35
i AMOBILISASI ENZIM LIPASE JAMUR TIRAM PADA KALSIUM ALGINAT SEBAGAI BIOKATALIS DALAM SINTESIS LAURIL DIETANOLAMIDA Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains program Studi Kimia oleh Khodikotul Masubah 4311412041 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

AMOBILISASI ENZIM LIPASE JAMUR TIRAM PADA KALSIUM …lib.unnes.ac.id/26938/1/4311412041.pdf · Lipase merupakan enzim dengan aplikasi bioteknologi yang sangat luas, seperti ... Hubungan

Embed Size (px)

Citation preview

i

AMOBILISASI ENZIM LIPASE JAMUR TIRAM

PADA KALSIUM ALGINAT SEBAGAI BIOKATALIS

DALAM SINTESIS LAURIL DIETANOLAMIDA

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains program Studi Kimia

oleh

Khodikotul Masubah

4311412041

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 24 Mei 2016

Khodikotul Masubah

NIM. 4311412041

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Amobilisasi Enzim Lipase Jamur Tiram pada Kalsium Alginat sebagai

Biokatalis dalam Sintesis Lauril Dietanolamida

disusun oleh

Khodikotul Masubah

4311412041

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada

tanggal 24 Mei 2016.

Panitia ;

Ketua Sekretaris

Prof. Dr Zaenuri, S.E, M. Si, Akt Dr. Nanik Wijayati, M. Si

196412231988031001 196910231996032002

Ketua Penguji

Harjono, S.Pd, M. Si

197711162005011001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Supartono, M. Si Dr. Nanik Wijayati, M. S

195412281983031003 196910231996032002

iv

MOTTO

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Alloh bersama

orang-orang yang sabar (QS 2:133)

Tidak ada kemudahan kecuali apa yang engkau jadikan mudah. Sedangkan yang

susah bisa engkau jadikan mudah apabila engkau menghendakinya (HR. Ibnu

Hibban).

PERSEMBAHAN

Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Abah dan Ibu Tersayang

Kakak-kakakku dan Adikku Tersayang

Teman-teman seperjuangan Kimia Angkatan 2012

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan

kemurahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Amobilisasi Lipase Jamur Tiram pada Kalsium Alginat sebagai Biokatalis dalam

Sintesis Lauril Dietanolamida”. Selama menyususn skripsi ini, penulis telah

banyak menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pemikiran dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes).

2. Dekan FMIPA Unnes.

3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unnes.

4. Ketua Prodi Kimia FMIPA Unnes.

5. Prof. Dr Supartono, M. Si. Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Nanik Wijayati, M. Si. Pembimbing II yang telahmemberikan

petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Harjono, S. Pd, M. Si, sebagai penguji yang telah memberikan saran dan

motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal dalam

penyususnan skripsi ini.

9. Kepala Laboratorium Kimia FMIPA Unnes yang telah memberikan izin

penelitian.

10. Seluruh staf teknisi dan laboran atas bantuan yang diberikan selama

pelaksanaan penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

12. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang

membutuhkan.

Semarang, 24 Mei 2016

Penulis

vi

ABSTRAK

Masubah, K. 2016. Amobilisasi Enzim Lipase Jamur Tiram pada Kalsium Alginat

sebagai Biokatalis dalam Sintesis Lauril dietanolamida. Skripsi Jurusan Kimia

Fakultas MAtematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Utama Prof. Dr. Supartono, M. Si, dan Pembimbing Pendamping Dr.

Nanik wijayati, M. Si.

Kata Kunci : Entrapment, Ca Alginat, lipase, lauril dietanolamida

Lipase merupakan enzim dengan aplikasi bioteknologi yang sangat luas, seperti

hidrolisis dalam industri makanan, aplikasi pada industri oleokimia, sintesis

struktur trigliserida, polimer dan surfaktan. Lipase sebagai biokatalis memiliki

kelemahan diantaranya hanya dapat dipakai untuk satu kali reaksi. Imobilisasi

lipase perlu dilakukan agar dapat dipakai secara berulang. Pada penelitina ini,

lipase yang digunakan diisolasi dari jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

dengan aktivitas lipase 4,03 U/mg dan kadar protein 1,1234 mg/mL. Lipase

diamobilisasi menggunakan metode entrapment dalam matriks Ca-alginat.

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi Na-alginat optimum dan stabilitas

lipase amobil terhadap penggunaan berulang dalam sintesis lauril dietanolamida.

Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi Na alginat (1 ; 2 ; 3; 4) % (b/v).

Kadar protein enzim dilakukan dengan reagen biuret dan aktivitas lipase

dilakukan dengan metode titrimetrik. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi

optimum lipase amobil dicapai pada konsentrasi 3% dengan kadar protein terjebak

0,84 mg/mL dan aktivitas sebesar 3,33 U/mg. Selain itu, stabilitas lipase amobil

dalam sintesis lauril dietanolamida menunjukkan lipase amobil dapat digunakan

sebanyak tiga kali.

vii

ABSTRAC

Masubah, K. 2016. Immobilization of oyster mushroom on Calcium Alginate as a

biocatalyst in the synthesis of lauryl diethanolamide. Chemistry Departement

Mathematic and Science Faculty. Prof. Dr. Supartono, M. Si, Pembimbing

Pendamping Dr. Nanik wijayati, M. Si.

