Upload
va-niez
View
47
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
ACARA I
KARBOHIDRAT
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : - Mengetahui cara melakukan isolasi amilum dari umbi/bijian-umbian.
- Mengetahui cara melakukan hidrolisis amilum menngunakan asam.
- Melakukan identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida, dan
polisakarida) berdasarkan reaksi-reaksi dan perubahan warnanya.
2. Hari,tanggal : Senin, 26 November 2012.
3. Tempat : Laboratorium Kimia, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah
polisakarida, aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara berbagai
tipe - tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana,
mereka tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat
diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer
disebut disakarida. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa.
Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa
dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan monosakarida
dirujuk sebagai oligosakarida. Jikadiperoleh dari hidrolisis maka karbohidrat iti disebut polisakarida
(Fessenden, 1990).
Karbohidrat memiliki beberapa sifat kimia berdasarkan gugus fungsinya. Yang pertama
adalah sifat mereduksi, yaitu biasanya kelompok monosakarida dan disakarida mampu mereduksi
agen pengoksidasi, misalnya ion –ion logam ( seperti Cu2+, Ag+ ) yang terdapat pada pereaksi tertentu.
Yang kedua, karbohidrat terutama kelompok monosakarida mampu membentuk furfusal dan
turunanya akibat dehidrasi. Yang ketiga adalah karbohidrat mampu membentuk osazon saat
dipanaskan dengan larutan yang mengandung fenilhidrazin berlebih. Yang keempat gugus hidroksil
pada karbohidrat dapat membentuk estaer jika direaksikan dengan asam dan yang kelima
monosakarida dapat membentuk glikosida yang jika direaksikan dengan metal alcohol
(Wahyudi,2003)
1
Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simple dinamakan
monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan
disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida
dinamakan polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung gugus
aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya
struktur molekul C6H12O6, tersusun atas enam karbon, rantai lurus, dan penta hidroksil aldehid maka
glukosa adalah aldosa. Contoh ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah
dan berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida (Morrison, 1983).
Amilum merupakan salah satu jenis polisakarida yang terdapat banyak di alam, yaitu
pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari sering disebut pati terdapat
pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah
dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan. Umbi yang terdapat pada ubi jalar atau akar pada ketela
pohon atau singkong mengandung pati yang cukup banyak, terdiri atas dua macam polisakarida yang
kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.
Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi
molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang
sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya
ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk
rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih dari 1000 unit glukosa. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan
asam sehingga menghasilkan glukosa (Poedjiadi, 1994).
Amilum atau pati merupakan suatu polisakarida yang banyak terkandung dalam
tumbuhan misalnya pada umbi kentang, singkong , biji-bijian (butir gandum , jagung, beras, dan padi-
padian lain). Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di dalam plastid yang termasuk
bagian dari kroloplas. Dengan cara mensintesis pati, tumbuhan dapat menimbun kelebihan glukosa.
Pati merupakan cadangan makanan bagi tumbuhan karena glukosa merupakan bahan bakar seluler
yang utama (Poedjadi.2007:82).
Uji kuantitatif dilakukan dengan menentukan kadar pati dari isolat amilum pada umbi.
Uji kualitatif dilakukan dengan berbagai reaksi kmia yaitu reaksi peragian, reaksi molisch, dan reaksi
benedict (Wahjudi, 2003).
Benedict Reagen digunakan untuk mentes atau memeriksa kehadiran gula monosakarida
dalam suatu cairan. Monosakarida bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan menimbulkan
endapan merah bata. Selain menguji kualitas, secara kasar juga berlaku secara kuantitatif, karena
semakin banyak gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan (Anonim, 2009 ).
2
Uji benedict, didasarkan pada kemampuan gula –gula pereduksi, mereduksi larutan yang
mengandung kupri sulpat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa mampu mereduksi ion Cu2+
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O membentuk endapan merah bata. Namun warna
endapan yang terbentuk tergantung pada konsentrasi gula pereduksi yang diuji ( Rifqi, 2008).
