40

3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Citation preview

Page 1: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil
Page 2: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

B u l l e t i n t r i t o n i s , e d i s i I I I D e s e m b e r 2 0 1 2

B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l

T e l u k C e n d e r a w a s i h

S u r a t d a r i R e d a k s i

Sebagai edisi terakhir di tahun 2012, Edisi III Buletin Tri-

tonis kali ini tetap mencoba memberikan informasi bagi

seluruh pembaca. Pada edisi ini Tim Redaksi menyaji-

kan menu tulisan dengan tema utama ―Pengembangan

Potensi Sumber Daya dan Wisata Kawasan‖.

Dalam edisi kali ini berbagai potensi sumber daya dan

wisata yang berada dalam kawasan TNTC kami coba ku-

pas dan kami sajikan dalam beberapa artikel. Artikel

yang ada diantaranya adalah mengenai ekowisata, pe-

ningkatan kunjungan wisata di kawasan TNTC, lima spe-

sies prioritas di dalam kawasan TNTC, keberadaan Crus-

tacea terbesar, dan tak ketinggalan pula artikel Budaya

Menanam Pohon dan keberlangsungan Kelestarian

Alam. Liputan mengenai beberapa kegiatan yang dil-

aksanakan pihak BBTNTC serta penelitian yang dil-

aksanakan dalam kawasan TNTC juga kami hadirkan

dalam beberapa rubrik.

Kami harap segala informasi yang kami sampaikan da-

lam edisi kali ini mampu memberikan informasi yang

cukup bagi para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan se-

lamat membaca dan menikmati setiap tulisan dalam

bulletin edisi III kali ini. Sampai jumpa lagi dalam buletin

Tritonis edisi tahun 2013. Semoga. :-)

Liputan

Datang Membawa Misi Perubahan

Pergi Meninggalkan Kesan Men-

dalam

Be A Good Tourguide? Siapa Takut!!!

Menanamkan Konservasi Sejak Dini

3

Artikel

Realita Pendidikan Pesisir TNTC

Kondisi Pariwisata di Taman Nasion-

al Teluk Cenderawasih

Ekowisata Berkelanjutan Sebagai

Investasi Masa Depan

Kondisi Terumbu karang Pulau Nu-

ana Kawasan TNTC

Budaya Menanam Pohon dan

Keberlangsungan Kelestarian Alam

10

Biodiversity

Black-capped Head Lory 34

Berita Gambar 20 Kabar Kawasan

Bintang Laut Mahkota Duri

(Acanthaster placi) Mengancam

Zona Inti Tanjung Mangguar

Crustacea Terrestrial Terbesar dari

Pulau Yenemberei

Inventarisasi Teripang di Kampung

Isenebuai Pada Bidang PTN Wilayah

III Ransiki

23

Penelitian

Kajian Ekologis Wilayah Pesisir dan

Laut Untuk Atraksi Ekowisata Bahari

di Taman Nasional Teluk

Cenderawasih

31

D a f t a r I s i

Serba-serbi

Kerajinan Kulit Ikan Pari, Peluang

Usaha Yang Menjanjikan

37

Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional

Teluk Cenderawasih

Pengarah/Editor: Manerep Siregar, SP., M.Si

Pimpinan Redaksi: Ir. Suprihatna

Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si.,

Muhibuddin Danan Jaya, A.Md

Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si

Desain Gravis : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md

Sumber Gambar : Dokumentasi TNTC

Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : [email protected]

Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif

dan inspiratif)

Merupakan media informasi dan komunikasi kon-servasi untuk menyebarluaskan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan ka-wasan konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

S U S U N A N R E D A K S I

Page 3: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

Saroy, M.Si menjabat sebagai Kepala Balai Kon-

servasi Sumber Daya Alam Maluku. Dalam sambu-

tannya, Beliau mengatakan bahwa dalam upaya

memajukan sebuah institusi, hal yang paling pent-

ing adalah dukungan dari seluruh jajaran dalam

institusi tersebut. Beliau mengharapkan dukungan

dari segenap pegawai BBTNTC serta seluruh pihak

di Papua dan Papua Barat yang selama ini telah

menjalin kerjasama dengan pihak BBTNTC.

Banyak kegiatan dan terobosan yang telah dil-

akukan oleh pihak BBTNTC semenjak masa kepem-

impinan Ir. Djati Witjaksono Hadi, M.Si. Beliau telah

banyak mencurahkan ide dan pemikiran untuk

mengembangkan potensi dan pengelolaan kawasan

TNTC hingga saat ini potensi wisata Whale Shark

banyak dikenal oleh masyarakat luas. Dengan

penuh kekeluargaan, Beliu membimbing dan men-

dampingi seluruh pegawai dalam pelaksanaan tu-

gas. Tak jarang pula Beliau menegur beberapa peg-

awai yang kurang maksimal dalam melaksanakan

tugas. Sebagaimana seorang Bapak, teguran yang

Beliau sampaikan semata-mata untuk kemajuan

diri dan institusi. Tak hanya itu, candaan dan

S elasa, 18 September 2012 acara lepas

sambut Kepala Balai Besar TNTC diseleng-

garakan dengan sederhana di Ruang Per-

temuan Valdos Hotel & Cafe. Dengan mengundang

beberapa kolega yang sempat menjalin kerjasama

dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kawasan

konservasi oleh BBTNTC, acara Lepas Sambut dim-

ulai pukul 10.00 WIT. Kepala Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Provinsi Papua Barat, Kepala

Bappedalda Provinsi Papua Barat, Perwakilan dari

pihak Kepolisian Air, Perwakilan dari pihak KODIM,

Kepala UPT Lingkup Kementerian Kehutanan di

Papua Barat, serta Para Akademisi dalam hal ini

Universitas Negeri Papua turut hadir dalam acara

ini.

Tanggal 29 Agustus 2012 di Jakarta, Ir. Ben

Gurion Saroy, M.Si secara resmi dilantik menjadi

Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih menggantikan Ir. Djati Witjaksono

Hadi, M.Si yang juga dilantik menjadi Inspektur

Wilayah IV.

Sebelum dilantik menjadi Kepala Balai Besar

Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Ir. Ben Gurion

P a g e 3 E d i s i I I I D e s e m b e r 2 0 1 2

L I P U T A N

D a t a n g M e m b a w a M i s i P e r u b a h a n

P e r g i M e n i n g g a l k a n K e s a n

M e n d a l a m

Kalau bisa dikerjakan sekarang, kenapa

harus besok? Lidia T. Vitasari S., S.Si*)

Page 4: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

L I P U T A N … .

P a g e 4 B u l l e t i n t r i t o n i s

gurauan juga sering Beliau lontarkan di sela-sela

jam kerja saat Beliau berkeliling untuk mengunjungi

beberapa ruangan, bahkan saat rapat pun Beliau

pernah menyisipkan gurauan yang mampu men-

cairkan suasana.

Di akhir masa kepemimpinan Ir. Djati Witjaksono

Hadi, M.Si sebagai Kepala Balai Besar Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih, banyak kesan yang Be-

liau rasakan selama berada di BBTNTC. Kesan yang

Beliau sampaikan dalam acara lepas sambut ini

antara lain: luar biasa, keramahan seluruh jajaran

BBTNTC, ganasnya kutu Maleo/kutu Babi dan Agas

di beberapa kawasan, jajaran TNTC memiliki poten-

si yang luar biasa tapi belum dapat dikembangkan

secara maksimal, keindahan alam yang tiada duan-

ya, serta kerjasama yang selama ini terjalin dengan

berbagai instansi terkait cukup baik. Beliau juga

menyampaikan kepanjangan TNTC yang dulu Ta-

man Nasional Tak dikenal Ceritanya menjadi Taman

Nasional Turis Cintai. Hal ini merupakan salah satu

wujud nyata gebrakan yang Beliau lakukan dalam

pengembangan pariwisata alam TNTC.

Selain menyampaikan kesan, tak lupa Beliau

juga menyampaikan beberapa pesan, yaitu:

T ingkatkan pengetahuan dan ketrampilan un-

tuk kelancaran pelaksanaan tugas serta pa-

hami ketentuan perundangan yang selalu berubah

dengan memahami uraian tugas pokok dan fungsi

masing-masing, dan laksanakan tugas dengan

penuh tanggung jawab;

N ormalisasi hubungan kerja dan tingkatkan

koordinasi dalam melaksanakan tugas, jangan

membeda-bedakan ―pimpinan lama‖ dan ―pimpinan

baru‖, semua masalah pasti ada solusinya, solusi

akan terjadi jika ada komunikasi;

T ingkatkan kedisiplinan dan kode etik PNS Ke-

menterian Kehutanan, serta Pakta Integritas

yang telah ditandatangani;

C intailah pekerjaan yang sudah menjadi

kewajibannya dan menjadi amanah yang

diberikan oleh pimpinan sebagai ladang amal dan

ibadah. Jadi ―kalau bisa dikerjakan sekarang kena-

pa harus besok?‖ dan jangan ada pendapat ―Kalau

bisa dipersulit kenapa dipermudah?‖

Empat pesan yang sangat mengena. Dengan

keempat pesan tersebut, semoga institusi Balai

Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dapat

selalu menuju ke arah perkembangan yang lebih

baik. Selamat jalan Bapak Ir. Djati Witjaksono Hadi,

M.Si dan selamat menunaikan tugas sebagai In-

spektur Wilayah IV. Selamat Datang Bapak Ir. Ben

Gurion Saroy, M.Si dan selamat bergabung dengan

segenap pegawai Balai Besar Taman Nasional Teluk

Cenderawasih.

− ☼ −

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

Page 5: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

Dalam kesempatan ini dipaparkan bahwa pari-

wisata merupakan sektor yang multi dimensional

karena memiliki keterkaitan dengan banyak sektor

dan ilmu. Oleh karenanya membutuhkan pemaham-

an yang tepat agar dapat mengelola unsur-unsur

pariwisata yang secara utuh termasuk stakeholder

yang terlibat dan terkait di dalamnya. Salah satu un-

sur pariwisata adalah pemandu wisata. Seorang pe-

mandu wisata memiliki peran, tanggung jawab dan

fungsi sebagai berikut:

Membimbing perjalanan bersama wisatawan un-

tuk mencapai tujuan yang telah ditentukan;

Memberikan informasi dan bila perlu menjadi

penerjemah mengenai perjalanan secara keselu-

ruhan khususnya mengenai objek-objek wisata

yang dikunjungi;

Memperkenalkan hal-hal yang dirasakan baru

bagi wisatawan atau yang perlu diketahui dan di-

jumpai selama perjalanan dan;

Memberikan saran kepada wisatawan untuk me-

lakukan atau tidak melakukan suatu tindakan

yang ada sangkut pautnya dengan perjalanan

yang sedang dipandunya.

P ariwisata di Taman Nasional Teluk Cende-

rawasih merupakan sektor jasa yang me-

nyumbang peranan terhadap penerimaan

negara bukan pajak (PNBP). Seiring berjalannya

waktu, pariwisata di Taman Nasional Teluk

Cenderawasih tumbuh dengan pesat sehingga ha-

ruslah didukung dengan pelayanan pariwisata yang

memadai khususnya di bidang pemandu wisata.

Oleh karenanya untuk mendukung dan meningkat-

kan pelayanan wisata tersebut, pada tahun ini dise-

lenggarakan Pelatihan Pemandu Wisata yang bertu-

juan untuk mengembangkan sikap, kepribadian dan

budaya kerja yang dapat menunjang keberhasilan

dalam memandu wisata serta meningkatkan penge-

tahuan dan keterampilan pemandu wisata agar

menjadi pemandu wisata yang lebih handal.

Pada pelatihan pemandu wisata ini disampaikan

beberapa materi yakni: (a). Perundang-undangan

bidang PHKA dan kebijakan Ditjen PHKA di bidang

pariwisata dan pariwisata alam; (b). Pengertian dan

pemahaman tentang pemandu wisata; (c). Teknik

interpretasi dan komunikasi dan; (d). Pengenalan

objek daya tarik wisata dan pola kunjungan wisata

di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

L I P U T A N

P a g e 5 E d i s i I I I D e s e m b e r 2 0 1 2

B e A G o o d T o u r g u i d e ?

S i a p a T a k u t ! ! !

Veve Ivana Pramesti,S.Hut*)

Kuncinya adalah penguasaan informasi

dan teknik penyampaian informasi… .

Page 6: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

tahun 2007 hingga saat ini memiliki selisih grafik

peningkatan yang tajam dan kebanyakan wisata-

wan yang berkunjung menggunakan liveaboard via

operator wisata dari berbagai daerah baik lokal

maupun luar daerah.

Di samping pembekalan materi di kelas, peserta

pelatihan ini juga dibekali dengan praktek lapang

menjadi pemandu wisata yang mengambil tempat

di Pantai Bakaro (Bakaro Beach) dan di Taman

Wisata Alam (TWA) Gunung Meja. Di lokasi praktek,

peserta dilatih untuk menjadi pemandu wisata de-

ngan contoh tema wisata diantaranya wisata pe-

manggilan ikan di Bakaro, wisata pemberian makan

whale shark di Kwatisore, wisata lumba-lumba di

Windesi dan wisata flora dan fauna Gunung Meja.

Dalam praktek ini peserta dilatih cara bersikap yang

baik dan tepat selama memandu wisata, cara pe-

nguasaan materi yang tepat dan cepat, cara mem-

ilih bahasa yang tepat dalam penyampaian in-

formasi wisata dan strategi penyampaian/urutan

penyampaian informasi yang dimulai dari gambaran

umum, informasi inti dan informasi tambahan ten-

tang suatu obyek wisata agar wisatawan semakin

penasaran dan tertarik mengikuti tour wisata.

