Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pilot Study dilakukan selama kurang lebih 1 bulan pada periode september
2003 sampai oktober 2003 dengan melakukan wawancara pada pihak-pihak yang
bertanggung jawab terhadap masalah keselamatan kerja, diantaranya adalah safety
manager, safety officer, serta beberapa staff safety lainnya, selain itu juga
dilakukan penyebaran pada responden dalam jumlah kecil, kurang lebih sepuluh
orang.Perubahan yang dilakukan adalah memberi keterangan lebih jelas pada
skala yang dipakai serta menyederhanakan kalimat yang digunakan pada
kuesioner (Lampiran 1).
Pada bagian B, keterangan pada skala 1-6 adalah sebagai berikut:
1. = Sangat tidak setuju
2. = Tidak setuju
3. = Agak tidak setuju
4. = Agak setuju
5. = Setuju
6. = Sangat setuju
Pada bagian C, keterangan pada skala 1-6 adalah sebagai berikut:
1. = Tidak Pernah, 0%
2. = 1 – 20%
3. = 21 – 40%
4. = 41 – 60%
5. = 61 – 80%
6. = Sering, 81 – 100 %
Penyebaran kuesioner dilakukan selama kurang lebih dua bulan pada
periode oktober sampai desember 2004. Responden yang mengisi kuesioner
sebanyak 207 orang. Kendala yang dihadapi peneliti adalah kendala waktu
penyebaran yang hanya bisa dilakukan pada jam istirahat, kendala cuaca hujan
serta kendala bahasa. Peneliti menyebarkan kuesioner dengan membimbing setiap
responden dalam menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang ada pada kuesioner. 34
Universitas Kristen Petra
Universitas Kristen Petra
35
4.2 Gambaran Umum Proyek
Proyek yang diteliti adalah proyek mall, proyek gedung perkantoran dan
proyek klinik. Setiap proyek emmpunyai budaya keselamatan kerja yang berbeda
ditinjau dari perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. Proyek
mall dikerjakan oleh kontraktor A, sedangkan proyek gedung perkantoran dan
proyek klinik dikerjakan oleh kontraktor yang sama, kontraktor B.
Pada saat penyebaran kuesioner, pekerjaan pada ketiga proyek tersebut
mencapai tahap pekerjaan beton bertulang (Plat lantai, balok dan kolom
struktural) lantai ke 3 untuk proyek gedung perkantoran, lantai 7 untuk proyek
mall dan lantai 2 untuk proyek klinik, pekerjaan pasangan bata pada lantai
sebelumnya, serta pekerjaan plesteran dan acian, bahkan pada proyek mall pada
lantai dasar sudah memasuki tahap pengecatan. Secara umum pekerja yang
terlibat adalah pembantu tukang, tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang
finishing, tukang cor dan mandor.
4.3 Gambaran Umum Responden
Responden yang mengisi kuesioner sebanyak 207 orang. Semua responden
berjenis kelamin laki-laki. Usia Responden berkisar antara 30-35 th (45.4 %) dan
35-40 th (35.3 %) sisanya diantara 20-30 th dan diatas 40 th (Gambar 4.1).
20-25 th
45.4%
35.3%
13.0%5.8%0.5%> 40 th 25-30 th
35-40 th 30-35 th
Gambar 4.1. Prosentase Distribusi Usia Pekerja
Universitas Kristen Petra
36
Sebagian besar responden mengikuti pendidikan sampai jenjang SD (81.2
%), bahkan ada yang tidak sekolah (Gambar 4.2.)
Pendidikan
17.4%
81.2%
1.4%
Tidak Sekolah
SMP SD
Gambar 4.2. Prosentase Distribusi Pendidikan Pekerja
Responden yang mengisi kuesioner adalah pembantu tukang, tukang batu,
tukang kayu, tukang besi, tukang finishing, tukang cor dan mandor. Komposisi
responden dapat dilihat pada Gambar 4.3.
22.7%
19.3%
17.9%23.2%
10.1%2.4% 4.3%
Tukang Cor
Mandor Pembantu
Tukang Tukang Finishing
Tukang
Batu Tukang
Besi Tukang Kayu
Gambar 4.3. Prosentase Distribusi Jenis Pekerja
Pekerja yang bekerja pada proyek konstruksi sebagian besar adalah
pekerja borongan atau pekerja musiman, bekerja hanya pada periode dan jenis
pekerjaan tertentu. Dapat dilihat pada Gambar 4.4 pekerja pada proyek konstruksi
sebagian besar bekerja pada proyek antara 1 sampai 6 bulan, pekerja yang bekerja
antara 6 sampai 12 bulan adalah pekerja yang terlibat mulai tahap awal, seperti
tukang besi dan tukang kayu. Pada Gambar 4.5 juga membuktikan keberadaan
pekerja musiman, terlihat dari lama pekerja tersebut bekerja pada perusahaan.
37
22.2%
0.5%
76.8%
0.5%< 1 Bulan > 12 Bulan
6 – 12 Bulan
1 – 6 Bulan
Gambar 4.4. Distribusi Lama Bekerja Pada Proyek
2
n 6 – 12 Bulan
Gambar 4.5 Distri
Data jumlah responden
dilihat pada Tabel 4.1 dan Gam
semua proyek adalah pembantu
Tabel 4.1. Distribusi Resp Proyek
Pemb Tkg
Tkg Batu
Mall 20 27Kantor 16 7Klinik 4 3Total 40 37
1 – 5 Tahu
74.8%
1.3%
3.4% 0.5% > 5 Tahun
< 6 Bulan
busi Lama Bekerja Pada Perusahaan
untuk tiap jenis pekerjaan pada tiap proyek dapat
bar 4.6. Responden yang mengisi kuesioner pada
tukang, tukang batu, tukang kayu dan tukang besi.
