Upload
duongngoc
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS DAMPAK KENAIKAN INFLASI TERHADAP HARGA DAN
VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PER SEKTOR SAHAM DI BURSA
EFEK INDONESIA ( BEI )
Studi kasus pada Pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma , Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen
Oleh :
Vaschalis David Suswanto
Nim : 052214006
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
v
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK KENAIKAN INFLASI TERHADAP HARGA DANVOLUME PERDAGANGAN SAHAM PER SEKTOR SAHAM DI BURSA
EFEK INDONESIA ( BEI )
Vaschalis David SuswantoUniversitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kenaikan inflasi terhadapharga dan volume perdagangan saham per sektor saham di Bursa Efek Indonesia(BEI).
Penelitian ini dilakukan selama bulan April sampai Agustus 2008 di PojokBursa Efek Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Populasi yang digunakandalam penelitian ini adalah keseluruhan data tentang harga dan volume perdagangansaham yang terdaftar di BEI bulan Januari 2003-Desember 2007. Sampel dalampenelitian ini adalah sebanyak 121 saham, dan pengambilannya menggunakan teknikProportional Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisisregresi linear sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukan hasil bahwa inflasi tidak berpengaruh negatifsecara signifikan terhadap harga saham secara umum. Inflasi berpengaruh secarasignifikan terhadap harga saham di sektor Industri barang-barang konsumsi, Propertidan Real Estate, dan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi. Inflasi tidakberpengaruh positif secara signifikan terhadap volume perdagangan. Inflasiberpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan sahm di sektor Industridasar dan Kimia, Keuangan, dan Perdagangan, Jasa dan Investasi.
vi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INFLATION ON PRICE AND TRADE VOLUMEOF SHARES IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Vaschalis David SuswantoUniversity of Sanata Dharma
Yogyakarta 2009.
This research aims to know the influence of inflation on volume and priceof shares listed in Indonesian Stock Exchange.
This research was conducted in April until August 2008 using data base ofStock Exchange of Economics Faculty University of Sanata Dharma, Yogyakarta.Data were collected using observation. The population is the entire data onvolume and price of shares in listed Indonesian Stock Exchange from January2003 to Desember 2007. Samples of this research were 121 shares, which weretaken using Proportional Random Sampling. Data analysis techniques used wasSimple Linear Regression Analysis.
Results of this research showed that inflation did not influencesignificantly the share price in general. Inflation influenced share prices in thesectors of Consumption Goods Industry, Property and Real Estate, andInfrastructure and Utility and Transportation sectors. Inflation generally did notinfluence on traded volumes of shares. Inflation influenced the traded volume ofshares only in Chemical and Elementary Industry, Finance, Commerce, andService and Invesment sectors.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah Bapa atas
karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Dampak Kenaikan Inflasi Terhadap Harga dan Volume
Perdagangan Saham per Sektor Saham Di Bursa Efek Indonesia (BEI): Studi
Kasus pada Pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Romo Rektor DR. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. Selaku Rektor
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., Selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D., Selaku dosen pembimbing I, yang
telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
5. Bapak Drs. P. Rubiyatno, MM., Selaku dosen pembimbing II, yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
ix
6. Bapak dan ibuku tercinta, Vincent, Via yang telah memberikan kasih
sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagiaan, dan memberikan penghidupan
yang layak bagiku. Bapak maaf david tidak bisa mendapatkan IPK diatas
Bapak.
7. Mas Andi Purno yang telah memberikan waktu, perhatian, kesabaran dalam
menemani mengerjakan skripsi ini. Mas sudah kubuktikan kalau aku sudah
lulus. Terimakasih ya mas.
8. Yovinta Endah Lestari (Dedek) tersayang, makasih ya dek udah banyak
member pelajaran tentang hidup sama mas.
9. Teman-teman angkatan 2005 : Andika, Andi, Anton, Yoga, Bayu Gundol,
Hendro, Win, Nico, Lukas. Terimakasih kalian masih mau menjadi teman-
teman yang bisa mengerti kondisiku walaupun berita diluar seperti itu.
10. Temen-temen kost Brojowikalpo : Rokky, Yanto, Simon, Gustin, Bintang,
Agung, Nico, Pakde, Charles, Beni, Stev yang selalu menemaniku.
11. Temen-temen kost Alamanda : Very, Mas Bayu, Tante Susi, Angga, Vikky,
Gemboz, Mas Toyo, Cacing, Adang (Ampal).
12. Mantan-mantanku yang sudah mengisi hari-hariku di Yogyakarta. Dari
kalian aku mendapatkan banyak pelajaran tentang hidup ini dan bisa
menghargai hidup yang sudah diberikan Tuhan. Terimakasih untuk
semuanya.
13. Mas Panji (Ribot) yang mau bersabar dan mau mengerti kesusahanku. Maaf
ya sering dibangunkan pagi-pagi karena mau bimbingan. Bantuanmu sangat
berarti untuk keberhasilanku.
x
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi
bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.
Yogyakarta, Mei 2009
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI ............................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............... iv
ABSTRAK.............................................................................................. v
ABSTRACT............................................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 3
C. Batasan Masalah ................................................................... 3
D. Tujuan Masalah..................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
A. Pasar Modal .......................................................................... 5
B. Saham.................................................................................... 9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham................ 18
D. Inflasi .................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 32
A. Jenis Penelitian...................................................................... 32
B. Objek Penelitian.................................................................... 32
xii
C. Sumber Data.......................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 32
E. Variabel Penelitian................................................................ 33
F. Populasi dan Sampel ............................................................. 33
G. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 33
H. Teknik Analisis Data............................................................. 35
BAB IV GAMBARAN UMUM............................................................. 37
A. Populasi................................................................................. 37
B. Sampel................................................................................... 38
BAB V ANALISIS DATA ..................................................................... 43
A. Menghitung Rata-Rata Saham .............................................. 43
B. Menguji Signifikansi Hipotesis H1a ...................................... 43
C. Menguji Signifikansi Hipotesis H1b............................................................. 44
D. Menguji Signifikansi Hipotesis H2a ...................................... 44
E. Menguji Signifikansi Hipotesis H2b ...................................... 51
F. Menguji Signifikansi Hipotesis H3a ...................................... 57
G. Menguji Signifikansi Hipotesis H3b ...................................... 57
H. Pembahasan........................................................................... 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 66
A. Kesimpulan ........................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................... 66
C. Keterbatasan ......................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
IV.1 Pertanian ....................................................................................... 39
IV.2 Pertambangan................................................................................ 39
IV.3 Industri dasar dan kimia................................................................ 39
IV.4 Aneka industri ............................................................................... 40
IV.5 Industri barang-barang konsumsi.................................................. 40
IV.6 Properti dan real estate.................................................................. 41
IV.7 Infrastruktur, utilitas dan transportasi ........................................... 41
IV.8 Keuangan ...................................................................................... 41
IV.9 Perdagangan, jasa dan investasi .................................................... 42
V.1 Rangkuman Hasil Penelitian
Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham ..................................... 65
V.2 Rangkuman Hasil Penelitian
Pengaruh Inflasi Terhadap Volume Perdagangan Saham............ 65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 IHSG Regresion Harga Saham .................................................... 1
2 IHSG Regresion Volume Perdagangan........................................ 2
3 Regresion Harga Saham Pertanian............................................... 3
4 Regresion Harga Saham Pertambangan....................................... 4
5 Regresion Harga Saham Industri Dasar dan Kimia ..................... 5
6 Regresion Harga Saham Aneka Industri ...................................... 6
7 Regresion Harga Saham Industri Barang-barang Konsumsi ....... 7
8 Regresion Harga Saham Properti dan Real Estate ....................... 8
9 Regresion Harga Saham Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi.................................................................................. 9
10 Regresion Harga Saham Keuangan............................................ 10
11 Regresion Harga Saham Perdagangan, Jasa dan Investasi ........ 11
12 Regresion Volume Perdagangan Pertanian................................ 12
13 Regresion Volume Perdagangan Pertambangan ........................ 13
14 Regresion Volume Perdagangan Industri Dasar dan Kimia ...... 14
15 Regresion Volume Perdagangan Aneka Industri ....................... 15
16 Regresion Volume Perdagangan Industri Barang-barang
Konsumsi ................................................................................... 16
17 Regresion Volume Perdagangan Properti dan Real Estate ........ 17
xv
18 Regresion Volume Perdagangan Infrastruktur, Utilitas, dan
Transportasi................................................................................ 18
19 Regresion Volume Perdagangan Keuangan............................... 19
20 Regresion Volume Perdagangan Perdagangan, Jasa, dan
Investasi ..................................................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi melalui pasar modal selain memberikan keuntungan juga
mengandung resiko. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu diantaranya perubahan
deviden yang dibagikan, hari libur dan Earning Per Share (EPS) dan tingkat bunga
yang dibagikan. Dengan mengunakan faktor yang lain yaitu inflasi ingin diketahui
apakah juga mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham per sektor
di Bursa Efek Indonesia.
Inflasi merupakan keadaan di mana harga barang-barang secara umum
mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama secara terus menerus.
Untuk itu penelitian ini ingin mengetahui apakah ada dampak kenaikan inflasi
terhadap volume perdagangan dan harga saham per sektor di Bursa Efek Indonesia
(BEI), sektor-sektor apa saja yang terpengaruh dengan kenaikan inflasi dan sektor
apa saja yang paling dominan terpengaruh oleh kenaikan inflasi. Seperti kita ketahui
bahwa ada sembilan sektor yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini,
yaitu : Pertanian; Pertambangan; Industri dasar dan kimia; Aneka industri; Industri
barang-barang konsumsi; Properti dan real estate; Infrastruktur, utilitas dan
transportasi; Keuangan; Perdagangan, jasa dan investasi.
2
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Okty (2002) menyebutkan bahwa
faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat
suku bunga dan inflasi. Dengan menggunakan variabel yang sama yaitu inflasi, maka
ingin diketahui apakah inflasi mempengaruhi harga dan volume perdagangan saham
di setiap sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengaruh inflasi perlu diteliti karena tingkat imbal hasil minimal (minimum
required rate of return) yang dibutuhkan oleh seorang pemodal agar bersedia
menyerahkan uangnya untuk ditanamkan dalam suatu obyek investasi merupakan
penjumlahan dari tiga komponen: tingkat keuntungan riil, perkiraan tingkat inflasi
dan perkiraan tingkat risiko obyek investasi yang bersangkutan. Dengan logika
sederhana kita bisa melihat bahwa meningkatnya inflasi menyebabkan pemodal
meminta tingkat keuntungan nominal yang lebih tinggi, maka penelitian ini ingin
mengetahui apakah ada hubungan antara inflasi dengan volume perdagangan dan
harga saham per sektor di BEI.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor
dalam membuat keputusan investasi, sehingga investasinya tidak mengalami
kerugian terutama dalam masa-masa inflasi yang tinggi. Selain dari itu, bagi emiten
diharapkan informasi ini dapat membantu menentukan langkah-langkah yang dapat
diambil untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh inflasi terhadap volume
perdagangan dan harga saham per sektor di Bursa Efek Indonesia, sektor-sektor yang
dipengaruhi oleh kenaikan inflasi dan sektor yang paling dominan dipengaruhi oleh
kenaikan inflasi.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apakah inflasi mempengaruhi harga saham per sektor di BEI ?
