26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur Indonesia,sehingga masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. BUMN Semen Gresik pertama kali didirikan pada tahun 1957 dikota Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi pertahun pada saat itu sekitar 250 ton. Semen Gresik saat ini telah memiliki beberapa anak perusahaan diantaranya PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang bergera k dalam pembuatan semen juga, selain itu PT Semen Gresik juga memiliki anak usaha lain dibidang non semen diantaranya PT Kawasan Industri Gresik, PT United Tractors, PT Swadaya Graha, Eternit Gresik serta PT Varia Usaha Beton. Lokasi pabrik Semen Gresik berada di pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi yang merupakan daerah pengguna semen terbesar. seperti halnya dengan Semen Jawa , selain didistribusikan di seluruh Indonesia produk dari PT Semen Gresik juga exspor ke luar negeri diantaranya ke negara Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Banglades, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik dan Gambia. Ditengah ketatnya persaingan dan perdagangan bebas seperti sekarang tentunya sangat memberikan perlajaran bagi Semen Gresik terutama dalam memproduksi semen terbaik dengan harga yang terjangkau. PT Semen Gresik tahun ini mampu memperoleh laba 1

Tugas makalah managemen resiko yang baru

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar

di Indonesia. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang

tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur Indonesia,sehingga

masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. BUMN

Semen Gresik pertama kali didirikan pada tahun 1957 dikota Gresik,

Jawa Timur dengan kapasitas produksi pertahun pada saat itu sekitar

250 ton. Semen Gresik saat ini telah memiliki beberapa anak

perusahaan diantaranya PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang

bergerak dalam pembuatan semen juga, selain itu PT Semen Gresik

juga memiliki anak usaha lain dibidang non semen diantaranya PT

Kawasan Industri Gresik, PT United Tractors, PT Swadaya Graha,

Eternit Gresik serta PT Varia Usaha Beton. Lokasi pabrik Semen

Gresik berada di pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi yang merupakan

daerah pengguna semen terbesar. seperti halnya dengan Semen Jawa,

selain didistribusikan di seluruh Indonesia produk dari PT Semen

Gresik juga exspor ke luar negeri diantaranya ke negara Singapura,

Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Banglades,

Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria,

Mozambik dan Gambia. Ditengah ketatnya persaingan dan perdagangan

bebas seperti sekarang tentunya sangat memberikan perlajaran bagi

Semen Gresik terutama dalam memproduksi semen terbaik dengan harga

yang terjangkau. PT Semen Gresik tahun ini mampu memperoleh laba

1

pendapatan sekitar Rp 2,58 triliun atau naik sekitar 24 persen dari

pendapatan tahun lalu.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan untuk mendukung kecepatan distribusi ke

seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi serta jaringan

distribusi dengan membangun packing plant yang selanjutnya akan

menjadi rencana jangka panjang perusahaan.

1.3 PEMBATASAN MASALAHPermasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada:

a. Kajian pada flow process pembangunan dan operasional packing plant

yang sudah ada.

b. Menggunakan studi literatur dan studi lapangan.

c. Dilakukan penetapan konteks.

d. Tahap penaksiran risiko (risk assessment).

e. Menentukan tingkat resiko.

f. Evaluasi resiko.

g. Mitigasi Resiko dan pembuatan model Generik

2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 MANAJEMEN RESIKO

2.1.1 Pengertian Resiko

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh

karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa

yang akan terjadi. Sehingga yang disebut resiko yaitu peluang

terjadinya hasil yang tidak diinginkan maupun ketidakpastian atas

terjadinya suatu peristiwa atau akibat penyimpangan hasil aktual

dari hasil yang diharapkan sehingga menghasilkan probabilitas yang

berbeda. Jadi secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu

keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat

kemungkinan yang merugikan.

2.1.2 Manajemen Resiko

Pelaksanaan manajemen resiko haruslah menjadi bagian integral

dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses

manajemen resiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat

dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous

improvement). Proses manajemen resiko juga sering dikaitkan dengan

proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

3

Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan

perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau

perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu

resiko.

Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan,

jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen resiko dapat

memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan.

Walaupun demikian manajemen resiko seringkali dilakukan pada tahap

pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

2.1.3 Hubungan Manajemen Resiko Dengan Fungsi-Fungsi Lain Dalam

Perusahaan

1. Hubungan Dengan Fungsi Akunting

2. Hubungan Dengan Fungsi Keuangan

3. Hubungan Dengan Marketing

4. Hubungan Dengan Bagian Produksi

5. Hubungan Dengan Engineering dan Maintance

6. Hubungan Dengan Bagian Personalia

2.2 ASESMEN RESIKO

Menurut definisi ISO/IEC Guide 73 yang dimaksud dengan asesmen

resiko adalah keseluruhan proses analisis resiko dan evaluasi

resiko. Ada beberapa teknik asesmen resiko yang lazim dipergunakan

4

yang dibedakan atas teknik-teknik yang berkaitan dengan identifikasi

resiko dan teknik serta metode analisis resiko.

2.2.1 Identifikasi Resiko

Identifikasi resiko yaitu usaha untuk menemukan atau

mengetahui resiko – resiko yang   mungkin timbul dalam kegiatan

yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan. Identifikasi

resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko-resiko apa saja

yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi

oleh suatu organisasi, mulai dari resiko penyelewengan oleh

karyawan, resiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada

beberapa teknik untuk mengidentifikasi resiko, misal dengan

menelusuri sumber resiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak

diinginkan.

2.2.2 Analisis Resiko

Analisis Risiko adalah suatu metode analisis yang meliputi

faktor penilaian, karakterisasi, komunikasi, manajemen dan

kebijakan yang berkaitan dengan risiko tersebut. Tahapan kegiatan

analisis risiko antara lain meliputi: identifikasi hazard,

proyeksi risiko, penilaian risiko, dan manajemen risiko.

Penilaian risiko dapat dilakukan secara kuantitatif atau

kualitatif.

2.2.3 Evaluasi Resiko

Maksud dari evaluasi resiko adalah untuk membuat keputusan

berdasarkan pada hasil analisa resiko tentang perlunya perlakuan

dan prioritas perlakuan terhadap resiko. Dalam beberapa kedaan

evaluasi resiko dipakai untuk analisa yang lebih jauh.

5

2.2.3.1 Peta Resiko

Peta risiko merupakan gambaran secara visual risiko-risiko

yang dihadapi suatu perusahaan, dalam suatu matriks dua sumbu,

yaitu sumbu likelihood dan dampak risiko. Peta risiko dapat juga

berfungsi sebagai dashboard bagi manajemen yang memperlihatkan

posisi risiko, pada kondisi inheren dan residual. Dengan

memetakan risiko inheren dan risiko residual secara visual

seperti ini, manajemen akan dapat melihat kapabilitas

pengendalian (control score) yang diciptakan untuk mengelola

risiko sampai tingkat yang dapat diterima. Risiko yang berada

di atas appetite risiko perusahaan, Dikategorikan menjadi tiga

kelompok, supplementar issue, issue dan unacceptable, yang

menunjukkan perbedaan pengelolaan yang diperlukan.

2.2.3.2 Valie at Risk (VaR)

Value at Risk (VaR) merupakan ukuran yang dapat digunakan

untuk menilai kerugian terburuk yang mungkin terjadi bagi

seorang investor atau suatu badan usaha atas investasinya

dalam sekuritas atau aset-aset, baik secara satu per satu

atau dalam portfolio pada suatu waktu tertentu, pada tingkat

peluang yang ditetapkan. Dalam VaR, kemungkinan kerugian

dihitung dari peluang kerugian lebih buruk daripada suatu

persentase yang ditetapkan.

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 RISK ASSESMENT PROYEK PACKING PLANT

Perusahaan akan selalu menghadapi lingkungan kerja yang tidak

pasti, sehingga setiap perusahaan menghadapi risiko. Siahaan (2009)

mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian. PT. Semen Gresik

(Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia yang

memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT. Semen Padang (Persero) dan PT.

