22
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Gambar 1. Anatomi Tulang Radius dan Ulna Radius dan ulna melekat diperantarai oleh membrane interosseus. Yang mengakibatkan jika ulna terjadi fraktur maka akan terjadi dislokasi tulang radial. Distal ulna dan radius juga melekat pada sendi radioulnar. Ulna memberikan kestabilan pada radius dan forearm untuk melakukan gerakan putaran. Ulna dan membrane interosseus 2

6 BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 6 BAB II

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Gambar 1. Anatomi Tulang Radius dan Ulna

Radius dan ulna melekat diperantarai oleh membrane interosseus. Yang

mengakibatkan jika ulna terjadi fraktur maka akan terjadi dislokasi tulang radial.

Distal ulna dan radius juga melekat pada sendi radioulnar. Ulna memberikan

kestabilan pada radius dan forearm untuk melakukan gerakan putaran. Ulna dan

membrane interosseus memberikan kontribusi terhadap dislokasi tulang radius jika

ulna mengalami cedera.3

2.1.1 Anatomi Radius

Ujung proximal radius membentuk caput radii (capitulum radii), berbentuk

roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (fossa

articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies

2

Page 2: 6 BAB II

articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura

radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah

caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah

agak cepat membentuk margo interossea (crista interossea), margo anterior (margo

volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk

processus styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada

facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung

distal radius membentuk facies articularis carpi.4

Gambar 2. Tulang Radius

2.1.2 Anatomi Ulna

Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang

sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura

trochlearis (incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian

dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah

caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya

terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan

3

Page 3: 6 BAB II

incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di

sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus ulnae

membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus,

margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (capitulum

ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt

processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna

berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.4

Gambar 3. Tulang Ulna

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal

oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung

fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga

radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang

hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai

satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah

tersebut.4

4

Page 4: 6 BAB II

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot

supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-

supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan

ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi,

terutama pada radius.1

Gambar 4. Anatomi tulang radius dan ulna

5

Page 5: 6 BAB II

2.2 Fraktur Monteggia

2.2.1 Definisi

Fraktur Monteggia didefinisikan sebagai dislokasi kaput radialis disertai

fraktur daerah proksimal ulna.1,2 Terbagi mejadi 4 tipe dan tergantung arah dari

dislokasi kaput radialis dan terkait juga dengan fraktur os radial.1

Sejarah dari fraktur monteggia ini adalah pada tahun 1814, Giovanni Battista

Monteggia dari Milan menjabarkan cedera ini sebagai fraktur sepertiga proksimal

ulna yang terkait dengan dislokasi kaput os radial. Yang membuat menarik,

penjabaran mengenai pola fraktur ini dikemukakan sebelum digunakannya rongten

sebagai pemeriksaan penunjang untuk trauma ataupun frakatur.1,2

2.2.2 Klasifikasi

Gambar 5. Fraktur Monteggia Klasifikasi Bado

6

Page 6: 6 BAB II

Pada tahun 1967 Bado mengklasifikasikan fraktur monteggia menjadi 4 tipe, yaitu1,2,5:

Tipe I : Fraktur pada proksimal atau sepertiga medial ulna dengan anterior

dislokasi dari kaput radialis. Merupakan tipe fraktur Monteggia yang paling

sering terjadi.

Tipe II : Fraktur pada proksimal atau sepertiga tengah ulna dengan dislokasi

kaput radialis kearah posterior.

Tipe III : Fraktur pada metafisis ulnar dengan dislokasi kaput radialis kearah

lateral. Lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa.

Tipe IV : Fraktur pada proksimal atau sepertiga medial ulna dan radius

dengan dislokasi ke arah anterior.

2.2.3 Etiologi

Fraktur monteggia sangat terkait dengan jatuhnya seseorang yang diikuti oleh

outstretchhand dan tekanan maksimal pada gerakan pronasi. Dan jika siku dalam

keadaan fleksi maka kemungkinan terjadinya lesi tipe II atau III semakin besar. Pada

beberapa kasus, cedera langsung pada forearm dapat menghasilkan cedera serupa.