Reaksi Molish merupakan salah satu cara uji kualitatif karbohidrat dengan prinsip kerja
yaitu ikatan glikosida pada karbohidrat akan terhydrolisa oleh H2SO4 (pekat) menghasilkan
monosakarida yang kemudian dihydrasi membentuk Furtural. Dan bila direaksikan dengan Alpha
Naftol akan memberikan warna ungu.Ada juga cara uji kualitatif lainnya yaitru Reaksi Benedict yang
memiliki prinsip kerja Cu 2+ akan direduksi oleh gula menjadi Cu+. Dalam hal ini terbentuk
endapan Cu2O. reaksi dinyatakan positif apabila terbentuk endapan berwarna biru kehijauan sampai
merah batu bata /tergantung pada kadar gula reduksi yang tersedia ( Anonim, 2009 ).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Blender
- Corong Pisah
- Erlenmeyer
- Gelas kimia 200 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Kertas saring
- Penangas air
- Pengaduk / spatula
- Penjepit
- Penyaring Buchner
- Pipet tetes
- Pipet volum
- Pisau
- Rak tabung reaksi
- Stopwatch
- Tabung reaksi 10 ml
- Timbangan analitik
3
Bahan :
- Alkohol 95%
- Amilum yang diisolasi dari ubi kayu
- Aquades
- Indikator Amilum
- Kain kasa
- Kertas label
- Kertas saring
- Larutan 10% alfa naftol
- Larutan 20% suspense ragi roti
- Larutan buffer fosfat (pH 6,6-6,8)
- Larutan glukosa
- Larutan H2SO4 pekat
- Larutan Iodine
- Reagen benedict
- Reagen Saliwanoff
- Tissue
- Ubi kayu 100 gram (yang sudah di blender)
4
D. CARA KERJA
1. Isolasi Amilum dari Umbi
- Di kupas, dicuci dan di timbang 100 gram
- (+) 200 ml aquadest kemudian diblender sampai halus, dilakukan beberapa kali.
- Disaring residu dengan kain dan larutan yang keruh ditampung dalam gelas ukur 500
ml.
- (+) 200 ml aquadest dan dikocok.
- Didekantasi
- (+) 200 ml aquadest dan dikocok
- (+) 100 ml alcohol 95%.
- Disaring dengan kertas
saring.
- Dikeringkan pada suhu
- kamar.
5
Larutan yang jenuh
Endapan
Ubi kayu
Larutan yang jenuh
EndapanLarutan yang jenuh
Larutan yang jernih
Pati
Hasil
Adanya cincin ungu pada batas 2 cairan tersebut yang menunjukkan adanya karbohidrat
5 ml Reagen benedict + 8 tetes larutan glukosa
Warna hijau, kuning, merah, orange atau merah bata dan endapan merah bata menunjukkan reakis positif
1 ml larutan karbohidrat 1% : amilum (15 tetes per ml)
Hasil
2. Reaksi Molisch
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- (+) 2 tetes larutan 10% alfa naftol yang masih baru.
- Dialirkan 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung yang dimiringkan hingga
membentuk lapisan di bawah campuran.
3. Reaksi Benedict
Reagen benedict = larutan karbohidrat 1% (glukosa, fruktosa)
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Dipanaskan dengan penangas air selama 5 menit
4. Uji Reaksi Iodine
Larutan Iodine
0,127 gr I2 dilarutkan dalam 100 ml air yang mengandung 3 gr KI
- Diasamkan dengan larutan HCl encer 2 N (5 tetes)
- Pada semua tabung (+) 2 tetes larutan iodine.
- Diamati perubahan warna.
6
2 ml glukosa (30 tetes)
2 tetes larutan karbohidrat 1% : glukosa, fruktosa
Hasil
5. Uji Reaksi Saliwanoff
Reagen saliwanoff
0,05 gr resorcinol dilarutkan dalam 100 ml asam klorida (1:3)
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 2 ml reagen saliwanoff.
- Semua tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 1 menit
sampai terbentuk warna merah tua.
E. HASIL PENGAMATAN
Isolasi amilum dari umbi / biji-bijian
a. Berat ubi kayu = 100 gram
b. Setelah di blender akan tercampur / homogeny dan berwarna putih susu
c. Amilum dalam suspense alcohol 95 % berwarna putih
d. Setelah kering berwarna putih
e. Berat amilum kering = 9,11 gram
f. Berat amilum kering + kertas saring = 10,40
g. Berat kertas saring = 1.29
h. Kadar amilum = 9,11100
x 100% = 9.11 %
i. Kesimpulan : Diperoleh amilum kering 9.11 gr dengan kadar amilum 9.11 % dengan
warna putih jernih.
