43
ACARA III EMULSI A. Tujuan Tujuan dari praktikum acara III Emulsi yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menentukan tipe emulsi suatu bahan menggunakan sampel susu UHT, susu murni, mayonnaise dan margarin. 2. Untuk mempelajari pengaruh pemanasan dan penambahan santan terhadap kestabilan emulsi susu pada susu UHT dan susu murni. B. Tinjauan Pustaka Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang

Acara 3 Emulsi ITP 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum Ilmu Pengetahuan Bahan

Citation preview

ACARA IIIEMULSI

A. TujuanTujuan dari praktikum acara III Emulsi yaitu sebagai berikut:1. Untuk menentukan tipe emulsi suatu bahan menggunakan sampel susu UHT, susu murni, mayonnaise dan margarin.2. Untuk mempelajari pengaruh pemanasan dan penambahan santan terhadap kestabilan emulsi susu pada susu UHT dan susu murni.

B. Tinjauan PustakaEmulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w). Sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o) (Winarno, 2004).Susu merupakan salah satu contoh emulsi dimana globula berada dalam dispersi. Masing-masing butir lemak dikelilingi oleh selaput protein yang sangat tipis atau serum susu yang terkumpul pada permukaan. Akibat adsorpsi inilah faktor yang menentukan atau membantu memelihara kestabilan lemak dalam susu (Muchtadi dkk, 2010).Susu adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuan penyediaan makanan bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan tunggal bagi makhluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi yang sempurna. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang diperlukan bagi kebutuhan pertumbuhan anak. Pada umumnya yang disebut susu sapi, yang berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian Holstein), yang berwarna putih totol hitam, atau hitam totol putih. Secara alami susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar air susu sangat tinggi yaitu rata-rata 87,5%, dan dilamnya teremulsi berbagai zat gizi penting seperti protein, lemak, gula, vitamin, dan mineral. Sedangkan susu UHT adalah susu yang dipasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) pada suhu 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas (Wardana, 2012).Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan asal susu. Misalnya lemak susu, kasein, dan latosa yang disintesa oleh alveoli di dalam kambing, tidak terdapat di tempat lain maupun di dalam tubuh sapi. Susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung garam-garam mineral, gula, dan protein. Susu segar pH-nya berkisar antara 6,5-6,6 yang bersifat agak asam, keasaman susu segar berhubungan dengan fosfat susu, protein (kasein dan albumin), serta sejumlah kecil CO2 dan sitrat yang terdapat pada susu. Berat jenis susu rata-rata 1,302 atau berkisar antara 1,207-1,035. Semakin banyak lemak susu semakin rendah berat jenisnya, semakin banyak presentase bahan padat bukan lemak, semakin berat susu tersebut. Susu segar rasanya agak amis, flavor yang khas dari susu mempunyai hunbungan dengan kandungan laktosa yang tinggi dan klorida yang relatif rendah. Warna susu putih kebiru-biruan disebabkan pemantulan cahaya oleh globula lemak yang terdispersi, kalsium kaseinat dan fosfat koloidal. Penanganan susu pada tingkat industri dengan cara pasteurisasi, untuk mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Akhir-akhir ini suatu proses pasteurisasi baru yang disebut Ultra High Temperature (UHT) telah dikembangkan. Susu dipanaskan sampai 1250C selama 15 detik atau 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dibawah tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran (turbulance) dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada lempeng-lempeng alat pemanas (Muchtadi, 2010).Lemak dari susu dapat dipisahkan dari komponen lain dengan baik melalui proses pengocokan atau churning. Dengan cara tersebut, secara mekanik film protein di sekeliling globula lemak retak dan pecah sehingga memungkinkan globula lemak menggumpal dan menyusup ke permukaan. Cara ini merupakan proses pemecahan emulsi minyak dalam air (o/w) dengan pengocokan. Mentega sendiri merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi didalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi (emulsifier). Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan mengandung tidak kurang 80% lemak (Syah, 2012).Pembuatan mayonnaise pada dasarnya adalah pencampuran minyak nabati dengan cuka, gula, garam, lada, mustard, dan kuning telur sebagai pengemulsi yang akan membentuk sistem emulsi. Bahan pengemulsi sangat diperlukan untuk mempertahankan stabilitas emulsi setelah pengocokan, sehingga antara minyak nabati dan bahan-bahan yang lain tidak terpisah. Mayonnaise merupakan emulsi minyak dalam air (o/w) dengan kuning telur yang berfungsi sebagai pengemulsi serta untuk memberikan warna pada mayonnaise (Jaya dkk, 2013).Air dalam minyak ditemui dalam produksi, pengolahan, dan transportasi minyak mentah. Emulsi ini biasanya tidak diinginkan karena emulsi w/o lebih produktif dan kental daripada kosntituen cairnya. Secara umum, stabilitas emulsi meningkat dengan menurunnya ukuran partikel dan meningkatkan konsentrasi partikel. Diameter droplet fase terdispersi menurun baik dengan meningkatnya konsentrasi padatan (solid) dan dengan penurunan ukuran partikel. Rata-rata penurunan ukuran cenderung menghasilkan emulsi lebih stabil (Sztukowski et al, 2005).Santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih, yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan atau tanpa penambahan air. santan mempunyai kendala sangat mudah rusak karena kandungan air, lemak dan protein yang cukup tinggi sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk. Pengawetan secara termal sulit diterapkan pada santan, karena santan tidak dapat disterilisasikan dengan pemanasan sebagaimana dilakukan terhadap produk yang lain. Hal ini disebabkan santan mengalami koagulasi jika dipanaskan diatas suhu 80oC, dan aroma (flavor) kelapa yang harum sebagian besar akan hilang. Stabilitas emulsi merupakan parameter penting dalam produk emulsi. Pemanasan menyebabkan terjadinya penurunan stabilitas emulsi (Sukasih dkk, 2009).Santan kelapa adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian diperas setalh ditambahkan air. Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan masakan menjadi gurih. Santan kelapa biasanya bertahan kurang dari sepuluh jam dalam suhu ruang 250-300C dan bisa bertahan lebih dari dua puluh empat jam dalam lemari es. Santan juga mudah rusak jika dipanaskan pada suhu yang relatif tinggi. Hal ini biasanya tidak didinginkan, untuk mengatasi masalah ini biasanya santan terus diaduk selama pemanasan ketika santan mulai mendidih. Santan kelapa mengandung tiga nutrisi utama, yaitu lemak sebesar 88,3%, protein sebesar 6,1%, dan karbohidrat sebesar 5,6% (Srihari,2010).Santan adalah cairan yang diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah kelapa parut. Santan merupakan bahan makanan yang dipergunakan untuk mengolah berbagai masakan. Terdapat beberapa macam cara untuk mengekstraksi santan, pada umumnya dengan memeras daging buah kelapa parutan. Pada waktu daging buah diamati dibawah mikroskop, memperlihatkan struktur sel yang panjang, dipenuhi oleh cairan dan globula-globula minyak dalam cairan. Jelasnya globula dan cairan minyak inilah yang diperas sebagai santan. Emulsi umumnya tidak stabil tanpa adanya zat ketiga, yang dikenal sebagai zat pengemulsi (emulsifier/ surfaktan). Pentingnya mengetahui kestabilan emulsi adalah untuk mengetahui sifat-sifat emulsi dan karakteristiknya sehingga mudah dalam penangannya bahan. Selain itu, dengan mengetahui kestabilan emulsi dapat digunakan untuk menentukan jenis emulgator yang sesuai dengan bahan. Hal yang penting dalam menyiapkan suatu emulsi adalah pemilihan surfaktan yang sesuai sehingga akan diperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi yang larut dalam minyak membentuk emulsi w/o, begitu juga sebaliknya dan campuran zat pengemulsi yang larut dalam minyak dan yang larut dalam air akan menghasilkan emulsi yang lebih stabil daripada penggunaan zat pengemulsi secara individual. Semakin polar fase minyak, semakin hidrofilik zat pengemulsi yang digunakan; semakin nonpolar minyak yang diemulsifikasikan maka semakin lipofilik zat pengemulsinya. Hal-hal tersebut diatas adalah dasar bagi sejumlah metode dalam memilih zat pengemulsi atau kombinasi dari zat pengemulsi yang sesuai untuk suatu sistem tertentu. Bilangan HLB menunjukkan perilaku emulsifikasi dan hubungannya dengan keseimbangan antara bagian hidrofilik dan hidrofobik. Untuk memilih zat pengemulsi atau kombinasi dari zat pengemulsi yang sesuai, maka dipilih yang mempunyai bilangan HLB yang kira-kira sama dengan zat yang akan diemulsifikasikan (Ariadi, 1999).Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa senyawa terlarut. Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah, maka protein susu bertindak sebagai emulsifier (zat pengemulsi). Viskositas adalah karakteristik penting dari makanan cair banyak dalam bidang pengolahan makanan. Viskositas cairan banyak perubahan selama pemanasan, pendinginan, konsentrasi dan lain-lain. Untuk semua cairan, viskositas menurun dengan peningkatan suhu tetapi untuk kebanyakan gas meningkatkan dengan suhu. Viskositas susu dipengaruhi oleh berturut-turut (mulai dari yang paling besar pengaruhnya) ialah kasein, lemak dan albumin (Purbasari dkk, 2013).Oksidasi lemak dalam sistem sederhana berlangsung dalam fase cair, oksigen akan berdifusi dalam minyak melalui antarmuka makroskopik udara/ minyak. Situasi ini lebih rumit dalam kasus dispersi makanan, oksidasi lemak pada emulsi o/w terjadi dalam droplet dan pada permukaan. Oksigen berdifusi dari udara menuju fase cair ke permukaan partikel lemak. Oksidasi emulsi pada emulsi o/w sangat sering terjadi dalam makanan. Dalam margarin emulsi (tipe w/o) oksigen berdifusi dari udara langsung berkelanjutan ke fasa minyak dimana oksidasi terjadi (Filip et al, 2009).Pembentukan tipe emulsi juga dipengaruhi oleh konduktivitas elektrik dan pengamatan secara mikroskopik dengan dibantu warna biru dari metilen blue yang dikenal dengan metode warna larut air. Kualitas secara visual sebagai cairan buram atau transparan atau krim sebagai bagian yang kental. Gel secara fisik diidentifikasi sebagai bahan yang tidak mengalir jika wadah dimiringkan pada 90 (Abdulkarim et al, 2011).Salah satu faktor yang menentukan sifat/karakter polimer emulsi adalah ukuran partikel. Polimer emulsi mengandung partikel dengan diameter berkisar antara 10 sampai dengan 1.500 nm. Pada umumnya ukuran partikel polimer emulsi berkisar antara 100 sampai dengan 250 nm. Ukuran partikel sangat menentukan sifat polimer emulsi seperti sifat aliran dan kestabilan polimer (Budianto, 2008).Istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat pengemulsian protein adalah kapasitas pengemulsian (g minyak teremulsi/g protein), stabilitas emulsi (kecepatan pembentukan krim, koalesensi, flokuasi), indeks aktivitas pengemulsian (ESI = Emulsion Stability Index), dan protein teradsorbsi (g protein/ml emulsi). Kemampuan protein dalam membentuk dan menstabilkan emulsi merupakan faktor kritis dalam pengolahan pangan. Indeks Stabilitas Emulsi (ESI) merupakan parameter yang menunjukkan stabilitas emulsi. Parameter ini mengukur perubahan globula minyak dalam emulsi dengan bertambahnya waktu. Perubahan ukuran globula minyak dalam emulsi menunjukkan ketidak-stabilan emulsi. Perubahan ini diketahui dari perubahan turbiditas dari emulsi yang diencerkan (Estiasih, 2010).Santan merupakan emulsi alami yang diperoleh dengan cara mengekstrak daging kelapa baik dengan penambahan air maupun tidak. Santan mudah mengalami kerusakan fisik berupa pemisahan emulsi menjadi dua fase, yaitu fase kaya minyak (krim) dan kaya air (skim). Pemisahan emulsi tersebut umumnya terjadi dalam waktu 5-10 jam sejak pembuatan santan. Hal ini disebabkan oleh kandungan air dan lemak yang tinggi pada santan sehingga emulsi menjadi tidak stabil. Sifat ini merupakan masalah utam pada industri pengolahan santan yang menyebabkan penilaian konsumen terhadap produk menjadi rendah. Santan mengandung sedikit bahan pengemulsi alami sehingga perlu dilakukan pengecilan ukuran partikel emulsi dengan homogenisasi. Proses homogenisasi untuk mengecilkan ukuran partikel perlu dilakukan sebelum proses pemanasan sehingga didapatkan emulsi yang stabil. Peningkatan viskositas dapat mengurangi kecepatan pemisahan emulsi (Kailaku, 2012).Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar protein dalam susu segar 3,5%, dan mengandung lemak yang kira-kira sama banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolak ukur mutu susu, karena secara tidak langsung menggambarkan juga kadar proteinnya. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalnya Jersey dan Guernsey mampu memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5%. Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu, kadarnya sekitar 5-8%. Laktosa memiliki daya kemanisan yang rendah, yaitu hanya 16% daya kemanisan sukrosa. Laktosa merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam pembentukan sel otak, khususnya anak-anak dibawah 7 tahun. Susu sangat sedikit yang dijual benar-benar segar, yaitu langsung dari ambing sapi perah. Hal ini karena adanya kemungkinan pencemaran atau kontaminasi oleh berbagai bakteri patogen, seperti bakteri penyebab tipus, dipteri, radang tenggorokan, dan TBC. Karena alasan tersebut maka susu yang akan dijual sebelumnya dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang mungkin terdapat didalamnya dapa dipanaskan. Proses pemanasan ini disebut pasteurisasi. Pada umumnya proses pasteurisasi dilakukan dengan memanaskan susu pada suhu 620C selama 30 menit. Bila ingin lebih cepat dapa digunakan suhu 720C selama 15 detik (Koswara, 2009).Emulsi membran dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu air dalam minyak (water in oil) dan minyak dalam air (oil in water). Emulsi air dalam minyak dibuat dengan cara mengontakkan fasa minyak (fasa membran) dengan fasa air dalam suatu bejana dan diaduk pada kecepatan 6000-6500 rpm selama 6-10 menit. Lama pengadukan pada pembuatan emulsi mempengaruhi kestabilan dan kekentalan emulsi yang terbentuk. Pemecahan emulsi dengan menggunakan larutan pemecah emulsi perlu pengadukan dan pemanasan sekitar 49-820C, yang berguna untuk menurunkan atau mereduksi kekentalan emulsi; menambah kelarutan surfaktan dalam fasa minyak; dan menambah kecepatan difusi surfaktan dalam fasa minyak (Wardiyati, 1992).Margarin merupakan campuran kira-kira 60% minyak nabati atau minyak hewani dan 20% air dengan penambahan garam, perasa, pewarna dan pengawet. Pada beberapa negara, presentase campuran bahan dasar margarin diatur dalam undang-undang tertentu. Olein yang merupakan fraksi semicair yang memilik warna kuning terkandung dalam margarin sekitar 60%. Emulsi tersebut kemudian diaduk selama beberapa jam dan ditambahkan air dingin pada wadah pengaduk yang mengakibatkan lemak memadat. Kemudian dari campuran tersebut dipisahkan dari air yang ada, dan gumpalan-gumpalan yang terbentuk diadoni dan ditambah garam (Chrysan, 2005).Santan kelapa (Cocos nucifera) saat ini banyak digunakan pada industri biskuit, roti, permen, dan ice cream untuk meningkatkan flavor dan cita rasa dari berbagai macam produk. Ekstrak kelapa kaya akan kalsium (800 mg) sedangkan kandungan lemak dan protein berturut-turut 65 gram dan 50 gram. Total energi yang terkandung sebesar 61 kilokalori dan total karbohidrat sebesar 300 gram. Santan kelapa mengandung mineral dan vitamin dengan kadar tinggi sedangkan total lemak jenuhnya 10% dari total energi. Prosentase distribusi energi dari protein, lemak total, dan karbohidrat adalah 10 : 30 : 60. Pembuatan santan kelapa diawali dengan menguliti kelapa dan memisahkan bagian tempurung dan daging buah menggunakan pisau. Kemudian daging buah dibersihkan dari kulit yang berwarna coklat, dicuci kemudian diparut. Hasil parutan buah kelapa kemudian diletakkan dalam mangkuk kemudian diberi sedikit air hangat dan dibiarkan beberapa saat untuk mendapatkan minyak, santan dan senyawa aromatik. Ekstrak daging kelapa kemudian disaring menggunakan saringan berukuran 0,18 mm dan diperas, dan didapatkan emulsi berwarna putih dengan flavor kelapa yang manis. Inilah yang disebut sebagai santan (Belewu, 2007).Emulsi dikatakan stabil apabila emulsi tidak mudah pecah pada jangka waktu tertentu. Semakin lama waktu emulsi mengalami kerusakan atau pecah, emulsi dikatakan semakin stabil. Rusaknya emulsi disebabkan karena terjadinya koalesen, creaming, dan cracking. Koalesen terjadi karena butir-butir yang terbentuk tidak seragam, butir-butir yang kecil akan bergabung dengan butir yang besar, sehingga emulsi menjadi rusak. Kestabilan emulsi dapat diukur dengan waktu atau lamanya emulsi tidak menjadi rusak. Emulsi tipe air dalam minyak terbentuk apabila dipakai emulgator yang mempunyai HLB 3-6, sedangkan tipe minyak dalam air dapat dibuat dengan pemakaian emulgator yang mempunyai HLB 8-18. Emulgator yang mempunyai HLB 7-8 dapat berfungsi sebagai zat pembasah (wetting). Terbentuknya tipe emulsi air dalam minyak dapat diuji dengan penambahan air kedalam sistem emulsi. Jika sesudah penambahan air kedalam emulsi terjadi pencampuran, menunjukkan bahwa sistem emulsi yang terbentuk adalah sistem emulsi minyak dalam air. Apabila air yang ditambahkan kedalam sistem tidak mudah bercampur, sistem emulsi yang terbentuk adalah sistem emulis air dalam minyak (Purwani, 2002).Mayonnaise adalah jenis bahan pangan berupa emulsi setengah padat yang dibuat dari minyak nabati, cuka/lemon juice atau asam sitrat, kuning telur, dan beberapa bumbu yaitu garam, gula, paprika, dan MSG. Kadar minyaknya tidak boleh kurang dari 65% berat, dan membentuk emulsi yang sangat halus dalam cuka atau lemon juice. Mayonnaise merupakan emulsi minyak dalam air dengan kunint telur sebagai emulsifier (Winarno, 2008).