Dalam kesempatan ini juga ditekankan bahwa

seorang pemandu wisata harus menguasai dengan

baik tentang seluk beluk obyek wisata yang menjadi

tujuan wisata, menyampaikan informasi dalam ben-

tuk yang standar dan jujur agar wisatawan mene-

rima informasi yang benar dan lengkap. Hal ini ten-

tunya penting untuk menjadi perhatian setiap pe-

mandu wisata karena segala sesuatu yang berkait-

an dengan pemandu wisata mencerminkan kepri-

badian dan budaya daerah lokasi wisata serta peng-

gugah hati wisatawan untuk datang kembali atau ti-

dak datang kembali untuk selamanya.

− ☼ −

Disamping harus memahami peran, tanggung

jawab dan fungsinya, pemandu wisata juga harus

memahami etika pemandu wisata, karakteristik

obyek daya tarik wisata (ODTW), karakteristik wisa-

tawan, budaya masyarakat daerah lokasi ODTW,

teknik interpretasi ODTW baik dari segi tata krama,

persiapan diri pemandu wisata (rohani, kepribadian

dan jasmani), teknik komunikasi yang efektif de-

ngan wisatawan dan bisa menangani bila terjadi

gangguan komunikasi yang mungkin timbul selama

memandu wisata agar informasi yang disampaikan

pemandu wisata kepada wisatawan dapat diterima

dan dimengerti oleh wisatawan.

Selain hal diatas, juga dipaparkan mengenai

pengenalan obyek daya tarik wisata dan pola kun-

jungan wisata di kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih. Secara garis besar ODTW yang ada

dibagi menjadi 3 golongan besar, yakni (a). wisata

bahari dan pantai, contohnya: pantai pasir panjang

di Rumperpon, diving dan wisata whale shark di

Kwatisore; (b). wisata sejarah dan budaya, contoh-

nya: wisata gereja zaman zending dan kitab suci ter-

bitan tahun 1898 di Yende, goa tengkorak di

Roswar dan batu bergambar di Purup serta; (c).

wisata daratan, contohnya: bird watching. Sedang-

kan pola kunjungan wisata ke kawasan Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih adalah pola harian de-

ngan waktu kunjungan yang berkisar antara 4-6 hari

dan pola satu harian. Jumlah PNBP dari kegiatan

wisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih dari

L I P U T A N … .

P a g e 6 B u l l e t i n t r i t o n i s

*)Calon Penyuluh Kehutanan

Pada Balai Besar TNTC

Page 7: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

L I P U T A N … .

P a g e 7 E d i s i I I I D e s e m b e r 2 0 1 2

Alam (KPA) Pelita dan Komunitas

Reptil Manokwari. Sedangkan

pengunjung pameran adalah

siswa - siswi sekolah di

Manokwari, yaitu Sekolah Dasar

(SD) 41 Wosi, Sekolah Dasar (SD)

Inpres 66 Taman Ria, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri

3 Manokwari, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 11

Manokwari, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 21

Rendani, Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 2 Manokwari dan

Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Kehutanan Manokwari.

P a m e r a n k o n s e r v a s i

dilaksanakan selama 5 hari dari

tanggal 19 sampai dengan 23

Oktober 2012 ini dibuka oleh

Kepala Balai Besar TNTC yang

baru yaitu Ir. Ben Gurion Saroy,

M.Si. Pada sambutannya, Beliau

berharap pameran konservasi ini

b i s a b e r m a n f a a t d a n

meningkatkan pemahaman para

pengunjung tentang apa itu

k o n s e r v a s i s e r t a b i s a

menginformasikannya kepada

teman lain dan keluarga.

Kedatangan para pengunjung

disambut oleh seorang panitia

yang sekaligus memberikan

penjelasan singkat mengenai

kegiatan ini serta mengoordinasi

mereka menjadi beberapa

kelompok untuk selanjutnya

didampingi oleh para pemandu

yang bertugas. Masing-masing

p e m a n d u d e n g a n s a b a r

memandu seluruh pengunjung

untuk mengunjungi masing-

masing stand yang ada. Stand

pameran yang ada menyediakan

U ntuk menanamkan

kesadaran tentang

k o n s e r v a s i d a n

pengenalan Taman Nasional

Teluk Cenderawasih (TNTC) bagi

masyarakat khususnya generasi

muda di luar kawasan, Balai

Besar TNTC menyelenggarakan

sebuah pameran konservasi.

Pameran Konservasi merupakan

kegiatan rutin yang dilaksanakan

B a l a i B e s a r T N T e l u k

Cenderawasih. Peserta Stand

Pameran yang berpastisipasi

dalam kegiatan ini, antara lain :

Balai Besar TNTC, Satuan Polisi

Keh ut anan Reaks i Cep at

(SPORC), Bidang Wilayah II

BBKSDA Papua Barat, Balai

Pemantauan Pemanfaatan Hutan

Produksi (BP2HP) Wilayah XVIII

Manokwari, Kelompok Pecinta

M e n a n a m k a n K o n s e r v a s i

S e j a k D i n i

Mampukah ini memberikan perubahan bagi

kelangsungan kehidupan di bumi ini? Rini Purwanti, S.Si*)

Page 8: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

L I P U T A N

P a g e 8 B u l l e t i n t r i t o n i s

peraturan dalam berinteraksi

d e n g a n h i u p a u s d a n

menanamkan kecintaan akan

fauna yang semakin langka di

muka bumi ini.

Film animasi Better Fishing

menggambarkan bagaimana 2

orang nelayan yang awalnya

mencari ikan dengan cara yang

t i d a k r a m a h l i n g k u ng a n

(memakai bom dan bius) mau

merubah perilakunya menjadi

menang kap i k an d eng a n

peralatan yang ramah lingkungan.

Menangkap ikan menggunakan

cara yang tidak ramah lingkungan

dapat merusak ekosistem

sehingga ikan semakin sukar

ditangkap dan jumlahnya pun

semakin berkurang. Menangkap

ikan dengan cara ramah

l i n g k u n g a n s a n g a t

menguntungkan baik dari segi

ekologi maupun ekonomi. Hal ini

karena tetap memperhitungkan

aspek keberlanjutan sehingga

ketersediaan ikan yang didukung

kesehatan ekosistem tetap dapat

dipertahankan. Tak hanya

berhenti di situ, ekosistem yang

beberapa tema, antara lain :

stand sejarah kawasan TNTC,

stand peralatan yang digunakan

dalam kegiatan, display spesimen

biota laut, stand peralatan selam,

stand pengendalian kebakaran

hutan dan lahan, stand SPORC,

stand BP2HP Wilayah XVIII

Manokwari, stand Bidang Wilayah

II KSDA Papua Barat, stand KPA

Pelita dan Komunitas Reptil

Manokwari. Selain memamerkan

berbagai peralatan, di masing-

masing stand juga menampilkan

berbagai hasil dokumentasi

setiap kegiatan yang telah

terlaksana di tahun 2012.

Sekitar kurang lebih satu jam

melihat stand pameran, peserta

pameran diajak menyaksikan film

konservasi. Ada 3 (tiga) buah film

yang ditayangkan, yaitu Hutanku

Hilang Bencana Datang, Atraksi

Hiu Paus (Whale Shark) dan film

animasi Better Fishing.

Pesan yang disampaikan dari

film Hutanku Hilang Bencana

Datang adalah bagaimana

dampak yang dihasilkan akibat

dari penebangan kayu ilegal dan

pembakaran/kebakaran hutan.

Setelah menyaksikan film ini

siswa diharapkan bisa memahami

dan mengetahui akibat hilangnya

hutan serta diharapkan tertanam

dalam diri masing -masing

pengunjung untuk mau menjaga/

melestarikan hutan.

Pada film kedua, Atraksi Hiu

Paus, para siswa diajak mengenal

keberadaan hiu paus di kawasan

TNTC (perairan Kwatisore,

Nabire), mengetahui peraturan-

Gambar 1. Antusiasme Pengunjung Pameran Konservasi

Page 9: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 9 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

L I P U T A N … .

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

sehat dapat memberikan tambahan penghasilan

dari sektor pariwisata mengingat keindahan alam

mulai menjadi obyek daya tarik wisata alam yang

digemari.

Di akhir pemutaran film, beberapa pertanyaan

terkait film yang diputar dilontarkan kepada para

pengunjung. Mereka sangat antusias dalam menja-

wab setiap pertanyaan. Sebagai bentuk penghar-

gaan atas keberanian mereka dalam menjawab,

kepada mereka diberikan beberapa souvenir dari

pihak Balai Besar TNTC.

Berbeda dengan kegiatan serupa di tahun sebe-

lumnya, tahun ini kegiatan penanaman dan pem-

bagian bibit turut memeriahkan kegiatan pameran

konservasi. Kegiatan penanaman bibit sangat di-

tunggu-tunggu oleh para pengunjung pameran.

Mereka berebut ingin menanam bibit di halaman

Balai Besar TNTC. Kebanggaan muncul di hati para

pemandu dan segenap panitia melihat antusiasme

serta semangat para pengunjung dalam menanam

bibit. Semoga hal ini mampu memberikan peru-

bahan yang cukup berarti bagi kelangsungan ke-

hidupan di bumi ini.

Sebelum pulang, para pengunjung diberi kesem-

patan untuk kembali mengunjungi masing-masing

stand yang menurut mereka paling menarik. Usai

mengikuti seluruh kegiatan pameran, setiap siswa

diberi sebuah bibit untuk ditanam dan dirawat di

sekolah ataupun di rumah mereka masing-masing.

Beberapa poster dan kalender diserahkan panitia

kepada pihak sekolah sebagai media informasi bagi

siswa tentang TNTC dan konservasi.

Semoga dengan diselenggarakannya pameran

konservasi ini, kesadaran generasi muda mengenai

pentingnya upaya konservasi semakin meningkat

dan dapat memberikan perubahan bagi dunia.

− ☼ −

Gambar 2. Antusiasme Pengunjung Pameran

Saat Penanaman Bibit

Page 10: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 0 B u l l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L

Esie Mega Wangi, S.Si*) Mereka pun punya hak yang sama… .

Kondisi Pendidikan

Wajib Belajar Sembilan Tahun merupakan tujuan

pembangunan pemerintah saat ini di bidang

pendidikan secara umum, tidak terkecuali

masyarakat pesisir di kawasan TNTC. Pada

kenyataannya masyarakat di daerah ini belum

memperoleh pelayanan yang maksimal baik dalam

hal sarana dan prasarana pendidikan maupun

tenaga pendidik.

Tingkat pendidikan formal masyarakat pesisir

dalam kawasan TNTC masih tergolong rendah. Pilot

project WWF-Indonesia dan TNTC dalam program

Pendampingan Sekolah Tahap I dan II di beberapa

kampung diketahui bahwa masyarakat pesisir TNTC

memiliki tingkat pendidikan yang beragam. Hal ini

juga mengungkap begitu rendahnya jumlah siswa

yang berhasil mencapai pendidikan hingga Sekolah

Menengah Atas, apalagi Perguruan Tinggi. Sebagian

masyarakat hanya menyelesaikan pendidikan pada

tingkat Sekolah Dasar, dan masih terdapat

masyarakat yang buta aksara. Rendahnya tingkat

kualitas pendidikan ini dikarenakan beberapa faktor,

diantaranya : Ketersedian fasilitas sekolah, Akses

pendidikan, Kualitas tenaga pengajar dan Tingkat

ekonomi keluarga.

Beberapa permasalahan yang perlu menjadi

perhatian utama dalam memperbaiki kondisi

pendidikan di kawasan pesisir TNTC diantaranya

yang pertama adalah kualitas dan kuantitas tenaga

U dara pantai pagi hari yang segar, dan

suara ombak yang ditemani kicauan

burung membentuk alunan khas alam

pesisir. Mama-mama bersiap mendayung kole-kole

menuju kebun di seberang teluk, sementara anak-

anak berlari di tepi pantai dengan menggunakan

seragam bersiap menuju sekolah SD YPK Kwatisore

yang terletak di kawasan Kepala Burung Papua.

Lebih tepatnya, kampung ini berada di kawasan

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang

nyatanya merupakan Taman Nasional laut terluas di

Indonesia.

Kwatisore adalah satu dari puluhan kampung di

Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang jauh dari

akses informasi maupun transportasi dan

mengalami keterbatasan pelayanan pendidikan dan

kesehatan. Di sisi lain, Kwatisore saat ini menjadi

daerah destinasi utama wisatawan lokal maupun

mancanegara karena potensi yang dimilikinya salah

satunya yaitu wisata hiu paus/whale shark.

Wisatawan banyak berdatangan ke kawasan TNTC

khususnya kampung Kwatisore untuk berwisata,

dan mau tidak mau masyarakat harus

mempersiapkan diri akan dampak adanya kegiatan

pariwisata ini. Pemberdayaan masyarakat dan

peningkatan pendidikan dirasa menjadi alternatif

paling rasional untuk memperbaiki kondisi

kesejahteraan dan pemahaman konservasi pada

masyarakat di sekitar kawasan.

R e a l i t a P e n d i d i k a n P e s i s i r T N T C

Page 11: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 1 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

A R T I K E L … .

mereka meminta petugas di Pos jaga (PEH atau

POLHUT) untuk memberikan pelajaran di kelas.

Mereka sebenarnya merindukan suasana belajar

mengajar yang nyaman, guru-guru yang selalu siap

mengajarkan ilmu dan hal-hal baru kepada mereka.

Mereka punya cita-cita dan harapan yang tinggi

terhadap masa depannya. Meskipun tinggal di

daerah pesisir yang sulit terjangkau, mereka adalah

bagian dari Bangsa Indonesia, pilar penerus

kemajuan bangsa. Pendidikan, pengetahuan dan

pemahaman mereka tentang konservasi sangat

mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan

dan memanfaatkan setiap potensi sumber daya

alam yang ada di kawasan.