Jumlah Responden Pada Tiap Proyek Tkg
Kayu Tkg Besi
Tkg Finish
Tkg Cor Mandor Total
23 14 17 5 5 11120 19 0 0 4 66
4 15 4 0 0 3047 48 21 5 9 207
Universitas Kristen Petra
38
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Mall
Gedung Perkantoran
Klinik
Pembantu Tukang Tukang Batu Tukang Kayu Tukang Besi
Tukang Finishing Tukang Cor Mandor
Gambar 4.6. Prosentase Jumlah Responden Pada Tiap Proyek
4.4 Anova Berdasarkan Jenis Proyek
Anova dibedakan berdasarkan jenis proyek yaitu mall, gedung perkantoran
dan klinik. Langkah pertama dengan melihat nilai rata-rata (mean) jawaban
responden pada tiap proyek (Lampiran 2), kedua dengan melihat besarnya nilai p-
value yang menyatakan ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada
jawaban variabel – variabel yang ditanyakan terhadap jenis proyek (Lampiran 3).
Nilai p-value ≤ 0.05, menyatakan bahwa perbedaan jawaban variabel-variabel
yang ditanyakan pada ketiga jenis proyek signifikan. Tidak signifikan berarti nilai
p-value > 0.05, menyatakan tidak ada perbedaan jawaban variabel-variabel yang
ditanyakan pada ketiga jenis proyek.
4.4.1 Anova Faktor Komitmen Top Manajemen (B1)
Pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.7. dapat dilihat bahwa secara umum rata-
rata jawaban responden pada faktor komitmen top manajemen menyatakan bahwa
pihak manajemen menunjukkan komitmen pada masalah keselamatan kerja,
diutamakan pada masalah perlengkapan keselamatan kerja (B15).
Berdasarkan jawaban responden juga dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap semua variabel faktor B1 pada ketiga jenis
proyek. Secara umum pekerja pada proyek mall memberikan nilai rata-rata yang
lebih tinggi, hal ini secara eksplisit juga menunjukkan bahwa komitmen pihak
manajemen lebih dapat dirasakan oleh pekerja pada proyek mall.
Universitas Kristen Petra
39
Tabel 4.2. Nilai Rata-rata dan p-value Faktor Komitmen Top Manajemen (B1)
Mean Mall Kantor Klinik
p-value Keterangan
B11 4.97 3.88 4.03 0.000 Signifikan B12 4.57 4.26 3.73 0.000 Signifikan B13 3.79 2.45 2.20 0.000 Signifikan B14 4.81 4.41 4.47 0.026 Signifikan B15 5.59 3.53 5.37 0.000 Signifikan B16 2.29 1.27 1.83 0.000 Signifikan
Perusahaan sangat memperhatikan masalahkeselamatan kerja (B11)
Perusahaan akan memberhentikanpekerjaan yang membahayakan (B12)
Ada usaha peningkatan kinerja keselamatankerja pada periode tertentu (B13)
Ada pengawasan terhadap keselamatankerja pekerja (B14)
Perusahaan memberikan perlengkapankeselamatan kerja (B15)
Perusahaan memberikan pelatihankeselamatan kerja (B16)
1 2 3 4 5 6
Mall Kantor Klinik
Gambar 4.7. Nilai Rata-Rata Faktor Komitmen Top Manajemen (B1)
Pekerja pada proyek mall merasa pihak manajemen lebih memperhatikan
masalah keselamatan kerja (B11), ditinjau dari pengawasan terhadap pekerja (B14)
dan perlengkapan kerja yang disediakan (B15). Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan di lapangan, pada proyek mall seluruh pekerja dilengkapi dengan
helm dan sepatu (Gambar 4.8) , dimana helm dan sepatu menjadi tanggung jawab
pekerja untuk menjaga dan menyimpan dengan baik, pekerja juga diselengkapi
dengan lift yang dilengkapi dengan pagar pengaman (Gambar 4.9). Proyek mall
juga membuktikan komitmennya dalam menjalankan peraturan bahwa setiap
orang yang masuk atau keluar tempat kerja diwajibkan menggunakan helm dan Universitas Kristen Petra
40
sepatu (Gambar 4.10 dan 4.11). Bila tidak menggunakan helm dan sepatu, pekerja
tidak diperbolehkan masuk atau keluar tempat kerja.
Gambar 4.8. Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proyek Mall
Gambar 4.9. Lift Dengan Pagar Pengaman Pada Proyek Mall
Universitas Kristen Petra
41
Gambar 4.10. Petugas Memeriksa Pekerja di Pintu Masuk Pada Proyek Mall
Gambar 4.11. Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proyek Mall
Universitas Kristen Petra
42
4.4.2 Anova Faktor Peraturan Dan Prosedur Keselamatan Kerja (B2)
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa ada dua variabel yang berbeda secara
signifikan, antara lain peraturan atau prosedur keselamatan kerja sangat
diperlukan (B21), prosedur keselamatan kerja mudah diterapkan pada pekerjaan
saya (B22), serta peraturan dan prosedur keselamatan kerja mudah dimengerti
(B25). Jawaban yang signifikan adalah adanya sanksi terhadap pelanggaran
peraturan atau prosedur keselamatan kerja.
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja (B2)
Mean
Mall Kantor Klinik p-value Keterangan
B21 3.18 3.36 3.07 0.513 Tidak Signifikan B22 4.30 4.18 4.67 0.190 Tidak Signifikan B23 4.11 3.30 3.70 0.001 Signifikan B24 3.69 2.11 2.73 0.000 Signifikan B25 4.86 4.61 4.67 0.105 Tidak Signifikan
Berdasarkan hasil wawancara, perbedaan yang tidak signifikan ini dapat
disebabkan oleh perbedaan pandangan, keahlian, pengalaman dan kesadaran
masing-masing pekerja. Jawaban para pekerja pada proyek yang sama masih
banyak bervariasi, ada yang menganggap peraturan mudah dimengerti, ada yang
menganggap sulit dimengerti, ada yang menganggap peraturan/ prosedur penting,
dan ada yang menganggap tidak penting, sehingga jenis proyek tidak memberikan
pengaruh yang signifikan (Gambar 4.12).