C. Metodologi1. Alata. b. Mikroskopc. Gelas preparat d. Penutup kaca preparate. Pipet tetesf. Penjepitg. Waterbathh. Rak tabung reaksii. Tabung reaksi.j. Gelas ukurk. Gelas beker2. Bahana. b. Larutan methylen bluec. Susu UHTd. Mayonaisee. Margarinf. Susu murnig. Santan3.

4. Cara Kerjaa. Penentuan Tipe EmulsiMargarin / Susu UHT / Susu Murni / Mayonaise

Diamati dibawah mikroskop dan tipe emulsi sampel Ditutup dengan gelas penutupDiberi 1 tetes indikator methylen blueDiteteskan pada gelas preparat

b. Penentuan Kestabilan Emulsi Susu Murni, Susu UHT, dan campuran Susu SantanBahan

Didiamkan selama 60 menitDiamati waktu pemisahan yang terjadi setiap 15 menitDitentukan kestabilan emulsinyaDipanaskanDibiarkan tanpa pemanasanDimasukkan ke dalam tabung reaksi

D. Hasil dan PembahasanTabel 3.1 Penentuan Tipe EmulsiKelSampelGambarTipe EmulsiKeterangan

1Susu UHTOil in water(o/w) Perbesaran: 40 x 10 Fase pendispersi: air Warna fase pendispersi: biru Fase terdispersi: minyak Warna fase terdispersi: transparan

2Susu MurniOil in water(o/w) Perbesaran: 10 x 10 Fase pendispersi: air Warna fase pendispersi: biru Fase terdispersi: minyak Warna fase terdispersi: transparan

3MayonaiseOil in water(o/w) Perbesaran: 40 x 10 Fase pendispersi: air Warna fase pendispersi: biru Fase terdispersi: minyak Warna fase terdispersi: transparan

4MargarinWater in oil(w/o) Perbesaran: 10 x 10 Fase pendispersi: minyak Warna fase pendispersi: transparan Fase terdispersi: air Warna fase terdispersi: biru

5Susu MurniOil in water(o/w) Perbesaran: 40 x 10 Fase pendispersi: air Warna fase pendispersi: biru Fase terdispersi: minyak Warna fase terdispersi: transparan

6MayonaiseOil in water(o/w) Perbesaran: 40 x 10 Fase pendispersi: air Warna fase pendispersi: biru Fase terdispersi: minyak Warna fase terdispersi: transparan

7MargarinWater in oil(w/o) Perbesaran: 10 x 10 Fase pendispersi: minyak Warna fase pendispersi: transparan Fase terdispersi: air Warna fase terdispersi: biru

Sumber: Laporan sementaraDalam Winarno (2004), emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda. Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air.Terdapat dua tipe emulsi yang mungkin terjadi dalam campuran minyak dan air. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), emulsi ini dapat berupa emulsi minyak dalam air misalnya susu, atau air dalam minyak misalnya margarin. Raouf (2012) menjelaskan bahwa emulsi oil in water (o/w) yaitu droplet minyak dalam air dan emulsi water in oil (w/o) yaitu droplet air dalam minyak. Emulsi minyak dalam air (o/w) dimana minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai medium pendispersi (continous phase). Emulsi air dalam minyak (w/o) dimana air sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai medium pendispersi (continous phase).

Gambar 3.1 Tipe Emulsi dalam Raouf (2012)

