25
1 ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET INDONESIA TERHADAP CHINA Oleh : Ragimun 1 Abstract Rubber and rubber products is Indonesia's main export product today. During the last ten years from 2001 to 2010, this commodity exports have contributed to the national average of 6 percent. Industrial commodity than as a source of foreign exchange also absorbs a lot of manpower. Competitiveness of rubber and rubber products during the last ten years is very high. Average Revealed Comparative Advantage (RCA) on 4 and RCA to China more than 7. Indonesia is the largest natural rubber producing countries. Product Specialization Index results show Indonesia is a country exporter manufacturer. And of the market concentration index was noted that nearly one-third the concentration of market entry into China market, so the vulnerability of these commodities to China is relatively small, meaning that when China is undergoing a crisis then the effect of commodity exports is not very significant. Therefore required several strategies to counteract China's products are well known cheap. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet dan produk dari karet merupakan salah satu produk unggulan penghasil devisa negara. Saat ini Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar bersaing dengan Thailand. Di satu sisi, ekspor komoditas unggulan tersebut telah menyumbang devisa bagi negeri ini, termasuk penyerapan tenaga kerja dan membantu pelestarian lingkungan alam. Dari data BPS (2011), tercatat bahwa sampai dengan tahun 2010 total ekspor produk yang mepunyai Harmonize System (HS) 40 ini sebesar USD 9,373 milyar atau mempunyai kontribusi sebesar 5,94 persen dari total ekspor nasional. Dengan demikian besarnya ekspor komoditas tersebut hampir tiga kali lipat bila dibandingkan tahun 2001 yang hanya sebesar 2,19 persen dengan nilai USD 1,2 milyar. Demikian juga bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 4,22 persen atau sebesar USD 4,9 milyar. 1 Peneliti pada Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu email: [email protected]

ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

1

ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET INDONESIA TERHADAP CHINA

Oleh : Ragimun1

Abstract

Rubber and rubber products is Indonesia's main export product today. During the last ten years from 2001 to 2010, this commodity exports have contributed to the national average of 6 percent. Industrial commodity than as a source of foreign exchange also absorbs a lot of manpower. Competitiveness of rubber and rubber products during the last ten years is very high. Average Revealed Comparative Advantage (RCA) on 4 and RCA to China more than 7. Indonesia is the largest natural rubber producing countries. Product Specialization Index results show Indonesia is a country exporter manufacturer. And of the market concentration index was noted that nearly one-third the concentration of market entry into China market, so the vulnerability of these commodities to China is relatively small, meaning that when China is undergoing a crisis then the effect of commodity exports is not very significant. Therefore required several strategies to counteract China's products are well known cheap.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet dan produk dari karet merupakan salah satu produk unggulan penghasil

devisa negara. Saat ini Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar bersaing

dengan Thailand. Di satu sisi, ekspor komoditas unggulan tersebut telah menyumbang

devisa bagi negeri ini, termasuk penyerapan tenaga kerja dan membantu pelestarian

lingkungan alam. Dari data BPS (2011), tercatat bahwa sampai dengan tahun 2010 total

ekspor produk yang mepunyai Harmonize System (HS) 40 ini sebesar USD 9,373 milyar

atau mempunyai kontribusi sebesar 5,94 persen dari total ekspor nasional. Dengan

demikian besarnya ekspor komoditas tersebut hampir tiga kali lipat bila dibandingkan

tahun 2001 yang hanya sebesar 2,19 persen dengan nilai USD 1,2 milyar. Demikian juga

bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 4,22 persen atau sebesar USD

4,9 milyar.

1 Peneliti pada Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu email: [email protected]

Page 2: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

2

Diperkirakan sebesar 81,56 persen dari karet alam yang diekspor ke berbagai

negara masih dalam bentuk bahan baku yang belum diolah lebih lanjut. Padahal, jika

komoditas tersebut diolah terlebih dahulu, akan memberikan dampak ganda bagi

perekonomian negeri ini berupa peningkatan nilai tambah produk itu sendiri. Dampak

lainnya akan terjadi penyerapan tenaga kerja dengan adanya pengolahan bahan baku

karet alam tersebut menjadi produk yang berasal dari karet. Dengan demikian semakin

tinggi peningkatan daya saing karet dan produk dari karet.

Untuk meningkatkan daya saing industri nasional selama periode jangka

menengah antara tahun 2010-2014, Pemerintah mempunyai lima fokus kebijakan, yaitu

antara lain : (1) Mendorong penyebaran industri manufaktur ke seluruh wilayah

Indonesia, terutama ke wilayah yang industrinya belum tumbuh secara optimal, namun

wilayah tersebut memiliki sumber daya yang melimpah; (2) Meningkatkan kompetensi

inti industri daerah dengan mendorong dihasilkannya produk-produk yang bernilai

tambah tinggi; (3) Memperdalam struktur industri nasional dengan mendorong

tumbuhnya industri pionir dalam rangka melengkapi pohon industri. Selama ini

industri hilir di dalam negeri belum tumbuh secara maksimal seperti industri hilir karet,

crude palm oil (CPO) dan kakao; (4) Mendorong tumbuhnya industri komponen dan

industri pendukung di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan bahan baku

dan komponen impor seperti pada industri elektronika, otomotif dan permesinan; dan

(5) Meningkatkan daya saing industri prioritas yang sesuai dengan amanat Perpres No.

