105
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL DALAM UPAYA MENCEGAH DAN MENDETEKSI TERJADINYA FRAUD SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Herty Safitri YunintaSari NIM : 106082002612 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

94284 Herty Safitri Yunintasari FEB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FEB

Citation preview

  • PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR

    INTERNAL DALAM UPAYA MENCEGAH DAN MENDETEKSI

    TERJADINYA FRAUD

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh:

    Herty Safitri YunintaSari NIM : 106082002612

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H/2010 M

  • PENGARUH INDEPENDENSI DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL DALAM UPAYA MENCEGAH DAN MENDETEKSI

    TERJADINYA FRAUD

    Oleh: Herty Safitri YunintaSari

    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh independensi dan profesionalisme auditor internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang responden auditor internal yang berada di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah regresi berganda.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independensi dan profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Kata kunci : Independensi, profesionalisme auditor internal, mencegah dan

    mendeteksi terjadinya fraud.

    vi

  • The Influence of Independence and Profesionalism of Internal Auditors in an Effort to Prevent and Detect Fraud

    By: Herty Safitri YunintaSari

    Abstract

    This study aimed to analyze the influence of the independence and professionalism of internal auditors in an effort to prevent and detect fraud. The sample in this study respondents were 60 internal auditors in the Internal Audit Foundation (YPIA). The methods used in sampling in this study is Convenience Sampling. The statistical test used is multiple regression.

    Results showed that the variable independence and profesinalism of internal auditors in an effort to prevent significant and detect fraud.

    Keywords: Independence, professionalism of internal auditors, prevent and

    detect fraud.

    v

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat

    Rahmat dan Karunia-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

    beserta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

    membawa umatnya dari zaman kemusyrikan ke zaman ketauhidan dan ilmu

    pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

    syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.

    Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

    menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dan

    doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

    1. Kedua orang tuaku, Heri Kusnadi dan Tiliati, papa dan mama, yang

    senantiasa selalu memberi support baik doa maupun finansial kepada

    penulis dalam penyelesain skripsi ini. Kalian juga telah memberikan kasih

    sayang yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan untuk Thesar Herdiansyah

    Kusnadi adeqw satu-satunya, terima kasih atas dukungan dan doanya

    selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian

    berikan kepada penulis selama ini.. Amin Ya Rabbalalamin..

    2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I yang telah

    memberikan bantuan baik waktu maupun saran kepada penulis selama

    proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

    baik.

    3. Bapak Hepi Prayudiawan SE.Ak,MM selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat

    kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis.

    vii

  • 5. Bapak Afif Sulfa,SE,Ak,Msi selaku Ketua Jurusan Akuntansi yang telah

    memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa

    perkuliahan.

    6. Bapak Amilin, SE.Ak,Msi yang telah memberi saran kepada penulis dalam

    penulisan skripsi ini.

    7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial.

    8. Untuk Iqbal Dwitama Putra Ralas terima kasih sedalam-dalamnya selama

    ini sudah membantu penulis dalam segala hal. Baik berupa dukungan moril

    dan berupa segala pemikirannya selama ini. Terima kasih atas kesabarannya

    menghadapi segala tingkah laku penulis yang ajaib ini. Semangathh yagh

    untuk penelitian dan kuliah mu. Buktikan ke orang-orang yang mandang

    rendah ke kamu kalau kamu bisa berhasil juga.

    9. Semua anak- anak DMusrix Izumie Nadia Marrisca Putri pipi ipin

    walaupun kita sering berantem bebh tapi ampe penghabisan kita kuliah kita

    berdua terus dari kita nyiapin materi skripsi berdua ampe sidang pun kita

    cuma berdua bener-bener gag akan aku lupain piinn , Maulida Oktaviani mimi mbully kamu orang pertama yang jadi tempat berbagi suka duka

    bareng makasih yagh sayang untuk waktu mu selama ini , Istihayu Putri Buansari bunda makasih yagh bund wat ilmu-ilmu nya udah mau jadi

    tempat aqu bertanya dikala aku kesulitan alias nyontek hahaha , Mega Ayu Lestari dede makasih juga yagh dede wat kebersamaannya selama

    ini, Indah Ponika eyang eyang sayang makasih yagh selama ini udah

    ngasih wejangan, Mufti Rahmatika uda cabul makasih yagh muptii udah

    menjadikan anak-anak dmusrix menjadi dewasa. Love u all guys n im

    gonna miss u all thankz for everything prends.

    10. Anak-anak angkatan 2006 khususnya kelas C ada maul, cumi, isti, gae,

    penti, uum, chibo, indah, malia, fika, hanan, ocem, fitri, mega, nia, galuh,

    mupti, pery, jamal, dayat, pajar, puad, menez, otoy, heri, buluk, bejo, topan,

    ajat, ijul, ipan, inu, guntur, yudo, makasih yaghh teman-teman udah bagi-

    bagi kenangan indah selama 2,5 tahun kebersamaan kita.

    viii

  • ix

    11. Anak-anak Audit B yang udah sama-sama walaupun hanya 1 tahun

    kebersamaan tapi meninggalkan kesan yang indah bagi penulis ad ipin,

    bunda, indah, chibo, ocem, malia, galih, nia, pitri, mega, gae, acied, anis, ita,

    duo kembar, cici, ayu, dilas, dll.

    12. Teman-teman semasa KKSBT untuk Pipi Ipin dan Dede Gae.

    13. Teman teman semasa perjuangan kompre mbilly, ipin, peyi, penti, topan,

    dhini, acied, inu, ijul, dll terima kasih yagh atas belajar barengnya akhirnya

    kita bisa lulus semua ujian kompre.

    14. Untuk gembul, de2, miss ken, dan madam terima kasih penulis ucapkan

    untuk doa dan semangatnya selama ini kepada penulis sangat berarti bagi

    penulis . 15. Semua teman-teman penulis yang belum disebut di atas, terima kasih atas

    segala bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

    terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

    diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Jakarta, Juli 2010

    Herty Safitri YunintaSari

  • DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................ i

    Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ............................................................. ii

    Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ .iii

    Abstract................................................................................................................... v

    Abstrak.................................................................................................................. vi

    Kata Pengantar .................................................................................................. vii

    Daftar Isi ............................................................................................................... x

    Daftar Tabel ...................................................................................................... xiii

    Daftar Gambar................................................................................................... xiv

    Daftar Lampiran................................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah .................................................................................... 9

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 12

    1. Independensi Auditor Internal ............................................................. 12

    2. Profesionalisme Auditor Internal ......................................................... 19

    3. Kecurangan (fraud) ............................................................................. 25

    a. Pengertian Kecurangan (fraud) ....................................................... 25

    x

  • b. Klasifikasi Fraud ........................................................................... 32

    c. Unsur-unsur Kecurangan ................................................................. 37

    d. Langkah-langkah Pengendalian Fraud ............................................ 37

    4. Mencegah Terjadinya Fraud................................................................. 38

    5. Mendeteksi Terjadinya Fraud.............................................................. 44

    B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 49

    C. Keterkaitan Antar Variabel ....................................................................... 51

    1. Pengaruh Independensi Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan

    Mendeteksi Terjadinya Fraud...............................................................51

    2. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan

    Mendeteksi Terjadinya Fraud .............................................................. 52

    D. Kerangka Penelitian .................................................................................. 52

    D. Perumusan Hipotesis ................................................................................. 53

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 55

    B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 55

    C. Metode Pengumpulan Data

    1. Data Primer (Primary data) ............................................................ 56

    2. Data Sekunder (Secondary Data) .................................................. 57

    D. Metode Analisis ....................................................................................... 57

    1. Uji Kualitas Data.............................................................................. 57

    2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 59

    3. Uji Hipotesis ................................................................................... 60

    xi

  • E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 63

    BAB 1V PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Objek Penelitian ...................................................................... 69

    1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 69

    2. Karakteristik Responden....................................................................... 70

    3. Sejarah YPIA ........................................................................................ 71

    B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................................... 73

    1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 72

    2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 77

    3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 80

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 86

    B. Implikasi .............................................................................................. 87

    Daftar Pustaka ............................................................................................. 89

    xii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu.............................................................. 50

    Tabel 3.1 Skor Jawaban Responden ..................................................................... 56

    Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 64

    Tabel 4.1 Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuisioner................................. 69

    Tabel 4.2 Karakteristik Responden....................................................................... 70

    Tabel 4.3 Uji Validitas Independensi.................................................................... 73

    Tabel 4.4 Uji Validitas Profesionalisme ............................................................... 73

    Tabel 4.5 Uji Validitas Fraud ............................................................................... 74

    Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Independensi................................................................ 75

    Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Profesionalisme ........................................................... 76

    Tabel 4.8 Uji Realibilitas Fraud ........................................................................... 76

    Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................... 77

    Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi (R)........................................................... 81

    Tabel 4.11 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).......................................... 82

    Tabel 4.12 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) ....................... 83

    xiii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 The Fraud Triangle............................................................................ 30

    Gambar 2.2 The Fraud Tree.................................................................................. 32

    Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 53

    Gambar 4.1 Scatterplot ......................................................................................... 78

    Gambar 4.2 Normal P-P Plot ................................................................................ 79

    Gambar 4.3 Histogram.......................................................................................... 80

    xiv

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I Surat Riset Penelitian

    Lampiran II Kuesioner Penelitian

    Lampiran III Skor Jawaban Penelitian

    Lampiran IV Hasil Uji Validitas

    Lampiran V Hasil Uji Reliabilitas

    Lampiran VI Hasil Uji Multikolinieritas

    Lampiran VII Hasil Uji Heteroskedastisitas

    Lampiran VIII Hasil Uji Normalitas

    Lampiran IX Hasil Uji Hipotesis

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    DATA DIRI

    Nama : Herty Safitri YunintaSari

    Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/13 Juni 1988

    Alamat : Jl. Bidar 1C No.21 Rt 03/08,

    Kelapa Dua, Tangerang 15810

    Anak ke : 1 (satu) dari 2 bersaudara

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Kewarganegaraan : WNI

    Hobi : Membaca dan Olahraga

    Handphone : 085719717153

    Email : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    1. SD Islamic Village Tangerang : 1994-2000

    2. SMP Islamic Village Tangerang : 2000-2003

    3. SMAN 23 Jakarta : 2003-2006

    4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2006-2010

    ORGANISASI

    1. ROHIS SMAN 23 Jakarta : 2003-2006

    2. Ekskul Basket SMAN 23 Jakarta : 2003-2006

    PELATIHAN

    1. Training ESQ Leadership : September 2008

    2. Training Saham Online EzyDeal : Mei 2009

    iii

  • iv

    DATA ORANG TUA

    1. Ayah Nama : Heri Kusnadi

    Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/12 Juni 1960

    Alamat : Jl. Bidar 1C No.21 Rt 03/08,

    Kelapa Dua, Tangerang 15810

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Karyawan Swasta

    Kewarganegaraan : WNI

    2. Ibu Nama : Tiliati

    Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu/19 September 1966

    Alamat : Jl. Bidar 1C No.21 Rt 03/08,

    Kelapa Dua, Tangerang 15810

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Perawat

    Kewarganegaraan : WNI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam era teknologi maju dan globalisasi, Bangsa Indonesia juga

    menghadapi tantangan yang berhubungan dengan masalah kecurangan,

    kolusi, nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses

    verifikasi secara objektif yang terdokumentasi secara sistematis untuk

    memperoleh dan mengevaluasi bukti audit untuk menentukan apakah

    aktivitas, kejadian, dan kondisi, sistem atau informasi tersebut sesuai

    dengan kriteria audit, serta mengkomunikasikan hasil proses tersebut

    kepada klien (Iqbal, 2003:55).

    Keputusan yang utama harus ditetapkan oleh setiap auditor adalah

    menyangkut banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk

    dikumpulkan, agar ia merasa yakin bahwa unsur-unsur laporan keuangan

    dan semua laporan lainnya dari klien dibuat secara wajar. Banyaknya bukti

    yang harus dikumpulkan dalam suatu pemeriksaan tertentu merupakan

    proses pengambilan keputusan di antara proses tersebut yang paling

    penting adalah proses pemeriksaan. Memperoleh bukti yang terlalu sedikit

    akan memperbesar kemungkinan kegagalan kesalahan yang material.

    1

  • Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor

    tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan, antara lain: salah

    saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam

    laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan dan salah

    saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (sering

    disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan

    pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan

    sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).

    Ada beberapa istilah yang diberikan pada pelanggaran dalam

    bentuk ketidakjujuran yaitu: (1) Penipuan (kecurangan) merupakan

    penyajian yang tidak benar atau penyembunyian fakta penting sehingga

    menyebabkan seseorang kehilangan sesuatu yang berharga, (2) Kejahatan

    kerah putih (white collar crime) merupakan suatu tindakan atau

    serangkaian tindakan pelanggaran yang dilakukan dalam artian bukan

    fisik, dilakukan dengan menyembunyikan fakta atau tipu muslihat untuk

    mendapatkan uang atau barang dan keuntungan pribadi, (3) Penggelapan

    (embezzlement) merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum dengan

    memakai barang/harta yang ada dibawah tanggung jawab si pelanggar

    untuk kepentingan pribadi (Iqbal, 2003:56).

    Seorang auditor tidak harus memberikan perhatian dan keahlian

    lebih dari biasanya dalam melakukan atau memberikan pertanyaan dan

    penyidikan. Ia bukanlah penjamin, tugas dari seorang auditor adalah ia

    haruslah seorang yang jujur oleh karena itu ia seharusnya tidak meyakini

    2

  • apa yang tidak dipercayainya akan benar terjadi, dan ia harus

    menggunakan keahliannya sebelum ia percaya apa yang diyakininya itu

    benar.

    Belakangan ini perhatian auditor diarahkan terutama untuk

    mendeteksi terjadinya kesalahan dan transaksi kecurangan. Melalui

    penetapan kebijakan, dan fungsinya lebih kepada mendeteksi dan

    melindungi, tidak ada standar formal yang ditetapkan untuk menentukan

    tanggung jawab seorang internal auditor untuk mencegah dan mendeteksi

    terjadinya kecurangan. Dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya

    kecurangan, seorang auditor internal haruslah memiliki sikap independensi

    dan profesionalisme yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai

    seorang internal auditor di perusahaan.

    Salah satu kecurangan terbesar yang diingat dunia sampai saat ini

    adalah kasus Enron yang melibatkan salah satu dari The Big Five,

    Andersen and Co. Dalam kasus tersebut, auditor yang bertugas untuk

    mengaudit perusahaan tersebut juga merupakan auditor internal

    perusahaan yang bersangkutan (Yuniarti, 2008:1).

    Suatu kecurangan dapat dicegah salah satunya adalah dengan cara

    meningkatkan sistem pengendalian intern yang terdapat di perusahaan,

    karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan

    adalah manusia itu sendiri dan sistem pengendalian dalam perusahaan

    tersebut. Manusia dengan perilaku hidup yang dianutnya menentukan

    wujud tingkah lakunya dalam pergaulan dan dalam melaksanakan tugas

    3

  • dan pekerjaannya. Sedangkan suatu sistem pengendalian intern dibangun

    untuk menghalangi atau menghambat kemungkinan terjadinya kecurangan.

    Seperti pada halnya menangani penyakit, lebih baik mencegahnya

    daripada mengobatinya. Para ahli memperkirakan bahwasannya

    kecurangan terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh kecurangan

    yang sebenarnya terjadi. Karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada

    pencegahannya.

    Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab kecurangan, maka dari

    sisi pengguna laporan keuangan juga harus memperhatikan apakah laporan

    keuangan yang akan mereka gunakan memang sudah diaudit dengan baik

    atau belum. Oleh karena itu, laporan keuangan yang baik adalah laporan

    keuangan yang sudah diaudit oleh auditor yang kompeten dan independen.

    Arens dan Loebbecke (2009:17) mengatakan bahwa internal

    auditor adalah seorang yang bekerja sebagai karyawan pada suatu

    perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen. Menurut

    Amrizal (2004:1) internal auditing adalah suatu penilaian, yang dilakukan

    oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat

    dipercayainya, efisiensi, kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan

    serta pengendalian internal yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya

    adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen) dalam

    melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,

    saran dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit.

    4

  • Menurut Arens dan Loebbecke (2009:4) Auditor harus mempunyai

    kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta mampu menentukan

    jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang

    akan diambilnya. Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen.

    Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam

    mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang

    digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias.

    Independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan

    itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu. Misalnya, sekalipun auditor

    internal dibayar oleh perusahaan, ia harus tetap memiliki kebebasan yang

    cukup untuk melakukan audit yang handal.

    Independensi dalam profesi sangat dibutuhkan untuk menjaga

    kualitas auditor tersebut. Independensi bukan hanya dimiliki oleh auditor

    eksternal namun juga dimiliki oleh auditor internal. Independensi menurut

    Mautz dan Sharaf dalam karya terkenal mereka, The Philosophy of

    Auditing (Filosofi Audit), (Sawyer, 2006:35) terbagi menjadi 3 yaitu:

    independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan

    independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan

    publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan

    untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini

    adalah independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36)

    independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas

    dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas

    5

  • dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam

    memberikan pertimbangan.

    Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,

    auditor harus menjalani pelatihan yang cukup dan kegiatan penunjang

    keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan tersebut para auditor juga

    mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan agar dapat

    menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui.

    Selain itu profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi

    seseorang yang ingin menjadi seorang auditor sebab dengan

    profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin.

    Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang

    semakin luas, seorang auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang

    kompleksitas organisasi modern. Gambaran tentang profesionalisme

    seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Hendro Wahyudi (2006),

    tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian dalam profesi, kewajiban

    sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan

    hubungan dengan rekan seprofesi.

    Jika seorang auditor internal berada dalam situasi konflik penting

    bagi seorang auditor untuk mempertahankan sikap independensi serta

    profesionalismenya dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan, jika

    seorang auditor internal tidak bersikap independen dan profesional

    terhadap profesinya maka itu akan mempengaruhi integritas pada laporan

    keuangan yang akan sulit dicapai. Dikarenakan akan sulit mendapatkan

    6

  • pandangan yang objective dan solusi yang terbaik untuk setiap keadaan

    dan permasalahan yang ada. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk

    mendapatkan trust (kepercayaan) dari masyarakat untuk menjalankan

    usahanya baik bagi konsumen maupun sebagai investor. Auditor internal

    dituntut untuk selalu independen dan profesional dalam segala situasi,

    terlebih lagi jika seorang auditor internal tersebut menemukan atau

    mendeteksi terjadinya kecurangan (fraud). Maka, tanpa sikap

    independensi serta profesionalismenya peran auditor internal tidak akan

    berarti sedikit pun dalam upaya mencegah dan mendeteksi kecurangan

    (fraud).

    Setiap auditor internal harus tetap mempertahankan

    independensinya serta profesionalismenya agar dapat mencegah serta

    dapat mendeteksi segala bentuk tindak kecurangan (fraud) yang terjadi.

    Kurangnya pengetahuan dan pengertian seorang auditor internal mengenai

    indikasi akan terjadinya tindak kecurangan (fraud) sering terjadi dan

    prosedur yang efektif untuk mendeteksi kecurangan (fraud) sudah sering

    dibuat sulit oleh auditorauditor dalam melakukan tugas-tugasnya. Oleh

    karena itu, seorang auditor internal harus mempunyai keahlian dalam

    mencegah kecurangan (fraud) sebagai eksistensi dari pengetahuan

    mengenai gejala pasti, dan harus mampu mendeteksi segala bentuk

    kecurangan (fraud) yang terjadi, pengertian akan masalah dan sikap

    independensi serta profesionalisme untuk menyelesaikan semua

    permasalahan yang terjadi.

    7

  • Penelitian sebelumnya oleh M. Sodik (2007), dalam menganalisis

    pengaruh keahlian dan independensi audit internal terhadap kemampuan

    mendeteksi indikasi fraud. Penelitian ini menggunakan metode analisis

    deskriptif kualitatif, dan hasilnya diketahui bahwa keahlian dan

    independensi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi

    indikasi fraud.

    Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2008), menganalisis

    pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal

    terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini

    diketahui bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal

    berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan

    (fraud).

    Penelitian oleh Mohammad Iqbal (2003), yaitu meneliti tentang

    peran dan tanggung jawab internal auditor dalam mendeteksi kecurangan.

    Dalam hal mendeteksi kecurangan dibutuhkannya peran auditor internal

    serta tanggung jawab auditor internal.

    Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil

    penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Karena pada penelitian

    sebelumnya independensi audit internal mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu:

    1. Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2010. Alasan

    penelitian ini menggunakan tahun 2010 yaitu: (1) untuk mendapatkan

    8

  • 2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada para auditor internal

    yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)

    dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih valid atas data yang

    diujikan.

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud menyusun

    skripsi dengan judul: Pengaruh Independensi dan Profesionalisme

    Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya

    Fraud.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, masalah yang diteliti selanjutnya dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apakah independensi seorang auditor internal berpengaruh signifikan

    dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud ?

    2. Apakah profesionalisme seorang auditor internal berpengaruh signifikan

    dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud ?

    3. Apakah independensi dan profesionalisme auditor internal secara

    simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah

    dan mendeteksi terjadinya fraud ?

    9

  • C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berkaitan dengan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan

    penelitian ini adalah:

    a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan independensi

    seorang auditor internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi

    terjadinya fraud.

    b. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan profesionalisme

    seorang auditor internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi

    terjadinya fraud

    c. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan independensi dan

    profesionalisme seorang auditor internal secara simultan (bersama-

    sama) dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.

    2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua

    pihak, diantaranya:

    a. Bagi Auditor Internal

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    masukan dan pertimbangan mengenai pengaruh independensi

    auditor internal dan profesionalisme auditor internal terhadap

    kinerja auditor internal melalui pengetahuan mengenai fraud.

    10

  • 11

    b. Bagi pihak yang berkepentingan lainnya

    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

    masukan sesuai dengan kebutuhan.

    c. Dapat digunakan oleh para penelitipeneliti berikutnya sebagai

    salah satu referensi dalam penelitiannya.

    d. Bagi Penulis

    Adanya penelitian ini penulis dapat memperoleh banyak

    pengetahuan mengenai pengaruh independensi auditor internal dan

    profesionalisme auditor internal dalam upaya mencegah dan

    mendeteksi terjadinya fraud.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Independensi Auditor Internal

    Auditor internal bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan

    audit bagi kepentingan pihak manajemen. Tugas yang diberikan kepada

    auditor internal bermacam-macam, tergantung dari perintah dari

    atasannya. Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor internal harus

    berada diluar fungsi lini suatu organisasi. Seorang auditor internal wajib

    memberikan informasi yang penting bagi pihak manajemen yang berkaitan

    dengan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi

    suatu perusahaan.

    Independensi merupakan suatu syarat yang penting yang harus

    dimiliki oleh tiap auditor dengan tujuan agar dapat menilai kewajaran

    suatu informasi yang disajikan manajemen untuk para pemakai informasi

    yang terdiri dari pemakai internal dan eksternal.

    Independen berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Auditor

    internal tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor internal

    berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik

    perusahaan, namun juga pada kreditor dan pihak lain yaitu masyarakat dan

    pengguna laporan keuangan yang lainnya yang meletakkan kepercayaan

    pada pekerjaan internal auditor.

    12

  • Jika seorang auditor internal tidak dapat bersikap independen,

    maka akan sulit dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud di

    perusahaan. Oleh sebab itu, profesi auditor internal akan sangat sensitif

    terhadap masalah independensi. Dengan demikian sikap independensi

    sangat dibutuhkan agar laporan keuangan yang disajikan oleh manajer

    dapat berkualitas dan berkredibilitas dalam mencegah dan mendeteksi

    terjadinya fraud yang ada.

    Seperti yang diuraikan oleh SPAP seksi 220, menyatakan bahwa

    independensi diartikan sebagai tidak mudah dimengerti. Sedangkan

    Mulyadi (2006) adalah sebagai berikut :

    Independensi berarti bersikap bebas dari pengaruh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain dan jujur dalam mempertimbangkan fakta serta adanya pertimbangan yang objective dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

    Arens dan Loebbeck (2009) menyatakan independensi merupakan

    tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat

    tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, ia harus tetap

    memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang andal.

    Sedangkan Ralph Estes menyatakan pendapat mengenai independensi

    adalah sebagai kondisi keterbukaan, netral dan tidak bias, untuk atau

    terhadap pihak lain.

    Menurut Achmad Badjuri dan Elisa Trihapsari (2004) Independensi

    auditor diperlukan karena auditor sering disebut pihak pertama dan

    memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja. Hal ini karena

    auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen

    13

  • dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat

    independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit

    untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee

    harus berusaha menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat

    tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep

    teori auditing.

    Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi

    untuk memenuhi kewajiban profesionalismenya; memberikan opini yang

    objektif, tidak bias; dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa

    adanya; bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga

    (Sawyer, 2006:35). Adapun pengertian dari independensi selalu

    dihubungkan dengan objektifitas dalam internal auditor seperti yang

    dijelaskan oleh IIA dalam Mutchler (2003:235) sebagai berikut:

    Objectivity ia a mental attitude which internal auditors should maintain while performing engangements. The internal auditors should have an impartial, un-biased attitude and avoid conflict of interest situations, as that would prejudice his/her desired characteristic of the environment in which the assurance services are performed by the individual or team; i.e., it is desirable for the individual or team to be free from material conflicts of interest that threaten objectivity.

