Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu bahan
untuk pembuatan kecap ikan kuniran dan bahan untuk menguji kecap ikan sesuai
dengan parameter yang diinginkan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kecap
ikan adalah ikan kuniran 5 kg, enzim papain dengan konsentrasi 5%, 8%, dan 11%,
serta garam dengan konsentrasi 5%. Bahan yang digunakan dalam pengujian kimia
adalah asam sulfit, petroleum ether, buffer asam asetat pH 7, biuret, kertas saring,
bovin serum albumin, tisu dan enzim papain komersial merk “Paya”.
3.1.3 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam pembuatan kecap antara lain ikan kuniran, pisau,
blender, baskom, sendok, kain blancu, timbangan digital, autoclave, centrifuge
Alat yang digunakan dalam analisa mutu kecap ikan adalah pisau, timbangan
digital, gelas ukur 100 ml, beaker glass 100ml, pipet volume 10 ml, bola hisap, beaker
glass 50 ml, washing bottle, spatula, sendok bahan, cuvet, centrifuge, alat destilasi,
alat ekstraksi goldfisch, oven vakum, desikator, cawan porselen, tanur pengabuan,
kertas saring whatman, spektofotometer, dan laptop
3.2 Metode Penelititan
3.2.3 Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Perlakuan yang akan digunakan pada penelitian pendahuluan adalah lama fermentasi
dan konsentrasi enzim papain terhadap kualitas kecap ikan kuniran. Sedangkan
penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim papain,
pengaruh lama fermentasi serta pengaruh interaksi antara keduanya terhadap
kualitas kecap ikan kuniran juga untuk mendapatkan konsentrasi enzim papain dan
lama fermentasi yang optimal untuk mendapatkan kualitas kecap ikan terbaik.
3.2.4 Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi enzim papain dan lama
fermentasi. Sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah kadar protein, kadar abu,
kadar air, kadar lemak, rendemen, organoleptik, derajat keasaman (pH) dan total
asam amino
3.3 Penelitian Pendahuluan
Sebelum melakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan penelitian
pendahuluan. Penelitian pendahuluan dilakukan dalam dua tahap penelitian. Pada
Penelitian pendahuluan tahap pertama bertujuan untuk memperoleh lama fermentasi
yang optimum dengan menggunakan kadar protein terlarut sebagai parameternya.
Sedangkan pada penelitian pendahuluan tahap kedua bertujuan untuk memperoleh
konsentrasi enzim papain yang optimum dengan menggunakan kadar protein terlarut
sebagai parameternya.
3.3.1 Penelitian Pendahuluan Tahap 1
Penelitian pendahuluan tahap satu bertujuan untuk memperoleh lama
fermentasi yang optimum dengan menggunakan protein sebagai parameternya.
Penelitian pendahuluan tahap dua akan menjadi acuan untuk penelitian pendahuluan
tahap tiga. Menurut penelitian Kurniawan (2008) bahwa kadar protein tertinggi pada
kecap ikan lele didapatkan pada lama fermentasi 7 hari dan konsentrasi garam 5%
sebesar 17.95%. Oleh karena itu, lama fermentasi dan konsentrasi garam tersebut
dijadikan acuan untuk penelitian pendahuluan tahap dua dengan range lama
fermentasi yaitu 5, 7 dan 9 hari. Prosedur penelitian pendahuluan tahap satu dapat
dilihat pada Gambar 9.
Pada penelitian pendahuluan tahap satu didapatkan kecap ikan dengan kadar
protein terlarut tertinggi terdapat pada lama fermentasi 9 hari dengan nilai 2.74±0.11.
Sedangkan kadar protein terlarut terendah terdapat pada lama fermentasi 5 hari
dengan nilai 2.25±0.11. Artinya semakin lama proses fermentasi maka semakin tinggi
pula nilai kadar protein yang dihasilkan.
Adapun rata – rata kadar protein kecap ikan penelitian pendahuluan dapat
dilihat pada Tabel 7. Dan hasil analisis statistik penelitian pendahuluan ini dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Daging Ikan Kuniran (Upeneus
sp.)