Evans pada tahun 1949 dan Pennrose melakukan studi mengenai etiologi fraktur

Monteggia pada cadaver dengan cara menstabilkan humerus dan menggunakan

energi secara subjektif pada forearm.6,7

Penrose menyebutkan bahwa lesi dengan tipe II merupakan variasi pada

dislokasi posterior dari siku. Bado percaya bahwa lesi tipe III terjadi akibat gaya

lateral pada siku sering terjadi pada anak-anak. Secara esensi, trauma energi tinggi

(tabrakan motor) dan trauma energi rendah (jatuh dari posisi berdiri) bisa memicu

cedera ini.6,7

2.2.4 Epidemiologi

Fraktur Monteggia meliputi kurang dari 5% pada forearm fracture dan

dipublikasikan dalam literatur sebanyak 1-2%.8,9 Fraktur Monteggia mencapai 0,4%

dari semua patah tulang lengan bawah. Insiden puncak terjadi antara usia 4 dan 10

7

Page 7: 6 BAB II

tahun.2 Dari seluruh fraktur Monteggia, Tipe 1 menurut Bado menrupakan yang

paling sering (59%), diikuti tipe III (26%), tipe II (5%) dan tipe IV (1%).8,9

2.2.5 Patofisiologi

Struktur pada forearm tertaut secara baku, jika ada satu tulang yang

mengalami disrupsi maka akan berpengaruh ke tulang lain. Ulna dan radial berikatan

secara intak hanya pada proksimal dan distal sendi. Namun, mereka menyatu

sepanjang sumbu dihubungkan dengan membrane interosseus. Hal inilah yang

menyebabkan radius bias berputar mengelilingi ulna.8,9

Ketika ulna mengalami fraktur, energi disalurkan sepanjang membrane

interosseus dan terdisplasi pada proksimal radius. Akhirnya yang terjadi adalah

disrupsi membrane interosseus sehingga mendisplasi proksimal radius. Hasil

akhirnya adalah disrupsi proksimal membrane interosseus dari fraktur, dislokasi sendi

proksimal radioulnar dan dislokasi sendi radiocapitellar.8

Dislokasi kaput radialis bisa mengarah pada cedera nervus radialis. Cabang

dari nervus radialis yang mempersarafi posterior interoseus yang mengelilingi leher

dari radius, sangat rentan beresiko untuk mengalami cedera, terutama pada cedera

dengan Bado tipe II. Cedera pada nervus radialis cabang media interoseus anterior

dan nervus ulnaris juga dilaporkan. 8,9

Kebanyakan cedera saraf adalah neurapraksis dalam waktu 4-6 bulan.

Pemuntiran pada pergelangan tangan akibat trauma bisa diatasi dengan ekstensi dan

latihan gerak jari bisa mencegah terjadi kontraktur.8,9

8

Page 8: 6 BAB II

Gambar 6. Mekanisme Trauma dari Fraktur Monteggia

Mekanisme terjadinya fraktur monteggia berbeda-beda tergantung dengan

tipenya, pada tipe I merupakan akibat terjadi dari trauma langsung karena

hiperektensi atau hiperpronasi, namun yang paling sering disebabkan oleh

hiperpronasi pergelangan tangan. Sedangkan mekanisme fraktur dari tipe II terjadi

karena trauma langsung dengan posisi tangan supinasi atau rotasi dengan supinasi.2,10

Pada fraktur monteggia tipe III, terjadi akibat dari trauma langsung pada

bagian dalam siku dengan atau tanpa rotasi, sehingga terjadinya adduksi dan

menyebabkan displacement kepala radius kea rah lateral. Sedangkan pada tipe IV

terjadi akibat hiperpronasi.2,10

2.2.6 Penegakan Diagnosis

2.2.6.1 Anamnesis

Pada saat anamnesis, pasien datang dengan melaporkan adanya rasa sakit dan

nyeri siku. Terkait dengan tipe fraktur dan keparahan, kemungkinan mengalami

9

Page 9: 6 BAB II

pembengkakan siku, atau kebas. Rentang gerak siku terbatasi. Kepala radial dapat

teraba di posisi dislokasi dan angulasi poros ulna dapat digambarkan atau teraba.2

Beberapa pasien tidak merasakan nyeri hebat saat beristirahat tapi fleksi sendi cubiti

dan rotasi forearm terbatas dan nyeri.11

2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik terkait dengan tipe fraktur dan keparahan,

kemungkinan mengalami pembengkakan siku, deformitas, krepitasi parestesi atau

kebas. Dislokasi kaput radial mungkin teraba pada anterio, posterior atau posisi

anterolateral. Pada Bado tipe I dan IV, kaput radial dapat dipalpasi pada fosa

antecubiti. Kaput radialis dapat dipalpasi secara posterior pada Bado tipe II dan pada