    Objektifitas adalah sikap mental yang harus dimiliki oleh auditor

    internal dalam melaksanakan pekerjaannya. Auditor internal harus

    bersikap tidak memihak, berperilaku yang tidak bias dan menghindari

    situasi konflik kepentingan yang akan membuat auditor internal dapat

    melaksanakan penilaian yang sesuai dengan kenyataan. Independensi

    14

  • merupakan karakteristik yang diperoleh dari lingkungan sekitar dalam

    pelaksanaan assurance service yang dilakukan oleh satuan kerja dalam tim

    maupun individu yang harus bebas dari konflik kepentingan yang dapat

    mengancam penilaian yang objektif auditor internal.

    Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2009) seksi

    220 PSA No.04 alinea 2, dijelaskan bahwa:

    Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

    Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada

    kepentingan siapapun meskipun ia bekerja atau mengabdi pada perusahaan,

    sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya

    keahlian teknis yang ia miliki, maka dengan otomatis ia akan kehilangan

    sikap independensi yang justru paling penting untuk mempertahankan

    kebebasan pendapatnya.

    Berbagai definisi independensi telah disampaikan oleh para ahli

    dapat disimpulkan, sebagai berikut:

    a. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi

    auditor untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh

    manajemen kepada pemakai laporan keuangan.

    b. Independensi diperlukan oleh auditor untuk memperoleh

    kepercayaan dari klien maupun dari masyarakat, khususnya bagi

    para pemakai laporan keuangan.

    c. Independensi diperlukan agar dapat kreadibilitas laporan keuangan

    yang disajikan oleh pihak manajemen.

    15

  • Dimensi atau indikator dari pelaksanaan independensi auditor

    internal (Nurjannah, 2008) adalah sebagai berikut:

    a. Kemandirian Auditor

    Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan

    penilaian-penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, yang

    mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan

    sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status

    organisasi dan sikap objektifitas dari para pemeriksa internal

    (auditor internal).

    1) Kemandirian Auditor Dilihat Dari Status Organisasi.

    Kemandirian auditor dilihat dari status organisasi adalah

    bahwa status organisasi dari bagian internal audit haruslah

    memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan

    tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya.

    Internal audit haruslah mendapat dukungan dari manajemen

    senior dan dewan, sehingga mereka akan mendapatkan suatu kerja

    sama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan

    pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain.

    2) Kemandirian Auditor Dilihat Dari Sikap Objektifitas.

    Kemandirian auditor dilihat dari sikap objektifitas adalah sikap

    mental yang bebas dan yang harus dimiliki oleh pemeriksa

    internal (auditor internal) dalam melaksanakan pemeriksaan.

    Auditor internal tidak boleh menempatkan penilaian

    16

  • sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih

    rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh

    pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan hasil penilaian

    orang lain.

    Bukan hanya penting bagi auditor internal untuk memelihara

    sikap mental independen dan tanggung jawab mereka, akan tetapi

    penting juga bahwa pemakai laporan keuangan menaruh

    kepercayaan terhadap independensi tersebut.

    b. Independensi dalam Kenyataan (Independence In Fact)

    Independensi dalam kenyataan adalah apabila dalam

    kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak

    memihak sepanjang pelaksanaan auditnya.

    c. Independensi dalam Penampilan (Independence In Appearance)

    Independensi dalam penampilan adalah hasil penilaian atau

    interpretasi pihak lain terhadap independensi auditor dalam

    menjalankan tugasnya.

    Mautz dan Sharaf (Sawyer,2006:35), dalam karya terkenal mereka,

    The Philosophy of Auditing (Filosofi Audit), memberikan beberapa

    indikator independensi profesional. Indikator tersebut memang

    diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat

    diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap objektif. Indikator-

    indikatornya adalah sebagai berikut:

    17

  • a. Independensi dalam Program Audit

    1) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit.

    2) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit.

    3) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain

    yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.

    b. Independensi dalam Verifikasi

    1) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan

    karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan.

    2) Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen

    selama verifikasi audit.

    3) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi

    aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan

    bukti.

    4) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi

    audit.

    c. Independensi dalam Pelaporan

    1) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau

    signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan.

    2) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang

    signifikan dalam laporan audit.

    3) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik

    secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta,

    opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor.

    18

  • 4) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan

    auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.

    Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Independensi Auditor adalah

    sebagai berikut:

    a. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, objektivitas dan

    independensi.

    b. Kepercayaan auditor terhadap diri sendiri.

    c. Kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas

    pernyataannya terhadap laporan keuangan yang diperiksa.

    d. Suatu sikap pikiran dan mental auditor yang jujur dan ahli serta

    bebas dari pengaruh pihak lain dalam melaksanakan pemeriksaan,

    penilaian, dan pelaporan hasil pemeriksaannya dan dalam upaya

    mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.

    Kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor (internal maupun

    eksternal) berhubungan langsung dengan pemeriksaan dan salah satu

    elemen pengendali mutu yang penting adalah independensi.

    2. Profesionalisme Auditor Internal

    Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi

    untuk memenuhi kewajiban profesionalnya; memberikan opini yang

    objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa

    adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga

    (Sawyer: 2006:35). Untuk mengetahui apakah seorang auditor internal

    telah profesional dalam melakukan tugasnya, maka perlu adanya evaluasi

    19

  • kinerja. Dan evaluasi kinerja auditor internal dapat dilakukan dengan

    cara yaitu: sudahkah terpenuhinya kriteria-kriteria profesionalisme

    auditor internal.

    Menurut Arens dan Loebbecke (2009) berpendapat bahwa untuk

    meningkatkan profesionalisme, sering akuntan harus memperlihatkan

    perilaku profesinya, yang berupa:

    a. Tanggung jawab

    Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,

    akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan

    pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.

    b. Kepentingan masyarakat

    Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan

    yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai

    kepercayaan masyarakat, dan menunjukkan komitmen pada

    profesionalisme.

    c. Integritas

    Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,

    akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional

    dengan integritas tertinggi.

    d. Objektivitas dan Independensi

    Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari

    benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab

    profesional.

    20

  • e. Keseksamaan

    Akuntan harus memenuhi standar teknis dan etika profesi,

    berusaha keras untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu

    jasa dan melakukan tanggung jawab profesional dengan

    kemampuan terbaik.

    f. Lingkup dan Sifat Jasa

    Dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik, akuntan harus

    mematuhi prinsip-prinsip perilaku profesional dalam menentukan

    lingkup dan jasa audit yang akan diberikan.

    Konsep profesionalisme Menurut Hull (1968) dalam Rohani

    (2008) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:

    a. Pengabdian pada profesi

    Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi

    profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan

    yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan

    meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini dalah ekspresi dari

    pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan

    didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk

    mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi,

    sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah

    kepuasan rohani, baru kemudian materi.

    21

  • b. Kewajiban sosial

    Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan

    profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun

    profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

    c. Kemandirian

    Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seorang yang

    profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa

    tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari pihak luar

    dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.

    d. Keyakinan terhadap peraturan profesi

    Keyakinan terhadap peraturan profesi adalah suatu keyakinan

    bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional

    adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak

    mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

    e. Hubungan dengan sesama profesi

    Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan

    profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan

    kelompok kolega informal sebagai kolega informal sebagai ide

    utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional

    membangun kesadaran profesional.

    22

  • Kriteria profesionalisme auditor internal menurut Sawyer (2006:

    10-11) dalam Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan

    UsahaMilik Negara/Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN/BUMD),

    dan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA):

    a. Service to the Public (Pelayanan terhadap Masyarakat)

    Auditor internal menyediakan pelayanan terhadap masyarakat

    dalam hal meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan

    sumber daya baik dalam perusahaan maupun organisasi. Kode etik

    audit internal mewajibkan anggota The Institute of Internal

    Auditors (IIA) untuk menghindari keterlibatan dalam kegiatan-

    kegiatan yang menyimpang dan ilegal.

    b. Long Specialized Training (Pelatihan Jangka Panjang)

    Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang telah

    mengikuti pelatihan, lulus dari ujian pendidikan audit internal dan

    telah mendapatkan sertifikasi.

    c. Subscription to a code of ethic (Taat pada kode etik)

    Sebagai suatu profesi, ciri utama internal auditor adalah kesediaan

    menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang

    dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif,

    auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi.

