185596760 Diktat Spektroskopi Massa 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

spektroskopi

Citation preview

SPEKTROSKOPI MASSA

SPEKTROSKOPI MASSA

A. PENDAHULUAN

Dahulu, berat molekul suatu senyawa ditentukan dengan cara mengukur kerapatan uap atau penurunan titik beku senyawa tersebut, sementara rumus molekulnya ditentukan dengan cara analisis unsur. Selain lama dan merepotkan, teknik ini juga memerlukan jumlah sampel yang banyak dengan kemurnian yang tinggi. Sekarang berat molekul dan rumus molekul bisa ditentukan dengan cepat dan jumlah sampel sedikit menggunakan spektrofotometer massa (MS). Identifikasi struktur kimia suatu molekul, merupakan salah satu fungsi spektroskopi massa. Penentuan struktur molekul baik molekul organik maupun anorganik didasarkan pada pola fragmentasi dari ion-ion yang terbentuk ketika suatu molekul diionkan. Pola fragmentasi suatu molekul sangat berbeda dengan molekul yang lain dan hasil analisisnya dapat berulang (reproducible).

Gambar 3.1. Skema alat Spektroskopi Massa

Secara umum spektroskopi massa terdiri dari tiga bagian penting, yaitu tempat pengionan sampel, pemisahan ion, dan deteksi ion yang terbentuk. Pada gambar 4.1. digambarkan suatu spektroskopi massa dengan tehnik tumbukan elektron (EI). Sampel dimasukan kedalam chamber, diuapkan dengan menaikkan temperatur chamber, ditembak dengan elektron berenergi tinggi, ion fragmen yang terbentuk dipercepat dan dipisahkan dalam medan magnet, kemudian dideteksi dengan detektor.Seiring dengan berkembangnya teknologi, masing-masing bagian telah mengalami perubahan untuk meningkatkan kemudahan dalam penggunaan dan kemampuan alat dalam menganalisa. Saat ini, spektroskopi massa biasanya digunakan secara mandiri dalam analisa sampel atau digunakan bersama-sama dengan alat lain, seperti dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC), Kromatografi Gas (GC), Electroforesis Kapiler (CE) sehingga dikenal istilah HPLC-MS, GC-MS, dan CE-MS. HPLC, GC, atau CE berperan untuk memisahkan campuran sampel, yang selanjutkan setiap komponen yang sudah terpisah akan dianalisa satu persatu dalam MS. B. PENANGANAN DAN IONISASI SAMPEL

Sampel yang akan dianalisis dimasukkan pada tempat pengionan dalam alat spektroskopi massa. Sampel dapat berupa gas, padatan, dan larutan sesuai dengan wujud sampel dan teknik ionisasi yang dipilih. Beberapa teknik ionisasi yang lazim dilakukan akan dibahas berikut ini.

1. Tumbukan Elektron (Electron Impact/EI)

Dalam ruang pengionan, uap sampel ditumbuk dengan elektron berenergi tinggi (70 ev). Energi yang diserap molekul sampel akan mendorong pelepasan/ pengionan elektron dari orbital ikatan dan orbital anti-ikatan. Energi ditransfer kearah pembentukan ion melalui proses tumbukan seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut :

A-B-C+ e- A-B-C+ + 2 e-Metode ini banyak digunakan untuk sampel yang volatil dan stabil pada temperatur tinggi. Sacara umum, spektroskopi massa dengan metode tumbukan elektron yang menghasilkan ion positif (kation) lebih disukai dibandingkan yang menghasilkan ion negatif (anion). Selain itu, literatur dengan pola-pola fragmentasi ion positif sebagai referensi telah banyak dipublikasikan. 2. Electrospray Ionisation (ESI)Suatu larutan disemprotkan melalui pipa berdiameter sangat kecil kedalam ruang vakum dengan medan listrik bergradient beberapa ratus hingga ribuan volt per centimeter, menghasilkan ion gas dari solut. ESI merupakan tehnik MS yang mampu menghasilkan fraksi besar dari fragmen-fragmen molekul organik atau analit biologis. Karena MS mengukur rasio massa terhadap muatan ion, metode ini memberikan keuntungan dalam menganalisa massa yang sangat tinggi tanpa perlu instrument analisis massa yang khusus. Sebagai contoh, suatu ion dengan massa 120.000 dalton membawa 60 muatan positif muncul pada 2000 massa per muatan. Metode ini telah digunakan untuk mengukur massa ion dari molekul hingga 200.000 dalton, seperti protein.3. Chemical Ionization (CI)