Uji kualitatif karbohidrat
Langkah Kerja Hasil Pengama\tan
a. Reaksi Molisch
Glukosa
2 ml glukosa 1 %
+ 2 tetes larutan 1% α-naftol dan
Glukosa (kuning bening) :
Setelah ditetesi larutan α-naftol,
terbentuk cincin bening pada
7
dicampur,
dialirkan perlahan-lahan 2 ml H2SO4.
Fruktosa
5 ml fruktosa 1 % + 2 teteslarutan 10 %
alfanaftol yang masih baru dan
dicampur, dialirkan perlahan-lahan 2 ml
H2SO4.
permukaannya. Setelah ditetesi H2SO4,
warna larutan menjadi coklat bening
dengan cincin di permukaannya.
Fruktosa (putih bening)
Setelah ditetesi larutan α-naftol,
terbentuk cincin bening pada bagian
permukaannya. Setelah ditetesi H2SO4,
warna larutan menjadi coklat hitam
pekat tanpa cincin di (tercampur
seluruhnya).
b. Reaksi Benedict
5 ml reagen benedict + 8 tetes larutan
glukosa diletakkan pada tabung dan
dimasukkan dalam penangas air selama 5
menit.
Reagen benedict berwarna biru tua,
setelah ditetesi glukosa tidak ada
perubahan. Setelah dipanaskan selama 5
menit terbentuk 2 fase yaitu atas hijau
lumut dan bawah berwarna biru.
c. Reaksi Iodine
1 ml larutan amilum + 3 tetes HCl + 2 tetes
iodine.
Setelah ditambahkan HCl, larutan
menjadi bening. Setelah ditambah
iodine (kuning), terjadi perubahan warna
dari bening menjadi biru keunguan.
d. ReaksiSaliwanoff
Glukosa
2 ml larutan glukosa 1% + 2 mL reagen
saliwanoff + 2 tetes larutan glukosa lalu
dipanaskan selama 1 menit.
2 ml reagen saliwanoff + 2 tetes larutan
fruktosa lalu dipanaskan selama 1 menit.
Glukosa
Setelah reagen saliwanoff yang
berwarna kuning bening dicampur
dengan larutan glukosa berubah warna
menjadi agak sedikit kunning bening.
Setelah dipanaskan, larutan menjadi
8
bening seluruhnya.
Fruktosa setelah reagen saliwanoff
dicampur dengan larutan fruktosa,
larutan berwarna bening. Setelah
dipanaskan, larutan menjadi merah.
F. ANALISIS DATA
a. Isolasi amilum dari singkong (Manihot utilisima)
Diket :Berat amilum kering = 9,11 gr
Berat kertas saring = 1,29 gr
Berat kertas saring + pati/ amilum = 10, 40 gr
Dit : Kadar amilum. . .???
Jawab :
Kadar Amilum = Berat amilum kering / 100 gr × 100%
= 9,11 gr / 100 gr × 100 %
= 9,11 %
b. Persamaan Reaksi
Reaksi Molisch
Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
1. Glukosa
2. Fruktosa
9
3. Rumus cincin ungu yang terbentuk
Reaksi Benedict
Berikut reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
R— C — H + Cu2+ + 2OH- → R— C — OH + Cu2O + H2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Reaksi Iodine
Iodium + amilum Ikatan iodin amilum (biru)
10
Reaksi Saliwanoff
Pada uji Seliwanoff, ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna
jingga; yaitu karena terbentuknya resorsinol.
