6
Pengobatan Malaria yang Resisten terhadap Klorokuin Emiliana Tjitra, Harijani Marwoto Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta PENDAHULUAN Klorokuin merupakan obatpilihan utama untuk semua jenis malaria yang dipakai dalam program pemberantasan malaria. Klorokuin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium manusia dan gametosida Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae o >. Obat ini banyak dijual bebas sehingga tak mengherankan banyak kasus malaria resisten klorokuin ditemukan. Resistensi klorokuin adalah kemampuan parasit untuk terus hidup dalam tubuh manusia, berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit meskipun telah diberikan pengobatan klorokuin secara teratur baik dengan dosis standard maupun dosis lebih tinggi yang masih dapat ditolerir oleh pemakai obat. Resistensi merupakan akibat pemakaian obat yang tidak tepat( 2 ). Malaria yang resisten terhadap klorokuin dapat diketahui dengan tes in-vivo sistim 7 hari atau 28 hari, dan/atau tes in-vitro (makro atau mikro tes), sesuai dengan ketentuan WHO. Kele- bihan tes in-vivo adalah dapat menentukan tingkat atau derajat resistensi (lampiran 1), sedangkan tes in-vitro dapat dilakukan terhadap beberapa jenis obat antimalaria pada saat yang ber- samaan('). Malaria yang resisten terhadap klorokuin biasanya di- hubungkan dengan Plasmodium falciparum yang merupakan spesies terbanyak diteliti karena dallat menyebabkan komplikasi dan kematian. Di Indonesia,P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin telah dilaporkan oleh 27 propinsi, penderita yang berasal dari Bali dan DKI Jakarta merupakan kasus import <4 > (lampiran 2). Hal ini menyebabkan pengobatan malaria falsi- parum resisten klorokuin menjadi masalah yang penting. Selain itu di 11 propinsi (Aeeh, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Irian Jaya) juga telah ditemukan adanya kasus P. falciparum yang resisten multi- drug P. vivax yang resisten terhadap klorokuin sudah mulai dilaporkan( 6 '') dan sedang diteliti lebih lanjut di Irian Jaya dan P. Nias 8> . Penentuan kasus P. vivax resisten klorokuin ter- sebut berdasarkan konsentrasi klorokuin dalam darah serum yang diukur dengan eara high-performance liquid chromato- graphy sudah melebihi 15 ng/ml 9 >. PENGOBATAN MALARIA Pengobatan dan tindakan yang dilakukan pada umumnya dipengaruhi oleh : 1. Manifestasi klinis, dengan atau tanpa komplikasi. 2. Umur penderita: bayi, anak-anak atau dewasa. 3. Keadaan lain penderita yaitu hamil atau menyusui. 4. Spesies Plasmodium yaitu P. vivax, P. falciparum, P. ma- lariae, P. ovale, atau infeksi eampuran. 5. Tempat tinggal atau tempat asal kena infeksi: daerah sensi- tif atau resisten klorokuin atau resisten multidrug. 1. Malaria sensitif klorokuin Malaria falsiparum yang sensitif klorokuin dan tanpa kom- plikasi diobati dengan klorokuin basa 25 mg/kgBB, seeara oral selama 3 hari, yaitu hari I dan hari II 10 mg/kgBB, hari 1115 mg/ kgBB, diminum sekaligus. Pada hari I juga diberikan primakuin dengan dosis sesuai golongan umur keeuali pada bayi dan ibu hamil (tabel 1). Penggunaan primakuin bukan sebagai anti relaps karenaP. falciparum tidak mempunyai bentuk jaringan sekunder (eksoeritrositer sekunder), melainkan untuk membunuh gameto- sit sehingga penularan dapat dicegah atau dikurangi('). Malaria vivax yang sensitif klorokuin atau malaria ovale atau malariae diobati juga dengan klorokuin basa 25 mg/kgBB, seeara oral selama 3 hari, seperti pengobatan pada malaria falsiparum yang sensitif klorokuin. Primakuin diberikan selama 5 -14 hari sebagai antirelaps karena P. vivax mempunyai bentuk 90 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81,1992

29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

Embed Size (px)

DESCRIPTION

malaria

Citation preview

Page 1: 29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

Pengobatan Malaria yang Resistenterhadap Klorokuin

Emiliana Tjitra, Harijani MarwotoPusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUANKlorokuin merupakan obatpilihan utama untuk semua jenis

malaria yang dipakai dalam program pemberantasan malaria.Klorokuin bersifat skizontosida darah untuk semua spesiesplasmodium manusia dan gametosida Plasmodium vivax danPlasmodium malariaeo >. Obat ini banyak dijual bebas sehinggatak mengherankan banyak kasus malaria resisten klorokuinditemukan.

