Upload
dydhay
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
http://makassarge.blogspot.com/2012_02_08_archive.html
2.1 LINGKUP RENCANA KEGIATAN
2.1.1 Lingkup Rencana Usaha
A. Tahap Pra-Konstruksi
A.1Pengurusan Perijinan
Tahap ini berupa pengurusan legalitas terhadap proyek pembangunan New
Port yang akan dijalankan. Legalitas proyek yang telah dimiliki pemrakarsa antara
lain :
SIPPT No 1805/IV/1985
Rekomendasi Peil Banjir No 1219/-1.797.1
A.2 Perencanaan Teknik
Pembuatan desain perencanaan meliputi desain struktur bangunan dan
arsitekturnya, merencanakan tata letak bangunan, merencanakan luasan
penggunaan bangunan, dan juga mendesign prasarana dan infrastruktur lainnya
seperti peil banjir,saluran, dan luas penyempurna hijau taman.
A.3 Sosialisasi
Sosialisasi studi AMDAL yang bertujuan untuk menjelaskan kepada
masyarakat yang terkena dampak serta berbagai pihak pemerhati lingkungan
tentang rencana kegiatan pembangunan yaitu masyarakat yang bermukim di
wilayah RW 06 Kelurahan Kelapa Gading Barat dan proses sosialisasinya sesuai
dengan SK. Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Amdal.
B. Tahap Konstruksi
B.1Persiapan dan Pembersihan Lahan
Proses pembersihan lahan dilakukan untuk memudahkan orientasi pekerjaan
konstruksi. Selain itu proses pembersihan bertujuan untuk mengetahui kondisi
teknis dari tanah di lokasi konstruksi yang akan berlangsung dengan cara
membersihkan lahan dari sampah dan semka belukar yang bersifat mengganggu
kegiatan proyek serta disekeliling lahan proyek telah dilaksanakan pemagaran dan
beberapa tanaman peneduh yang ada masih dipertahankan.
B.2 Mobilisasi Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi mencapai 400 orang. Jumlah
ini cukup besar sehingga mengakibatkan dampak pada kebutuhan air bersih,
buangan limbah cair dan buangan sampah padat. Dengan kebutuhan air bersih yang
harus disiapkan pada tahap ini sebesar ± 38 m3/hari dan jumlah buangan air
limbahnya sama dengan kebutuhan air bersih dengan asumsi 100% air bersih
terbuang sebagai limbah cair, serta timbulan sampah padat mencapai 1,3 m3/hari
B.3 Mobilisasi Peralatan dan Material Proyek
Jenis peralatan yang digunakan antara lain 2 buah tower crane, 3 unit
material lift, backhoe, dump truck, pile hammer, concrete vibrator, concrete mixer
truck. Sementara material yang digunakan anatara lain bore pile, beton ready mix,
beton precast, besi beton, gypsum, aluminium, pasir urug, semen, kerikil, bata
ringan, homogenous tile, parquet, keramik, kaca dan lain-lain. Pengangkutan
material tidak dilakukan pada jam sibuk bahkan pada malam hari dengan
kebutuhan 15-20 unit/hari sesuai dengan kebutuhan.
B.4 Pekerjaan Tanah
Akan dilakukan pekerjaan galian tanah sedalam 1,5 m dengan volume galian
sebesar ± 30.638 m3 yang kemudian akan digunakan kembali untuk mengurug
lahan penghijauan dan sisanya diserahkan ke pihak ketiga. Dan tidak ada pekerjaan
dewatering karena muka air tanah berada pada kedalaman 2,45 m, sehingga tidak
dikhawatirkan ada gangguan dari rembesan air tanah.
B.5 Pekerjaan Struktur Bangunan
Sistem struktur bangunan town house dan apartemen menggunakan pondasi
bore pile, dengan town house menggunakan bore pile Ø 30 cm dan panjang 10 m
untuk apartemen menggunakan bore pile Ø 45 cm dan panjang 20 m. Struktur
kolom balok dan pelat dari beton bertulang, dinding eksternal berupa dinding beton
precast dan internalnya berupa bata ringan atau gypsum board, struktur atap dan
platfond menggunakan beton bertulang dan beton expose finishing cat, dan ruang
dalam apartemen, lantai lobby dan area public serta are corridor dengan
homogenous pile dengan lantai menggunakan parquet dan keramik.