28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. 2

Selain itu yang tidak kalah penting, perlu ada kemauan dari

pemerintah untuk mendorong pengembangan industri pengolahan dalam

negeri dengan berbagai instrumen insentif dan disinsentif fiskal yang disediakan

pemerintah. Demikian juga dengan pelaku usaha terutama eksportir agar tidak hanya

mencari keuntungan semata tetapi juga selalu berorientasi ekspor bukan dalam bentuk

bahan baku.

1.2 Perumusan Masalah

2 http://www.kemenperin.go.id/artikel/48/Kemenperin-Dorong-Daya-Saing-Industri-Prioritas-di-Jawa-

Barat

Page 3: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

3

Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal

ini terlihat dari tren RCA yang meningkat sejak 2001, demikian juga nilai ekspornya.

Namun demikian, produk ini banyak diekspor dalam bentuk bahan baku sehingga nilai

tambah akan produk ini menjadi tidak optimal. Sebaliknya banyak karet dan produk

dari karet yang berasal dari China banyak diimpor, sehingga untuk membendung tren

impor ini perlu dicarikan upaya-upaya serta strategi guna meningkatkan daya saing

produk tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perkembangan dan daya saing karet

dan produk dari karet Indonesia. Demikian juga dapat mendalami mengenai strategi

untuk meningkatkan daya saing ekspor karet dan produk dari karet Indonesia terutama

ke China. Sebaliknya, dapat dicari strategi guna mengantisipasi derasnya produk impor

karet dan produk karet dari China.

1.4 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif. Pendekatan

deskriptif eksploratif (Philip, Kotler & Kevin L. Keller, 2006) adalah metode penelitian

yang menghimpun informasi awal yang dapat digunakan untuk membantu

menetapkan masalah dan merumuskan dugaan sementara (hipotesis). Pendekatan ini

juga bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) berbagai hal. Terkait penelitian ini

adalah bertujuan untuk mendalami dan menganalisis daya saing karet dan produk dari

karet Indonesia terhadap China.

Untuk memberikan gambaran dan mengetahui kontribusi karet dan produk dari

karet Indonesia atau Export Sharenya, dapat digunakan rumusan sebagai berikut :

Share ij =

Xiw

Xij ...................................(Tambunan, 2001)

dimana :

Xij adalah nilai ekspor komoditi i pada negara j

Xtj adalah nilai total ekspor negara j

Page 4: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

4

Xiw adalah nilai ekspor komoditi i untuk seluruh dunia

Xtw adalah nilai total ekspor dunia

Untuk mengetahui besarnya kontribusi suatu komoditas dalam perdagangan

internasional (ekspor) maka digunakan rumusan sebagai berikut :

%100xXt

XiPi

....................................(Tambunan, 2001)

dimana :

Xi adalah nilai ekspor pada komoditi i

Xt adalah nilai total ekspor

Untuk menentukan daya saing komoditas karet dan produk dari karet Indonesia

terhadap China digunakan rumus keunggulan komparatif atau Revealed Comparative

Advantage (RCA), yaitu dengan rumus sebagai berikut :

RCA = )/()(

)/()(

totalXwXiw

totalXaXia ………………………(Tambunan, 2001)

dimana :

X = ekspor atau nilai ekspor

i = jenis komoditi

a = negara asal

w= dunia (world)

dengan kriteria,

Bila nilai RCA < 1 atau sampai mendekati 0, maka daya saing komoditi lemah.

Bila nilai RCA > 1 maka daya saing kuat, semakin tinggi RCA semakin tangguh daya

saingnya.

Untuk mengetahui ketergantungan produk-produk Indonesia terhadap negara

mitra dagang maka digunakan perhitungan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP). IKP ini

merupakan salah satu cara guna mengetahui intensitas perdagangan suatu negara

dengan beberapa negara lainnya. Nilai intensitas tersebut didapat dengan cara

mengkuadratkan persentase perdagangan antara suatu negara dengan negara lain.