Resistensi klorokuin adalah kemampuan parasit untuk terushidup dalam tubuh manusia, berkembang biak dan menimbulkangejala penyakit meskipun telah diberikan pengobatan klorokuinsecara teratur baik dengan dosis standard maupun dosis lebihtinggi yang masih dapat ditolerir oleh pemakai obat. Resistensimerupakan akibat pemakaian obat yang tidak tepat(2).

Malaria yang resisten terhadap klorokuin dapat diketahuidengan tes in-vivo sistim 7 hari atau 28 hari, dan/atau tes in-vitro(makro atau mikro tes), sesuai dengan ketentuan WHO. Kele-bihan tes in-vivo adalah dapat menentukan tingkat atau derajatresistensi (lampiran 1), sedangkan tes in-vitro dapat dilakukanterhadap beberapa jenis obat antimalaria pada saat yang ber-samaan(').

Malaria yang resisten terhadap klorokuin biasanya di-hubungkan dengan Plasmodium falciparum yang merupakanspesies terbanyak diteliti karena dallat menyebabkan komplikasidan kematian. Di Indonesia,P. falciparum yang resisten terhadapklorokuin telah dilaporkan oleh 27 propinsi, penderita yangberasal dari Bali dan DKI Jakarta merupakan kasus import<4

>

(lampiran 2). Hal ini menyebabkan pengobatan malaria falsi-parum resisten klorokuin menjadi masalah yang penting. Selainitu di 11 propinsi (Aeeh, Sumatera Utara, Riau, Lampung, JawaBarat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, SulawesiSelatan, Nusa Tenggara Timur, dan Irian Jaya) juga telahditemukan adanya kasus P. falciparum yang resisten multi-

drugP. vivax yang resisten terhadap klorokuin sudah mulai

dilaporkan( 6'') dan sedang diteliti lebih lanjut di Irian Jaya danP. Nias 8>. Penentuan kasus P. vivax resisten klorokuin ter-sebut berdasarkan konsentrasi klorokuin dalam darah serumyang diukur dengan eara high-performance liquid chromato-graphy sudah melebihi 15 ng/ml 9

>.

PENGOBATAN MALARIAPengobatan dan tindakan yang dilakukan pada umumnya

dipengaruhi oleh :1. Manifestasi klinis, dengan atau tanpa komplikasi.2. Umur penderita: bayi, anak-anak atau dewasa.3. Keadaan lain penderita yaitu hamil atau menyusui.4. Spesies Plasmodium yaitu P. vivax, P. falciparum, P. ma-lariae, P. ovale, atau infeksi eampuran.5. Tempat tinggal atau tempat asal kena infeksi: daerah sensi-tif atau resisten klorokuin atau resisten multidrug.

1. Malaria sensitif klorokuinMalaria falsiparum yang sensitif klorokuin dan tanpa kom-

plikasi diobati dengan klorokuin basa 25 mg/kgBB, seeara oralselama 3 hari, yaitu hari I dan hari II 10 mg/kgBB, hari 1115 mg/kgBB, diminum sekaligus. Pada hari I juga diberikan primakuindengan dosis sesuai golongan umur keeuali pada bayi dan ibuhamil (tabel 1). Penggunaan primakuin bukan sebagai anti relapskarenaP.falciparum tidak mempunyai bentuk jaringan sekunder(eksoeritrositer sekunder), melainkan untuk membunuh gameto-sit sehingga penularan dapat dicegah atau dikurangi(').

Malaria vivax yang sensitif klorokuin atau malaria ovaleatau malariae diobati juga dengan klorokuin basa 25 mg/kgBB,seeara oral selama 3 hari, seperti pengobatan pada malariafalsiparum yang sensitif klorokuin. Primakuin diberikan selama5 -14 hari sebagai antirelaps karena P. vivax mempunyai bentuk

90 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81,1992

Page 2: 29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

jaringan sekundero.101 (tabel 2).

Tabel 1. Pengobatan malariafalsiparum yang sensitif kloroku in dan tanpakomplikasi

Hari Jenis ObatJumlah tablet (dosis tunggal) menurut

golongan umur (tahun)

<1 1–4 5–9 10–14 15+

I klorokuin 1/2 1 2 3 3– 4primakuin – 1/2 3/4 1 2 – 3

II klorokuin 1/2 1 2 3 3– 4III klorokuin 1/4 1/2 1 1'/2 2

Dikutip dari : Depkes R.I.1990. Malaria : Pengobatan : 3.Catalan :1 tablet klorokuin =150 mg bnsa klorokuin.1 tablet primakuin =15 mg basa primakuin, tidak diberikan pada bayi dan ibuhami/.Obat diminum tidak boleh dalam keadaan perut kosong.