Ion yang akan dianalisa diproduksi melalui transfer suatu partikel (H+, H-, dan lebih berat) hasil pengionan suatu reaktan berupa gas yang lebih berat ke dalam sampel. Umumnya reaktan yang digunakan adalah gas metana pada tekanan 0,2-2,0 torr (27-270 pascal). Mula-mula metana (CH4) diionkan melalui proses tumbukan elektron menghasilkan ion CH4+ . Selanjutnya ion tersebut bereaksi dengan molekul netral metana yang lain menghasilkan asam Bronsted yang kuat untuk bereaksi dengan molekul sampel melalui transfer proton.

CH4+e- CH4+

+2 e-CH4++CH4 CH5+

+CH3CH3++CH4 C2H5+

+H2CH5++A-B-C HABC++CH4C2H5++A-B-C HABC++C2H4

Gas lain yang juga sering digunakan adalah hidrogen (H2), uap air (H2O), ammonia (NH3), dan isobutana (C4H10). Dalam gas-gas ini, ion yang reaktif adalah H3+, H2O+, NH3+ dan C4H10+. Energi yang ditransfer pada proses ionisasi dengan metode ini berkisar 10-50 kkal/mol atau 40-200 kJ/mol, jumlah energi yang cukup kuat untuk proses fragmentasi, namun fragmentasi yang terjadi lebih sedikit dari metode tumbukan elektron. 4. Fast Atom Bombardment (FAB)

FAB merupakan suatu tehnik ionisasi yang popular untuk molekul non-volatil dan atau labil terhadap temperatur tinggi. Baik digunakan untuk molekul polar dan molekul dengan berat molekul tinggi. Umumnya FAB menggunakan uap atom netral berkecepatan tinggi seperti Argon dan Xenon pada 8 kV. Sampel yang dianalisa dapat berupa padatan atau sampel yang dilarutkan dalam pelarut kental seperti gliserol. Biasanya ion pseudo molekuler [M+H]+ terbentuk bersama sedikit ion fragmen dengan massa yang lebih rendah.5. Field Desorption (FD)

Untuk material yang kurang volatil, ionisasi biasanya dilakukan dekat permukaan elektroda melalui gradient medan listrik yang sangat tinggi (beberapa volt per angstrom). Awan elektron dalam molekul didistorsi dan bagian molekul yang mengandung kelebihan elektron berperan sebagai anoda. Ion yang terbentuk akan ditolak oleh anoda. Lifetime dari ion ini sangat singkat dibandingkan dengan ion hasil tumbukan electron. Karena sedikit energi yang ditransfer berupa energi dalam dan ion bergerak sangat cepat, dan fragmentasinya sangat sedikit, maka berat molekul sangat mudah dideteksi.6. Matrix Assisted Laser Desorption Ionization (MALDI)