Gambar 3.2 Tipe Emulsi dalam Gaman dan Sherrington (1992)Pada praktikum acara III Emulsi, dalam penentuan tipe emulsi dilakukan dengan cara sampel (susu UHT, susu murni, mayonaise, margarin) diteteskan pada gelas preparat dan diberi satu tetes methylen blue. Kemudian ditutup dengan gelas penutup serta diamati tipe emulsinya. Dalam Yenti dkk (2011), penggunaan methylen blue dikarenakan methylen blue berwarna biru yang dapat larut dalam air dan tidak larut dalam minyak, sehingga minyak dan air dapat dibedakan.Berdasarkan data hasil pengamatan pada kelompok 1 dengan sampel susu UHT, tipe emulsi yang terbentuk yaitu oil in water (o/w). Hal ini terlihat pada pengamatan hasil mikroskopik dari adanya globula-globula minyak yang berada dalam air. Globula-globula minyak yang berwarna transparan merupakan fase terdispersi, sedangkan medium air sebagai tempat globula minyak berada, yang merupakan fase pendispersi ditunjukkan dengan adanya warna biru dari methylen blue yang dapat larut dalam air dan tidak larut dalam minyak, sehingga antara pengamatan minyak dan air dapat dibedakan. Hasil pengamatan mikroskopik emulsi susu UHT sudah sesuai dengan teori dalam Purbasari dkk (2012) yang menyatakan bahwa susu merupakan suatu emulsi minyak dalam air yang mengandung beberapa senyawa terlarut.Dalam Wedana dkk (2012) dijelaskan bahwa larutan methylen blue, dicampur merata, diamati di bawah mikroskop, akan terbentuk warna biru yang tidak homogen pada fase luar yang menunjukkan terbentuknya emulsi tipe water in oil. Berdasarkan hasil praktikum pada sampel susu murni pada kelompok 2 dan 5 sudah sesuai dengan teori karena terlihat yang lebih dominan adalah warna biru, sedangkan bagian berwarna coklat transparan telihat sebagai globula yang diselubungi oleh warna biru tersebut. Hal ini membuktikan bahwa susu murni merupakan sistem emulsi yang merupakan jenis emulsi minyak di dalam air atau o/w. Pada sampel margarin kelompok 4 dan 7 juga sudah sesuai dengan teori karena yang terlihat adalah sebaliknya. Warna biru terlihat sebagai lingkaran kecil dengan warna dasar coklat transparan, hal ini karena yang berperan lebih dominan dalam margarin adalah minyak, sedangkan air terdispersi dalam minyak tersebut. Dengan demikian sampel margarin digolongkan sebagai jenis emulsi air di dalam minyak atau w/o.Pada sampel mayonnaise kelompok 3 dan 6 juga sudah sesuai dengan teori Jaya dkk (2013) yang mengatakan bahwa mayonnaise merupakan emulsi minyak di dalam air. Warna coklat bening terlihat sebagai lingkaran kecil, dan disekitarnya merupakan air berwarna biru. Hal ini disebabkan karena dominannya air dalam sistem emulsi tersebut. Dengan demikian sampel mayonnaise digolongkan sebagai jenis emulsi minyak dalam air atau o/w.Dengan mengetahui tipe emulsi ini kita dapat dengan mudah menentukan emulgator yang diperlukan dan perlu ditambahkan kedalam sistem emulsi kita. Emulgator adalah zat pengemulsi untuk membuat emulsi menjadi stabil. Selain itu, dengan mengetahui tipe emulsi, kita dapat dengan mudah mengetahui cara untuk membuat sistem emulsi itu menjadi tidak stabil dengan menambahkan zat-zat tertentu.

Tabel 3.2 Penentuan Kestabilan EmulsiKelSampelPerlakuanWaktu (menit)