Tabel 2. Pengobatan malaria vivax yang sensitif klorokuin dan malariaovale, serta malaria malariae

Hari Janis ObatJumlah tablet (dosis tunggal) menurut

golongan umur (tahun)

<1 1–4 5–9 10–14 15+

I klorokuin 1/2 1 2 3 3–4primakuin – 1/4 1/2 3/4 1

II klorokuin 1/2 1 2 3 3– 4primakuin – 1/4 12 3/4 1

1II klorokuin 1/4 1/2 1 V/2 2primakuin – 1/4 1/2 3/4 1

IV primakuin – 1/4 1/2 3/4 1V primakuin – 1/4 1 2 3/4 1

Dikutip dari : Depkes R.I.1990. Malaria : Pengobatan : 3.Catalan :1 tablet klorokuin =150 mg basa klorokuin.1 tablet primakuin =15 mg basa primakuin, tidak diberikan pada bayi dan ibulianaObat diminum tidak boleh datum keadaan perut kosong.

2. Malaria resisten klorokuinMalaria falsiparum yang resisten klorokuin dan tanpa

komplikasi' diobati dengan sulfadoksin-pirimetamin dan pri-makuin dosis tunggal keeuali pada bayi dan wanita hamil, diberi-kan seeara oral sesuai golongan umur. Sulfadoksin diberikandengan dosis 25 mg/kgBB dan pirimetamin 125 mg/kgBB t '•10

(tabel 3). Sulfadoksin-pirimetamin bersifat skizontosida jaring-an primer, skizontosida darah dan sporontosida terhadap keempat spesies plasmodium manusia. Obat ini digunakan padakasus malaria falsiparum di daerah yang resisten klorokuin').Efek samping yang pemah dilaporkan adalah sindroma Steven —Johnson yang dapat berakibat fatal.

Bila penderita malaria falsiparum tersebut masih belumsembuh, obat diganti dengan tablet kina sulfat dengan atau tanpatetrasildin sertaprimakuin, dengan dosis sesuai golongan umurom

(tabel 4). Di Thailand, dosis kina untuk anak-anak sekolah 10mg/kgBB, 3 kali sehari, selama 4 hari kemudian dilanjutkandengan dosis 15 mg/kgBB, diberikan 3 kali sehari selama 3 hariuntuk meneapai Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dalam

darah". Penggunaan kina kurang disukai karena memerlukanwaktu yang lebih lama (7 hari) dan efek samping yang palingsering dijumpai adalah tinitus. Tetrasiklin tidak diberikan kepadaanak kurang dari umur 8 tahun dan wanita hamil.

Path malaria vivax yang resisten klorokuin dianjurkanuntuk mengulangi sekali lagi pengobatan klorokuin dan prima-kuin dengan dosis sama, kemudian dilanjutkan dengan peng-obatan klorokuin 300 mg basa dan primakuin 45 mg basa dosistunggal, minggu sekali selama 8 — 12 minggu° l .

Tabel 3. Pengobatan malaria falsiparum yang resisten klorokuin dantanpa komplikasi dengan sulfadoksin – pirimetamin

Hari Jenis ObatJumlah tablet

golongan(dosis tunggal)

umur (tahun)menurut

<1 1–4 5–9 10–14 15+

I

II

sulfadoksin-pirimetaminprimakuin

-

-

3/4

1/2

1 '/2

3/4

2

1

3

2 – 3

Dikutip dari : Depkes RJ.1990. Malaria : Pengobatan : 3.Catalan :1 tablet sulfadoksin-pirimethamin =500 mg sulfadoxin dan 25 mg pirimethamin.1 tablet primakuin =15 mg basa primakuin, tidak diberikan pada bayi dan ibuhamil.

Tabet 4. Pengobatan malaria falsiparum yang resisten klorokuin dantanpa komplikasi dengan kina sulfat.

Hari Jenis ObatJumlah tablet

golongan(dosis tunggal)

umur (tahun)menurut

<1 1–4 5–9 10–14 15+

I kin sulfat * 1/2 1 2

diminum 3 kali sehari selama 7 hart dengan atau tanpa tetrasiklinII primakuin – 12 3/4 1 2– 3

diminum sekaligus pada hari pertains pengobatan dengan kina

Dikulip dari : Depkes RI. 1990. Malaria : Pengobatan : 3.Catalan :* Dosis kina setiap hari unluk bayi dihitung 10 mg/umur dalam bulan, dibagidalam 3 bagian yang diberikan selama 7 hari.1 tablet kina sulfat = 200 mg kina sulfat.1 tablet primakuin =15 mg basa primakuin, tidak diberikan pada bayi dan ibuhand.

