Upload
esa-mariya-ajikan
View
17
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kuliah
Citation preview
Proposal Psikologi Eksperimen
Tugas Matakuliah Psikologi Eksperimen
Oleh :
Zulkhiaji Fernadi (081664256)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN dan BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2011
1
Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada Remaja
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makhluk hidup yang ada di dunia ini hidup dengan berbagai permasalahannya,
khususnya sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain
untuk menjalankan roda kehidupannya. Terutama pada masa remaja yang merupakan
masa peralihan yaitu antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada saat inilah
individu itu mengalami pertumbuhan yang cepat, baik dari segi fisik maupun
psikologis. Mereka juga bukan lagi sebagai kanak-kanak, dalam arti luas ditinjau dari
segi postur fisik, sikap dan prilakunya, namun mereka juga belum dapat dikatakan
dewasa. Bilamana anak memasuki masa remaja, mereka tidak menyadari bahwa suatu
tahap perkembanggan baru telah dimasukinya. Perubahan yang paling menyolok dan
mudah diamati adalah perubahan fisiknya. Anak yang telah mengijak masa remaja
biasanya kurang menyadari perkembangan fisik yang dialaminya. Pada umumnya
remaja diharapkan mampu untuk bersikap, berpikir,dan bertingkah laku yang sesuai
dengan tuntutan lingkungannya. Pada remaja yang tidak berhasil menguasai tugas
perkembangannya, tidak dapat memenuhi harapan-harapan tersebut, maka dapat
menimbulkan akibat yang kurang baik dalam perkembangan kepribadian remaja
tersebut. Remaja sebagai mahluk sosial yang hidup berkelompok diharapkan dapat
berinteraksi dengan yang lain agar dapat dikatakan sebagai individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya.
Maka mereka akan cenderung menjadi remaja yang mudah bergaul, lebih hangat, dan
terbuka menghadapi orang lain dalam situasi apapun. Dimana dengan tahap
perkembangan yang baik remaja akan cenderungan menjadi individu yang mudah
bergaul dengan memiliki rasa percaya diri dan sikap terbuka dalam kehidupan
sosialnya. Dia mengatakan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami karteksis
atau merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Ketidakpuasan hanya dialami beberapa
bagian tubuh tertentu dan hal ini kebayakan dialami oleh remaja yang memiliki
kurang rasa percaya diri. Kegagalan mengalami karteksis tubuh menjadi salah satu
penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurang harga diri dan percaya
diri selama masa remaja. Pemahaman tentang hakikat percaya diri akan lebih jelas
2
jika seseorang melihat secara langsung berbagai peristiwa yang dialami oleh diri
sendiri atau orang lain. Rasa percaya diri dapat berkembang baik sesuai porsinya jika
remaja dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, dimana salah
satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaiakan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaiakan dengan
orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Yang terpenting dan tersulit
adalah penyesuaian sosial dengan meningkatkannya pengaruh kelompok teman
sebaya, perubahan dalam prilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai
baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai dalam dukungan dan penolakan sosial.
Sesuai dengan hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti remaja memiliki
permasalahan dengan kepercayaan dirinya dalam melakukan penyesuaian sosial di
lingkungan sosialnya yang disebabkan oleh beberapa hal misalnya pembentukan
konsep diri yang kurang dalam perubahan fisik dan perannya dalam lingkungan sosial
yang lebih besar. Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan prilaku sosial
akan memberikan kesempatan pada remaja untuk melibatkan diri dalam berbagai
kegiatan sosial, sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik.
Remaja akan diterima baik ditengah-tengah pergaulannya, apabila remaja mampu
menyelaraskan dirinya dengan norma-norma dan aturan yang berlaku
dilingkungannya. Sebaliknya, penolakan akan dilakukan apabila remaja menentang
atau tidak mampu mengadakan penyesuaian tersebut. Maka penyesuaian sosial dari
orang lain akan membuat remaja lebih dapat melalui periode masa perkembangannya,
mengembangkan potensinya serta kemampuan sosialnya tanpa merasa rendah diri
karena kekurangan yang dimilikinya. Dari uraian diatas telah ditunjukkan betapa
pentingnya rasa percaya diri untuk melakukan penyesuaian sosial pada remaja.
berdasarkan hal tersebut maka penulis mengangkat judul: “Pengaruh Perilaku
Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada Remaja”.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu “Adakah Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada
Remaja“.
