16
Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg 2+ ) Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya Oleh: Isnaini Wahyuningrum Jurusan Kimia FMIPA UNNES Email: [email protected] Abstrak Lahan eks-TPA Keputih Surabaya mengandung logam berat yang cukup tinggi, tanaman sulit untuk tumbuh.. Salah satu kandungan logam berat yang utama adalah Hg yang bersumber dari buangan industri dan buangan rumah tangga. Tanah tercemar logam berat perlu diremediasi. Salah satu metode remediasi adalah fitoremediasi. Tanaman uji yang digunakan adalah akar wangi (Vetiveria zizanioides). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman akar wangi mampu memulihkan tanah yang tercemar merkuri. Kata kunci : fitoremediasi, kombinasi kompos, merkuri (Hg 2+ ), tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides)

4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimling isna

Citation preview

Page 1: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman Akar

Wangi (Vetiver zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya

Oleh:

Isnaini Wahyuningrum

Jurusan Kimia FMIPA UNNES

Email: [email protected]

Abstrak

Lahan eks-TPA Keputih Surabaya mengandung logam berat yang cukup

tinggi, tanaman sulit untuk tumbuh.. Salah satu kandungan logam berat yang

utama adalah Hg yang bersumber dari buangan industri dan buangan rumah

tangga. Tanah tercemar logam berat perlu diremediasi. Salah satu metode

remediasi adalah fitoremediasi. Tanaman uji yang digunakan adalah akar

wangi (Vetiveria zizanioides). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman

akar wangi mampu memulihkan tanah yang tercemar merkuri.

Kata kunci : fitoremediasi, kombinasi kompos, merkuri (Hg2+), tanaman akar

wangi (Vetiveria zizanioides)

Page 2: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan manusia, jumlah sampah yang

dihasilkan pun kian bertambah. Hal ini dapat dilihat pada lahan pembuangan sampah yang

sudah tidak mampu menampung sampah-sampah tersebut. Inilah yang menyebabkan

banyak perkotaan di Indonesia menghadapi masalah pengelolaan tempat pembuangan

sampah, yang tidak dioperasikan dan ditutup (post closure). Penutupan operasi

pembuangan sampah tidak serta merta membebaskan lahan setempat bebas pencemaran.

Bahkan, lahan bekas pembuangan sampah masih menyimpan pencemar dalam waktu

puluhan tahun.

Begitu juga yang terjadi pada lahan eks TPA Keputih Surabaya. Sejak ditutup pada

tahun 2001, lahan 42 hektare tersebut belum bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Lantaran kandungan berbagai logam beratnya yang cukup tinggi, tanaman sulit untuk

tumbuh.. Kandungan logam berat yang utama adalah Pb, Cd, dan Hg yang bersumber dari

buangan industri dan sebagian dari buangan rumah tangga, seperti baterai, logam-logam,

dan lain-lain Pencemar tempat pembuangan sampah terkandung dalam lindi dan kompos

sebagai hasil penguraian sampah tertimbun. Pelindian inilah yang dapat memindahkan

logam berat tersebut dari lapisan perakaran ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga tanah

menjadi tercemar. Oleh karena itu upaya peningkatan biodegradabilitas lindi perlu

dilakukan yaitu dengan memecah rantai karbon menjadi lebih biodegradable.

Adapun pencemaran pada lahan eks-TPA Keputih mampu memberikan dampak buruk

bagi kesehatan manusia, khususnya bagi penduduk di dekat TPA. Di alam, merkuri

terdapat dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg+1), dan bivalen

(Hg+2). Toksisitas merkuri di dalam tanah untuk tanaman sebesar 0,05 ppm. Dalam rantai

makanan, logam berat dapat mengancam kehidupan manusia karena jika terakumulasi di

dalam tubuh dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian.

Page 3: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Tindakan pemulihan perlu dilakukan agar tanah yang tercemar dapat digunakan

kembali dengan aman. Banyak teknologi yang digunakan untuk remediasi tanah yang

tercemar logam berat. Salah satunya adalah fitoremediasi, yaitu penggunaan tumbuhan

untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Pada suatu

penelitian tanaman yang akan dimanfaatkan untuk proses remediasi adalah tanaman akar

wangi (Vetiveria zizanioides). Dengan dilakukannya proses fitoremediasi ini diharapkan

dapat memulihkan kualitas lahan bekas pembuangan sampah lebih cepat dibanding tanpa

proses tersebut dan sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan yang melibatkan

keragaman biotik.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada artikel ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) mempunyai kemampuan dalam

memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya?

b. Apakah logam berat merkuri (Hg2+) memberikan pengaruh terhadap tanaman akar

wangi (Vetiveria zizanioides)?

c. Berapa besar laju serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar wangi

(Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+)?

d. Apakah penambahan kompos sebagai stimulan akan mempengaruhi penurunan

merkuri (Hg2+) dalam tanah?