Pendidikan merupakan kunci kemandirian

bangsa dan salah satu aspek utama untuk

membangun peradaban bangsa. Salah satu dari

delapan poin MDGs (Millenium Development Goals)

di bidang pendidikan adalah pemerataan

pendidikan dasar, baik perempuan maupun laki-laki.

Semangat belajar yang cukup tinggi, tidak diimbangi

dengan fasilitas dan sarana pendidikan yang

mereka butuhkan. Keadaan ini tidak sesuai dengan

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 45 Ayat 1 yang menyatakan bahwa

“Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal

menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi

keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan

dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan

intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta

didik‖. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional juga sebenarnya diatur tentang Pendidikan

Layanan Khusus bagi peserta didik di daerah

terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang

terpencil, dan atau mengalami bencana alam,

bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Oleh kerena itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah sebagai pengemban amanat dalam Undang-

Undang Sisdiknas harus segera mengupayakan

berbagai kebijakan yang dapat mempercepat

pencapaian kualitas pendidikan dan perbaikan

dalam pola pendidikan masyarakat pesisir di TNTC.

− ☼ −

pengajar yang masih rendah, banyak guru yang

hanya lulusan SMA atau D3 dan statusnya se-

bagai guru bantu yang diambil dari masyarakat

setempat. Akibatnya. Guru bantu hanya mampu

memfasilitasi siswa mencapai hasil belajar sesuai

dengan kemampuan seadanya. Sistem mengajar

dengan memberikan hukuman fisik pun masih

kerap ditemukan. Selain itu, masih terdapat

beberapa guru yang mengajar 3 (tiga) kelas

sekaligus dalam satu waktu. Beberapa sekolah

sama sekali tidak melibatkan peran orang tua

murid dalam bentuk komite sekolah. Hal ini

menimbulkan tidak adanya pengawasan dalam

sistem/manajemen pengelolaan sekolah,

sehingga menjadi hal yang biasa jika kita

bertemu dengan orang di kampung yang ‗telah

bersekolah‘ selama 6 tahun tapi belum bisa baca

tulis.

Permasalahan kedua yang perlu menjadi

perhatian adalah sarana prasarana sekolah yang

jauh dari standar. Banyak sekolah yang masih

kekurangan ruang kelas, beberapa diantaranya

mempergunakan satu ruangan untuk dua kelas

sekaligus. Keterbatasan jumlah bangku dan

meja, papan dan kapur tulis, minimnya buku-

buku penunjang serta sarana kebersihan dan

kesehatan seperti toilet dan UKS adalah hal yang

kerap dijumpai di sekolah-sekolah di kawasan

TNTC. Permasalahan ketiga adalah minimnya

jumlah sekolah lanjutan yang berada dikawan

kwatisore, sehingga murid harus tinggal di

kampung seberang atau kota kabupaten agar

bisa melanjutkan sekolah. Konsekuensinya

adalah mereka tidak berada dibawah

pengawasan orang tua, dan ada diantara mereka

yang terjerumus dalam pergaulan bebas

sehingga harus putus sekolah dan kembali ke

kampung halamannya.

Peluang Perubahan Masih Tetap Ada

Ketika mengunjungi beberapa sekolah yang

ada di beberapa kampung di pesisir TNTC,

antusiasme anak-anak dalam proses

pembelajaran sangatlah tinggi. Bahkan terkadang

apabila guru-guru mereka tidak hadir, kerap kali *)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

Page 12: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

A R T I K E L

P a g e 1 2 B u l l e t i n t r i t o n i s

Semakin tingginya jumlah jumlah wisatawan

berkunjung ke Taman Nasional Teluk Cenderawasih

membawa dampak positif terhadap Pendapatan Asli

Daerah dan income bagi masyarakat kampung juga

peningkatan terhadap Pendapatan Negara Bukan

Pajak (PNBP). Berikut tabel dan diagram realisasi

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor

wisata pada Balai Besar TN. Teluk Cenderawasih.

T aman Nasional Teluk Cenderawasih

memiliki salah satu fungsi untuk tujuan

pariwisata alam, berkenaan dengan hal

tersebut maka berdasarkan keputusan Direktur

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Nomor:SK.121/IV-KK/2009 tentang Zonasi Taman

Nasional Teluk Cenderawasih yang salah satunya

Zona Pariwisata dengan luas ± 15.240 Ha.

Dari data 4 (empat) tahun terakhir jumlah

kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan

Nusantara yang masuk ke Kawasan TNTC, terlihat

adanya peningkatan dari segi jumlah wisatawan.

Hal ini terjadi oleh karena Taman Nasional Teluk

Cenderawasih mulai dikenal dunia luar akan

keindahan alam dan potensinya yang cukup tinggi

dan terlebih lagi mulai tereksposenya Perairan

Kwatisore yang menjadi salah satu tujuan

wisatawan untuk melihat Hiu Paus / Whale Shark.

Tersaji pada tabel berikut:

K o n d i s i P a r i w i s a t a d i T a m a n

N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h

Yoslianto*)

Wisata alam tetap mendapatkan tempat

bagi para wisatawan… .

Asal Wisatawan 2008 2009 2010 2011

Wisatawan Nusantara 1 19 3 400

Wisatawan Mancanegara 39 35 36 341

Jumlah 40 54 39 741

Tahun Realisasi (Rp.)

2008 5.015.000

2009 6.844.000

2010 13.894.500

2011 80.254.000

Jumlah 106.007.500

Page 13: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 3 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

A R T I K E L … .

wisatawan (hotel, bandara), melalui website Teluk

Cenderawasih yang dapat diakses oleh siapa saja

yang tertarik untuk menggali informasi akan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih, melalui email kepada

operator-operator jasa pariwisata yang sudah

merencanakan trip mereka ke Teluk Cenderawasih,

dan mengikuti pameran skala nasional yang

merupakan moment penting dalam memasarkan

objek dan daya tarik wisata Taman Nasional Teluk

Cenderawasih.

− ☼ −

D. PEMASARAN PARIWISATA ALAM

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

bekerjasama dengan WWF Indonesia dan CI

(Concervation International) telah melakukan

kegiatan-kegiatan untuk memasarkan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih ke masyarakat lokal

maupun mancanegara dan cukup merespon

khalayak ramai untuk berkunjung ke Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. Hal ini terbukti

dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara maupun wisatawan

nusantara. Beberapa langkah yang telah ditempuh

dalam pemasaran objek dan daya tarik wisata TNTC

adalah dengan membuat brosur / leaflet, buku

informasi dan spanduk yang ditempatkan dititik-titik

strategis yang sering dikunjungi/didatangi *)PEH Pelaksana pada Balai Besar TNTC

Page 14: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

A R T I K E L

P a g e 1 4 B u l l e t i n t r i t o n i s

akan kelestarian lingkungan hidup, telah men-

dorong pola hidup kembali ke alam (back to na-

ture). Kecenderungan global pola hidup kembali ke

alam belum sepenuhnya ditanggapi oleh bangsa

Indonesia sebagai peluang untuk memperoleh de-

visa dari kegiatan ekoturisme. Di negara-negara

maju potensi ekowisata telah memberikan devisa

yang berarti dan memberi kesempatan kerja bagi

masyarakatnya, disamping memberi pengaruh

ganda (multiplier effect) atas aktivitas ekonomi di

sekitarnya (Suprayitno, 2009).

Setiap orang memiliki motivasi berbeda dalam

melakukan wisata seperti motivasi fisik, maupun

motivasi budaya. Berbagai motivasi yang berbeda

itu menyebabkan tujuan wisata masing-masing

orang juga berbeda. Salah satu jenis wisata alam

yang banyak diminati adalah ekowisata bahari, sep-

erti snorkeling dan diving. Dalam perkembangann-

ya, ekowisata bahari perlu memperhatikan aspek

keberlanjutan(sustainable). Faktor utamapengem-

bangan sustainable ecotourism, yaitu lingkungan,

I ndustri pariwisata saat ini semakin marak teru-

tama yang berhubungan dengan pariwisata

alam. Meningkatnya minat masyarakat terhadap

industri pariwisata ini mendorong banyak pihak un-

tuk mengembangkannya. Pariwisata alam berkaitan

erat dengan jasa lingkungan. Pariwisata dengan

memanfaatkan jasa lingkungan keindahan bentang

alam disebut juga dengan ekowisata. Ekosistem

hutan dengan potensi keanekaragaman hayati mau-

pun fenomena alam lingkungannya merupakan ba-

sis industri pariwisata alam yang tumbuh secara

cepat di dunia. Banyak pengunjung ke hutan tropis,

untuk menikmati indahnya flora dan fauna hidupan

liar, serta mencari pengalaman dan mempelajari

keunikan dan keajaiban hidupan liar yang sudah

sangat langka dan belum pernah mereka saksikan

di daerah/negaranya, disamping menikmati ling-

kungan alam dan panorama alam yang masih ala-

mi, bersih, indah dan menarik. Meningkatnya

penghasilan dan kesejahteraan masyarakat di seba-

gian belahan dunia dan meningkatnya kesadaran

E k o w i s a t a B e r k e l a n j u t a n S e b a g a i

I n v e s t a s i M a s a D e p a n

Widia Nur Ulfah, S.Pi*)

Ekowisata tetap dapat dikembangkan tanpa

meninggalkan prinsip ekologi dan sosial… .

Page 15: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 5 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

pun generasi mendatang.

Dalam perjalanannya, ekowisata yang dikem-

bangkan akan memberikan dampak positif bagi

lokasi yang dikembangkan, bahkan tidak dapat

dipungkiri juga akan memberikan dampak negatif

jika tidak dikelola dengan ramah lingkungan.

Mungkin pada awalnya pengembangan ekowisata

bertujuan meningkatkan pemasukan bagi

masyarakat dan wilayahnya, namun jika tidak

memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan

berkelanjutan, kerusakan tidak dapat dihindari.

Contoh sederhana, sampah dan kurangnya

perawatan lokasi wisata, dapat menurunkan

kemampuan lokasi wisata untuk menarik para

wisatawan dalam jangka panjang. Pembangunan

berkelanjutan dalam konteks pengelolaan

pembangunan kelautan secara teknis didefinisikan

sebagai berikut:

―Suatu upaya pemanfaatan sumberdaya alam

dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam

kawasan pesisir dan lautan untuk kesejahteraan

manusia, terutama stakeholders, sedemikian rupa,

sehingga laju (tingkat) pemanfaatan sumberdaya

alam dan jasa-jasa lingkungan termaksud tidak

melebihi daya dukung (carrying capacity) kawasan

pesisir dan laut untuk menyediakannya‖.

Dalam penerapan ekowisata, tentunya harus

didukung dengan kebijakan yang sesuai. Kebijakan

konservasi yang diterapkan harus relevan dengan

kondisi alam dan masyarakatnya. Penerapan ke-

bijakan ini haruslah konsisten dan didukung oleh

semua pihak. Masyarakat juga harus terlibat aktif

dalam pengelolaan. Keterkaitan ekowisata dengan

kebijakan konservasi :

Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang

menunjang sistem penyangga kehidupan bagi

kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan

manusia (perlindungan sistem penyangga ke-

hidupan)

Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sum-

ber genetik dan tipe ekosistemnya sehingga

mampu menunjang pembangunan, iptek yang

memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia

masyarakat, pendidikan dan pengalaman, berke-

lanjutan, dan manajemen.

Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:

Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya

sesuai dengan daya dukung lingkungan dan so-

sial-budaya masyarakat;

Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi);

Pola wisata ramah budaya dan adat setempat

(nilai edukasi dan wisata);

Membantu secara langsung perekonomian

masyarakat lokal (nilai ekonomi);

Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur

tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan

ekonomi).

Ecotourism bertumpu pada alam dan budaya

yang masih relatif alami. Ecotourism harus mem-

berikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi secara

langsung kepada masyarakat. Jangan sampai

masyarakat sekitar wilayah yang dijadikan lokasi

ekowisata malah tidak mendapatkan keuntungan.

Hal ini bisa diatasi dengan cara melibatkan

masyarakat sekitar sebagai pemandu wisata atau

menjual hasil kerajinannya di lokasi ekowisata. Eco-

tourism juga harus dapat meningkatkan pemaham-

an akan alam dan budaya melalui penjelasan-

penjelasan yang disampaikan oleh pemandu wisata

sehingga para wisatawan mendapatkan informasi

baru yang dapat ―dibawa‖ pulang setelah berwisata.

Kepuasan wisatawan secara otomatis akan mem-

bantu promosi karena wisatawan yang puas akan

menceritakan hal-hal yang mereka alami (yang

memberikan kepuasan) kepada orang lain dan pa-

da akhirnya akan memacu rasa ingin tahu dan rasa

ingin berkunjung orang lain ke lokasi yang dic-

eritakan. Ecotourism harus dapat memberikan sum-

bangan posistif bagi keberlanjutan ekologi ling-

kungan baik jangka pendek maupun jangka pan-

jang Sehingga manfaat tersebut dapat dirasakan

saat ini dan di masa yang akan datang. Ecotourism

harus dikelola secara baik dengan menjamin sus-

tainability alam, budaya yang bertujuan untuk pen-

ingkatan kesejahteraan masyarakat sekarang mau-

A R T I K E L … .

Page 16: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 6 B u l l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L … .

kegiatan yang mendukung peningkatan keterampi-

lan masyarakat di bidang ini sangatlah dibutuhkan,

seperti pelatihan pemandu wisata. Pelatihan ke-

rajinan tangan atau produk perikanan juga bisa

menambah keterampilan masyarakat. Seperti be-

berapa waktu terakhir, masyarakat di beberapa

kampung diberikan pelatihan pengelolaan hasil

laut. Masyarakat diharapkan bisa menjual produk

keterampilannya kepada pengunjung, dan diharap-

kan akan menambah penghasilan mereka.