Secara umum pada faktor B2 dapat diketahui bahwa pekerja dapat
mengerti peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan oleh pihak
manajemen (B25). Terlihat dari sosialisasi peraturan dan prosedur yang sebagian
besar berwujud Gambar (Gambar 4.13) agar mudah dimengerti (B25), mudah
terlihat (Gambar 4.14 dan 4.15), selain itu juga didukung pemasangan rambu-
rambu, peringatan-peringatan, tanda bahaya (Gambar 4.16 dan 4.17). Pada proyek
mall ditetapkan sanksi secara tegas (B23) pada pekerja apabila pengawas
menemukan pekerja yang tidak menggunakan helm dan sepatu (Gambar 4.18).
Sanksi berupa memo peringatan yang akan diberikan pada mandor untuk
dilakukan pemotongan gaji pada pekerja yang melanggar.
Universitas Kristen Petra
43
Peraturan dan prosedur keselamatan kerja mudah dimengerti (B25) Peraturan dan prosedur keselamatan kerja diperbaiki secara berkala (B24) Ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur
keselamatan kerja (B23) Prosedur keselamatan kerja mudah diterapkan pada pekerjaan saya (B22) Peraturan/ prosedur keselamatan sangat diperlukan (B21)
KlinikKantorMall
63 4 521
Gambar 4.12. Nilai Rata-Rata Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja (B2)
Gambar 4.13. Peraturan Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
44
Gambar 4.14. Prosedur Keselamatan Kerja
Gambar 4.15. Penempatan Peraturan dan Prosedur
Universitas Kristen Petra
45
Gambar 4.16. Himbauan
Gambar 4.17. Tanda Bahaya
Gambar 4.18. Sanksi Terhadap Pelanggaran Peraturan
Universitas Kristen Petra
46
4.4.3 Anova Faktor Komunikasi (B3)
Pada faktor komunikasi terdapat dua variabel yang tidak signifikan
terhadap jenis proyek (Tabel 4.4), yaitu terjalin komunikasi yang baik antara
pekerja dan pihak manajerial (B33) serta pekerja mendapat informasi mengenai
kecelakaan yang terjadi. Perbedaan yang tidak signifikan ini dapat disebabkan
oleh karena pekerja sangat jarang bertemu dengan pihak manajerial, apalagi
berkomunikasi, bila ingin menyatakan pendapat pekerja mengutarakan melalui
mandor. Pekerja juga sangat jarang mendapatkan informasi mengenai kecelakaan
yang terjadi, hal ini disebabkan dalam satu proyek terdapat banyak kelompok
pekerja yang dikepalai oleh beberapa mandor-mandor, bila kecelakaan terjadi
pada satu kelompok mandor, kelompok yang lain belum tentui mngetahui atau
mendapat informasi karena lokasi pekerjaan yang tidak saling berdekatan.
Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Komunikasi (B3)
Mean Mall Kantor Klinik
p-value Keterangan
B31 4.79 4.42 4.33 0.000 Signifikan B32 3.11 1.74 3.00 0.000 Signifikan B33 3.05 3.11 3.00 0.864 Tidak Signifikan B34 3.67 3.24 3.33 0.014 Signifikan B35 3.05 3.18 2.67 0.115 Tidak Signifikan
Ada satu variabel faktor komunikasi, pekerja puas dengan penyampaian
informasi pekerjaan (B31), yang memiliki nilai rata-rata cukup tinggi dan terdapat
perbedaan yang signifikan pada jenis proyek. Berdasarkan pengamatan pada
proyek, setiap pekerja saat pertama kali bekerja mendapatkan pengarahan tentang
pekerjaan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, serta masalah keselamatan
kerja dari mandor atau dari pihak manajemen.
Secara umum pada ketiga proyek yang diteliti nilai rata-rata faktor
komunikasi berada pada nilai 3 dan 4 (Gambar 4.19), hal ini menggambarkan
pihak pekerja kurang puas dengan komunikasi dengan pihak manajemen. Pada
Gambar 4.19. terlihat bahwa pekerja hanya mendapat informasi tentang pekerjaan
saja, informasi tentang masalah keselamatan kerja kurang diberikan pada pekerja,
terutama informasi terbaru mengenai keselamatan kerja (B32). Hal ini disebabkan
Universitas Kristen Petra
47
karena pekerja melakukan pekerjaannya secara berkelompok, sesuai dengan
lingkup pekerjaan saja, sehingga informasi terbaru mengenai keselamatan kerja
(B32) maupun informasi mengenai kecelakaan yang terjadi (B35) hanya tersebar
secara setempat dimana pihak manajemen berada untuk menyampaikan informasi
terbaru maupun dimana kecelakaan tersebut terjadi.
Saya puas dengan penyampaian informasipekerjaan kepada saya (B31)
Saya selalu mendapat informasi terbarumengenai keselamatan kerja (B32)
Terjalin komunikasi yang baik antara pekerjadan pihak manajerial (B33)
Terjalin komunikasi yang baik antarapergantian pekerja (B34)
Saya mendapat Informasi mengenaikecelakaan yang terjadi (B35)
KlinikKantorMall
1 2 3 4 5 6
Gambar 4.19. Nilai Rata-Rata Faktor Komunikasi (B3)
4.4.4 Anova Faktor Kompetensi (B4)
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat perbedaan yang signifikan terhadap semua
variabel faktor kompetensi (B4) pada jenis proyek. Nilai terendah terdapat pada
masalah pandangan pekerja terhadap pelatihan keselamatan kerja yang diperoleh
(B43).
Salah satu variabel kompetensi pekerja adalah diniliai dari pelatihan
keselamatan kerja yang diperoleh, tetapi sebagian besar pekerja belum pernah
mendapatkan pelatihan keselamatan kerja, hanya mendapatkan pengarahan
keselamatan kerja, terutama pada proyek gedung perkantoran, sehingga pekerja
tidak merasa pelatihan keselamatan kerja dapat meningkatkan kompetensinya..