Semakin besar nilai intensitas perdagangan (0-1) maka berarti semakin besar

ketergantungan suatu negara dengan negara lain. Dengan demikian semakin rentan

Page 5: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

5

terhadap kondisi perekonomian mitra dagangnya tersebut. Untuk mengukur IKP

digunakanlah Index of Trade Concentration atau HirschmanHerfindahl Index(HHI) , yang

rumusnya adalah sebagai berikut : 3

𝐻𝑗 = √(∑ (𝑥𝑖

𝑋)

2

)

dimana,

Hj adalah Hirschaman index

xi adalah nilai ekspor produk tertentu

X adalah nilai total ekspor negera tertentu

Untuk mengetahui apakah Indonesia lebih baik menjadi eksportir ataukah

menjadi importir komoditas karet dan produk dari karet digunakan Indeks Spesialisasi

Perdagangan (ISP) atau Index of Trade Specialization, dengan rumusan sebagai berikut :

[ (Xi – Mi) ] ind

ISP = -------------------------- ............................................ (www. dprin.go.id)

[ (Xi + Mi) ] ind

dimana,

ISP = Indeks Spesialisasi Perdagangan

Xi = ekspor barang tertentu Indonesia

Mi = impor barang tertentu Indonesia

Rentang hasil perhitungan ini adalah antara 0-1. Apabila nilai ISP ≥ 0,5 maka

Indonesia cenderung sebagai eksportir karet dan produk dari karet. Sedangkan nilai ISP

< 0,5 sampai mendekati 0, maka Indonesia cenderung sebagai importir karet dan

produk dari karet.

Data yang digunakan merupakan data series ekspor dan impor sejak tahun

2001 sampai dengan 2010 yang berasal dari Bloomberg, ditambah penggalian informasi

dari berbagai sumber, antara lain dengan menggunakan data sekunder serta kajian

pustaka.

3 Introduction Trade of Research II:Trade Data and Statistics, Artnet Capacity Building Workshop and Trade Research on 22-25 March 2005 prepared by Mia Mikic, Unescap

Page 6: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekspor dan Daya Saing Ekspor

a. Pengertian Ekspor

Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor,

menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah

pabeanan suatu negara. Adapun daerah pabeanan didefinisikan sebagai wilayah

Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya,

serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang

didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Ekspor juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi barang

dan jasa yang diproduksi disuatu negara untuk dikonsumsikan di luar batas negara

tersebut (Triyoso, 1994). Sedangkan menurut Deliarnov (1995), menambahkan bahwa

ekspor merupakan kelebihan produksi dalam negeri yang kemudian kelebihan

produksi tersebut dipasarkan di luar negeri.

Menurut versi Biro Pusat Statistik (BPS), mengatakan bahwa ekspor barang adalah

seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial

maupun bukan komersial (barang hibah, sumbangan, hadiah), serta barang yang akan

diolah di luar negeri dan hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. Adapun

yang tidak termasuk katagori ekspor antara lain pakaian, barang pribadi dan perhiasan

milik penumpang yg bepergian ke luar negeri, barang-barang yg dikirim untuk

perwakilan suatu negara di luar negeri, barang-barang untuk ekspedisi/pameran, peti

kemas untuk diisi kembali, uang dan surat2 berharga serta barang-barang untuk contoh.

b. Pengertian dan Peningkatan Daya Saing Ekspor Indonesia

Menurut Organisation for Economic Cooperation dan Development (OECD), daya

saing (competitiveness) adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau

antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif

tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh karena

daya saing industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan

pembangunan industri nasional semestinya didahului dengan mengkaji sektor industri

secara utuh sebagai dasar pengukurannya.

Page 7: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

7

Sedangkan batasan tingkat daya saing menurut Tambunan (2001), pada dasarnya

ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage)

dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor

keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah sedangkan

faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau dapat

dikembangkan/diciptakan). Selain dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara

sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage

(SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam kerangka

menghadapi tingkat persaingan global yang semakin lama menjadi semakin ketat/keras

atau terjadinya Hyper Competitive.

Analisis persaingan yang super ketat (Hyper Competitive) yang berasal dari

D’Aveni (Hamdy, 2001) merupakan analisis yang menunjukkan bahwa pada akhirnya

setiap negara akan dipaksa menentukan suatu strategi yang tepat, agar

negara/perusahaan tersebut dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global yang

sangat sulit. Strategi yang tepat menurut Hamdy Hadi adalah strategi Sustained

Competitive Advantage Strategy (SCA)) atau strategi yang berintikan upaya perencanaan

dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan faktor-faktor lingkungan

eksternal dan internal agar tercapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasil survey tahun 2010 dari International Management Development (IMD)

mengenai daya saing Indonesia dibanding 30 negara-negara utama lainnya, ditemukan

beberapa fakta antara lain sebagai berikut :

a. Adanya kepercayaan investor yang rendah (resiko politik, credit rating yang rendah,

diskriminasi dalam masyarakat, sistim penegakan hukum yang lemah, penanganan

ketenagakerjaan, subsidi yang tinggi, banyak korupsi)

b. Daya saing bisnis yang rendah sebagai akibat kualitas SDM yang rendah, hubungan

perburuhan yang tidak harmonis (hostile), praktetk-praktek bisnis tidak etis dan

lemahnya corporate governance.