C. Tujuan Penelitian
3
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada Remaja
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi jawaban mengenai adanya Pengaruh
Kebiasaan Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada Remaja sehingga mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori dalam
psikologi, khususnya psikologi sosial dalam menjelaskan fenomena psikologis
yaitu Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada Remaja.
2. Manfaat Praktis Sebagai tambahan informasi bagi remaja untuk dapat semaksimal
mungkin dapat mengetahui salah satu dampak dari kebiasaan merokok. Selain itu,
tambahan informasi bagi praktisi pendidikan dan bahan perbandingan.
4
2. KAJIAN PUSTAKA
KEBIASAAN MEROKOK
1. Definisi Merokok
Merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan kognitif bagi kesehatan. Pada
hakekatnya merokok merupakan suatu proses pembakaran tembakau yang
menimbulkan polusi udara padat dan terkonsentrasi yang secara sadar langsung
dihirup serta diserap oleh tubuh bersama udara pernafasan (Jusuf, 2002).
Kebiasaan merokok adalah perilaku penggunaan tembakau yang menetap,
yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang (Ogawa,
1990). Gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari merokok dapat berupa bronchitis
kronis, emsifema, kanker paru, laring, mulut, faring, esofagus, kandung kemih,
penyempitan pembuluh nadi dan lain-lain (Hrayr, 2004). Sedangkan kandungan
nikotin yang terdapat dalam rokok juga dapat menyebabkan insomnia (Bonnet, 2004).
Namun demikian masih banyak perokok baik laki-laki maupun perempuan yang
belum atau tidak dapat meninggalkan kebiasaan merokok (Hrayr, 2004).
Konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang
dan merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi
pada tahun yang sama (Pradono&Kristanti, 2002).
Merokok menurut WHO (2002) terbagi 2, yaitu :
a. Merokok aktif : aktifitas menghisap rokok secara rutin minimal 1 batang sehari.
b. Merokok pasif : tidak sengaja menghirup secara langsung asap yang
ditimbulkan oleh rokok yang dibakar, maupun asap yang dikeluarkan oleh
perokok aktif.
Berdasarkan derajat merokok, Jusuf dkk (2002) membagi perokok menjadi:
a. Bukan perokok : <1 batang per hari
b. Perokok ringan : 1-14 batang per hari
c. Perokok sedang : 15-24 batang per hari
5
d. Perokok berat : ≥25 batang per hari
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok dipengaruhi oleh 3 faktor (Sukendro, 2007), yaitu:
a. Faktor Farmakologis
Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin. Nikotin adalah salah satu
zat psikoaktif yang mempunyai efek farmakologis terhadap otak yaitu
mempengaruhi perasaan dan atau kebiasaan, oleh karena itu nikotin dapat
menyebabkan ketergantungan atau ketagihan.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial berpengaruh besar terhadap kebiasaan merokok seperti lingkungan
rumah (orang tua, saudara), lingkungan sekolah status sosial-ekonomi, tetapi yang
paling besar pengaruhnya adalah jumlah teman yang merokok. Keuntungan
psikososial dari merokok yang mereka rasakan antara lain merasa lebih diterima
dalam lingkungan teman dan kelihatan lebih dewasa, dan merasa lebih nyaman.
c. Faktor Psikis
Kebiasaan merokok lebih sering didapatkan pada orang-orang dengan
kecenderungan kepribadian neurosis dan kecenderungan antisosial. Selain itu
merokok juga sering digunakan sebagai alat psikis (psychological tool) seperti
meningkatkan penampilan atau mendapatkan kenyamanan psikis.
3. Bahan-bahan yang terdapat dalam rokok
Menurut ilmu kedokteran, rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan kimia
beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Kandungan
racun utama pada rokok itu antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida (Sukendro,
2007).