2. Apakah inflasi mempengaruhi volume perdagangan saham per sektor di BEI?
3. Harga dan volume perdagangan saham di sektor apa saja yang dipengaruhi
oleh kenaikan inflasi ?
4. Harga dan volume perdagangan saham di sektor apa saja yang paling
dominan dipengaruhi oleh kenaikan inflasi ?
C. Batasan masalah
Dalam hal ini penulis membatasi masalah menjadi :
1. Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum
mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama secara terus-
menerus.
2. Volume perdagangan adalah banyaknya transaksi penjualan dan pembelian
sekuritas yang dilakukan dalam periode tertentu.
3. Sektor-sektor yang ada di BEI saat ini yang meliputi : Pertanian,
Pertambangan, Industri dasar, Aneka industri, Industri barang-barang
konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah inflasi mempengaruhi harga saham per sektor di
BEI.
2. Untuk mengetahui apakah inflasi mempengaruhi volume perdagangan saham
per sektor di BEI.
4
3. Untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang dipengaruhi oleh kenaikan
inflasi.
4. Untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang paling dominan dipengaruhi
oleh kenaikan inflasi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi kegunaan kepada :
1. Para investor dan pelaku pasar modal. Sehingga memberikan informasi yang
berguna untuk mengambil keputusan dalam melakukan investasi terutama
dalam masa-masa inflasi
2. Para emiten, hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui informasi
apa saja yang dapat mempengaruhi harga pasar saham, sehingga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
1. Alasan Dibentuknya Pasar Modal
Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara karena pasar modal
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi
ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak
yang mempunyai kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan dana
(borrower). Beberapa daya tarik dari pasar modal menurut Husnan (1998;4) yaitu :
a) Pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana
selain sistem perbankan. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan yang
memerlukan dana untuk ekspansi usaha mereka hanya bisa memperoleh
dana tersebut dalam bentuk kredit. Dalam teori keuangan (Suad
Husnan, 1996;) jelaskan bahwa ada keterbatasan penggunaan hutang.
Keterbatasan tersebut diindikasikan dari terlalu tingginya debt to equity
ratio (yaitu perbandingan antara hutang dengan modal sendiri) yang
dimiliki perusahaan. Sesuai dengan balancing theory of capital
structure, pada saat rasio hutang dengan ekuitas sudah terlalu tinggi,
biaya modal perusahaan tidak lagi minimum, tetapi akan meningkat
dengan makin banyaknya hutang yang dipergunakan. Dalam keadaan
tersebut perusahaan akan terpaksa menahan diri untuk perluasan usaha
6
kecuali kalau bisa mendapatkan dana dalam bentuk equity (modal
sendiri).
b) Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang
berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan
(saham). Dengan demikian perusahaan bisa menghindarkan diri dari
kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi.
c) Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya
tidak ada pasar modal, maka para lenders mungkin hanya bisa
menginvestasikan dana mereka dalam sistem perbankan (selain
alternatif investasi pada real assets). Dengan adanya pasar modal, para
pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi,
membentuk portofolio (yaitu gabungan dari berbagai investasi) sesuai
dengan risiko yang mereka harus tanggung dan tingkat keuntungan
yang mereka harapkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal
Sebagaimana didefinisikan diatas, pasar modal merupakan pertemuan antara
supply dan demand akan dana jangka panjang yang tranferable. Oleh karena itu
keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand tersebut
(Husnan, 1998;8).
7
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal menurut Husnan
(1998) antara lain adalah :
a. Supply Sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal. Tetapi kemudian timbul pertanyaan :
1) Apakah terdapat jumlah perusahaan yang cukup banyak di suatu
negara yang memerlukan dana yang bisa diinvestasikan dengan
menguntungkan?
2) Apakah mereka bersedia memenuhi persyaratan full disclosure
(artinya mengungkapkan kondisi perusahaan) yang dituntut oleh pasar
modal?
b. Demand Sekuritas
Faktor ini berarti bahwa terdapat anggota masyarakat yang memiliki dana
yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang
ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari
individu, perusahaan non-keuangan maupun lembaga-lembaga keuangan.
Sehubungan dengan faktor ini, maka pendapatan per kapita suatu negara dan
distribusi pendapatan mempengaruhi besar kecilnya demand akan sekuritas
c. Kondisi Politik dan Ekonomi
Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan
sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan
ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan
sekuritas.
8
d. Hukum dan Peraturan Pembelian Sekuritas
Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang
disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Kebenaran
informasi, karena itu menjadi sangat penting disamping kecepatan dan
kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi
yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. Justru pada
aspek inilah sering negara-negara dunia ketiga lemah. Keberadaan lembaga
yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga
yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.
Kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung
(artinya tidak ada perantara keuangan yang mengambil alih risiko investasi).
Dengan demikian maka peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya
dan cepat tersedianya menjadi sangat penting. Disamping itu, transaksi harus
dilakukan dengan efisien dan dapat diandalkan maka diperlukan lembaga dan
profesi yang menjamin persyaratan-persyaratan tersebut dipenuhi.
Dalam dunia yang sebenarnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena pemodal menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya
mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal
mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, ia harus
bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.
9
B. Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai
pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik
perusahaan yang berbentuk PT hanya terbatas pada modal yang disetorkan.
Perusahaan bisa menerbitkan saham tanpa harus mengubah anggaran dasar dan ini
disebut sebagai nilai saham yang diotorisir. Atau dengan kata lain adalah jumlah
saham yang bisa diterbitkan oleh direksi tanpa persetujuan para pemegang saham
(Husnan, 1998;275).
Meurut Husnan (1998;278) analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai
intrinsik (intrinsic value) suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan
harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI)
menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
undervalued (harganya terlalu rendah) dan seharusnya dibeli atau
ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
overvalued (harganya terlalu mahal) dan seharusnya dijual
3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi seimbang.
Para analisis dan pemodal selalu mengupayakan untuk melakukan analisis
dengan tujuan untuk bisa memperoleh keuntungan yang menarik. Mereka
10
menganalisis dengan mengidentifikasikan saham mana yang sebaiknya dibeli dan
yang dijual, tetapi apabila pada kondisi pasar modal efisien akan sangat sulit bagi
pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan diatas normal (Husnan, 1998;279).
Pemodal atau investor saham jangan hanya berpatokan pada satu indikator
saja melainkan banyak faktor, karena fluktuasi harga saham dipengaruhi mulai dari
faktor internal, ekternal, mikro dan makro ekonomi serta faktor-faktor yang tidak
bisa dijelaskan secara ekonomi (faktor psikologis). Untuk itu agar tidak bingung
dalam berinvestasi di pasar modal, sebaiknya seorang investor perlu membuat
kriteria dan tujuan yang hendak dicapai dalam investasinya di pasar modal (Lim,
2008).
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham mudah
dikenali. Permasalahannya bagaimana faktor-faktor tersebut dapat diterapkan dalam
suatu sistem penilaian yang bisa digunakan untuk memilih saham mana yang
seharusnya dimasukkan ke dalam portofolio .
1. Penilaian Saham
Penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian
variabel ekonomi atau variabel perusahaan untuk meramalkan harga saham.
Variabel ekonomi misalnya laba perusahaan, dividen, inflasi dan variabilitas laba
(Husnan, 1998;280).
Menurut Jogiyanto (2003;89) pendekatan yang digunakan untuk
melakukan penilaian saham adalah :
11
a) Pendekatan Nilai Sekarang
Pendekatan nilai sekarang disebut juga metode kapitalisasi laba
(capitalization of income menthod) karena melibatkan proses kapitalisasi
nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika
investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek
perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas di masa depan, maka
nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-
nilai arus kas (cas flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.
Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai
perusahaan. Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan
emiten. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh
investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus
pendapatan yang diterima oleh investor maka model diskonto dividen
dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk
menghitung nilai intrinsik saham.
b) Pendekatan Pembayaran Dividen yang Tidak Teratur
Pembayaran dividen yang tidak teratur merupakan pembayaran
dividen tiap-tiap periode yang tidak mempunyai pola yang jelas bahkan
untuk periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali,
misalnya pada saat periode rugi atau kesulitan likuiditas.
12
c) Pendekatan Dividen Konstan Tidak Tumbuh
Pada umumnya perusahaan tidak mau momotong dividen karena
pengurangan dividen akan dianggap sebagai sinyal jelek bagi investor.
Perusahaan yang memotong dividen akan dianggap mengalami kesulitan
likuiditas sehingga perlu mendapatkan tambahan dana. Perusahaan emiten
tidak ingin mengeluarkan sinyal seperti ini.
Hal yang paling banyak ditemui adalah perusahaan membayar
dividen yang konstan dari waktu ke waktu untuk menunjukkan likuiditas
perusahaan dalam keadaan stabil. Dengan dividen yang konstan maka
untuk menilai saham biasanya dinyatakan dalam persentasi dari nilai
nominalnya.
d) Pendekatan Pertumbuhan Dividen yang Konstan
Bentuk lain dari model diskonto dividen adalah dividen yang
tumbuh secara konstan. Pertumbuhan dividen yang tumbuh secara
konstan lebih dikenal dengan model Gordon karena Myron J. Gordon
merupakan orang yang mengembangkan model ini. Asumsi dasar dari
model ini adalah suku bunga diskonto (k) harus lebih besar dari dari
tingkat pertumbuhan dividen (g), maka nilai intrinsik saham menjadi
negatif yang merupakan nilai realistis untuk suatu saham. Demikian juga
jika nilai (k) sama dengan (g), maka (k-g) akan sama dengan nol dan
akibatnya nilai intrinsik saham akan sangat besar sekali sampai tak
hingga yang merupakan nilai yang tidak realistis untuk suatu saham.
13
Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan
dividen per lembar (D1), tingkat bunga diskonto atau tingkat
pengembalian yang diinginkan (k), dan pertumbuhan dividen (g) adalah:
Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan
dividen per lembar adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang
dibayar, semakin besar harga dari saham.
Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan
pertumbuhan dividen (g) adalah positif yaitu semakin besar
pertumbuhan dividen semakin besar harga dari saham.
Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan
tingkat bunga diskonto (k) adalah negatif yaitu semakin besar tingkat
bunga diskonto semakin kecil harga dari saham
e) Pendekatan PER (price earnings ratio)
Selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung
nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan
(earnings). Salah satu pendekatan yang populer digunakan adalah
pendekatan PER. PER menunjukan ratio dari harga saham terhadap nilai
laba perusahaan. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai
harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya PER adalah
5 maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali
dari earnings perusahaan.
14
f) Harga Jual Akhir
Model diskonto dividen sampai mengasumsikan bahwa arus
dividen sifatnya adalah infiniti, yaitu dividen di bayar terus sampai
periode tak hingga. Investor yang menyukai dividen dan tidak akan
menjual sahamnya akan menerima arus kas dividen seperti yang
diasumsikan diatas. Tetapi tidak semua investor menyukai dividen dan
akan memegang saham selamanya. Investor seperti ini biasanya
mementingkan capital gain dibandingkan dividen.