Metode ini baik digunakan untuk sampel dengan berat molekul lebih besar dari 700.000, dan tehnik ini telah digunakan untuk menentukan berat molekul dari molekul biologi besar yang bersifat polar, seperti enzim, analisa interaksi antibodi. Sampel berupa matriks organik atau dibuat dalam matrik organic (asam sinapinat biasanya untuk sampel protein), dioleskan pada permukaan suatu lempeng, selanjutnya diradiasi dengan sinar laser (N2 ( 337 nm) . MALDI adalah metode ionisasi yang lemah dan fragmentasi ion sampel jarang terjadi. Ion yang dihasilkan biasanya berupa ion molekuler sehingga spektra yang dihasilkan sangat sederhana.C. ANALISA SPEKTRA MASSAC.1. RUMUS MOLEKUL DAN INDEKS KEKURANGAN HIDROGEN Peralatan spektroskopi massa resolusi tinggi (HRMS) yang telah tersedia saat ini mampu menentukan massa suatu ion molekuler (massa yang setara dengan rumus molekul) atau fragmen molekul (pecahan molekul setelah proses ionisasi) secara akurat, sehingga memudahkan untuk membedakan ion molekuler atau fragmen molekul yang massanya hampir sama. Massa yang teramati adalah penjumlahan eksak semua massa atom penyusun molekul atau fragmen molekul dengan kelimpahan isotop terbanyak. Sebagai contoh, HRMS mampu membedakan CO, N2, CH2N, dan C2H4.

12C12,000014N28,006212C12,000012C12,000016O15,9949

1H2 2,0156 1H4 4,0312

27,9949

14N14,0031

28,0312

28,0187

Untuk ion molekul yang tersusun oleh atom-atom yang memiliki beberapa isotop atom dengan kelimpahan yang cukup besar, maka ion molekul yang muncul bisa lebih dari satu. Ion molekuler yang muncul biasanya ditandai sebagai M+, [M+1]+, [M+2]+, dan seterusnya tergantung jumlah ion molekuler yang mungkin ada. Sebagai contoh CH3Br yang memiliki ion molekuler M+ dan [M+2]+ akibat adanya isotop 79Br dan 81Br yang kelimpahannya hampir sama banyak.

M+ 12C12,0000

[M+2]+

12C12,0000

1H3 3,0234

1H3 3,0234

79Br78,9183

81Br80,9163

93.9417

95.9397

Bila ion molekuler diketahui, maka rumus molekul dari sampel dapat ditentukan pula dengan cara mencocokkan harga m/z dari ion molekuler dengan tabel Rumus Molekul dengan variasi jumlah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen yang tersedia. Selanjutnya dari rumus molekul yang ada, dapat dihitung indeks kekurangan hidrogen (sering disebut BDE) yang bermanfaat untuk diprediksi jumlah ikatan rangkap atau adanya cincin/siklik dalam molekul tersebut. Harga DBE dihitung dengan rumus :

DBE = ( C - ( H - ( Halogen + ( N + 1

Tabel 3.1 Kelimpahan relatif dan massa eksak beberapa isotop yang umumUnsurIsotopMassa eksakKelimpahan relatif

Karbon12C12,0000100

13C13,0034 1,11

Hidrogen1H1,0078100

2H2,0141 0,016

Nitrogen14N14,0031100

15N15,0001 0,38

Oksigen16O15,9949100

17O16,9991 0,04

18O17,9992 0,20

Silikon28Si27,9769100

29Si28,9765 5,10

30Si29,9738 3,35

Belerang32S31,9721100

33S32,9715 0,78

34S33,9679 4,40

Klor35Cl34,9689100

37Cl36,9659 32,5

Brom79Br78,9183100

81Br80,9163 98,0

Adanya isotop suatu atom dapat membantu dalam identifikasi suatu molekul. Spektra massa suatu senyawa akan menampilkan puncak yang menginformasikan jumlah isotop yang ada dalam molekul. Sebagai contoh spektra massa suatu hidrokarbon yang memiliki 5 atom karbon. Intensitas puncak [M+1]+ yang mengindikasikan banyaknya isotop C13 dalam molakul, pasti 5(1,1%) = 5(0,011) dikalikan intensitas relatif puncak ion molekuler. Jadi banyaknya atom karbon dalam molekul dapat dihitung bila intensitas relatif [M]+ dan [M+1]+ diketahui.