Berikut adalah reaksinya :
11
G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu mengenai karbohidrat, yang bertujuan untuk mengetahui
cara isolasi amilum dari umbi/biji-bijian,mengetahui cara melakukan hidrolisis amilum
menngunakan asam dan mengetahui identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida dan
polisakarida) berdasarkan reaksi–reaksi dan perubahan warnanya. Uji yang akan dilakukan
meliputi uji kuantitatif dan kualitatif dari karbohidrat, dimana karbohidrat
adalah amilum atau pati yang merupakan zat makanan yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh kita yang biasanya terdapat pada umbi-umbian,
daun, batang dan biji-bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida
yang kedua-duanya merupakan polimer dari glukosa yaitu amilosa dan
amilopektin. Dimana, pada uji kuantitatif dilakukan isolasi amilum dari
umbi, dan uji kualitatif karbohidrat dilakukan dengan menggunakan reaksi
Molisch, reaksi Benedict, reaksi iodin,dan reaksi saliwanoff.
12
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu percobaan isolasi amilum dari ubi
kayu/biji-bijian untuk menentukan kadar pati yang terdapat dalam 100 gr ubi kayu. Isolat
amilum yang didapatkan larutan berwarna kuning yang merupakan amilopektin yang larut
dalam air dan amilumnya yang putih tidak larut dalam air sehingga mengendap, dari ubi kayu
ditambah alkohol 95 % kemudian di dekantasi beberapa kali dengan aquades diperoleh
pati/amilum kering berwarna putih dengan berat 9,11 gram dengan kadar amilum 9,11 %.
Pati terdapat dalam jumlah tinggi pada golongan umbi dan biji-bijian. Pati mengandung 2
jenis polimer glukosa, α- amilase dan amilopektin. α- amilase terdiri dari rantai unit-unit D-
glukosa yang panjang, molekul tinggi tetapi stukturnya bercabang tinggi (Poejiadi, 1994). Pati
adalah polisakarida dengan sususan yang kompleks. Hidrolisis polisakarida dilakukan untuk
memperoleh senyawa karbohidrat yang sederhana. Pati atau amilum merupakan polimer dari
glukosa dan apabila dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi amilosa dan
amilopektin.
Percobaan selanjutnya yaitu uji kualitatif karbohidrat. Pada uji
kualitatif karbohidrat bertujuan untuk mengetahui komponen penyusun
suatu senyawa atau adanya suatu karbohidrat. Uji kualitatif yang pertama
dlakukan yaitu uji reaksi molisch. Uji Molisch adalah pengujian untuk mengetahui
senyawa mengandung karbohidrat atau tidak, sampel yang digunakan adalah glukosa dan
fruktosa. Sampel ditambah alpha naphthol 10% dan asam sulfat (H2SO4) pekat, timbul
perubahan pada glukosa setelah ditetesi larutan α-naftol, terbentuk cincin bening pada
permukaannya. Setelah ditetesi H2SO4, warna larutan menjadi coklat bening dengan cincin di
permukaannya. Sedangkan pada fruktosa Setelah ditetesi larutan α-naftol, terbentuk cincin bening
pada bagian permukaannya. Setelah ditetesi H2SO4, warna larutan menjadi coklat hitam pekat
tanpa cincin (tercampur seluruhnya). Pada reaksi ini tidak terbentuk cincin ungu pada batas
kedua cairan, ini menunjukkan bahwa reaksi negative. Hal ini tidak sesuai teori yang
menyatakan,larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika
direaksikan dengan α-naftol dan asam sulfat pekat. Cincin ungu merupakan senyawa
kompleks yang menandakan bahwa larutan terdapat furfural (Poejiadi, 1994). Diperkirakan,
konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula
untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan α-naftol
13
untuk membentuk produk berwarna (Harrow, 1946). Sehingga dapat diperkirakan terjadi
kesalahan pada uji yang dilakukan.
Uji Kedua, uji reaksi Benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Gula pereduksi adalah gula yang
mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Uji
benedict terutama dilakukan untuk karbohidrat pereduksi yang dapat mereduksi ion logam
(misalnya Cu2+ bereaksi dengan pereaksi benedict membentuk endapan Cu2O berwarna merah
bata, hijau atau bisa saja berwarna kuning (Rifki, 2008) ). Hasil yang didapatkan pada reaksi
ini setelah ditetesi glukosa tidak ada perubahan dan setelah dipanaskan selama 5 menit
terbentuk 2 fase yaitu atas hijau lumut dan bawah berwarna biru. Ini menunjukkan adanya
reaksi positif karena ada perubahan warna hijau.