Capital gain merupakan keuntungan penjualan saham akibat
selisih dari harga jual saham dengan harga belinya. Untuk itu investor
perlu mempertimbangkan sebagai arus kas yang harus masuk ke dalam
rumus model dividen diskonto sebelumnya. Jika investor menjual
sahamnya pada periode ke-n sebesar Pn, maka nilai harga jual dari saham
disebut nilai terminal, yaitu nilai akhir yang diterima investor. Salah satu
karateristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk
portofolio investasi, artinya pemodal dapat dengan mudah menyebar
(melakukan diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan
investasi.
2. Volume Perdagangan Saham
Trading volume activity (aktivitas volume perdagangan) merupakan
penjualan dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada saat waktu dan
saham tertentu, dan merupakan salah satu faktor yang juga memberikan pengaruh
15
terhadap pergerakan harga saham. Volume transaksi merupakan unsur kunci
dalam melakukan prediksi terhadap pergerakan harga saham (Vierly, 2007).
Trading Volume Activity (TVA) dianggap sebagai ukuran dari kekuatan
atau kelemahan pasar. Apabila TVA cenderung mengalami peningkatan saat
harga mengalami penurunan, maka pasar diindikasikan dalam keadaan bearish.
Sedangkan saat TVA cenderung meningkat selama harga mengalami peningkatan
maka pasar di indikasikan dalam keadaan bullish (Vierly, 2007).
Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham
perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan
keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun
waktu yang sama (Vierly, 2007).
Volume perdagangan saham sebagai suatu variabel dependen memiliki
karakteristik dalam suatu penilaiannya, hal ini disebabkan oleh tinggi rendahnya
volume perdagangan saham setiap hari yang dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain kondisi perekonomian negara yang bersangkutan, harga saham,
prestasi perusahaan emiten, rumor dan sebagainya (Anonim, 2003).
3. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan
investasi dalam sekuritas yaitu : sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak
investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan (Husnan,
1998;43).
16
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut (Husnan, 1998):
a) Menentukan Kebijakan Investasi
Pada tahap ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan
berapa banyak investasi tersebut dilakukan. Karena ada hubungan yang positif
antara risiko dan keuntungan maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan
investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pemodal harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Jadi
tujuan investasi harus dinyatakan dalam keuntungan maupun risiko.
Para pemodal yang tidak bersedia menanggung risiko yang tinggi
mungkin akan memilih sebagian besar investasinya pada obligasi dari
perusahaan-perusahaan yang dinilai aman. Dengan demikian preferensi risiko
perlu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Jumlah dana yang akan diinvestasikan mempengaruhi keuntungan yang
diharapkan dan risiko yang ditanggung. Pemodal yang meminjam dana dan
menginvestasikannya pada berbagai saham, akan menanggung risiko yang lebih
tinggi daripada pemodal yang mengunakan seratus persen modal sendiri.
b) Analisis Sekuritas
Pada tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual atau
sekelompok sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas yaitu:
1. Mereka berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah,
mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) dan dapat mendeteksi
sekuritas-sekuritas tersebut. Ada berbagai cara melakukan analisis ini,
17
tetapi garis besarya bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis
teknikkal dan analisis fundamental. Analisis teknikal mengunakan data
(perubahan) harga dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga
sekuritas di masa yang akan datang.
2. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan
(lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Mereka
berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada sekuritas
yang mispriced, analisis tidak mampu mendeteksinya. Pada dasarnya
mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal
efisien. Artinya bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang
tersedia. Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan
pendapat ini adalah sesuai dengan risiko yang mereka tanggung.
c) Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
indentifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana
yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan
banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi)
dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Sebagaimana telah
disebutkan diatas, pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi
risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.
18
d) Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah
dimilikinya. Kalau dirasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi
optimal karena dipengaruhi oleh beberapa faktor atau tidak sesuai dengan
preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap
sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
e) Evaluasi Kinerja Portofolio
Pada tahap ini pemodal melakukan evaluasi terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh
maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio yang
memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio
lainnya. Faktor risiko dimasukkan oleh karena itu diperlukan standar
pengukuran.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Merry Lo (2008) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham dibagi menjadi dua yaitu faktor makro dan faktor mikro. Faktor
makro adalah faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan meliputi
tingkat suku bunga, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik yang dapat
memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada
akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Sedangkan faktor mikro
adalah faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri
meliputi perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah,
19
produktivitas pekerja yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan
perusahaan tersebut secara individual.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat diketahui
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu diantara :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyani (1999) tentang analisis dampak
perubahan dividen yang dibagikan perusahaan terhadap perubahan harga
saham pada 50 perusahaan yang listing di BEJ selama 2000-2001
menunjukkan adanya hubungan yang sangat lemah dan berbanding
terbalik antara perubahan dividen terhadap perubahan harga saham.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2001) tentang analisis dampak hari
libur terhadap tingkat keuntungan harga saham memenunjukan bahwa
empat hari libur nasional yaitu Idul Adha, kenaikan Isa Almasih, Idul
Fitri dan Natal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
keuntungan harga saham.
3. Penelitan yang dilakukan oleh Yunitasari (2000) tentang pengaruh
Earning Per Share (EPS) dan tingkat bunga terhadap harga saham
menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Okty (Anonim, 2007) yang menyebutkan
bahwa faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga
saham adalah tingkat suku bunga dan inflasi.
Dengan menggunakan variabel yang sama yaitu inflasi maka pada penelitian
ini ingin diketahui apakah inflasi juga berpengaruh terhadap harga dan volume
perdagangan saham di setiap sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
20
D. Inflasi
Menutut Gunawan (1991) Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sangat
menarik untuk diperhatikan. Setiap kali ada gejolak sosial, politik atau ekonomi di
dalam maupun di luar negeri, masyarakat akan selalu menghubungkannya dengan
masalah inflasi. Beberapa alasan pentingnya inflasi untuk diperhatikan, yaitu :
1. Bahwa inflasi memperburuk distribusi pendapatan (yang tidak seimbang)
2. Inflasi menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang merupakan
sumber dana investasi bagi negara-negara berkembang.
3. Inflasi mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta
meningkatkan besarnya utang luar negeri.
4. Inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan politik.
5. Inflasi dapat juga menyebabkan atau merangsang pertumbuhan ekonomi
melalui transfer sumber-sumber dari masyarakat ke pihak investor.
Beberapa definisi inflasi menurut :
Leaner (Gunawan, 1991;1) menyatakan bahwa inflasi adalah keadaan di
mana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam
perekonomian secara keseluruhan. Kelebihan permintaan akan barang-barang ini
diartikan sebagai kelebihan tingkat pengeluaran (level of spending) untuk komoditi
akhir dibandingkan dengan tingkat output maksimum yang dapat dicapai jangka
panjang, dengan sumber-sumber produksi tertentu. Ditinjau dari sisi lain, kelebihan
permintaan tersebut dapat diartikan sebagai too much money is chasing too few
goods, yang dapat ditafsirkan ganda yaitu :
21
1. Pengeluaran yang diharapkan terlalu banyak bila dibandingkan
dengan barang yang tersedia, atau
2. Barang yang tersedia terlalu sedikit bila dibandingkan dengan tingkat
pengeluaran yang diharapkan.
Paish (Gunawan, 1991;2) mengatakan : “ in inflation, money incomes are
being inflated relative to real potensial GNP”, atau dengan kata lain “ pendapatan
nominal meningkat jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan arus
barang dan jasa yang dibeli (pendapatan nasional riil)”.
Turney (Gunawan, 1991;2) menyatakan inflasi sebagai variabel yang
melambung (inflated) adalah tingkat harga ataupun tingkat upah umum. Ia juga
membatasi inflasi pada keadaan di mana tingkat output umum tidak mungkin lagi
ditingkatkan, bahkan dalam jangka pendek, yang berarti inflasi terjadi pada saat GNP
aktual riil jauh meningkat di atas GNP potensial riil.
Venieris dan Sebold (Gunawan, 1991;3) mendefinisikan inflasi sebagai : “ a
sustained tendency for the general level of prices to rise over time”. Kenaikan harga
umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini tidak dapat dikatakan
sebagai inflasi.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia
Pengamatan terhadap perekonomian Indonesia oleh para ahli ekonomi
menunjukkan bahwa ekspansi jumlah uang beredar akibat adanya pengaruh
anggaran pemerintah dan neraca pembayaran, merupakan faktor dominan
penentu inflasi di Indonesia. Di samping itu, adanya inflasi yang diimpor sebagai
akibat kebijaksanaan nilai tukar valuta asing serta pengaruh dari perkembangan
22
harga dan produksi minyak bumi (terutama ekspornya), menggambarkan cukup
rawannya perekonomian Indonesia terhadap gejolak perekonomian
dunia(Gunawan, 1991;60).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi inflasi di Indonesia adalah :
a) Inflasi yang Diimpor
Pekanya perekonomian Indonesia terhadap gejolak ekonomi dunia
disebabkan oleh sangat terbukanya perekonomian Indonesia. Keterbukaan
perekonomian Indonesia tercermin dari cukup tingginya rasio perdagangan luar
negeri terhadap produksi nasional. Gejolak harga komoditi impor maupun ekspor
di pasaran dunia akan turut mempengaruhi besarnya tingkat harga umum didalam
negeri sehingga terjadi imported inflation (Gunawan, 1991;105).
Otani (Gunawan, 1991;105) menyatakan bahwa inflasi yang diimpor
dapat terjadi karena adanya peningkatan harga ekspor dan impor di pasar dunia.
Dengan sistem nilai tukar valuta asing yang tetap ( fixed exchange rate), inflasi
dunia akan langsung mempengaruhi inflasi di dalam negeri melalui peningkatan
harga barang-barang yang diperdagangkan di pasar dunia.
Nakamaru (Gunawan, 1991;107) menyatakan bahwa laju inflasi yang
diimpor dianggap sebagai selisih antara laju perubahan indeks implisit
permintaan agregatif dengan laju perubahan tingkat harga umum.
b) Produksi Bahan Makanan
Ketergantungan perekonomian Indonesia yang demikian besar terhadap
sektor pertanian seperti dicerminkan oleh peran nilai tambahnya yang relatif
besar serta daya serap tenaga kerjanya yang demikian tinggi, disamping tingkat
23
produktivitas yang rendah, dan ditambah lagi dengan beban penduduk yang
cukup tinggi menyebabkan tingkat harga bahan makanan meningkat cukup cepat.
Terjadinya perpindahan tenaga kerja pertanian ke sektor non-pertanian (industri
atau jasa) di daerah perkotaan, menambah berat beban permintaan akan bahan
makanan (beras), sementara penawarannya tidak dapat berkembang cepat
mengikuti permintaannya (Gunawan, 1991;110).