Keyword : Entrapment, Ca Alginate, lipase, lauryl diethanolamide

Lipase is an enzyme with large biotechnology applications, such as hydrolysis in

the food industry, applications in chemical industry, synthesis of triglyceride,

polymers and surfactants. Lipase as biocatalyst has the disadvantage of which can

only be used for one reaction. Immobilization of lipase is required to be used in

repetition. Lipase was isolated from Pleurotus ostreatus with activity 4.03 U/mg

and protein content 1.12 mg/mL. Lipase was immobilized by entrapment method

in a matrix of Ca-alginate. The study aimed to determine optimum concentration

of Na-alginate and stability of immobilized lipase in reuse cycle for synthesis

lauryl diethanolamide. In this research, Na-alginate concentretion (1; 2; 3; 4) %

(v/w). Protein content was determined by Biuret reagen and enzyme activity was

determined by titrimetric method. The result showed that the optimum condition

of immobilization lipase is achieved on 3% Na-alginate solution with protein

content 0,84 mg/mL and the activity is 3.33 U/mg. Furthermore, stability of

immobilized lipase for synthesis of lauryl diethanolamide showed that

immobilized lipase can be used for 3 cycles.

Keyword : entrapment, Ca-alginate, lipase, lauryl diethanolamide.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

PRAKATA v

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB

1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 7

1.1 Jamur Tiram Putih 7

2.1 Enzim Lipase 9

2.2 Imobilisasi Enzim Lipase 11

2.3 Alginat 15

2.4 Surfaktan Alkanolamida 17

2.5 Dietanolamida 18

3. METODE PENELITIAN 20

3.1 Lokasi Penelitian 20

3.2 Variabel Penelitian 20

3.3 Alat dan Bahan 21

3.4 Prosedur Kerja 21

3.4.1 Preparasi Enzim Lipase 21

3.4.1.1 Isolasi Enzim Lipase 21

3.4.1.2 Imobilisasi Lipase 21

3.4.2 Sintesis Lauril Dietanolamida 22

3.4.3 Analisis 22

3.4.3.1 Uji Aktivitas Lipase 23

3.4.3.2 Analisis Kadar Protein 23

ix

3.4.3.3 Analisis Bilangan Ester 24

3.4.4 Karakterisasi Produk 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar 25

4.2 Penentuan Konsentrasi Na-alginat Optimum Lipase Amobil 27

4.3 Penentuan Penambahan Lipase Amobil Optimum dalam Sintesis Lauril

Dietanolamida 30

4.4 Stabilitas Lipase Amobil terhadap Penggunaan Berulang 31

4.5 Karakterisasi Produk Hasil Sintesis 33

5. PENUTUP 39

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 44

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni 2

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram Segar Per 100 Gram 7

Tabel 4.1. Komposisi Larutan standar Protein 24

Tabel 4.2 Hasil Absorbansi dan Konsentrasi dari Lipase dan Lipase

Amobil 25

Tabel 4.3. Interpretasi spektrum IR dari asam Laurat, Dietanolamina,

dan Produk Hasil Sintesis 33

Tabel 4.4. Interpretasi Kromatogram HPLC hasil reaksi Amidasi 36

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) 7

Gambar 2.2 Klasifikasi Metode Imobilisasi Enzim 10

Gambar 2.3 Imobilisasi Lipase dengan Metode Entrapment 11

Gambar 2.4 Imobilisasi Enzim dengan Metode Carrier-Binding 12

Gambar 2.5 Imobilisasi Enzim Lipase dengan Metode Cross-Linking 13

Gambar 2.6 Struktur Guluronat dan Mannuronat pada Alginat 14

Gambar 2.7 Reaksi Amidasi Asam Laurat dengan Dietanolamina 17

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Standar BSA 25

Gambar 4.2 Bead Lipase Amobil yang dihasilkan dari Konsentrasi

Na alginat a.1%, b. 2%, c. 3%, dan d. 4%. 27

Gambar 4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na-alginat terhadap Kadar Protein

Terjebak 28

Gambar 4.4 Hubungan konsentrasi Na Alginat % (v/v) dengan aktivitas

Lipase (U/mL)(max= 540 nm) 28

Gambar 4.5. Hubungan variasi konsentrasi Lipase Amobil %

(b/b asam laurat) dengan bilangan ester 29

Gambar 4.6. Hubungan Reusability (Penggunaan Berulang Entrapped Lipase

terhadap Aktivitas Entrapped lipase 30

Gambar 4.7. Spektra IR a. dietanolamina, b. Asam Laurat, dan

c. Produk Sintesis 33

Gambar 4.8 Spektra IR palmitin dietanolamida (Hendra et al., 2013) 34

Gambar 4.9 Kromatogram HPLC Hasil Reaksi Amidasi 35

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Alir 44

Lampiran 2. Analisis Data 47

Lampiran 3. Hasil Analisis FTIR 53

Lampiran 3. Hasil Analisis HPLC 61

Lampiran 4. Foto Penelitian 63

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan surfaktan yang melebihi kapasitas produksi menyebabkan

Indonesia harus mengimpor surfaktan dengan jumlah yang cukup besar. Sebagian

besar surfaktan yang diproduksi masih menggunakan minyak bumi sebagai bahan

baku, sementara cadangan minyak bumi terus menipis dan tidak dapat diperbarui.

Hal ini sangat berpotensi menimbulkan krisis energi pada skala global di masa

yang akan datang. Permasalahan lain yang juga harus dihadapi adalah surfaktan

ini tidak ramah lingkungan (Arbianti et al., 2008).

Surfaktan banyak digunakan pada berbagai industri detergen, pelembut,

cat , tinta, bahan pengemulsi (emulsifier), insektisida dan lain-lain. Di Indonesia,

kebutuhan surfaktan sekitar 95 ribu ton pertahun, sedangkan kapasitas produksi

dalam negeri hanya 55 ribu ton pertahun, sehingga ada kekurangan sebesar 45

ribu ton yang harus diimpor (LIPI, 2008). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

menyebutkan bahwa pada tahun 2013, impor surfaktan di Indonesia mencapai

54.624.484 Kg atau setara dengan US$ 161.480.272,-. Melihat kegunaan

surfaktan yang sangat luas dan konsumsi dalam negeri yang besar tersebut

menjadi pendorong berkembangnya industri pembuatan surfaktan di Indonesia.