Tujuan

Tujuan penyusunan artikel ini yaitu :

a. Mengkaji kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan

tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya.

b. Menganalisis pengaruh logam berat merkuri (Hg2+) terhadap tanaman akar wangi

(Vetiveria zizanioides).

c. Menentukan besar laju serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar

wangi (Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+).

d. Menganalisis pengaruh penambahan kompos sebagai stimulan dalam penurunan

merkuri (Hg2+) pada tanah.

Page 4: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

PEMBAHASAN

Landasan Teori

Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation. Kata ini sendiri

tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton yaitu

tumbuhan dan remediation yanmg berasal dari kata Latin remedium yang berarti

menyembuhkan. Fitoremediasi berarti juga menyelesaikan masalah dengan cara

memperbaiki kesalahan atau kekurangan. Dengan demikian fitoremediasi adalah

pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi

bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat

dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator. Konsep

pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah terkontaminasi

bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah.

Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik juga unsur

logam (As,Cd,Cr,Hg,Pb,Zn,Ni dan Cu) dalam bentuk padat, cair dan gas.

Fitoremediasi merupakan teknologi hijau yang baru berkembang pada awal tahun

1990, hal ini ditandai dengan keberhasilan meremediasi dan proses pungut ulang zat

radioaktif Cs, Sr, dan U dari daerah tercemar di Chernobil dengan menggunakan tumbuhan

Heliantus Annus (bunga matahari).

Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara

biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritif organik yang dilakukan

pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobolisasi

melalui sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis.

Mekanisme fisiologi fitoremediasi dibagi menjadi:

1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk

memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara

mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.

2. Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk

mendegradasi senyawa organik.

3. Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan pencemar, terutama

logam berat, dari air dan aliran limbah.

Page 5: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

4. Fitostabilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar dalam

lingkungan.

5. Fitovolatilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan pencemar, atau

pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari udara.

Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan

pencemar beracun adalah :

1. Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman

musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.

2. Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah

penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.

3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha

meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan khelat (chelation),

pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi

pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.

Tumbuhan dapat bertindak sebagai hiperakumulator, yaitu mempunyai kemampuan

untuk mengkonsentrasikan senyawa organik atau logam di dalam biomassanya dalam

kadar yang luar biasa tinggi.

Mekanisme penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi

menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam

dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk

menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Pembentukan reduktase

spesifik logam di dalam tumbuhan membentuk suatu molekul reduktase di membran

akarnya. Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui

kanal khusus di dalam membran akar. Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar,

selanjutnya logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke

bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh

molekul khelat. Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh

tumbuhan.

Pemanfaatan tumbuhan untuk remediasi lingkungan sangat ditentukan oleh

pemahaman tentang penyerapan logam serta penyerapan dan atau degradasi senyawa

Page 6: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

organik oleh tumbuhan. Tumbuhan harus bersifat hipertoleran agar dapat mengakumulasi

sejumlah besar logam berat di dalam batang serta daun. Tumbuhan harus mampu menyerap

logam berat dari dalam larutan tanah dengan laju penyerapan yang tinggi.Tumbuhan harus

mempunyai kemampuan untuk mentranslokasi logam berat yang diserap akar ke bagian

batang serta daun.

Selain mempunyai kemampuan menyerap logam berat, tumbuhan mampu menyerap

dan mendegradasi zat organik serta hara. Kemampuan ini dimanfaatkan dalam

pengendalian serta pemulihan lingkungan yang tercemar.dengan memadukan berbagai

jenis tumbuhan mengingat keunggulan yang dipunyai oleh masing-masing jenis tanaman.

Pemilihan jenis tanaman adalah yang toleran dan mampu mengolah limbah. Untuk

mengetahui tingkat toleransi tanaman terhadap limbah maka perlu diketahui konsentrasi

nutrisi dalam limbah. Kemampuan dalam mengolah limbah meliputi kapasitas filtrasi dan

efisiensi serapan nutrisi.