B.6 Penghijauan dan Landscaping
Lahan penghijauan disediakan minimal seluas ± 10.960 m2 atau 31,6 % dari
luasan daerah perencanaan proyek.
C. Tahap Operasi
c.1 Penerimaan Penghuni dan Tenaga Kerja
Apartemen dan town house Kelapa Nias akan terdiri dari 405 unit hunian
dengan kapasitas penghuni ± 2.239 jiwa. Unit apartemen yang direncanakan akan
dijual lepas dengan status Hak Milik (strata title,) sementara untuk unit town house
sebagian akan dijual lepas dan yang lain disewakan.
c.2 Pengoperasian Apartemen, Town House, Rukan dan Fasilitas Penunjang
Kebutuhan air bersih akan disuplai dari PAM sebagai sumber utama. Limbah
cair yang dihasilkan di apartemen dan toen house akan diolah dengan
menggunakan STP sistem Extended Aeration berkapasitas 900 m3. Sementara pada
rukan dan gedung kantor eksisting menggunakan septic tank konvensional dan
Biofill denga kapasitas masing-masing 1,5 m3. Untuk Limbah B3 pengelolaannya
akan diserahkan ke pihak ketiga yang telah mendapat izin. Selain itu juga
dilakukan pemeliharaan penghijauan dengan penanaman pohon pelindung,
penyiraman setiap pagi dan sore hari serta pemupukan dengan kompos setiap 3
bulan sekali.
2.1.2 Komponen Kegiatan yang Berkaitan dengan Dampak
A. Tahap Prakonstruksi
Pada tahap ini ada beberapa komponen kegiatan yang ditelaah yang dapat
memberi dampak yaitu :
1. Pengurusan Perizinan
2. Perencanaan teknis
3. Sosialisasi
B. Tahap Konstruksi
Pada tahapan ini, beberapa komponen kegiatan yang kemungkinan akan
berkaitan dengan dampak lingkungan yang akan dihasilkan adalah :
1. Persiapan dan Pembersihan lahan
2. Mobilisasi tenaga kerja
3. Mobilisasi peralatan dan material proyek
4. Pekerjaan tanah
5. Pekerjaan struktur bangunan Apatemen dan Town House Kelapa Nias
6. Penghijauan dan Landscaping
C. Tahap Operasi
Pada tahapan ini, beberapa komponen kegiatan yang kemungkinan akan
berkaitan dengan dampak lingkungan yang akan dihasilkan adalah :
1. Penerimaan Penghuni dan Tenaga Kerja
2. Pengoperasian Rukan, Apartemen dan Town House Kelapa Nias
3. Pengoperasian Genset
4. Pengoperasian STP
5. Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
2.2 LINGKUP RONA LINGKUNGAN AWAL
2.2.1 Komponen Fisik-Kimia
1. Iklim
Data klimatologi untuk lokai kegiatan diperoleh dari stasiun klimatologi
terdekat, yaitu Stasiun Klimatologi BMG Tanjung Priok.. Curah hujan bulanan
tertinggi di kawasan Kelapa Gading jatuh pada bulan Februari dengan rata-rata
450,5 mm, sedangkan curah hujan bulanan terkecil jatuh pada bulan Agustus dengan
rata-rata 77,3 mm. Berdasarkan data curah hujan tersebut dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi perbedaan curah hujan rata-rata bulanan yang cukup mencolok antara
musim kemarau dengan musim penghujan. Menurut penggolongan tipe curah hujan
Schmidt dan Ferguson, daerh penelitian termasuk iklim tipe A karena curah hujan
rata-rata bulanannya lebih besar dari 100 mm.