6
Tar, terbentuk selama pemanasan tembakau. Tar merupakan kumpulan
berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri maupun yang
ditambahkan dalam proses pertanian dan industri sigaret. Tar adalah hidrokarbon
aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu
zat yang dapat menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok
inilah yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker (Sukendro, 2007).
Karbon monoksida, merupakan gas beracun yang tidak berwarna.
Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru
mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih
kuat daripada daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb). Dalam waktu paruh 4-
7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbon monoksida (CO) dalam bentuk
COHb (Carboxy Haemoglobin), dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan
oksigen yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan oksigen (Sukendro, 2007).
Nikotin, adalah alkaloid toksis yang terdapat dalam tembakau. Sebatang rokok
umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin yang diserap melalui paru-paru kecepatan
absorbsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk
ke dalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati
barrier di otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat,
setelah beredar ke seluruh bagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu
penghisapan terakhir (Sukendro, 2007).
Di susunan saraf pusat nikotin mempengaruhi neurotransmiter lewat ikatan
dengan reseptor kolinergik yang selanjutnya memicu pelepasan dopamin (Katzung,
2001). Dopamin memiliki efek membangunkan dan keadaan terjaga penuh
(Kaplan&Sadock, 1997). Perangsangan sentral oleh nikotin juga dapat menyebabkan
tremor dan insomnia (Darmansjah, 2007). Sedangkan pada susunan sistem saraf tepi,
nikotin berpengaruh pada pelepasan katekolamin, adrenalin dan noradrenalin. Jika
noradrenalin dirangsang akan menyebabkan penurunan tidur REM dan peningkatan
keadaan terjaga penuh (Kaplan&Sadock, 1997). Pelepasan katekolamin mempunyai
efek penting pada fungsi jantung, kekakuan pembuluh darah dan metabolisme lemak
(Katzung, 2001).
7
KEPERCAYAAN DIRI
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah suatu sifat dimana seseorang merasa yakin terhadap
dirinya sendiri. Keyakinan itu meliputi yakin terhadap kemampuannya, yakin
terhadap pribadinya, dan yakin terhadap keyakinan hidupnya. Pada dasarnya batasan
ini menekankan pada kemampuan individu menilai dan memahami apa-apa yang ada
pada dirinya tanpa rasa ragu-ragu dan bimbang. Hasan (dalam Iswidharmanjaya,
2004; 13), mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah percaya akan kemampuan
yang ada pada dirinya sendiri dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat
memanfaatkannya secara tepat. Percaya diri adalah yakin pada kemampuan-
kemampuan sendiri, yakin pada tujuan hidupnya, dan percaya bahwa dengan akal
budi orang akan mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan. Orang yang
percaya diri mempunyai harapan-harapan yang realistis, dan mampu menerima diri
serta tetap positif meskipun sebagian dari harapan-harapan itu tidak terpenuhi
(Davies, 2004; 1-2). Pendapat di atas diperkuat dengan definisi kepercayaan diri yang
dikemukakan oleh Barbara (2005; 5-10), yaitu sesuatu yang harus mampu
menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.
Dalam pengertian ini rasa percaya diri karena kemampuan dalam melakukan
atau mengerjakan sesuatu. Sehingga rasa percaya diri baru muncul setelah seseorang
melakukan suatu pekerjaan secara mahir dan melakukannya dengan cara yang
memuaskan hatinya. Oleh sebab itu, menurut Barbara (2005; 10) rasa percaya diri
bersumber dari hati nurani, bukan dibuat-buat. Rasa percaya diri berasal dari tekad
dari diri sendiri untuk melakukan segala yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup
seseorang yang terbina dari keyakinan diri sendiri.