Semen Tonasa (Persero). Berdasarkan laporan tahunan 2009, perseroan

ini masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. Secara

keseluruhan, total volume penjualan Perseroan tahun 2009 termasuk

ekspor mencapai 18,4 juta ton, dimana total volume penjuaan domestikl

meningkat 7 % dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan volume ekspor

menurun. Jaringan distribusi Perseroan, terdiri atas distributor yang

tersebar diseluruh pelosok Nusantara. Para Distributor memiliki

jaringan took-toko yang berjumlah ribuan. Untuk mendukung kecepatan

distribusi ke seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi dan

jaringan distribusi, langkah strategis yang dilakukan adalah membangun

packing plant di Ciwandan. Berdasarkan pentingnya fungsi packing plant dalam

bidang pemasaran, maka perlu dilakukan pertimbangan terhadap risiko-

resiko yang mungkin terjadi. Selain itu juga perlu diketahui potensi

7

keuntungan serta kerugian yang dialami oleh perusahaan dalam

pembangunan packing plant. Potensi kerugian yang terjadi pada proyek ini

dapat diketahui melalui perhitungan Valie at Risk (VaR) dengan menggunakan

potensi kejadian dari masa lalu maupun informasi dari pemilik bisnis

proses. Metode VaR ini digunakan untuk mengkuantitatifkan berupa

perhitungan financial terhadap potensi kerugiann yang dialami perusahaan.

Asesmen yang dilakukan akan memberikan kontribusi sebagai patokan

dalam melakukan asesemen dalam pembangunan packing plant berikutnya.

3.2 METODOLOGI PENELITIAN

Pada asesmen resiko ini dengan tahap identifikasi yaitu

identifikasi permasalahan, perumusan tujuan dan manfaat. Dilanjutkan

dengan studi literatur dan studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan

gambaran mengenai permasalahan yang ada.

Tahap kedua adalah tahap penaksiran risiko (risk assessment). Tahap

ini adalah tahap identifikasi, analisis serta evaluasi risiko.

Identifikasi risiko berfungsi untuk mengetahui sebab dan dampak

risiko. Analisis risiko dilakukan untuk penentuan likelihood dan

consequences yang dilanjutkan dengan penentuan tingkat risiko. Tahap

evaluasi risiko akan dilakukan pemetaan risiko, penentuan rangking

risiko serta perhitungan VaR. Tahap ketiga adalah mitigasi risiko

untuk menentukan penanganan risiko yang sesuai dengan risk treatment.

dengan pembuatan, kemudian dilanjutkan dengan model generic

3.3 ASESMEN RESIKO

Berikut merupakan hasil danpembahasan dari setiap tahap pada

proses asesmen risiko pembangunan packing plant PT Semen Gresik (Persero)

Tbk.

3.3.1 PENETAPAN KONTEKS

Penetapan konteks merupakan proses untuk mendefinisikan

parameter dasar dalam pengelolahan risiko. Dalam tahap ini akan

8

diketahui bagian mana yang akan dijadikan peninjauan berdasarkan

flow proses amatan serta pihak mana saja yang terkait didalamnya.

Gambar 3.1 Flow proses pembangunan packing plant

Berdasarkan gambar 3.1 jika diamati berdasarkan project life

cycle,untuk flow proses diatas hanya terdapat dua tahapan. Tahap

inisiasi tersebut merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum

perencanaan. Kegiatan di dalamnya bersifat strategis. Tahap

inisiasi terdiri dari tahap feasibility study, tahap penentuan budget,

pengajuan ijin kepada dewan komisaris, serta penentuan tim

engineerin. Sedangkan pada tahap perencanaan merupakan penentuan

variabel-variabel apa saja yang dibutuhkan dari awal hingga akhir

proyek tersebut. Berdasarkan flow proses diatas, maka kegiatan

pada tahap perencanaan antara lain : procurement planning, construction

planning serta commitioning. Flow proses diatas diperoleh berdasarkan

studi lapangan serta wawancara dengan pemilik bisnis proses.