Walaupun teknologi fitoremediasi masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal

belum terjawab, penerapan teknologi fitoremediasi untuk pemulihan lingkungan

merupakan alternatif terbaik saat ini karena biaya yang relatif murah dibanding dengan

teknologi berbasis fisika dan kimia. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan

dan mikroorganisme yang besar. Dalam suatu pertemuan yang diadakan di LIPI, Bandung,

sebuah tim peneliti dari Inggris mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengisolasi >120

jenis mikroorganisme dari segumpal tanah yang mereka peroleh dari lantai hutan di Ujung

Kulon. Dan beberapa di antara mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk

mendegradasi xenobiotika seperti senyawa organik aromatik berkhlor. Hal ini

menunjukkan potensi alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan.

Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan

lingkungan tercemar, Baker (1999) mengemukaka prasyarat,yaitu : (1) laju akumulasi

harus tinggi. (2) Mempunyai kemampuan mengakumulasi beberapa macam logam. (3)

Mempunyai kemampuan tumbuh cepat dengan produksi biomassa tinggi (4) Tanaman

harus tahan hama dan penyakit. Pemilihan tumbuhan yang mempunyai daya serap dan

akumulasi tinggi terhadap logam berat merupakan priorotas yang sangat penting. Karena

walaupun telah disebutkan sebelumnya bahwa beberapa tumbuhan bersifat

hiperakumulator, namun kebanyakan tumbuhan tersebut berasal dari wilayah beriklim

Page 7: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

sedang. Sehingga perlu dicari tumbuhan asli yang tentunya sudah beradaptasi baik dengan

iklim Indonesia.

Jenis tanaman akar wangi (Vetiveria Zizanioides) merupakan tanaman yang memiliki

kemampuan sangat tinggi untuk mengangkut pencemaran yang ada dalam tanah

(hyperaccumulator plant) termasuk logam-logam berat.

Page 8: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Metodologi

Ide Tugas Akhir:

Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Oleh Tanaman Akar

Wangi (Vetiveria zizanioides) Pada Tanah eks-TPA

Keputih,Surabaya

Studi Literatur

Logam Berat Merkuri (Hg), Metode Fitoremediasi,

Tanaman Akar Wangi, Metode AAS

Persiapan Alat:

Reaktor proses: polybag

Timbangan

Peralatan pembuatan limbah buatan

Peralatan analisis parameter

Termometer, Soil Tester, Tabung

Reaksi, Cawan Petri, Penggaris,

Plate Count, Autoclave, Inkubator)

Persiapan Bahan:

Limbah buatan yang berasal dari

larutan induk Hg2+

Tanaman Akar Wangi

Tanah eks-TPA Keputih dan

kompos sebagai media tanam

Bahan kimia untuk analisis

jumlah koloni mikroorganisme

(nutrient agar dan larutan

fisiologis)Penelitian Pendahuluan

Tahap aklimatisasi

Range Finding Test

Penelitian Pendahuluan

- Tahap aklimatisasi

- Range Finding Test

A

Page 9: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Penelitian Lanjutan

Variasi Komposisi

Media Tanam:

- 100% tanah tercemar

- 90% tanah tercemar +

10% kompos

Variasi Konsentrasi

Limbah Buatan:

- 1 mg/kg

- 3 mg/kg

- 6 mg/kg

- 10 mg/kg

- 20 mg/kg

Pengamatan

Dilakukan selama 7 hari sekali selama 28 hari, dengan pengamatan:

- Konsentrasi Hg2+ di tanah dan tanaman dengan AAS

- Tinggi tanaman, lingkar batang, luas daun

- pH media tanam dengan soil tester

- Temperatur media tanam dengan termometer

- Jumlah koloni mikroorganisme pada media tanam dengan analisa platecount

Dilakukan di akhir penelitian: berat kering tanaman, neraca analitis.

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Kerangka Penelitian

A

Page 10: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Hasil dan Pembahasan

Penurunan Kandungan Konsentrasi Merkuri (Hg2+) Di Dalam Media Tanam

Presentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) meningkat seiring dengan semakin

lamanya waktu yang digunakan proses fitoremediasi oleh tanaman untuk menyerap logam

berat dalam tanah. Selama 28 hari masa perlakuan tanaman akar wangi (Vetiveria

zizanioides), kadar konsentrasi dalam media tanam menurun setelah dianalisa dengan

AAS. Hal ini dapat terjadi dikarenakan akumulasi logam berat merkuri (Hg2+) oleh

tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dan juga karena adanya proses rhizodegradasi.