15304560

1Santan + susu murni (4:1)Tanpa Pemanasan-+++++++++

2Santan + susu murni (1:4)-+++

3Susu murni-+++

4Santan + susu UHT (4:1)++++++++++

5Santan + susu UHT (1:4)+++++++

6Susu UHT----

7Santan++++++++++++

1Santan + susu murni (4:1)Dengan Pemanasan+++++++++

2Santan + susu murni (1:4)-+++

3Susu murni-+++

4Santan + susu UHT (4:1)++++++++++

5Santan + susu UHT (1:4)+++++++

6Susu UHT----

7Santan++++++++++++

Keterangan: : Belum ada pemisahan+: Mulai terjadi pemisahan++: Intensitas pemisahan kecil+++: Intensitas pemisahan sedang++++: Intensitas pemisahan besarSumber: Laporan sementaraMenurut Sukasih (2009), santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih, yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan atau tanpa penambahan air. Santan mempunyai kendala sangat mudah rusak karena kandungan air, lemak dan protein yang cukup tinggi sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk.Sehingga bisa dikatakan jika santan mempunyai sistem emulsi minyak dalam air atau oil in water (o/w).Sedangkan menurut Srihari (2010), santan kelapa adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian diperas setalh ditambahkan air. Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan masakan menjadi gurih. Santan kelapa biasanya bertahan kurang dari sepuluh jam dalam suhu ruang 250-300C dan bisa bertahan lebih dari dua puluh empat jam dalam lemari es. Santan juga mudah rusak jika dipanaskan pada suhu yang relatif tinggi. Hal ini biasanya tidak didinginkan, untuk mengatasi masalah ini biasanya santan terus diaduk selama pemanasan ketika santan mulai mendidih. Santan kelapa mengandung tiga nutrisi utama, yaitu lemak sebesar 88,3%, protein sebesar 6,1%, dan karbohidrat sebesar 5,6%.Susu adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuan penyediaan makanan bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan tunggal bagi makhluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi yang sempurna. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang diperlukan bagi kebutuhan pertumbuhan anak. Pada umumnya yang disebut susu sapi, yang berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian Holstein), yang berwarna putih totol hitam, atau hitam totol putih. Secara alami susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar air susu sangat tinggi yaitu rata-rata 87,5%, dan dilamnya teremulsi berbagai zat gizi penting seperti protein, lemak, gula, vitamin, dan mineral. Sedangkan susu UHT adalah susu yang dipasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) pada suhu 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas, menurut Wardana, (2012).Menurut Chrysan (2005), margarin merupakan campuran kira-kira 60% minyak nabati atau minyak hewani dan 20% air dengan penambahan garam, perasa, pewarna dan pengawet. Pada beberapa negara, presentase campuran bahan dasar margarin diatur dalam undang-undang tertentu. Olein yang merupakan fraksi semicair yang memilik warna kuning terkandung dalam margarin sekitar 60%. Emulsi tersebut kemudian diaduk selama beberapa jam dan ditambahkan air dingin pada wadah pengaduk yang mengakibatkan lemak memadat. Kemudian dari campuran tersebut dipisahkan dari air yang ada, dan gumpalan-gumpalan yang terbentuk diadoni dan ditambah garam.Mayonnaise adalah jenis bahan pangan berupa emulsi setengah padat yang dibuat dari minyak nabati, cuka/lemon juice atau asam sitrat, kuning telur, dan beberapa bumbu yaitu garam, gula, paprika, dan MSG. Kadar minyaknya tidak boleh kurang dari 65% berat, dan membentuk emulsi yang sangat halus dalam cuka atau lemon juice. Mayonnaise merupakan emulsi minyak dalam air dengan kuning telur sebagai emulsifier menurut Winarno, (2008).Protein yang ada dalam bahan mudah sekali rusak oleh penambahan asam atau basa kuat, penambahan pelarut organik, dan pemanasan. Saat terjadi pemanasan, bahan-bahan diatas (santan dan susu) dapat dipisahkan menjadi fase terdispersi, fase pendispersi, dan emulsifier (Fachry, 2007). Emulsi umumnya bersifat tidak stabil sehingga mudah pecah jika ditambahkan beberapa zat. Pecahnya emulsi dalam praktikum ini yang menyebabkan terpisahnya minyak dan air dalam emulsi yang dapat dilihat pada tabel 3.2. Sampel santan + susu murni (4:1) dengan perlakuan tanpa pemanasan pada menit ke-15 belum terjadi pemisahan emulsi, sedangkan dengan perlakuan pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi kecil. Sampel santan + susu murni (1:4) dengan perlakuan tanpa pemanasan pada menit ke-15 belum terjadi pemisahan emulsi sama dengan perlakuan pemanasan yang juga belum terjadi pemisahan. Sampel susu murni pada kedua perlakuan pada menit ke-15, keduanya belum terjadi pemisahan emulsi. Sampel santan + susu UHT (4:1) tanpa pemanasan pada menit ke-15, mulai terjadi pemisahan. Sedangkan untuk perlakuan pemanasan pada menit ke-15, intensitas pemisahan yang terjadi kecil. Sampel santan + susu UHT (1:4) tanpa perlakuan pemanasan pada menit ke-15 mulai terjadi pemisahan sama halnya dengan sampel yang diberi perlakuan pemanasan. Sampel santan + susu murni (4:1) pada menit ke-30 tanpa pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi sedang, sedangkan dengan perlakuan pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi kecil. Sampel santan + susu murni (1:4) pada menit ke-30, kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama yaitu mulai terjadi pemisahan. Sampel susu murni pada menit ke-30, kedua perlakuan juga menunjukkan hasil yang sama yaitu mulai terjadi pemisahan. Sampel santan + susu UHT (4:1) pada menit ke-30 tanpa pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi sedang, sedangkan dengan perlakuan pemanasan pada menit ke-30 intensitas pemisahan yang terjadi kecil. Sampel santan + susu UHT (1:4) pada menit ke-30, kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama yaitu intensitas pemisahan yang terjadi kecil. Sampel santan + susu