Sangat kecilnya korelasi antara kelebihan permintaan atau kelebihan
penawaran tanaman bahan makanan (tenggang waktu satu tahun) dengan laju
peningkatan tingkat harganya menunjukkan ketatnya usaha pemerintah untuk
mengatur tingkat harga kebutuhan pokok masyarakat. Ini mengingat kontribusi
kenaikan tingkat harga tanaman bahan makanan dalam pembentukan tingkat
harga umum cukup besar (Gunawan, 1991;110).
c) Produksi Minyak dan Gas Bumi
Mengingat sangat pekanya perekonomian Indonesia terhadap fluktuasi
permintaan dan produksi minyak dan gas bumi terutama pengaruhnya terhadap
penerimaan pemerintah dan penerimaan devisa negara, maka tentunya hal ini
juga akan mempengaruhi perkembangan tingkat harga umum. Perkembangan
harga minyak bumi OPEC yang cenderung meningkat beberapa tahun terakhir ini
menyebabkan pemerintah mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi
akibat buruk bagi pembiayaan pembangunan termasuk pengurangan subsidi
bahan bakar minyak mendorong kenaikan yang cukup besar pada tingkat harga
umum (Gunawan, 1991;113).
24
d) Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia didefinisikan sebagai
tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara
uang kartal dan uang giral. Ini berarti Indonesia menganut konsep jumlah uang
yang beredar M1 (narrow money) di mana uang kuasi yang berupa deposito
berjangka dan tabungan bukan merupakan komponen jumlah uang beredar
melainkan hanya sebagai bagian dari likuiditas perbankan (Gunawan, 1991;67).
Menurut Fisher (Gunawan, 1991;67) Persamaan Pertukaran (equation of
Exchange) menggambarkan hubungan antara jumlah uang beredar (M),
kecepatan peredaran uang (V), tingkat harga (P) dan jumlah transaksi (T) atau
output riil (Yr) dalam bentuk :
M V = P Yr
Atau secara singkat dapat ditulis :
m + v = p + y
dimana:
m = adalah laju pertumbuhan jumlah uang beredar
v = adalah laju perubahan kecepatan peredaran uang
p = adalah laju inflasi
y = adalah laju pertumbuhan output riil
Ini berarti laju perubahan kecepatan peredaran uang yang juga bisa diartikan
sebagai proses monetisasi perekonomian yang merupakan selisih antara laju
pertumbuhan uang beredar dengan laju inflasi dan laju pertumbuhan output riil.
25
Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian sebagai akibat dari meningkatnya jumlah saldo kas yang
dimiliki oleh rumah-rumah tangga dikarenakan oleh meningkatnya jumlah uang
beredar. Ini dengan sendirinya mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan
agregatif. Karena rumah tangga akan langsung menggunakannya untuk
memperbesar pengeluaran konsumsi mereka. Dengan meningkatnya permintaan
agregatif akan menaikkan tingkat harga atau dengan kata lain terjadilah inflasi
(Gunawan, 1991).
Sebagaimana yang kita ketahui, inflasi merupakan salah satu hal yang
menakutkan bagi investor saham. Sebab secara sederhana inflasi adalah suatu
kondisi dimana harga barang-barang pada umumnya menjadi lebih tinggi dari
sebelumnya. Inflasi tersebut bisa saja berasal dari sektor riil maupun sektor moneter.
Tingkat inflasi tinggi biasanya akan diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga. Inflasi
mempengaruhi tingkah laku instrumen investasi seperti saham dan obligasi baik
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, inflasi mengakibatkan
turunnya daya beli uang. Secara tidak langsung, melalui perubahan tingkat suku
bunga yaitu jika inflasi meningkat akan mengakibatkan tingkat suku bunga
meningkat. Apabila inflasi meningkat maka pasar modal menjadi tidak menarik lagi
karena investor akan memboyong dana dari pasar modal ke deposito dengan cara
menjual sahamnya. Apabila jumlah saham yang ditawarkan untuk dijual meningkat
maka harga saham akan menurun sehingga inflasi mempengaruhi proses
pengambilan keputusan investasi seorang pemodal (Lim, 2008).
26
Tingkat imbalan hasil minimal (minimum required rate of return) yang
dibutuhkan oleh seorang pemodal agar bersedia menyerahkan uangnya untuk
ditanamkan dalam suatu obyek investasi merupakan penjumlahan dari tiga
komponen yaitu: Tingkat keuntungan riil, Perkiraan tingkat inflasi, dan Perkiraan
tingkat risiko obyek investasi yang bersangkutan. Dengan logika sederhana kita bisa
melihat bahwa meningkatnya inflasi diikuti dengan meningkatnya suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tingginya bunga deposito ini berakibat negatif
terhadap pasar modal, dimana investor tidak lagi tertarik untuk menanamkan
dananya di pasar modal karena total return yang diterima lebih kecil dibanding
dengan pendapatan dari suku bunga deposito (Lim, 2008). Akibatnya harga-harga
saham di pasar modal mengalami penurunan yang drastis. Berangkat dari pengertian
tersebut maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
H1a : Inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham per
sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H1b : Harga saham berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume
perdagangan saham per sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Pengaruh Gejolak Ekonomi Terhadap Sektor-sektor Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Seperti kita ketahui bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dikelompokkan kedalam sektor-sektor :
27
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Industri dasar dan kimia
4. Aneka industri
5. Industri barang-barang konsumsi
6. Properti dan real estate
7. Infrastruktur, utilitas dan transportasi
8. Keuangan
9. Perdagangan, jasa dan investasi
Investasi di pasar modal di Indonesia sangat menjanjikan sekarang ini,
terutama pada saham-saham berbasis komoditas atau Sumber Daya Alam (SDA)
antara lain di sektor perkebunan dan pertanian, pertambangan. Investasi sektor SDA
tidak banyak terpengaruh oleh tingkat inflasi. Kebutuhan SDA tidak pernah
berkurang bahkan terus meningkat dan suku bunga yang diperolehpun terus
meningkat. Hal tersebut menyebabkan investasi di perusahaan berbasis SDA
sekarang ini sangat kondusif. SDA sekarang sangat dibutuhkan, terutama dalam hal
penyediaan pangan (Anonim, 2008).
Sektor yang dipengaruhi oleh siklus bisnis seperti sektor otomotif, semen,
dan alat-alat berat. Satu hal yang penting dari sektor ini adalah sensitifnya kinerja
perusahaan terhadap tingkat bunga. Ketika tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) meningkat dari 7,42 persen ke titik tertinggi 12,75 persen, perusahaan
otomotif, semen, dan alat berat langsung terpukul (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
28
Penjualan mobil mengalami penurunan 49 persen, sedangkan penjualan
sepeda motor juga turun sebesar 26 persen. Lebih dari separuh dari penjualan mobil
dan motor dibiayai melalui pemberian kredit sehingga saat suku bunga meningkat,
penjualan langsung mengalami penurunan. Tingkat bunga yang tinggi secara
langsung berdampak negatif terhadap sektor properti dan infrastruktur. Kurangnya
proyek properti dan infrastruktur mengakibatkan permintaan semen menurun
(Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Sektor perdagangan dan jasa paling penting dalam perekonomian kita karena
kontribusinya terhadap produk domestik bruto sebesar 65 persen. Pada dasarnya ada
dua kategori barang konsumer, yaitu barang kebutuhan sehari-hari dan barang-
barang seperti elektronik dan kendaraan atau dikenal sebagai durable goods
(Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Tingginya tingkat inflasi memukul daya beli masyarakat sehingga belanja
sehari-hari dikurangi. Permintaan akan durable goods juga menurun karena
masyarakat akan menunda rencana pembelian. Diperkirakan sektor konsumen
membutuhkan tiga kuartal untuk penyesuaian setelah berkurangnya subsidi bahan
bakar minyak (BBM) bulan Oktober tahun 2006 (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Dampak yang terjadi terhadap kenaikan harga minyak pada sektor
pertambangan adalah produsen minyak yang tentunya senang karena menikmati
harga minyak yang begitu tinggi. Namun, biaya produksi juga semakin tinggi
didorong meningkatnya biaya eksplorasi. Meski demikian, perusahaan migas masih
diuntungkan karena kenaikan harga minyak lebih tinggi dibanding biaya yang harus
ditanggung. Dengan adanya cost recovery, yaitu kompensasi dari pemerintah atas
29
seluruh biaya pengembangan akan sangat membantu arus kas dari perusahaan
minyak. Namun, ada satu perusahaan yang paling diuntungkan, yaitu perusahaan jasa
pengeboran minyak karena tingginya harga sewa alat-alat pengeboran (Pasaribu dan
Setiawan, 2006).
Ini berbeda dengan sektor perbankan dan properti. Banyak faktor yang
mempengaruhinya. Memang investasi di sektor keuangan menjanjikan antara tahun
2002 sampai 2006 lalu. Namun sejak tahun 2007 investasi diperbankan masih belum
menunjukkan posisi menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari gejolak sektor
properti di Amerika, “secara tak langsung telah memberi pengaruh terhadap investasi
disini” (Pasaribu dan Setiawan, 2006). Melihat dari uraian diatas maka penulis
sampai pada hipotesis ke dua yaitu :
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan
di Sektor Industri dasar dan kimia; Aneka industri; Properti dan real
estate; Infrastruktur, utilitas dan transportasi; Keuangan; Perdagangan,
jasa dan investasi.
H2b : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan saham
perusahaan di Sektor Industri dasar dan kimia; Aneka industri;
Properti dan real estate; Infrastruktur, utilitas dan transportasi;
Keuangan; Perdagangan, jasa dan investasi.
Sebagaimana kita ketahui pada tahun 2006 yang lalu hampir seluruh sektor
perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengalami penurunan
30
kinerja yang signifikan yaitu minus 12 persen kecuali sektor telekomunikasi.
Mahalnya biaya transportasi karena kenaikan harga minyak mungkin mendorong
orang untuk melakukan aktivitasnya dengan meningkatkan komunikasi dan
mengurangi perjalanan untuk melakukan bisnisnya. Menelepon orang menjadi solusi
yang lebih murah daripada harus bertemu muka (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Fenomena menarik lainnya adalah sektor perbankan, di mana penurunan
kinerja relatif tidak seburuk sektor lainnya, yaitu mengalami penurunan hanya
sebesar 10 persen dibandingkan kinerja tahun lalu. Sektor ini sebenarnya telah
mengalami penurunan cukup signifikan di kuartal kedua tahun lalu karena
implementasi berbagai peraturan baru dari Bank Indonesia. Akibatnya, timbul istilah
low base effect di mana kinerja yang sudah rendah di tahun lalu dibandingkan kinerja
yang masih lemah di tahun ini (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Tampaknya paruh kedua menyodorkan harapan yang lebih baik, terutama
setelah BI menurunkan tingkat suku bunga 50 basis poin menjadi 11,75 persen yang
merupakan penurunan terbesar sejak tahun 2005. Ditambah terkendalinya inflasi
sampai Juli yang hanya mencapai 0,45 persen. Pergerakan rupiah yang sangat stabil
di kisaran Rp 9.000, memberi ruang kepada BI untuk menurunkan tingkat suku
bunga (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Banyak sektor yang menikmati berkah dari menurunnya suku bunga. Seperti
yang telah kita bahas di atas, sektor perbankan, otomotif, properti, alat berat dan
semen sangat terpengaruh oleh suku bunga. Permintaan akan mobil dan motor akan
meningkat apabila tingkat bunga murah. Demikian pula halnya dengan produk
31
properti, seperti rumah dan apartemen. Ini akan berakibat membaiknya permintaan
akan semen dan alat berat (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Di sisi lain, sektor perbankan akan menyediakan dana murah, baik untuk
kredit mobil atau motor maupun kredit modal kerja untuk perusahaan. Indikator awal
yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan kredit dan tingkat volume penjualan
mobil dan motor. Diperkirakan kedua indikator awal ini membukukan angka yang
baik pada bulan-bulan mendatang (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Sebagai gambaran, pada bulan Juni kredit yang disalurkan mencapai Rp 10
triliun, sementara Non Perfoming Loan (NPL) turun dari 8,8 persen menjadi 8,7
persen. Penyaluran kredit dengan asas kehati-hatian, selain berdampak positif
terhadap kinerja perbankan, diharapkan pula dapat menghidupkan kembali sektor
konsumen dan dunia usaha (Pasaribu dan Setiawan, 2006).