Temperatur rata-rata bulanan tertinggi jatuh pada bulan Oktober dan
November (32,6oC) dan terendah pada bulan Januari (25,8oC). Berdasarkan data
curah hujan dan temperatur udara bulanan, dapat ditentukan bahwa tipe iklim
setempat sesuai dengan klasifikasi tipe iklim menurut Koppen, termasuk ke dalam
tipe Af, yaitu tipe iklim hujan tropis.
2. Geomorfologi
Berdasarkan soil test yang dilaksanakan oleh PT. Testana Indoteknika, 2010
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Lapisan tanah proyek pada permukaan hingga kedalaman 5,0 m terdiri dari
lanau lunak hingga sedang. Pada kedalaman 5,0 m hingga 11,5 terdiri dari
lempungyang sangat lunak. Dari kedalaman 11,5 m hingga 13,0 m terdiri dari
lempung teguh. Mulai dari kedalaaman 13,0m hingga 36,0 m didominasi oleh pasir
yang sangat padat. Pada kedalaman 36,0 m hingga 40, 0 m terdiri dari lempung
dengan konsistensi keras. Muka air tabah di lokasi proyek mulai ditemukan pada
kedalaman -2,45 m dari permukaan tanah asli.
3. Hidrologi
Wilayah studi merupakan lahan bekas sawah yang dikembangkan sejak tahun
1973. Hingga saat ini, banjir sering melanda kawasan tersebut akibat adanya
perubahan tata guna lahan.
Permasalahan banjir di wilayah studi itu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
- Topografi lahan lebih rendah dari muka air laut pasang rata-rata yang
disebabkan karena kondisi alami dan karena penurunan muka tanah
- Saluran drainase tidak teratur, terdapat saluran yang buntu/tidak menyambung,
elevasi/kemiringan saluran tidak konsisten sehingga menyebabkan arah aliran
air tidak jelas dan berputar-putar.
- Pembangunan saluran drainase terabaikan.
- Kurangnya pemeliharaan dan pengawasan sistem drainase.
- Wilayah studi juga berpotensi menerima luapan Kali Sunter dan Kali Cakung
bila banjir karena mengecilnya kapsitas Kali Sunter dan Kali Cakung.
4. Kualitas Air Permukaan
Dari hasil pengukuran kualitas beberapa air sungai di wilayah Jakarta Utara,
umumnya parameter yang ditemukan berlebih, antara lain daya hantar listrik, zat
padat terlarut, BOD, COD, minyak dan lemak serta zat organic. Hal ini tentunya
dipengaruhi oleh akumulasi limbah domestik dari kegiatan rumah tangga dan
industri/pabrik yang berada di wilayah tersebut.
5. Kualitas Air Tanah
Berdasarkan penelitian LPM-ITB dan pemantauan BPLHD Provinsi DKI
Jakarta menunjukkan bahwa secara umum kualitas air tanah dangkal di wilayah
Jakarat Utara memperlihatkan kecenderungan tinggi dan atau melampaui baku mutu
untuk parameter seperti zat terlarut, sulfat, chlorida, total kesadahan dan total
coliform. Hal ini selain disebabkan oleh karakteristik tanah setempat, diperkirakan
tingginya parameter tersebut diakibatkan oleh rembesan buangan air limbah
domestik rumah tangga dan industri.
2.2.2 Komponen Biologi
Keberadaan flora di dalam lokasi proyek hanya dijumpai dalam bentuk semak,
rerumputan dan pepohonan dengan ketinggian sedang. Adapun jenis fauna yang
ditemui adalah jenis burung dan serangga yang tidak termasuk hewan dilindungi.