Kita semua berharap kawasan TNTC semakin

dikenal banyak pihak karena kekayaan keane-

karagaman hayati yang masih bagus, dan hal ini

membutuhkan peran serta aktif berbagai pihak.

Kekhasan kawasan TNTC dan kearifan masyarakat

setempat haruslah dijaga, sehingga prinsip ekow-

isata yang berkelanjutan di kawasan TNTC dapat

diterapkan.

Daftar Pustaka :

Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.

2009. Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi

Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pari-

wisata dan WWF-Indonesia.

Suprayitno, 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Ling-

kungan dan Wisata Alam. Bahan Bacaan. Pusat

Diklat Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bo-

gor

Yulianda, Fredinan. 2006. Konsep Wisata. Bahan

Ajar. Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

− ☼ −

yang menggunakan SDA laut untuk kesejahter-

aan (pelestarian sumber plasma nutfah)

Mengendalikan cara-cara pemenfaatan SDA laut

sehingga terjamin kelestariannya (pemanfaatan

secara lestari)

Kriteria Arahan Pengembangan Ekowisata Ber-

basis Masyarakat

1. Keputusan akan bentuk wisata di setiap tempat

harus dibuat berdasarkan konsultasi dengan

masyarakat lokal dan dapat diterima

2. Masyarakat harus mendapat pembagian keun-

tungan yang sesuai dari pengembangan wisata di

daerahnya

3. Pengembangan kawasan wisata harus didasar-

kan pada prinsip-prinsip lingkungan dan ekologis,

peka terhadap budaya lokal dan tradisi religi,

serta tidak mendudukkan setiap anggota

masyarakat pada posisi inferior

4. Jumlah wisatawan yang mengunjungi suatu area

disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC)

sebagai salah satu Taman Nasional Laut yang luas

memiliki potensi ekowisata bahari yang cukup baik.

Sebagai Taman Nasional dengan potensi bahari

yang melimpah, pulau-pulau dan keindahan bawah

laut yang masih bagus, TNTC sangatlah potensial

sebagai lokasi pengembangan ekowisata bahari.

Pemanfaatannya yang telah dikembangkan selama

ini diharapkan akan semakin meningkat. Tentunya

kita berharap, Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) dari sektor ekowisata bahari akan semakin

besar. Hal ini tentu tidaklah instan mengingat upaya

semua pihak terkait sangat dibutuhkan. Saat ini

obyek ekowisata yang sedang banyak diminati di

TNTC adalah ekowisata Hiu Paus (Whale Shark). Hal

ini memberikan nilai positif dan diharapkan potensi

lain yang ada di TNTC juga dapat dikembangkan.

Pengembangan ekowisata di kawasan TNTC per-

lu dilakukan dan haruslah dengan melibatkan

masyarakat. Staf Balai Besar TNTC dan Masyarakat

sekitar kawasan bisa menjadi pemandu wisata jika

ada wisatawan yang masuk kawasan. Kegiatan-

*)PEH Pertama pada Balai Besar TNTC

Page 17: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 7 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

A R T I K E L

Indeks kematian (IM) pada terumbu karang di

pulau Nuana diperoleh angka yang kecil (0.02), ini

berarti bahwa tidak ada perubahan yang berarti dari

karang hidup menjadi mati.

Dari hasil monitoring tahun 2011 di Pulau Nu-

ana terlihat persentase tutupan karang hidup sebe-

sar 43,33 %, dan hasil monitoring pada tahun 2012

dengan persentase tutupan karang hidup sebesar

46,33%. Dengan membandingkan hasil monitoring

tahun sebelumnya terlihat bahwa ada peningkatan

tutupan karang hidup sebanyak 3 %, hal ini berarti

adanya peningkatan kearah yang lebih baik dari

pengelolaan kawasan TNTC dan peningkatan kesa-

daran masyarakat sekitar akan pentingnya ekosis-

tem terumbu karang sehingga hewan karang dapat

Terumbu Karang

M onitoring coral reef health di pulau

Nuana dilaksanakan dengan

menggunakan metode PIT (Point Inter-

cept Transect) dimana pengambilan data lifeform

karang dengan transek sepanjang 150 meter.

Penyelaman dilakukan pada kedalaman 10 meter,

pada kedalaman ini terlihat bahwa pertumbuhan

(life form) yang paling dominan adalah Coral branc-

ing (CB) dengan persentase 8 %, sedangkan yang

terkecil adalah Coral Heliopora (CHL) dengan nilai

persentase 0.3%. Secara keseluruhan persentase

karang hidup pada kedalaman ini adalah 46,33%,

sedangkan persentase karang mati adalah 1%, jadi

persentase penutupan karang pada kedalaman ini

masuk dalam kategori sedang.

K o n d i s i T e r u m b u K a r a n g

d i P u l a u N u a n a K a w a s a n T N T C

Yoslianto*)

Keberadaannya pun perlu mendapat

perhatian… .

Page 18: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 8 B u l l e t i n t r i t o n i s

A R T I K E L … .

yang paling mendominasi jenis lainnya.

Kategori Ikan Besar (>30 Cm)

Pengambilan data ikan kecil dilakukan

dikedalaman 20 meter dengan interval waktu setiap

5 menit naik 5 meter dari kedalaman sebelumnya,

pada kedalaman ini terlihat jenis yang paling

banyak ditemukan adalah jenis Epinephelus

fuscoguttatus. Untuk nilai keanekaragaman

diperoleh nilai 0,51 yang menunjukkan

keanekaragaman ikan besar di pulau Nuana

rendah, untuk nilai kemerataan diperoleh nilai 0,61

yang menunjukkan sebaran ikan cukup merata,

untuk nilai dominansi diperoleh nilai 0,45 yang

menunjukkan bahwa terdapat jenis yang paling

mendominasi jenis lainnya yaitu jenis Epinephelus

fuscoguttatus sebanyak 39 individu.

− ☼ −

bertumbuh dan membentuk koloni karang.

Beberapa kerusakan terumbu karang di pulau

Nuana diakibatkan oleh faktor alam dan aktivitas

manusia. Faktor alam yang terjadi berupa tekanan

arus dan gelombang yang berlebihan

mengakibatkan patahan pada terumbu karang.

Faktor alam lainnya berupa kondisi surut air laut

yang berlangsung lama dapat berakibat kematian

pada terumbu karang. Selain faktor alam terdapat

aktivitas manusia yang juga berpengaruh terhadap

kerusakan terumbu karang yaitu penggunaan bom,

penambatan jangkar perahu, penggunaan alat

pendorong perahu.

Ikan Karang

Pengambilan data ikan di pulau Nuana

dilakukan dengan menggunakan transek garis,

dimana pengambilan data dibagi atas 2 (dua)

kategori yaitu: kategori ikan kecil (<30 cm) dan

kategori ikan besar (>30 cm).

Kategori Ikan Kecil (<30 Cm)

Pengambilan data ikan kecil dilakukan

dikedalaman 10 meter dengan metode transek

garis, pada kedalaman ini terlihat jenis yang paling

banyak ditemukan adalah jenis Caesio cuning.

Untuk nilai keanekaragaman diperoleh nilai 0,74

yang menunjukkan keanekaragaman ikan kecil di

pulau Nuana rendah, untuk nilai kemerataan

diperoleh nilai 0,74 yang menunjukkan sebaran

ikan cukup merata, untuk nilai dominansi diperoleh

nilai 0,28 yang menunjukkan bahwa tidak ada jenis

*)PEH Pelaksana pada Balai Besar TNTC

Page 19: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 1 9 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia

Megawati Soekanorpoetri pada tahun 2003 di desa

Karangduwet, Kecamatan Paliyan, Kabupaten

gunungkidul Yogyakarta. Pelaksanaan GERHAN

dengan melakukan penanaman di sekitar hulu dae-

rah aliran sungai yang kondisinya kritis, sehingga

setelah dilakukan penanaman tanaman kayu dae-

rah hulu dapat menjadi daerah resapan air. Tema

kegiatan GERHAN ini "Gerakan Nasional Rehabili-

tasi Hutan dan Lahan Sebagai Komitmen Bangsa

Untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan

Kesejahteraan Rakyat". Harapan besar dari

Pemerintah pada saat dicanangkan kegiatan GER-

HAN, kesejahhteraan rakyat bisa terangkat dengan

dilakukannya kegiatan penanaman lahan-lahan

kritis yang ada di daerah aliran sungai, kedepannya

ketersediaan air sebagai kebutuhan pokok pemenu-

han kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi serta

aktifitas pertanian juga bisa berjalan.

Sebagai upaya peningkatan dari GERHAN sela-

ma lima tahun terakhir (2003-2007), Tahun 2007

dan 2008 diadakan aksi Penanaman Serentak In-

donesia dan Gerakan Perempuan Tanam dan peli-

hara Pohon. Tanggal 28 November 2008, pada

kegiatan HMPI yang dilaksanakan di Cibinong Jawa

Barat, Presiden Republik Indonesia memperkenal-

kan istilah One man One Tree, yaitu satu orang me-

nanam minimal satu pohon dalam satu tahun tera-

khir. Bapak Presiden memberikan mandate kepada

T erbukanya lahan hutan akibat dari kegiatan

illegal loging menyebabkan kemampuan

tanah untuk menahan curahan air hujan

menjadi berkurang dan akhirnya memberikan dam-

pak terjadinya banjir, tanah longsor pada saat

musim penghujan. Sedangkan pada musim kema-

rau memberikan dampak terjadinya kekeringan di

sejumlah wilayah, karena keberadaan tanaman

yang mampu menahan dan membantu menyimpan

air di dalam tanah semakin berkurang. Dengan

berkurangnya jumlah tanaman kayu yang ada di

muka bumi ini berkontribusi terhadap perubahan

iklim global dengan meningkatnya suhu muka bumi.

Sebagai upaya mengantisipasi perubahan iklim

global, degradasi dan deforestasi hutan dan lahan,

serta kerusakan lingkungan yang mengakibatkan

penurunan produktivitas alam dan kelestarian ling-

kungan ini, pada tanggal 21 Oktober 2008 telah

ditandatangani keputusan Presiden Republik Indo-

nesia Nomor 24 tahun 2008 tentang Hari Me-

nanam Pohon Indonesia (HMPI), yang menetapkan

Hari Menanam Pohon Indonesia setiap tanggal 28

November. Sebagai rangkaian dari HMPI, pada bu-

lan Desember juga ditetapkan sebagai Bulan Me-

nanam Pohon Nasional (BMPI).

Rekam Jejak Kegiatan Menanam Pohon Nasional

Sebelum ditetapkannya HMPI serta BMPI, sudah

ada gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(GN-RHL) atau bisa diistilahkan dengan GERHAN),

A R T I K E L

B U D A Y A M E N A N A M P O H O N D A N

K E B E R L A N G S U N G A N K E L E S T A R I A N A L A M

Sudahkah Kita menanam pohon Tahun ini….? Muhibbuddin Danan Jaya *)

Page 20: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 0 B u l l e t i n t r i t o n i s

B E R I T A G A M B A R

Page 21: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 1 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

B E R I T A G A M B A R

Page 22: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 2 B u l l e t i n t r i t o n i s

tujuan menciptakan Indonesia Hijau yang berkontri-

busi pengurangan emisi karbon dan pengurangan

degradasi lahan di muka bumi nusantara ini dapat

tercapai. Aktifitas Menanam pohon harus menjadi

budaya kita.

Tanam dan Pelihara Untuk mewujudkan Kelestarian

Alam

Dampak jangka panjang aksi penanaman pohon

yang dilakukan selama ini akan kurang terasa

jikalau hanya aksi penanaman semata. Aksi pena-

naman perlu dilakukan, namun yang tidak kalah

penting, perlunya dilakukan pemeliharaan terhadap

tanaman muda, mengingat kemampuan perakaran

tanaman yang masih muda belum kuat, sehingga

memerlukan adanya campur tangan manusia supa-

ya tanaman yang sudah ditanam bisa tumbuh

secara optimal.

Pemilihan jenis bibit tanaman juga harus diper-

hatikan, karena kemampuan tumbuh masing-

masing tanaman berbeda. Untuk kegiatan pena-

naman di daerah pasir di pesisir pantai, bisa dil-

akukan penanaman tanaman cemara udang

(Casuarina equisetifolia). Sedangkan penanaman di

lahan tandus setidaknya harus ditanam jenis tana-

man pioneer. Tanaman jati (Tectona grandis L.f.)

juga dapat menjadi alternatif, karena tanaman ini

bisa ditanam di lahan tandus berkarang/berbatu.

Dengan membudayakan menanam tanaman

kayu di setiap lahan kosong yang ada serta memeli-

haranya, harapan kita 5-10 tahun kedepan bisa

terwujud alam Hijau, nyaman, asri, serta terjaga

kelestariannya.

Sudahkah kita menanam pohon tahun ini…..?

Sumber bacaan:

http://www.irwantoshut.net/menebang_gerhan.html

http://alamendah.wordpress.com/2009/11/05/gerakan-one-

man-one-tree/

http://www.antaranews.com/berita/1269228537/sukseskan-

penanaman-1-miliar-pohon-tahun-2010-one-billion-indonesian-

trees-for-the-world

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008

Tentang Hari Menanam Pohon Indonesia

——000——-

seluruh rakyat Indonesia agar setiap warga dapat

menanam satu pohon dalam kurun waktu 2008

sampai tahun 2009. Istilah One man One Tree ini

lebih popular disebut OMOT. Kegiatan OMOT ini

terasa lebih efektif, karena dapat merangsang se-

tiap warga negara Indonesia untuk bisa menanam

satu pohon. Dengan jumlah penduduk Indonesia

pada tahun 2009 sebesar 230 juta orang, diharap-

kan dalam kurun waktu tahun 2009 dapat tertanam

minimal 230 juta batang pohon.

