Upload
indra-bramanditia
View
24
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
abc
Citation preview
HAND OUT
Standar Kompetensi : 6. Menganalisis Sistem Politik di IndonesiaKompetensi Dasar : 6.2 Mendeskripsikan Perbedaan Sistem Politik Di Indonesia dan Di Berbagai Negara
A. SISTEM POLITIK INDONESIA DAN SISTEM POLITIK DI
BERBAGAI NEGARA
1 . Sistem Politik Indonesia
Sejak awal berdirinya, Indonesia sudah menjadikan demokrasi sebagai
pilihan sistem politiknya. Isi dan mekanisile/sistem politik demokrasi Indonesia
dirumuskan pada batang tubuh UUD 1945, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan
menurut ketentuan UUD.
Menurut Samuel Huntington, terdapat dua pembagian sistem politik, yaitu sistem
politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi. Sistem politik demokrasi
didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokrastis.
Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di
Indonesia sebagai berikut.
a. Ide kedaulatan rakyat
Bahwa yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat. Ini menjadi gagasan
pokok dari demokrasi yang tercermin pada pasal 1ayat (2) UUD 1945 yang
berbunyi "kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD".
b. Negara berdasar atas hukum
Negara demokrasi juga negara hukum. Negara hukum Indonesia menganut
hukum dalam arti material (luas) untuk mencapai tujuan nasional. Ini
tercermin pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Negara Indonesia
adalah negara hukum".
c. Berbentuk republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum
(republika). Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan
kepentingan umum. Tercermin pada Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
"Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik".
d. Pemerintah berdasarkan konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan dan berlandaskan konstitusi atau undangundang dasar yang
demokratis. Ini tercermin pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
"Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan. pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar".
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
Pemerintah selaku penyelenggara negara bertanggung jawab atas segala
tindakannya. Berdasarkan demokrasi Pancasila, pemerintah ke bawah
bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas bertanggung jawab kepada Tuhan
Yang Mahaesa.
f. Sistem perwakilan
Pada dasarnya, pemerintah menjalankan amanat rakyat untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi
perwakilan atau demokrasi tidak langsung. Para wakil rakyat dipilih melalui
pemilu.
g. Sistem pemerintahan presidensial
Presiden adalah penyelenggara negara tertinggi. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan.
Sedangkan, pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia sebagai
berikut.
a. Negara berbentuk kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Di
samping adanya pemerintah pusat, terdapat pemerintah daerah yang
memiliki hak otonom.
b. Pemerintahan berbentuk republik, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial;
c. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa
jabatan 5 tahun.
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung
jawab kepada presiden. Presiden tidak bertanggung jawab
kepada MPR dan DPR. Di samping kabinet, presiden dibantu
oleh suatu dewan pertimbangan.Parlemen terdiri dari dua (bikameral), yaitu
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
e. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR,
anggota DPD, anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD Kabupaten/Kota.
f. Sistem multipartai. Banyak sekali partai politik yang bermunculan di Indonesia
terlebih setelah berakhir Orde Baru.
g. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah
Konstitusi. Lembaga negara lainnya adalah Badan Pemeriksa' Keuangan dan
Komisi Yudisial.
2 . Sistem Politik Di Berbagai Negara
Selain sistem politik demokrasi, terdapat berbagai sistem politik lain yang dianut di
berbagai negara di dunia. Sistempolitik tersebut dianut berdasarkan kebijakan negaranya
masing-naming. Sistem politik tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Absolutisme. Sistem politik di mana tidak ada batasan hukum, kebiasaan, atau moral
atas kekuasaan pemerintah. Istilah ini secara umum digunakan untuk sistem politik
yang dijalankan oleh seorang diktator, tetapi juga bisa digunakan pada sistem yang
kelihatannya demokratis yang memberi kewenangan mutlak pada legislatif dan
eksekutif. Sifat utama bentuk pemerintahan ini adalah pemusatan kekuatan, kontrol
kelompok sosial yang ketat, tidak adanya partai politik pesaing, dan perwakilan
rakyat menjadi oposisi.