Salah satu faktor pendorong berkembangnya industri surfaktan adalah

keberadaan bahan baku. Secara umum sintesis surfaktan menggunakan bahan

baku yang renewable maupun non renewable. Hendra et al. (2013 : 55-63)

menyatakan bahwa surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi,

2

seperti linier alkil benzen sulfonat (LAS) dan alkil sulfonat (AS). Namun

surfaktan ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan karena setelah

digunakan akan menjadi limbah yang sukar terdegradasi dan tidak dapat

diperbarui (non renewable). Pada saat ini dengan terbatasnya bahan baku non

renewable, maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk menggantikan bahan baku

non renewable.

Potensi Indonesia sebagai produsen surfaktan yang disintesa dari asam

lemak minyak kelapa sangat besar, mengingat produksi minyak kelapa Indonesia

yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kandungan asam laurat yang

tinggi pada minyak kelapa murni berpotensi untuk dibuat surfaktan.

Tabel 1.1 Komposisi Asam Lemak Minyak

Kelapa Murni

Asam lemak Jumlah (%)

Asam kaproat 0,20

Asam kaprilat 6,10

Asam kaprat 8,60

Asam laurat 50,50

Asam miristat 16,18

Asam palmitat 7,50

Asam stearat 1,50

Asam arachnidat 0,02

Asam palmitoelat 0,20

Asam oleat 6,50

Asam linoleat 2,70

Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005)

Surface active agent (surfaktan) merupakan bahan aktif permukaan yang

mempunyai peranan penting sebagai emulsifier (industri kosmetik, industri

makanan, dan industri minuman), pelarut obat (industri farmasi), penyempurna

dalam penyebaran warna kain (industri tekstil) dan pelunak kulit (Anah dan

3

Mahfud, 2011). Surfaktan dengan bahan baku alami (oleokimia) memiliki

beberapa keunggulan yaitu mudah didegradasi, biaya produksi lebih rendah,

kebutuhan energi lebih rendah, bebas dari hidrokarbon aromatik, dan bebas

kontaminan (Arbianti et al., 2008).

Lauril dietanolamida merupakan surfaktan non ionik turunan dari

alkanolamida. Surfaktan ini diperoleh dari amidasi enzimatik asam laurat dan

dietanolamina. Menurut Masyitah (2008) surfaktan dietanolamida bersifat lebih

efektif baik sebagai penstabil busa, pengental dan boster busa. Pemanfaatan

dietanolamida dapat ditemukan pada pembuatan deterjen, agen emulsifier, dan

kosmetika.

Asam laurat dipilih sebagai sumber asam lemak karena amida dari asam

laurat banyak digunakan pada berbagai produk kosmetka dan obat-obatan

(Sharma et al., 2005). Asam laurat banyak terdapat dalam minyak inti sawit, yang

dihasilkan sebagai hasil samping pengolahan minyak sawit serta terdapat dalam

jumlah besar dan berkesinambungan di Indonesia.

Saat ini, Penggunaan enzim sebagai biokatalis telah memegang peranan

yang sangat penting pada industri kimia dan farmasi (Lee et al., 2009). Yang XM

et al. (2010 : 167-173) menyatakan bahwa lipase (EC 3.1.1.3) merupakan enzim

dengan aplikasi bioteknologi yang sangat luas, seperti hidrolisis pada lemak susu

dalam industri makanan, aplikasi pada industri oleokimia, pada sintesis struktur

trigliserida dan pada sintesis polimer dan surfaktan. Menurut Bjorkling (dalam

Marini, 2011) dari sudut pandang industri, Jamur merupakan sumber enzim yang

menarik dalam bioteknologi karena ketersediaan dan stabilitasnya yang tinggi.

4

Namun, penggunaan lipase sebagai biokatalis mempunyai beberapa kelemahan,

diantaranya adalah hanya dapat dipakai untuk satu kali reaksi. Salah satu cara

untuk mengatasi kelemahan ini adalah dengan menerapkan teknik imobilisasi

pada enzim yang akan digunakan. Imobilisasi enzim bertujuan untuk

meningkatkan stabilitas dan produktivitas enzim tersebut sehingga lipase dapat

digunakan kembali (Cao, 2005).

Metode imobilisasi enzim secara entrapment dalam kalsium alginat adalah

salah satu metode penting dalam imobilisasi. Salah satu alginat yang tersedia

secara komersial adalah natrium alginat yang sudah digunakan lebih dari 65 tahun

dalam industri makanan dan farmasi sebagai pelapis, pengemulsi dan agen

pembentuk film. Menurut Fraser, J. E. And G. F. Bickerstaff (dalam Anwar,

2009), entrapment menggunakan gel kalsium alginat yang tidak larut dikenal

cepat, tidak beracun, murah, dan metode serbaguna dari imobilisasi suatu enzim.

Berdasarkan latar belakang, sintesis surfaktan dari bahan yang terbarukan

dan ramah lingkungan sangat penting karena untuk meminimalisir dampak

pencemaran lingkungan. Surfaktan Lauril dietanolamida merupakan salah satu

surfaktan berbahan alami yang mudah terdegradasi dan bebas kontaminan. Enzim

lipase merupakan biokatalis ramah lingkungan yang mengkatalis sintesis

surfaktan. Namun, dalam penggunaannya enzim lipase memiliki kelemahan. Oleh

karena itu, peneliti mengangkat judul “Amobilisasi Enzim Lipase Jamur Tiram

pada Kalsium Alginat sebagai Biokatalis dalam Sintesis Lauril Dietanolamida”.

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yaitu :

1. Bagaimanakah aktivitas lipase dan lipase amobil jamur tiram pada kalsium

alginat?

2. Berapa konsentrasi (%) optimal lipase amobil jamur tiram dalam sintesis

Lauril dietanolamida?

3. Bagaimana stabilitas lipase amobil terhadap penggunaan berulang dalam

sintesis lauril dietanolamida?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui aktivitas lipase dan lipase amobil jamur tiram pada kalsium

alginat

2. Mengetahui konsentrasi (%) optimal lipase amobil dari jamur tiram dalam

sintesis Lauril dietanolamida?