Melihat keberhasilan kegiatan penanaman Omot

tahun 2009, maka pemerintah melalui Kementeri-

an kehutanan pada tahun 2010 meluncurkan pro-

gram One Billion Indonesian Trees atau lebih

dikenal dengan istilah OBIT, dengan mengambil

Tema ―One Billion Indonesian Trees for the Word‖.

Melalui program OBIT ini diharapkan satu orang

menanam satu pohon setiap bulannya. Jika asumsi

ini berjalan sesuai dengan yang dihaparkan, maka

dalam satu tahun dapat tertanam sekitar 2,76 Mil-

iar pohon. Sehingga diharapkan dapal kurun waktu

5 – 10 tahun mendatang akan tercipta hutan-hutan

baru dipermukaan bumi Nusantara ini.

Kegiatan Menanam Tahun 2012

Puncak HMPI pada tahun 2012 ini dilaksanakan

di Komplek bandara Internasional Soekarno Hatta,

Cengkareng, dengan mengangkat tema ―Hutan Kota

Mendorong Terwujudnya Indonesia Hijau‖. Pemili-

han lokasi penanaman disekitar bandara, salah

satu alasannya untuk menciptakan ruang terbuka

hijau disekitar bandara sebagai pintu gerbang me-

masuki Ibu Kota Jakarta, sehingga dapat mengu-

rangi pencemaran udara yang terjadi akibat polusi

kendaraan. Kegiatan ini dihadiri oleh Presiden serta

Wakil Presiden Republik Indonesia beserta bebera-

pa menteri dalam kabinetnya. Kehadiran presiden

dalam kegiatan HMPI ini menunjukkan komitmen

serius dari Pemerintah untuk mewujudkan Indone-

sia Hijau.

Selain kegiatan upacara penanaman, perlu juga

adanya aksi nyata keseharian yang akhirnya men-

jadi budaya setiap warga masyarakat untuk selalu

menanam pohon setiap ada lahan kosong, sehingga *)Penyuluh Kehutanan pada Balai Besar TNTC

A R T I K E L … .

Page 23: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 3 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

K A B A R K A W A S A N

kan lagi lokasi dimana ditemukannya banyak Acan-

thaser planci tersebut hanya berjarak beberapa

ratus meter dari zona inti di Tanjung Mangguar yang

memiliki potensi karang masih cukup baik dan men-

jadi salah satu tempat kumpulnya ikan maupun

beberapa jenis kima.

Untuk memakan karang laut Acanthaser planci

memiliki cara yang unik dengan membuat jaringan

karang menjadi bubur dan menyedotnya. Ketika

sedang memangsa karang Acanthaser planci

mengeluarkan perutnya lewat mulut dan menempel-

kannya langsung pada karang. Enzim-

enzim pencernaan yang terdapat di

dinding perut membuat jaringan ka-

rang melunak menjadi semacam bu-

bur. Ketika perutnya yang terbalik

tersebut masuk kembali ke dalam

tubuh, ikut masuk pula bubur yang

telah dicernanya. Karang yang menjadi mangsa

Acanthaser planci mati berdiri, dengan kerangka

yang tidak berubah. Kerangka karang yang mati

menjadi tempat penempelan larva dan spora

penghuni terumbu karang lainnya. Dengan

pemangsaan tersebut, Acanthaser planci satu sisi

berjasa memberi kesempatan kepada hewan baru

untuk tumbuh menempel di terumbu karang yang

sudah padat. Pemangsaan karang dalam populasi

rendah bersifat selektif dengan preferensi pada

Pocilloporidae dan Acroporidae yang tumbuh cepat

dan cenderung mendominasi ruang di terumbu.

Meskipun hal ini memberikan dampak positif

S ampai saat ini belum pernah dilakukan

pemantauan khusus terkait populasi bin-

tang laut pemakan karang (Acanthaser

planci) yang masyarakat lokal biasa menyebut Bin-

tang Laut Mahkota Duri pada kawasan Taman Na-

sional Teluk Cenderawasih, bisa jadi karena belum

ada laporan atau penelitian yang spesifik terhadap

jenis hewan tersebut. Namun beberapa waktu lalu

seorang wisatawan mancanegara berkebangsaan

Inggris yang juga instrukstur selam dan pemerhati

biota laut khususnya karang laut Benjamin James

Farrar, yang akrab di sapa Mr Ben,

kepada kantor Bidang Pengelolaan

Taman Nasional Wilayah I Nabire

beliau melaporkan telah menemukan

Bintang Laut berduri di perairan kam-

pung Napan Yaur dalam jumlah yang

cukup besar dan membahayakan

bagi pertumbuhan karang karena

Acanthaser planci merupakan hewan pemangsa

karang yang cukup ganas. Beberapa ratus ekor

Acanthaser planci ini dapat mematikan berhektar-

hektar terumbu karang dalam kurun waktu yang

cepat. Selain itu beliau menambahkan bahwa Acan-

thaser planci merupakan salah satu masalah besar

yang potensial dihadapi di dalam pengelolaan

terumbu karang. Diantara pemangsa karang yang

ada, Acanthaser planci pemangsa karang yang pal-

ing berbahaya ketika terjadi peledakan populasi

sehingga hampir seluruh karang hidup dimangsa

oleh Acanthaser planci. Yang lebih mengkhawatir-

B i n t a n g L a u t M a h k o t a D u r i B i n t a n g L a u t M a h k o t a D u r i B i n t a n g L a u t M a h k o t a D u r i

((( A c a n t h a s t e r p l a n c iA c a n t h a s t e r p l a n c iA c a n t h a s t e r p l a n c i ) M e n g a n c a m ) M e n g a n c a m ) M e n g a n c a m

Z o n a I n t i d i T a n j u n g M a n g g u a r Z o n a I n t i d i T a n j u n g M a n g g u a r Z o n a I n t i d i T a n j u n g M a n g g u a r

Rahmat Hidayat, A.Md*)

Meskipun pemangsa alami, ledakan populasinya juga

perlu mendapat perhatian dan penanganan...

Page 24: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 4 B u l l e t i n t r i t o n i s

K A B A R K A W A S A N … .

dilakukan dengan cara khusus. Jika Acanthaser

planci dicabut dari karang tempatnya menempel

biasanya ia akan memuntahkan jutaan anakann-

ya. Kalaupun sudah diambil secara aman dan

benar, Acanthaser planci yang telah terkumpul

harus dikubur agak jauh dari laut atau dibakar,

Jika dikubur dipinggir pantai besar kemungkinan

hewan tersebut akan kembali ke laut dan kem-

bali mengancam pertumbuhan karang. Cara lain

dengan membunuh sebanyak mungkin Acan-

thaser planci dewasa, dengan menyuntikkan

larutan sodium bisulfate atau kupri-sulfat ke

dalam tubuh Acanthaser planci dan biasanya

akan mati dalam beberapa hari setelah terkena

suntikan sodium bisulfat. Dengan cara ini

penyelam dapat menyuntik ratusan Acanthaser

planci dengan sekali penyelaman.

3. Sebagai pemangsa potensial terumbu karang,

Acanthaser planci memiliki kemampuan be-

radaptasi, berkembang biak dan daya jelajah

yang cukup luas sehingga memungkinkannya

untuk menyerang dan memakan habis terumbu

karang hingga ke zona inti di Tanjung Mangguar

yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari

Napan Yaur.

Langkah Penting Pencegahan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mencegah rusaknya ekosistem terumbu karang

akibat ledakan populasi Acanthaser planci antara

lain mengurangi tingkat konsumsi akan beberapa

hewan pemangsa alaminya yang beberapa dian-

taranya telah dilindungi oleh undang-undang. Selain

itu, saat diketahui di suatu lokasi telah terjadi pen-

ingkatan populasi Acanthaser planci, perlu dil-

akukan upaya pengurangan populasi dengan mem-

bunuhnya dengan metode yang tepat sehingga

menghindari penyebaran dan peningkatan populasi

ke area yang lebih luas yang dapat menambah lua-

san terumbu karang yang rusak. Pada terumbu ka-

rang yang telah rusak, perlu dilakukan upaya pem-

ulihan. Ledakan populasi spesies ini dikhawatirkan

secara ekologi dengan membantu karang yang tum-

buh lambat untuk tetap tinggal di terumbu tersebut,

tetapi jika populasinya melebihi kemampuan karang

untuk pulih kembali, maka yang terjadi adalah se-

buah bencana kerusakan terumbu karang.

Dari hasil pengamatan yang Mr Ben lakukan di

perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, be-

liau memberikan beberapa catatan penting terkait

Acanthaser planci di Napan Yaur, antara lain:

1. Menurut Mr. Ben, ledakan populasi Acanthaser

planci di Napan Yaur tidak terlepas dari campur

tangan manusia yang sering memburu hewan

pemangsa alaminya. Beberapa pemangsa uta-

ma yang mulai langka karena sering diburu un-

tuk dikonsumsi oleh masyarakat diantaranya

adalah Kima Kepala Kambing (Cassis cornuta),

Triton Terompet (Choronia tritonis), Ikan Napole-

on (Cheilinus undulatus), Kepiting dari famili

Xanthidae (merupakan pemangsa anakan yang

masih kecil). Selain itu lobster Panilurus pencil-

latus juga merupakan pemangsa anakan kecil

Acanthaser planci. Oleh karena itu, perlu dil-

akukan pengawasan terhadap perburuan hewan

pemangsa alami Acanthaser planci, yang be-

berapa diantaranya telah dilindungi oleh Undang

-undang.

2. Sebagai pemerhati biota laut dan karang laut

yang hobi menyelam, Mr. Ben memiliki pengala-

man dalam upaya pengendalian hama alami

terumbu karang.. Di perairan Taman Nasional

Wakatobi beberapa tahun sebelumnya beliau

bersama petugas dari TN. Wakatobi dan

sejumlah aktivis LSM lingkungan melakukan

pengumpulan dan pemusnahan Acanthaser

planci. Beliau menjelaskan bahwa untuk

mengangkat bin-

tang laut terse-

b u t h a r u s

m e n g g u n a k a n

penjepit panjang

dari bambu atau-

pun logam dan

penangkapannya Lanjut ke halaman 27

Page 25: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 5 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

K A B A R K A W A S A N

Tanjung Inuri di sebelah Timur dan Daratan Tanah

Besar Pulau Papua di sebelah Barat. Sarana

transportasi yang dapat digunakan untuk

menjangkau pulau ini adalah dengan menggunakan

longboat/perahu fiber dengan motor tempel 15 PK

selama ± 1,5 jam dari Dermaga Gunung Botak,

Sendasi atau ± 15 – 20 menit dari Kampung Iseren

tergantung pada kondisi angin dan cuaca.

Vegetasi yang dominan adalah Kelapa

(Cocosnucifera), Ficussp., Nyireh (Piperaduncum),

Pandan (Pandanussp.), Kayu Besi (Instiasp.),

Mangga (Mangiferaindica) dan beberapa jenis

mangrove. Sebagian lokasi merupakan bekas

kebun masyarakat dengan tanaman pisang,

pepaya, keladi dan sebagian berupa padang rumput

ilalang. Batuan berupa batuan karang yang tajam

dan banyak rongga sehingga dapat digunakan

sebagai lubang perlindungan bagi hewan liar

termasuk ketam kenari.

Pada pengamatan dan pengukuran yang

dilakukan di Pulau Yenemberei pada siang hari

ditemukan 6 ekor ketam kenari sedangkan pada

malam hari ditemukan 29 ekor ketam kenari.

Frekuensi perjumpaan umumnya lebih sering pada

malam hari karena pada siang hari ketam kenari

K etam kenari (Birgus latro) merupakan

satwa liar yang juga dikenal dengan

nama robber crabs atau cocconut crabs.

Hewan ini adalah kelompok Arthropoda terestrial

terbesar yang tergolong crustacea dalam famili

Coenobitidae. Penyebarannya terutama di wilayah

kepulauan Indo-Pasifik dan terbatas di kepulauan

yang tidak berpenghuni. Di Indonesia, secara

hukum telah dilindungi oleh PP No. 7 tahun 1999

tentang pengawetan satwa liar, akan tetapi masih

terus dieksploitasi oleh sebagian masyarakat

sebagai sumber protein hewani. Aktivitas eksploitasi

yang terus menerus berlangsung dan tanpa

mempertimbangkan aspek keberlanjutan

regenerasinya dapat mempercepat penurunan

jumlah populasinya.

Pulau Yenemberei terletak dalam gugusan

kepulauan Rumberpon dan termasuk dalam

kawasan pengelolaan Seksi Pengelolaan Taman

Nasional Wilayah V Rumberpon. Secara geografis

pulau ini terletak pada koordinat 134°12‘35‖ -

134°12‘52‖ BT dan 01°43‘44‖ - 01°44‘08‖ LS.

Secara Astronomis Pulau ini berbatasan langsung

dengan Kabupaten Manokwari di sebelah Utara,

Pulau Rumberpon di sebelah Selatan, Wilayah

C r u s t a c e a T e r e s t r i a l T e r b e s a r

d a r i P u l a u Y e n e m b e r e i

Eko Setyawan, S.Si*)

Keberadaanya memerlukan perhatian jika

kita tidak menginginkan kepunahannya… .

Page 26: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 6 B u l l e t i n t r i t o n i s

K A B A R K A W A S A N … .

umumnya berukuran lebih kecil

dari pada ketam kenari jantan.