Rhizodegradasi merupakan bagian dari proses fitoremediasi dengan pelepasan produk ke

zona akar. Logam berat diuraikan mikroba dalam tanah yang diperkuat oleh fungi, yeast

dan zat-zat keluaran akar. Penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) dalam tanah dapat

dijadikan indikator terjadinya proses kompleksasi logam oleh zat-zat keluaran akar

(eksudat).

Selain itu, menurut Pivetz (2001) yang dipublikasikan oleh EPA (Environmental

Protection Agency), penurunan merkuri (Hg2+) dalam tanah juga karena disebabkan oleh

kemampuan merkuri (Hg2+) sebagai jenis logam berat yang mampu menguap ke atmosfer,

dimana polutan merkuri (Hg2+) dari dalam tanah yang diserap oleh tanaman akar wangi

(Vetiveria zizanioides) ditransformasikan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke

atmosfer dan kemadian diserap oleh daun. Proses ini yang kemudian disebut fitovolatilisasi

(Follage Filtration).

Page 11: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) dalam tanah yang lebih besar terjadi pada

reaktor dengan media tanam 90% tanah tercemar + 10% kompos. Hal ini menandakan

bahwa penambahan kompos sebagai stimulan mampu meningkatkan proses fitoremediasi.

Selain karena jumlah kombinasi tanah dan kompos yang tepat untuk meningkatkan daya

biodegradable tanah tercemar, kadar anion bahan kompos yang digunakan juga memiliki

kapasitas serapan baik (Hasil analisis Balai Besar Laboratorium Kesehatan, 2010 )

sehingga mampu melakukan pengikatan kation logam dalam tanah.

Persentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) terus meningkat hingga akhir

pengamatan. Di akhir hari pengamatan, persentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+)

tertinggi terjadi pada reaktor dengan media tanam 90% tanah tercemar + 10 % kompos

sebesar 65,252%. Sedangkan pada media tanam 100% tanah tercemar, persentase

penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) sebesar 52,752%.

Page 12: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Akumulasi Konsentrasi Merkuri Pada Tanaman

Setiap tanaman memiliki perbedaan sensivitas terhadap logam berat dan

memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam

berat.Kemampuan penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dibagi menjadi

tiga proses, yaitu:

⇒ Penyerapan presipitat logam berat oleh akar. Presipitat polutan merkuri (Hg2+) dalam

tanah diimobilisasi oleh akar tanaman dengan cara diakumulasi, diadsorpsi pada

permukaan akar dan diendapkan dalam zona akar. Proses inilah yang kemudian disebut

fitostabilisasi.

⇒ Dari akar ini, merkuri (Hg2+) ditranslokasikan menuju ke arah organ-organ lain

seperti batang dan daun yang disebut proses fitoekstrasi (Wang, 2004).

⇒ Lokalisasi logam berat pada bagian jaringan tertentu untuk menjaga agar tidak

menghambat metaboolisme tumbuhan tersebut.. Pada masing-masing organ, polutan

yang diserap segera diuraikan melalui proses metabolisme tumbuhan secara enzimatik.

Proses ini disebut fitodegradasi. Enzim yang berperan pada proses ini biasanya adalah

dehaloganases, oxygenases, dan reductases.

Dalam menyerap logam berat, tumbuhan membentuk suatu enzim reduktase di

membran akarnya yang berfungsi mereduksi logam. Dari akar kemudian merkuri (Hg2+)

harus diangkat melalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke bagian lain

tumbuhan. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat

(molekul pengikat). Setelah itu, merkuri diakumulasikan di seluruh bagian tanaman akar

wangi (Vetiveria zizanioides) pada bagian akar, batang, dan daun.

Pada penelitian ini, pengambilan sampel tumbuhan akar wangi (Vetiveria zizanioides)

dilakukan setiap tujuh hari sekali dengan cara mencabut 1 bonggol ruas dalam setiap

tanaman uji. Masing-masing tanaman dalam reaktor polybag umumnya terdiri dari 3 – 4

bonggol ruas. Dari tanaman ini, bagian akar, batang, dan daun dihaluskan menjadi satu

sebagai hasil rata-rata kemudian dianalisis kandungan logam berat merkurinya yang

dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya dengan metode AAS

(Atomic Adsorption Spectrofotometer). Data hasil pengukuran logam merkuri (Hg2+)

dalam tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) terangkum pada Tabel 4.3.