3. Mengetahui stabilitas lipase amobil terhadap penggunaan berulang dalam

sintesis lauril dietanolamida.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat :

1. Memberikan pengetahuan tentang aktivitas lipase dan lipase amobil pada

kalsium alginat.

2. Memberikan pengetahuan tentang konsentrasi (%) optimal entrapped

lipase dalam sintesis Lauril dietanolamida.

3. Memberikan pengetahuan tentang stabilitas lipase amobil terhadap

penggunaan berulang.

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Tiram Putih

Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp merupakan salah

satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (Pleurotus

osteorus), jamur tiram merah muda (Pleurotus flabellatus), jamur tiram abu-abu

(Pleurotus sajor caju), dan jamur tiram abalone (Pleurotus cystidiosus) (Susilawati

dan Raharjo, 2010).

Ditinjau dari segi morfologisnya, tubuh jamur tiram terdidi dari tudung

(pileus) dan tangkai (stipe). Pileus berbentuk mirip cangkang telinga dengan

ukuran diameter 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti

ingsang berwarna putih dan lunak yang berisi basidiospora. Bentuk pelekatan

lamella ini adalah memanjang sampai ke tangkai atau disebut dicdirent.

Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm) tergantung pada

kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini

yang menyangga tudung agak lateral (dibagian tepi) atau eksentris (agak ke

tengah) (Alexopoulus, C. J., dan C. J., Mims., 1979).

Jamur tiram dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan oksidasi (Widiastuti

dan Panji, 2008). Lipase diklasifikasikan sebagai enzim hidrolase yang

menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas, gliserida (monogliserida),

digliserida dan gliserol. Uji aktivitas katalis lipase jamur tiram pada reaksi

transesterifikasi etil p-metoksisinamat hasil isolasi rimpang kencur dengan

7

vitamin C telah dilakukan oleh Alchaddad (2010) diperoleh aktivitas lipase jamur

tiram sebesar 1,78 U/mL.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram

Segar Per 100 Gram

Kandungan Gram

Protein 13,8

Serat 3,5

Lemak 1,41

Abu 3,6

Karbohidrat 61,7

Kalori 0,41

Kalsium 32,9

Zat besi 4,1

Fosfor 0,31

Vitamin B1 0,12

Vitamin B2 0,64

Vitamin C 5

Niacin 7,8

Sumber : FAO 1992

Gambar 2.1 Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

(Susilawati dan Budi K., 2010)

Taksonomi jamur tiram putih adalah sebagai berikut (Alexxopoulus, C. J.,

dan C. J., Mims., 1979)

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

8

Kelas : Hymenomycetes

Ordo : Agaricales

Familia : Agaricaceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus

2.2 Enzim Lipase

Hampir 2000 jenis enzim telah diketahui dan diklasifikasikan berdasarkan

jenis reaksi yang dikatalisis. Salah satu jenis enzim yang memiliki sifat sebagai

katalis pada reaksi amidasi adalah lipase.

Lipase (EC 3.1.1.3; triasil gliserol hidrolase) merupakan enzim yang

berperan penting dalam reaksi hidrolisis triasilgliserol menghasilkan asam lemak

dan gliserol. Lipase cenderung bersifat polar, sedangkan substratnya,

triasilgliserol, berupa senyawa nonpolar, sehingga lipase bekerja pada bagian

antar muka (interface) fasa air dan fasa minyak (Yapasan, 2008).

Lipase mampu mengkatalisis berbagai reaksi diantaranya reaksi hidrolisis,

esterifikasi, transesterifikasi (asidolisis, interesterifikasi, alkoholisis), dan

aminolisis (Ozturk, 2001). Lipase akan bertindak sebagai enzim yang

mengkatalisis reaksi hidrolisis apabila berada dalam medium dengan kandungan

air yang tinggi atau dengan kata lain medium yang digunakan adalah air (aqueous

medium). Namun, dalam kondisi terdapat pelarut organik dan kandungan air yang

sedikit lipase cenderung bekerja dalam reaksi esterifikasi, transesterifikasi

(asidolisis, interesterifikasi, alkoholisis), daripada reaksi hidrolisis (Adamopoulus,

9

2006). Menurut Ozturk (2001) Reaksi yang dapat dikatalisis oleh lipase adalah

sebagai berikut :

1. Hidrolisis

R1COOR2 + H2O R1COOH +R2OH

2. Sintesis Ester

R1COOH + R2OH R1COOR2 +H2O

3. Asidolisis

R1COOR2 + R3COOH R3COOR2 +R1COOH

4. Interesterifikasi

R1COOR2 + R3COOR4 R3COOR2 +R1COOR4

5. Alkoholisis

R1COOR2 + R3OH R1COOR2 +R2OH

6. Aminolisis

R1COOR2 + R3NH2 R1CONHR3 +R2OH

2.3 Imobilisasi Enzim Lipase

Pemilihan metode imobilisasi berdasarkan pada spesifikasi proses yang

berlangsung untuk katalis, termasuk parameter secara keseluruhan dari aktivitas

enzim, efektifitas pengugunaan lipase, deaktifasi dan sifat regenarasi, biaya

prosedur imobilisasi, tingkat berbahaya reagen imobilisasi, dan sifat akhir dari

imobilisasi. Metode kimia memiliki sifat pembentukan formasi dengan ikatan

kovalen antara lipase support, sementara metode fisik bersifat ikatan yang lemah

antara enzim dan support. Metode untuk mengimobilisasi terbagi menjadi tiga

10

klasifikasi yaitu, carrier binding, entrapment dan cross linking. Pembagian

terdapat pada Gambar 2. 2.