murni (4:1) pada menit ke-45 tanpa pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi sedang, sedangkan dengan perlakuan pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi kecil. Sampel santan + susu murni (1:4) pada menit ke-45, kedua perlakuan menujukkan hasil yang sama yaitu mulai terjadi pemisahan emulsi. Sampel susu murni pada menit ke-45, kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama yaitu mulai terjadi pemisahan emulsi. Sampel santan + susu UHT (4:1) pada menit ke-45, kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama yaitu intensitas pemisahan yang terjadi sedang. Sampel santan + susu UHT (1:4) pada menit ke-45, intensitas pemisahan yang terjadi kecil pada kedua perlakuan.Sampel santan + susu murni (4:1) pada menit ke-60, intensitas pemisahan yang terjadi sedang untuk kedua jenis perlakuan. Sampel santan + susu murni (1:4) pada menit ke-60, kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama yaitu mulai terjadinya pemisahan emulsi. Sampel susu murni pada menit ke-60, mulai terjadi pemisahan emulsi pada kedua jenis perlakuan. Sampel santan + susu UHT (4:1) pada menit ke-60, kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama yaitu intensitas pemisahan yang terjadi sedang. Sampel santan + susu UHT (1:4) pada menit ke-60, intensitas pemisahan yang terjadi kecil untuk kedua jenis perlakuan pada sampel.Sampel susu UHT pada semua rentang suhu dan kedua jenis perlakuan belum mengalami pemisahan emulsi. Sedangkan untuk sampel santan intensitas pemisahan yang terjadi pada kedua perlakuan menunjukkan hasil yang sama, yaitu intensitas pemisahan bertambah seiring berjalannya waktu. Pada praktikum penentuan kestabilan emulsi hasil dapat dilihat pada tabel 3.2. Namun terjadi beberapa ketidak sesuaian hasil praktikum dengan teori. Seperti yang sudah dikemukakan Fachry (2007) diatas, bahwa pemanasan dapat mempercepat pemecahan emulsi sehingga emulsi dapat terpisah menjadi 3 fase. Sampel santan + susu murni (4:1) pada menit ke-15, dapat dilihat bahwa dengan perlakuan pemanasan intensitas pemisahan yang terjadi lebih kecil daripada tanpa pemansan. Pada sampel yang sama pada menit ke-45, intensitas pemisahan emulsi tanpa pemanasan lebih besar daripada intensitas pemisahan emulsi dengan pemanasan.Susu UHT merupakan susu yang telah mengalami beberapa proses dalam pembuatannya seperti homogenisasi. Tujuan utama homogenisasi pada pengolahan susu adalah untuk memecahkan butiran-butiran lemak yang sebelumnya berukuran 5 mikron menjadi 2 mikron. Dengan cara ini susu dapat disimpan selama 48 jam tanpa terjadi pemisahan krim pada susu. Proses homogenisasi terjadi karena adanyan tekanan yang tinggi dari pompa pada alat homogenizer (Koswara, 2009). Perlakuan pemanasan pada susu akan berpengaruh pada viskositas karena terjadi denaturasi protein. Homogenisasi juga akan meningkatkan viskositas. Pada produk susu yang melalui proses sterilisasi atau perlakuan UHT homogenisasi diperlukan untuk mencegah terjadinya pemisahan lemak pada saat penyimpanan. Beberapa poduk susu pasteurisasi juga melalui proses homogenisasi. Homogenisasi akan membuat susu memiliki rasa yang creamy di mulut (Lewis, 1987). Pada praktikum penentuan kestabilan emusi, sampel susu UHT tidak mengalami pemisahan sesuai dengan teori yang dikemukakan diatas.Santan mudah mengalami kerusakan fisik berupa pemisahan emulsi menjadi dua fase, yaitu fase kaya minyak (krim) dan kaya air (skim). Pemisahan emulsi tersebut umumnya terjadi dalam waktu 5-10 jam sejak pembuatan santan. Hal ini disebabkan oleh kandungan air dan lemak yang tinggi pada santan sehingga emulsi menjadi tidak stabil (Kailaku, 2012). Pada praktikum penentuan emulsi dengan sampel santan, dapat dilihat bahwa santan mengalami pemisahan dengan intensitas yang bertambah tiap waktu. Seperti yang dikemukakan pada teori sebelumnya bahwa santan merupakan emulsi yang tidak stabil dan pemisahan emulsi dapat terjadi dalam waktu 5-10 jam setela santan dibuat. Sampel santan yang digunakan mungkin sudah dibuat beberapa jam sebelum praktikum dimulai. Emulsi dikatakan stabil apabila emulsi tidak mudah pecah pada jangka waktu tertentu. Semakin lama waktu emulsi mengalami kerusakan atau pecah, emulsi dikatakan semakin stabil. Rusaknya emulsi disebabkan karena terjadinya koalesen, creaming, dan cracking. Kestabilan emulsi dapat diukur dengan waktu atau lamanya emulsi tidak menjadi rusak (Purwani, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi diantaranya adalah faktor internal yaitu meliputi karakteristik (sifat-sifat kimia dan fisika) dari bahan dimana faktor-faktor ini tidak mudah diubah atau dikendalikan. Faktor-faktor lain merupakan faktor eksternal yang dapat dikendalikan yaitu kondisi operasi misalnya temperatur, pH, salinitas air pembentuk emulsi, jenis pelarut demulsifier, solid particles, umur emulsi dan sebagainya (Nofrizal, 2011).Pentingnya mengetahui kestabilan emulsi adalah untuk mengetahui sifat-sifat emulsi dan karakteristiknya sehingga mudah dalam penangannya bahan. Selain itu, dengan mengetahui kestabilan emulsi dapat digunakan untuk menentukan jenis emulgator yang sesuai dengan bahan. Hal yang penting dalam menyiapkan suatu emulsi adalah pemilihan surfaktan yang sesuai sehingga akan diperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi yang larut dalam minyak membentuk emulsi w/o, begitu juga sebaliknya dan campuran zat pengemulsi yang larut dalam minyak dan yang larut dalam air akan menghasilkan emulsi yang lebih stabil daripada penggunaan zat pengemulsi secara individual. Semakin polar fase minyak, semakin hidrofilik zat pengemulsi yang digunakan; semakin nonpolar minyak yang diemulsifikasikan maka semakin lipofilik zat pengemulsinya. Hal-hal tersebut diatas adalah dasar bagi sejumlah metode dalam memilih zat pengemulsi atau kombinasi dari zat pengemulsi yang sesuai untuk suatu sistem tertentu (Ariadi, 1999).