2. Anarkisme. Sistem politik yang bertentangan dengan semua bentuk pemerintahan. Para
anarkis percaya bahwa pencapaian tertinggi umat manusia adalah kebebasan individu
untukmengekspresikan dirinya, tidak terbatas oleh bentuk represi atau kontrol
apapun. Mereka percaya bahwa kesempurnaan umat manusia tidak akan dicapai
hingga semua pemerintahan dihapuskan dan setiap individu bebas sebebas-
bebasnya. Namun salah satu batasan atas kebebasan itu adalah larangan melukai
manusia lain. Batasan ini menimbulkan batasan lain. Jika umat manusia berusaha
menyakiti orang lain, semua individu lain yang berkelakuan baik memiliki hak
untuk bersatu melawannya, dan kelompok yang taat asas dapat menekan kelompok
kriminal, meskipun hanya melalui kerja sama sukarela dan bukan melalui
organisasi negara.
3. Koalisi. Kombinasi sementara kelompok atau individu yang dibentuk untuk
mencapai tujuan tertentu melalui tindakan bersama. Istilah koalisi paling sering
digunakan sehubungan dengan partai politik. Pemerintah koalisi, yang sering
ditemukan di negara-negara multipartai, seperti Prancis dan Italia, dapat dibentuk
ketika tidak ada satu partai tunggal yang cukup kuat untuk memperoleh mayoritas
dalam pemilihan umum. Pemerintah yang terbentuk biasanya mendistribusikan
pos-pos politik untuk mewakili seluruh anggota koalisi.
4. Persemakmuran (commonwealth). Sistem yang terdiri atas rakyat satu komunitas
yang terorganisasi secara politis dan bersifat independen atau semi-independen, di
mana pemerintah berfungsi berdasarkan persetujuan rakyat.
5. Komunisme. Menurut teori, komunisme dapat menciptakan masyarakat tanpa kelas
yang kaya dan bebas, di mana semua orang menikmati status sosial dan ekonomi.
Namun dalam praktiknya, rezim komunis mengambil bentuk pemerintah otoriter
dan memaksa (coercive), yang tidak begitu peduli pada persoalan kelas buruh dan
pada akhirnya berupaya untuk mempertahankan kekuasaan.
6. Demokrasi. Sistem politik di mana rakyat suatu negara memerintah melalui bentuk
pemerintahan apapun yang mereka pilih. Dalam demokrasi modern, otoritas
tertinggi dilakukan oleh perwakilan yang dipilih oleh rakyat. Perwakilan dapat
dilanjutkan dengan pemilihan umum menurut prosedur hukum recall dan
referendum.
7. Despotisme. Sistem di mana terdapat penguasa absolut yang tidak dibatasi oleh
proses konstitusional atau hukum apapun. Kata ini juga memiliki konotasi
kebijakan kejam dan opresif.
8. Kediktatoran. Bentuk kediktatoran di masa modern adalah pemerintahan negara di
tangan satu orang. Diktator sebenarnya adalah gelar magistrate pada masa
Romawi Kuno, yang ditunjuk oleh Senat pada masa darurat, dan disahkan oleh
cornitia curiata.
9. Totalitarianisme. Sistem politik dan ideologi di mana semua aktivitas sosial,
politik, ekonomi, intelektual, budaya, dan spiritual tunduk pada tujuan pemimpin
sebuah negara. Dalam totalitarianisme modern, rakyat dibuat sepenuhnya
tergantung pada kemauan dan ajakan partai politik dan pemimpinnya. Negara-
negara totaliter modern dipimpin oleh seseorang pemimpin atau diktator yang
mengontrol partai politik.
10. Fasisme. Ideologi politik modern yang berupaya menciptakan kembali kehidupan
sosial, ekonomi, dan budaya sebuah negara berdasarkan rasa kebangsaan atau
identitas etnis. Fasisme menolak ide liberal seperti hak inidvidu dan kebebasan,
dan sering menekan untuk membantu membatalkan pemilihan umum, legislatif,
dan elemen yang lain.
11. Federalisme. Sistem politik nasional atau internasional di mana dua tingkat
pemerintah mengontrol wilayah dan warga negara yang sama. Negara dengan
sistem politik federal memiliki pemerintah pusat dan pemerintah-pemerintah
yang didasarkan pada unit politik yang lebih kecil, yang biasanya disebut dengan
negara bagian, provinsi, atau wilayah. Unit politik yang lebih kecil ini
menyerahkan beberapa kekuasaan politik mereka kepada pemerintah pusat, demi
kebaikan bersama.