    Kode etik bagi para auditor internal memuat standar perilaku

    sebagai pedoman tingkah laku yang dikehendaki dari anggota profesi

    23

  • secara individual. Para auditor internal wajib menjalankan tanggung

    jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat dan kehormatan.

    d. Membership in an association and attendance at meetings (anggota

    dari organisasi pofesi)

    The Institute of Internal Auditors (IIA) merupakan asosiasi profesi

    auditor internal tingkat internasional yang sudah tidak perlu

    dipertanyakan lagi. IIA merupakan wadah bagi para auditor

    internal yang mengembangkan ilmu audit internal agar para

    anggotanya mampu bertanggung jawab dan kompeten dalam

    menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi standar, pedoman

    praktik audit internal dan etika supaya anggotanya profesional

    dalam bidangnya.

    Di Indonesia telah terdapat beberapa organisasi profesi seperti yang

    dikutip Hiro Tugiman (2006: 25) yaitu: Auditor internal Indonesia telah

    terdapat berbagai nama dan sebutan organisasinya yang muncul sekitar

    dua-tiga dasawarsa yang lalu, antara lain: (1) The Institute of Internal

    Auditors Indonesia Chapter, (2) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan

    Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah (FKPSI

    BUN/BUMD); (3) Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA); (4)

    Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditors (DS-QIA); (5)

    Perhimpunan Audior Internal Indonesia (PAII).

    24

  • e. Publication of journal aimed at upgrading ractice (Jurnal

    publikasi)

    The Institute of internal Auditors (IIA) mempublikasikan jurnal

    tentang teknik auditor internal, seperti halnya buku-buku panduan,

    studi penelitian, monograf, presentasi audio visual, materi instruksi

    lainnya.

    f. Examination to test entrance knowledge (Pengembangan profesi

    berkelanjutan)

    Dalam setiap pengawasan, auditor internal haruslah melaksanakan

    tugasnya dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan

    profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensinya

    yaitu dengan pengembangan profesi yang berkelanjutan.

    g. License by the state or certification by a board (Ujian sertifikasi)

    The Institute of Internal Auditors pertama kali mengeluarkan

    program sertifikasi pada tahun 1974. Kandidat harus lulus pada

    ujian selam dua hari beturut-turut dengan subjek yang mempunyai

    range yang luas. Kandidat yang lulus akan menerima Certification

    of Internal Audiotrs (CIA).

    3. Kecurangan (Fraud)

    a. Pengertian Kecurangan (Fraud )

    Penelitian kali ini penulis akan menganalisis pengaruh

    independensi auditor internal dan profesionalisme auditor internal

    dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Arti dari

    25

  • fraud adalah kecurangan, penipuan, atau penggelapan. Sedangkan

    kecurangan mencakup suatu tindakan ketidakberesan dan tindakan

    ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Berikut ini adalah

    beberapa definisi mengenai fraud yang penulis kutip dari berbagai

    literatur:

    1) Statements of Internal Standard Auditing No.3

    (Prasetyo,2002)

    Kecurangan meliputi serangkaian ketidakbiasaan dan atau tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Kecurangan dapat dilakukan untuk kepentingan atau atas kerugian organisasi dan oleh orang di luar atau di dalam organisasi. 2) FBI Definition of Fraud (Silvesterstone,2007)

    Federal Bureau of Investigation (FBI) memberikan pemaparan

    tetapi definisi yang bermanfaat bahwa memasukkan dasar yang

    diakui lebih dari satu abad:

    Those illegal acts which are characterized by deciet, concealment, or violation of trust and which are not dependent upon the application of threat of physical force or violence. Individuals and organizations commit these acts to obtain money, property or service; to avoid the payment or loss money or service; or to secure personal or business advantage.

    3) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

    Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional

    Akuntan Publik (SPAP) memberikan definisi tentang kekeliruan

    dan ketidakberesan sebagai berikut ini (IAI, 2009:316.2&3).

    Kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya

    26

  • jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak

    sengaja. Kekeliruan dapat berupa hal-hal berikut ini:

    (a) Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data

    akuntansi yang dipakai sebagai dasar pembuatan laporan

    keuangan.

    (b) Estimasi akuntansi salah saji yang timbul sebagai akibat dari

    kekhilafan atau penafsiran salah terhadap prinsip menyangkut

    jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.

    Ketidakberesan (irregularities) adalah salah saji atau

    hilangnya jumlah pengungkapan dalam laporan keuangan yang

    dilakukan untuk menyajikan laporan keungan yang menyesatkan,

    dan seringkali disebut dengan kecurangan manajemen, serta

    penyalahgunaan aktiva yang seringkali disebut dengan unsur

    penggelapan. Ketidakberesan dapat terdiri dari perbuatan berikut

    ini:

    a. Perbuatan yang mengandung unsur manipulasi, pemalsuan atau

    pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya

    yang merupakan sumber untuk pembuatan laporan keuangan.

    b. Penyajian salah atau penghilangan dengan sengaja peristiwa,

    transaksi atau signifikan yang lain.

    c. Penerapan salah prinsip yang dilakukan dengan sengaja.

    27

  • Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

    bahwa Fraud (kecurangan/kejahatan) mencakup:

    (1) Penggelapan (Embezzlement).

    (2) Manipulasi pelanggaran karena jabatan (Malfeasance).

    (3) Pencurian (Thiefts).

    (4) Ketidakjujuran (Dishonesty).

    (5) Kelakuan buruk (Misdeed).

    (6) Kelalaian (Defalcanion).

    (7) Penggelapan Pajak (With Holdings).

    (8) Penyuapan.

    (9) Pemerasan.

    (10) Penyerobotan.

    (11) Salah saji (Misappropriation).

    (12) Fraudulent.

    Meskipun demikian pada dasarnya Fraud adalah

    merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities) mengenai:

    perbuatan-perbuatan melawan hukum (illegal acts), yang

    dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (misalnya menipu

    memberikan gambaran yang keliru (mislead) terhadap pihak lain),

    yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam ataupun dari luar

    organisasi, untuk mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun

    kelompok dan secara langsung atau tidak langsung merugikan

    orang lain.

    28

  • Apapun istilah yang disebutkan diatas, tindakan-tindakan

    tersebut merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan

    tujuan perusahaan, yang dibuat dengan sengaja, dengan tujuan

    untuk memperoleh sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya

    dan hal ini mengakibatkan kerugian financial bagi perusahaan atau

    mungkin juga kerugian bagi negara.

    Kecurangan (Fraud) sering terjadi dalam perusahaan, tetapi

    tak seorang pun dapat melakukan apapun sampai auditor internal

    maupun eksternal menguji laporan keuangan perusahaan tersebut.

    Auditor yang terlatih menjadi lebih sensitif sehingga mereka

    mengurangi resiko kegagalan dalam mendeteksi suatu kekeliruan

    secara material dalam suatu laporan keuangan perusahaan.

    Jika kecurangan (Fraud) terjadi, pihak manajemen selalu

    mempertanyakan bagaimana fungsi dan peran internal auditor yang

    ada. Dimana dan sedang apa mereka pada saat kasus tersebut

    terjadi. Kapan pemeriksaan terakhir dilakukan dan mengapa

    pemeriksaan terakhir tersebut tidak dapat membongkar fraud atau

    setidaknya mengungkapkan kelemahan sistem internal control

    yang memungkinkan terjadinya fraud.

    Sesuai dengan norma pemeriksaan, fraud merupakan

    tanggung jawab oknum yang bersangkutan, sedangkan manajemen

    bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya fraud dan

    mendeteksi ada atau tidaknya fraud. Tanggung jawab auditor

    29

  • internal adalah untuk menilai dan membantu pihak manajemen

    dalam melakukan pencegahan dan pendeteksian atas fraud tersebut.

    Berikut ini adalah beberapa tipe audit:

    1. Fraudulent Financial Reporting (Laporan Keuangan yang

    curang).

    Pelaporan keuangan yang curang adalah pernyataan kesalahan

    atau kesalahan dari jumlah atau penyingkapan dengan tujuan

    untuk menipu para pemakai.

    2. Misaproppriation of Asset (Penggelapan Harta).

    Penggelapan harta adalah penipuan yang melibatkan pencurian

    dari suatu kesatuan asset. Misapropriation of Asset digunakan

    untuk mengacu pada pencurian yang melibatkan para

    karyawan dan anggota internal dari organisasi. Penggelapan

    asset biasanya dilakukan di tingkat yang lebih rendah dari

    hirarki organisasi.