E. KesimpulanBerdasarkan pada hasil praktikum acara III Emulsi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik.2. Terdapat dua tipe emulsi yaitu emulsi minyak dalam air atau oil in water (o/w) dan emulsi air dalam minyak atau water in oil (w/o).3. Susu UHT merupakan emulsi tipe oil in water (o/w) dan ditandai adanya globula-globula minyak yang berada dalam air.4. Susu murni merupakan emulsi tipe oil in water (o/w) dan ditandai adanya globula-globula minyak yang berada dalam air.5. Mayonnaise merupakan emulsi tipe oil in water (o/w) dan ditandai adanya globula-globula minyak yang berada dalam air.6. Margarin merupakan emulsi tipe water in oil (w/o) dan ditandai dengan adanya butir-butir air yang berada dalam minyak. 7. Sistem emulsi pada santan, susu murni dan susu UHT adalah oil in water (o/w).8. Emulsi yang paling stabil yaitu sampel susu UHT sedangkan yang paling mudah rusak (tidak stabil) yaitu santan dan susu murni dengan perbandingan 4:1.9. Pemanasan dapat mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu mempercepat pemecahan emilsi, menurunkan kestabilan emulsi pada sampel, semakin lama waktu pemanasan maka kestabilan emulsi susu semakin berkurang. 10. Emulsi dikatakan stabil apabila emulsi tidak pecah pada jangka waktu tertentu. Semakin lama waktu emulsi mengalami kerusakan atau pecah, emulsi dikatakan semakin stabil.11. Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi adalah karakteristik bahan, suhu, pH, pengadukan, jenis pelarut, umur emulsi, emulsifier, stabilizer dan surfaktan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Muthanna F., et al. 2011. Study of Pseudoternary Phase Diagram Behaviour and the Effect of Several Tweens and Spans on Palm Oil Esters Characteristics. International Journal of Drug Delivery 3 : 95 100.Ariadi, Basuki. 1999. Isolasi Zat Pengemulsi Santan Kelapa dan Penentuan Bilangan Hidrophile-lipophile Balance (HLB menurut Davies). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro.Belewu, M.A. and K.Y. Belewu. 2007. Comparative Physico-Chemical Evaluation of Tiger-Nut, Soybean and Coconut Milk Sources. International Journal of Agriculture and Biology, Vol. 9 No. 5 : 785-787.Budianto, Emil, Noverra M. N dan Tresye Utari. 2008. Pengaruh Teknik Polimerisasi Emulsi Terhadap Ukuran Partikel Kopoli (Stirena/Butil Akrilat/Metil Metakrila). Jurnal Makara, Sains, Vol. 12, No. 1, halaman 15-22.Chrysan, Michael M. 2005. Baileys Industrial Oil and Fat Products : Margarines and Spreads. New York. John Wiley & Sons, Inc.Estiasih, teti dan Kgs. Ahmadi. 2010. Hubungan antara Sifat-Sifat Emulsifikasi dengan Stabilitas Oksidasi Mikrokapsul yang Dihasilkan dengan Metode Pengeringan Semprot. Jurnal Tek. Pertanian, Vol. 5 N0. 1 : 35-47.Fachry, H.A.R. Serlis Arta dan Fadma Dewi. 2007. Pengaruh Pemanasan dan Derajat Keasamaan Emulsi pada Pembuatan Minyak Kelapa. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 1 No. 1 : 9-16.Filip, V., I Hradkova and J Smidrkal. 2009. Antioxidants in Margarine Emulsions. Czech Journal Food Science, Vol. 27 : 9-11.Gaman dan Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Jaya, Firman., Dedes Amertaningtyas dan Heli Tistiana. 2013. Evaluasi Mutu Organoleptik Mayonnaise dengan Bahan Dasar Minyak Nabati dan Kuning Telur Ayam Buras. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Vol 8 No 1 : 30 34.Kailaku, Sari Intan. Tatang Hidayat dan Dondy A. Setiabudy. 2012. Pengaruh Kondisi Homogenisasi terhadap Karakteristik Fisik dan Mutu Santan selama Penyimpanan. Jurnal Litri 18 (1) : 31-39.Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. ebookPangan.Lewis, M.J. 1987. Physical Properties of Foods and Foods Processing Systems. Chicester. Ellis Horwood.Muchtadi, Tien R., Sugiyono., dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pertanian. Bandung: Penerbit Alfabeta.Nofrizal, Andry. Yoga Adi Prashetya. 2011. Pengaruh Suhu dan Salinity terhadap Kestabilan Emulsi Minyak Mentah Indonesia. Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro.Purbasari, Nia, dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi Biji Kefir Dan Waktu Fermentasi Terhadap Viskositas Dan Penilaian Organoleptik Kefir Susu Kambing. Jurnal Ilmiah Peternakan, Vol. 1 (3).Purwani, M.V. A.N. Bintarti dan R. Subagiono. 2002. Pengaruh Emulgator terhadap Kestabilan Emulsi H3PO4 dalam Topo dan Efisiensi Ekstraksi Membran Emulsi Konsentrat La dan Nd Hasil Olah Pasir Monasit. Prosiding Seminar dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN. ISSN : 0216-3128.Raouf, Manar El-Sayed Abdul. 2012. Crude Oil Emulsions- Composition Stability and Characterization. Journal of InTech.Silverson Machine, Inc. 2010. Production of Margarine and Low Fat Spreads. Application Report.Srihari, Endang dkk. 2010. Pengaruh Penambahan Maltodekstrin pada Pembuatan Santan Kelapa Bubuk. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN : 1411-4216.Sukasih, Ermi., Sulusi Prabawati dan Tatang Hidayat . 2009. Optimasi Kecukupan Panas pada Pasteurisasi Santan dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Santan yang Dihasilkan. Jurnal Pascapanen, Vol. 6 (1) : 34 42.Syah, Dahrul. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press.Sztukowski, Danuta M, and Harvey M Yarranton. 2005. Oilfield Solids and Water-in-Oil Emulsion Stability. Journal of Colloid and Interface Science, Vol. 285.Yenti, Revi, Ria Afrianti, dan Linda Afriani. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Euphatorium odoratum. L) untuk Penyembuhan Luka. Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol. 3 (1).Wardana, Agung Setya. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.Wardiyati, Siti dan Mitsuo Takeuchi. 1992. Studi Percobaan Pembuatan dan Pemecahan Emulsi Air dalam Minyak. Hasil-Hasil Penelitian, Pusat Penelitian Sains Materi BATAN. ISSN : 0853-991X.Wedana JS, S. M., N P. E. Leliqia, dan C.I.S. Arisanti. 2012. Optimasi Komposisi Span 60 Dan Tween 80 Sebagai Emulgator Terhadap Stabilitas Fisik Dalam Formulasi Cold Cream Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.). e-Journal Universitas Udayana.Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor. M-Brio Press.

LAMPIRAN

Gambar 3.3 Kenampakan Susu UHT kelompok 1 dengan Perbesaran 40 x 10

Gambar 3.4 Kenampakan Susu Murni kelompok 2 dengan Perbesaran 10 x 10

Gambar 3.5 Kenampakan Mayonnaise Kelompok 3 dengan Perbesaran 40 x 10

Gambar 3.6 Kenampakan Mayonnaise kelompok 6 dengan Perbesaran 40 x 10

Gambar 3.7 Emulsi Tanpa Pemanasan pada menit ke-0

Gambar 3.8 Emulsi Tanpa Pemanasan pada menit ke-60

Gambar 3.9 Emulsi dengan Pemanasan 15 menit Kelompok 1-4

Gambar 3.10 Emulsi dengan Pemanasan 15 menit Kelompok 5-7

Gambar 3.11 Emulsi dengan Pemanasan 45 menit Kelompok 1-4

Gambar 3.12 Emulsi dengan Pemanasan 45 menit Kelompok 5-7