Menurut seorang psikolog Miskell (1939: 25) mendefinisikan kepercayaan
diri, menurutnya kepercayaan diri adalah penilaian yang relatif tetap tentang diri
sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan, inisiatif dan sifat-sifat lain,
serta kondisi-kondisi yang mewarnai perasaan manusia. Rini (2002; 1) mengatakan
bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
8
Hartley (2000; 167) dalam bukunya Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada
Anak, The Concise Oxford Dictionary mendefinisikan Confidence (kepercayaan diri)
sebagai benar-benar yakin; penghargaan yang pasti, dan keberanian. Seseorang tidak
akan dapat mengembangkan kepercayaan dirinya jika ia tidak mempercayai dirinya
atau tidak memiliki harapan teguh bahwa sikap orang lain dapat dipercaya dan dapat
diprediksi.
Kepercayaan diri secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya
(Hakim, 2002; 6). Lain halnya dengan Maslow (1971; 13) menurutnya bahwa
kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri
(eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seseorang akan
mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang percaya diri
dapat menghambat pengembangan potensi diri. Jadi, orang yang kurang percaya diri
akan menjadi seorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu
untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering
membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
Kepercayaan diri adalah paspornya menuju kehidupan yang lebih bahagia dan
lengkap, yang memastikan bahwa anak bisa belajar, bermain, santai dan
berkomunikasi dengan lebih baik (Hartley, 2000; 217). Adler (dalam Lauster, 2005;
14) mengatakan bahwa kebutuhan diri remaja yang paling penting adalah kebutuhan
akan kepercayaan diri dan rasa superioritas.
Kepercayaan diri tidak hanya berasal dari didikan orang tua saja atau bawaan
dari lahir, tetapi kepercayaan diri didapat dengan latihan. Menurut Marilyn (dalam
Anthony, 2005; 18) mengatakan bahwa kita dapat mengajari diri kita sendiri untuk
percaya pada diri sendiri, dengan prinsip dasar yaitu: aksi, ketimbang reaksi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah percaya pada dirinya
sendiri, percaya akan kemampuan yang dimilikinya, tanpa membanding-bandingkan
dengan orang lain dan selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik. kepercayaan
diri tidak diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak
usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua dan orang lain. Meskipun banyak faktor
yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi
9
di usia dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya
diri. Sikap orangtua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu.
Orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang
serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara
diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di
mata orangtuanya. Meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak
melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai
bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya.
2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepecayaan Diri
Seorang ahli psikologi yang bernama Lauster (1978; 4) memaparkan beberapa
ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri, yaitu :
a. Bersikap optimis
b. Cukup toleran
c. Tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan
d. dan gembira.
Ditambahkan lagi oleh Maslow (1971 ;24) seorang ahli psikolog mengenai
ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri adalah orang yang memiliki
kemerdekaan psikologis, yaitu:
a. Kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga
b. Berdasarkan keyakinan pada kemampuan dirinya
c. Melakukan hal-hal yang produktif
d. Menyukai pengalaman baru
e. Suka menghadapi tantangan
f. Pekerja yang efektif dan bertanggung jawab
Menurut Rini (2002) ada beberapa ciri atau karakteristik individu yang
memiliki rasa percaya diri secara proporsional, diantaranya adalah:
10
a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian,
pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain
atau kelompok.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain atau berani menjadi diri
sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik.
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan,
tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan
serta tidak tergantung atau mengharapkan bantuan orang lain).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di
luar dirinya.
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu
tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Orang yang memiliki kepercayan diri yang cukup tinggi biasanya memiliki
cici-ciri yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ia buat dan mampu
mengoreksi kesalahan. Sedangkan orang yang kurang percaya diri cenderung tidak
menarik, kurang menunjukkan kemampuan, dan jarang menduduki jabatan
kepemimpinan serta selalu merasa kurang puas dengan apa yang ada pada dirinya.
Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, biasanya orang yang
memiliki kepercayaan diri akan lebih mudah berbaur dan beradaptasi di banding
dengan orang yang tidak memiliki kepercayaan diri. Karena orang yang percaya diri
memiliki pegangan yang kuat, mampu mengembangkan motivasi, ia juga sanggup
belajar dan bekerja keras untuk kemajuan, serta penuh keyakinan terhadap peran yang
dijalaninya (Iswidharmanjaya, 2004; 25-26).