Page 13: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

Tabel 1. Akumulasi Logam Berat Merkuri (Hg2+) dalam Tanaman Akar Wangi

Faktor yang mengendalikan akumulasi merkuri (Hg2+) di tanaman adalah konsentrasi

dan jenis logam. Berdasarkan Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa daya serap akumulasi

logam Hg pada tanaman semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu

penanaman. Pada akhir pengamatan tingkat akumulasi logam merkuri (Hg2+) lebih besar

daripada di awal pengamatan untuk semua konsentrasi. Sedangkan, tingkat akumulasi pada

konsentrasi 10 mg/kg lebih besar daripada konsentrasi 1 mg/kg, 3 mg/kg, dan 6 mg/kg

untuk semua komposisi media tanam. Hal ini dikarenakan tanaman dapat mengeluarkan

enzim dan eksudat yang mampu mendegradasi kontaminan organik dalam tanah. Selain

itu, secara fisik tanaman dapat memindahkan polutan dengan mengabsorpsi atau

memindahkan polutan ke dalam jaringan, kemudian mentransformasikan polutan tersebut.

Dari Gambar 6 dan 7, dapat diamati bahwa akumulasi logam merkuri (Hg2+) terbesar

Page 14: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

terjadi pada media 90% tanah tercemar + 10% kompos pada konsentrasi tertinggi sebesar

1,208 mg/kg dibandingkan dengan media 100% tercemar sebesar 1,145 mg/kg. Hal ini

menunjukkan bahwa penambahan kompos mampu membantu tanaman akar wangi

(Vetiveria zizanioides) dalam menyerap merkuri (Hg2+).

Laju Serapan Merkuri Oleh Tumbuhan

Berdasarkan hasil perhitungan laju serapan merkuri pada tanaman, maka nilai laju

serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides)

dalam memulihkan tanah tercemar merkuri ini adalah sebesar 5,08536 g m-2 tahun-1.

Page 15: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari artikel yang telah dibuat ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) mempunyai kemampuan dalam

memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya

dengan cara menyerap dan mengakumulasikan pada bagian tanaman. Akumulasi

logam merkuri (Hg2+) tertinggi di bagian akar terjadi pada konsentrasi 6 mg/kg sebesar

0,698 mg/kg untuk media 100% tanah tercemar dan 0,822 mg/kg untuk media 90%

tanah tercemar + 10% kompos.

2. Adanya logam berat merkuri (Hg2+) berpengaruh pada tanaman akar wangi (Vetiveria

zizanioides) seperti tinggi tanaman, morfologi daun, dan berat kering tanaman.

Pertumbuhan tanaman dengan konsentrasi 10 mg/kg mengalami pengaruh hambatan

pertumbuhan paling besar daripada tanaman dengan konsentrasi 1 mg/kg , 3 mg/kg, 6

mg/kg.

3. Nilai laju serapan konsentrasi Hg yang paling tepat pada tanaman akar wangi

(Vetiveria zizanioides) dalam memulihkan tanah tercemar merkuri ini adalah sebesar

5,08536 g m-2 tahun- pada konsentrasi 10 mg Hg/kg.

4. Persentase penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) mencapai 55,752% pada media

100% tanah tercemar dan 65,252% pada media 90% tanah tercemar + 10% kompos.

Penambahan kompos sebagai stimulan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap penurunan konsentrasi merkuri (Hg2+) dalam tanah.

Page 16: 4311413077_Isnaini Wahyuningrum

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, Anisah. 2014. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Zn dan Cu dengan

Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides). Program Studi Teknik

Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin: Makassar

Darliana, Ina. Fitoremediasi sebagai Teknologi Alternatif Perbaikan Lingkungan. Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian: Universitas Bandung Raya

Kusrijadi, Ali, Ahmad Mudzakir, dan Soja Siti Fatima. Peningkatan Kualitas Sanitasi

Lingkungan Berbasis Fitoremediasi. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA UPI

Triastuti, Yuli. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman

Akar Wangi (Vetiver zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya. Teknik

Lingkungan: ITS Surabaya

Sanjaya, Alit Adi. 2011. Fitoremediasi (Phytoremediation). (Diakses 9 Desember 2014).

http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/03/fitoremediasi-phytoremediation.html