Menurunnya tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap kinerja sektor
pertambangan. Tingginya harga minyak akan tetap menghantui kinerja perusahaan
pertambangan. Biaya produksi diperkirakan akan terus meningkat walaupun
sebagian besar dapat dikompensasikan dengan kenaikan harga jual. Kinerja sektor
pertambangan akan lebih ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaan
minyak bumi secara global (Pasaribu dan Setiawan, 2006). Melihat dari uraian
diatas maka penulis sampai pada hipotesis ke tiga yaitu :
H3a : Inflasi mempunyai pengaruh terbesar pada harga saham perusahaan di
Sektor Aneka industri dan Properti dibandingkan sektor lainnya.
H3b : Inflasi mempunyai pengaruh terbesar pada volume penjualan saham
perusahaan di Sektor Aneka industri dan Properti dibandingkan sektor
lainnya.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang
obyek tertentu dari populasi yang hasilnya hanya berlaku pada obyek yang diteliti
saja.
B. Objek Penelitian
1. Tempat Penelitian : Pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma
2. Waktu Penelitian : April-Agustus 2008
3. Data yang diteliti meliputi tingkat inflasi (bulanan) perubahan harga saham
(bulanan) periode Januari 2003-Desember 2007. Tingkat inflasi bulanan yang
diumumkan awal bulan diasumsikan akan mempengaruhi pembukaan harga
saham di awal bulan berikutnya
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
pencatatan langsung data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau dalam
bentuk publikasi yang dikumpulkan dan diolah oleh suatu organisasi atau pihak lain
seperti Bursa Efek Indonesia. Data-data tersebut diperoleh dari harian Kompas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi. Observasi adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan tentang perubahan harga
dan volume perdagangan per sektor saham yang terjadi di harian Kompas.
33
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini meliputi dua variabel terikat yaitu harga saham (Y1)
dan volume perdagangan saham (Y2) dan satu variabel bebas yaitu inflasi (X).
dengan pola :
1. Pengaruh variabel X terhadap varibel Y1
2. Pengaruh variabel X terhadap variabel Y2
F. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan data dari objek yang akan diteliti. Pada
penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan data tentang harga
dan volume perdagangan saham yang terdaftar di BEI bulan Januari 2003-Desember
2007, sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi yang
dipilih dan dapat dianggap mewakili keseluruhan populasi. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 121 saham yang memenuhi batasan masalah.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional
random yaitu memilih sampel sebanyak 50% dari total perusahaan per sektor saham
yang ada di BEI yang memuhi syarat sesuai dengan batasan masalah.
Random sampling digunakan karena teknik ini memberikan peluang yang
sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik random
sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah
dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor
yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 121
kali. Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang
34
dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat
bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Menurut Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan
metode proportional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :
ni = nN
Ni
Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi
Ni : Total sub populasi
N : Total populasi
n : Besarnya sampel
Sehingga diperoleh jumlah sampel di masing-masing sektor di Bursa Efek
Indonesia sebagai berikut :
1. Pertanian sebanyak 3 perusahaan
2. Pertambangan sebanyak 4 perusahaan
3. Industri dasar dan kimia sebanyak 16 perusahaan
4. Aneka industri sebanyak 20 perusahaan
5. Industri barang-barang konsumsi sebanyak 14 perusahaan
6. Properti sebanyak 13 perusahaan
7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi sebanyak 5 perusahaan
8. Keuangan sebanyak 17 perusahaan
9. Perdagangan, Jasa dan Investasi sebanyak 29 perusahaan
35
H. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui apakah kenaikan inflasi berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan harga dan volume perdagangan saham per sektor saham maka
perlu dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan sampel saham-saham per
sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Januari 2003-
Desember 2007.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kenaikan
inflasi dengan harga dan volume perdagangan saham per sektor, maka diperlukan
uji hipotesis dengan melakukan uji signifikan regresi.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menentukan formulasi Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua yaitu hubugan antara antara X
terhadap Y1 dan X terhadap Y2. Dengan cara meregresikan variabel X
terhadap Y1 dan X terhadap Y2 dengan bantuan program SPSS. Maka akan
diperoleh persamaan regresi.
2. Menentukan level of significance
Dalam penelitian ini ditentukan level of significance sebesar 5%
3. Menentukan t Tabel
H1a t tabel = -1,64 karena hanya satu sisi saja yaitu sisi kiri
H1b t tabel = +1,64 karena hanya satu sisi saja yaitu sisi kanan
36
4. Membuat kriteria Pengujian
a) Hipotesis H1a
Ho akan diterima jika : t hitung ≥ t tabel
Ho akan ditolak jika : t hitung < t tabel
b) Hipotesis H1b
Ho akan diterima jika : t hitung ≤ t tabel
Ho akan ditolak jika : t hitung > t tabel
c) Hipotesis H2a dan H2b menggunakan p-value yaitu p-value adalah tingkat
keberartian terkecil sehingga nilai suatu uji statistik yang sedang diamati
masih berarti.
Ho akan diterima jika : p-value ≥ α
Ho akan ditolak jika : p-value < α
5. Menarik Kesimpulan
Ho diterima maka kenaikan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga dan volume perdagangan saham per sektor saham.
Apabila Ho ditolak maka kenaikan inflasi berpengaruh secara signifikan
terhadap harga dan volume perdagangan saham per sektor saham.
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM
1. Populasi
Sugiyono (2000:97) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(seperti dikutip dari oleh tesis Suseno dari http://www.geocities.com/guruvalah).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh saham yang diperdagangkan dari
bulan Januari 2002 sampai dengan bulan Desember 2008 di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sektor-sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini ada Sembilan
sektor yaitu :
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Industri dasar dan kimia
4. Aneka industri
5. Industri barang-barang konsumsi
6. Properti dan real estate
7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
8. Keuangan
9. Perdagangan, Jasa dan Investasi
38
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Adapun metode pengambilan
sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik proportional
random sampling. Random sampling digunakan karena teknik ini memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain
hal tersebut, Hadi (1996:223) mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti
tidak memilih-milih individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian.
Teknik random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah
pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah
membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil
sebanyak 121 kali. Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian.
Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi
mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam
penelitian.
Menurut Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan
metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :
ni = nN
Ni
Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi
Ni : Total sub populasi
N : Total populasi
n : Besarnya sampel
39
Berdasarkan kriteria diatas maka diperoleh distribusi sampling sebagai berikut :
Tabel. VI. 1. Pertanian
Kode Emiten
AALI Astra Agro Lestari TbkUNSP Bakrie Sumatra Plantations TbkMBAI Multibreeder Adirama Ind. Tbk
Sumber : Data Sekunder
Tabel. VI. 2. Pertambangan
Kode Emiten
BUMI Bumi Resources Tbk
APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
INCO International Nikel Ind. Tbk
CTTH Citatah Industri Marmer TbkSumber : Data Sekunder
Tabel. VI. 3. Industri dasar dan kimia
Kode EmitenALMI Alumindo Light Metal Inds. TbkINAI Indal Alumunium Industry TbkJKSW Jakarta Kyoei Steel Works TbkLMSH Lion Mesh P. TbkTBMS Tembaga Mulia Semanan TbkCLPI Colorpak Indonesia TbkDPNS Duta Pertiwi Nusantara TbkEKAD Ekadharma Internasional TbkINCI Intanwijaya Internasional TbkSOBI Sorini Agro Asia Corporindo TbkAPLI Asiaplast Industries TbkBRNA Berlina TbkFPNI Fatrapolindo Nusa Industri TbkDSUC Daya Sakti Unggul Corp. TbkTIRT Tirta Mahakam Resources TbkSAIP Surabaya Agung Industri P. TBk
Sumber : Data Sekunder
40
Tabel. VI. 4. Aneka industri
Kode EmitenAUTO Astra Otoparts TbkGDYR Goodyear Indonesia TbkPRAS Prima Alloy Steel TbkSMSM Selamat Sampurna TbkCNTB Saham Seri B ( Centex Tbk )INDR Indorama Sintetics TbkKARW Karwell Indonesia TbkMYRX Hanson International TbkMYRXP Saham Seri B Hanson InternatioPOLY Polysindo Eka Perkasa TbkRDTX Roda Vivatex TbkTEJA Texmaco Jaya TbkBATA Sepatu Bata TbkSIMM Surya Intrindo Makmur TbkJECC Jembo Cable Campany TbkKBLI GT Kabel Indonesia TbkVOKS Voksel Electric TbkSCCO Supreme Cable Manufacturing CoASIA Asia Grain International TbkIKBI Sumi Indo Kabel Tbk
Sumber : Data Sekunder
Tabel. VI. 5. Industri barang-barang konsumsi
Kode EmitenADES Ades Waters Indonesia TbkAISA Tiga Pilar Sejahtera Food TbkDLTA Delta Djakarta TbkMYOR Mayora Indah TbkSKLT Sekar Laut TbkULTJ Ultra Jaya Milk TbkHMSP H. M. Sampoerna TbkRMBA Bentoel International Inv. TbkPYFA Pyridam Farma TbkSQBB Bristol-Myers Squibb IndonesiaMRAT Mustika Ratu TbkTCID Mandom Indonesia TbkKDSI Kedawung Setia Industrial TbkLMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk
Sumber : Data Sekunder
41
Tabel. VI. 6. Properti
Kode EmitenBIPP Bhuwanatala Indah Permai TbkBKSL Sentul City TbkBMSR Bintang Mitra Semestaraya TbkCKRA Ciptojaya Kontrindoreksa TbkCTRA Ciputra Development TbkCTRS Ciputra Surya TbkDART Duta Anggada Realty TbkDUTI Duta Pertiwi TbkJIHD Jakarta Int. I Hotel & Dev TbkKIJA Kawasan Industri Jakabeka TbkPUDP Pudjiadi Prestige Limited TbkPWON Pakuwon Jati TbkRODA Roda Panggon Harapan Tbk
Sumber : Data Sekunder
Tabel. VI. 7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Kode EmitenHITS Humpuss Intermoda Trans TbkMIRA Mitra Rajabasa TbkSMDR Samudra Indonesia TbkZBRA Zebra Nusantara TbkPTRO Petrosea Tbk
Sumber : Data Sekunder
Tabel. VI. 8. Keuangan
Kode EmitenBABP Bank Bumiputra Indonesia TbkBEKS Bank Eksekutif International TbkBNLI Bank Permata TbkBNII Bank International Ind TbkBVIC Bank Victoria Int I TbkLPBN Bank Lippo TbkMEGA Bank Mega TbkBFIN BFI Finance Indonesia TbkTRUS Trus Finance Indonesia TbkAKSI Asia Kapitalindo Securities TbkKREN Kresna Graha Sekurindo TbkUNIT Nusantara Inti Corpora TbkASDM Asuransi Dayin Mitra TbkPNIN Panin Insurance Tbk
42
GSMF Equity Development InvesmentLPPS Lippo Securities TbkMTFN Capitalinc Investment Tbk
Sumber : Data Sekunder
Tabel. VI. 9. Perdagangan, Jasa dan Investasi
Sumber : Data Sekunder
Kode EmitenAIMS Akbar Indo Makmur Stimec TbkGEMA Gema Grahasarana TbkHEXA Hexindo Adiperkasa TbkKONI Perdana Bangun Pusaka TbkSDPC Millennium Pharmacom Int. TbkTGKA Tigaraksa Satria TbkTMPI AGIS TbkTURI Tunas Ridean TbkWAPO Wahana Phonix Mandiri TbkWICO Wicaksana Overseas Int I TbkMPPA Matahari Putra Prima TbkALFA Alfa Retailindo TbkHERO Hero Supermarket TbkRIMO Rimo Catur Lestari TbkTKGA Toko Gunung Agung TbkBAYU Bayu Buana TbkFAST Fast Food Indonesia TbkMAMI Mas Murni Indonesia TbkPANR Panorama Sentrawisata TbkPNSE Pudjiadi & Sons Estate TbkSHID Hotel Sahid Jaya TbkABBA Abdi Bangsa TbkIDKM Indosiar Karya Media TbkSCMA Surya Citra Media TbkDNET Dyaviacom Intrabumi TbkITTG Integrasi Teknologi TbkLMAS Limas Centric Indonesia TbkLPLI Lippo E-NET TbkMITI Mitra Investindo Tbk
43
BAB V
ANALISIS DATA
Untuk mengetahui apakah kenaikan inflasi berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan harga dan volume perdagangan saham per sektor saham maka
perlu dilakukan teknik analisis data menggunakan sampel saham-saham per sektor
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003-2007. Langkah-
langkah pengujiannya adalah :
A. Menghitung rata-rata saham
Menghitung rata-rata saham yang dijadikan sampel dengan bantuan program
Excel, sehingga didapatkan tabel rata-rata harga dan volume perdagangan saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003-2007.