12. Monarki. Sistem di mana seseorang memilih hak keturunan untuk memimpin
sebagai kepala negara seumur hidupnya. Istilah ini juga diterapkan pada negara
yang diperintah. Kekuasaan monarki bervariasi dari absolut hingga sangat
terbatas. Monarki meliputi penguasa, seperti raja dan ratu, kaisar, dan tsar atau
sultan.
13. Perwakilan. Sistem di mana posisi eksekutif, legislatif, dan yudikatif dapat dipilih
melalui suara rakyat. Dalam banyak hal, perwakilan langsung digunakan untuk
tujuan legislatif saja. Di Indonesia dan Amerika Serikat ada pengecualian, yaitu
prinsip yang sama diterapkan pula untuk posisi eksekutif dan yudikatif: presiden
adalah perwakilan langsung rakyat.
14. Republik. Sistem yang didasarkan pada konsep bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat, yang mendelegasikan kekuasaan untuk memimpin atas nama
rakyat, untuk memilih perwakilan dan pejabat negara.
15. Sosialisme. Sistem yang menuntut kepemilikan negara dan kontrol sarana
produksi yang menguasai hajat hidup dan pemerataan kemakmuran. Sistem ini
secara spesifik dicirikan oleh nasionalisasi sumber daya alain, industri besar,
fasilitas perbankan dan kredit, serta hak milik publik; nasionalisasi cabang
industri yang dimonopoli, melihat monopoli sebagai sesuatu yang bertentangan
dengan kemakmuran rakyat.
16. Teokrasi. Sistem politik sebuah negara di mana Tuhan dianggap sebagai satu-
satunya kedaulatan dan hukum kerajaan dipandang sebagai perintah Tuhan.
Dapat juga dikembangkan bahwa teokrasi adalah sebuah negara, di mana kontrol
berada di tangan para imam agama.
17. Pemerintahan dunia. Konsep organisasi politik global terpusat dan merupakan
aturan hukum bersama yang menciptakan tatanan internasional dan mendorong
perdamaian.
B. DINAMIKA POLITIK INDONESIA
Banyak pendapat mengenai dinamika politik Indonesia. Namun, pendapat
yang secara umum diterima adalah dengan cara membedakan proses
berdasarkan kurun waktu perubahan sistem politik.
Menurut Arbi Sanit, kestabilan politik Indonesia sejak merdeka dapat
dibedakan atas kestabilan jangka pendek (kurang dari 10 tahun) dan kestabilan
jangka panjang (lo tahun atau lebih).
Dinamika politik Indonesia menurut Arbi Sanit dapat
dikelompokkan dalam masa (era) berikut ini.
a. Masa 1945-1967. Pada masa ini, terjadi perubahan dari sistem politik
demokrasi konstitusional menjadi sistem politik,demokrasi terpimpin. Masa
ini lebih dikenal dengan sebutan "Orde Lama".
b. Masa 1967-1999. Pada masa ini, terjadi perubahan dari sistem politik "Demokrasi Terpimpin" menjadi "Demokrasi Pancasila". Masa ini lebih
dikenal dengan sebutan "Orde Baru".
c. Masa 1999 sampai sekarang. Pada masa ini, terjadi perubahan dari sistem
politik sentralisasi menjadi sistem politik yang mengarah pada kemandirian
daerah (otonomi daerah). Masa ini dikenal dengan sebutan "Orde
Reformasi".
Berbicara mengenai dinamika politik juga berarti membicarakan stabilitas
politik. Dalam jangka pendek stabilitas politik lebih banyak ditentukan oleh
kewibawaan pemerintah. Artinya, stabilitas politik sangat dipengaruhi oleh
kondisi masyarakat. Dalam hal ini, baik massa, grup elit yang mendukung
pemerintah, maupun yang beroposisi, memberikan kesempatan kepada
pemerintah untuk menjalankan programnya. Contoh untuk ini adalah jatuhnya
Kabinet Natsir pada tahun 1951, meskipun pada awal kekuasaan kabinet
tersebut (kuartal terakhir tahun 1950), didukung oleh Presiden Soekarno.