3. Malaria dengan komplikasi (malaria berat)Malaria dengan komplikasi umumnya disebabkan oleh P.

falciparum yang telah resisten terhadap klorokuin sehinggamemerlukan penanganan khusus, diagnosis dini, pengobataneepat dan tepat karena banyak mengakibatkan kematian.

Manifestasi klinis malaria dengan komplikasi dapat ber-bentuk malaria otak, anemia berat, gagal ginjal, edema paru,hipoglisemia, syok, perdarahan spontan (Disseminated Intra-vascular Coagulation), kejang berulang, asidosis atau asidemi,hemoglobinuri, hiperparasitemi, ikterus, hiperpireksia dan ke-lelahan beratt ' .10."

Pengobatan dengan kina dihidrokhlorida intravena meru-pakan pilihan utama karena malaria berat memerlukan peng-obatan eepat dan tepat. Kina diberikan dalam larutan infus NaCl

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81,1992 91

Page 3: 29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

0.9% atau Dextrosa 5%, 10 mlkgBB, dengan dosis awal 16,7 —20 mg basa/kgBB dalam 4 jam pertama, dilanjutkan dengan dosis8,3 — 10 mg basa/kgBB dalam 4 jam berikutnya dan diulangsetiap 8 jam sampai penderita dapat menelan obat untuk kemu-dian diselesaikan pengobatannya per oral sampai hari ke 7.Pemberian dosis awal (loading dose) akan lebih cepat memberibasil, tetapi tidak diberikan kepada penderita yang dalam 48 jamsebelumnya sudah diberi kina. Dalam hal ini diberikan kina dosis8,3 – 10 mg basa/kgBB

00.11.'2. ' 3>

Bila kina dihidrokhlorida tidak tersedia dapat diberikankinidin glukonat 15 mg basa/kgBB dalam larutan infus NaCl0.9% atau Dextrosa 5%, 10 mlkgBB dalam 4 jam, dilanjutkan7,5 mg basa/kgBB dalam 4 jam berikutnya, kemudian diulangtiap 8 jam sampai penderita dapat menelan obat untuk kemudiandiselesaikan pengobatannya per oral sampai hari ke 7 (10,11,12)

Hipoglikemi pada penderita malaria berat perlu segera di-tanggulangi dan terus dimonitor karena menentukan prognosisHipoglikemi tersebut dapat juga terjadi selama pemberian intra-vena kina dihidrokloridaU12).

PENELITIAN PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUMRESISTEN KLOROKUIN

Sehubungan dengan meluasnya distribusi kasus malariafalsiparum resisten klorokuin dan meningkatnya derajat resis-tensi serta resistensi multidrug, maka telah dilakukan beberapapenelitian pengobatan malaria falsiparum resisten klorokuindengan obat antimalaria yang belum terdaftar dan digunakansebagai obat antimalaria di Indonsia.

1. KlindamisinKlindamisin telah terdaftar dan digunakan sebagai anti-

biotika. Obat ini pada malaria bersifat skizontosid darah untukP. falciparum dan juga P. falciparum resisten klorokuin

(14,15))Di RSU Dili, Timor Timur, klindamisin diberikan kepada

penderita dewasa malaria falsiparum in-vitro resisten klorokuindengan dosis dua kali 300 mg, per oral selama 5 hari. Denganpengawasan selama 28 hari, angka kesembuhan yang dieapaiadalah 100% dan waktu yang dibutuhkan untuk bebas parasitadalah 2—6 hari. Efek samping yang ditemukan ringan danbersifat sementara a 'o .

2. MeflokuinMeflokuin adalah obat antimalaria golongan 4-metanol

kuinolin yang bersifat skizontosid darah untuk ke empat speciesplasmodium manusia dan strain P. falciparum resisten multi-drugm " .18u. Dosis yang dianjurkan adalah 15—29 mg/kgBB, per-oral dosis tunggal atau terbagi dalam 2 dosis nap 12 jam. Obat initidak diberikan pada wanita hamil trimester pertama(13,19)

Kasus P. falciparum yang resisten terhadap meflokuin in-vivo maupun in-vitro telah ditemukan di Irian Jaya dan JawaTengah(20

•21 ".

Penelitian pengobatan meflokuin pada penderita malariafalsiparum tanpa komplikasi menunjukkan bahwa meflokuinefektif dan aman untuk malaria falsiparum in-vitro resisten klo-rokuin maupun untuk malaria falsiparum in-vitro resisten multi-

92 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81, 1992

drug. Angka kesembuhan yang dieapai 100% dengan waktubebas panas dan waktu bebas parasit adalah 9,3 ± 2,4 jam dan47,1 ± 3,7 jam. Efek samping yang ditemukan hanya mual ringandan sembuh tanpa pengobatan(

22).