Pencucian dan penggilingan
Pencampuran garam 5%
Dimasukkan ke dalam botol hitam dan ditutup rapat
Difermentasi pada suhu kamar dengan lama waktu 5, 7 dan 9 hari
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 115°C
Penyaringan
Kecap Ikan
Gambar 1. Alur Proses Penelitian Pendahuluan Tahap 1
Tabel 7. Data Kadar Protein Kecap Ikan
Lama Fermentasi Kadar Protein (%)
Kontrol 5 Hari
2.04±0.17 2.25±0.11
7 Hari 2.38±0.11 9 Hari 2.74±0.11
Sumber : Data Diolah (2017)
3.3.2 Penelitian Pendahuluan Tahap 2
Pada penelitian pendahuluan tahap dua bertujuan untuk memperoleh
konsentrasi enzim papain yang terbaik dengan menggunakan kadar protein terlarut
sebagai parameternya. Lama fermentasi yang digunakan merupakan hasil dari
penelitian pendahuluan tahap satu. Menurut penelitian Simanjorang et al., (2012)
bahwa penambahan enzim papain terbaik terdapat pada konsentrasi enzim papain
5% dengan nilai kadar protein terlarut sebesar 2.698%. Oleh karena itu, konsentrasi
tersebut dijadikan acuan untuk penelitian pendahuluan tahap dua dengan range
konsentrasi enzim papain sebesar 2%, 5% dan 8%. Alur proses penelitian
pendahuluan tahap dua dapat dilihat pada Gambar 10.
Daging Ikan Kuniran (Upeneus
sp.)
Pencucian dan penggilingan
Pencampuran enzim papain 2%, 5%, dan 8% dan garam 5%
Dimasukkan ke dalam botol hitam dan ditutup rapat
Difermentasi pada suhu kamar dengan lama waktu 9 hari
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 115°C
Penyaringan
Kecap Ikan
Gambar 2. Alur Proses Penelitian Pendahuluan Tahap 2
Pada penelitian pendahuluan tahap dua ini didapat konsentrasi enzim papain
terbaik terdapat pada konsentrasi 8% dengan nilai kadar protein terlarut sebesar
4.01±0.12 sedangkan kadar protein terlarut terendah terdapat pada konsentrasi enzim
papain sebesar 2% dengan nilai kadar protein sebesar 3.22±0.07. Dalam penelitian
pendahuluan tahap dua ini didapat bahwa semakin tinggi konsentrasi enzim papain
maka semakin tinggi pula nilai kadar protein terlarut yang didapatkan. Menurut Kirk
dan Orthmer (1953) peningkatan kandungan protein dalam produk hidrolisat
disebabkan selama proses hidrolisis terjadi konversi protein yang bersifat tidak larut
menjadi senyawa nitrogen yang bersifat larut, selanjutnya terurai menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana, seperti peptida dan asam amino sehingga mudah
diserap oleh tubuh. Adapun kadar protein pada penelitian pendahuluan tahap tiga
dapat dilihat pada Tabel 8. Dan hasil analisis statistik penelitian pendahuluan ini dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 8. Kadar Protein Penelitian Pendahuluan Tahap 2
Konsentrasi Enzim Kadar Protein (%)
Kontrol 2%
2.72±0.24 3.22±0.07
5% 3.67±0.10 8% 4.01±0.12
Sumber : Data Diolah (2017)
3.4 Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim
papain dan lama waktu fermentasi terhadap kualitas kecap ikan kuniran serta
memperoleh konsentrasi enzim papain dan lama fermentasi yang optimum untuk
mendapatkan kualitas kecap ikan terbaik. Konsentrasi enzim papain yang digunakan
berdasarkan konsentrasi enzim papain terbaik pada penelitian pendahuluan tahap
dua dengan range 5%, 8% dan 11%. Sedangkan lama fermentasi yang digunakan
berdasar lama fermentasi terbaik dari penelitian pendahuluan tahap satu dengan
range 7 Hari, 9 Hari, dan 11 Hari.