c. Daya saing yang rendah (nilai-nilai dimasyarakat tidak mendukung daya saing dan

globalisasi, kualitas wiraswasta dan kemampuan marketing yang rendah,

produktivitas menyeluruh yang rendah)

Page 8: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

8

d. Infrastruktur lemah (pendidikan dan kesehatan yang kurang, perlindungan hak

patent dan cipta lemah, penegakan hukum lingkungan hidup yang lemah, biaya

telekomunikasi internasional yang mahal, anggaran yang mahal, kurangnya alih

teknologi, kurang ahli teknologi informasi). 4

Untuk itu perlu dilakukan penguatan perekonomian domestik dengan orientasi

dan daya saing global. Secara makro teori globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai

sebuah teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas atau pasar bebas di

seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif (Wibowo,

2004). Namun secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif

bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian

homogen, seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik.

Sedangkan mengenai kerjasama regional, (Hamdy Hadi, 2001) mengemukakan bahwa

kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang perdagangan internasional,

saat ini mengarah pada pembentukan kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi

dan keuangan secara regional.

2.2 Karet dan Produk Karet Indonesia

Komoditas karet dan produk dari karet Indonesia merupakan komoditas ekspor

perkebunan andalan kedua setelah kelapa sawit (CPO). Indonesia merupakan negara

penghasil dan pengekpor karet alam urutan ke 2 setelah Thailand. Estimasi produksi

karet di Indonesia untuk tahun 2011 adalah 2,64 juta ton dengan luas lahan sekitar 3,45

juta hektar (Ditjenbun, 2011).

Sedangkan sumbangan ekspor karet dan produk karet terhadap total ekpor non

migas pada tahun 2011 (data Januari-Agustus 2011) adalah sebesar 9,51 persen. Oleh

karena itu karet diharapkan dapat menjadi penggerak roda pembangunan ekonomi

melalui peningkatan mutu dan daya saing yang akan meningkatkan ekspor nasional.

Permintaan dunia untuk karet alam sekarang ini makin tinggi terutama dengan

berkembang pesatnya beberapa negara yang mengembangkan industri automotif

seperti China, India dan beberapa negara Asean lainnya.

4 data.menkokesra.go.id/.../daya-saing-imd-indonesia-tahun-2010

Page 9: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

9

Karet alam saat ini bersaing dengan karet sintetis. Perkembangan harga karet

sintetis relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga karet alam. Karena produksi

karet alam banyak tergantung dengan faktor iklim dan cuaca. Namun saat ini

perkembangan harga karet alam relatif bagus. Untuk itu diperlukan pengembangan

karet di Indonesia. Saat ini konsentrasi budidaya karet di Indonesia banyak

dikembangkan terutama di Sumatra dan Kalimantan. Menurut data Kementrian

Perkebunan tahun 2011, areal perkebunan karet di Indonesia diperkirakan seluas 3,2

juta hektar, diantaranya 85 persen adalah perkebunan karet milik petani dan 7 persen

merupakan perkebunan karet milik negara serta 8 persen adalah milik swasta.

Secara umum karet mempunyai sifat elastis, flexibel, liat dan beberapa ada yang

kedap udara atau kedap air. Dalam industri karet, menurut penggunaannya karet

dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu karet yang dipakai secara umum, karet tahan

minyak dan karet tahan panas.

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet

(atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon

karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah

karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi

sumber karet alami.5

2.3 Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage )

Tingkat daya saing komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis

dengan berbagai macam metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Salah satu

diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). Selain itu, dapat juga

dilakukan dengan metode Constant Market Share dan Real Effective Exchange Rate.

Disamping itu, laporan tahunan dari World Economic Forum (WEF) mengenai Global

Competitiveness Index (GCI) juga dapat digunakan sebagai ukuran daya saing suatu

negara setiap tahunnya. GCI adalah indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi

yang telah teruji secara empiris memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi

(PDB) untuk jangka menengah dan panjang. GCI secara teoritis juga mempunyai

korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor (Tambunan, 2000).

5 Penggolongan karet dalam industri karet dalam http://industrikaret.wordpress.com/penggolongan-karet/

Page 10: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

10

Untuk melihat lebih detail komoditas Indonesia yang bersaing dengan negara-

negara lain di pasar dunia dapat diukur dari Revealed Comparative Advantage (RCA)

masing-masing produk ekspor (Balassa, 1965). Perhitungan RCA ini menggunakan data

yang dikelompokan dalam Standard Industrial Trade Classification (SITC) 2 digit. Nilai

RCA yang lebih besar dari 1 menunjukkan daya saing yang kuat. Semakin tinggi nilai

RCA komoditi, maka semakin tangguh daya saing produk tersebut, sehingga

disarankan untuk terus dikembangkan dengan melakukan spesialisasi pada komoditi

tersebut.