Jumlah C = intensitas relatif puncak [M+1]+

0,011 x intensitas relatif [M]+ C.2. POLA FRAGMENTASI SETIAP GOLONGAN SENYAWA ORGANIK

AlkanaPuncak ion molekuler alkana rantai terbuka selalu muncul tetapi intensitasnya semakin rendah seiring dengan bertambahnya panjang rantai. Pola fragmentasinya ditandai dengan puncak-puncak dengan selisih massa 14 (CH2) yaitu m/z 29, 43, 57, 71, 84, ... seterusnya. Setiap puncak umumnya memiliki m/z = 14n + 1, dimana fragmen yang paling tinggi pada C3 dan C4, serta puncak seterusnya akan terus berkurang secara bertahap.

Pola fragmentasi alkana bercabang memiliki kemiripan dengan alkana terbuka, hanya saja pola perubahan puncak dengan selisih m/z 14 hilang karena adanya fragmentasi yang dominan pada percabangan.

Intensitas puncak ion molekuler alkana dengan rantai bercabang cenderung lebih rendah dibandingkan alkana tak bercabang. Hal ini mengindikasikan tingginya tingkat kestabilan karbokation yang dihasilkan dari fragmentasi pada percabangan rantai, sehingga mendukung proses fragmentasi dari ion molekuler. Sementara alkana siklik cenderung memiliki puncak ion molekuler yang tinggi. Seperti terlihat pada spektra n-heksana, 2-metilpentana dan sikloheksana berikut.

Pola fragmentasi alkana siklik mirip dengan alkana pada umumnya dengan pengurangan massa sesuai dengan deret homolog alkana. Puncak dasar fragmentasi sikloalkana adalah hasil pelepasan etena (C2H4) atau m/z [M-28]+ seperti puncak pada m/z 56 dari sikloheksana. Bila alkana siklik memiliki cabang atau rantai samping, pemutusan cabang merupakan pola fragmentasi yang paling favorit.Alkena

Puncak ion molekuler alkena khususnya polialkena selalu muncul. Alkena rantai terbuka memiliki ciri mirip dengan alkana, dimana puncak-puncak dengan selisih massa 14 akan muncul. Puncak dengan massa CnH2n-1 dan CnH2n akan lebih tampak dibandingkan puncak CnH2n+1 . Fragmentasi allilik dan vinilik akan terlihat nyata. Puncak-puncak yang lazim terlihat adalah m/z 27, 41, 55, 69, 83, ....dan seterusnya. Pada spektra massa 2-pentena terlihat puncak pada m/z 41 dan 55 hasil dari fragmentasi pelepasan etil dan metil.

Gambar 3.7 Spektra massa 2-pentenaCiri khas fragmentasi sikloalkena merupakan kebalikan reaksi Diels-Alder, yaitu pemcahan cincin menghasilkan suatu diena dan dienofil. Hal ini dibuktikan dengan munculnya puncak m/z 68 pada spektra massa limonen.

Alkuna

Spektra massa alkuna mirip dengan alkena. Intensitas puncak ion molekuler cukup tinggi dan pola fragmentasinya mirip dengan alkena. Pemutusan ikatan C C dari karbon yang terikat langsung ke C C dan pelepasan H dari alkuna terminal sangat lazim dijumpai.

Spektra massa 2-pentuna menunjukkan puncak ion molekuler pada m/z 68 dengan intesitas yang cukup tinggi. Pelepasan radikal hidrogen dari C-1 menghasilkan puncak pada m/z 67. Dengan pola yang sama, pelepasan radikal metil akan menghasilkan puncak pada m/z 53. Gambar 3.8 Spektra massa 2-pentunaAlkoholPuncak ion molekuler alkohol primer dan sekunder muncul dengan intensitas yang sangat rendah, bahkan tidak muncul untuk alkohol tersier. Pemutusan ikatan C C dekat atom oksigen pada alkohol primer akan menghasilkan puncak dengan m/z 31 (CH2=OH)+ . Alkohol sekunder dengan pola fragmentasi yang sama akan menghasilkan puncak dengan m/z 45, 59, 73, ... seterusnya tergantung panjang rantai karbon, sementara alkohol tersier menghasilkan puncak mulai m/z 59, 73, ... seterusnya.

Alkohol rantai panjang biasanya menghasilkan puncak M-18 akibat pelepasan H2O dan puncak [M-(H2O + alkena)]+.