Gambar 2.2 Klasifikasi Metode Imobilisasi Enzim

(Sheldon dan Pelt, 2013)

2.3.1 Entrapment (Penjebakan)

Metode entrapment membentuk enzim menjadi molekul-molekul kecil gel

semipermeable gel atau memasukan enzim dalam membran semipermeabel.

Metode entrapment berdasarkan pada penempatan enzim didalam kisi-kisi matriks

polimer atau membran dengan tujuan mempertahankan protein saat terjadi

penetrasi substrat. Metode ini berbeda dengan metode ikatan kovalen dan

crosslinking dimana enzim tidak terikat dalam matriks gel atau membran. Metode

ini berlangsung pada kondisi keras. Pemilihan kondisi yang sesuai untuk

imobilisasi merupakan bagian paling penting.

11

Gambar 2.3 Imobilisasi Lipase dengan Metode Entrapment

(Nunes dan Louis, 2006)

Entrapment dapat dibagi menjadi dua yaitu menempatkan enzim dalam kisi-

kisi dan pembentukan mikrokapsul.

1. Entrapment dengan menempatkan kisi melibatkan ruang kosong dari

polimer tidak larut. Sintesis polimer seperti poliacrilamida,

polivinilalkohol, dan lainnya atau polimer alami dapat digunakan untuk

imobilisasi teknik ini.

2. Entrapment dengan mikrokapsulasi, memasukan enzim ke dalam polimer

semipermeabel membran. Metode ini belum banyak dikembangkan untuk

teknik imobilisasi. Mikrokapsulasi membentuk sel tiruan dengan batasan

membran. Molekul besar seperti enzim yang tidak dapat terdifusi melalui

membran sintetik tetapi substrat dan produk dapat melalui membran

tersebut. Preparasi enzim untuk mikrokapsul membutuhkan kondisi

ekstrim yang terkendali dan prosedur untuk mikrokapsul pengeringan

cairan (liquid drying), phase separasi, dan metode intefasial polimerisasi

(Ozturk, 2001).

12

Keuntungan dari imobilisasi teknik ini tidak memerlukan interaksi kimia

antara enzim dengan polimer dan denaturasi dapat terhindar. Fenomena transfer

massa disekitar membran menjadi permasalahan. Transfer massa terjadi dengan

terjadinya difusi yang melalui membran dimana substrat dan produk biasanya

menjadi pembatas. Entrapment enzim lebih baik menggunakan substrat yang

berukuran kecil untuk dapat melalui membran dan mencapai sisi aktif biokatalis.

2.3.2 Carrier-Binding

Metode ini merupakan metode tertua untuk enzim, metode ini mengikat

enzim kepada support yang tidak larut dalam air. Pada metode ini, jumlah enzim

yang terikat pada support dan aktifitas setelah imobilisasi tergantung pada sifat

alami support. Gambar 2.4 merupakan ilustrasi yang menggambarkan ikatan yang

terjadi pada enzim dengan support (pendukung) pada metode ini (Ozturk, 2001).

Kelebihan imobilisasi enzim dengan tehnik ini yaitu enzim dapat dengan mudah

berhubungan dengan substrat karena lokalisasi enzim pada support. Namun biaya

yang diperlukan cukup tinggi sebgai support yang baik dan mahal (misalnya

Eupergit C dan Agaroses. Selain itu enzim juga dapat kehilangan aktivitas,

misalnya karena ketidakcocokan enzim pada carrier seperti keterlibatan pusat

aktif dalam ikatan (Elnashar, 2009).

Gambar 2.4 Imobilisasi Enzim dengan Metode Carrier-Binding

(Ozturk, 2001)

13

2.3.3 Cross-Linking

Metode ini dapat didefinisikan sebagai intermolekul cross-linking enzim

dalam bentuk fungsional atau multifungsional reagen dan berbasiskan pada ikatan

kimia, sama seperti pada ikatan kovalen tetapi support padat tidak dibutuhkan.

Imobilisasi terbentuk dengan formasi intermolekul cross link antara molekul

enzim dengan dua atau multi reagen. Reagen yang paling umum digunakan adalah

glutaraldehida. Reaksi cross linking berlangsung pada kondisi keras yang

mengakibatkan perubahan struktur dari sisi aktif enzim sehingga mengurangi

aktifitas enzim.

Gambar 2.5 Imobilisasi Enzim Lipase dengan Metode Cross-Linking

(Hartoto, 2006)

2.4 Alginat

Alginat adalah polimer linier dengan struktur -D-mannuronicacid (M)

(Asam manuronat) dan -L-guluronicacid (G) (asam guluronat) (Pandurangan, et

al., 2012). Monomer alginat tersusun dalam tiga jenis pengelompokan yaitu

kelompok residu manuronat dan guluronat yang berseling (MGMGM…), asam

guluronat (GGGGG…) dan asam manuronat (MMMM…) (Jayanudin, et al.,

2014).

14

Gambar 2.6 Struktur Guluronat dan Mannuronat pada alginat

(Jayanudin, et al., 2014)

Berat molekul alginat adalah 32-200 kDa, berhubungan erat dengan

derajat 3,4-4,4. Alginat bersifat larut air dalam bentuk garam alkali, magnesium,

ammonia atau amin (Belitz dan Grosch, 2004).

Alginat banyak digunakan sebagai bahan pada proses imobilisasi enzim

atau sel serta pembentukan bahan biocompatible (Yabur et al., 2007). Menurut

Kosman (2011) menyatakan bahwa alginat merupakan salah satu senyawa yang

banyak terkandung dalam jenis alga coklat (Phaeophyta) yang memiliki

kemampuan untuk membentuk gel dan memiliki gugus karboksilat yang dapat

terionisasi menjadi ion negatif dan bereaksi dengan ion-ion kalsium.