D a l a m A b ub a k ar ( 2 0 09 )

dijelaskan bahwa ketam kenari/

ketam kelapa jantan dapat

mencapai berat tiga kilogram

sedangkan ketam kenari betina

sekitar satu kilogram. Perbedaan

ketam kenari jantan dan betina di

Pulau Yenemberei dapat dilihat

pada gambar 1 berikut.

D i P u l a u Y e n e m b e r e i

kemungkinan besar kelapa

merupakan makanan utama dari

ketam karena tumbuhan kelapa

banyak ditemukan hampir di

semua bagian pulau. Makanan

ketam kenari terutama terdiri dari

buah, termasuk kelapa dan

beringin. Tetapi, mereka akan

memakan hampir semua yang

organik, seperti daun, buah

busuk, telur penyu, hewan mati,

dan cangkang hewan lain, yang

dipercaya menyediakan kalsium.

Mungkin mereka juga makan

hewan hidup lain yang terlalu

lambat untuk lari, seperti tukik

penyu yang baru menetas(http://

id.wikipedia.org/wiki/ketam).

Menurut kriteria IUCN Red

List, sekarang tidak terdapat

cukup data untuk memutuskan

ketam kenari sebagai spesies

terancam, oleh karena itu ketam

sementara terdaftar sebagai DD

(data deficient/data kurang),

menandakan bahwa hal ini perlu

diperbarui. Dipercaya bahwa

ketam kenari umum ditemukan

pada beberapa pulau namun

jarang pada pulau lainnya.

Pembangunan daerah pantai

pada banyak pulau mengurangi

habitat ketam ini.

Ketam kenari muda rentan

t e r h ad ap kar n i v o r a y ang

didatangkan dari luar seperti

tikus dan babi, dan semut seperti

semut gila kuning (Anoplolepis

gracilipes). Ketam kenari dewasa

mempunyai sedikit pemangsa,

dan kebanyakan dimakan oleh

manus ia . H ew an d ew asa

mempunyai penglihatan yang

buruk, dan mendeteksi musuh

berdasarkan getaran tanah

(http://id.wikipedia.org/wiki/

ketam). Di Pulau Yenemberei

satwa liar lain yang mungkin

banyak bersembunyi dalam liang/

lubang sarang untuk berlindung

dari predator dan mengurangi

hilangnya air dari dalam tubuh

karena panas.

Dilihat dari jenis kelamin

ketam kenari yang berhasil

diamati dapat diketahui jumlah

ketam kenari jantan adalah 29

ekor dan ketam kenari betina

adalah 6 ekor. Ketam jantan

b e r u k u r a n p a n j a n g

(cephalothoraxdan abdomen) rata

-rata 19,50 cm dan massa total

rata-rata 0,8 kg sedangkan ketam

betina berukuran panjang rata-

rata 18,42 cm dan massa total

rata-rata 0,47 kg. Perbedaan

antara jantan dan betina yang

paling jelas dapat diamati adalah

adanya pleopod (kaki yang

berfungsi untuk menginkubasi

atau melindungi telur sebelum

dilepaskan ke laut) pada

abdomen bagian bawah sebelah

kiri pada ketam kenari betina,

sedangkan pada jantan tidak

mempunyai pleopod tersebut.

Perbedaan lain yaitu dari

ukurannya, ketam kenari betina

Gambar 1. Bagian bawah abdomen ketam kenari jantan (kiri) dan betina (kanan)

Page 27: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 7 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

K A B A R K A W A S A N … .

beraktifitas pada siang hari misal saat hujan turun.

Di Pulau Yenemberei pada siang hari rata-rata

suhunya adalah 30,3 °C (suhu tertinggi 32 °C dan

terendah 28 °C) dengan kelembaban rata-rata

75,3 % (kelembaban tertinggi 80 % dan terendah

70%). Sedangkan pada malam hari suhu udara

rata-rata adalah 27 °C dengan kelembaban rata-

rata 82,9 %.

DAFTAR PUSTAKA :

Abubakar, Y. 2009. Studi Biologi Reproduksi

Sebagai Dasar Ketam Pengelolaan Ketam

Kelapa (Birgus latro) di Pulau Yoi, Kecamatan

P. Gebe, Maluku Utara. Sekolah Pascasarjana

IPB. Bogor

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

2009. Zonasi Taman Nasional Teluk

Cenderawasih. Yogyakarta: Andi Offset.

http://id.wikipedia.org/wiki/ketam (2012). Internet

Online dikunjungi pada tanggal 2 Mei 2012 Jahidin. 2010. Estimasi Populasi Ketam Kenari

(Birgus latro) di Pulau Siompu. Berkala

Penelitian Hayati 15: 139 – 142.

Pratiwi, R. 1989. Ketam Kelapa, Birgus latro

(Linnaeus 1767) (Crustacea, Decapoda,

Coenobitidae) dan Beberapa Aspek Biologinya.

Oseana, Volume XIV, Nomor 2 : 47 – 53.

− ☼ −

berpotensi sebagai pemangsa atau predator bagi

ketam adalah biawak dan tikus.

Secara keseluruhan, nampaknya populasi

manusia yang besar berdampak negatif bagi

populasi ketam kenari, dan di beberapa daerah,

populasinya dilaporkan menurun karena

penangkapan berlebih. Ketam kenari dilindungi

dibeberapa areal, dengan ukuran minimum untuk

ditangkap serta periode perkembangbiakan yang

dilindungi. Di Pulau Yenemberei kadang ada aktivitas

manusia karena pulau ini dijadikan sebagai tempat

persinggahan sementara untuk berlindung nelayan

jika cuaca buruk. Namun belum ada penelitian lebih

lanjut mengenai pengaruh aktivitas manusia di

Yenemberei terhadap populasi ketam di pulau ini

dan belum ada juga penelitian tentang populasi

ketam di pulau ini.

Perilaku bersarang dan mencari makan dari

ketam kenari sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan seperti suhu udara dan kelembaban. Jika

udara panas maka ketam kenari akan cenderung

beristirahat atau bersembunyi dalam lubang

sarangnya. Ketam kenari akan beraktifitas mencari

makan saat malam hari dimana udara lebih lembab.

Namun kadang ada beberapa ketam yang

*)PEH Pertama pada

Bidang PTN Wilayah III Ransiki Gambar 2. Morfologi Ketam Kenari ysng

dijumpai di Pulau Yenemberei Gambar 3. Kelapa sebagai umpan

penangkapan ketam kenari

akan berdampak buruk bagi ekosistem terumbu

karang dan bagi usaha pariwisata. Oleh karenanya,

ledakan populasi spesies ini perlu mendapat per-

hatian dan penanganan yang serius baik dari

pemerintah, stakeholders maupun dari masyarakat.

Sumber Bacaan:

Hand out AIMS (Australian Institute of Marine Sci-

ence) dalam seminar "Proceeding of The Na-

tional Academy o Science" selasa 2 oktober

2012.

―TN.Bunaken Terancam Binatang Pemakan Coral

Meningkat" Harian Umum Sinar Harapan, ko-

lom Komentar 3 oktober 2005.

Yusuf.S (2008) "Fenomena Ledakan Populasi Le-

dakan Acanthaser Planci & Pola Pemangsaan

pada Karang Keras P.Kapoposang SulSel" pa-

da simposium terumbu karang nasional di ja-

karta 18-20 nov 2008.

*)Polhut Pelaksana Pada BPTN Wilayah I Nabire

Lanjutan dari halaman 24

Page 28: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 2 8 B u l l e t i n t r i t o n i s

tekanan, baik oleh faktor

lingkungan maupun manusia.

Teripang mempunyai banyak

manfaat baik digunakan sebagai

obat, makanan maupun untuk

pembuatan kosmetik, sehingga

teripang memiliki nilai ekonomi

y a n g t i n g g i . D e n g a n

meningkatnya tekanan, maka

d ikhaw at i rkan keber ad aan

teripang semakin lama semakin

berkurang.

Maksud dan tujuan dari

kegiatan Inventarisasi Jenis

Teripang di Kampung Isenebuai

pada BPTN Wilayah III Ransiki

y a i t u u n t u k m e ng e t a h u i

kemelimpahan jenis dan kondisi

teripang di wilayah tersebut dan

menyediakan data serta informasi

mengenai jenis teripang yang ada

di sekitar perairan Kampung

Isenebuai.

Metode survey awal lokasi

yang digunakan pada kegiatan

inventarisasi teripang yaitu

dengan metode Manta Tow untuk

melihat letak/sebaran teripang

yang dianggap dapat mewakili

suatu lokasi dan akan menjadi

acuan penentuan stasiun

p e n g a m a t a n . M e t o d e

pengambilan sampel data yaitu

dengan Transek Sabuk (Belt

Transect). Hasil analisa dengan

pendekatan ini akan menyajikan

data serta informasi secara

kuantitatif tentang jumlah dan

jenis teripang pada lokasi

pengamatan.

K e g i a t a n in v e n t a r i s a s i

Teripang ini dilaksanakan di

perairan sekitar Kampung

Isenebuai, Seksi PTN Wilayah V

Rumb er p on p ad a B id ang

Pengelolaan Taman Nasional

wilayah III Ransiki dengan

mengambil 3 (tiga) stasiun

pengamatan (Gambar 1). Kondisi

perairan di sekitar Kampung

Latar Belakang

Sebagai salah satu jenis he-

wan laut yang masuk ke dalam

jenis invertebrata (tidak bertulang

belakang), secara nomenklatur,

teripang masuk ke dalam filum

Echinodermata dengan kelas Hol-

othuroidea.

Tidak seperti hewan laut dilin-

dungi lainnya yang jumlah spesi-

esnya terbatas (ex: Penyu dan

Kima), teripang justru memiliki

jenis yang beragam. Selain faktor

geografis dan lingkungan, perbe-

daan jenis teripang juga diakibat-

kan dari pola adaptasi terhadap

makanannya. Keberadaannya di

perairan mengalami banyak

K A B A R K A W A S A N

I n v e n t a r i s a s i T e r i p a n g d i

K a m p u n g I s e n e b u a i P a d a B i d a n g

P T N W i l a y a h I I I R a n s i k i

Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)

Dengan meningkatnya tekanan, maka

dihkawatirkan keberadaan teripang

semakin lama semakin berkurang.

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Classis : Holothuroidea

Familly 1 : Aspidochirotida

Familly 2 : Dendrochirotida

Familly 3 : Apodida

Page 29: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

Komposisi Jenis dan Kerapatan Relatif

Dari hasil pengambilan data ditemukan

sebanyak 33 individu teripang yang terbagi

sebanyak 20 individu pada transek 1 (kedalaman 3

m) dan 13 individu pada transek 2 (kedalaman 20

m). Setelah dilakukan identifikasi ternyata terdapat

10 (sepuluh) spesies teripang yang berbeda, antara

lain: Actinopyga miliaris, Actinopyga palaunensis,

Thelenota anax, Holothuria nobilis, Bohadschia

marmorata, Stichopus "variegatus", Bohadschia sp.,

Pearsonothuria graffei, Holothuria atra dan Holothu-

ria edulis. Identifikasi dilakukan mengacu pada bu-

ku karangan Patric L. Collin dan Charles Arneson

yang berjudul Tropical Pacific Invertebrates: A Field

Guide to The Marine Invertebrates Occuring on

Tropical Pacific Coral Reefs, Seagrass Beds and

Mangroves.

Dari perhitungan nilai kerapatan relatif masing-

masing spesies, sebagaimana ditampilkan pada

Gambar 2, terlihat bahwa kerapatan relatif spesies

teripang yang paling besar adalah Actinopyga miliar-

is dan Actinopyga palaunensis dengan nilai yang

sama besar yaitu 24,24% sedangkan nilai yang pal-

ing kecil adalah spesies Holothuria nobilis, Sti-

chopus "variegatus" dan Bohadschia sp. dengan

nilai sebesar 3,03%.

Nilai Dominasi dan Nilai Penting

Perhitungan selanjutnya adalah menentukan

dominasi masing-masing spesies pada masing-

P a g e 2 9 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

K A B A R K A W A S A N … .

Isenebuai saat dilakukan kegiatan inventarisasi

jenis teripang berada pada suhu 30⁰C dengan

tingkat salinitas sebesar 35 ‰ dan kecerahan 10.

Pada setiap stasiun diambil 2 transek dimana

kedalaman masing-masing adalah 3 dan 10 meter.

Namun setelah dilakukan penyelaman dan

pengamatan beberapa kali (4 kali pengamatan),

ternyata pada kedalaman 10 m sama sekali tidak

ditemukan spesies teripang. Teripang banyak

ditemukan di atas kedalaman 18 m. Oleh

karenanya agar didapatkan data akurat dan objektif

maka tetap dilakukan perbandingan

kedalaman. Sebagai solusi dilakukan

pengamatan pada kedalaman 20 m.

Sehingga transek yang dibuat adalah

kedalaman 3 dan 20 m.

Tidak ditemukannya teripang pa-

da kedalaman 10 m diduga kemung-

kinan terjadi akibat pengambilan

secara berlebihan oleh para nelayan

atau masyarakat sekitar. Hal ini

dapat terlihat dari perbedaan ukuran

fisik teripang pada kedalaman 3 dan

20 m. Pada kedalaman 3 m, rata-rata

teripang berukuran panjang 19,85

cm dan diameter 13,55 cm. Sedangkan di kedala-

man 20 m teripang rata-rata berukuran panjang

38,15 cm dan diameter 17,38 cm.