2.2.3 Komponen Sosekbud, Kesmas, dan Lingkungan Binaan
1. Kependudukan
Kelurahan kelapa Gading Barat memiliki area seluas 6,50 km2 dan memiliki
jumlah penduduk sebanyak 27.763 jiwa dengan kepadatan penduduknya sebesar
4.271 jiwa/km2. Kelurahan kelapa Gading Barat memiliki 9.120 KK yang terbagi
dalam 21 RW dan 206 RT. Berdasarkan mata pencahariannya, sektor yang banyak
digeluti oleh KK di wilayah ini adalah sektor pemerintahan, diikuti oleh sektor
perdagangan, jasa, industri, properti/bangunan, transportasi/komunikasi,
keuangan/perbankan dan lainnya. Sementara itu penduduk musiman yang tinggal di
wilayah ini banyak yang menjadi buruh pabrik, buruh bangunan, pedangang keliling
dan tukang ojek. Adapun agama yang banyak dianut penduduk Kelurahan kelapa
Gading Barat adalah Islam, disusul Kristen Protestan, Katholik, Budha, dan Hindu.
2. Lalu Lintas
Ada beberapa simpang pada lokasi yang kemungkinan akan mengalami
dampak dari pembangunan Apartemen dan town House Kelapa Nias. Permasalahan
yang timbul pada simpang-simpang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Simpang Pegangsaan Dua – Hybrida Raya (Pintu Timur 3)
Kinerja Simpang Pegangsaan Dua – Hybrida Raya sangat tinggi,
tertinggi berada pada pagi hari dengan derajat kejenuhan 0,88 s/d 0,90
sementara pada sore hari tingkat derajat kejenuhan sekitar 0,79 s/d 0,80.
b. Simpang Pegangsaan Dua – Kelapa Nias Raya (Pintu Timur 2)
Simpang Pegangsaan Dua – Kelapa Nias Raya adalah simpang yang
terletak di sebelah timur lokasi pembangunan apartemen dan town house.
Simpang ini yang akan menjadi akses utama bagi orang yang akan keluar
masuk lokasi kegiatan dari arah Pegangsaan Dua. Kinerja simpang tertinggi
berada pada pagi hari dengan derajat kejenuhan 0,8 s/d 0,9 sementara pada
sore hari tingkat kejenuhan sekitar 0,6 s/d 0,7.
c. Simpang Boulevard Kelapa Gading – Kelapa Nias Raya
Kinerja simpang cukup baik dengan derjat kejenuhan berkisar di antara
0,25 s/d 0,67.
3. Fungsi dan Tata Guna Lahan
Penggunaan tanah di Kelurahan Kelapa Gading Barat sekitar 92,13%
diperuntukkan bagi perumahan/hunian; 3,65% untuk perkantoran; 1,88% untuk
taman/ruang terbuka hijau; 1,31% untuk industri dan 1,03% untuk kegiatan lainnya.
Bangunan yang ada di wilayah ini sebagian besar sudah merupakan bangunan
permanen dan sebagian kecil merupakan bangunan semi permanen maupun
sementara (temporary). Banyaknya bangunan rukan di wilayah ini sebagian besar
telah digunakan untuk bengkel mobil/motor, salon, butik, dan showroom. Hunian
yang ada di sekitar lokasi kegiatan terdiri atas real estate dan
kondominium/apartemen.
2.3 PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTESIS
2.3.1 Identifikasi Dampak Potensial
Tahap PraKonstruksi
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan
Pengurusan perijinan dan perencanaan teknis proyek dimana sosialisasi dan
koordinasi menjangkau pihak-pihak terkait telah berdampak terhadap penyesuaian
peruntukan lahan dan intensitas bangunan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara
Tahap Konstruksi
1. Perubahan Kualitas Udara
Kegiatan konstruksi yang didalamnya tercakup kegiatan pembersihan lahan,
mobilisasi peralatan dan material, pekerjaan tanah serta pekerjaan struktur
bangunan akan menghasilkan debu yang berpengaruh terhadap kualitas udara
ambien di sekitarnya.
2. Perubahan Intensitas Kebisingan
Kegiatan konstruksi yang didalamnya tercakup kegiatan mobilisasi material,
pekerjaan tanah serta pelaksanaan konstruksi bangunan dengan menggunakan
peralatan berat seperti pada pekerjaan pondasi akan mempengaruhi intensitas
kebisingan di dalam dan disekitar tapak proyek.