Universitas Kristen Petra
48
Tabel 4.5. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Kompetensi (B4)
Mean Mall Kantor Klinik
p-value Keterangan
B41 5.05 4.45 4.33 0.000 Signifikan B42 4.93 3.61 4.17 0.000 Signifikan B43 3.19 1.53 3.67 0.000 Signifikan B44 4.96 4.39 3.40 0.000 Signifikan B45 4.43 3.58 3.67 0.000 Signifikan
Pada Gambar 4.20 terlihat bahwa proyek mall memiliki pekerja yang lebih
kompeten terhadap pekerjaan ditinjau dari nilai rata-rata jawaban pekerja.
Kompetensi pekerja berhubungan dengan pengertian dan keahlian pekerja. Pada
proyek mall sebagian besar pekerja mengerti dengan tanggung jawab tehadap
keselamatan kerja (B41) dan terhadap pekerjaan (B44), resiko pekerjaan (B42), serta
pandangan terhadap pekerjaan yang membahayakan (B45). Pengamatan di
lapangan menunjukkan adanya hubungan dengan informasi yang diberikan pihak
manajemen serta detail prosedur keselamatan kerja yang diberikan, yang
seharusnya dilakukan oleh pekerja. Contohnya prosedur pemasangan dan
pelepasan bekisting serta perancah, prosedur penggunaan sabuk pengaman, dan
lain sebagainya.
KlinikKantorMall
653 421
Saya menolak untuk melakukan pekerjaanyang membahayakan. (B45)Saya tidak pernah melakukan pekerjaandiluar tanggung jawab saya (B44)Pelatihan memberikan saya pengetian yangjelas terhadap keselamatan kerja. (B43)Saya mengerti sepenuhnya resiko pekerjaansaya (B42)Saya mengerti tanggung jawab saya terhadapkeselamatan kerja (B41)
Gambar 4.20. Nilai Rata-Rata Faktor Kompetensi (B4)
Universitas Kristen Petra
49
4.4.5 Anova Faktor Lingkungan Kerja (B5)
Pada faktor lingkungan kerja (B5) pekerja cenderung ragu-ragu dalam
menilai lingkungan kerjanya (Tabel 4.6), hal ini terlihat dari jawaban rata-rata
responden yang berkisar antara nilai 3 (agak tidak setuju) dan 4 (agak setuju).
Contohnya variabel pekerja mengutamakan keselamatan kerja (B51), pekerja
menilai bahwa ada pekerja yang mengutamakan keselamatan kerja dan ada
pekerja yang kurang mengutamakan keselamatan kerja, pemantauan yang paling
mudah terlihat dari intensitas pekerja tersebut dalam menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja, seringkali pekerja melepas perlengkapan keselamatan dengan
alasan kurang nyaman, panas, dan sebagainya. Secara keseluruhan terdapat
perbedaan yang signifikan pada faktor B5 pada ketiga jenis proyek.
Tabel 4.6. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Lingkungan Kerja (B5)
Mean Mall Kantor Klinik
p-value Keterangan
B51 4.45 3.79 4.00 0.000 Signifikan B52 2.55 1.39 3.33 0.000 Signifikan B53 2.62 1.86 3.67 0.000 Signifikan B54 4.42 3.11 4.33 0.000 Signifikan B55 3.95 4.23 2.93 0.000 Signifikan B56 3.46 1.88 3.17 0.000 Signifikan
Pada Gambar 4.21 terlihat bahwa pekerja pada proyek klinik merasa
bahwa lingkungan kerjanya kurang sesuai dengan harapan pekerja, seperti
masalah keamanan lingkungan kerja (B55) dan pekerja merasa pekerjaannya
memang sedikit membosankan dan berulang-ulang (B53), tetapi hal itu sudah
menjadi tanggung jawab dan mata pencaharian pekerja, sehingga pekerja harus
melakukan pekerjaannya.
Pada Gambar 4.21 dapat dilihat pada proyek gedung perkantoran pekeja
merasa bahwa motivasi tidak meningkat dengan adanya program keselamatan
kerja. Berdasarkan pengamatan di lapangan pekerja pada gedung perkantoran
tidak semuanya dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja, dan pekerja
belum pernah mengetahui adanya kecelakaan kerja , sehingga pekerja merasa
program keselamatan kerja tidak meningkatkan motivasi bekerja, bahkan merasa
program keselamatan kerja mengganggu pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. Universitas Kristen Petra
50
Hal ini berbeda dengan proyek klinik dan mall, meskipun pekerja merasa bahwa
program keselamatan kerja sedikit mengganggu, pekerja menyadari pentingnya
program keselamatan kerja, sehingga pekerja merasa aman dan tenang dalam
bekerja dan motivasinya sedikit betambah.
KlinikKantorMall
654321
Saya tidak mendapatkan tekanan padapekerjaan (B56)Saya puas dengan keamanan lingkungankerja saya (B55)Motivasi kerja pekerja meningkat karenaprogram keselamatan kerja (B54)Saya tidak merasa pekerjaan sayamembosankan dan berulang-ulang (B53)Tidak ada budaya saling menyalahkan bilaterjadi kecelakaan. (B52) Pekerja mengutamakan keselamatan kerja(B51)
Gambar 4.21. Nilai Rata-Rata Faktor Faktor Lingkungan Kerja (B5)
4.4.6 Anova Faktor Keterlibatan Pekerja (B6)
Pada faktor keterlibatan pekerja (B6) meskipun secara keseluruhan
terdapat perbedaan signifikan pada ketiga jenis proyek (Tabel 4.7), tetapi pekerja
juga cenderung ragu-ragu dalam menilai keterlibatan pekerja pada masalah
keselamatan kerja (Gambar 4.22). Pekerja ragu-ragu dalam menjawab karena
pekerja mengetahui bahwa ada beberapa pekerja yang dilibatkan dalam masalah
keselamatan kerja, tetapi tidak semuanya dilibatkan. Secara umum dapat diketahui
bahwa pihak perusahaan kurang melibatkan pekerja dalam masalah keselamatan
kerja, contohnya dalam penyampaian informasi, pengembangan prosedur
keselamatan kerja, serta masukan dari pekerja tentang kecelakaan yang terjadi
maupun bahaya yang ada. Pihak manajemen berpendapat bahwa untuk masalah
keterlibatan pekerja, pihak manajemen cukup berkomunikasi dengan mandor,
sedangkan mandor bertugas untuk melibatkan pekerja. Hal ini menjadi dilema
Universitas Kristen Petra
51
bagi mandor karena mandor dikejar oleh progress pekerjaan, padahal untuk
melibatkan pekerja diperlukan waktu dan biaya tambahan.