3. HalofantrinHalofantrin merupakan obat antimalaria golongan genan-

tren metanol yang bersifat skizontosid darah untuk ke empatspecies plasmodium manusia dan juga untuk strain P. falciparumresisten multidrug. Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak 8—10mg/kgBB tiap 6 jam dengan dosis total 24 mg/kgBB. Untukdewasa (> 12 tahun) diberikan 500 mg tiap 6 jam dengan dosistotal 1500 mg. Obat ini tidak diberikan pada wanita hamil danmenyusui karena mempunyai efek foetotoksin(").

Penelitian pengobatan halofantrin pada penderita malariafalsiparum tanpa komplikasi di daerah resisten klorokuin, me-nunjukkan bahwa halofantrin efektif dan aman. Angka kesem-buhan yang dieapai 98,4% dengan waktu bebas panas dan waktubebas parasit adalah 22,4 ± 2,7 jam dan 58,3 ± 5,2 jam. Efeksamping yang ditemukan adalah diare, mual, palpitasi, danpusing yang ringan dan sembuh tanpa pengobatan( M ).

Halofantrin juga efektif dan aman untuk penderita malariafalsiparum in-vitro resisten klorokuin dan tidak berbeda ber-makna bila dibandingkan penderita malaria falsiparum in-vitrosensitif klorokuin dalam hal angka kesembuhan, waktu bebaspanas dan bebas parasit yang dibutuhkan. Angka kesembuhanpenderita malaria falsiparum in-vitro sensitif klorokuin danresisten klorokuin adalah 100% dan 96,3%. Waktu bebas panasdan waktu bebas parasit untuk penderita malaria falsiparum in-vitro sensitif dan resisten klorokuin adalah 17,1 ± 3,5 jam dan21,8 ± 4,6 jam serta 51,6 ± 2,8 jam dan 66,9 ± 12,1 jam (25) .

OBAT LAIN UNTUK P. FALCIPARUM RESISTEN KLO-ROKUIN

Selain klindamisin, meflokuin dan halofantrin juga adabeberapa obat antimalaria yang terbukti efektif untuk P. falci-parum resisten klorokuin tetapi belum pernah diteliti di Indo-nesia.

1) QinghaosuQinghaosu merupakan obat antimalaria golongan seskuiter-

pen lakton yang bersifat skizontosid darah untuk P. falciparumdan P. vivax. Sebenarnya obat ini merupakan obat tradisionalCina untuk penderita demam yang dibuat dari ekstrak tumbuhanArtemesia annua (qinghao) yang sudah dipakai sejak ribuantahun lalu. Qinghaosu tidak diberikan pada wanita hamil karenaefek foetotoksik« .

Obat ini mempunyai empat bentuk yaitu tablet (artemesinatau qinghaosu) untuk peroral, dalam larutan minyak (artemeter)untuk suntikan intramuskular, bentuk bubuk kering yang di-larutkan dengan larutan NaHCO3 5% untuk suntikan intravenaatau intramuskular dan bentuk supositoria untuk supositoriarektal

1(11,26,27.Obat ini terutama digunakan untuk pengobatan malaria

berat atau dengan komplikasi karena efek obat yang sangat cepat.

Page 4: 29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

Dosis yang efektif masih diteliti. Dosis tablet untuk orang dewasaadalah 2,5 - 3,2 g, larutan minyak adalah 0,6 - 1,2 g dan larutanNaHCO 3 5% adalah 1,2 g. Angka rekrudensi eukup tinggi yaitu> 18% yang biasanya timbul pada hari ke 15-30 setelah peng-obatan. Waktu bebas panas dan waktu bebas parasit yang dibu-tuhkan adalah 15-22 jam dan 30-68 jam. Efek samping yangditemukan adalah penurunan jumlah lekosit dan retikulosit yangbersifat sementarao3's •

29 Dalam waktu dekat akan dilakukanpenelitian qinghaosu di Indonsia.

2) YinghaosuYinghaosu merupakan obat antimalaria golongan seskuiter-

pan peroksid yang bersifat skizontosid darah untukP. falciparumdan strain P.fal ciparum resisten klorokuin. Obat ini baru dikem-bangkan dari tanaman obat tradisional Cina dan tidak ditemukanresistensi silang dengan klorokuin, meflokuin dan qinghaosu.Yinghaosu dapat diberikan peroral atau parentral(32.33)