Menurut Barbara (2005; 58-78) ada tiga jenis kepercayaan diri yang perlu
dikembangkan diantaranya:
1). Tingkah laku, kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan melakukan segala
sesuatu sendiri, memiliki tiga ciri penting yaitu:
11
a. Keyakinan atas kemampuan sendiri untuk melakukan sesuatu.
b. Keyakinan atas kemampuan untuk menindaklanjuti segala prakarsa sendiri
secara konsekuen.
c. Keyakinan atas kemampuan pribadi dalam menanggulangi segala kendala.
d. Keyakinan atas kemampuan memperoleh bantuan.
2). Emosional, adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai emosi,
memiliki empat ciri penting yaitu:
a. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengetahui perasaan diri sendiri.
b. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengungkapkan perasaan sendiri.
c. Keyakinan untuk menyatukan diri dengan kehidupan orang lain, dalam
pergaulan yang positif dan penuh pengertian.
d. Keyakinan untuk memperoleh rasa sayang, pengertian, dan perhatian dalam
segala situasi, khususnya disaat mengalami kesulitan.
e. Keyakinan untuk mengetahui manfaat apa yang dapat disumbangkan pada
orang lain.
3). Spiritual, kepercayaan diri spiritual merupakan kepercayaan diri yang terpenting,
karena tidak mungkin kita dapat mengembangkan kedua jenis kepercayaan diri yang
lain jika kepercayaan diri spiritual kita tidak kita dapatkan. memiliki empat ciri
penting yaitu:
a. Keyakinan bahwa semesta ini adalah suatu misteri yang terus berubah, dan
bahwa setiap perubahan dalam kemestaan itu merupakan bagian dari suatu
perubahan yang lebih besar lagi.
b. Kepercayaan atas adanya kodrat alami sehingga segala yang terjadi tak
lebih dari kewajaran belaka.
c. Keyakinan pada diri sendiri dan pada adanya Tuhan Yang Maha Tinggi, dan
Maha Segalanya.
12
Proses terbentuknya percaya diri menurut Hakim (2002; 6) secara garis besar adalah
sebagai berikut:
(1) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan
yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
(2) Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
(3) Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahankelemahan
yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit untuk
menyesuaikan diri.
(4) Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan
menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Menurut Rogers (dalam Iswidarmanjaya, 2004; 61) kepercayaan diri timbul
bukan karena faktor keturunan atau bawaan melainkan karena proses memahami
diri sendiri, menerima adanya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
Proses memahami diri sendiri diawali sejak usia dini. Tentunya pola asuh orang
tua sangat berperan besar. Pola asuh yang diberikan meliputi kasih sayang,
perhatian, penerimaan, serta yang paling penting adalah kelekatan emosi dengan
orang tua secara tulus. Jadi, guru yang paling utama dalam pembentukan rasa
percaya diri adalah orang tua.
Menurut Midlle Brook (dalam Fatimah: 24) ada empat faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, yaitu:
(1) Pola Asuh
Pola asuh sangat berpengaruh dalam pembentukan suatu kepribadian. Karena
pada pola asuh terdiri dari tiga macam yaitu otoriter, demokratis dan permisif.
(2) Jenis Kelamin.
Perlakuan orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan berbeda. Pada
umumnya anak laki-laki lebih dari anak perempuan, peran perempuan secara
13
sosial dikondisikan sekitar rumah tangga, suami, dan anak. Perempuan banyak
dibatasi dengan banyak hal sedangkan laki-laki banyak mendapat kebebasan dan
kemudahan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan nilai dan penilaian
terhadap diri sendiri mempunyai pengaruh besar pada kepercayaan diri seseorang.
(3) Pendidikan
Mereka yang mempunyai pendidikan tinggi memiliki ego yang efektif dan
otonom. Dengan demikian pendidikan membuat individu semakin tinggi akan
pengetahuan dan pengalaman yang akhirnya menjadikannya mantap dalam
berbuat atau memutuskan sesuatu, hal ini akan berpengaruh pada kepercayaan
dirinya.