Jatuhnya Kabinet Natsir disebabkan oleh tumbuhnya pertentangan antara
Perdana Menteri Natsir dengan Presiden Soekarno mengenai cara penyelesaian
pengembalian Irian Barat. Selain itu, jatuhnya Kabinet Natsir juga disebabkan
oleh cepat membesarnya kekuatan oposisi yang bersumber dari berbagai isu
seperti peningkatan pajak keuntungan sebesar 300 persen, masalah pemilihan
dewan perwakilan tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan yang dilandasi
oleh pemikiran federatif.
Di samping itu, kepercayaan massa kepada kepemimpinan kharismatis
Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin banyak pula berpengaruh
pada kestabilan politik dalam jangka. pendek. Kepercayaan massa makin
menurun seiring dengan bertambah lamanya Presiden Soekarno memegang
tampuk pemerintahan serta akibat makin banyaknya masalah-masalah nasional
yang tidak terselesaikan, sehingga menimbulkan berbagai macam
ketidakstabilan politik.
Demokrasi Terpimpin dalam indeks ketidakstabilan memperlihatkan
kenaikan. Ini berdasarkan pada kenyataan bahwa sistem politik Demokrasi
Terpimpin kurang memperhatikan permasalahan di dalam negeri yang
menjadi tuntutan masyarakat sebagai prioritas. Presiden Soekarno lebih fokus
pada masalah hubungan antarbangsa, di mana Indonesia diharapkan dapat
berperan penting dalam dunia internasional. Ia kurang berfokus pada upaya
mengurangi beban ekonomi dan politik yang dipikul masyarakat. Secara
politis-ekonomis, rakyat Indonesia dikerahkan untuk mendukung cita-cita
Indonesia sebagai negara terkemuka, sementara pembangunan ekonomi di
dalam negeri terabaikan.
Stabilitas politik jangka pendek dipengaruhi pula oleh seni dan keahlian
berpolitik lainnya, seperti kemampuan berkompromi dengan pihak yang
beroposisi. Kemampuan ini menyangkut bagaimana dua pihak yang
bertentangan dapat memecahkan permasalahan dan sedapat mungkin
mengurangi potensi terjadinya konflik. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang
yang mampu berpolitik dalam pemerintahan. Terganggunya stabilitas politik
juga akan mengganggu stabilitas ekonomi, sosial, bahkan pertahanan dan
keamanaan negara tersebut.
Sementara itu, dalam jangka panjang, stabil-tidaknya politik Indonesia
lebih banyak berhubungan dengan perkembangan ekonomi, pelembagaan
struktur dan proses politik, serta partisipasi politik.
C. PELAKSANAAN SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Dalam sistem politik Indonesia sejak pertengahan tahun 196o-an sampai
berakhirnya pemerintahan Orde Baru, jelas bahwa stabilitas politik merupakan
salah satu dasar pemikiran penyusunan strategi kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Alasan penggunaan dasar stabilitas politik sangat dipengaruhi
pengalaman bernegara sejak merdeka. Berkali-kali di masa Orde Lama terjadi
upaya memerdekakan diri dari beberapa wilayah. Ada pula aksi kudeta
terhadap pemerintahan yang sah.
Hal yang sama terulang kembali di masa Orde Baru. Aksi penuntut
reformasi adalah bentuk kudeta terhadap pemerintah yang berkuasa. Bahkan, di
masa transisi reformasi, persoalan disintegrasi bangsa terjadi. Pada era ini
bangsa Indonesia kehilangan salah satu provinsinya, Timor Timur. Dua wilayah
yang kaya dan luas di ujung barat dan timur Indonesia, yaitu Aceh dan Papua
turut menuntut pemisahan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Akar
masalahnya adalah kemiskinan dan ketidakadilan. Di provinsi yang begitu luas
dan kaya raya akan sumber daya alam, ternyata masyarakatnya hidup dalam
kemiskinan.
Sebagian besar transisi kepemimpinan di Indonesia ditandai oleh
pergolakan dan pertumpahan darah. Tragedi 1965 mengakhiri pemerintahan
Soekarno. Tragedi Mei 1998 mengakhiri pemerintahan Soeharto. Sistem politik
dengan landasan stabilitas politik pun menjadi penting. Sistem politik Demokrasi
Pancasila masih dipercaya cukup tangguh untuk mencapai stabilitas tersebut.
Sistem politik Demokrasi Pancasila pada prinsipnya dibangun di atas
keberagaman dan pluralisme. Sistem ini dibangun dengan alasan bahwa Indonesia
adalah sebuah negara yang sangat majemuk, plural, dan beragam. Sistem ini
mengacu pada nilai-nilai demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dar keadilan sosial
bagi seluruh bangsa Indonesia.