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif

adalah RCA index. Indeks ini menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor

komoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor komoditas

tersebut dari seluruh dunia. Dengan kata lain indeks RCA menunjukkan keunggulan

komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap

dunia.

Bila hasil indeks RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari

1, maka berarti negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif di atas

rata-rata dunia dalam komoditas tersebut. Sebaliknya, bila hasilnya lebih kecil dari 1

berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tersebut rendah atau di bawah rat-rata

dunia.

2.4 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP)

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) atau Trade Specialization Index digunakan

untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu produk. ISP ini dapat

menggambarkan apakah Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir

atas suatu jenis produk. Secara implisit, indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan

dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah

permintaan domestik, atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu teori

net of surplus, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang

tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai

dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, maka komoditi bersangkutan

dikatakan mempunyai daya saing yang kuat atau negara yang bersangkutan cenderung

Page 11: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

11

sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada

permintaan domestik). Sebaliknya, daya saingnya rendah atau cenderung sebagai

pengimpor (suplai domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif

dibawah 0 hingga -1. Apabila indeknya naik berarti suplai domestik lebih kecil

daripada permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada

tahap ini negara tersebut lebih banyak mengimpor dari pada mengekspor.

Sedangkan perhitungan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) atau Trade Concentration

Index ini dapat digunakan untuk mengukur ketergantungan Indonesia terhadap suatu

negara yang merupakan mitra dagangnya. IKP merupakan salah satu cara untuk

mengetahui intensitas perdagangan suatu negara dengan beberapa negara. Nilai

intensitas diperoleh dengan cara mengkuadratkan persentase perdagangan antara suatu

negara dengan negara lain. Makin besar nilai intensitas perdagangan (0-1), maka dapat

dikatakan semakin tergantung suatu negara dengan negara lain tersebut. Hal ini tentu

saja tidak baik karena perdagangan suatu negara akan rentan terhadap kondisi

perekonomian negara mitranya.6

3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing Produk Karet dan Produk dari Karet

Strategi peningkatan daya saing karet dan produk karet antara lain melalui

peningkatan sumber daya manusia dengan cara pemerintah mendorong daya saing dan

peningkatan nilai tambah dari sumber daya lokal. Selain itu, pemerintah terus

meningkatkan kewirausahaan dan efisiensi. Faktor lainnya adalah perbaikan di sektor

hukum, sosial politik serta perpajakan, termasuk peningkatan integrasi global untuk

melihat perkembangan dunia.

Arah pengembangan agribisnis karet Indonesia ke depan dipengaruhi oleh

beberapa faktor eksternal, antara lain :

a. Peningkatan permintaan dunia akan karet yang semakin meningkat sejalan dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia, semakin mahalnya bahan baku karet

sintetis dan meningkatnya kesadaran akan pelestarian lingkungan.

6 Widiana, kebijakan Perdagangan , 95-126, Ekonomi dan Bisnis Vol 9 no. 2 juni 2007

Page 12: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

12

b. Produksi karet Malaysia diperkirakan akan terus mengalami penurunan karena

kebijakan pemerintahannya lebih terkonsentrasi pada industri hilir dan juga telah

mengalihkan sebagian areal tanaman karet menjadi areal tanaman kelapa sawit.

c. Thailand diperkirakan akan menghadapi banyak kendala dalam upaya meningkatkan

produksi karet alamnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan tersedianya lahan

pengembangan yang berlokasi di bagian utara dengan kondisi marginal sehingga

produktivitasnya lebih rendah serta adanya keterbatasan tenaga kerja.

Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh Indonesia karena mempunyai beberapa

keunggulan seperti ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan murah serta

tersedianya lahan yang cocok atau aglomatik guna pengembangan karet baru dan

peningkatan produk dan produktivitas tanaman melalui usaha peremajaan tanaman tua

atau rusak.

Untuk mengisi peluang tersebut Indonesia perlu menetapkan arah

pengembangan karet ke depan. Dalam jangka panjang (2025), industri agribisnis karet

diarahkan menjadi usaha agribisnis yang berbasisi lateks dan kayu yang berdaya saing

tinggi. Berdaya saing tinggi berarti bahwa agribisnis karet harus selalu berorientasi pada

pasar, mengandalkan produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal

(capital driven), pemanfaatan inovasi teknologi (innovation driven) dan kreativitas sumber

daya manusia (skill driven).

Untuk mempercepat laju investasi di bidang agribisnis karet dan industri

karet diperlukan beberapa kebijakan pendukung antara sebagai berikut:

1. Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif.

a. Pemberian kemudahan dalam proses perijinan

b. Pembebasan pajak (tax holiday) selama tanaman atau pabrik belum produksi.

c. Pemberian rangsangan kepada pengusaha untuk menghasilkan end product

bernilai tinggi yang non ban, yang prospek pasarnya di dalam negeri cerah.

d. Adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk usaha maupun lahan bagi

perkebunan.

e. Penghapusan berbagai pungutan dan beban yang memberatkan iklim usaha.