Alginat tidak stabil terhadap panas, oksigen, ion logam, dan sebagainya.

dalam keadaan demikia, alginat akan mengalami degradasi. Selama penyimpanan,

alginat cepat mengalami degradasi dengan adanya oksigen, terutama dengan

naiknya kelembaban udara. Alginat dengan viskositas tinggi lebih cepat

terdegradasi dibandingkan alginat dengan viskositas sedang atau rendah. Urutan

stabilitas alginat selama penyimpanan adalah : Natrium alginat > ammonium

alginat > asam alginat (Sembiring, 2010).

15

Kekakuan struktur gel alginat akan bertambah secara umum seiring

dengan afinitasnya terhadap ion berdasarkan urutan sebagai berikut,

Mn>Co>Zn>Cd>Ni>Cu>Pb>Ca>Sr>Ba. Tidak semua ion-ion ini dapat

digunakan untuk imobilisasi sel. Ion Ca2+

adalah ion yang paling umum

digunakan untuk tujuan immobilisasi sel. Ion Ca2+

adalah ion yang paling umum

digunakan untuk tujuan immobilisasi sel karena toksisitasnya paling rendah

(Betha, 2009).

Metode imobilisasi lipase dapat menggunakan metode penjebakan dengan

matriks berupa Ca-alginat. Kelebihan metode penjebakan ini yaitu struktur enzim

pada sisi aktifnya tidak mengalami perubahan (Gulay, 2009). Keuntungan

menggunakan Ca-alginat yaitu dapat membentuk gel yang kokoh, tidak beracun,

murah serta metode yang dapat digunakan untuk imobilisasi sel (Anwar et al.,

2009). Keefektifan metode imobilisasi dipengaruhi oleh kerapatan pori dari Na-

alginat. Dengan semakin tinggi konsentrasi dari Na-alginat maka porositas gel

akan semakin rendah sehingga enzim akan tertahan di dalam gel (Resminingsih,

2005). Tingkat porositas dari metode imobilisasi enzim juga dipengaruhi oleh ion

logam perangkap dan konsetrasi enzim itu sendiri.

2.5 Surfaktan Alkanolamida

Amida asam lemak pada industri oleokimia dapat dibuat dengan

mereaksikan amina dengan trigliserida, asam lemak atau metil ester asam lemak

(Masyitah, 2010). Amida dapat bereaksi dengan asam dan reaksi ini tidak

membentuk garam karena amida merupakan basa yang sangat lemah. Selain itu

senyawa amida merupakan nukleofilik yang lemah dan bereaksi sangat lambat

16

dengan alkil halida. Senyawa amina yang digunakan dalam reaksi amida sangat

bervariasi seperti etanolamina dan dietanolamina, yang dibuat dengan

mereaksikan ammonia dengan etilen oksida.

Alkanolamida merupakan kelompok surfaktan non ionik yang

berkembang dengan pesat. Disamping itu alkanolamida dapat dipergunakan pada

rentang pH yang luas, biodegrable, lembut dan bersifat non iritasi dan surfaktan

alkanolamida juga sangat kompatibel dengan jenis surfaktan lainnya

(Oppusunggu et al., 2015).

2.6 Dietanolamida

Dietanolamida merupakan salah satu surfaktan alkanolamida yang paling

penting. Dietanolamida berfungsi sebagai bahan penstabil dan pengembang busa.

Hal ini disebabkan karena adanya kotoran berminyak seperti sebum menyebabkan

stabilitas busa sabun cair atau sampo akan berkurang secara drastic. Untuk

mengatasi masalah tersebut, diperlukan penstabil busa yang lebih banyak, pekat

sabun menjadi lembut. Pemakaian dietanolamida pada formula shampoo dapat

mencegah terjadinya proses penghilangan lemak yang berlebihan pada rambut dan

produk yang dihasilkan tidak menyebabkan rasa pedih di mata, sehingga cocok

untuk digunakan sebagai produk sabun dan sampo bayi (Holmberg, 2001).

Sintesis dietanolamida menggunakan bahan baku dietanolamina dan asam

laurat. Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus hidroksil pada

molekulnya. Gambar 2.7 berikut ini adalah reaksi sintesis Lauroil dietanolamida

dari dietanolamina dan asam laurat.

17

Gambar 2.7 Reaksi amidasi Asam Laurat dengan Dietanolamina

(Masyitah, 2008)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masyitah et al. (2008),

amidasi enzimatik pada sintesis lauroil dietanolamida menggunakan lipase

Novozym 435 (Lipase Candida antartica teramobilisasi pada resin acrylic)

diperoleh waktu optimum reaksi 24 jam pada rentang konsentrasi lipase sebesar

10% - 11% (b/b asam laurat), rasio mol dietanolamin : asam laurat 2:1 dan

temperatur reaksi 55C. Reaksi pada kondisi optimum tersebut menghasilkan

konversi asam lemak 73 %. Selain itu, optimasi reaksi amidasi enzimatis

dietanolamida menggunakan Rhizomucor meihei juga dilakukan oleh Kurniasih

dan Herawan (2013), hasil penelitian memberikan respons optimal pada

konsentrasi Rhizomucor meihei 10 % (b/b), rasio mol dietanolamna terhadap asam

lemak (10:1) dan temperatur 50C dengan konversi 80,83%.

Sebagian besar sintesis surfaktan alkanolamida dilakukan dengan

menggunakan katalis lipase mulai dari Candida antartica, Novozym 435,

Rhizomucor miehei, hingga latex dari Carica papaya. Namun harga lipase yang

18

ada sangat tinggi , oleh karena itu dilakukan imobilisasi lipase dari sumber lain

agar dapat digunakan secara berulang-ulang (reuse) tanpa mengurangi tingkat

aktivitasnya sehingga biaya produksi alkanolamida dapat berkurang. Oleh karena

itu, pada penelitian ini akan dilakukan imobilisasi lipase yang bersumber dari dari

jamur tiram menggunakan metode entrapment dalam sintesis lauril dietanolamida.