B. Menguji signifikansi hipotesis H1a
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham secara
umum di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H1a : Inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham
secara umum di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh persamaan regresi : Y =
1118,756 + 1262,578X1. Besar koefisien regresi adalah 1262,578 dengan
nilai t hitung sebesar 0,777 dimana t hitung lebih besar dari t tabel -1,64,
maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham secara keseluruhan di BEI.
44
b. Kesimpulan
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham secara
umum.
C. Menguji signifikansi hipotesis H1b
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan saham per sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H1b : Inflasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume
perdagangan saham per sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi Y =
3096796136,640 – 11328332641,110X2. Besar koefisien regresi adalah
11328332641,110 dengan nilai t hitung sebesar -1,766 dimana t hitung lebih
kecil dari t tabel +1,64, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham secara
keseluruhan di BEI.
b. Kesimpulan
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham secara umum.
D. Menguji signifikansi hipotesis H2a
H2a : Harga saham perusahaan di Sektor Industri dasar dan kimia; Aneka industri;
Industri barang-barang konsumsi; Properti dan real estate; Infrastruktur,
utilitas dan transportasi; Keuangan; Perdagangan, jasa dan investasi
terpengaruh secara signifikan oleh kenaikan inflasi.
45
Setelah melihat secara keseluruhan dampak kenaikan inflasi melalui IHSG
maka juga akan melihat dampak kenaikan inflasi terhadap harga saham di setiap
sektornya:
1. Sektor Pertanian
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Pertanian.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Pertanian.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh persamaan regresi : Y =
2768,898 –3204,444X1. Besar koefisien regresi adalah -3204,444 dengan
nilai p-value sebesar 0,663 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Pertanian.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
sektor Pertanian.
2. Sektor Pertambangan
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Pertambangan.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Pertambangan.
46
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
722108,73 - 4249852X1. Besar koefisien regresi adalah -4249852
dengan nilai p-value sebesar 0,634 dimana lebih besar dari 0,1, maka
dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham di Sektor Pertambangan.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Pertambangan.
3. Sektor Industri dasar dan kimia
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Industri dasar dan kimia.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Industri dasar dan kimia.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
598,793 + 474,777X1. Besar koefisien regresi adalah 474,777 dengan
nilai p-value sebesar 0,378 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Industri dasar dan kimia.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham Sektor
Industri dasar dan kimia.
47
4. Aneka Industri
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Aneka Industri.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Aneka Industri.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
1811,402 + 445,188X1. Besar koefisien regresi adalah 445,188 dengan
nilai p-value sebesar 0,469 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Aneka Industri.
b. Kesimpulan
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Aneka Industri.
5. Industri barang-barang konsumsi
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Industri barang-barang konsumsi.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Industri barang-barang konsumsi.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
2309,010 + 10791,630X1. Besar koefisien regresi adalah 10791,630
dengan nilai p-value sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari 0,1, maka
48
dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Industri barang-barang konsumsi.
b. Kesimpulan
Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di Sektor
Industri barang-barang konsumsi.
6. Sektor Properti dan Real Estate
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Properti dan real estate.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Properti dan real estate.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
413,118 – 850,699X1. Besar koefisien regresi adalah – 850,699 dengan
nilai p-value sebesar 0,043 dimana lebih kecil dari 0,1 maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham di Sektor Properti dan real estate.
b. Kesimpulan
Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di Sektor
Properti dan real estate.
7. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
49
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
1244,650 + 11213,918X1. Besar koefisien regresi adalah 11213,918
dengan nilai p-value sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari 0,1, maka
dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
b. Kesimpulan
Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di Sektor
Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
8. Sektor Keuangan
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Keuangan.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Keuangan.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
369,051 + 358,064X1. Besar koefisien regresi adalah 358,064 dengan
nilai p-value sebesar 0,311 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Keuangan.
50
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Keuangan.
9. Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
566,416 – 173,693X1. Besar koefisien regresi adalah –173,693dengan
nilai p-value sebesar 0,572 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di
Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
Hipotesis H2a dapat dijawab dengan melihat dari nilai p-value atau nilai
signifikansinya sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H2a ditolak. Karena harga
saham yang terpengaruh secara signifikan oleh inflasi hanya Sektor Industri Barang-
barang Konsumsi; Sektor Properti dan Real Estate; serta Sektor Infrastruktur, Utilitas
dan Transportasi artinya bahwa harga saham di Sektor Industri barang-barang
51
konsumsi; Sektor Properti dan real estate; serta Sektor Infrastruktur, utilitas dan
transportasi terpengaruh secara signifikan oleh kenaikan kenaikan inflasi.
E. Menguji Signifikansi Hipotesis H2b
Perumusan Hipotesis .
H2b : Volume perdagangan saham perusahaan di Sektor Industri dasar dan kimia;
Aneka industri; Industri barang-barang konsumsi; Properti dan real estate;
Infrastruktur, utilitas dan transportasi; Keuangan; Perdagangan, jasa dan
investasi terpengaruh secara signifikan oleh kenaikan inflasi.
Setelah melihat secara keseluruhan dampak kenaikan inflasi melalui volume
perdagangan total maka akan dilihat juga dampak kenaikan inflasi di setiap
sektornya yaitu :
1. Sektor Pertanian
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan saham di Sektor Peranian.
H2b : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Peranian.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
32690489 + 62610566X2. Besar koefisien regresi adalah 62610566
dengan nilai p-value sebesar 0,711 dimana lebih besar dari 0,1, maka
dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap volume perdagangan saham di Sektor Peranian.
52
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Peranian.
2. Sektor Pertambangan
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Pertambangan.
H2b: Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Pertambangan.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
134204123,640 - 62610566X2. Besar koefisien regresi adalah -62610566
dengan nilai p-value sebesar 0,127 dimana lebih besar dari 0,1, maka
dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap volume perdagangan saham di Sektor Pertambangan.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Pertambangan.
3. Sektor Industri dasar dan kimia
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Industri dasar dan kimia.
H2b :Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Industri dasar dan kimia.
53
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
134204123,640 - 376075079X2. Besar koefisien regresi adalah -
376075079 dengan nilai p-value sebesar 0,059 dimana lebih kecil dari
0,1 maka dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan
terhadap volume perdagangan saham di Sektor Industri dasar dan kimia.
b. Kesimpulan
Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Industri dasar dan kimia.
4. Sektor Aneka industri
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Aneka industri.
H2b : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Aneka industri.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
2877931,379 – 14905693,235X2. Besar koefisien regresi adalah -
14905693,235 dengan nilai p-value sebesar 0,151 dimana lebih besar dari
0,1, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap volume perdagangan saham di Sektor Aneka industri.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Aneka industri.
54
5. Sektor Industri barang-barang konsumsi
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Industri barang-barang konsumsi.
H2b :Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Industri barang-barang konsumsi.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
16798264 – 69199209,173X2. Besar koefisien regresi adalah -
69199209,173 dengan nilai p-value sebesar 0,637 dimana lebih besar dari
0,1, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap volume perdagangan saham di Sektor Industri barang-
barang konsumsi.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Industri barang-barang konsumsi.
6. Sektor Properti dan Real Estate
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Properti dan real estate.
H2b :Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Properti dan real estate.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
33099469,189 – 26180622,934X2. Besar koefisien regresi adalah -
55
26180622,934 dengan nilai p-value sebesar 0,861 dimana lebih besar dari
0,1, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap volume perdagangan saham di Sektor Properti dan
real estate.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Properti dan real estate.
7. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
H2b : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
9341595,768 - 56250221X2. Besar koefisien regresi adalah -56250221
dengan nilai p-value sebesar 0,158 dimana lebih besar dari 0,1, maka
dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap volume perdagangan saham di Sektor Infrastruktur, utilitas dan
transportasi.
b. Kesimpulan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi.
56
8. Sektor Keuangan
a. Perumusan hipotesis :
HO1b : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Keuangan.
H2b : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Keuangan.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
55912670,667 – 269891646,759X2. Besar koefisien regresi adalah -
269891646,759 dengan nilai p-value sebesar 0,019 dimana lebih kecil
dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara
signifikan terhadap volume perdagangan saham di Sektor Keuangan.
b. Kesimpulan
Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
saham di Sektor Keuangan.
9. Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
a. Perumusan hipotesis :
HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
perdagangan di Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
H2b :Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan
di Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =
23652990 - 145051070753X2. Besar koefisien regresi adalah -
145051070753 dengan nilai p-value sebesar 0,052 dimana lebih kecil
57
dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara
signifikan terhadap volume perdagangan saham di Sektor Perdagangan,
jasa dan investasi.
b. Kesimpulan
nflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham
di Sektor Perdagangan, jasa dan investasi.