3.4.1 Prosedur Penelitian Utama
Prosedur penelitian utama antara lain persiapan bahan baku yaitu ikan kuniran
segar dengan berat 5 kg di bersihkan dan di buang isi perut lalu dihaluskan dengan
blender. Ikan kuniran yang telah halus lalu mulai di beri berlakuan dengan masing –
masing penambahan enzim papain sebesar 5%, 8%, dan 11% dan diberi tambahan
garam sebesar 5%. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol kaca hitam. Masing
masing dari perlakuan enzim tersebut lalu di fermentasi dengan lama waktu masing –
masing 7 Hari, 9 Hari dan 11 Hari. Setelah di dapat lama waktu yang sesuai, hasil dari
fermentasi tersebut lalu di autoklaf selama 15 menit dengan suhu 115°C. Setelah itu
di centrifuge dengan kecepatan 5000 rpm sehingga terpisah antara padatan dan
larutan. Kecap Ikan dianalisa kadar protein, kadar abu, kadar air, kadar lemak,
rendemen, derajat keasaman, profil asam amino dan uji organoleptik (hedonik aroma
dan warna).
3.4.2 Metode Pembuatan Kecap Ikan
3.5 Analisa Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi enzim
(A) dan lama fermentasi (B). Suatu percobaan faktorial bila perlakuannya terdiri dari
kombinasi lengkap antar level (antar taraf) dari dua faktor atau lebih dan masing-
masing faktor terdiri dari dua taraf atau lebih. Pada faktor penambahan konsentrasi
enzim papain (A) terdapat 3 taraf yaitu konsentrasi enzim papain 5% (A1), 8% (A2),
dan 11% (A3) dan pada faktor lama waktu fermentasi (B) terdapat 3 taraf yaitu 7 hari
(B1), 9 (B2) dan 11 (B3) hari.
Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap atau RAL
faktorial. Rancangan ini digunakan dalam penelitian dengan medium yang seragam.
Data kemudian diolah menggunakan ANNOVA (Analysis of Variance) pada taraf 5%
dan 1%. Jika ditemukan perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji
Daging Ikan Kuniran (Upeneus
sp.)
Pencucian dan penggilingan
Pencampuran enzim papain 5%, 8%, 11% dan garam 5%
4%
Dimasukkan ke dalam botol hitam dan ditutup rapat
Difermentasi pada suhu kamar dengan lama waktu 7, 9 dan 11 hari untuk tiap-tiap konsentrasi
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 115°C
Penyaringan
Kecap Ikan
Gambar 3. Alur Proses Pembuatan Kecap Ikan Secara Enzimatis
Tukey.
Adapun interaksi antara dua faktor dilakukan dengan 3 kali ulangan. Hal
tersebut sesuai dengan persamaan:
(n-1) (r-1) ≥ 15
Dimana :
n = perlakuan
r = ulangan
Sehingga banyaknya ulangan dapat dihitung sebagai berikut :
((3.3) – 1) (r -1) ≥ 15
(9 - 1) (r – 1) ≥ 15
8r – 8 ≥ 15
8r ≥ 20
r ≥ 2,875 ( 3 kali ulangan)
Metode pengujian data yang digunakan adalah analisa keragaman (ANOVA)
dimana jika terdapat pengaruh nyata atau sangat nyata maka akan dilanjutkan uji
Tukey dengan aplikasi Software SPSS 16. Model statistika yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut :
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk
Keterangan :
Yijk = Hasil pengamatan untuk faktor A taraf ke-I, faktor B taraf ke-j, pada
ulangan ke –k
µ = Rataan umum
Ai = Pengaruh faktor A pada taraf ke-i
Bj = Pengaruh faktor B pada taraf ke-j
(AB)ij = Interaksi antara A dan B pada faktor A taraf ke-I, faktor B taraf ke-j
εijk = Galat percobaan untuk faktor A taraf ke-I, faktor ke B taraf ke-j
pada ulangan ke-k
Model rancangan percobaan pada Penelitian Utama dapat dilihat pada tabel 8
dibawah ini :
Tabel 9. Rancangan Percobaan Penelitian
Perlakuan Perlakuan Kombinasi
Ulangan Rata – Rata A B 1 2 3
A1 A2 A3
B1 A1B1 A1B1.1 A1B1.2 A1B1.3 B2 A1B2 A1B2.1 A1B2.2 A1B2.3 B3 A1B3 A1B3.1 A1B3.2 A1B3.3 B1 A2B1 A2B1.1 A2B1.2 A2B1.3 B2 B3 B1 B2
A2B2 A2B3 A3B1 A3B2
A2B2.1 A2.B3.1 A3B1.1 A3B2.1
A2B2.2 A2B3.2 A3B1.3 A3B2.3
A2B2.3 A2B3.3 A3B1.3 A3B2.3
B3 A3B3 A3B3.1 A3B3.3 A3B3.3
Keterangan : A1B1 : Konsentrasi enzim papain 5% dengan lama fermentasi 7 hari A1B2 : Konsentrasi enzim papain 5% dengan lama fermentasi 9 hari A1B3 : Konsentrasi enzim papain 5% dengan lama fermentasi 11 hari A2B1 : Konsentrasi enzim papain 8% dengan lama fermentasi 7 hari A2B2 : Konsentrasi enzim papain 8% dengan lama fermentasi 9 hari A2B3 : Konsentrasi enzim papain 8% dengan lama fermentasi 11 hari A3B1 : Konsentrasi enzim papain 11% dengan lama fermentasi 7 hari A3B2 : Konsentrasi enzim papain 11% dengan lama fermentasi 9 hari A3B3 : Konsentrasi enzim papain 11% dengan lama fermentasi 11 hari
3.6 Parameter Uji Kecap Ikan
3.6.1 Analisis Rendemen
Analisis rendemen yaitu perbandingan antara berat produk setelah jadi
dengan berat adonan. Rendemen dapat dihitung dengan menimbang berat sampel
campuran semua bahan sebelum pengolahan menggunakan neraca analitik.