3) PironaridinPironaridin merupakan obat antimalaria derivat hidroksia-

nilino benso-naftridin, mempunyai struktur sama denganmepakrin dan amodiakuin. Obat ini bersifat skizantosid darahuntukP. falciparumresisten multidrug dan sudah digunakan luasdi Cina sejak lebih dari 10 tahun yang lalu

(34,35,36,37)

Pironaridin mempunyai bentuk tabletdan kapsul dan bentukparenteral yang lebih efektif

38) . Dosis oral adalah 300-400 mg,dua kali sehari pada hari pertama dan selanjutnya satu atau duakali sehari, dengan dosis total 1,2 gram. Dosis parenteral adalah0,3 gram intramuskular atau intravena, dua kali sehari denganperbedaan waktu 8 jam. Waktu bebas panas dan waktu bebasparasit obat ini pada pekerja di Thailand dan Cina adalah 36 jamdan 57 jam (39) . Efek swiping yang pernah ditemukan adalahdiare, sakit perut, muntah-muntah.

4) Falcimax TMFalcimax TM merupakan obat an timalaria kombinasi antara

kita, kuinidin dan einehonin. Obat ini bersifat skizontosid darahuntuk ke empat species plasmodium manusia dan telah diteliti diThailand untuk penderita anak malaria falsiparum dengan dosis12 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7 hari peroral. Angka kesem-buhan yang dieapai jauh lebih tinggi bila dibandingkan denganpengobatan hanyakina yaitu 100%. Efek samping yangditemukanbersifat ringan dan sementara

(40)

RINGKASANDengan ditemukannya P. falciparum resisten klorokuin di

27 propinsi dan resisten multidrug di 11 propinsi, maka peng-obatan malaria yang resisten terhadap klorokuin menjadi ma-salah penting. P. vivax resisten terhadap klorokuin juga telahmulai dilaporkan dan sedang diteliti lebih lanjut di Irian Jaya danP. Nias.

Kasus resistensi dapat diketahui dengan tes in-vivo (sistim 7hari atau 28 hari) dan atau tes in-vitro (tes makro atau mikro)menurut standar WHO untuk tes sensitivitas obat antimalaria.

Sesuai dengan program pemberantasan malaria, malariafalsiparum tanpa komplikasi yang resisten terhadap klorokuin

dapat diobati dengan sulfadoksin-pirimetamin (kecuali bayi danibu hamil) atau kina sulfat dengan atau tanpa tetrasiklin. Malariakompl ikasi denganatau tanpa resisten klorokuin sebaiknyadiobatidengan kina di hidrokhlorida intravena karena memerlukan peng-obatan yang tepat dan obat yang bekerja eepat.

Klindamisin, meflokuin dan halofantrin merupakan obatantimalaria alternatif yang pernah diteliti pada penderita malariafalsiparum tanpa komplikasi dan memberikan hasil yang baik.Qinghaosu, yinghaosu, pironaridin dan Faleimax TM merupa-kan obat antimalaria alternatif yang memberikan harapan untukpengobatan malaria falsiparum resisten klorokuin tetapi belumpemah diteliti di Indonesia.

KESIMPULANHanya kina yang masih merupakan obat antimalaria yang

bersifat life-saving untuk pengobatan malaria falsiparum yangresisten multidrug.

KEPUSTAKAAN

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal PPM &PLP. (1990) Malaria. Pengobatan : 3.

2. Bruce–Ch watt U. Chemotherapy of malaria. 2nd ed. Geneva: WHO 1981.3. World Health Organization. Chemotherapy of malaria and resistance to

anti-malarials : Report of a WHO Scientific Group. WHO Techn Rep Serno. 529. 1973.

4. Arbani PR. Situasi malaria di Indonesia. Simposium QBC. FKUI, Jakarta,28 Nopember 1991.

5. Tjitra E, Marwoto, Hariyani, Kenny, Marvel dkk. Penelitian obat anti-malaria. Bul Penelit Kes 1992; 19(4): 15-23.

6. Schwartz IK, Lacteritz EM, Patchen LC. Letter : Chloroquine resistantPlasmodium vivax from Indonesia. New Engl J Med 1991; 324: 927.

7. Baird JK, Basri H, Pumomodkk. Resistance to chloroquine by Plasmodiumvivaxin Irian Jaya,Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1991; 44(5): 547-52.

8. Baird JK. Komunikasi pribadi. 1992.9. Patchen LC, Mount DL, Schuwartz IK, Churchill FC. Analysis of filter-

paper-absorbed, finger– stick blood samples for chloroquine and its majormetabolite using high – performance liquid chromatography with fluores-cence detection. J. Chromatogr. 1983; 278: 81–9.