2. Pengembangan sarana dan prasarana berupa jalan, jembatan, pelabuhan, alat

transportasi, komunikasi dan sumber energi (tenaga listrik).

Page 13: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

13

3. Penyediaan dana yang menghidupkan kembali pungutan dari hasil

produksi/ekspot karet (semacam Cess) yang sangat diperlukan untuk membiayai

pengembangan industri hilir, peremajaan, promosi dan peningkatan kapasitas SDM

akret. Kelembagaan Cess tidak seperti dulu lagi tetapi mengambil bentuk sebagai

institusi yang bersifat independen di bawah Kementerian Keuangan dengan aturan

main yang jelas dan sedemikian rupa sehingga penggunaan dana mudah diawasi

dan kembali untuk kepentingan investasi di bidang perkebunan.

4. Pengembangan sistem kemitraan antara petani dan perusahaan misalnya pola “PIR

plus”. Dalam pola ini dapat didesain petani tetapi memiliki kebun beserta pohon

karetnya dan ikut sebagai pemegang saham perusahaan yang menjadi mitranya.

Dengan cara demikian maka kepastian bagi perusahaan untuk memperoleh bahan

baku dalam jumlah cukup terjamin.7

III. PEMBAHASAN

Fokus pembahasan dalam tulisan ini adalah menganalisis daya saing karet dan

produk dari karet Indonesia dengan China. Ada tiga hal yang menjadi fokus analisis

komoditi karet dan produk dari karet ekspor impor antara Indonesia dengan China,

yaitu RCA, IKP dan ISP.

RCA digunakan untuk mengetahui tingkat daya saing karet dan produk dari

karet Indonesia. Untuk mengetahui kerentanan komoditas karet dan produk dari karet

di pasar China dipergunakan IKP. Sedangkan ISP, digunakan untuk mengetahui

apakah negara Indonesia termasuk katagori eksportir atau importir untuk komoditi

tersebut.

Sebagai pedoman, untuk menentukan apakah daya saing komoditi karet dan

produk dari karet Indonesia tergolong memiliki keunggulan tinggi, maka diperlukan

tiga persyaratan antara lain sebagai berikut :

(1) mempunyai daya saing tinggi dengan nilai RCA tinggi.

(2) mempunyai nilai IKP rendah, dan

7 Prospek dan arah pengembangan agribisnis karet, dalam http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/karet/karet-bagian-b.pdf

Page 14: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

14

(3)mempunyai nilai ISP tinggi dimana hal ini merupakan persyaratan sebagai negara

eksportir.

3.1 Kontribusi Ekspor Karet dan Produk dari Karet (HS 40) Terhadap Ekspor

Nasional

Sejak Indonesia menggiatkan ekspor non migas, terlihat nilai ekspor produk-

produk Indonesia terus mengalami peningkatan mengungguli ekspor migas. Sampai

dengan tahun 2010 ternyata ekspor migas hanya sebesar 29,64 persen dari total ekspor

nasional yang nilainya sebesar US$ 46,8 milyar. Ekspor komoditas non migas sebesar

71,26 persen.

Komoditas ekspor karet dan produk dari karet selama lima tahun terakhir

mempunyai kontribusi terhadap total ekspor nasional rata-rata sebesar 6 persen. Pada

tahun 2010 nilainya mencapai US$ 9,37 milyar, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar

1 di bawah ini.

Saat ini komposisi komoditas ekspor Indonesia masih tetap didominasi oleh

ekspor hasil mineral (HS 27) sebesar hampir 30 persen yang nilainya sebesar US$ 46,8

milyar. Produk lemak dan minyak nabati (HS 15) menempati urutan kedua yaitu

sebesar 16 persen yang nilai ekspornya sebesar US$ 16,3 milyar. Urutan ketiga adalah

mesin peralatan listrik (HS 85) sebesar 10 persen dengan nilai ekspornya sebesar US$

10,4 milyar. Sedangkan karet dan produk dari karet (HS 40) menempati urutan kelima

29.64%

10%

7%16%

5%

6%

2%

38%

Gambar 1Kontribusi Komoditas Ekspor Indonesia pada Tahun 2010

Bahan Bakar Mineral

Lemak & Minyak Nabati

Mesin Peralatan listrik

Alas kaki

Bijih, kerak , abu logam

Karet dan barang dr karet

Pakaian jadi, rajutan

LainnyaSumber : Bloomberg, 2012, diolah

Page 15: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

15

dengan nilai sebesar US$ 9,37 milyar. Selain itu 38 persen komposisi ekspor Indonesia

terdiri dari berbagai komoditas. Produk-produk ini akan terus bertambah nilai maupun

kuantitas ekspornya tentu saja daya saing produknya juga meningkat.

Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010, karet dan produk dari karet terus

mengalami peningkatan kontribusinya terhadap ekspor nasional. Rata-rata kontribusi

terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Puncaknya, pada tahun 2008 dan tahun 2010

sebesar 6 persen. Namun, terjadi penurunan pada tahun 2009 sebagai akibat adanya

krisis keuangan global yang mengakibatkan penurunan permintaan karet dan produk

dari karet. Kondisi ini mengakibatkan sumbangannya terhadap ekspor nasional hanya

sebesar 4 persen.

3.2 Ekspor dan Impor Karet dan Produk Karet Indonesia- China

Sepuluh tahun terakhir (2001-2010), nilai ekspor karet dan produk karet

Indonesia ke negara China terus mengalami peningkatan. Ekspor karet dan produk dari

karet Indonesia ke China rata-rata seperempat dari total ekspor karet dan produk karet

Indonesia ke dunia. Tahun 2001 nilai ekspor karet dan produk karet Indonesia sebesar

US$ 75,53 juta dan meningkat hampir lima belas kali di tahun 2010 menjadi US$

1.416,13 juta. walaupun terjadi penurunan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya

menjadi US$ 838,99 juta sebagai akibat adanya krisis di Amerika dan kemudian

menimbulkan krisis keuangan global, yang pada akhirnya mengakibatkan permintaan

China akan karet dan produk karet mengalami penurunan.

Peningkatan ekspor karet dan produk karet ke China, tidak diikuti dengan

perkembangan ekspor produk yang sama ke negara Asean 4 yaitu Malaysia, Thailand,

Philipina dan Singapura. Negara-negara ini merupakan negara anggota Asean yang

cukup besar permintaannya. Perkembangan permintaan Asean 4 memang tidak sebesar

peningkatan permintaan produk alas kaki ke China. Ekspor karet dan prduk dari karet

Indonesia ke empat negara Asean 4 pada tahun 2001 sebesar US$ 96,81 juta dan sampai

dengan tahun 2010 terjadi penuruan menjadi sebesar US$ 64,36 juta. Permintaan empat

negara Asean 4 terjadi penurunan pada tahun 2006 dan tahun 2009 sebagai akibat

terjadinya krisis ekonomi global, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai

berikut :

Page 16: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

16

Bila dilihat dari sisi impor, ternyata impor karet dan produk dari karet

Indonesia yang berasal dari China relatif kecil dibanding dengan nilai ekspornya.

Namun ada kecenderungan impor terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama

produk dari karet China yang mempunyai harga relatif murah. Oleh karenanya petani,

pengusaha dan UMKM Indonesia diharapkan dapat terus meningkatkan karet dan

produk karet guna dapat bersaing dengan produk yang sama dari beberapa negara

penghasil karet alam seperti Thailand dan Malaysia serta dapat bersaing dengan produk

dari karet yang banyak dihasilkan oleh China tersebut. Selama sepuluh tahun terakhir

2001 sampai 2010 impor karet dan produk karet China ke Indonesia terus mengalami

peningkatan menjadi sebesar US$ 149,01 juta persen, dan impor karet dan produk karet

dari beberapa negara lainnya sebesar US$ 1.670,75 juta atau rata-rata impor pertahun

sebesar 1 persen dari total impor nasional.

Selama sepuluh tahun terakhir hingga 2010, bila dibandingkan antara ekspor

karet dan produk karet dengan impor ke China, ternyata Indonesia masih mengalami

surplus perdagangan. Pada tahun 2010 surplus sebesar US$ 1.267,12.

3.3 Daya Saing Karet dan Produk Karet Indonesia ke China

Menurut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia/Harmonized System (HS) 2 digit

maka karet dan produk dari karet bernomor HS number 40. Komoditi ini merupakan

komoditi unggulan Indonesia yang mempunyai daya saing kuat karena memiliki RCA

lebih besar dari 1 baik RCA dunia maupun negara China, India maupun negara Asean

Tabel 1

Nilai Ekspor Impor Karet dan Produk dari Karet (HS 40) Indonesia China Tahun 2001-2010 (juta US$)

Uraian/Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ekspor ke China 75,53 40,07 111,22 252,143 341,04 689,44 762,11 901,2 838,99 1.416,13

Ekspor ke Asean 4 96,81 134,63 171,14 210,91 273,87 41,52 510,97 593,44 417,74 64,36

Ekspor karet dunia 1236,03 1587,67 2126,62 2998,63 3580,47 5529,13 6248,7 7637,31 4912,76 9373,34

Share ekspor Karet 0,02 0,03 0,03 0,04 0,04 0,05 0,05 0,06 0,04 0,06

Impor dr China 20,54 25,1 27,31 31,22 38,45 49,95 53,95 92,86 92,36 149,01

Impor karet (Dunia) 339,24 342,52 347,04 467,55 610,83 698,423 790,71 1.415,48 1.125,26 1.670,75

Share impor karet (dunia) 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Surp /Defisit Ind - China 54,99 14,97 83,91 220,923 302,59 639,49 708,16 808,34 746,63 1267,12

Sumber : Bloomberg, 2012, diolah

Page 17: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

17

4. Sejak tahun 2001 sampai dengan 2010 komoditi karet dan produk karet memiliki

ranking komoditi unggulan yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor

permintaaan dan penawaran termasuk faktor non ekonomi lainnya.