Hipotesis H2b dapat dijawab dengan melihat dari nilai p-value atau tingkat
signifikansinya sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H2b ditolak karena hanya
volume perdagangan saham di Sektor Industri dasar dan kimia; Keuangan;
Perdagangan, jasa dan investasi yang terpengaruh secara signifikan oleh kenaikan
inflasi.
F. Menguji Signifikansi Hipotesis H3a
H3a : Harga saham perusahaan di Sektor Aneka industri dan Properti
dibandingkan sektor lainnya paling dominan terpengaruh secara
signifikan oleh inflasi.
Hipotesis ini dapat dijawab dengan melihat koefisien determinasi. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa H3a ditolak karena harga saham yang paling
dominan dipengaruhi oleh kenaikan inflasi adalah sektor Industri barang-barang
konsumsi.
G. Menguji Signifikansi Hipotesis H3b
H3b : Volume perdagangan saham perusahaan di Sektor Aneka industri dan
Properti dibandingkan sektor lainnya paling dominan terpengaruh secara
signifikan oleh inflasi.
58
Hipotesis ini dapat dijawab dengan melihat dari koefisien determinasi.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H3b ditolak karena volume perdagangan
yang paling dominan terpengaruh adalah Sektor Keuangan.
H. Pembahasan
Hasil penelitian mengenai Analisis Dampak Kenaikan Inflasi terhadap Harga
dan Volume Perdagangan Saham per Sektor Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dapat diketahui bahwa inflasi memang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga dan volume perdagangan saham secara keseluruhan yang dilihat melalui
IHSG. Inflasi berpengaruh secara signifikan di beberapa sektor sektor di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Pada harga saham diperoleh persamaan regresi Y= 1118,756 + 1262,578x
dengan nilai t hitung 0,777 yang berarti bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham dan nilai koefisien determinasi 0,010 atau 1 persen
inflasi berpengaruh terhadap harga saham sedangkan yang 99 persen dipengaruhi
oleh faktor yang lain. Karena harga saham dipengaruhi berbagai macam faktor baik
faktor dari luar maupun faktor dari dalam perusahaan.
Pada volume perdagangan saham diperoleh persamaan regresi Y=
3096796136,110 – 11328332641,110x dengan nilai t hitung -1,766 yang berarti
bahwa inflasi tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume
perdagangan dan nilai koefisien determinasi 0,051 atau 5,1 persen inflasi
berpengaruh terhadap volume perdagangan saham sedangkan yang 94,9 persen
dipengaruhi oleh faktor yang lain. Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui
bahwa investor juga melihat faktor yang lain yaitu kurs mata uang dan harga minyak
59
dunia, karena jika harga minyak meningkat maka akan meningkatkan harga BBM.
Jika BBM meningkat akan membuat biaya produksi mengalami peningkatan dan
memukul daya beli konsumen sehingga barang yang diproduksi tidak laku terjual
dan akan mengalami penumpukan persedian. Faktor-faktor ini yang membuat
investor tidak terlalu mempertimbangkan faktor inflasi.
Setelah melihat secara keseluruhan maka kita juga akan melihat per sektornya
di Bursa Efek Indonesia yaitu :
1. Sektor Pertanian
Sektor Pertanian yang hanya terdiri dari beberapa saham saja
sehingga perubahan harga dan volume perdagangan sebagian saham di sektor
ini mencerminkan kondisi di sektor ini.
Pada sektor Pertanian inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga dan volume perdagangan saham. Nilai koefisien determinasi
untuk harga saham adalah 0,003 artinya bahwa hanya 0,3 persen inflasi
mempengaruhi harga saham di Sektor Pertanian dan 99,7 persen dipengaruhi
oleh faktor yang lain. Volume perdagangan saham koefisien determinasinya
0,002 artinya hanya 0,2 persen inflasi mempengaruhi volume perdagangan
saham di Sektor Pertanian sedangkan 99,8 persen dipengaruhi oleh faktor
lain. Hal ini karena investor melihat harga pasar komoditas dan kurs serta
permintaan untuk produk-produk industri manufaktur.
2. Sektor Pertambangan
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga dan volume
perdagangan saham untuk Sektor Pertambangan. Nilai koefisien determinasi
60
harga saham 0,004 artinya hanya 0,4 persen inflasi mempengaruhi harga
saham dan 99,6 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai koefisien
determinasi volume perdagangan saham 0,040 artinya hanya 4 persen inflasi
mempengaruhi volume perdagangan saham dan 96 persen dipengaruhi faktor
lain.
Koefisien-koefisien determinasi tersebut dapat memberikan informasi
bahwa untuk Sektor Pertambangan ini para investor lebih banyak melakukan
tindakan menahan sahamnya dan melihat perkembangan yang terjadi, karena
para investor juga melihat harga minyak dunia dan kurs nilai mata uang.
3. Sektor Industri dasar dan Kimia
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
sedangkan untuk volume perdagangannya inflasi mempengaruhi secara
signifikan. Nilai koefisien determinasi harga saham 0,013 artinya hanya 1,3
persen inflasi mempengaruhi harga saham dan 98,7 persen dipengaruhi oleh
faktor lain. Nilai koefisien determinasi volume perdagangan saham 0,060
artinya hanya 6 persen inflasi mempengaruhi volume perdagangan saham dan
94 persen dipengaruhi faktor lain.
Koefisien-koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa untuk
Sektor Industri dasar dan kimia ini kenaikan inflasi justru membuat investor
memburu saham-saham sebagai kesempatan untuk membeli dan
menahannya. Hal ini dikarenakan investor yakin bahwa perkembangan
sektor ini sangat menjanjikan karena di sektor ini kebutuhan untuk industri
selanjutnya terdapat.
61
4. Sektor Aneka Industri
Pada sektor Aneka industri inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham dan volume perdagangannya. Nilai koefisien
determinasi harga saham 0,009 artinya hanya 0,9 persen inflasi
mempengaruhi harga saham dan 99,1 persen dipengaruhi oleh faktor lain.
Nilai koefisien determinasi volume perdagangan saham 0,035 artinya hanya
3,5 persen inflasi mempengaruhi volume perdagangan saham dan 96,5 persen
dipengaruhi faktor lain.
Sektor Aneka Industri terdiri dari Otomotif dan komponennya; tekstil
dan garmen; alas kaki dan lainnya. Produk dari sektor ini sebagian besar
memang untuk di ekspor sehingga investor mempertimbangkan kurs mata
uang yang membuat investor tidak terlalu mempertimbangkan faktor inflasi.
5. Industri Barang-barang Konsumsi
Pada Sektor industri barang-barang konsumsi inflasi berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham, tetapi untuk volume perdagangannya
inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan. Nilai koefisien determinasi
harga saham 0,224 artinya 22,4 persen inflasi mempengaruhi harga saham
dan 77,6 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai koefisien determinasi
volume perdagangan saham 0,004 artinya hanya 0,4 persen inflasi
mempengaruhi volume perdagangan saham dan 99,6 persen dipengaruhi
faktor lain.
Di sektor Industri barang-barang konsumsi kenaikan inflasi membuat
harga saham meningkat dan tidak mempengaruhi volume perdagangannya,
62
hal ini dikarenakan pemerintah menetapkan beberapa langkah seperti
pengurangan pajak dan memberikan subsidi pada barang-barang konsumsi
pokok tertentu dengan tujuan membatasi dampak kenaikan harga barang-
barang dan semakin menurunnya angka kemiskinan.
6. Sektor Properti dan Real Estate
Pada sektor Properti dan real estate inflasi berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham dan untuk volume perdagangan saham
inflasi tidak mempengaruhi secara siginifikan. Nilai koefisien determinasi
harga saham 0,069 artinya 6,9 persen inflasi mempengaruhi harga saham dan
93,1 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai koefisien determinasi volume
perdagangan saham 0,001 artinya hanya 0,1 persen inflasi mempengaruhi
volume perdagangan saham dan 99,9 persen dipengaruhi faktor lain.
Pada Sektor Properti dan Real Estate kenaikan inflasi akan membuat
suku bunga menjadi tinggi sehingga suku bunga untuk kredit kepemilikan
rumah juga akan meningkat. Hal ini membuat permintaan untuk produk
sektor ini juga menurun. Namun untuk volume perdagangannya juga
menurun jika terjadi kenaikan inflasi karena investor cenderung menunggu
karena sektor ini sangat terpengaruh oleh tingkat suku bunga.
7. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Pada sektor Infrastruktur, utilitas dan transportasi inflasi berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham dan untuk volume perdagangannya
inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan. Nilai koefisien determinasi
harga saham 0,218 artinya 21,8 persen inflasi mempengaruhi harga saham
63
dan 78,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai koefisien determinasi
volume perdagangan saham 0,034 artinya hanya 3,4 persen inflasi
mempengaruhi volume perdagangan saham dan 96,6 persen dipengaruhi
faktor lain.
Hal ini karena produk dari saham ini seperti gas, jalan tol, bandara,
pelabuhan, telekomunikasi dan transportasi memang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh dikeluarkannya paket kebijakan
ekonomi terpadu ( Inpres No.6-2007 ) yang isinya mencakup pembaruan dari
tiga paket sebelumnya, yaitu paket perbaikan investasi, percepatan
infrastruktur, dan reformasi sektor keuangan serta paket kebijakan
pemberdayaan sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Paket kebijakan
baru tersebut memasukkan juga tentang PP Pelaksanaan Penanaman Modal
dan penyingkatan waktu pengurusan ijin investasi di Indonesia. yang
membuat kenaikan inflasi berpengaruh positif terhadap harga saham.
8. Sektor Keuangan
Pada sektor keuangan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham sedangkan untuk volume perdagangannya inflasi
mempengaruhi secara signifikan. Nilai koefisien determinasi harga saham
0,018 artinya hanya 1,8 persen inflasi mempengaruhi harga saham dan 98,2
persen dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai koefisien determinasi volume
perdagangan saham 0,092 artinya 9,2 persen inflasi mempengaruhi volume
perdagangan saham dan 90,8 persen dipengaruhi faktor lain.
64
Sektor ini terdiri dari Bank, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Efek,
Asuransi, dan Lainnya sehingga investor akan melihat dari suku bunga,
kondisi ekonomi makro dan kurs mata uang dan tidak mempertimbangkan
faktor inflasi.
9. Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Pada sektor Perdagangan, jasa dan investasi inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham dan untuk volume perdagangannya
inflasi mempengaruhi secara signifikan. Nilai koefisien determinasi harga
saham 0,006 artinya hanya 0,6 persen inflasi mempengaruhi harga saham dan
99,4 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai koefisien determinasi volume
perdagangan saham 0,064 artinya 6,4 persen inflasi mempengaruhi volume
perdagangan saham dan 93,6 persen dipengaruhi faktor lain.
Kenaikan inflasi akan langsung berdampak di sektor ini karena
konsumen pasti akan menunda rencana untuk membeli barang dan jasa yang
merupakan produk dari sektor ini. Kenaikan inflasi membuat volume
perdagangan menurun dikarenakan pendapatan di bidang komputer yang
mengalami peningkatan setiap waktunya, serta di bidang hiburan yang
mengalami peningkatan kemudian sektor pariwisata. Hal tersebut yang
membuat para pemegang saham menunggu dan menahan saham mereka saat
terjadi kenaikan inflasi.