(4) Penampilan Fisik
Penampilan fisik juga mempunyai porsi yang khusus dalam mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang. Seseorang yang mempunyai penampilan fisik yang
kurang menarik cenderung akan menarik diri dari komunitas sosial umum, ia
lebih senang bergaul dengan individu yang sama dengannya dari segi fisik.
Pembatasan diri dalam pergaulan merupakan indikasi bahwa individu tersebut
memiliki kepercayaan diri yang kurang baik
14
3. METODOLOGI
Desain
Penelitian tentang Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kepercayaan Diri Pada
Remaja menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan desain pra eksperimen dengan one
group pretest and posttest sebagai berikut :
Dimana
A1 = pretest yang dilakukan pada 15 remaja di mojokerto dan sekitarnya dengan kriteria
tertentu untuk tingkat kepercayaan diri.
X = kemudian 15 remaja di mojokerto dan sekitarnya tersebut diberikan perlakuan dalam
jangka waktu tertentu
A2 = posttest dilakukan setelah adanya perlakuan untuk mengukur tingkatan kepercayaan diri.
Setelah itu dilakukan perbandingan antara skor pretest dan posttest untuk memberi analisa
apakah ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kepercayaan diri pada remaja.
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di daerah Mojokerto dan sekitarnya sampai tercapainya sampel
Populasi dan Sampel
Populasi jumlah subjek yang meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki subjek
(sugiyono, 2009:80). Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja yang ada di mojokerto
dan sekitarnya
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi (sugiyono,
2009:81). Sampling yang dipakai dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu suatu
teknik menetapkan atau memilih sample di antara populasi yang dikehendaki peneliti. Sampel
adalah orang yang memiliki karakteristik kebiasaan merokok bertempat tinggal di dareah
15
A1 A2X
mojokerto dan sekitarnya, berusia dewasa antara 12-15 tahun, dan dapat menulis dan
membaca.
Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria Inklusi
- Remaja di daerah mojokerto dan sekitarnya :
o Remaja yang memiliki karakteristik kebiasaan merokok
o Dapat membaca dan menulis
o Bersedia menjadi responden
Kriteria Eksklusi
- Remaja di daerah mojokerto dan sekitarnya :
o Mengalami gangguan psikososial (lingkungan masyarakat yang buruk,
dsb)
Besar sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang, yang berada pada rentang usia
12-15 tahun, dapat menulis dan membaca.
Cara kerja
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan metode angket
(kuisioner) untuk mengetahui :
1. Apakah remaja memiliki karakteristik kebiasaan merokok.
2. Apakah remaja mengalami gangguan psikososial (lingkungan masyarakat yang
buruk, dsb)
Kemudian peneliti melakukan pretest yang dilakukan pada 15 remaja di mojokerto dan
sekitarnya dengan kriteria tertentu untuk mengetahui tingkatan kepercayaan diri.
Kemudian 15 remaja di mojokerto dan sekitarnya tersebut diberikan perlakuan dalam
jangka waktu tertentu. Posttest dilakukan setelah adanya perlakuan untuk mengukur
tingkatan kepercayaan diri kembali. Setelah itu dilakukan perbandingan antara skor
pretest dan posttest untuk memberi analisa apakah ada pengaruh kebiasaan merokok
terhadap kepercayaan diri pada remaja.
16
Identifikasi variabel
Variabel Bebas
Kebiasaan Merokok
Variabel Tergantung
Kepercayaan Diri
Definisi Operasional
1. Perilaku merokok adalah kegiatan menghisap asap tembakau yang telah menjadi cerutu
kemudian disulut api. Perilaku merokok ini menggunakan teori Mu’tadin, yaitu: (a) Pengaruh
orang tua, yang dideskripsikan dengan: imitasi peran, kondisi ekonomi keluarga; (b)
Pengaruh teman, yang dideskripsikan dengan: konformitas dalam kelompok, penyesuain
dalam kelompok; (c) Faktor kepribadian, yang dideskripsikan dengan: minat, jati diri; (d)
Pengaruh iklan, yang dideskripsikan dengan: trend, persepsi iklan.