3. Perubahan Intensitas Getaran
Dampak lain yang dapat timbul dari kegiatan konstruksi adalah timbulnya getaran
yang mengakibatkan kerusakan struktur bangunan di sekitar lokasi proyek.
4. Perubahan Volume Limpasan
Dengan adanya kegiatan konstruksi, perubaan tutupan lahan yang ditandai dengan
perubahan koefisien run off lahan akan berdampak terhadap perubahan volume air
larian/limpasan hujan. Jika kapasitas tampungan badan air yang ada disekitar lokasi
proyek tidak memadai dalam menerima air larian ini, maka air larian akan meluap
dan menggenangi kawasan sekitarnya.
5. Perubahan Kualitas Air Permukaan
Kehadiran pekerja proyek yang berjumlah sekitar 400 orang akan menghasilkan
limbah cair. Limbah cair yang masuk ke saluran akan berdampak terhadap
perubahan kualitas air permukaan.
6. Peningkatan Volume Sampah Padat
Sampah pada kegiatan konstruksi sebagian besar akan berupa sisa/puing-puing
bahan dan material yang digunakan selama pelaksanaan konstruksi. Tak
ketinggalan pula sampah basah dan kering dari kegiatan domestik sekitar 400
orang pekerja.
7. Gangguan Stabilitas Tanah
Pekerjaan konstruksi apartemen setinggi 23 lantai dapat mempengaruhi
kecenderungan amblesan/gangguan stabilitas tanah yang telah berlangsung selama
ini di wilayah DKI Jakarta.
8. Perubahan Keragaman Flora Darat
Perubahan keragaman flora darat akan mulai terjadi sejak berlangsungnya kegiatan
pembersihan lahan hingga pelaksanaan penghijauan/landscaping di atas lahan
proyek.
9. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Dibutuhkannnya 400 tenaga kerja konstruksi untuk proyek Apartemen dan Town
House Kelapa Nias akan berdampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan
peluang berusaha bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat di luar Kelurahan
Kelapa Gading Barat.
10. Perubahan Pendapatan Masyarakat
Dampak terhadap pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder)
akibat terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha pada tahap konstruksi
apartemen dan town house.
11. Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas
Kegiatan mobilisasi material pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap
meningkatnya kepadatan lalu lintas di ruas jalan depan proyek.
12. Kerusakan Infrastruktur Jalan
Mobilisasi material proyek dengan menggunakan kendaraan berat dapat
berdampak terhadap kerusakan di ruas Jalan Raya Kelapa Nias, terlebih kegiatan
ini berakumulasi dengan aktivitas kendaraan dari beberapa pemukiman yang
beroperasi di sekitar lokasi kegiatan.
13. Gangguan Kamtibnas
Adanya dampak-dampak primer yang terjadi selama pelaksanaan konstruksi akan
berdampak terhadap kondisi kamtibnas di dalam dan di sekitar lokasi proyek.
14. Gangguan Kesehatan Masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) akibat
terjadinya perubahan kualitas udara dan kebisingan.
15. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak lanjutan dari
timbulnya dampak-dampak primer selama tahap konstruksi.
Tahap Operasi
1. Perubahan Kualitas Udara
Buangan gas polutan dari kendaraan bermotor yang semakin meningkat serta
penggunaan utilitas bangunan seperti genset selama beroperasinya Rukan,
Apartemen dan Town House Kelapa Nias akan berdampak terhadap perubahan
kualitas udara setempat.
2. Perubahan Intensitas Kebisingan
Perubahan intensitas kebisingan pada tahap operasi akan diakibatkan oleh aktivitas
kendaraan penghuni dan utilitas bangunan seperti genset.
3. Peningkatan Limpasan
Meningkatnya debit air pada badan air penerima selain disebabkan oleh limpasan
air hujan, juga akan disebabkan oleh buangan air limbah domestik dari kegiatan
Rukan, Apartemen dan Town House Kelapa Nias.