Bado tipe III teraba pada daerah lateral.11

Gambar 7. Pemeriksaan Fisik pada Fraktur Monteggia

Keadaan kulit sebaiknya diperiksa untuk memastikan bahwa tidak terjadi

fraktur terbuka. Nadi dan pengisisan kapiler harus dicatat. Hematom mungkin terjadi

pada lokasi dislokasi walapun bukan tempat trauma secara langsung. Fungsi motorik

juga harus diperiksa karena cabang dari nervus radialis dapat terjepit, mengakibatkan

kelemahan atau paralisis dari jari atau ibu jari untuk ekstensi. Cabang sensorik

biasanya tidak terlibat.11

10

Page 10: 6 BAB II

Fraktur Monteggia pada populasi anak-anak biasanya tipikal dengan

gambaran yang unik dan lebih mengarah pada fraktur ulna dibandingkan kondisi

dislokasinya. Ketika sebuah cedera terjadi pada tulang yang masih immature maka

akan terbetuk pola yang bersifat khas yang akan mempengaruhi terapi.11

2.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

2.2.6.3.1 Pemeriksaan Laboratorium

Studi laboratorium diminta sesuai dengan indikasi pada kondisi pasien untuk

membantu pada saat anastesi atau tatalaksana perioperatif.2,11

2.2.6.3.2 Pemeriksaan Radiologi

Menggunakan foto polos sudah cukup untuk menegakkan diagnosis fraktur

Monteggia, namun pemeriksaan CT Scan dapat dilakukan karena membantu

penilaian pada fraktur yang melibatkan coronoid, olecranon, dan kepala radius. Pada

foto dilakukan pengambilan pada sendi pergelangan tangan dan siku, diambil baik

posisi anterior posterior (AP) dan lateral serta tidak lupa tangan yang sehat juga

diambil fotonya. Prinsipnya adalah aturan rule of two.2,11,12

Gambar 8. Fraktur Monteggia Tipe I dan PlasticDeformitas

11

Page 11: 6 BAB II

Gambar 9. Fraktur Monteggia Tipe II

Gambar 10.

Fraktur Monteggia Tipe III

Gambar 11. Fraktur Monteggia Tipe IV

Dari pemeriksaan radiologi yang akan didapatkan adalah frakatur ulna yang

nyata tapi dislokasi dari kaput radialis mungkin jelas terlihat atau sedikit terlihat.

Pengambilan foto pada siku sangat penting, yaitu untuk mengevaluasi sendi radio-

capitelllar, garis harus digambar paralel sesuai dengan aksis tulang radius. Dan garis

ini harus menuju ke salah satu titik pada sendi siku.12

12

Page 12: 6 BAB II

Gambar 12. Radiocapitellar line

2.2.7 Penatalaksanaan

2.2.7.1 Terapi Non Bedah

Nyeri ditangani sedini mungkin dengan pemberian analgetik dan jika terjadi

fraktur terbuka, maka dilakukan penatalaksanaan fraktur tebuka. Pada anak-anak

yang mengalami fraktur ini dilakukan reduksi tertutup. Reduksi tertutup pada anak

akan lebih mudah jika dilakukan dalam keadaan narkose. Ketamin 1-2mg/kgBB IV

atau 3-4 mg/kgBB IM bisa digunakan sebagai sedasi. Sedangkan pada anak yang

lebih tua, atau dewasa lebih sering dilakukan reduksi terbuka atau osteosintesis,

karena proses penyembuhan pada orang dewasa relative lebih lambat.

13

Page 13: 6 BAB II

Gambar 13. Closed Reduction

Pada fraktur menteggia tipe I dilakukan traksi pada lengan bawah dan pada

posisi supinasi. Karena angulasi ulnaris berkurang sehingga adanya reduksi spontan

dari caput radial. Jika hal ini tidak terjadi, siku ditekuk perlahan dan tekanan

diterapkan pada anterior caput radius. Setelah direduksi diperoleh, siku diposisikan

dalam posisi supinasi penuh dan fleksi sampai 100 derajat. Jika reduksi ulna tidak

dapat dipertahankan, fiksasi internal mungkin diperlukan. Dilakukan pemeriksaan

foto polos ulang setelah 1 minggu tindakan, untuk melihat ada atau tidaknya

perbaikan. Bedah diindikasikan jika tidak dapat mengurangi kelainan anatomis.2,10