Tabel 4.7. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Keterlibatan Pekerja (B6)
Mean Mall Kantor Klinik
p-value Keterangan
B61 3.48 3.70 3.00 0.028 Signifikan B62 2.87 2.68 2.67 0.393 Signifikan B63 4.22 4.74 4.00 0.001 Signifikan B64 3.85 2.79 4.67 0.000 Signifikan
KlinikKantorMall
64 52 31
Pekerja diminta mengingatkan pekerja laintentang bahaya dan keselamatan kerja (B64)
Pekerja diminta melaporkan kecelakaanyang terjadi (B63)
Pekerja dilibatkan dalam pengembanganprosedur keselamatan kerja (B62)
Pihak manajemen melibatkan pekerja dalampenyampaian informasi (B61)
Gambar 4.22. Nilai Rata-Rata Faktor Keterlibatan Pekerja (B6)
4.4.7 Anova Faktor Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja (C)
Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap variabel
variabel perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja pada ketiga jenis proyek
(Tabel 4.8). Secara umum dari ketiga proyek mall, gedung perkantoran dan klinik
nilai rata-rata jawaban pekerja memberikan hasil yang kurang memuaskan
(Gambar 4.23).
Pekerja jarang melaporkan kecelakaan yang terjadi (C1), kecuali
kecelakaan yang sangat fatal. Pekerja merasa luka yang dialami bukan suatu hal
yang serius dan sudah merupakan hal yang biasa, mudah diobati. Pekerja sangat
jarang mengingatkan pekerja lain tentang bahaya dan keselamatan kerja (C2),
Universitas Kristen Petra
52
karena mereka konsentrasi pada pekerjaan masing-masing, mengingatkan orang
lain belum tentu dianggap dan memperlambat pekerjaan pekerja tersebut.
Pekerja sering melepas atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja (C3), dengan alasan mengganggu, misal waktu menaiki perancah, mengecat,
bekerja pada tempat yang kurang terang, panas, merasa aman dan sebagainya
(Gambar 4.24, 4.25, 4.26).
Pekerja cukup sering tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja (C5), hal
ini berhubungan dengan pertanyaan B21 (Peraturan atau prosedur sangat
diperlukan), pekerja merasa peraturan prosedur tidak diperlukan pada saat
keadaan tidak berbahaya, dan mengikuti prosedur akan memperlambat pekerjaan.
Pekerja cukup sering bergurau dengan rekan kerja (C7) dan cukup sering
melakukan gerakan berbahaya (C8) seperti melempar, berlari, melompat, hal ini
cukup sering dilakukan untuk mempercepat pekerjaan, contoh pada pekerjaan
pembesian, melempar kawat bindrat.
Tetapi sebagian besar pekerja menjaga kebersihan dengan cukup baik,
terlihat pada pengamatan di lapangan dan pada jawaban responden yang cukup
jarang meletakkan material pada sembarang tempat (C4). Berdasarkan pengamatan
di lapangan ketiga proyek mall, gedung perkantoran, dan klinik memang
menekankan masalah kebersihan dan menegur mandor yang bersangkutan bila
tidak menjaga kebersihan tempat kerjanya.
Tabel 4.8. Nilai Rata-Rata dan p-value Faktor Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja (C)
Mean
Mall Kantor Klinik p-value Keterangan
C1 2.77 3.68 2.00 0.000 Signifikan C2 2.27 2.03 1.33 0.000 Signifikan C3 4.63 3.38 4.63 0.000 Signifikan C4 1.50 1.33 1.73 0.001 Signifikan C5 4.47 2.52 4.53 0.000 Signifikan C6 1.69 2.20 1.43 0.000 Signifikan C7 1.94 1.64 2.63 0.000 Signifikan C8 1.96 1.38 2.50 0.000 Signifikan
Universitas Kristen Petra
53
KlinikKantorMall
5 6431 2
Saya sering melakukan gerakan berbahayaseperti berlari, melempar, melompat. (C8)Saya bergurau dengan rekan kerja sayawaktu bekerja (C7)Saya mengikuti semua instruksi dari atasansaya (C6)Saya bekerja mengikuti semua prosedurkeselamatan kerja (C5) Saya meletakkan material dan peralatanpada tempat yang ditentukan (C4)Saya menggunakan perlengkapankeselamatan kerja (C3) Saya mengingatkan pekerja lain tentangbahaya dan keselamatan kerja (C2)Saya melaporkan kecelakaan yang terjadi(C1)
Gambar 4.23. Nilai Rata-rata Faktor Perilaku Pekerja Terhadap
Keselamatan Kerja (C)
Gambar 4.24. Pekerja Tidak Menggunakan Helm
Universitas Kristen Petra
54
Gambar 4.25. Helm Tidak Dipakai
Gambar 4.26. Pekerja Tidak Menggunakan Perlengkapan Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
55
4.5 Uji Validitas Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja Dan Perilaku
Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja.
Uji validitas tidak dibedakan berdasar jenis proyek, melainkan secara
keseluruhan dari jawaban responden pada ketiga proyek untuk menguji validitas
tiap-tiap variabel. Langkah Pertama dilakukan permodelan untuk menggambarkan
hubungan variabel terhadap faktor, kedua dilakukan uji validitas pada masing-
masing faktor budaya keselamatan kerja dan faktor perilaku pekerja. Hasil uji
validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.5.1 Permodelan Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja Dan Faktor
Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja.
Dalam melakukan analisa dengan program Amos 4.01 peneliti melakukan
permodelan untuk menganalisa hubungan atau pengaruh yang terjadi pada setiap
faktor budaya keselamatan kerja dan perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja.
Model yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 4.27 sampai dengan Gambar 4.33.