Gambar 1. Peta Lokasi Transek Inventarisasi

Teripang

Gambar 2. Perbandingan Kerapatan Relatif Spesies Teripang

Page 30: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 3 0 B u l l e t i n t r i t o n i s

dibandingkan spesies yang lain.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil kegiatan Inventarisasi Teripang di

Kampung Isenebuai pada BPTN Wilayah III Ransiki

dapat disimpulkan bahwa dari titik pengambilan

data teripang pada koordinat 1° 54‘ 21.76‖ LS dan

134° 11‘25.34‖ BT sampai dengan 01° 53‘

56.40‖ LS dan 134° 11‘ 42.11‖ BT terdapat 10

jenis spesies teripang dari 33 individu teripang yang

berhasil dilakukan pengamatan. Sedangkan jenis

teripang yang paling banyak dan mendominasi

adalah Actinopyga miliaris serta Actinopyga

palaunensis.

Saran yang bisa diusulkan demi perbaikan

pengelolaan biota Teripang ke depan adalah

perlunya dilakukan penelitian yang kontinu dan

b e r k e s i n a m b u n g a n g u n a m e n g et a h u i

perkembangan dan persebaran populasi teripang

yang ada di sana.

DAFTAR PUSTAKA

Collin, Patric L. dan Charles Arneson. 1995. Tropical

Pacific Invertebrates: A Field Guide to The Ma-

rine Invertebrates Occuring on Tropical Pacific

Coral Reefs, Seagrass Beds and Mangroves.

Coral Reef Press. California-USA.

English, S., Wilkinson, C., dan Baker, V.,

1994. Survey Manual For Tropical Marine

Resources. ASEAN-Australian Marine

Science Project : Living Coastal Resources.

Australian Institute of Marine Science.

Townsville.

Tim BTNTC. 2003. Inventarisasi Biota Laut

Teripang pada Kawasan Taman Nasional

Laut Teluk Cenderawasih. BTNTC (tidak

dipublikasikan). Manokwari.

− ☼ −

masing stasiun pengamatan. Hal ini dilakukan guna

melihat banyak sedikitnya spesies yang mendomi-

nasi pada suatu wilayah/teritori.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa spesies

teripang yang mendominasi adalah Actinopyga mil-

iaris dan Actinopyga palaunensis dengan nilai domi-

nasi yang sama yaitu sebesar 0,5. Namun jika

dilihat pada masing-masing stasiun pengamatan,

ternyata terjadi perbedaan yang cukup signifikan.

Pada stasiun pengamatan pertama banyak

didominasi oleh jenis teripang Actinopyga miliaris

(0,4) yang diikuti oleh Pearsonothuria graffei (0,2)

sedangkan jenis yang lain berkisar 0,1 saja. Namun

pada stasiun kedua dan ketiga hampir tidak ada

jenis yang dominan disana karena nilai dominasinya

hampir rata berkisar 0,1 dan 0,2.

Berdasarkan hasil perhitungan Nilai Penting (NP)

masing-masing spesies (Tabel 1), terlihat bahwa

spesies teripang yang memiliki pengaruh paling

besar dalam ekosistem perairan di sekitar kampung

Isenebuai adalah Actinopyga miliaris dan Actinopy-

ga palaunensis. Hal ini terjadi karena kedua spesies

ini memang dikenal memiliki kelimpahan yang

cukup tinggi serta pola regenerasi yang cukup cepat

K A B A R K A W A S A N … .

*)PEH Pertama pada

Bidang PTN Wilayah III Ransiki

Nilai Penting (NP) Nama Spesies

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total Stasiun

Actinopyga miliaris 1,39 0,40 0,66

Actinopyga palaunensis 0,44 0,64 0,90 0,66

Thelenota anax 0,29 0,42 0,26

Holothuria nobilis 0,32 0,11

Bohadschia marmorata 0,32 0,40 0,23

Stichopus “variegates” 0,32 0,11

Bohadschia sp. 0,29 0,11

Pearsonothuria graffei 0,59 0,51 0,29

Holothuria atra 0,64 0,23

Holothuria edulis 0,32 0,79 0,34

∑ 3,00 3,00 3,00 3,00

Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Penting (NP)

Page 31: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 3 1 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi

ekologis ekosistem wilayah pesisir dan laut

(ekosistem terumbu karang) di Pulau Pepaya dan

Pulau Nurage-Manimage Taman Nasional Teluk

Cenderawasih Kabupaten Nabire dan menganalisis

kesesuaian ekosistem terumbu karang di Pulau

Pepaya dan Pulau Nurage-Manimage sebagai

atraksi ekowisata bahari di Taman Nasional Teluk

Cenderawasih Kabupaten Nabire.

Berdasarkan pengamatan kondisi terumbu

karang di Pulau Pepaya diperoleh data tutupan

karang hidup pada kedalaman 5 meter sebesar

50,67 % (kategori lebih) yang lebih baik

dibandingkan pada kedalaman 10 meter sebesar

39,67 % (kategori sedang). Adanya aktivitas

manusia dapat ditunjukan dari bekas patahan

P esatnya pertumbuhan ekowisata dalam

beberapa tahun terakhir ini disebabkan oleh

banyak negara membuat promosi dan

atraksi ekowisata besar-besaran dalam rangka

meraup manfaat dan kesempatan dalam pasar

ekowisata yang terus tumbuh. Berdasarkan laporan

World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2000,

pertumbuhan rata-rata ekowisata sebesar 10

persen per tahun. Angka tersebut lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pariwisata rata-rata per

tahun yaitu sebesar 4,6 persen per tahun. Di Eropa

dan Amerika Latin pertumbuhan ekonomi sektor

jasa ekowisata mencapai 40 persen dan di Asia

Pasifik mencapai 25 persen, lebih tinggi dibanding

pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap negara

(Eagles, et.al, (2002) dalam Nugroho (2011)).

K a j i a n E k o l o g i s W i l a y a h P e s i s i r d a n

L a u t U n t u k A t r a k s i E k o w i s a t a

B a h a r i d i T a m a n N a s i o n a l T e l u k

C e n d e r a w a s i h

P E N E L I T I A N

Muhammad Wahyudi, SP., M.Sc*)

Pulau Pepaya memiliki Indeks

Kesesuaian Wisata (IKW) lebih tinggi….

Page 32: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 3 2 B u l l e t i n t r i t o n i s

P E N E L I T I A N … .

lokasi snorkeling dengan memiliki nilai IKW

tertinggi.

Tabel 2. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Kategori

Wisata Snorkeling

Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata

pantai menunjukan bahwa pulau Pepaya lebih

sesuai untuk dijadikan lokasi wisata rekreasi pantai

dengan memiliki nilai IKW tertinggi.

Tabel 2. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Kategori

Wisata Pantai

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil

penelitian ini antara lain: 1). Ada keterkaitan antara

persentase penutupan karang hidup dengan

kelimpahan ikan karang di pulau Pepaya, di

kedalaman 5 meter memiliki nilai tertinggi 50,67%

(baik) berkaitan dengan kelimpahan individu ikan

karang tertinggi untuk kelompok ikan mayor, juga di

kedalaman 5 meter. Untuk penutupan karang hidup

di Pulau Nurage Manimage (kedalaman 10 meter)

memiliki nilai tertinggi 34% (sedang) berkaitan

dengan Indeks Keanekaragaman (H') dan

kelimpahan spesies ikan karang tertinggi

untuk kelompok ikan target sedangkan

kelimpahan individu tertinggi untuk ikan

mayor, semuanya pada kedalaman 10

meter. 2).Hasil analisis kesesuaian

ekowisata pulau Pepaya dan pulau Nurage

Manimage untk atraksi ekowisata bahari

menunjukan pulau Pepaya memiliki Indeks

Kesesuaian Wisata (IKW) lebih tinggi daripada

karang karena jangkar perahu masyarakat yang

kadang memancing di sekitar pulau ini.

Berdasarkan pengamatan terumbu karang di Pulau

Nurage Manimage diperoleh data tutupan karang

hidup pada kedalaman 5 meter sebesar 30,33 %

(kategori sedang) dan pada kedalaman 10

meter sebesar 34 % (kategori sedang).

Secara keseluruhan jumlah jenis lifeform

hard coral yang ditemukan di Pulau Pepaya

dan Pulau Nurage Manimage pada

kedalaman 5 meter dan 10 meter yaitu

antara 8 jenis sampai dengan 12 jenis.

Hasil pengamatan terhadap ikan karang di Pulau

Pepaya menunjukan Keanekaragaman ikan (H')=

2.761 (melimpah sedang) dan kelimpahan spesies

ikan (0.035 jenis/m²) pada kedalaman 10 meter

dengan nilai tertinggi untuk kelompok ikan Target,

sedangkan kelimpahan individu tertinggi (3,835

ekor/m²) dari ikan Mayor pada kedalaman 5 meter.

Begitu pula keanekaragaman ikan (H')= 3.001

(melimpah tinggi) dan kelimpahan spesies ikan

(0.033 jens/m²) di pulau Nurage Manimage

ditunjukan dengan nilai tertinggi untuk kelompok

ikan Target, sedangkan kelimpahan individu

tertinggi (2.036 ekor/m²) dari ikan Mayor yang

kesemuanya pada kedalaman 10 meter.

Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata

selam menunjukan bahwa pulau Pepaya pada

kedalaman 5 meter lebih sesuai untuk dijadikan

lokasi penyelaman dengan memiliki nilai Indeks

Kesesuaian Wisata (IKW) tertinggi.

Tabel 1. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Kategori

Wisata Selam

Hasil perhitungan matriks kesesuaian wisata

snorkeling menunjukan bahwa pulau Pepaya pada

kedalaman 5 meter lebih sesuai untuk dijadikan

Lokasi Kedalaman ∑ N ∑ Nmax IKW Kategori

5 meter 44 57 77,2 Sesuai(S2) P. Pepaya

10 meter 37 57 64,9 Sesuai(S2)

P. Nurage-

Manimage

5 meter 29 57 50,8 Sesuai(S2)

10 meter 28 57 54,3 Sesuai(S2)

Lokasi Kedalaman ∑ N ∑ Nmax IKW Kategori

5 meter 42 54 77,8 Sesuai(S2) P. Pepaya

10 meter 42 54 64,9 Sesuai(S2)

P. Nurage-

Manimage

5 meter 29 54 53,7 Sesuai(S2)

10 meter 29 54 59,2 Sesuai(S2)

Lokasi ∑ N ∑ Nmax IKW Kategori

P. Pepaya 81 84 96,4 Sangat Sesuai

(S1)

P. Nurage-

Manimage

29 84 34,5 Tidak Sesuai

(N)

Page 33: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

P a g e 3 3 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

P E N E L I T I A N … .

pulau Nurage Manimage yaitu IKW wisata selam

77,8% (sesuai), wisata snorkeling 77,2% (sesuai) di

kedalaman 5 meter, dan wisata pantai 96,4%

(sangat sesuai).

Daftar Pustaka

English, S.E, Wilkinson, C., Baker, V. 1997. Survey

manual for tropical marine resources. ASEAN-

Australia Marine Science Project: Living

Coastal Resources, Australian Institut of Ma-

rine Science

Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan

Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, suatu pendeka-

tan ekologis. Terjemahan : H.M Eidman,

Koesoebiono, D.G Bengen, M.Hutomo,

S.Sukardjo. Gramedia Jakarta.

Orams, M. 1999. Marine tourism; development,

impact and Management. Routledge 11 New

Fetter Lane, London EC4P 4EE. Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alter-

natif pemanfaatan sumberdaya pesisir ber-

basis konservasi. Seminar Sains Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB

Bogor.

− ☼ −

*)Staf Balai Besar TNTC

Page 34: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

bersarang.

Burung Kasturi Kepala Hitam yang lebih dikenal

dengan sebutan Nuri Kepala Hitam merupakan

jenis burung paruh bengkok yang memiliki warna

bulu cerah. Sama seperti burung nuri lainnya, jenis

ini memiliki bulu dengan warna dominan merah.

Namun demikian, warna bulu di bagian kepalanya

menjadi cirri khas jenis yang satu ini. Warna bulu

hitam di bagian kepalanya, seperti topi, menjadi-

kannya sering disebut sebagai Black-capped head

Lory.

Lorius lory, nama ilmiah jenis burung ini, mem-

iliki suara yang nyaring dan sangat unik. Rangkaian

pendek siulan atau pekikan yang merdu, lebih me-

nyerupai suara perancah daripada suara nuri. Nyan-

yian berupa rangkaian frase yang panjang, masing-

masing nadanya diulang berulang kali sebelum

memulai frase yang baru. Kadang mengeluarkan

B urung paruh bengkok merupakan suku

yang besar (337 jenis), tersebar di kawa-

san tropis di seluruh dunia, tetapi juga

mencapai ke kawasan beriklim sedang di Amerika,

Australia, Selandia Baru dan Asia. Suku ini men-

capai perkembangan evolusi yang terbesar di Aus-

tralasia, khususnya di Pulau Papua (46 jenis), di

mana terdapat nuri, nuri-ara, nuri-kate, kakatua,

Nuri kabare, serindit, dan juga nuri umum lainnya.

Burung paruh bengkok beradaptasi untuk me-

makan nectar, buah dan biji-bijian. Burung-burung

dalam suku ini terlihat pendek gemuk karena otot-

otot terbangnya yang kuat, yang memampukan

terbang jarak jauh untuk mencari makan, kakiknya

sangat pendek untuk mengaduk dan menguak de-

daunan, kepalanya besar, paruhnya melengkung

tajam ke bawah dan kebanyakan sangat besar un-

tuk mengunyah biji-bijian dan menggali lubang di

pohon, di mana burung-burung ini bertengger atau

B l a c k - c a p p e d H e a d L o r y

B I O D I V E R S I T Y

P a g e 3 4 B u l l e t i n t r i t o n i s

Keberadaan mereka terhimpit keegoisan

kita… . Lidia T. Vitasari Seputro,S.Si*)

Page 35: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

B I O D I V E R S I T Y … .