Sedangkan pada gambar 3.2 dibawah ini merupakan flow proses

pada kegiatan operasional packing plant. Kegiatan operasional pada

packing plant ini dimulai dari pabrik Tuban hingga pengolahan semen

di packing plant Ciwandan.

9

Gambar 3.2 Flow process operational packing plant Ciwandan

Berdasarkan gambar tersebut, table 3.1 berikut merupakan

keterangan pada setiap aktivitas operasional yang ada didalamnya.

Pada setiap kegiatan tersebut, akan digunakan sebagai input dalam

mengidentifikasi risiko. Flow proses tersebut diperoleh dari

hasil wawancara dengan pemilik bisnis proses.

Table 3.1 Penjelasan Flow Process Operational packing Plant

Huruf Penjelasan

AProses pengangkutan dari pabrik ke

dermagaB Pengisian sillo pelabuhan TubanC Proses pemuatanD Proses operasinal kapalE Proses unloading pembongkaran semenF Proses packing

3.3.2 IDENTIFIKASI RESIKO

Identifikasi risiko dalam penelitian ini merupakan proses

sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi

menghambat pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan sehingga

tidak ada risiko potensial yang tidak teridentifikasi. Pada tahap

ini akan dilakukan identifikasi risiko untuk mengenali dan

menemukan jawaban terhadap apa, bagaimana, dan mengapa proyek

packing plant menimbulkan risiko dengan memperhatikan uraian sebab

risiko itu terjadi serta uraian dampak resiko yang ditimbulkan.

10

Tabel 3.2 identifikasi Resiko pada Packing Plant CiwandanIDENTIFIKASI RESIKO

No.

NamaResiko Sebab Resiko Uraian Dampak

1

Kesimpulam pada Pengambilan

FS salahkeputusan yang salah

Penggunaan

Keterlambatan pada

asumsi yang salah

pembangunanpacking

pada studi kelayakan plant (PP)

terjadinyapembengkakan biaya

Resiko pada

pada tahap perencanaan

Feasibility study

proyek pembangunan

(FS) pacing plant (PP)Berdampak sedangterhadap pencapaiansasaran perusahaanBerdampak seriuspada reputasiperusahaan

2Kesalahan

keterlambatan pada

perhitungan pada saat

pembangunanpacking

membuat gambar

plant (PP)

teknikketidak sesuaian terjadinyaspesifikasi desaindg

pembengkakan biaya

yang diharapkan

proyek pembangunanPP

resiko kesalahan

tidak sesuainya kualitas

dalam melakukan

PP dengan planning

engineering design awal

terlambatnya kegiatanoperasionalpada PPberdampak sedangterhadap pencapaiansasaran perusahaanberdampak serius bagireputasi perusahaan

3

Kesalahandesain

Konstruksi bangunan

(sipil, makanik,

tidak kokoh, sehingga

electrical)

berpengaruhpadaberkurangnya umurbangunan

KesalahanPotensi terambilnya

11

spesifikasi material

ceruk pasaroleh

(misalnya: baja, pesaing

Risikokualitas concreate

performance PP

untuk Silo)

tidak sesuai Konsultan Terjadinya

yangpengawas proyek

pembengakakan biaya

direncanakan

kurang qualified

proyek pembangunanPP

Kondisi lapangan

Berdampak sedang

tidak sesuai

terhadap pencapaian

dengan yang

sasaran perusahaan

diprediksiKompentensi SDM

Berdampak serius

yang kurang (sipil,

bagi reputasi

mekanik, perusahaanelectrical)

12

IDENTIFIKASI RESIKONo.