    Sumber: Theodorus M Tuannakota (2007:106)

    Pendorong / Paksaan Pressure

    Kesempatan Sikap/Rasionalisasi Opportunity Rationalization

    FRAUD

    Gambar 2.1

    The Fraud Triangle

    30

  • Tiga kondisi dari penipuan timbul dari fraudulent financial

    reporting dan misapproppriation of assets yang diuraikan dalam SAS 99

    (AU 316), yang dijelaskan dalam Auditing and Assurance Services. Tiga

    kondisi tersebut dikenal sebagai Fraud Triangle yaitu pendorong/paksaan

    (pressure), kesempatan (opportunity), dan sikap/rasionalisasi

    (rationalization). Penjelasannya sebagai berikut:

    1. Pendorong/Paksaan (Pressure).

    Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu

    tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai

    kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakannya

    kepada orang lain. Konsep yang penting disini adalah tekanan yang

    menghimpit hidupnya (berupa kebutuhan akan uang), padahal ia tidak

    bisa berbagi (sharing) dengan orang lain. Konsep ini dalam bahasa

    Inggris disebut perceived non-shareable financial need.

    2. Kesempatan (Opportunity).

    Kondisi yang mendesak menyediakan peluang bagi manajemen atau

    para karyawan untuk melakukan penipuan.

    3. Sikap/Rasionalisasi (Rationalization).

    Sikap, karakter atau kesatuan nilai-nilai etis yang ada, itu mengijinkan

    manajemen atau para karyawan untuk melakukan suatu tindakan yang

    tidak jujur, atau mereka ada dalam suatu lingkungan yang cukup

    menekan yang menyebabkan mereka untuk yang merasionalkan untuk

    melakukan suatu tindakan yang tidak jujur.

    31

  • b. Klasifikasi Fraud

    Dalam pengklasifikasiannya, fraud dapat dilakukan oleh

    manajemen dan karyawan suatu perusahaan.

    1) Management Fraud (Fraud oleh Manajemen).

    Management fraud umumnya sulit untuk ditemukan sebab

    seseorang atau lebih anggota manajemen bisa saja

    mengesampingkan internal controls. Bentuk-bentuk management

    fraud antara lain ialah menghapuskan transaksi tertentu,

    kecurangan dalam mencantumkan atau melaporkan jumlah tertentu,

    dan lain sebagainya.

    Ada dua hal yang termasuk di dalam kecurangan oleh pihak

    manajemen (management fraud), yaitu:

    a. Manajemen meminta agar KAP memberikan opini setuju

    (unqualified opinion) padahal manajemen tahu sebetulnya

    Laporan Keuangannya tidak layak.

    b. Manajemen melakukan transaksi-transaksi dengan pihak yang

    masih ada hubungan kekeluargaan atau persahabatan (related

    party transaction), atau juga melakukan transaksi yang tidak

    wajar (notatarms lenght), kesemuanya itu merugikan

    perusahaan dan menguntungkan kepentingan pribadi atau

    kelompoknya.

    32

  • 2) Employee Fraud (Fraud oleh Karyawan).

    Jika auditor bertanggung jawab menemukan semua

    employee fraud, maka audit tests harus diperluas sebab banyak

    sekali jenis-jenis kecurangan karyawan yang sangat sulit atau

    bahkan tidak mungkin terdeteksi. Maka, prosedur auditnya akan

    lebih mahal dibanding dengan temuannya ini dikarenakan adanya

    tindakan kolusi antara beberapa karyawan dalam memalsukan

    dokumen dan akan sulit sekali ditemukan dengan cara audit yang

    biasa.

    The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau

    Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan

    organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas

    kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan

    mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan,

    mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi,

    dan dikenal dengan istilah Fraud Tree yaitu Sistem Klasifikasi

    Mengenai Hal-hal Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan

    (Uniform Occupational Fraud Classification System), dengan

    bagan sebagai berikut:

    33

  • Sumber: The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) (2009:4)

    Gambar 2.2 Fraud Tree

    34

  • Selain itu, pengklasifikasian fraud (kecurangan) dapat dilakukan

    dilihat dari beberapa sisi, yaitu:

    (a) Berdasarkan pencatatan

    Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan kedalam

    tiga kategori:

    a. Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi

    pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open on-

    thebooks, lebih mudah untuk ditemukan);

    b. Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara

    catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on the-

    books);

    c. Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat

    dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi yang dibukukan,

    seperti: pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah

    dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books, paling sulit untuk

    ditemukan).

    (b) Berdasarkan frekuensi

    Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan

    frekuensi terjadinya:

    a. Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang

    tidak berulang, tindakan kecurangan walaupun terjadi

    beberapa kali pada dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal

    ini terjadi disebabkan oleh adanya pelaku setiap saat (misal:

    35

  • pembayaran cek mingguan karyawan memerlukan kartu kerja

    mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang tidak benar).

    b. Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang,

    tindakan yang menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya

    diinisiasi/diawali sekali saja.

    (c) Berdasarkan konspirasi

    Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau

    kolusi, tidak terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada

    umumnya kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide

    maupun pseudo. Dalam bona fide conspiracy, semua pihak sadar akan

    adanya kecurangan, sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-pihak

    yang tidak mengetahui terjadinya kecurangan.

    (d) Berdasarkan keunikan

    Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan

    sebagai berikut:

    a. Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik

    pada orang-orang yang bekerja pada operasi bisnis tertentu.

    b. Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang

    mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum.

    36

  • c. Unsur-unsur Kecurangan

    Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam penelitian Iqbal (2003),

    bahwa kecurangan terdiri dari tujuh unsur yang apabila tidak terdapat salah

    satu dari ketujuh unsur tersebut, maka tidak ada kecurangan yang

    dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

    1) Harus terjadi penyajian yang keliru (mispresentation).

    2) Dari suatu masa lampau atau sekarang.

    3) Faktanya bersifat material (material fact).

    4) Dilakukan dengan sengaja atau tanpa adanya perhitungan.

    5) Dengan maksud, tujuan atau niat untuk menyebabkan suatu pihak

    beraksi.

    6) Pihak terluka harus bereaksi terhadap kekeliruan penyajian.

    7) Mengakibatkan kerugian.

    d. Langkah-Langkah Pengendalian Fraud

    Dalam bukunya, Sawyer (2006:1038-1039) menjelaskan bahwa

    terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan atau

    mencegah terjadinya fraud dalam perusahaan, antara lain:

    1) Menetapkan standar, anggaran dan statistik, dan menyelidiki

    semua penyimpangan yang material.

    2) Menggunakan teknik kuantitatif dan analitis untuk menandai

    peristiwa yang menyimpang.

    37

  • 3) Mengidentifikasi indikator proses kritis: kehilangan dalam

    peleburan, pengulangan kerja dalam manufaktur dan perakitan, dan

    uji laba kotor dalam operasi eceran.

    4) Menganalisa secara mendalam performa yang tampak terlalu baik,

    dan performanya yang ada di bawah standar.

    5) Mendirikan departemen Audit Internal yang profesional dan

    independen.

    4. Mencegah Terjadinya Fraud

    Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam

    pecegahan kecurangan (fraud) adalah berupaya untuk menghilangkan

    atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena

    pencegahan terhadap akan terjadinya suatu tindakan kecurangan akan

    lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut.

    Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu entitas apabila:

    a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan

    longgar dan tidak efektif.

    b. Pegawai diperkerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas

    mereka.

    c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan

    atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai

    sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.

    38

  • d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efisien dan

    atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan

    yang berlaku.

    e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat

    dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan

    keluarga, gaya hidup yang berlebihan.

    f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah

    atau tradisi kecurangan.

    Menurut penelitian Firma Sulistiyowati (2003) yang perlu

    dipertimbangkan oleh auditor untuk menanggulangi kecurangan adalah

    sebagai berikut:

    a. Pendekatan berdasarkan sistem

    Tahap dokumentasi dapat membantu melihat kesalahan

    perusahaan. Lingkungan kondusif terjadinya kecurangan jika

    auditor kesulitan menemukan apa yang terjadi dan prosedur apa

    yang akan diambil.

    b. Pemilihan key internal controls

    Pengendalian intern yang dilakukan antara lain adalah :

    1) Pengendalian yang melibatkan lebih dari satu karyawan

    dengan cara pemisahan tugas.

    2) Pengendalian yang melibatkan rekonsiliasi independen, yaitu

    pendeteksian kecurangan melalui dua catatan.

    39

  • Lima komponen struktur pengendalian intern dalam membangun

    mekanisme sistem pengendalian intern yang efisien dan efektif, dalam

    penelitian Amrizal (2004:5), diantaranya adalah:

    a. Lingkungan pengendalian

    Meliputi tindakan kebijaksanaan dan prosedur-prosedur yang

    mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak, direktur,

    dan pemilik perusahaan tentang pengendalian dan pentingnya bagi

    perusahaan.

    b. Penilaian risiko

    Bagi pelaporan keuangan, penilaian risiko merupakan identifikasi

    entitas analisa dan manajemen dari risiko yang relevan dalam

    persiapan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai

    dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Manajemen

    harus dapat mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan yang

    material kemungkinan adanya kesalahan yang material dalam

    laporan keuangan.

    c. Aktivitas pengendalian

    Merupakan kebijaksanaan dan prosedur yang dapat menjamin

    bahwa instruksi manajemen dilaksanakan.

    d. Informasi dan komunikasi

    Bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisa, mencatat dan

    melaporkan transaksi-transaksi dalam suatu perusahaan dan

    melakukan tanggung jawabnya.