Dari hasil perhitungan pengaruh Inflasi terhadap harga dan volume
perdagangan saham dari Januari 2003-Desember 2007 maka diperoleh hasil seperti
yang terangkum dalam tabel rangkuman hasil penelitian sebagai berikut :
65
Tabel. V. 1. Rangkuman Hasil Penelitian Pengaruh inflasi terhadap harga saham.
Sektor Keterangan
Harga saham secara umum Tidak signifikanPertanian Tidak signifikanPertambangan Tidak signifikanIndustri dasar dan Kimia Tidak signifikanAneka Industri Tidak signifikanIndustri Barang-Barang Konsumsi SignifikanProperti dan Real Estate SignifikanInfrastruktur, Utilitas dan Transportasi SignifikanKeuangan Tidak signifikanPerdagangan, Jasa dan Investasi Tidak signifikan
Tabel. V. 2. Rangkuman Hasil Penelitian Pengaruh inflasi terhadap volumeperdagangan saham.
Sektor KeteranganVolume Perdagangan Secara Umum Tidak SignifikanPertanian Tidak signifikanPertambangan Tidak signifikanIndustri dasar dan Kimia SignifikanAneka Industri Tidak signifikanIndustri Barang-barang Konsumsi Tidak signifikanProperti dan Real Estate Tidak signifikanInfrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tidak signifikanKeuangan SignifikanPerdagangan, Jasa dan Investasi Signifikan
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa inflasi tidak secara
langsung mempengaruhi harga dan volume perdagangan saham di semua sektor
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perubahan yang terjadi sangat cepat
sehingga jika lihat pada saat pembukaan harga setiap awal bulannya maka akan
menunjukkan pengaruh yang bervariasi. Hal ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi harga dan volume perdagangan saham, baik faktor ekternal
maupun internal.
B. Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Untuk para investor dan pelaku pasar modal agar lebih memperhitungkan
inflasi dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi walaupun
inflasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga dan volume
perdagangan saham.
2. Untuk para Emiten di Sektor Properti dan Real Estate agar mampu menjaga
harga sahamnya sehingga harga sahamnya tidak turun pada saat inflasi tinggi
karena jika harga sahamnya jatuh maka arus kas yang diterima menjadi
berkurang pada saat menerbitkan saham baru.
67
3. Untuk penelitian berikutnya agar menggunakan lebih dari satu variabel untuk
melihat harga dan volume perdagangan saham.
C. Keterbatasan
Dalam penelitian ini, penulis menyadari adanya keterbatasan penelitian.
Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Banyak faktor yang seharusnya ikut diperhatikan yang mempengaruhi harga
dan volume perdagangan saham. Misalnya faktor ekternal diluar perusahaan
dan faktor internal dari dalam perusahaan.
2. Tidak terdapatnya data tentang inflasi mingguan sehingga tidak bisa dilihat
perubahannya. Karena terlalu cepat harga dan volume perdagangan saham
berubah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007a. “Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai Kurs Dolar AS, dan TingkatInflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”.www.Jurnalskripsi.com.
Anonim. 2007b. “Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS, dan TingkatInflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi di Bursa EfekJakarta)”. www.media-8.com.
Anonim. 2008a. “Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Biaya Modal danVolume Perdagangan Sagam Di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Webskripsi.blog.dada.net.
Anonim. 2008b. “Inflasi Januari 2008 Tertinggi Selama Empat Tahun CerminKegagalan Pemerintah”.www.google.com.
Gunawan, Anton Hermanto. 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia :Jakarta : Gramedia Jakarta.
Joyigianto, H. M. 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi : Yogyakarta : BPFEYogyakarta.
Lim, T.S. 2008. “Petunjuk Praktis Bagi Pemodal Saham di Bursa Efek Indonesia”.www.investasiku.biz.
Malik. 2008. “Investasi Sektor SDA, Sangat Menjanjikan”. www.metroriau.com.
Moch, Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Pasaribu, Chandra Sahala dan Bonny Budi Setiawan. 2006. ”Badai Pasti Berlalu”.www.kompas.com.
Sutrisno Hadi. 2000. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Vierly. 2007. “Pengaruh Pengumuman Merger Bursa Efek Jakarta dan Bursa EfekSurabaya Terhadap Trading Volume Activity Pada Perusahaan Publik yangTerdaftar Di BEJ”. http://vierlystory.blogspot.com.
LAMPIRAN
1
Lampiran 1. IHSG Regression Harga saham
Model Summaryb
.102a .010 -.007 620.0381599 .010 .604 1 58 .440
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), inflasia.
Dependent Variable: hargab.
Coefficientsa
1071.183 191.269 5.600 .000
1568.697 2018.829 .102 .777 .440
(Constant)
inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: hargaa.
2
Lampiran 2. IHSG Regression Volume Perdagangan
Model Summaryb
.226a .051 .035 1825324455 .051 3.119 1 58 .083
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), inflasia.
Dependent Variable: volumeb.
Coefficientsa
2971606332.892 563074974.745 5.277 .000
-10496836593.421 5943210585.3 -.226 -1.766 .083
(Constant)
inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: volumea.
3
Lampiran 3. Regression Harga Saham Pertanian
Model Summaryb
.057a .003 -.014 2245.74191 .003 .192 1 58 .663
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Pertanianb.
Coefficientsa
2768.898 692.765 3.997 .000
-3204.444 7312.079 -.057 -.438 .663
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Pertaniana.
4
Lampiran 4. Regression Harga Saham Pertambangan
Model Summaryb
.063a .004 -.013 2728373.83 .004 .229 1 58 .634
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Pertambanganb.
Coefficientsa
722108.7 841647.1 .858 .394
-4249852 8883517 -.063 -.478 .634
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Pertambangana.
5
Lampiran 5. Regression Harga Saham Industri Dasar dan Kimia
Model Summaryb
.116a .013 -.004 164.1398496 .013 .789 1 58 .378
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Industri_Dasar&Kimiab.
Coefficientsa
598.793 50.634 11.826 .000
474.777 534.435 .116 .888 .378
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Industri_Dasar&Kimiaa.
6
Lampiran 6. Regression Harga Saham Aneka Industri
Model Summaryb
.095a .009 -.008 187.5182598 .009 .532 1 58 .469
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Aneka_Industrib.
Coefficientsa
1811.402 57.846 31.314 .000
445.188 610.555 .095 .729 .469
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Aneka_Industria.
7
Lampiran 7. Regression Harga Saham Industri Barang Konsumsi
Model Summaryb
.474a .224 .211 809.4875724 .224 16.765 1 58 .000
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Industri_B&Kb.
Coefficientsa
2309.010 249.710 9.247 .000
10791.630 2635.671 .474 4.094 .000
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Industri_B&Ka.
8
Lampiran 8. Regression Harga Saham Properti dan Real Estate
Model Summaryb
.263a .069 .053 126.0244871 .069 4.298 1 58 .043
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Properti_&_REb.
Coefficientsa
413.118 38.876 10.627 .000
-850.699 410.333 -.263 -2.073 .043
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Properti_&_REa.
9
Lampiran 9. Regression Harga Saham Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Model Summaryb
.467a .218 .205 855.8628402 .218 16.194 1 58 .000
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Ifra_Utilitas_Tb.
Coefficientsa
1244.650 264.016 4.714 .000
11213.918 2786.668 .467 4.024 .000
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ifra_Utilitas_Ta.
10
Lampiran 10. Regression Harga Saham Keuangan
Model Summaryb
.133a .018 .001 107.6240411 .018 1.044 1 58 .311
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Keuanganb.
Coefficientsa
369.051 33.200 11.116 .000
358.064 350.421 .133 1.022 .311
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keuangana.
11
Lampiran 11. Regression Harga Saham Perdagangan, Jasa dan Investasi
Model Summaryb
.074a .006 -.012 93.8758826 .006 .323 1 58 .572
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Perdagangan_J&Ib.
Coefficientsa
566.416 28.959 19.559 .000
-173.693 305.658 -.074 -.568 .572
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Perdagangan_J&Ia.
12
Lampiran 12. Regression Volume Perdagangan Pertanian
Model Summaryb
.049a .002 -.015 51553757.0 .002 .139 1 58 .711
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Pertanianb.
Coefficientsa
32690488.938 1.6E+07 2.056 .044
62610566.073 1.7E+08 .049 .373 .711
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Pertaniana.
13
Lampiran 13. Regression Volume Perdagangan Pertambangan
Model Summaryb
.199a .040 .023 74679538.7 .040 2.392 1 58 .127
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Pertambanganb.
Coefficientsa
134204123.640 2.3E+07 5.826 .000
-376075079.104 2.4E+08 -.199 -1.547 .127
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Pertambangana.
14
Lampiran 14. Regression Volume Perdagangan Industri Dasar
Model Summaryb
.245a .060 .044 2378430.74 .060 3.705 1 58 .059
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: industri_dab.
Coefficientsa
2877931.379 733696.9 3.923 .000
-14905693.235 7744111 -.245 -1.925 .059
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: industri_daa.
15
Lampiran 15. Regression Volume Perdagangan Aneka Industri
Model Summaryb
.188a .035 .019 21439413.6 .035 2.116 1 58 .151
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Aneka_Industrib.
Coefficientsa
16821115.638 6613617 2.543 .014
-101552377.738 7.0E+07 -.188 -1.455 .151
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Aneka_Industria.
16
Lampiran 16. Regression Volume Perdagangan Industri Barang Konsumsi
Model Summaryb
.062a .004 -.013 44751746.1 .004 .226 1 58 .637
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Industri_BKb.
Coefficientsa
16798264.891 1.4E+07 1.217 .229
-69199209.173 1.5E+08 -.062 -.475 .637
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Industri_BKa.
17
Lampiran 17. Regression Volume Perdagangan Properti dan Real Estate
Model Summaryb
.023a .001 -.017 45657765.3 .001 .031 1 58 .861
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Propertib.
Coefficientsa
33099469.189 1.4E+07 2.350 .022
-26180622.934 1.5E+08 -.023 -.176 .861
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Propertia.
18
Lampiran 18. Regression Volume Perdagangan Infrastruktur, Utilitas dan Infrastruktur
Model Summaryb
.184a .034 .017 12086082.2 .034 2.043 1 58 .158
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Ifra_Utilitas_Tb.
Coefficientsa
9341595.768 3728307 2.506 .015
-56250221.989 3.9E+07 -.184 -1.429 .158
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ifra_Utilitas_Ta.
19
Lampiran 19. Regression Volume Perdagangan Keuangan
Model Summaryb
.303a .092 .076 34262375.7 .092 5.853 1 58 .019
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Keuanganb.
Coefficientsa
55912670.667 1.1E+07 5.290 .000
-269891646.759 1.1E+08 -.303 -2.419 .019
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keuangana.
20
Lampiran 20. Regression Volume Perdagangan Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Model Summaryb
.252a .064 .048 22432811.0 .064 3.944 1 58 .052
Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Inflasia.
Dependent Variable: Perdaganganb.
Coefficientsa
23652990.852 6920060 3.418 .001
-145051070.753 7.3E+07 -.252 -1.986 .052
(Constant)
Inflasi
Model1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Perdagangana.