Upload
riestakieranti
View
216
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bvhgfbhvfgh
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulose (TBC) paru
Tuberkulose paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan
oleh kuman TB (mycobacterium tuberculose).Kuman tersebut biasanya masuk
kedalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru.(13)
1. Penyebab Tuberculosis (TBC)
Penyakit Tuberculose disebabkan oleh kuman TB.Kuman tersebut
biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam
paru-paru.Kuman ini akan berkembang biak, jumlahnya bertambah banyak
sehingga dapat menimbulkan infeksi sehingga terjadi Tuberkulose.Terjadinya
Tuberkulose ini sangat di tentukan oleh keadaan atau daya tahan tubuh pasien,
kuman penyebab dan faktor lingkungan.(13)
Secara umum penyakit TBC disebabkanoleh diantara salah satunya
penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan.Dalam dahak dan
ludah ada basil TBnya.Basil ini mengering lalu di terbangkan angin kemana-
mana, ukuran basilnya sangat kecil, tak tampak oleh mata telanjang, kita
memerlukan kaca pembesar mikroskop untuk dapat melihatnya.(3)
Penularan TBC mudah terjadi di lingkungan yang kumuh, penularan
antar anggota keluarga, dapat pula antar tetangga, diantara anak sekolah,
mungkin juga di lingkungan kerja. Semua orang yang keadaan tubuhnya lemah,
semua orang yang kurang gizi, kurang protein, kurang darah dan kurang
istirahat, mudah tertular.(3)
2. Gejala yang mempengaruhi terjadinya TBC
Penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium Tuberculose ini memiliki
gejala-gejala batuk berdahak lebih dari 3 minggu, sakit dada, cepat merasa
lelah, berat badan menurun, demam yang tidak terlalu tinggi, dan lain-lain,
bergantung status penderita. Kelompok yang di serang umumnya kelompok
usia produktif, antara 15 sampai 64 tahun, yang memiliki pola hidup tidak sehat
serta kurang gizi. Oleh karena itu penyakit yang menyerang paru-paru ini pada
umumnya menyerang masyarakat yang berada di golongan sosial ekonomi
rendah, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.(2)
Keluhan batuk-batuk yang berkepanjangan yang mengeluarkan dahak
berwarna kekuningan, kadang-kadang bercampur darah, kadang-kadang batuk
darah, kehilangan nafsu makan, berat badan turun dapat timbul bersama-sama
atau sendiri-sendiri pada penderita dewasa muda. Gejala-gejala tersebut
berlangsung dalam beberapa minggu, berbulan-bulan, tetapi kadang-kadang
(terutama pada usia lanjut) tak terdapat keluhan sama sekali walaupun
dahaknya menular.(11)
3. Pencegahan penyakit TBC
Penyakit TBC dapat dicegah. Di Indonesia penyakit ini tergolong masih
banyak. Dimana-mana terdapat pengidap TBC. Berarti sangat mudah kita
tertular TBC, munkin ddalam Bus kota, mungkin di pasar atau dipingir jalan,
disekitar tempat tinggal kita.(3)
Oleh kerena itu pemerintah memberikan suntikan immunisasi TBC
secara cuma-cuma. Semua bayi yang baru lahir harus di vaksinasi
BCG.Suntikan dilakukan di bagian lengan atas atau di pangkal paha, pada
bagian tubuh yang jarang kelihatan dari luar karena suntikan BCG biasanya
berbekas.Tampak benjolan seperti kacang hijau pada bekas suntikannya.(3)
Penderita TBC tidak membuang ludah dan dahak sembarangan.
Buanglah ludah dan dahak pada wadahnya. Tidak meludah di lantai rumah.