NamaResiko Sebab Resiko Uraian Dampak

4

KeterlambatanPembangunanPP

material (Foreign

tidak tepatwaktu

Equipment danFabrikasi Lokal)Vendor/Kontraktor

Pembengkakan biaya

Pelaksana tidak proyekqualified

Risiko schedule Keterlambatan

Potensi terambilnya

penyelesaian pekerjaan

ceruk pasaroleh

pembangunan engineering, pesaingpacking plant procurement,tidak sesuai construction

Tenaga kerja yang

Berdampak sedang

kurang qualified

terhadap pencapaiansasaran perusahaanBerdampak seriusbagi reputasiperusahaan

5

Biaya sewa lahan

Mengganggu cash

yang tinggi/melebihi

flow perusahaan

Risiko budgetpembangunan

Kenaikan harga

Berdampak sedang

packing plant material

terhadap pencapaian

over budget

sasaran perusahaan

Keterlambatan Berdampak

serius

pembangunanbagi reputasiperusahaan

6

Proses perijinan

Keterlambatan dalam

memerlukan waktu

pembangunanPP

yang lamaSyarat perijinan

Berdampak ringan

Risiko kendala belum lengkap

terhadap pencapaian

perijinansasaran perusahaan

pembangunan

Berdampak pada

PPreputasi perusahaan.Melibatkanpemberitaandi mediamassa lokalterbatas

7

PP dibangun pada

kawasan yangTerhambatnya proses

dekat denganpembangunanPP

pemukimanpendudukAdanya perbedaan

Terjadinya konflik

budaya daridengan masyarakat

Risikomasyarakat sekitar

sekitar danLSM

lingkungandan

Adanya penolakan

Berdampak ringan

sosialdan pertentangan

terhadap pencapaian

dari LSM dansasaran perusahaan

masyarakat sekitar

Berdampak padareputasi

13

perusahaan.Melibatkanpemberitaandi media

massa lokalterbatas

IDENTIFIKASI RESIKONo. Nama Resiko Sebab Resiko Uraian Dampak

8

TerjadinyaDokumen sertifikat permasalahan hukumtanah palsu dengan pemilik tahah

dikemudian hariSertifikat tanahmasih di agunkan Terganggunya

Risiko legalitas (misal sertifikat kegiatan konstruksidokumen tanah masih packing planthukum dijaminkan)(dokumen Berdampak ringantanah) terhadap pencapaian

sasaran perusahaanBerdampak padareputasi perusahaan.Melibatkanpemberitaan di mediamassa lokal terbatas

9

Konsultan masihbelom deal Terhambatnya prosesmengenai kontrak pembangunankerja yang packing plantdilakukan

Dampak terhadapRisiko pencapaian sasaran

14

pembuatan perusahaan dapatperjanjian diabaikanterlambat Berdampak pada

reputasi perusahaanyang tidak tersebarluas dan tidakterdapat pemberitaandi media

3.3.3 Analisis Resiko

Analisis risiko merupakan tahap kedua dari proses asesmen.

Pada tahap ini dilakukan proses penilaian risiko yang dilakukan

dengan menggunakan kriteria risiko yang telah ditetapkan

perusahaan. Pada penelitian ini, proses analisis risiko ini

menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan parameter

kualitatif (baik, sedang, buruk) untuk menguraikan besaran

tingkat kemungkinan dan konsekuensi risiko berdasarkan professional

judgment. Pada tabel 3.4 berikut merupakan hasil rekap penilaian

likelihood dan consequences pada risiko pembangunan packing plant yang

diisi oleh risk officer Tim Proyek Packing Plant Grup.

Tabel 3.3 Rekap Penilaian Analisis Risiko pada Risiko Pembangunan

Packing Plant

Identifikasi Resio Analisis ResikoNo Nama resiko L C TR

1Risiko pada FeasibilityStudy 2 3 6(FS)

2Risiko kesalahan dalam

2 3 6melakukan engineering design

3Risiko kualitas PP tidak sesuai 133yang direncanakan

4Risiko schedule penyelesaian 3 3 9pembangunan packing

15

planttidak sesuai

5Risiko pembangunan packing 3 3 9plant over budget

6Risiko kendala perijinan 3 2 6pembangunan PP

7 Risiko lingkungan dan sosial 4 2 8

8Risiko legalitas dokumen 3 2 6hukum (dokumen tanah)

9Risiko pembuatan perjanjian 1 1 1terlambat

Pada tabel di atas terdapat kolom untuk perhitungan tingkar

risiko (TR). Nilai TR diperoleh dari hasil perkalian likelihood dan

consequences. Perhitungan tersebut juga berlaku pada perhitungan

tingkat risiko pada kegiatan operasional packing plant.