Gambar 4.27. Permodelan Faktor Komitmen Top Manajemen
Komitmen
B11 B12
B14 B15
B16
Peraturan B24
B22 B23
B25
B21
B13
Gambar 4.28. Permodelan Faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
56
B31 B32 B33
KomunikasiB34 B35
Gambar 4.29. Permodelan Faktor Komunikasi
B45
B41 B43B42
B44 Kompetensi
Gambar 4.30. Permodelan Faktor Kompetensi Pekerja
B56
B53
B55B54
B52B51
Lingkungan
Gambar 4.31. Permodelan Faktor Lingkungan Kerja
B61
B63
B62
B64
Keterlibatan
Gambar 4.32. Permodelan Faktor Keterlibatan Pekerja
C8C6 C7
C3
C5C4
C2C1
Perilaku
Gambar 4.33. Permodelan Faktor Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja
Universitas Kristen Petra
57
4.5.2 Uji Validitas Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja
Besarnya pengaruh (Regression weight) pada Tabel 4.9 bervariasi pada
tiap variabel yang diuji. Pengaruh yang dianggap kuat adalah dengan nilai
regression weight > 0.7. Semua variabel dinyatakan memenuhi uji validitas dan
memberikan pengaruh yang signifikan (p-value < 0.05) pada tiap-tiap faktor
budaya keselamatan kerja , komitmen top manajemen, peraturan dan prosedur
keselamatan kerja, komunikasi, kompetensi pekerja, keterlibatan pekerja, dan
lingkungan kerja sesuai dengan model yang dibuat pada Gambar 4.27 sampai
dengan Gambar 4.32.
Tabel 4.9. p-value dan Regression Weight Faktor-Faktor Budaya Keselamatan Kerja
Variabel p-value Regression Weight B11 0.000 0.864 B12 0.000 0.702 B13 0.000 0.746 B14 0.000 0.358 B15 0.000 0.463 B16 0.005 0.216 B21 0.000 0.720 B22 0.000 0.752 B23 0.000 0.402 B24 0.000 0.371 B25 0.000 0.531 B31 0.000 0.552 B32 0.000 0.562 B33 0.000 0.801 B34 0.000 0.772 B35 0.000 0.523 B41 0.000 0.846 B42 0.000 0.898 B43 0.001 0.283 B44 0.000 0.500 B45 0.020 0.392 B51 0.001 0.259 B52 0.000 0.962 B53 0.001 0.606 B54 0.001 -0.516 B55 0.001 0.551 B56 0.001 0.499 B61 0.000 0.880 B62 0.000 0.815 B63 0.000 0.664 B64 0.020 0.178
Universitas Kristen Petra
58
4.5.3 Uji Validitas Faktor Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja
Faktor perilaku pekerja terdiri dari delapan variabel, tiga diantaranya
memberikan pengaruh yang tidak signifikan (p-value > 0.05) yaitu variabel C4,
C7, dan C8 (Tabel 4.10).
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.10, ketiga variabel yang memberikan
pengaruh tidak siginifikan tersebut dihilangkan dan dibuat permodelan baru faktor
perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja yang baru (Gambar 4.34), yang
terdiri dari lima variabel yaitu C1, C2, C3, C4, C5. Model ini yang akan digunakan
pada analisis selanjutnya.
Tabel 4.10. p-value dan Regression Weight Faktor Perilaku Pekerja
Variabel p-value Regression Weight C1 0.000 0.258 C2 0.001 0.466 C3 0.000 0.962 C4 0.478 -0.052 C5 0.000 0.909 C6 0.001 0.626 C7 0.879 -0.011 C8 0.669 -0.031
C1 C2 C3
Perilaku C5
C6
Gambar 4.34. Perbaikan Model Faktor Perilaku Pekerja
4.6. Pengujian Model Awal
Setelah melakukan analisa terhadap setiap faktor budaya keselamatan
kerja dan faktor perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja selanjutnya adalah
menguji model awal (model hipotesa). Model awal terdiri dari enam faktor
budaya keselamatan kerja yaitu komitmen top manajemen, peraturan dan prosedur
keselamatan kerja, komunikasi, kompetensi, keterlibatan pekerja dan lingkungan
kerja, serta satu faktor perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja (Tabel 4.11).
Universitas Kristen Petra
59
Hipotesa yang ditentukan adalah adanya jalur atau pengaruh pada ketujuh faktor
yang terlibat seperti yang terlihat pada Bab 2, Gambar 2.7.
Tabel 4.11. Matriks Model Hipotesa
Komitmen Peraturan Komunikasi Kompeten Keterlibatan Lingkungan Perilaku
Komitmen √ √ √ √ √ √
Peraturan √ √ √ √ √
Komunikasi √ √ √ √
Kompetensi √ √ √
Keterlibatan √ √
Lingkungan √
Perilaku
4.6.1 Uji Hipotesa Model Awal
Tabel 4.12 menunjukkan nilai p-value yang menyatakan ada atau tidaknya
pengaruh suatu faktor terhadap faktor lainnya (Baris ke kolom). Dengan tingkat
kesalahan 5%, nilai p-value ≤ 0.05 dapat diartikan memberikan pengaruh yang
signifikan, sebaliknya nilai p-value > 0.05 dapat diartikan tidak memberikan
pengaruh yang signifikan. Faktor yang tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap faktor lainnya dapat dilakukan perubahan dengan cara
menghilangkan anak panah pada faktor yang dituju. Hasil pengujian model awal
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pada Tabel 4.12 terdapat sebelas jalur yang memberikan pengaruh tidak
signifikan, yaitu komitmen terhadap keterlibatan (0.260), komitmen terhadap
lingkungan (0.330), komitmen terhadap perilaku (0.747), peraturan terhadap
kompetensi (0.768), , peraturan terhadap lingkungan (0.272), komunikasi terhadap
lingkungan (0.857), komunikasi terhadap perilaku (0.646), kompetensi terhadap
keterlibatan (0.260), kompetensi terhadap lingkungan (0.897), kompetensi
terhadap perilaku (0.251), dan lingkungan terhadap perilaku (0.379)
Universitas Kristen Petra
60
Tabel 4.12. p-value Model Awal
Komitmen Peraturan Komunikasi Kompeten Keterlibatan Lingkungan Perilaku
Komitmen 0.000 0.006 0.000 0.260 0.330 0.747
Peraturan 0.000 0.768 0.000 0.272 0.000
Komunikasi 0.000 0.000 0.857 0.646
Kompetensi 0.260 0.897 0.251
Keterlibatan 0.000 0.011
Lingkungan 0.379
Perilaku
4.6.2 Perbaikan Permodelan
Perbaikan permodelan (Gambar 4.35) dilakukan dengan menghilangkan
sebelas jalur yang tidak signifikan. Model tetap terdiri dari enam faktor budaya
keselamatan kerja dan satu faktor perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja.