37

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Aktivitas lipase yang diperoleh dari hasil penelitian adalah 4,03 U/mg dan

aktivitas entrapped lipase dengan konsentrasi Na alginat 1%, 2%, 3%, dan

4% (v/v) berturut-turut adalah 1,64 U/mg, 2,22 U/mg, 3,33 U/mg, dan

2,18 U/mg.

2. Kondisi optimum entrapped lipase pada Ca alginat diperoleh pada

konsentrasi Na alginat 3% (v/v) dengan aktivitas spesifik sebesar 3,33

U/mg.

3. Stabilitas entrapped lipase terhadap penggunaan berulang dapat digunakan

sebanyak tiga kali dalam sintesis lauril dietanolamida.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan optimasi entrapped lipase dengan variasi yang lebih

beragam seperti variasi konsentrasi CaCl2, variasi waktu perendaman

entrapped lipase dan variasi ion divalent.

2. Memperbaiki proses imobilisasi sehingga menghasilakn enzim lipase

dengan aktivitas yang tinggi dan tidak mudah rusak.

3. Pada proses sintesis Lauril dietanolamida perlu diperhatikan pemilihan

bahan baku yang memiliki kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan bersifat

ekonomis sehingga dapat menghasilkan produk yang bagus.

38

DAFTAR PUSTAKA

Adamopoulos, Lambrini. 2006. Understanding the Formation of Sugar Fatty Acid

Esters. United State : Faculty of North Carolina State University.

Alchaddad, M., Kusoro Siadi dan Supartono. 2015. Transesterifikasi Etil P-

Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang Kencur dengan Vitamin C

Terkatalis Lipase. Indonesian Journal of Chemical Science, 4 (2) : 2252-

6951.

Alexopoulus, C. J., and C. J., Mims. 1979. Introductory Mycology. 3rd

edition.

Newyork : John Willey and Sons.

Anwar A., Shah Ali U. Q., Samina I., dan Abid A. 2009. Calcium Alginate :

Support Material for Immobilization of Proteases from Newly Isolated

Strain of Bacilus subtilis KIBGE-HAS. World Applied Science Journal, 7

(10) : 1281-1286.

Arbianti, R., Utami, T. S., Hermansyah, H., dan Andani, D., 2008. Pengaruh

Kondisi Reaksi Hidrogenasi Metil Laurat terhadap Aktivitas dari

Surfaktan Berbahan baku Minyak Kelapa, repository.ui.ac.id/

dokumen/lihat/1816. pdf , 24 September 2015 .

Anah L dan Mahpud. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dan Sorbitol

Dengan Katalis Asam p-Toluen Sulfonat. Bandung : Pusat Penelitian

Kimia LIPI.

Belitz, H. D and Grosch, W. 2004. Food Chemistry. Second Edition. Springer. P.

284-286.

Betha, Ofa Suzanti. 2009. Amobilisasi Sel Lactobacilus Acidophilus FNCC116

dan Bacilus licheciformis F114 untuk Demineralisasi dan Deprotonasi

Limbah Udang dalam Pengolahan Kitin. Depok : Farmasi FMIPA UI.

Cao, L. 2005. Carrier-Bounded Immobilization Enzymes. Weinherm, Jerman :

WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA.

Daniel, Kaban J., dan Linasari, V. 2008. Interaksi Kalsium Alginat dengan

Etanolamin dalam Pembuatan Membran. Jurnal Kimia Mulawarman, 5 (2)

: 1693-5616.

Elnashar, Magdy M.M. 2009. The art of Immobilization using Biopolymers,

Biomaterials and Nanobiotechnology. Journal of Application Polymer and

Science, 17 : 114.

Erviana, Wienda, Ersanggono K., dan Supartono. 2014. Sintesis Ester-C melalui

reaksi Esterifikasi dengan Katalis Enzim Lipase. Indonesian Journal of

Science, 3 (3) : 2252-6951

39

Fernandez-Perez, M dan Otero, C. 2003. Selective enzymatic synthesis of amide

surfactants from diethanolamine. Enzyme and Microbial Technology, (33)

: 650-660.

Gaber, Y., Akerman, C. O., and Hatti-kaul, R. 2014. Environmentally evaluated

HPLC-ELSD method to monitor enzymatic synthesis of a non-ionic

surfactant. Chemistry Central Journal, 8 (1) : 33.

Gulay S. 2009. Immobilization of Thermophilic Recombinant Esterase Enzyme

by Entrapment in Coated Ca-Alginate Beads, Thesis, Izmir Institute of

Technology, Izmir.

Hartoto, L. 2008. Immobilisasi Enzim Program Studi TIP Institut Pertanian

Bogor. Bogor : IPB.

Hendra, Rahman, dan Nurhaeni. 2013. Sintesis Biosurfakatan Palmitin

Etanolamida menggunakan Lipase Getah Pepaya. Online Journal of

Natural Science, 2 (3) : 55-63.

Holmberg, K. 2001. Natural Surfactans, Colloid and Interface Science, 6 : 148-

159.

Jayanudin, Ayu Zakiyah Lestari, dan Feni N. 2014. Pengaruh Suhu dan Rasio

Pelarut Ekstraksi terhadap Rndemen dan Viskositas Natrium Alginat dari

Rumput Laut Coklat (Sargassum sp). Jurnal Integrasi Proses, 5 (1) : 51-

55.

Kaban, J., H. Bangun, Meriaty, dan H. R. Brahmana. 2005. Pembuatan Serta

Karakteristik Membran Haemodialisis melalui Reaksi antara ALginat

dengan Kalsium Klorida dan Magnesium Klorida. Jurnal Komunikasi

Penelitian, 17 (15) : 89-97.

Kavardi, S. S. S., Alemzadeh, dan Kazemi. 2012. Optimation of Lipase

Immobilization. IJE transaction, 25 (1):1-9.

Kosman R., 2011. Pemurnian Natrium alginat dari Sargassum duplicatum j. G.

Agardh, Turbinaria decurrens (bory) dan Turbinaria ornata (turner) j.