4. Ketersediaan Air Bersih
Beroperasinya rukan dan kantor telah mengakibatkan meningkatnya permintaan
kebutuhan air bersih, ditambah dengan adanya rencana kegiatan Rukan, Apartemen
dan Town House Kelapa Nias maka peningkatan kebutuhan air akan membebani
sistem penyediaan air bersih di Jakarta.
5. Perubahan Kualitas Air Permukaan
Komponen lingkungan yang akan dipengaruhi oleh buangan limbah cair domestik
serta limbah oli bekas genset dari pengoperasian Rukan, Apartemen dan Town
House Kelapa Nias adalah kualitas air permukaan. Rencana pengoperasian STP
untuk mengelola limbah cair akan memberi dampak positif terhadap komponen
kualitas air permukaan.
6. Peningkatan Volume Sampah Padat
Pengoperasian rukan dan kantor telah menghasilkan sejumlah sampah padat,
ditambah dengan rencana kegiatan apartemen dan town house maka volume
sampah padat yang dihasilkan akan meningkat sehingga membebani sistem
persampahan Jakarta.
7. Perubahan Keragaman Flora darat
Pemeliharaan ruang terbuka hijau hingga ke tahap operasi akan berdampak
terhadap meningkatnya keragaman flora darat.
8. Peningkatan Kepadatan Penduduk
Kedatangan penghuni dan rekruitmen sejumlah tenaga kerja pada tahap operasional
Rukan, Apartemen dan Town House Kelapa Nias akan berpengaruh terhadap
kepadatan penduduk di lokasi kegiatan.
9. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha
Dibutuhkannya sejumlah tenaga kerja pada kegiatan Rukan, Apartemen dan Town
House Kelapa Nias akan berdampak terhadap meningkatnya kesempatan kerja dan
peluang berusaha bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat di luar Kelurahan
Kelapa Gading Barat.
10. Perubahan Pola Mata Pencaharian
Tersedianya kesempatan kerja dan peluang berusaha di salah satu atau beberapa
sektor terkait dengan pengoperasian Rukan, Apartemen dan Town House Kelapa
Nias dapat mempengaruhi pola mata pencaharian penduduk di wilayah Kelapa
Gading Jakut.
11. Perubahan Pendapatan Masyarakat
Dampak terhadap pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan akibat
meningkatnya kesempatan kerja dan peluang berusaha pada tahap operasional
Rukan, Apartemen dan Town House Kelapa Nias.
12. Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas
Pada tahap operasional, aktivitas dari kendaraan penghuni dan pekerja Rukan,
Apartemen dan Town House Kelapa Nias akan menimbulkan peningkatan
kepadatan volume lalu lintas di ruas jalan sekitar.
13. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat
Pengoperasian Rukan, Apartemen dan Town House Kelapa Nias dengan berbagai
dampak primernya akan memberikan dampak lanjutan terhadap timbulnya persepsi
masyarakat.
2.3.2 Evaluasi Dampak Potensial
Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan, tidak dikaji lebih lanjut dalam ANDAL
karena sudah sesuai dengan rencana tata ruang.