    40

  • e. Pengawasan

    Meliputi penilaian secara periodik atas kualitas pelaksaan

    pengendalian intern oleh manajemen untuk menentukan bahwa

    pengendalian dilakukan dan dirubah jika ada perubahan-perubahan

    kondisi dalam perusahaan.

    Dibawah ini juga terdapat beberapa hal dalam mencegah

    kecurangan dalam penelitian Mohammad Iqbal (2003:60), yaitu:

    a. Informasi sensitif

    Perusahaan yang mengetahui akan adanya kecurangan, segera

    mencanangkan peraturan untuk menghambat dan mencegah

    kegiatan tersebut.

    b. Usaha peningkatan integritas

    Auditor intern sering diminta untuk melakukan program

    peningkatan integritas, dimana prioritas manajemen tingkat atas

    ditinjau bersama dengan seluruh karyawan.

    c. Kemampuan sistem kendali untuk mencegah kecurangan seta

    keterbatasan kendali

    d. Program audit

    Program audit akan berlanjut dari survey pendahuluan ke arah

    pencarian daerah berisiko tinggi sampai menguji metode yang

    paling mungkin digunakan untuk melaksanakan audit kecurangan.

    41

  • Menurut Albrecht (2005) ada beberapa langkah-langkah yang harus

    dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mencegah terjadinya

    fraud, yaitu:

    a. Langkah pertama, yaitu langkah yang dilakukan perusahaan untuk

    menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan program bantuan

    personel, langkah ini dilakukan antara lain dengan:

    1) Memperkerjakan orang-orang yang jujur dan selalu

    memberikan pelatihan mengenai kesadaran akan kecurangan.

    2) Menciptakan lingkungan kerja yang positif.

    3) Membuat kode perilaku.

    4) Memberikan program bantuan kepada personel.

    b. Langkah kedua adalah langkah yang paling penting, yaitu

    menghilangkan kesempatan untuk melakukan kecurangan dalam

    perusahaan, langkah ini dilakukan dengan:

    1) Menciptakan pengendalian internal yang baik, paling tidak

    harus menyangkut lingkungan pengendalian, sistem akuntansi,

    pengendalian aktivitas yang bagus.

    2) Membangun portal bagi terjadinya kolusi, jika kecurangan

    terjadi disertai dengan kolusi, maka akan sulit untuk

    mendeteksinya.

    3) Memberikan informasi yang jelas kepada nasabah (vendor)

    perusahaan tentang kebijakan-kebijakan perusahaan.

    4) Melakukan pengawasan terhadap personel perusahaan.

    42

  • 5) Membuat jalur khusus untuk pelaporan kecurangan.

    6) Melakukan audit yang proaktif, ini diharapkan akan dapat

    membangun kesadaran dari personel bahwa, yang mereka

    lakukan setiap saat dapat di review oleh manajemen

    perusahaan.

    7) Menciptakan ekspektasi atas hukuman, hukuman yang tegas

    dan konsisten akan membuat personel berfikir untuk

    melakukan kecurangan.

    Dengan berpedoman pada tiga elemen segitiga fraud (fraud

    triangle), mengapa seseorang melakukan suatu tindakan kecurangan,

    dapat disimpulkan dua unsur yang menentukan terjadinya kecurangan,

    yaitu manusia dan sistem pengendalian dalam suatu organisasi.

    Manusia dengan nilai-nilai hidup yang dianutnya menentukan wujud

    perilakunya dalam pergaulan dan dalam menjalankan tugas dan

    pekerjaannya, yang berkaitan dengan elemen pertama yaitu tekanan

    (pressure) dan elemen ketiga yaitu rasional atau alasan pembenaran

    (rasionalization) yang lebih banyak terkait dengan kondisi kehidupan

    dan sikap mental atau moral seseorang. Adapun untuk elemen kedua

    yaitu kesempatan (opportunity), yang berkaitan dengan sistem

    pengendalian internal.

    43

  • 5. Mendeteksi Terjadinya Fraud

    Kurangnya pengetahuan auditor internal dan pemahaman atas

    fraud sering terjadi dan prosedur yang efektif untuk mendeteksi penipuan

    membuat seorang auditor internal kesulitan melakukan tugasnya.

    Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik tersendiri,

    sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan yang mungkin timbul dalam

    perusahaan sedikit sulit. Sebagian besar bukti-bukti kecurangan

    merupakan bukti-bukti yang sifatnya tidak langsung.

    Petunjuk adanya kecurangan (fraud) biasanya ditunjukkan oleh

    munculnya gejala-gejala (symptoms) misalnya, adanya perubahan gaya

    hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan

    dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Karekteristik yang

    bersifat kondisi atau situasi tertentu, perilaku atau kondisi seseorang

    personal tersebut dinamakan Red Flag (Fraud Indicators). Timbulnya red

    flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi.

    Peyimpangan fisik properti, akses ke catatan akuntansi, dan

    pengetahuan atau otoritas untuk menolak pengendalian adalah kandungan

    utama dari kecurangan dalam buku besar dan laporan keuangan. Menurut

    Bologna, juga ada beberapa motif kecurangan lain, diantaranya adalah :

    a. Motif Egosentris

    Motif ini untuk kecurangan yang berasl dari fakta bahwa penipu

    berusaha untuk menunjukkan bahwa ia lebih tinggi daripada orang

    lain, lebih tinggi dalam arti dia cukup baik untuk mengejutkan dan

    44

  • membingungkan orang lain, dan bahwa ia dapat memanipulasi

    buku besar tanpa diketahui atau dideteksi.

    b. Motif Ideologis

    Penipu ideologis dapat melakukan kecurangan untuk memberikan

    protes yang kuat atas sesuatu atau yang akan terjadi.

    c. Motif Psychotis

    Penipu psychotis, seperti perpetual con-men dan kleptomanics,

    melakukan kejahatan mereka diluar kewajiban atau obsesi.

    Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan auditor internal

    untuk kecurangan adalah dengan cara mendeteksinya. Berbagai teknik

    dapat diterapkan, seperti yang dikutip dari Badan Pengawasan Keuangan

    dan Pembangunan (BPKP,2000), yaitu:

    a. Critical atau Key Point Auditing

    Critical point auditing adalah suatu teknik dimana melalui

    pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi

    dapat diidentifikasi. Keberhasilan untuk dapat mendeteksi fraud

    tergantung pada 3 (tiga) faktor:

    1) Besarnya organisasi dan jumlah transaksi, catatan yang

    tersedia untuk diperiksa.

    2) Jumlah item yang diperiksa.

    3) Jumlah kecurangan yang terjadi.

    45

  • b. Analisis Kepekaan Pekerjaan

    Setiap pekerjaan dalam suatu organisasi memiliki berbagai peluang

    atau kesempatan untuk terjadinya fraud. Teknis analisis pekerjaan (job

    sensitivity analysis) ini pada prinsipnya didasarkan pada asumsi berikut,

    yaitu jika seseorang karyawan bekerja pada posisi tertentu, peluang atau

    tindakan negatif (kecurangan) apa saja yang dapat dilakukan.

    Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisa dengan

    memandang pelaku potensial. Sehingga pencegahan terhadap

    kemungkinan terjadinya fraud dapat dilakukan misalnya dengan

    memperketat pemeriksaan intern pada posisi yang rawan fraud.

    Dalam buku Diktat Perjenjangan Auditor Ketua Tim yang

    diterbitkan oleh BPKP (2000), menyebutkan bahwa pendekatan audit

    bertujuan unutk menyelidiki fraud atau forensic mungkin melibatkan

    empat hal berikut ini:

    a. Menganalisa data yang tersedia,

    b. Menyusun hipotesis,

    c. Uji hipotesis, dan

    d. Menyaring dan memperbaiki hipotesis.

    Beberapa langkah yang diperlukan untuk melakukan uji fraud

    adalah sebagai berikut:

    a. Pengujian Dokumen,

    b. Para saksi pihak ketiga yang netral,

    c. Nyata,

    46

  • d. Co-Conspirators,

    e. Target Penyingkapan Fraud.