10. World Health Organization. The Clinical Management of Acute Malaria.WHO Regional Publications, South-East Asia Series No. 9, 3rd ed. WHORegional Office for South-East Asia, New Delhi. 1990.

11. World Health Organization Division of Control of Tropical Diseases.Severe and Complicated Malaria. Trans Roy Soc Trop Med Hyg. 2nd ed.1990. 84 (suppl 2): 1-65.

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Malaria : Penatalaksanaanmalaria berat di Rumah Saki' dan Puskesmas : 16. 1991.

13. Gilles HM. Management of severe and complicated malaria. A practicalhandbook. Geneva: World Health Organization, 1991.

14. Geary TG, Jensen JB. Effects of antibodies on P. falciparum in-vitro. AmJ Trop Med Hyg, 1983; 32(2): 221-5.

15. Seaberg LS, Parquette AR, Gluzman IY dkk. Clindamycine activity againstchloroquine resistant P. falciparwn. J Infect Dis. 1984; 150(6): 904–11.

16. Oemijati S, Pribadi W, Suprijanto S. dkk. Pengobatan infeksiP. falciparwnyang resisten terhad ap klorok uin dengan klindamisin. SeminarParasitologiNasional VI dan Kongres P4I V, Pandaan, Jaws Timur 23–25 Juni 1990.

17. Harinasuta T, Bunnag D, Wemdkorfer W. A phase II clinical trial ofmefloquine in patients with chloroquine resistant falciparum malaria inThailand. Bull WHO 1983; 61: 299-305.

18. Karbwang J, White NJ. Clinical Phannacokinetics of mefloquine. ClinPharmacokinet, 1990; 19(4) : 264-79.

19. Chongsuphajaisidhi T, Sabchareon A, Chantavanich P, dkk. A phase IIIclinical trial of mefloquine in children with chloroquine-resistant falci-

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81, 1992 93

Page 5: 29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

parum malaria in Thailand. Bull WHO 1987; 65(2): 223-6.20. Hoffman SL dkk. RU and R III type resistance of Plasmodium falciparum

to combination of mefloquine and sulfadoxine/pirimethamine in Indonesia.Lancet 1985, November 9: 1039-40.

21. Hoffman SL dkk. In-vitro studies of the sensitivity of Plasmodium falci-parum to mefloquine in Indonesia. Panel Diskusi dalam Seminar Parasito-logi Nasional & Kongres ke II P4I, Agustus, Bandung 1983.

22. Tjitra E, Oemijati S, Pribadi W, dkk. Pengobatan malaria falsiparum tanpakomplikasi dengan meflokuin di daerah resisten klorokuin. Bull PenelitKes 1992 (akan diterbitkan).

23. Smith Kline & French. Halofantrine in the treatment of multidrug resistantmalaria. Parasitol Today (Suppl) 1989.

24. Tjitra E, Oemijati S, Pribadi W, dkk. Pengobatan malaria falsiparum tanpakomplikasi dengan halofantrin di daerah resisten klorokuin. Bull PenelitKes 1992, 20 (1).

25. Tjitra E, Oemijati S, Pribadi W, dkk. Studi perbandingan pengobatanhalofantrin pada penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi yang in-vitro sensitif dengan yang resisten klorokuin. 1992. (akan diterbitkan).

26. World Health Organization. The Development of Qinghaosu and its de-vivates as antimalarial drugs. Fourth meeting of the scientific workinggroup on the chemaotherapy of malaria. People's Republic of China:Beijing, 6-10 Oktober 1981.

27. Arnold K, dkk. A randomized comparative study of artemisine (qinghaosu)suppositories and oral quinine in acute falciparum malaria. Trans R SocTrop Med Hyg, 1990; 84: 499-502.

28. Jiang BJ, Li GQ, Guo XB, Yun CK. Antimalarial activity of mefloquine andqinghaosu. Lancet 1982, August 7 : 285-8.

29. Pe TM, Tin S. The efficacy of artemether (Qinghaosu) inP.falciparu n andP. Vivax in Burma. Southeast Asia J. Trop Med Publ Health, 1986; 17(1):19-22.

30. Pe TM, Tin S. A controlled clinical trial of artemether (qinghaosu derivates)versus quinine in complicated and severe falciparum malaria. Trans RoySoc Trop Med Hyg, 1987; 81: 559-61.

31. Li GQ, Guo XB, Jian HX, Arnold K. Randomized comparative study iofmefloquine, qinghaosu and pyrimethamine-sulfadoxine in patients withfalciparum malaria. Lancet 1984, December 15 : 1360-1361.