3.3.4 Evaluasi resiko

Tahap terakhir dari proses asesmen risiko adalah evaluasi

risiko. Tujuan dari proses evaluasi risiko adalah untuk menenukan

prioritas pengelolaan risiko sehingga diketahui risiko mana saja

yang perlu segera mendapatkan perhatian dan penanganan risiko

(mitigasi) lebih lanjut. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui

berapa jumlah risiko yang ekstrim, tinggi, sedang dan rendah.

Klasifikasi tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemetaan

risiko kedalam peta risiko (risk map) yang nantinya akan dilakukan

penuntuan peringkat risiko. Penentuan ini berdasarkan pengalaman

para risk officer dalam menentukan risiko mana yang menempati

peringkat atas untuk diberi prioritas perhatian.

3.3.4.1 Peta Resiko

16

Peta Risiko dibuat berdasarkan hasil dari perhitungan

peluang (likelihood) dan dampak (consequences) sebelumnya. Peta risiko

yang digunakan menggunakan kategori yang telah ditetapkan oleh

Tim Manajemen Risiko SG seperti pada gambar risk mapping pada bab

2 yang tetap mengacu pada ISO 31000. Berikut merupakan pemetaan

risiko untuk risiko pembangunan packing plant.

Gambar 3.3 Peta Risiko Pembangunan Packing Plant Ciwandan

Sedangkan hasil pemetaan risiko pada kegiatan operasional packing

plant adalah sebagai berikut.

Gambar 3.4 Peta Risiko Operasional Packing Plant Ciwandan

3.3.4.2 Value at Risk

VaR merupakan salah satu tools yang digunakan dalam manajemen

risiko untuk menghitung secara kuantitatif terhadap risiko

operasional. Perhitungan VaR pada penelitian ini dilakukan pada

17

kegiatan operasional packingplant di Ciwandan. Pada perhitungan VaR,

dilakukan estimasi untuk perhitungan batas kritis (critical value)

dengan menggunakan confidence level 95%, sehingga estimasi dengan

menggunakan Z0,05 yang menghasilkan nilai Zα= 1,645. Perhitungan

yang dilakukan dalam periode bulanan.

Berikut merupakan contoh perhitungan VaR pada risiko

operasional acking plant.

1. Resiko armada Truck tidak tersedia

Tabel 3.6 Losses pada Risiko Armada Tidak Tersedia

LossesjumlahKerugia

n

Frekuensi

FrekuensiKomulatif

LossesKomulatif

Transformasi Ln

Rp212.100.000,00 6 1 1 Rp

212.100.000,001,917,256

,842Rp

247.450.000,00 7 1 2 Rp247.450.000,00

193,267,191

Rp424.200.000,00

12 4 6Rp

1.696.800.000,00

198,657,156

Rp494.900.000,00 14 1 7 Rp

494.900.000,002,001,986

,628Rp

530.250.000,00 15 1 8 Rp530.250.000,00

2,008,885,915

Rp565.600.000,00 16 1 9 Rp

565.600.000,002,015,339

,767Rp

883.750.000,00 25 1 10 Rp883.750.000,00

2,059,968,478

Rp1.131.200.000,

0032 1 11

Rp1.131.200.000,

002,084,654

,485Rp

1.201.900.000,00

34 1 12Rp

1.201.900.000,00

2,090,716,947

JUMLAH

Rp6.963.950.000,

00

18

Untuk mengatasi kekurangan data, dilakukan penambahan dengan

bootstrap. Bootstrap dengan cara biasa berikut hanya mengulang

kemunculan angka-angka pada data asli, meskipun random, namun

tidak pernah termunculkan angka yang baru (Adiperdana, 2010).