    Audit dapat berjalan secara efektif jika mampu dalam mendeteksi

    kecurangan dan mengurangi kegagalan dalam pendeteksian kecurangan

    melaui tindakan dan langkah-langkah sebagai berikut (SAS No.99):

    a. Seluruh anggota tim harus memahami apa yang disebut dengan

    kecurangan dan tindakan-tindakan apa saja yang dapat

    dikategorikan sebagai kecurangan.

    b. Mendiskusikan di antara anggota tim mengenai risiko salah saji

    material yang disebabkan oleh kecurangan (fraud).

    c. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi

    risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan (fraud).

    d. Mengidentifikasi masing-masing risiko yang mungkin

    menyebabkan salah saji material yang berasal dari tindakan

    kecurangan (fraud).

    e. Menilai risiko-risiko yang teridentifikasi serta mengevaluasi

    pengaruhnya pada akun.

    f. Merespon hasil penilaian mengenai risiko kecurangan (fraud).

    Respon yang harus diberikan oleh auditor adalah:

    1) Respon bahwa resiko kecurangan memiliki efek pada

    bagaimana audit akan dilaksanakan.

    2) Respon yang meliputi penentuan sifat, saat dan lingkup

    prosedur audit yang akan dilaksanakan.

    47

  • 3) Respon dengan merencanakan prosedur-prosedur tertentu

    dengan tujuan mendeteksi salah saji material akibat tindakan

    kecurangan (fraud).

    g. Mengevaluasi hasil audit. Audit harus mengevaluasi:

    1) Penilaian risiko salah saji material yang disebabkan oleh

    kecurangan selama pelaksanaan audit.

    2) Mengevaluasi prosedur analitis yang dilaksanakan dalam

    pengujian substantif atau review keseluruhan tahap audit yang

    mengidentifikasikan tidak ditemukan risiko salah saji material

    yang berasal dari tindakan kecurangan (fraud).

    3) Mengevaluasi risiko salah saji material yang disebabkan

    kecurangan saat audit hampir selesai dilaksanakan.

    h. Mengkomunikasikan mengenai kecurangan pada manajemen,

    komite audit atau pihak lain.

    i. Mendokumentasikan pertimbangan yang digunakan oleh auditor

    mengenai kecurangan. Dokumentasi tersebut dalam bentuk:

    1) Dokumentasi mengenai diskusi antar anggota tim audit dalam

    perencanaan audit dalam hubungannya dengan pendeteksian

    kecurangan yang mungkin terjadi dalam laporan keuangan

    entitas.

    2) Prosedur yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi

    yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan menilai salah saji

    yang disebabkan oleh tindakan kecurangan.

    48

  • 3) Risiko khusus yang teridentifikasi dan menilai salah saji

    material dan respon auditor atas hal tersebut.

    4) Alasan untuk tidak dilaksankannya prosedur tambahan

    tertentu.

    5) Bentuk komunikasi mengenai kecurangan pada manajemen,

    komite audit atau pihak lain.

    Dengan melaksankan langkah-langkah tersebut diatas, maka

    auditor diharapkan dapat lebih efektif dalam melaksanakan pengauditan

    yang sekaligus dapat lebih efektif dalam mendeteksi adanya kecurangan

    di dalam laporan keuangan serta menghindari tuntutan hukum

    dikemudian hari.

    B. Penelitian Terdahulu

    Penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh

    independensi dan profesionalisme auditor internal terhadap pendeteksian

    dan pencegahan kecurangan (fraud) diantaranya adalah M. Sodik (2007),

    dalam penelitiannya tentang keahlian dan independensi audit internal

    terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Penelitian ini

    menyimpulkan bahwa keahlian dan independensi berpengaruh signifikan

    terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud.

    Selain itu, penelitian lainnya dari Mochammad Taufik (2008)

    tentang pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal

    terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Penelitian ini berkesimpulan

    49

  • bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesional secara bersama-sama

    berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud.

    Sedangkan menurut penelitian Amrizal (2004:16) tentang

    pencegahan dan pendeteksian kecurangan oleh internal auditor,

    menyatakan bahwa pencegahan terhadap pendeteksian kecurangan

    berpengaruh positif. Karena pada dasarnya pencegahan yang diikuti oleh

    suatu pendeteksian kecurangan adalah salah satu pengendalian internal

    yang baik (good internal control).

    Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang

    Perbandingan Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

    Judul dan Tahun Pengujian

    Pengaruh Keahlian dan Independensi audit internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud (2007).

    Pengaruh Independensi dan Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) (2010).

    Objek Penelitian Perusahaan-perusahaan yang memiliki internal audit.

    Yayasan Pendidikan Internal Audit dan

    Variabel Independen

    a. Keahlian b. Independensi Audit

    Internal

    a. Independensi b. Profesionalisme

    Auditor Internal Variabel Dependen

    Kemampuan Mendeteksi Fraud

    Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud)

    Metode Analisa Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Sumber : Data diolah

    50

  • C. Keterkaitan Antar Variabel

    1. Pengaruh Independensi Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud

    Independen berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Auditor

    internal tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor

    internal berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan

    pemilik perusahaan, namun juga pada kreditor dan pihak lain yaitu

    masyarakat dan pengguna laporan keuangan yang lainnya yang

    meletakkan kepercayaan pada pekerjaan internal auditor.

    Jika seorang auditor internal tidak dapat bersikap independen,

    maka akan sulit dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya

    fraud di perusahaan. Oleh sebab itu, profesi auditor internal akan

    sangat sensitif terhadap masalah independensi. Dengan demikian

    sikap independensi sangat dibutuhkan agar laporan keuangan yang

    disajikan oleh manajer dapat berkualitas dan berkredibilitas dalam

    upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud yang ada.

    Independensi audit internal menurut penelitian M.Sodik (2007)

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

    mendeteksi indikasi fraud. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat

    dirumuskan hipotesis:

    Ha1: Independensi Auditor Internal Berpengaruh Dalam Upaya

    Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud

    51

  • 2. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud

    Dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud

    membutuhkan kinerja dan tindakan profesional dari internal auditor

    karena tidak mungkin fraud bisa dicegah dan dideteksi jika internal

    auditor tidak menjalankan peranan dan tanggung jawabnya secara

    profesional.

    Profesionalisme auditor internal menurut penelitian Taufik (2008)

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

    mendeteksi kecurangan (fraud). Berdasarkan penelitian tersebut maka

    dapat dirumuskan hipotesis:

    Ha2: Profesionalisme auditor internal berpengaruh dalam upaya

    mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud

    Penelitian dilakukan menggunakan dua variabel sebagai ukuran

    dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Variabel

    pertama adalah independensi auditor internal. Variabel kedua adalah

    profesionalisme auditor internal.

    Ha3: Independensi dan profesionalisme auditor internal dalam

    upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud

    D. Kerangka Penelitian

    Setiap auditor internal harus tetap mempertahankan

    independensinya dan profesionalismenya dalam mencegah dan mendeteksi

    kecurangan (fraud) yang terjadinya agar dapat membuktikan integritasnya

    dalam pekerjaannya sebagai seorang auditor internal.

    52

  • Tujuan dari Audit Internal adalah mencegah dan mengungkapkan

    kecurangan (fraud). Tentu saja dalam mengungkapkan kecurangan

    tersebut, seorang Auditor Internal yang Independen dan Profesional harus

    dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan (fraud) yang ada. Kecurangan

    adalah segala sesuatu yang secara lihai dapat dipakai dan dipergunakan

    oleh seseorang atau badan untuk mendapatkan keuntungan terhadap orang

    lain dengan cara bujukan palsu atau menutupi kebenaran.

    Dari paparan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan

    model penelitiannya sebagai berikut:

    Variable Independen Variable Dependen

    Profesionalisme Auditor Internal

    Independensi Auditor Internal Pendeteksian dan

    Pencegahan Kecurangan (Fraud)

    Sumber : Data diolah Gambar 2.3

    Kerangka Pemikiran

    E. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan independensi auditor

    internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya

    fraud.

    53

  • 54

    Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan profesionalisme auditor

    internal dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya

    fraud.

    Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan independensi auditor

    internal dan profesionalisme auditor internal secara simultan

    (bersama-sama) dalam upaya mencegah dan mendeteksi

    terjadinya fraud.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Internal Audit

    (YPIA) yang beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34 Gedung Graha

    Sucofindo lantai 3 Jakarta Selatan 12780

    Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh

    Independensi Auditor Internal dan Profesionalisme Auditor Internal Dalam

    Upaya Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud.

    B. Metode Penentuan Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah auditor internal. Dasar pemilihan

    sampel ini menggunakan metode Convenience sampling. Convenience

    sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, di