Agardh Asal Perairan Ternate, Maluku Utara. Majalah Farmasi dan

Farmakologi. 15 : 30-34.

Kurniasih, E. dan Herawan, T. 2013. Optimasi Reaksi Amidasi Enzimatis

Dietanolamida menggunakan Rizomuchor meihei. Prosiding SNYube.

Marini, A., Imelio, N., Pico, G., Romanini, D., dan Farruggia B. 2011. Isolat ion of

a Aspergillus niger lipase from a Solis Culture Medium with aqueous two-

phase systems. Journal of Chromatography B, 879 (2011) : 2135-2141.

40

Masyitah Z., Herawan T., Alfian Z., dan Sembiring S B. 2008. Amidasi Enzimtik

pada Sintesis Lauil-Dietanolamida. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 16 (3)

: 147-162

Mc. Hugh, D. J. 2003. A Guide to Seaweed Industry, FAO Fisheries Technical

Paper, No. 441.

Nunes, G. S., dan Jean-Louis, M. 2006. Immobilization of Enzymes on

Electrodes. In G. J. M, Immobilization of Enzymes and cells. New Jersey:

Humana Press Inc.

Oppusunggu, Jojor R., Vinta R. S., dan Zuhrina M. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut

dan Temperatur Reaksi pada Sintesis Surfaktan dari asam Oleat dan n-

Metil Glukamina dengan Katalis Kimia. Jurnal Teknik Kimia USU, 4 (1) :

25-29.

Ozturk, B. 2001. Immobilization of Lipase from Candida rugosa On Hydrophobic

and Hydrophilic Support. Turkey. Dissertation Master of Science. Turki:

Izmir Institute of Technology.

Ozyilmaz, G. dan Esra Gezer. 2009. Production of aroma esters by immobilized

Candida rugosa and porcin pancreatic Lipase into Calcium Alginate Gel.

Journal of Molecular Catalysis B, 64 (2010): 140-145.

Pandurangan, G., Subbiah J., Thiyagarajan, K., dan David J. K.2012. Small Scale

Production and Characterization of Alginate From Azobacter Chrooccum

Using Different Substrates Under Various Stress Condition. International

Journal of Applied Biology and Fharmaceutical Technology, 3 (1) : 40-50

Redaktur Warta Penelitan dan Pengembangan Pertanian. 2005. Minyak Kelapa

Murni : Harapan Nilai Tambah yang Menjanjikan. Bogor : BPPP.

Reminingsih E. 2005. Amobilisasi Lipase Bacillus subtilis dalam Ca-alginat.

Skripsi. Malang : Universitas Brawijya.

Sebayang, firman. 2006. Imobilisasi Enzim Papain Getah Pepaya dengan Alginat.

Jurnal Komunikasi Penelitian, 18(2): 34-38.

Sembiring, Firdaus. 2010. Penggunaan film Pelapis Ca-alginat Kitosan dan

Pelapis Plastik terhadap Kadar Pati Roti Tawar dan Pertumbuhan Isolat

Bakteri. Medan : FMIPA USU

Sharma, Jitender, Daniela B., Yuko K. 2005. Enzymatic Chemoselective

Synthesis of Secondary-Amide Surfactant from N-Methylethanol Amine.

Journal of Bioscience and Bioenginering, 100 (6) : 662-666.

Sheldon, Roger A. dan Sander van Pelt. 2013. Enzyme immobilization in

biocatalyst: why, what and how. Chem Soc Rev.

41

Silverstein, R. M. and Webster, F. X. 1996. Spectrometric Identification of

Organic Compounds. Sixth Edition. New York : State University of New

York.

Stoytcheva, M., Gisela M., Roumen Z., Jose Angel L., dan Velizar G. 2012.

Analytical Method for Lipases Activity Determination. A Review.

Bulgaria: Plowdiv University.

Susilawati dan Budi R. 2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreotus var

florida) yang Ramah Lingkungan. Sumatera Selatan : BPTP.

Wahyuningtyas, Puspita, Bambang Dwi A., dan Wahyunanto Agung N. 2013.

Studi Pembuatan Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reesei

dengan Substrat Jerami Padi sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik pada

Produksi Bioetanol. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 1 (1) : 21-25.

Wardoyo, Fandhi A., Tri Joko R., dan Respati Tri S. 2015.Uji Stabilitas Enzim

Lipase teramobilisasi pada Kitosan Serbuk Melalui Teknik Taut Silang.

The 2rd University Research Coloquium. Semarang: Universitas

Muhamadiyah Semarang.

Widiastuti, H. dan Tri Panji. 2008. Pola Aktivitas Enzim Lignolitik Pleurotus

ostreatus pada limbah sludge pabrik kertas. Menara Perkebunan, 76 (1) :

47-60.

Won, Keehon, Sangbum Kim, Kwang je-kim, dan Hong Wo Park. 2005.

Optimization of Lipase in Ca alginate gel beads. Process Biochemistry 40,

2149-2154.

Yabur, R., Bashan, Y., and Carmmona, G. H. 2007. Alginate from Sargassum

sinicola as a novel source for microbial immobilization material in

wastewater treatment and plant growth promotion. J. Appl. Phycol. 19 :

43-53.

Yang XM, Yu W, Ou ZP, Ma HL, Liu WM, Ji XL. 2009. Antioxidant and

immunity activity of water extract and crude polysaccharide from ficus

carica L, fruit, plant food Hum Nutr 64:167-173.

Yapasan, E. 2008. Partial Purification and characterization of Lipase Enzyme

from A Pseudomonas Strain. Tesis. Turki : Izmir Insitute of Technology.

Zarcula, C.R., Croitoru, R., Corici L., Csunderlik C., dan Peter F. 2009.

Improvement of Lipase Catalytic Properties by Immobilization in Hybrid

Matrices. International Journal of Chemical, Molecular, Nuclear,

Material and Metallurgical Enginering, 3 (4): 203-208.