Lantai rumah di sapu dan di pel setiap hari. Air pel di beri larutan lisol bahan
pembunuh kuman. Upayakan agar semua ruangan rumah berjendela. Buat
ventilasi udara, buat agar cahaya Matahari sebanyak mungkin memasuki setiap
ruangan rumah.(3)
4. Pengobatan penyakit TBC
Penyakit TBC dapat di sembuhkan, lebih cepat di obati lebih baik, karena
penyakit TBC dapat menimbulkan penyulit.Jika sudah sampai terjadi penyulit,
jika sudah timbul komplikasi, penyakit TBC menjadi lebih
berat.Pengobatannya menjadi lebih sukar, mungkin perlu perawatan rumah
sakit, mungkin perlu tindakan bedah atau perawatan khusus.(3)
Penyakit TBC yang belum berat mudah di sembuhkan. Jika di obati selagi
belum berat, paru-paru belum terlanjur rusak.Mungkin tidak sampai
menimbulkan cacat, mungkin tidak berakhir dengan kerusakan tulang, ginjal
atau usus.(3)
Pengobatan diantaranya adalah :
a. Pengobatan suntikan
b. Obat Anti TBC yang di minum
c. Tidak lupa minum obat
d. Perlu makanan bergizi
e. Pengobatan yang lama
f. Udara segar dan cahaya matahari
g. Cegah batuk
h. Cari dokter kalau batuk darah
i. Bawa ke rumah sakit kalau muntah dara
5. Faktor karakter yang mempengaruhi kejadian penyakit TB paru
a. Pendapatan
Pada masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi lebih mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk melakukan pengobatan
sedangkan sesorang dengan tingkat pendapatan yang rendah kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau untuk yang lain. Hal itu
dapat mengakibatkan penyakit yang di derita bertambah parah.(20)
b. Pendidikan
Dengan pendidikan di harapkan dapat menyebabkan perubahan
perilaku seseorang, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
akan semakin mudah pula menerima rangsangan perubahan di sekitarnya.
Makin tinggi tingkat pendidikan keluarga maka makin mudah menerima
pesan yang di sampaikan.(20)
B. Perumahan
Rumah bagi manusia mempunyai arti yang sangat penting, dan karena itulah
bersama-sama dengan makanan dan pakaian sering di sebut kebutuhan pokok
manusia.Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta di gunakan untuk
berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya.Selain itu rumah juga
merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga
untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan nyaman merupakan
sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan
produktivitasnya.(12)
Rumah harus di bangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan
fisik dasar dan penghuninya. Maka masyarakat atau kebangsaan apapun yang di
hadapi, hal yang di tuntut adalah sama. Karena memanglah apa yang disebut
kebutuhan fisik dasar manusia tidak berbeda antara satu masyarakat atau bangsa
dengan masyarakat atau bangsa lainnya. Hal-hal yang perlu di perhatikan di sini ialah
:(4)
a. Rumah tersebut harus di bangun sedemikian rupa sehingga dapat di pelihara atau
di pertahankan suhu lingkungan yang penting untuk mencegah kehilangan panas
atau bertambahnya panas badan secara berlebihan.
b. Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang di bedakan atas cahaya
matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya
(penerangan buatan). Kesemua macam penerangan ini harus di atur sedemikian
rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak sampai menimbulkan rasa silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara
segar dapat terpelihara.
d. Rumah tersebut harus mampu melindungi penghuninya dari gangguan bising
yang berlebihan.(4)
Secara umum rumah dapat di katakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :(12)
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebsingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit agar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
viktor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
atahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, di samping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar atau dalam rumah antara lain persyaratan garis sepadan jalan,
konstruksi yang tidak roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Sekalipun syarat-syarat di atas adalah syarat yang wajib di penuhi untuk suatu
rumah yang sehat, namun dalam kehidupan sehari-hari, tidaklah mudah mengukur
atau menetapkan apakah suatu rumah adalah rumah yang sehat atau tidak. Karena
dari beberapa syarat di atas sifatnya amat relatif, terutama syarat kejiwaan. Oleh
karena itu America Public Health Association telah menetapan sehat atau tidaknya
suatu rumah. Disesuakan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia, maka pedoman
tersebut antara lain :(4)
1. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik atau tidak, jika air yang tersedia
tidak memenuhi syarat kesehatan maka rumah tersebut tidak sehat.