Spektra 2-pentanol menunjukkan puncak-puncak pada m/z 45 dan 74 hasil dari pelepasan C3H9 dan CH3. Sementara puncak ion molekuler muncul dengan intensitas yang sangat rendah.

Gambar 3.9 Spektra massa 2-pentanolAlkohol siklik seperti sikloheksanol akan mengalami fragmentasi sekurang-kurangnya dengan tiga skema yang berbeda, yaitu :

Gambar 3.10 Spektra massa sikloheksanolEter

Eter alifatik memiliki intensitas puncak ion molekuler yang lebih rendah dibandingkan alkohol dengan berat molekul yang sama. Pola fragmentasi eter hampir mirip dengan alkohol seperti pemutusan ikatan C - C( dan penataan ulang dengan pemutusan ikatan C( - H. Pola fragmentasi eter menghasilkan m/z mulai 31, 45, 59, 73, dan seterusnya tergantung panjangnya rantai alkil.

Spektra massa dietileter menunjukkan puncak ion molekuler pada m/z 74. Hasil fragmentasi pelepasan CH3 pada m/z 69. sementara puncak 45 dan 31 merupakan hasil fragmentasi lanjutan dari puncak [M-15] melalui pelepasan CH2=CH2 diikuti dengan :CH2 .

Gambar 3.11 Spektra massa dietileterAldehid

Puncak ion molekuler aldehid biasanya mucul walaupun intensitasnya lemah. Pemutusan ikatan C C dan C H dari C karbonil atau yang lazim disebut pemutusan ( ((-cleavage) lazim terjadi menghasilkan puncak fragmen dengan m/z [M-H]+ dan [M-R]+ atau [CHO]+. Selain, itu pemutusan ( juga merupakan model fragmentasi yang penting menghasilkan fragmen R+ atau senilai [M-43]+.

Aldehid rantai panjang dapat mengalami fragmentasi yang disebut dengan penataan ulang McLafferty. Aldehid tidak bercabang akan menghasilkan puncak pada m/z 44. Puncak hasil penataan ulang ini biasanya menjadi puncak dasar.

Selain aldehid, penataan ulang McLafferty dapat terjadi pada semua senyawa karbonil seperi keton, asam karboksilat, ester, dan amida yang memiliki panjang rantai minimum 4 atom karbon dan atom C ke-4 harus mengikat atom H.

Gambar 3.12 Spektra massa pentanaldehidSpektra massa pentanaldehid diatas menunjukkan puncak pada m/z 29 dan 44 yang merupakan hasil fragmentasi C( dengan C karbonil, serta hasil penataan ulang McLafferty.

KetonPuncak ion molekuler dari keton biasanya umumnya muncul walaupun intensitasnya tidak begitu tinggi. Pola fragmentasi keton asiklik hampir mirip dengan aldehid, yaitu pemutusan ikatan C( dengan C karbonil. Bila ukuran kedua gugus alkil yang mengapit C karbonil tidak sama, maka lepasnya gugus alkil yang lebih besar akan lebih disukai sehingga intensitas puncaknya umumnya lebih tinggi. Bila rantai karbon keton memiliki jumlah atom C(4, maka puncak hasil penataan ulang McLafferty akan teramati.

Gambar 3.13 Spektra massa 2-pentanonPuncak ion molekuler 2-pentanon terlihat cukup tinggi intensitasnya pada m/z 86. Sementara puncak pada m/z 43 dan 71 merupakan hasil pemecahan C( dengan C karbonil, dimana intensitas puncak hasil pelepasan rantai propil lebih tinggi dibandingkan pelepasan rantai metil. Puncak pada m/z 58 merupakan hasil penataan ulang McLafferty.Keton siklik mengalami variasi fragmentasi dan penataan ulang. Sebagai contoh adalah spektra massa sikloheksanon dibawah ini.

Gambar 3.14 Spektra massa sikloheksanon

Munculnya puncak-puncak pada m/z 98, 83,70, 55, dan 42 dapat dijelaskan melalui beberapa variasi fragmentasi dan penataan ulang.