Resampling tersebut menghasilkan 240 data dan diperoleh hasil

sebagai berikut :

Mean (x) = 573.484.333

Standar Deviasi (σ) = 333.271.142,8

Maka estimasi kerugian (μ) untuk risiko armada truck tidak tersedia

adalah :

μ≤x+Zα σ√n

μ ≤ 573.848.333 + 1,645 333.271.142,8

√240μ ≤ 609.236.493,8

Nilai VaR adalah Rp 609.236.493,30

3.4 PENANGANAN RESIKOPenentuan opsi untuk mitigasi risiko ini menggunakan matrix risk

treatment yang disesuaikan dengan risk tolerance perusahaan yaitu poin 2 pada

likelihood dan poin 4 pada consequences. Berdasarkan perolehan peta risiko

sebelumnya, dilakukan pemetaan matrix risk treatment dari nilai likelihood dan

consequences untuk mengetahui penanganan yang sesuai pada setiap risiko.

Berikut merupakan matrix risk treatment pada pembangunan packing plant.

19

Gambar 3.5 Matrix Risk Treatment pada Pembangunan Packing Plant

Berdasarkan gamber 3.4, pada risiko pembangunan dapat diketahui

bahwa berdasarkan matrix risk treatment, tidak ada risiko yang harus

dihindari dan dan dipindahkan. Tindakan mitigasi yang dilakukan yaitu

menangani risiko serta menerima risiko. Risiko yang harus ditangani

antara lain : risiko pada Feasibility Study (FS), risiko kesalahan dalam

melakukan engineering design, risiko schedule penyelesaian pembangunan packing

plant tidak sesuai, risiko pembangunan packing plant over budget, risiko

kendala perijinan pembangunan PP, risiko lingkungan dan sosial, dan

risiko legalitas dokumen hukum (dokumen tanah). Risiko tersebut dapat

dilakukan penangan dari pihak perusahaan baik dengan cara mereduksi

dampak terjadinya maupun kemungkinan terjadinya risiko tersebut.

Menurut pihak manajemen, untuk mengurangi konsekuensi risiko tersebut

dapat dilakukan rencana kontigensi, rencana pemulihan akibat

bencana/kerugian yang telah dialamai oleh perusahaan, menyusun rencana

portofolio, meminimalkan eksposure terhadap sumber risiko, dan

lainnya. Tentu saja langkah yang dilakukan tersebut disesuaikan dengan

SOP yang berlaku di perusahaan. Sedangkan untuk risiko yang diterima

adalah risiko performance PP tidak sesuai yang direncanakan dan risiko

pembuatan perjanjian terlambat. Risko ini bukan berarti diterima

20

begitu saja. Maksudnya, risiko dapat diterima dengan tetap melakukan

pengendalian sesuai kebijakan dari risk owner. Risiko tersebut benar-

benar dapat diterima bila pada dua risiko tersbut level risiko rendah

sehingga tidak diperlukan penanganan khusus, tidak tersedia penanganan

risiko untuk risiko tersebut, serta bila biaya penanganan lebih tinggi

dari manfaat yang diperoleh. Selama ini, masih tersedia langkah

kongkrit dari perusahaan untuk melakukan penanganan risiko. Selain

itu, biaya penanganan masih dapat dijangkau oleh perusahaan.

Gambar 3.6 Matrix Risk Treatment pada Operasional Packing Plant

Sedangkan pada gambar 3.6 matrix risk treatment pada kegiatan

operasional packing plant, dapat diketahui bahwa terdapat 4 risiko yang

ada pada kuadran ketiga, yaitu tangani risiko. Hal ini dapat diketahu

dari penilaian skor pada likelihood serta consequences-nya. Sementara itu, 8

risiko lainnya berada tepat pada risk tolerance. Berdasarkan judgment yang

diberikan oleh pemilik bisnis proses serta kemampuan perusahaan dalam

menangani risiko tersebut, maka semua risiko tersebut akan tetap

ditangani. Hal ini dikarenakan perusahaan masih mampu untuk mengatasi

potensi risiko yang dialami.