Uji selanjutnya, uji reaksi iodine. Pada uji iodine bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya pati, kondensasi iodine dengan karbohidrat golongan polisakarida
akan memberikan reaksi dengan larutan iodine dan memberikan warna spesifik bergantung
pada jenis karbohidratnya. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru,
amilopektin dengan iodine akan berwarna merah violet, glikogen maupun dekstrin akan
berawarna coklat atau merah. Oleh karena itu uji iod ini juga dapat membedakan amilum dan
glikogen. Dalam percobaan yang dilakukan pada larutan amilum dan HCl encer larutan
menjadi bening setelah ditetesi larutan iodien memberikan perubahan warna dari bening
menjadi biru keunguan, bahwa ini menunjukkan reaksi positif.
Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat
masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut
(Riyad . 2011).
Keempat Uji reaksi Saliwanoff, dilakukan untuk mengetahui adanya gugus keton dalam
sampel. Reaksi positif bila reaksi ditunjukan dengan perubahan warna larutan menjadi merah/merah
bata. Dari kedua sampel hanya sampel fruktosa yang bereaksi positif. Pada glukosa setelah reagen
saliwanoff yang berwarna kuning bening dicampur dengan larutan glukosa berubah warna
menjadi agak sedikit kuning bening.Setelah dipanaskan, larutan menjadi bening
seluruhnya.sedangkan pada fruktosa setelah reagen saliwanoff dicampur dengan larutan
14
fruktosa, larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan, larutan menjadi merah. Dalam hal ini
suatu karbohidrat merupakan suatu polihidroksi keton sehingga nantinya akan mempunyai gugus
keton. Glukosa dan fruktosa mempunyai gugus keton sehingga menghasilkan reaksi positif
( Elfa,2011). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinat dan
hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan
warna merah pada larutannya ( Wahyu,2011).
Namun hasil yang diperoleh berbeda pada sampel glukosa yang menandakan uji
negative karna tidak membentuk perubahan warna merah, disini mungkin terjadi kesalahan
pada saat melakukan percobaan sehingga hasilnya tidak sesuai.
H. PENUTUP
a. Kesimpulan
Isolasi Amilum dari Umbi-umbian dapat dilakukan dengan cara umbi-umbian tersebut d
haluskan (blender), didekantasi, disaring dan ditimbang berapa kadar amilum yang terdapat
didalamnya yang disertai dengan penambahan etanol 95%. Hasil yang dapat dari isolasi
amilum dari umbi-umbian yaitu 9,11%
Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan cara Reaksi Molisch, Reaksi Benedict,
Reaksi Iodine dan reaksi Saliwanoff.
Reaksi Molisch ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa kedua sampel tidak terbentuk cincin ungu dibagian tengah.
Reaksi Benedict yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dan perubahan
warna pada sampel. Dari hasil pengamatan menunjukkan reaksi positif karena terjadi
perubahan warna.
Reaksi Iodine yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada larutan. Dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa reaksi positif terdapat pati karena terbentuk warna biru
keunguan.
Reaksi Saliwanoff yang ditandai dengan larutan yang terbentuk yaitu merah bata yang
menyatakan bahwa sampel tersebut mengandung gugus keton. Dan hasil positif pada
fruktosa dan negative pada glukosa Kesemua bukti atau hasil dari reaksi tersebut
membuktikan bahwa ada unsur karbohidrat atau untuk mengidentifikasi karbohidrat.
b. Saran
Bagi para praktikan diharapkan lebih teliti dan hati-hati dalam menjalankan praktikum
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingkan serta tujuan dari praktikum dapat tercapai.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. http://arrayst.wordpress.com/tentang-dunia-susu/. Diunduh pada 29 November
2012.
Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga . Jakarta: Erlangga.
Morrison, Robert Thornton.1983. Organic Chemistry Fourth Edition. New York: New
York.University.
Poejiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Poedjiadi, Anna.2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Rifqi. 2008. Seri Pengantar Biokimia. Diakses pada
http://arifqbio.multiplay.com/journal/item/15/seri_Penangantar Biokimia . Diakses tanggal
29 November 2012.
Wahjudi, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang: UM Press.
Wahyu, Riyad. Jejaring Kimia. Diakses pada : http://jejaringkimia.blogspot.com. Diakses 29
November 2012.
16