2. Fasilitas untuk mandi. Jika fasilitas ini baik maka rumah tersebut di nilai baik.
3. Sistem pembuangan air bekas. Jika sistem pembuangan air tidak memenuhi
syarat kesehatan, maka rumah tersebut termasuk katagori rumah yang tidak
sehat.
4. Fasilitas pembuangan tinja. Jika rumah tidak tersedia kakus, atau kakus tersebut
tidak sehat, maka rumah di nilai tidak sehat.
5. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam suatu ruangan (kamar). Ukuran
yang di anggap sehat ialah sekurang-kurangnya tersedia 1,2 meter persegi
ruangan untuk satu orang.
6. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara (ventilasi). Rumah yang tidak
mempunyai jendela serta penerangan yang cukup adalah rumah yang tidak sehat.
Faktor-faktor risiko lingkungan pada bangunan rumah yang dapat
mempengaruhi kejadian penyakit, khususnya penyakit TB paru terutama pada
kelompok komponen rumahnya, meliputi :(12)
a. Lantai
Lantai yang baik adalah kedap air dan tidak menimbulkan debu.
b. Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
Dianjurkan jika membuat jendela sekurang-kurangnya seluas 15 sampai dengan
20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan. Jika ruangan tidak begitu besar,
cukup di bangun jendela pada satu sisi saja, tetapi jika ruangan tersebut besar,
jendela harus di buat di kedua sisi.(10)
c. Jendela kamar tidur
Keberadaannya sangat penting agar kamar tidak lembab, basah, pengap dan
berbau tidak sedap.(14)
d. Ventilasi
Tidak tersedianya ventilasi yang baik pada suatu ruangan, makin membahayakan
kesehatan dan atau kehidupan, jika kebetulan dalam ruangan tersebut terjadi pula
pencemaran oleh bakteri (misalnya oleh penderita TBC). Adanya bakteri di udara,
biasanya di sebabkan karena adanya debu, uap air dan lain sebagainya yang
melayang dan kebetulan mengandung kuman. Menurut Winslow, setip gram debu
jalanan mengandung kira-kira 50 juta bakteri, sedangkan debu yang terdapat di
dalam ruangan biasanya di perkirakan mengandung 5 juta bakteri per gram.
Jumlah bakteri dalam udara akan bertambah jika kebetulan di ruanga tersebut
terdapat sumbernya, misalnya penderita TBC. Oleh karena itu, untuk
mengendalikan mikroorganisme, debu dan partikel lain sera agar udara dalam
ruangan selalu segar, maka ruangan tersebut harus mempunyai sistem ventilasi
yang baik. Luas ventilasi permanen minimal 10% dari luas lantai.(12)
e. Pencahayaan
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup. Karena
suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya kecuali dapat
menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat mendatangkan penyakit.
Cahaya perperan sebagai germicit dan atau penyembuhan penyakit karena cahaya
merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik, dan karena itu mempunyai
energi.
Sekalipun yang sering di pergunakan untuk membunuh bakteri ataupun
penyembuhan penyakit adalah cahaya dengan gelombang di bawah 4000 A
seperti sinar X serta sinar ultra violet, bukan berarti sinar yang tampak oleh mata
seperti sinar matahari misalnya tidak mempunyai efek membunuh. Telah dapat di
buktikan bahwa banyak jenis parasit dapat di matikan jika parasit tersebut
mendapat sinar matahari secara langsung, seperti misalnya kuman TBC.
Selanjutnya telah pula di ketahui bahwa efek mematikan dari cahaya terhadap
suatu jasad renik, di tetukan pula oleh warna cahaya yang di pancarkan. Dari
suatu hasil penelitian dengan melewakan cahaya matahari pada pelbagai warna
kaca terhadap kuman TBC dapat di matikan dalam kurun waktu 45 menit. Tetapi
jika warna merah atau warna biru yang di gunakan, waktu yang di pergunakan
untuk mematikan kuman TBC lebih cepat, yakni antara 20 sampai dengan 30
menit pada cahaya merah dan antara 10 sampai dengan 20 menit pada cahaya
biru. Sedangkan jika mempergunakan cahaya matahari langsung, kuman TBC di
matikan dalam waktu 5 sampai 10 menit.