Berdasarkan matrik tersebut, dapat segera diuraian bentuk

penanganan yang sesuai pada setiap risiko. Penentuan penanganan yang

21

sesuai memerlukan pendapat para expert yang telah lama terlibat pada

kegiatan pembangunan serta operasional packing plant.

3.5 MODEL GENERIK

Pembuatan model generik ini diperoleh berdasarkan dari hasil

identifikasi risiko pembangunan dan operasional. Model generic ini

berfungsi sebagai acuan asesmen risiko untuk proyek pembanguanan packing

plant berikutnya. Selain itu, model generik ini digunakan sebagai bahan

pertimbangan pada pembuatan feasibility study mengenai factor risiko yang

terjadi saat proyek akan dilakukan. Pada gambar 3.7 berikut merupakan

model generik untuk pembangunan packing plant yang dapat digunakan untuk

proyek selanjutnya.

22

Gambar 3.7 Model Generik pada Pembangunan Packing Plant

Sedangkan pada gambar 3.8 merupakan model generik untuk kegiatan

operasional packing plant.

23

Gambar 3.8 Model Generik pada Operasional Packing Plant

Berdasarkan hasil perolehan model generik tersebut, identifikasi

tersebut dapat ditambahakan baik untuk kegiatan pembangunan serta

operasional. Hal ini terkait dengan keadaan baik alam maupun

lingkungan yang berbeda pada proyek packing plant selanjutnya.

24

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil asesmen risiko serta penanganan risiko yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari identifikasi risiko diperoleh 9 risiko pembangunan dan 12

risiko operasional packing plant. Berdasarkan project life cycle untuk

pembanguanan packing plant, risiko pada tahap inisiasi adalah risiko

pada feasibility study, risiko pembangunan packing plant over budget, risiko

kendala perijinan PP, risiko legalitas dokumen hukum (dokumen

tanah), serta risiko pembuatan perjanjian terlambat. Sedangkan yang

termasuk risiko pada tahap perencanaan adalah risiko kesalahan dalam

melakukan engineering design, serta risiko schedule penyelesaian

pembangunan packing plant.

2. Dari hasil analisa risko yang dilakukan diperoleh nilai likelihood dan

consequences yang disesuaikan dengan kriteria penilaian perusahaan

untuk mengetahui tingkat risiko (TR) pada masing-masing risiko.

3. Dari hasil evaluasi risiko diperoleh pemetaan risiko yang sesuai

standar ISO 31000 sehingga diperoleh kriteria risiko dan dilakukan

judgement oleh pihak manajemen untuk penentuan peringkat risiko pada

risiko yang teridentifikasi. Selain itu diperoleh hasil perhitungan

Value at Risk (VaR).

25

4. Dari perhitungan VaR diperoleh potensi kerugian per bulan dengan

confidence level 95% yang dapat ditanggung oleh perusahaan. Jika risiko

tersebut terjadi maka akan menjadi kerugian, sedangakan jika risiko

tersebut tidak terjadi akan menjadi keuntungan sebanyak rupiah yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan.

5. Berdasarkan proses usulan penanganan yang dilakukan, dapat dikatakan

bahwa PT. Semen Gresik (Tbk) merupakan risk taker, karena selalu

berupaya untuk melakukan tindakan mitigasi pada potensi risiko yang

terjadi.

6. Dari model generik diperoleh 4 risiko general pada pembangunan

packing plant yaitu risiko feasibility study, risiko ingkungan dan sosial,

risiko kesalahan pelaksanaan pembangunan, serta risiko hukum dan

perijinan pembangunan. Sedangkan pada risiko operasional diperoleh 5

risiko general yaitu risiko kekurangan / keterlambatan supply semen,

risiko kekurangan demand, risiko gangguan transportasi, risiko

bongkar muat, dan risiko performance PP.

26