Asam Karboksilat

Puncak ion molekuler asam karboksilat biasanya muncul, walaupun pada senyawa tertentu intensitasnya rendah atau bahkan tidak teramati. Pemecahan ( (ikatan C( dengan C=O) yang lazim dijumpai pada senyawa karbonil juga akan teramati pada senyawa ini. Spektra masssa asam butanoat dibawah ini menunjukkan puncak ion molekuler yang lemah pada m/z 88. Sementara puncak pada m/z 71, 45, dan 43 merupakan hasil pemecahan (. Penataan ulang McLafferty juga terjadi pada asam butanoat dengan munculnya puncak pada m/z 60 dengan intensitas tertinggi.

Gambar 3.15 Spektra massa asam butanoat

EsterPola fragmentasi ester serupa dengan asam karboksilat. Selain pemecahan (, penataan ualng McLafferty lazim terjadi pada ester. Etil butanoat menunjukkan puncak ion molekuler dengan intensitas lemah pada m/z 116. Pemecahan ( akan menghasilkan puncak-puncak pada m/z 43, 45, 71 dan 73. Sementara penataan ulang McLafferty menghasilkan puncak pada m/z 88.Ester etil dari asam-p-hidroksibenzoat lazim mengalami pemecahan ( (melapas radikal etoksi) menghasilkan puncak pada m/z 121 dengan intensitas yang sangat tinggi. Fragmen ini memiliki kestabilan yang tinggi karena resonansi ke cincin aromatik.

Gambar 3.16 Spektra massa etilbuatnoat

Gambar 3.17 Spektra massa etil-p-hidroksibenzoat

Amina

Harga m/z dari ion molekuler amina sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi banyaknya atom N dalam senyawa amina. Amina dengan jumlah atom N ganjil akan memiliki ion molekuler dengan harga m/z ganjil, sementara senyawa yang jumlah atom N-nya genap akan memiliki harga yang genap pula. Sayangnya, puncak ion molekuler amina intensitasnya sangat lemah bahkan jarang muncul. Intensitas puncak tertinggi biasanya berasal dari hasil pemecahan (. Sementara amina rantai panjang lazim membentuk fragmen siklik 6 atom (n=4).

Gambar 3.18 Spektra massa heksilaminaHidrokarbon Aromatik

Jika ada gugus alkil yang terikat pada cincin benzena, fragmentasi lazimnya terjadi pada posisi benzilik membentuk fragmen dengan m/z 91 (C7H7+). Bila panjang rantai alkil lebih besar atau terdiri dari 3 atom karbon, fragmen massa hasil penataan ulang McLafferty akan teramati.

Alkil halida

Intensitas puncak ion molekuler senyawa alkil halida alifatik bervariasi, dimana alkil iodida memiliki intensitas ternggi dan alkil fluorida terendah. Intensitas puncak ion molekuler akan berkurang seiring dengan bertambahnya ukuran gugus atau cabang pada posisi ( . Pola fragmentasi yang paling penting dari alkil halida terutama alkil iodida dan alkil bromida adalah lepasnya atom halida dan meninggalkan carbokation pada rantai alkil. Hal ini mudah terjadi karena iodida dan bromida merupakan gugus pergi yang baik. Karbokation yang terbentuk biasanya mengalami fragmentasi lebih lanjut. Sebaliknya pola fragmentasi pelepasan halida sangat jarang terjadi pada alkil klorida, dan bahkan tidak terjadi pada alkil fluorida. Pada kedua alkil halida ini (Cl dan F) lazimnya terjadi pelepasan HX

Pola fragmentasi pemecahan ( pada lakil halida juga sering terjadi. Bila pada posisi ( terdapat percabangan, maka lepasnya gugus yang lebih besar umumnya lebih lazim terjadi. Puncak yang dihasilkan dari pemecahan ( umumnya cukup lemah.