2. Kepercayaan diri adalah suatu sifat dimana seseorang merasa yakin terhadap dirinya
sendiri. Kepercayaan diri ini menggunakan teori Lauster, yaitu: (a) toleransi, yang
dideskripsikan dengan: membantu teman yang membutuhkan pertolongan, suka mengikuti
kegiatan sosial, menghormati orang lain; (b) optimis, yang dideskripsikan dengan: yakin
berhasil akan hasil pekerjaannya, yakin akan masa depannya akan berjalan dengan baik,
selalu melangkah lebih maju dari orang lain; (c) tidak membutuhkan dukungan orang lain,
yang dideskripsikan dengan: mampu mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain, mampu
menghadapi masalahnya sendiri, tidak suka dipuji; (d) gembira, yang dideskripsikan dengan:
selalu gembira dalam segala suasana, tidak mudah tersinggung, senang berkumpul dengan
banyak orang.
17
4.DAFTAR PUSTAKA
Angelis, De Barbara. (2005). Confidence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Brigham, C.J. (1991). Social Psychology. Boston: Harper Collins Publisher, Inc.
Davies, Philippa. (2004). Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Jogjakarta: Torrent Books.
Hakim, Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Hartley, Elizabeth. (2000). Menumbuhkan Rasa PeDe pada Anak. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Popule
Http:// Mu’tadin. www.e-psikologi.com. Ada Apa Dengan Merokok. Html. 5-Juni-2002
Jusuf, Anwar et al. 2002. Hubungan Merokok Kretek Dengan Kanker Paru, Jurnal
Respirologi Indonesia vol 22, no. 3, pp. 109-125
Maslow, A.H. (1971). The Third Forces: The Psychology of Abraham Maslow. New York:
Gable Washington.
Pradono dan Kistianti. 2002. Perokok Pasif Bencana Yang Tak Terlupakan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Dinkes. Bab I, Jakarta, pp. 1-13
Santoso, Siti. S. 1990. Perilaku Remaja yang Berkaitan dengan Kebiasaan Merokok. Majalah
Cermin Dunia Kedokteran No. 84, pp. 42-48
Sukendro. S. 2007. Filosofi Rokok : Rokok, Kandungan, Bahaya, dan Manfaatnya. Pinus
Book Publisher, Yogyakarta, pp. 82-86
18
19
[Type the document title]
ZULKHIAJI FERNADIPSIKOLOGI 2008 “B”081664256
MODUL PELATIHAN “KEPERCAYAAN DIRI”
INTODUCING
Tujuan :Menamamkan kekraban dengan peserta
Bahan : Name tag untuk setiap peserta
Waktu : 25 menit
Lokasi : Ruang Pelatihan
Prosedur :
1. Aktivitas belajar yang dilakukan dengan nyaman, santai, menyenagkan dan
mengembirakan.
2. Aktivitas apa saja yang akan dilakukan untuk kepentingan dokumentasi (foto, merekam
dengan kaset dan video).
3. Peserta mengambil name tag pada panitia dan meminta peserta menuliskan nama
masing-masing dengan jelas (boleh nama panggilan sehari-hari/nama akrab) dan
memasangnya di bagian dada sebelah kiri.
4. Kemudian peserta memperkenalkan dirinya secara bergantian.
KONTRAK BELAJAR
Tujuan : adanya komitmen selama mengikuti pelatihan
Waktu : 30 menit
Lokasi : ruang pelatihan
Bahan : - kertas manila ukuran setengah kuarto sebanyak 2 x jumlah peserta
- lembar kontrak belajar (Form 1)
- flip chart
- spidol permanen
Prosedur :
1. Panitia memberikan sambutan pembuka serta penjelasan singkat tentang modul pelatihan.
Seperti materi-materi yang akan diberikan.
2. Panitia memberikan kertas manila satu lembar untuk setiap peserta.
20
3. Panitia membacakan aturan main dan meminta opini peserta mengenai aturan tersebut.
Apakah peserta setuju atau tidak.
4. Panitia meminta peserta menulis pada lembar kertas tentang apa yang di harapkan dengan
mengikuti pelatihan ini. Peserta diminta membuat kelompok.
