut, dapat segera diuraian bentuk
penanganan yang sesuai pada setiap risiko. Penentuan penanganan yang
21
sesuai memerlukan pendapat para expert yang telah lama terlibat pada
kegiatan pembangunan serta operasional packing plant.
3.5 MODEL GENERIK
Pembuatan model generik ini diperoleh berdasarkan dari hasil
identifikasi risiko pembangunan dan operasional. Model generic ini
berfungsi sebagai acuan asesmen risiko untuk proyek pembanguanan packing
plant berikutnya. Selain itu, model generik ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan pada pembuatan feasibility study mengenai factor risiko yang
terjadi saat proyek akan dilakukan. Pada gambar 3.7 berikut merupakan
model generik untuk pembangunan packing plant yang dapat digunakan untuk
proyek selanjutnya.
22
Gambar 3.7 Model Generik pada Pembangunan Packing Plant
Sedangkan pada gambar 3.8 merupakan model generik untuk kegiatan
operasional packing plant.
23
Gambar 3.8 Model Generik pada Operasional Packing Plant
Berdasarkan hasil perolehan model generik tersebut, identifikasi
tersebut dapat ditambahakan baik untuk kegiatan pembangunan serta
operasional. Hal ini terkait dengan keadaan baik alam maupun
lingkungan yang berbeda pada proyek packing plant selanjutnya.
24
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil asesmen risiko serta penanganan risiko yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari identifikasi risiko diperoleh 9 risiko pembangunan dan 12
risiko operasional packing plant. Berdasarkan project life cycle untuk
pembanguanan packing plant, risiko pada tahap inisiasi adalah risiko
pada feasibility study, risiko pembangunan packing plant over budget, risiko
kendala perijinan PP, risiko legalitas dokumen hukum (dokumen
tanah), serta risiko pembuatan perjanjian terlambat. Sedangkan yang
termasuk risiko pada tahap perencanaan adalah risiko kesalahan dalam
melakukan engineering design, serta risiko schedule penyelesaian
pembangunan packing plant.
2. Dari hasil analisa risko yang dilakukan diperoleh nilai likelihood dan
consequences yang disesuaikan dengan kriteria penilaian perusahaan
untuk mengetahui tingkat risiko (TR) pada masing-masing risiko.
3. Dari hasil evaluasi risiko diperoleh pemetaan risiko yang sesuai
standar ISO 31000 sehingga diperoleh kriteria risiko dan dilakukan
judgement oleh pihak manajemen untuk penentuan peringkat risiko pada
risiko yang teridentifikasi. Selain itu diperoleh hasil perhitungan
Value at Risk (VaR).
25
4. Dari perhitungan VaR diperoleh potensi kerugian per bulan dengan
confidence level 95% yang dapat ditanggung oleh perusahaan. Jika risiko
tersebut terjadi maka akan menjadi kerugian, sedangakan jika risiko
tersebut tidak terjadi akan menjadi keuntungan sebanyak rupiah yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan.
5. Berdasarkan proses usulan penanganan yang dilakukan, dapat dikatakan
bahwa PT. Semen Gresik (Tbk) merupakan risk taker, karena selalu
berupaya untuk melakukan tindakan mitigasi pada potensi risiko yang
terjadi.
6. Dari model generik diperoleh 4 risiko general pada pembangunan
packing plant yaitu risiko feasibility study, risiko ingkungan dan sosial,
risiko kesalahan pelaksanaan pembangunan, serta risiko hukum dan
perijinan pembangunan. Sedangkan pada risiko operasional diperoleh 5
risiko general yaitu risiko kekurangan / keterlambatan supply semen,
risiko kekurangan demand, risiko gangguan transportasi, risiko
bongkar muat, dan risiko performance PP.
26