Demikianlah agar suatu rumah atau ruangan mempunyai sistem cahaya yanga
baik (untuk kepentingan penerangan ataupun untuk membunuh berbagai macam
bakteri), maka haruslah di usahakan agar suatu ruangan mempunyai jalan masuk
cahaya yang cukup. Selain membuat jendela sekurang-kurangnya seluas 15
sampai dengan 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan, pemasangan
genting kaca pada setiap ruangan juga sangat di perlukan.(10)
C. Perilaku kesehatan
1. Konsep perilaku kesehatan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu mempunyai perilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-
masing sehingga yang di maksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan
bahwa yang di maksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat di amati langsung, maupun yang tidak dapat di amati
oleh pihak luar.(15)
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman
serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3
kelompok.(15)
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :(15)
a. Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
Kesehatan itu sangat dinakis dan relatif, maka dari itu orang yang
sehatpun perlu di upayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman
Makanan dan minuman dapat di pelihara dan meningkatkan kesehatan
seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan
dan minuman.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem dan fasilitas pelayanan
kesehatan atau sering disebut perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri
(selftreatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.(15)
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana
seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatan sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya bagaimana
pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan
limbah, dan sebagainya.(15)
2. Domain perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan
respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat di bedakan menjadi 2, yaitu :(15)
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasa,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Beberapa teori lain yang telah di coba untuk mengungkap determinan
perilaku dari analisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence green
(1980), Snehandu B kar (1983), dan WHO (1984).(15)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesahatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3
faktor.(15)
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tida tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,
dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan
kelompok referensi oleh perilaku masyarakat.
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini di modifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Perilaku di dasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan.(15)
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan,
termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek,
proses selanjutnyaa akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga
sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni :(15)
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapatan seseorang terhadap : gejala
atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,
cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapatan seseorang terhadap cara-cara
pemelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan
lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga,
relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi
kesehatannya.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
3. Praktek atau tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang di ketahui, proses
selanjutnya di harapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa
yang di ketahui atau di sikapinya (di nilai baik). Inilaah yang di sebut praktek
(practice) kesehatan, atau dapat juga di katakana prilaku kesehatan (overt
behavior).(15)
D. Kerangka Teori
Faktor karakter penderita : - Pendapatan - Pendidikan
Kondisi rumah - Jenis lantai - Pencahayaan - Ventilasi - Kepadatan
hunian
Pengetahuan, sikap, praktek
pencegahan TBC paru BTA positif
Kejadian TBC paru BTA
positif
Daya tahan tubuh
Sumber penularan Status gizi
Sumber : Modifikasi dari berbagai sumber (H.L. Blum, L. Green, Winarto)
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
1. Pengetahuan, sikap, praktek pencegahan TBC
2. Kondisi rumah 3. Faktor karakter :
- Pendapatan - Pendidikan
Kejadian TB Paru. BTA positif
F. Hipotesa
1. Ada hubungan antara jenis lantai pada penderita TBC paru BTA positif
2. Ada hubungan antara luas ventilasi pada penderita TBC paru BTA positif
3. Ada hubungan antara intensitas pencahayaan pada penderita TBC paru BTA
positif
4. Ada hubungan antara kepadatan hunian pada penderita TBC paru BTA positif
5. Ada hubungan antara pendapatan pada penderita TBC paru BTA positif
6. Ada hubungan antara pendidikan pada penderita TBC paru BTA positif
7. Ada hubungan antara pengetahuan pencegahan TBC pada penderita TBC paru
BTA positif
8. Ada hubungan antara sikap pencegahan TBC pada penderita TBC paru BTA
positif
9. Ada hubungan antara praktek pencegahan TBC pada penderita TBC paru BTA
positif