Tahap Konstruksi
1. Perubahan kualitas udara, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena berkaitan
pula dengan meningkatnya aktivitas kendaraan di sekitar lokasi serta berkaitan pula
dengan debu yang dihasilkan selama konstruksi berlangsung
2. Meningkatnya kebisingan, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena aktivitas
masyarakat di sekitar lokasi cukup padat
3. Terjadinya getaran, tidak akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena dianggap
hanya berpengaruh sedikit, yaitu hanya pada saat pengerjaan pondasi
4. Meningkatnya limpasan, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena daerah di
sekitar lokasi pembangunan rawan banjir
5. Meningkatnya volume sampah, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena
dapat mengganggu sanitasi serta merusak estetika
6. Meningkatnya peluang kerja, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL
karenaberpengaruh terhadap tingkat kehidupan masyarakat
7. Meningkatnya kepadatan lalu lintas, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena
lokasi pembangunan terdapat di jalan utama dengan tingkat kepadatan yang cukup
tinggi, dan akan diperparah dengan akses mobilisasi peralatan dan material proyek
Tahap Operasi
1. Perubahan kualitas udara, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena berkaitan
dengan aktivitas kendaraan yang akan meningkat pula
2. Meningkatnya limpasan, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena lokasi
yang digunakan rawan banjir, juga diperparah dengan meningkatnya buangan air
limbah domestik
3. Ketersediaan air bersih, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena pemakaian
air bersih di lokasi akan meningkat sehingga ada kemungkinan penyediaan air oleh
PAM kurang mencukupi
4. Perubahan kualitas air permukaan, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena
berkaitan dengan produksi limbah cair domestik dan limbah B3 yang dihasilkan
5. Meningkatnya volume sampah, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena
dapat mengganggu sanitasi serta merusak nilai estetika
6. Meningkatnya kepadatan penduduk, tidak akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL
karena kepadatan penduduk di kelurahan tersebut masih tergolong kecil
dibandingkan kelurahan lain di Kecamatan Kelapa Gading
7. Meningkatnya pendapatan daerah karena pengoperasian rukan, apartemen, dan
town house, tidak akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena tidak berdampak
langsung terhadap masyarakat sekitar
8. Meningkatnya kepadatan lalu lintas, akan dikaji lebih lanjut dalam ANDAL karena
lokasinya yang terdapat di jalan utama dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi
2.3.3 Prioritas Dampak Penting Hipotetik
Dampak-dampak dengan prioritas tinggi yang akan memegang peranan penting dalam
pertimbangan para pengambil keputusan. Beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai
skala prioritas adalah :
a. Kondisi komponen lingkungan penerima sudah kritis yaitu sudah melebihi atau
mendekati baku mutu ambien yang ditetapkan atau sudah tidak dapat dimanfaatkan
sesuai peruntukannya
b. Sudah banyak terdapat keluhan masyarakat tentang dampak tersebut atau kondisi
komponen lingkungan penerima dampak
c. Tidak ada teknologi atau pendekatan penanggulangan dampak yang tersedia dan teruji
keberhasilannya.
2.4 LINGKUP WILAYAH STUDI
2.4.1 Batas Proyek
Lokasi kegiatan rukan dan rencana kegiatan Apartemen dan Town House
Kelapa Nias berbatasan dengan:
Sebelah Timur : Jl. Kelapa Gading Boulevard, ruko/rukan
Sebelah Selatan : Jl. Raya Kelapa Nias, pemukiman penduduk
Sebelah Barat : Jl. Pelepah Elok 2, pemukiman penduduk
Sebelah Utara : Jl. Raya Janur Elok, pemukiman penduduk
2.4.2 Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan batas yang mempertimbangkan sebaran dampak
polutan dalam media air, udara, dan tanah. Batas ekologis meliputi badan air
permukaan (saluran Jalan Kelapa Nias dan sauran jalan Pelepah Elok II), wilayah
sebaran debu dan kebisingan serta pengamatan lalu lintas meliputi Simpang Boulevard
Kelapa Gading – Kelapa Nias Raya dan simpang-simpang terdekat lainnnya.
2.4.3 Batas Sosial
Interaksi social akan terjadi di dalam dan di sekitar tapak kegiatan. Dengan
demikian batas kajian sosial meliputi pemukiman warga di sekitar lokasi kegiatan yang
kemungkinan paling terkena dampak pembangunan proyek. Pemukiman tersebut
berada di wilayah RW 06 Kelurahan Kelapa Gading Bart yang berada di sisi barat dan
selatan tapak proyek.
2.4.4 Batas Administratif
Seluruh lahan pembangunan pengembangan Rukan, Apartemen, dan Town
House Kelapa Nias berada di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa
Gading, Kota Administrasi Jakarta Utara. Oleh karenanya batas administrative meliputi
Kelurahan Kelapa Gading Barat.
2.4.5 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan batas studi AMDAL dengan
mempertimbangkan batas proyek, ekologi, sosial, dan administratif.