Pada tipe II dilakukan traksi dengan memposisikan siku berada lurus dengan

lengan bawah dan dalam posisi supinasi, hal ini dilakukan untuk mengoreksi angulasi

ulna, dan mendorong dengan jempol kepada posterior caput radialis. Lengan

kemudian diposisikan dalam keadaan ekstensi yang cukup. Sedangkan pada tipe III

14

Page 14: 6 BAB II

dilakukan traksi dan menempatkan suatu abduction strain pada siku. Lengan bawah

juga harus dalam posisis supinasi sementara dilakukan penekanan pada ulna.2,10

Pada fraktur monteggia tipe IV, reduksi tertutupnya harus terdiri dari

memulihkan keselarasan dari fraktur ulna dan supinasi secara kuat untuk mengurangi

baik dislokasi caput radialis dan fraktur radial. Namun, patah tulang ini sulit untuk

dikurangi dengan reduksi tertutup biasanya dilakukan stabilisasi tindakan bedah pada

tulang radius dan ulna. Pada anak-anak yang lebih muda, kabel intramedulla biasanya

cukup untuk menstabilkan patah tulang lengan bawah. Dilakukan immobilisasi pada

bagian atas siku selama 3 minggu, kemudian di bawah siku selama 3-4 minggu.2,10

2.2.7.2 Terapi Bedah

Pada anak yang dilakukan adalah reduksi tertutup dari ulna. Jika kaput radialis

masih belum bisa direduksi dengan memperbaiki ulna, reduksi ulna lanjutan bisa

dilakukan dengan supinasi forearm dan tekanan langsung pada kaput radialis

biasanya berhasil. Ketika kaput radialis secara anatomis tidak bisa direduksi,

memanipulasi sendi dan kapsulnya dengan memperbaiki anular ligament bisa

dialkukan.13

Pada orang dewasa operasi sangat direkomendasikan. Reduksi terbuka disertai

dengan kompresi menggunakan plate pada ulna secara umum dan diikuti dengan

reduksi secara tidak langsung pada tulang radius. Jika reduksi secara langsung tidak

bisa tercapai maka reduksi terbuka juga harus dilakukan. Jika kaput radialis tetap

tidak stabil pertahankan selama kurang lebih 6 minggu dalam posisi supinasi. Jika

kaput radialis stabil setelah reduksi baik terbuka ataupun tertutup, lakukan gerakan

aktif dengan hinged elbow orthosis menjaga forearm dalam posisi supinasi. Lindungi

lengan sampai sembuh. Jika anterior dislokasi dan reduksi tertutupnya tidak stabil, 13

Terapi harus dilakukan pada penderita denga dislokasi atau subluksasi

progresif radio-capitellar, deformitas siku valgus yang progresif, terbatasnya geraka

atau rentang lengan, nyeri pada artikulasi radio-capitellar atau radio-ulnaris

malaligned.10

15

Page 15: 6 BAB II

2.2.8 Komplikasi

Cedera saraf jarang terjadi, paling sering terjadi pada fraktur tipe III dengan

keterlibatan saraf posterior interoseus. Resolusi spontan neuropraxia ini adalah 9-12

minggu setelah cedera. Cedera saraf ulnar adalah neuropraxia langka yang kadang-

kadang dikaitkan dengan deformitas valgus siku dilihat dengan adanya dislokasi

caput radius yang tidak direduksi. Cedera pada saraf median juga jarang terjadi.

Osifikasi periarticular jarang dapat dilihat dalam kasus-kasus kronis terkilirnya caput

radius. Komplikasi lain, yaitu mencakup penyembuhan tulang yang non-union,

malunion, , kerusakan otot, arthritis, tendonitis, infeksi, kekakuan dan hilangnya

berbagai gerakan, sindrom kompartemen, patah, cacat, dan sakit kronis.2,10,12

2.2.9 Prognosis

Pada anak-anak, prognosos pada pengobatan dini cukup baik, bahkan

biasanya kembali normal. Jika pengobatan tidak dilakukan secepatnya, maka

dibutuhkan bedah jenis rekonstruksi dan dapat terjadi komplikasi yang jauh biasa

terjadi pada fraktur dengan prognosis yang lebih buruk. Pada orang dewasa,

penyembuhan terjadi lebih lambat dan hasil biasanya tidak sebagus pada anak-

anak.2,12

Pada tahun 1991, Anderson and Meyer mengguankan kriteria untuk

mengevalusi fraktur forearm dan prognosisnya:

Excellent - Union with less than 10° loss of elbow and wrist flexion/extension

and less than 25% loss of forearm rotation

Satisfactory - Union with less than 20° loss of elbow and wrist

flexion/extension and less than 50% loss of forearm rotation

Unsatisfactory - Union with greater than 30° loss of elbow and wrist

flexion/extension and greater than 50% loss of forearm rotation

Failure - Malunion, nonunion, or chronic osteomyelitis

16