P a g e 3 5 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

ungunya lebih dominan dibanding hitam. Warna

ungu ini meluas sampai daerah bawah sayap.

Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara,

dari Aitape sampai Teluk Astrolabe.

5. Lorius lory viridicrissalis. Anak jenis viridicrissalis

mirip dengan anak jenis salvadorii, tetapi warna

daerah dadanya lebih dominan hitam serta

meluas sampai bawah sayap. Penyebarannya

meliputi P. Papua bagian utara, dari Teluk

Humboldt sampai Sungai Memberamo.

6. Lorius lory jobisiensi. Ciri nuri jobi hampir mirip

dengan L. l. salvadorii, tetapi warna merah di

dada dan ungu di bagian mantelnya lebih pucat.

Penyebarannya meliputi P. Yapen dan Mios Num

di Teluk Geelvink.

7. Lorius lory cyanauchen (nuri biak). Ciri khas nuri

biak adalah warna biru pada bagian tengkuknya

bersatu dengan warna hitam di mahkotanya.

Mantel ungu ini melingkar tidak penuh. Pada

bagian punggung terdapat pula warna biru yang

melebar ke bagian dada teras ke arah tungging.

Pada sayap bagian bawah terdapat warna biru,

kuning, dan hitam yang tersusun dari pangkal

sampai ke ujung sayap. Penyebarannya hanya

terdapat di P. Biak di Teluk Geelvink.

Nuri kepala hitam biasanya berpasangan atau

dalam kelompok-kelompok kecil. Bunga, nektar,

polen serta beberapa jenis buah dan serangga kecil

dan larva serangga menjadi makanannya. Mereka

mencari makan di kanopi hutan dan tepi hutan.

Tingginya minat untuk memiliki hewan ini se-

bagai hewan peliharaan, menyebabkannya menjadi

satwa yang sering diburu untuk kemudian diperjual-

belikan dan atau dipelihara meskipun mereka ma-

suk dalam deretan jenis satwa yang dilindungi

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun

1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan

Satwa Liar. Kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih termasuk dalam daerah persebaran

burung paruh bengkok jenis ini. Kegiatan operasi

pengamanan kawasan beberapa kali telah

mendapati beberapa satwa ini dalam kondisi siap

diperjual-belikan. Sungguh ironis jika melihat kejadi-

rangkaian nada identik yang monoton menyerupai

suara elang-alap.

Anggota Ordo Psittaciformes dan Famili Psittaci-

dae ini berukuran sekitar 28 cm dengan deskripsi

warna bulu dominan merah dan hijau, berekor pen-

dek, tudung hitam, sayap hijau, kerah belakang

hitam (tidak ada pada populasi Karimui), dan sera

hitam. Pola sayap bawah merah dan bercak kuning

besar pada bulu terbang.

Daerah persebaran satwa ini berada di seluruh

Pulau Papua, kelompok Pulau Papua Barat (Waigeo,

Batanta, Salawati, Misool) dan beberapa pulau di

Teluk cenderawasih (Yapen, Meos Num, dan Biak)

dari ketinggian permukaan laut sampai 1200 m

(jarang sampai 1750 m). Jenis ini dikenal memiliki

7 (tujuh) sub-spesies, yaitu:

1. Lorius lory lory. Ciri yang nyata pada anak jenis

ini adalah warna biru pada daerah tengkuk dan

melebar ke arah punggung sampai ke bagian

dada, perut, serta tungging. Pada sayap bagian

bawah mulai dari pangkal sayap sampai ke

bagian ujung berwarna merah, kuning, dan

hitam. Pada burung yang belum dewasa, mantel

ungu di tengkuk belum menyatu dengan daerah

perutnya. Penyebarannya meliputi bagian kepala

burung Papua dan Papua llnral.

2. Lorius lory erythrothorax (red breasted lory). Ciri

yang mudah dilihat adalah mantelnya berwarna

ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher.

Pada bagian punggung, dada, dan tungging

terdapat warna biru yang terpisah satu sama

lain. Pada sayap bagian bawah mempunyai

warna yang mirip dengan L. l. lory.

Penyebarannya meliputi Papua bagian selatan

yang meluas ke arah Papua Nugini (di utara

sampai Semenanjung Onin dan di selatan

sampai Semenanjung Huon).

3. Lorius lory somu (lori somu). Ciri pada anak jenis

ini adalah tiadanya mantel ungu di tengkuk.

Penyebarannya meliputi P. Papua bagian tengah

dan daerah bagian selatan Papua Nugini.

4. Lorius lory salvadorii (nuri salvadori). Ras nuri ini

mirip dengan L. l. erythrothorax, tetapi warna

Page 36: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

B I O D I V E R S I T Y … .

*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC

P a g e 3 6 B u l l e t i n t r i t o n i s

Hal ini akan sangat berbeda ketika

kita harus menikmati atau melihat

mereka di balik sangkar.

Keegoisan manusia menyebabkan

mereka terbelenggu dalam sangkar,

terjerat dalam eratnya rantai di kaki

mereka. Keegoisan kita juga yang

menyebabkan rusaknya habitat ala-

mi mereka. Sebagai manusia yang

peduli akan kelestarian dan keseim-

bangan alam, perlu bagi kita untuk

mengubah keadaan dengan mengu-

rangi atau menyingkirkan keegoisan

kita dan memikirkan kelangsungan

dan kebebasn hidup berbagai satwa

di habitat alaminya karena seisi

dunia pun tak akan sanggup memuaskan keegoisan

kita.

Daftar Pustaka

Beehler, Bruce M., Thane K. Pratt, dan Dale A. Zim-

merman. 2001. Birds of New Guinea. Edisi Ba-

hasa Indonesia: Burung-burung di Kawasan

Papua papua, Papua Nugini dan Pulau-pulau

Satelitnya. Puslitbang Biologi – LIPI.

Palguna, Hari. 2011. http://lintangluku.com/nuri-

kepala-hitam/#.UJi8clK-fiI (diakses tanggal 5

November 2012)

− ☼ −

an ini mengingat satwa ini memiliki habitat alami

yang tergolong masih baik di Pulau Papua. Pengam-

bilan mereka dari alam seolah-olah melarang mere-

ka untuk tinggal di rumah mereka sendiri. Suatu

kejadian yang patut mendapatkan perhatian dari

semua pihak agar kelestarian satwa ini dapat tetap

terjaga di habitat aslinya.

Keberadaan satwa di alam akan lebih me-

nyenangkan untuk dinikmati. Keindahan warna,

suara serta perilaku alami mereka digabungkan

dengan suara alam serta rimbunnya pepohonan

mampu menambah kepuasan para penikmat alam.

Page 37: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

secara optimal.

Sa l ah sat uny a ad a l ah

pemanfaatan ikan pari untuk

dipakai kulitnya sebagai bahan

kerajinan. Kerajinan ini banyak

digemari konsumen di luar negeri

karena keunikan motif asli kulit

ikan laut berbuntut panjang

tersebut. Lapisan terluarnya mirip

bint ik-bint ik kr istal untuk

melindungi tubuh sang ikan.

Tekstur inilah yang biasa

dimanfaatkan untuk menambah

nilai eksotis produk. Ikan pari

biasanya memiliki bintik besar

berdekatan di daerah punggung.

Bintik ini lebih besar dari bintik

yang lain. Kalau sudah dalam

barang jadi, kedua bintik inilah

yang menjadi aksen penggaet

perhat ian konsumen, dan

membuat motif jadi lebih

menarik.

Kerajinan kulit ikan pari

mempunyai kelebihan yaitu

teksturnya yang kuat, motifnya

yang indah, dan nilai jualnya yang

tinggi. Hal ini tentu sangat

menguntungkan, karena biasanya

ikan pari hanya dijadikan ikan

asap dan kulitnya dibuang

Dalam proses pembuatan

kerajinan ikan berbuntut panjang

ini, pertama-tama kulit ikan

dipilih, dicuci, dan diberi pewarna.

Setelah dikeringkan, kul it

tersebut dihaluskan dan dipotong

sesuai bentuk yang diinginkan.

P a g e 3 7 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

K e r a j i n a n K u l i t I k a n P a r i ,

P e l u a n g U s a h a y a n g M e n j a n j i k a n

S E R B A - S E R B I

T aman Nasional sebagai

salah satu kawasan

p e l e s t a r i a n a l a m ,

memiliki fungsi dan peranan

sebagai perlindungan sistem

p e n y a n g g a k e h i d u p a n ,

pengawetan jenis tumbuhan dan

satwa serta pemanfaatan secara

lestari sumberdaya alam hayati

harus dilakukan secara optimal.

Masyarakat sekitar kawasan tidak

bisa dipisahkan dari kawasan

t a m a n n a s i o n a l k a r e n a

masyarakat sebagai penghuni

kawasan menjadi pemeran

penting dalam upaya konservasi

kawasan. Sebagai bagian yang

tak terpisahkan dari Taman

N a s i o n a l , k e s e j a h t e r a a n

masyarakat harus menjadi

p e r h a t i a n d a r i t a m a n

nasional.Dalam upaya itu, perlu

digali potensi yang ada di

kawasan untuk dimanfaatkan

Hartatik, S.Si*)

Sebuah alternatif usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Page 38: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

S E R B A - S E R B I … .

kerajinan ini.

Peluang usaha kerajinan kulit ikan pari ini masih

terbuka karena permintaan yang besar dari dalam

dan luar negeri serta belum banyaknya pelaku

usaha di bidang ini.

Untuk dapat diterapkan di kawasan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih perlu disiapkan

sumber daya manusia, salah satunya dengan

dengan pelatihan dan juga perlunya pengadaan alat

untuk prosesnya. Jika hal ini dapat dilakukan dan

dikembangkan maka kesejahteraan masyarakat di

sekitar kawasan akan meningkat.

Sumber:

http://www.surabayapost.co.id (13 November 2010)

http://kuncifinance.blogspot.com/2011/06/

prospek-bisnis-kulit-ikan-pari.html (19 Juni

2011)

− ☼ −

Potongan-potongan itulah yang kemudian dirangkai

menjadi beragam aksesori kulit ikan pari berupa

tas, dompet, ikat pinggang, dan souvenir lainnya.

Memang tak mudah mengolah kulit ikan pari

menjadi barang kerajinan. Perlakuannya tidak bisa

disamakan dengan kulit sapi atau kulit domba.

Karena tekstur serat binatang yang satu ini lain

dengan mamalia yang biasanya membujur, satu-

satu. Sedangkan kulit ikan pari, teranyam dan amat

padat. Struktur semacam ini membuat kulit ikan

pari kuat luar biasa, sekitar dua setengah kali

kekuatan kulit sapi. Tetapi, dengan kerumitan

dalam pengolahan sebanding dengan hasil yang

akan diperoleh.

Pada pembuatan dompet kulit ikan pari,

biasanya dibutuhkan satu lembar kulit pari ukuran

kecil. Sedangkan untuk pembuatan tas, diperlukan

dua sampai tiga lembar kulit. Untuk pembuatan

sabuk diperlukan empat lembar kulit, yang mata di

sepanjang kulitnya harus disambung secara lurus.

Potongan kulit ikan pari yang tidak terpakai pun,

masih bisa dimanfaatkan sebagai barang kerajinan

lain, semisal tempat korek api, gelang jam, tempat

handphone, gantungan kunci dan hiasan penutup

kotak.

Kerajinan dari kulit ikan pari seperti ikat

pinggang, dompet, tas, dan sebagainya memiliki

harga antara 200 ribu sampai dengan 1,5 juta

rupiah. Padahal, kulit ikan pari yang berukuran 6 s.d

7 cm persegi dapat dibeli dengan harga mulai 35

ribu rupiah. Dapat dibayangkan betapa besar

keuntungan yang dapat diperoleh dari pembuatan

P a g e 3 8 B u l l e t i n t r i t o n i s

*)Calon PEH pada BPTN Wilayah I Nabire

Page 39: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil

U C A P A N

P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i

B u l l e t i n T r i t o n i s B a l a i B e s a r T a m a n

N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h

m e n g u c a p k a n :

P a g e 3 9 E d i s i I I I , D e s e m b e r 2 0 1 2

Selamat Jalan, Selamat Mengabdi di Tempat Kerja yang Baru

1. Ir. Djati Witjaksono hadi, M.Si, ,selamat mengabdi di tempat kerja yang baru sebagai Inspektorat Wilayah IV.

2. Drs. Atus Hans Atururi, M. H, selamat mengabdi di tempat kerja yang baru sebagai Kepala Balai TN. Lorenz

3. Ir. Herman Remetwa, selamat mengabdi di tempat kerja yang baru di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua

Barat.

Semoga tetap sukses di tempat kerja yang baru. Terima kasih atas pengabdian, kerjasama, dan kebersamaan

yang terjalin selama bertugas di Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Selamat Datang, Selamat bergabung di keluarga Besar BBTNTC

1. Ir. Ben Gurion Saroy, M.Si, sebagai Kepala Balai Besar TN. Teluk Cenderawasih;

2. Ir. Abraham kaya, sebagai Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Nabire;

3. Arijan Prasojo, S.Hut, sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kwatisore.

selamat datang dan kami siap bekerjasama untuk menjaga Kelestarian alam di Tanah Papua.

Selamat atas kelahiran :

♂ Ahmad Zaky Azlam, putra kedua Muhammad tasdiq (29 September 2012);

♂ Damarendra Rahaditama & Danarendra Rahadinata, putra Ibu Febriana W. handayani, S. Si (7 Desember 2012)

Semoga menjadi anak yang soleh, berbakti pada orang tua dan berguna bagi bangsa, negara dan agama.

Page 40: 3. Buletin Tritonis Edisi III Desember 2012 + Sampul Kecil