5. Kelompok peserta mengumpulkan apa yang telah ditulisnya dalam lembar kertas manila
dan merumuskannya sebagai kesepakatan kelompok.
6. Hasil kesimpulan tiap kelompok ditulis pada flip chart dan di simpulkan menjadi
kesepakatan bersama.
7. Panitia pun meminta peserta untuk mengisi lembar kontrak belajar.
KONTRAK BELAJAR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat:
adalah peserta
pelatihan………………………………………………………………………………………
…….
Dengan demikian, maka saya bersedia untuk mengikuti pelatihan ini dari awal sampai akhir,
mentaati aturan main yang sudah disepakati bersama, dan tidak akan menggangu selama
pelatihan berlangsung.
Surabaya,...................2011
( )
21
Pidato Game
Tujuan : membuat peserta merasa lebih akrab satu dengan yang lain
Waktu : 30 menit
Lokasi : ruang pelatihan
Bahan : kertas tulis, pensil/bolpoin
Prosedur :
1. Peserta diminta untuk tetap ada dimejanya masing-masing
2. Kemudian akan dibagian kertas dan bulpen
3. Peserta diminta untuk menulis artikel yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pidato
peserta di depan karyawan/orang lain.
“Sedang Apa”
Tujuan : Mengisi waktu untuk menunggu jika ada peserta pelatihan yang terlambat
Metode: Permainan
Waktu : 15 menit
Lokasi : Ruang Pelatihan
Prosedur :
1. Para peserta diminta duduk/berdiri melingkar
2. Satu orang peserta ditunjuk untuk menyanyikan sebuah lagu kemudian secara acak
peserta ini menunjuk peserta lain yang dinilai tidak konsentrasi
Contoh : sedang apa------sedang apa sekarang------sekarang sedang apa……….dst.
3. Peserta lain yang ditunjuk diminta untuk melanjutkan lagu tersebut
EVALUASI PELATIHANPelatihan :Hari/Tanggal :
KEGIATANPENILAIAN
BS B C K KSPENYELENGGARAAN
Tempat pelaksanaan pelatihanPeralatanKonsumsiBahan tertulis/stationaryIklim kerja sama/suasanaPengendalian waktu
22
Saran/Komentar:PANITIA
Sikap/perilakuPenguasaan bahanPenyajian bahanPenguasaan bahasaAntusiasme dan SuaraPengaturan waktuKemampuan menyimpulkanPenguasaan kelas
Saran/Komentar:MATERI PELATIHAN
Relevansi materi terhadap tujuan trainingManfaat materiKelengkapan materiSistematika materiKesesuaian materi dengan kebutuhan/harapan andaIsi materi menunjang sasaran pelatihanPenilaian keseluruhan mengenai materi pelatihan
Saran/Komentar:
Penilaian diisi dengan tanda silang:BS = Baik Sekali; B = Baik; C = Cukup; KS = Kurang Sekali ; K = Kurang
Hari Pertama
TOPIK KEGIATAN WKT JAM
Pendahuluan
Introducting 25’ 09.00 – 09.25
Kontrak belajar 30’ 09.25 – 09.55
“Pidato Game” 30’ 09.55 – 10.25
Pengelolaan Diri Analisis diri 35’ 10.25 – 11.00
Istirahat 60’ 11.00 – 12.00
Energizing “Sedang apa” 30’ 12.00 – 13.30
Pengelolaan Diri Motivasi diri 30’ 13.30 – 14.00
23
Hari kedua
TOPIK KEGIATAN WKT JAM
Penetapan tujuan Permainan “lawan kata apa yang ingin kau lakukan”
30’ 08.00 – 08.30
Perubahan paradigma
Sifat/ kebiasaan dalam menumbuhkan “kepercayaan diri”
60’ 08.30 – 09.30
Kepercayaan diri Brainstorming, diskusi 90’ 09.30 – 11.00
Istirahat 60’ 11.00 – 12.00
Penutupan Evaluasi pelatihan 30’ 12.00 – 12.30
24