Untuk alkil klorida dan alkil bromida rantai panjang, pembentukan fragmen siklik 5 atom lazim terjadi dengan melepas sisa rantai dalam bentuk radikal.

Puncak ion molekuler dan pola fragmentasi senyawa alkil halida cukup unik sehingga memudahkan dalam proses identifikasi. Fluorida dan iodida tidak memiliki isotop, sementara klorida dan bromida memiliki isotop dengan kelimpahan yang berbeda-beda mudah dibedakan. Puncak ion molekuler [M]+ alkil fluorida dan alkil iodida berupa puncak tunggal, sementara untuk alkil klorida dan alkil bromida akan muncul [M]+ dan [M+2]+ bila mengandung satu atom Cl atau Br. Serta akan lebih kompleks bila jumlah atom Cl dan atau Br bertambah. Selain itu, perbandingan intensitas puncak-puncak ion molekuler juga akan lebih kompleks, seperti tertera pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hubungan Jumlah dan Jenis Atom Halogen dengan Prosentase Intensitas

Puncak Ion Molekuler Atom

HalogenIntensitas Relatif Puncak Ion Molekuler (%)

[M]+[M+2]+[M+4]+[M+6]+[M+8]+[M+10]+[M+12]+

Br10097,2

2 Br100195,095,5

3 Br100293,0286,093,4

Cl10032,6

2 Cl10065,310,6

3 Cl10097,831,93,47

4 Cl100131,063,914,01,2

5 Cl100163,0106,034,75,70,4

6 Cl100196,0161,069,417,02,20,1

Br Cl100130,031,9

2 Br 1 Cl100228,0159,031,2

2 Cl 1 Br100163,074,410,4

Keterangan : Angka-angka pada kolom 1 mewakili jumlah atom dalam molekulD. LATIHAN SOAL-SOAL1. Berapakah jumlah atom C dalam molekul bila intensitas relatif ion molekulernya 43,27 % dan intensitas relatif [M+1]+ 3,81 % ?2. Spektra massa berikut merupakan spektra massa 1-metoksibutana, 2-metoksi butana, dan 2-metoksi-2-metilpropana. Pasangkanlah senyawa-senyawa tersebut dengan spektra massanya !

3. Puncak-puncak pada m/z berapakah yang lazim akan muncul pada spektra massa a. 2-pentanon

b. 3-heptanol

c. 2-klorobutanad. etilheksanoat

e. etilbenzena

4. Diantara ketiga senyawa berikut, ada dua senyawa memiliki puncak dasar pada m/z 119 dan ada satu senyawa pada m/z 105. Tentukanlah senyawa-senyawa tersebut sesuai dengan harga puncak dasarnya !

E. DAFTAR PUSTAKAPavia DL, Lampman GM, Kriz GS, 1996, Introduction to Spectroscopy, Saunders College Publishing, USASilverstein RM, Bassler GC, Morrill TC, 1991, Spectrometric Identification of Organic Compounds, 5th ed., John Wiley & Sons, USA

Cresswell, CJ., Runquist, OA., Campbell, MM., 1982, Analisis Spektrum Senyawa Organik, (diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro), Penerbit ITB, Bandung

Dudley W., and Fleming I., 1995, Spectroscopic Methods in Organic Chemistry, McGraw Hill Higher EducationBruice PY, 2005, Organic Chemistry, 4th ed, John Wiley & Sons, USA

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

Gamabar 3.4 Spektra massa n-heksana

Gambar 3.5 Spektra massa

2-metil-pentana

Gambar 3.6 Spektra massa

sikloheksana

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

EMBED ChemDraw.Document.5.0

Gambar 3.2 Spektra massa dodekana

Gambar 3.3 Spektra massa

2,3-dimetilbutana

_1370673658.cdx

_1370693997.cdx

_1373012740.cdx

_1373018268.cdx

_1375603918.cdx

_1373018161.cdx

_1370694903.cdx

_1372752465.cdx

_1370679226.cdx

_1370680992.cdx

_1370675118.cdx

_1369846637.cdx

_1370673481.cdx

_1369744056.cdx