32. Stohler HR, Jaquet C, Peter W. Biological characterization of novelbicyclic peroxides as potential antimalarial agents. XII th Intemat ConggrTrop Med and Malaria. Amsterdam, The Netherlands. 18-23 September1988.

33. Hofheinz W, Jaquet C, Masciadri R, dkk. Structure activity relationship ofnovel bicyclic peroxide antimalarials related to Yinghaosu. XII th IntematConggr Trop Med and Malaria. Amsterdam, The Netherlands. 18-23September 1988.

34. Zheng XY, Chen C, Goo FH, dkk. Synthesis of new antimalarial drugpyronaridine and its analoques. Yao Hsueh Hsueh Pao Sinica, 1982; 17:118-125.

35. Fus S, Bjarkman A, Wahlin B, dkk. In-vitro activity of chloroquine, the twoenantiomers of chloroquine, desethyl chloroquine and pyronaridine againstPlasmodiumfalciparwn. Brit J Clin Pharmacol 1986; 22: 93-6.

36. Childs GE, Hansler B, Milhous W, dkk. In-vitro activity of pyronaridineagainst field isolates and reference clones of Plasmodium falciparum. AmJ Trop Med and Hyg 1988; 38: 24-9.

37. Qiu CD, Ren DX, Liu DQ, dkk. Sensitivity ofP. falciparwn to pyronaridineand sodium artesumate in Hainan island, China. XII th Intemat ConggrTrop Med and Malaria. Amsterdam, The Netherlands. 18-23 September1988.

38. Feng Z, Wu ZF, Wang CY, dkk. Pharmacokinetics of pyronaridine inmalaria patients. Chung Kuo Yao Li Hsueh Pao 1987; 8: 543-6.

39. Chanthavanich P, Changsuphajaisiddhi T, Sahchareon A, dkk. A combina-tion of quinine, quinidine and cinchonine (Falcimax TM) in the treatmentof falciparum malaria in Thai children. XII th Intemat Conggr Trop Medand Malaria. Amsterdam, The Netherlands 18-23 September 1988.

40. Chang C, dkk. Studies on a new antimalarial compound pyronaridine. TransR Soc Trop Med Hyg, 1992; 86: 7-10.

94 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81,1992

UCAPAN TERIMA KASIHKepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kepala

Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Litbang Kesehatan, dan Dr PRArbani, MPH, Kasubdit Malaria, Departemen Kesehatan R.I., diucapkan terimakasih alas kesempatan dan saran-saran yang diberikan.

Lampiran 1. BerbagaiderajatresistensiP.faldparumterhadapkiorokuin.

Berbagai derajat resistensi/sensitivitas P. falciparum terhadap kiorokuin.

Batas ambang mikroskop

R I Dini

1 RII

R III

0 1 2 3 4 5 6 7I IStandart Test(Test - 7 hari)

IIExtended Test (Test 28 hari)

Parasitemia askesual P. falciparum

Dikutip dari WHO Technical Report Series 1973, no. 529.Catalan :S : Hilangnya semua parasit asekual dari darah perifer dalam waktu 7 haridihitung setelah hari pertama minum obat tanpa adanya rekrudensi.RI : Hilangnya semua parasit aseksual dari darah perifer, seperti halnya padaS, tetapi selalu ada rekrudensi.RII : Penurunan 75% yang jelas dari jumlah parasit aseksual dalam darahperifer tetapi tdak pernah hilang (negatif) sama sekali.RIII : Tidak ada perubahan yang berarti (25%) dan jumlah parasit aseksualdalam darah perifer.

R I Kasep

Sensitif (S)

l_

114 21 28

Hari dihitung dari mulai makan obat (DO)

Page 6: 29_PengobatanMalariayangResistenthdpKlorokuin81

Lampiran 2 : Peta malaria dan P. falclparum resIsten klorokuin.

INDONESIA nOPt.;iiopia.. s,.

- ,,Sou:. Cans S.*

r')

t1 t. A Y S I A

MALA''rk T\al

t,—v,—. - - - - - -e

\, :1

-sa -

.

Su. Sw 1.1

aPuu:!‘3''

./ 9

t Sui a a si i-L.%.

>

/

...."t :-- o. ,

g-'- ---t0-a

Pocif;c OCtan

SLRA wAK ;

.. --'----''=---="k' .

ft _

Baaaa ''..-...................._:'". l. _

i

—,—...._

,..r...._ ....I:v.!.

--A PAC R .'a,/ •

a 0

A,. t S,,

iiTer Sea

Keterangan :=Persistent malaria transmissionli:EMPresominald Pf. incidence0 Confirmed Pf resistance to 4 amino-quinollines

Dikutip dari : Subdit Malaria, Dirjen P2M & PLP, Depkes RI.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81, 1992 95