Asumsi jalur atau pengaruh yang terjadi diantara faktor-faktor yang terlibat dapat
dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.13. Matriks Perbaikan Model
Komitmen Peraturan Komunikasi Kompetensi Keterlibatan Lingkungan Perilaku
Komitmen √ √ √ ----- ----- -----
Peraturan √ ----- √ ----- √
Komunikasi √ √ ----- -----
Kompetensi ----- ----- -----
Keterlibatan √ √
Lingkungan -----
Perilaku
Pada Gambar 4.35 digambarkan model yang baru, dimana jalur yang ada
berkurang menjadi sepuluh jalur pengaruh, yaitu faktor komitmen top manajemen
pada faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja, komunikasi dan
kompetensi pekerja; faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja pada faktor
komunikasi, keterlibatan pekerja dan perilaku pekerja; faktor komunikasi pada
faktor kompetensi pekerja dan keterlibatan pekerja; faktor keterlibatan pekerja
pada faktor lingkungan kerja dan perilaku pekerja
Universitas Kristen Petra
61
Lingkungan
Kerja Perilaku
Pekerja
Terhadap
Keselamatan
Kerja
Keterlibatan
Pekerja
Kompetensi
Pekerja
Komunikasi
Peraturan dan
Prosedur
Keselamatan
Kerja
Komitmen
Top
Manajemen
Gambar 4.35. Perbaikan Model
4.7. Pengujian Perbaikan Model
Model yang telah diperbaiki memiliki jumlah jalur pengaruh yang lebih
sedikit dari model awal. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesa jalur-
jalur pengaruh yang telah dikurangi. Bila perbaikan model memenuhi seluruh
hipotesa yang dibuat, selanjutnya dapat dilakukan pengujian kesesuaian model
perbaikan. Bila perbaikan model memenuhi syarat kesesuaian, maka model
perbaikan dapat dinyatakan sebagai model akhir. Pada model akhir dapat
diketahui besarnya pengaruh secara langsung maupun pengaruh secara tidak
langsung. Hasil pengujian perbaikan model selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 6.
4.7.1 Uji Hipotesa Perbaikan Model
Pada Tabel 4.14. seluruh nilai p-value hipotesa pengaruh faktor-faktor
yang diuji ≤ 0.05, maka modela dinyatakan memenuhi hipotesa yang ditetapkan.
Selanjutnya adalah menganalisa pengaruh diantara faktor-faktor yang terlibat
terutama faktor-faktor budaya keselamatan kerja terhadap faktor perilaku pekerja
terhadap keselamatan kerja.
Universitas Kristen Petra
62
Tabel 4.14. p-value Perbaikan Model
Komitmen Peraturan Komunikasi Kompeten Keterlibatan Lingkungan Perilaku
Komitmen 0.000 0.006 0.000 ----- ----- -----
Peraturan 0.000 ----- 0.000 ----- 0.000
Komunikasi 0.000 0.000 ----- -----
Kompetensi ----- ----- -----
Keterlibatan 0.000 0.004
Lingkungan -----
Perilaku
4.7.2 Uji Kesesuaian Perbaikan Model
Melihat hasil pada Tabel 4.15 , ketiga uji kesesuaian telah memenuhi
syarat yaitu RMSEA 0.000 < 0.08, GFI 0.987 > 0.9 dan AGFI 0.968 > 0.9, dan
CMIN/ DF 0.857 < 2.00. Secara keseluruhan model perbaikan dianggap telah
memenuhi syarat, langkah selanjutnya adalah memeriksa analisa model perbaikan,
bila memenuhi tingkat signifikansi maka model perbaikan dapat diterima dan
dapat dinyatakan menjadi model pengaruh budaya keselamatan kerja pada
perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja. Hasil lengkap uji kesesuaian dapat
dilihat pada lampiran 6.
.Tabel 4.15. Hasil Uji Kesesuaian Perbaikan Model
Goodness of fit index Syarat Keterangan RMSEA 0.000 ≤ 0.08 memenuhi syarat
GFI 0.987 ≥ 0.90 memenuhi syarat AGFI 0.968 ≥ 0.90 memenuhi syarat
CMIN/DF 0.857 ≤ 2.00 memenuhi syarat
4.7.3 Analisa Pengaruh langsung
Pengaruh langsung adalah pengaruh suatu faktor terhadap faktor lain tanpa
melalui faktor perantara. Contoh penagruh langsung adalah pengaruh faktor
komitmen top manajemen pada faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja,
pada faktor komunikasi dan pada faktor kompetensi pekerja. Secara umum pada
Tabel 4.16 dan Gambar 4.37. terdapat sepuluh jalur pengaruh dan secara khusus
terdapat dua faktor yang mempengaruhi faktor perilaku pekerja terhadap
keselamatan kerja, yaitu faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja, faktor
keterlibatan pekerja
Universitas Kristen Petra
63
Pada Tabel 4.16. terlihat bahwa besarnya pengaruh langsung yang terjadi
relatif kurang kuat. Faktor-faktor budaya keselamatan kerja yang mempengaruhi
faktor perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja adalah faktor peraturan dan
prosedur keselamatan kerja yang memberikan pengaruh pada sebesar 0.536, dan
faktor keterlibatan pekerja memberikan pengaruh sebesar 0.180.
Faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja memberikan pengaruh
yang cukup kuat karena pada pengamatan di lapangan pihak manajemen cukup
tegas dalam menjalankan peraturan dan prosedur keselamatan kerja, bila pekerja
melanggar akan didenda, hal ini sedikit banyak mempengaruhi perilaku pekerja
terhadap keselamatan kerja. Hasil lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 4.16. Nilai Pengaruh Langsung
Komitmen Peraturan Komunikasi Kompeten Keterlibatan Lingkungan Perilaku
Komitmen 0.522 0.176 0.631 ----- ----- -----
Peraturan 0.534 ----- 0.302 ----- 0.536
Komunikasi 0.273 0.394 ----- -----
Kompetensi ----- ----- -----
Keterlibatan 0.514 0.180
Lingkungan -----
Perilaku
Faktor komitmen top manajemen memberikan pengaruh yang cukup kuat
terhadap faktor peraturan dan prosedur keselamatan kerja (0.522) dan faktor
kompetensi pekerja (0.631). Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan
bahwa pada ketiga proyek yang diteliti, pihak manajemen lebih banyak
mewujudkan komitmennya dalam bentuk membuat peraturan-peraturan seperti
gunakan helm dan sepatu, utamakan keselamatan kerja, tanda-tanda bahaya, dan
sebagainya. Pengaruh cukup kuat terhadap kompetensi pekerja juga dapat
disebabkan oleh adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen
sehingga pekerja mengerjakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.
Hasil yang didapat pada model pengaruh budaya keselamatan kerja pada
perilaku pekerja agak berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Pada penelitian ini perilaku pekerja dipengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung oleh empat faktor yaitu komitmen top manajemen
Universitas Kristen Petra
64
(Mohamed, 2002), peraturan dan prosedur keselamatan kerja (Cheyne ,1998),
komunikasi (Cheyne, 1998; Mohamed, 2002; Tony, 2004) dan keterlibatan
pekerja (Cheyne, 1998, Mohamed, 2002) .
0.394
0.514 0.302
0.180
0.273
0.536
0.534
0.631
0.176
0.522 Lingkungan
Kerja Perilaku
Pekerja
Terhadap
Keselamatan
Kerja
Keterlibatan
Pekerja
Kompetensi
Pekerja
Komunikasi
Peraturan dan
Prosedur
Keselamatan
Kerja
Komitmen
Top
Manajemen
Gambar 4.36. Model Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja Pada Perilaku Pekerja Terhadap Keselamatan Kerja
4.7.4 Analisa Pengaruh Tidak Langsung
Pada Tabel 4.17. terdapat tiga faktor budaya keselamatan kerja yang
memberikan pengaruh tidak langsung pada faktor perilaku pekerja terhadap
keselamatan kerja, yaitu faktor komitmen top manajemen, faktor peraturan dan
prosedur keselamatan kerja, dan faktor komunikasi.
Tabel 4.17. Nilai Pengaruh Tidak Langsung
Komitmen Peraturan Komunikasi Kompeten Keterlibatan Lingkungan Perilaku
Komitmen 0.000 0.295 0.129 0.352 0.181 0.359
Peraturan 0.000 0.146 0.210 0.263 0.092
Komunikasi 0.000 0.000 0.202 0.071
Kompetensi 0.000 0.000 0.000
Keterlibatan 0.000 0.000
Lingkungan 0.000
Perilaku
Universitas Kristen Petra
65
Hasil pada Tabel 4.17 digambarkan pada Gambar 4.37, dapat dilihat faktor
Komitmen Top Manajemen memberikan pengaruh tidak langsung pada perilaku
pekerja sebesar 0.359, yang disebarkan melalui empat jalur, yaitu:
Jalur Komitmen Top Manajemen – Peraturan dan Prosedur Peselamatan
Kerja – Perilaku Pekerja.
Jalur Komitmen Top Manajemen – Peraturan dan Prosedur Keselamatan
Kerja – Keterlibatan Pekerja – Perilaku pekerja.
Jalur Komitmen Top Manajemen – Peraturan dan Prosedur Keselamatan
Kerja – Komunikasi – Keterlibatan Pekerja – Perilaku Pekerja.
Jalur komunikasi – keterlibatan pekerja – perilaku pekerja (kuning);
Faktor Peraturan dan Prosedur Peselamatan Kerja memberikan pengaruh tidak
langsung pada perilaku pekerja sebesar 0.092 yang disebarkan melalui dua jalur,
yaitu:
Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja – Komunikasi – Keterlibatan
Pekerja – Perilaku Pekerja.
Jalur Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja – Keterlibatan Pekerja –
Perilaku Pekerja.
Faktor Komunikasi memberikan pengaruh tidak langsung melalui Faktor
Keterlibatan Pekerja
Peraturan dan
Prosedur
Keselamatan
Kerja
Komitmen
Top
Manajemen
Komunikasi
Kompetensi
Pekerja
Keterlibatan
Pekerja
Perilaku
Pekerja
Terhadap
Keselamatan
Kerja
Lingkungan
Kerja
Gambar 4.37 Pengaruh tidak langsung
Universitas Kristen Petra
66
Hasil analisa pengaruh tidak langsung menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh tidak langsung yang terjadi relatif kurang kuat, hal ini juga
menunjukkan tidak adanya faktor tertentu pada budaya keselamatan kerja yang
memberikan pengaruh tidak langsung yang kuat (> 0.7) pada faktor perilaku
pekerja terhadap keselamatan kerja.
Faktor Komitmen Top Manajemen memberikan pengaruh tidak langsung
yang paling kuat (0.359) pada perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja
daripada faktor Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja, serta faktor
Komunikasi. Hal ini disebabkan komitmen pihak manajemen tidak berhubungan
langsung dengan pekerja, tetapi pekerja pada ketiga proyek dapat merasakan
komitmen top manajemen terhadap masalah keselamatan kerja. Contohnya
dengan menyediakan perlengkapan keselamatan kerja, dengan membetuk
peraturan dan prosedur keselamatan kerja, dengan mengendalikan keselamatan
kerja melalui tindakan pengawasan, dan sebagainya.
Universitas Kristen Petra