Ditimbang berat akhir yang dihasilkan setelah proses pemasakan dengan neraca
analitik (AOAC, 1990). Prosentase rendemen yan dihasilkan dihitung menggunakan
rumus :
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%)𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =massa produk kecap
massa bahan baku × 100%
3.6.2 Analisis Kadar Protein terlarut
Analisis kadar protein terlarut secara cepat dan mudah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode spektrofotomer dan reagen pereaksi biuret.
Spektrofotometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
absorbansi suatu sampel. Spektofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya
(Khotimah et al., 2013). Namun sampel yang dapat dianalisa oleh alat ini adalah
sampel yang hanya memiliki warna. Sampel yang tidak memiliki warna harus dibuat
berwarna terlebih dahulu dengan reagen spesifik yang mampu menghasilkan
senyawa berwarna. Ditambahkan oleh Machin (2012) bahwa reagen biuret
mengandung CuSO4. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai
struktur mirip dengan struktur peptida dari protein. Prinsip reaksi biuret adalah reaksi
antara tembaga sulfat dalam alkali dengan senyawa yang berisi dua atau lebih ikatan
peptida seperti protein yang memberikan warna ungu biru yang khas. Fungsi reagen
biuret untuk membentuk senyawa kompleks sehingga yang langsung dapat
diidentifikasi. Reaksi biuret ini bersifat spesifk, artinya hanya senyawa yang
mengandung ikatan peptida saja yang akan bereaksi dengan pereaksi biuret.
Pada analisis protein terlarut dilakukan dengan metode biuret yang telah
mengalami modifikasi. Untuk kurva standar, larutan protein standar (larutan serum
albumin dengan konsentrasi 5 mg/ml) dimasukkan dalam tabung reaksi masing –
masing 0 (blanko), 0.10, 0.20, 0.40, 0.60, 0.80, 1 ml. Kemudian ditambahkan aquades
hingga volume total 4ml dan 6 ml pereaksi biuret ke dalam masing – masing tabung
reaksi dan di homogenkan. Lalu tabung reaksi disimpan pada suhu 37ºC selama 30
menit sampai terbentuk warna ungu sempurna dan pengukuran absorbansi dilakukan
dengan menggunakan spektrofotemeter pada panjang gelombang 540 nm. Kemudian
sampel kecap ikan diambil 3 ml. sampel tersebut kemudian diencerkan dengan
aquades hingga diperoleh 25 ml larutan sampel. Sampel kemudian disaring
menggunakan kertas saring halus didalam Erlenmeyer. Kemudian sampel di
sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Supernatan diambil 4 ml
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 6 ml pereaksi biuret pada
masing – masing tabung reaksi dan dihomogenkan. Setelah itu ukur absorbansi
dengan panjang gelombang 540 nm. Hasil absorbansi dimasukkan kedalam
persamaan Bovin Serum Albumin (BSA) dan dihitung kadar proteinnya (Wijaya dan
Yunianta, 2015).