D. SISTEM POLITIK DI NEGARA LIBERAL DAN NEGARA
KOMUNIS
Sistem politik di tiap negara berbeda-beda, karena masing-masing negara
menggunakan sistem politik yang paling sesuai dengan bentuk negaranya dan
keinginan rakyatnya atau pemimpin negaranya atau kelompok lain yang dominan di
negaranya. Seperti yang telah kita ketahui, negara Indonesia menganut sistem
politik demokrasi di mana kekuasaan sepenuhnya ada di tangan rakyat dan sistem
politik yang dijalankan adalah berdasarkart atas asas partisipasi masyarakat dalam
tiap langkah pembangunannya.
Di negara-negara liberal seperti Amerika Serikat atau Inggris, dianut sistem
politik liberal. Sistem politik liberal itu sendiri dicirikan dengan adanya kebebasan
berpikir bagi tiap individu dan kelompok; pembatasan kekuasaan, khususnya dari
pemerintah dan agama; penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas; dan
suatu sistem pemerintahan yang transparan, yang di dalamnya hak-hak kaum
minoritas dijamin.
Sistem politik di Amerika Serikat hampir mirip dengan Sistem Politik
Indonesia, walaupun tetap berbeda karena bentuk negara yang berbeda. Berikut
adalah indikatornya. Amerika Serikat merupakan negara demokrasi konstitusional
dengan sistem three-tier dan institusi kehakiman yang bebas. Terdapat tiga urutan
pemerintahan yaitu nasional, negara bagian dan pemerintahan lokal yang
mempunyai badan legislatif serta eksekutif dengan bidang kekuasaan masing-
masing. Negara ini mengambil bentuk serikat atau federalisme di mana di
negara pusat dan negara bagian berbagi kekuasaan. Negara pusat berkuasa
terhadap beberapa perkara seperti pencetakan mata uang Amerika serta
kebijakan pertahanan. Sementara itu, negara-negara bagian berkuasa
menentukan hak dan undang-undang masing-masing seperti hak pengguguran
bayi dan hukuman maksimal dalam hal undang-undang. Satu elemen yang jelas
terlihat di Amerika ialah doktrin pembagian kekuasaan. Pasal 1 hingga 3
Konstitusi Amerika telah menggariskan secara terperinci mengenai kekuasaan
Negara yang utama yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Checks and
balances atau pemeriksaan dan keseimbangan merupakan satu ciri yang utama
dalam negara Amerika dan ini berlaku menyeluruh sehingga tidak ada satu
lembaga negara pun yang mempunyai kekuasaan mutlak untuk mengawasi
lembaga negara yang lain.
Di negara ini semua rakyat yang berusia 18 tahun ke atas berhak memilih.
Pemilu untuk pemilihan presiden diadakan setiap empat tahun sekali. Di
samping Pemilu untuk pemilihan presiden, ada pula Pemilu paruh waktu, yang
diadakan pada pertengahan masa jabatan presiden. Dalam pemilu ini yang
dipilih bukanlah presiden melainkan seluruh anggota Dewan Perwakilan dan
sepertiga dari seluruh senator dari tiap negara bagian. Berdasarkan data-data
tersebut, dapatkah kamu mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan sistem
politik di Amerika Serikat dan Indonesia?
Sistem komunisme, menurut teori, dapat menciptakan masyarakat tanpa
kelas yang kaya dan bebas, di mana semua orang menikmati status sosial dan
ekonomi. Namun dalam praktiknya, rezim komunis mengambil bentuk
pemerintah otoriter dan memaksa (coercive), yang tidak begitu peduli pada
persoalan kelas buruh dan pada akhirnya berupaya untuk mempertahankan
kekuasaan.
Secara garis besar, sistem politik di negara komunis dicirikan oleh
pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milik pribadi, peniadaan hak-
hak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilihan umum yang terbuka,
tidak adanya oposisi, serta pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan
berpendapat. Sistem ini dianut oleh negara-negara seperti Cina, Kuba,
Vietnam, dan negara-negara Eropa Timur, walaupun di sebagian besar negara
komunis, sistem politik ini sudah tidak murni lagi pelaksanaanya.