3.6.3 Analisis Kadar Air
Analisis kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110ºC selama 3 jam atau
sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan
adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan – bahan yang tidak tahan panas,
seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain – lain pemanasan
dilakukan dengan oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang – kadang
pengeringan dilakukan dengan H2SO4 pekat sebagai pengering sehingga mencapai
berat yang konstan (Winarno, 2004).
Analisis kada air dapat dilakukan dengan cara cawan porselen yang akan
digunakan dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 105-110oC selama 15
menit atau sampai berat konstan, kemudian cawan diletakkan ke dalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan (A). Sampel
sebanyak 20 ml ditimbang dan diletakkan ke dalam cawan yang sudah dikeringkan
(B), kemudian dipanaskan ke dalam oven vakum pada suhu 60-70oC selama 50
hingga 60 menit. Setelah selesai, cawan tersebut didinginkan dalam desikator selama
30 menit dan setelah dingin ditimbang kembali (C). Tahap ini diulangi hingga dicapai
bobot yang konstan (AOAC, 1990). Kadar air dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
% Kadar air = B − C
B − A X 100 %
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan dengan sampel sebelum dikeringkan (gram)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram)
3.6.4 Analisis Kadar Abu
Analisis kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang
tinggi yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tersisa setelah
proses pembakaran tersebut. Waktu lamanya pengabuan tiap bahan berbeda-beda
dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur
yang dapat diatur suhunya. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa
pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan
selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan
dingin, untuk itu cawan berisi abu yang ada dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan
ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan dengan suhu
didalam oven, barulah dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin, barulah abunya
dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan (Sudarmadji, 2007).
Analisis kadar abu dapat dilakukan dengan cawan yang akan digunakan
dikeringkan di dalam oven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105oC,
kemudian didinginkan ke dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga
didapatkan berat yang konstan (A). Sampel basah ditimbang sebanyak 20 gram atau
ml dan diletakkan ke dalam cawan yang sudah dikeringkan, kemudian dipanaskan ke
dalam oven vakum pada suhu 60-70oC selama 50 hingga 60 menit hingga berat
konstan (B) kemudian sampel yang sudah kering dibakar menggunakan hotplate
sampai tidak berasap selama ± 20 menit. Dilanjutkan dengan pengaburan didalam
tanur dengan suhu 600oC sampai pengabuan sempurna (sesekali pintu tanur dibuka
sedikit agar oksigen masuk). Sampel yang sudah diabukan didinginkan ke dalam
desikator dan ditimbang. Tahap pembakaran dalam tanur diulangi hingga didapatkan
berat yang konstan (C) (AOAC, 1990). Kadar abu dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
% Kadar Abu = C−A
B−A X 100 %
Keterangan:
A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)
B = Berat cawan abu porselen dengan sampel sebelum pengabuan (gram)
C = Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah pengabuan (gram)
3.6.5 Analisis Kadar Lemak
Pada analisis kadar lemak kecap ikan total dilakukan dengan metode
goldfisch yang telah di modifikasi menurut Sudarmadji et al., (2007), dapat dilakukan
dengan cara bahan ditimbang sebanyak 20 ml. Sampel basah ditimbang sebanyak 20
gram atau ml kemudian diletakkan ke dalam cawan yang kemudian dipanaskan ke
dalam oven vakum pada suhu 60-70oC selama 50 hingga 60 menit hingga berat
konstan dan menghasilkan residu berupa padatan. Residu yang berupa padatan
kemudian ditimbang sebanyak 2 gram. Kemudian dimasukkan dalam kertas saring
dan dimasukkan dalam timbel, yaitu pembungkus bahan yang terbuat alumina yang
porous. Dipasang bahan dan timbel pada sample tube, yaitu gelas penyangga yang
bagian wadahnya terbuka, tepat dibawah kondensor alat distilasi Goldfisch.
Dimasukkan petroleum-ether (maksimal 75 mililiter) dalam gelas piala khusus yang
diketahui beratnya. Dilakukan ekstraksi selama 3-4 jam. Ekstrak lemak dikeringkan
dalam oven dan ditimbang berat minyak dalam bahan. Kadar lemak dapat dihitung
dengan rumus berikut :
% Kadar lemak = (berat awal sampel+berat kertas saring)- berat akhir
berat awal sampel x 100%
3.6.6 Analisis Uji Organoleptik
Pengamatan organoleptik dari kecap ikan dengan dilakukan uji sensori
hedonik meliputi aroma dan warna. Jumlah panelis yang berpartisipasi adalah 15
panelis semi terlatih. Mereka dipilih berdasarkan keterkarikannya terhadap kecap
ikan. Pengujian menggunakan uji skala hedonik yang terdiri dari 7 nilai dengan 7
pernyataan yaitu sangat tidak suka (1), tidak suka (2), agak tidak suka (3), netral/ biasa
(4), agak suka (5), suka (6), dan sangat suka (7). Pengujian dilakukan dengan
menyodorkan secara acak 10 sampel (9 sampel hasil penelitian dengan perlakuan
yang berbeda-beda, dan 1 sampel kontrol) yang masing-masing telah diberi kode
yang berbeda-beda. Selanjutnya panelis diminta memberi penilaian terhadap sampel
sesuai dengan skala yang ada..
3.6.7 Analisis Uji Derajat Keasaman (pH)
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi
kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran. Untuk contoh uji yang mempunyai
suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar. Keringkan dengan kertas tisu
selanjutnya bilas elektroda dengan air suling. Bilas elektroda dengan contoh uji.
Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan
yang tetap. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter
(AOAC ,1990).
3.6.8 Analisis Profil Asam Amino
Analisis asam amino ditentukan dengan menggunakan HPLC merk Shimadzu
RF 20A. Analisis asam amino menggunakan HPLC terdiri dari empat tahap, yaitu
tahap pembuatan hidrolisat protein, tahap pengeringan, tahap derivatisasi, dan tahap
injeksi serta analisis asam amino (AOAC, 1990).
1) Tahap pembuatan hidrolisat protein
Hal yang dilakukan pada tahap pembuatan hidrolisat protein adalah sampel
ditimbang sebanyak 3 mg dan dihancurkan. Sampel yang telah hancur dihidrolisis
asam menggunakan HCl 6 N sebanyak 10 mL yang kemudian dipanaskan dalam oven
pada suhu 110 ºC selama 24 jam. Sebelum dilaukan pemanasan, ditambahkan gas
N2 pada sampel untuk menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar
tidak mengganggu kromatogram yang dihasilkan. Pemanasan dilakukan untuk
mempercepat reaksi hidrolisis.
2) Tahap pengeringan
Sampel disaring menggunakan kertas saring dan dikeringkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 85 ºC selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk
memisahkan pelarut dengan asam amino.
3) Tahap derivatisasi
Larutan derivatisasi dibuat dari campuran ortoftalaldehida (OPA) 50 mg,
metanol 4 mL, merkaptoetanol 0,025 mL, brij-30 30% sebanyak 0,050 mL, dan buffer
borat 1 M pH = 10,4. Pereaksi derivatisasi dibuat dengan mencampurkan satu bagian
larutan stok dengan dua bagian larutan buffer Kalium Borat pH 10,4. Proses
derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada
sampel. Sampel yang telah dikeringkan ditambahkan dengan 5 mL HCl 0,01 N
kemudian disaring menggunakan kertas milipore.
4) Tahap injeksi ke HPLC
Injeksi larutan standar diawali dengan pencampuran larutan stok dengan
larutan standar dan buffer borat (1:1). Sebanyak 5 μL larutan tersebut diinjeksi ke
HPLC dalam waktu 30 menit. Tahapan yang sama dilakukan pada sampel yaitu
dengan mencampurkannya dengan buffer borat (1:1) dan dilakukan pencampuran
dengan larutan stok. Campuran diinjeksi ke HPLC sampai pendeteksian semua asam
amino selesai. Kandungan asam amino pada bahan dihitung dengan rumus:
asam amino (%) = luas area sampel x C x FP x BM x 100% luas area standar x bobot sampel
Keterangan :
C = Konsentrasi standar asam amino (μg/mL)
FP = Faktor pengenceran
BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino (g/mol)
Kondisi alat:
Fase diam/ Stationer = Ultra techspere (Octadecyl-silica (ODS) / C18)
Laju alir = 1 mL/menit
Detektor = Flame Ionization Detector (FID) Flouresensi
Mobile Phase = Buffer A (Na-asetat dan Na-EDTA)
Buffer B (metanol 95% dan air 65 : 35)