Adapun hasil RCA Karet dan produk dari karet Indonesia terhadap China

terlihat pada Tabel 3. RCA Karet dan produk karet Indonesia ke China cukup tinggi

terutama setelah tahun 2004 sampai dengan 2010, yang berarti daya saing karet dan

produk dari karet Indonesia sangat baik. RCA tertinggi tercapai pada tahun 2007 dan

2006 yaitu sebesar 7,85 dan 7,75. Peningkatan RCA Indonesia ke China diikuti RCA ke

India yang sejak tahun 2005 terus mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini

dikarenakan pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang tinggi yang mengakibatkan

kebutuhan akan karet dan produk karet yang tinggi dari Indonesia. Terlihat

peningkatan ekspor ke India meningkat tajam. Demikian juga daya saing Karet dan

Prduk Karet Indonesia ke negara-negara tinggi, yang rata-rata dia atas 4. RCA ke negara

Asean 4 tercapai paling tinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,48. Selama sepuluh tahun

terakhir RCA Indonesia untuk karet dan produk karet tidak pernah di bawah 1. Hal ini

menunjukkan daya saing ekspor produk HS 40 ini banyak laku dipasaran terutama

permintaan dari Malaysia terus meningkat. Secara rinci RCA karet dan produk karet

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 2

RCA Karet dan Produk Karet Tahun 2001-2010

Uraian / Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

RCA Indonesia ke China 4,04 1,65 3,20 6,48 6,05 7,75 7,85 7,37 7,07 7,44

RCA Indonesia ke India 1,01 0,58 0,25 0,60 1,80 3,48 3,46 1,89 3,02 4,06

RCA Indonesia ke Asean 4 1,64 2,17 2,51 2,68 2,87 3,46 3,45 3,19 2,20 2,12

RCA Indonesia ke Dunia 2,33 2,90 3,47 4,21 4,22 5,47 5,34 3,71 4,10 5,17

RCA China ke Indonesia 1,02 0,79 0,67 0,63 0,57 0,58 0,60 0,61 0,60 0,64

RCA China ke India 0,95 0,79 0,76 0,97 1,44 1,33 1,44 1,49 1,15 1,22

RCA China ke Asean 4 1,06 0,87 0,77 0,77 0,77 0,75 0,73 0,69 0,74 0,81

Sumber : Bloomberg, 2012, diolah

Sebaliknya bila dilihat RCA China ke Indonesia tidak mengalami kenaikan

yang berarti rata-ratanya dibawah 1. Artinya daya saing karet dan produk karet

China tidak kuat. Dan terakhir di tahun 2010 sebesar 0,67, jauh lebih besar dari RCA

Page 18: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

18

Indonesia ke China yang hanya 7,4. Demikian juga RCA Indonesia ke India

mempunyai tren naik. Padai tahun 2010 sebesar 4,06. Hal ini menunjukkan daya

saing komoditas karet dan produk karet ke India sangat kuat. Untuk negara Asean 4

daya saing Indonesia relatif stagnan rata-rata 2. Artinya daya saing komoditas karet

dan produk karet di kawasan Asean relatif kuat.

Bila dilihat dari daya saing komoditas karet dan produk karet China ke

Indonesia maupun Asean 4, ternyata China memiliki daya saing yang tidak kuat

karena rata-rata RCAnya dibawah 1 selama sepuluh tahun terakhir dari 2001 hingga

2010. Namun RCA China ke negara India mengalami tren naik, artinya daya saing

komoditi China ke India relatif kuat dan terakhir tahun 2010 lebih besar dari 1 atau

sebesar 1.22.

3.4 ISP Karet dan Produk Karet Indonesia China

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan indeks yang digunakan untuk

menganalisis posisi atau tahapan perkembangan komoditas karet dan produk karet

Indonesia terhadap dunia termasuk ke China. Indeks ini dapat memberi gambaran

apakah Indonesia sebagai negara importir atau eksportir suatu jenis produk, dalam hal

ini karet dan produk dari karet. Demikian juga Indeks IKP, indek ini memberi

gambaran kerentanan ekspor karet dan produk karet ke negara tujuan ekspor.

Tabel 3

IKP , ISP Karet dan Produk Karet Tahun 2001-2010

Uraian / Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

IKP Indonesia 0,29 0,31 0,30 0,29 0,29 0,27 0,28 0,29 0,26 0,26

ISP Indonesia 0,57 0,65 0,72 0,73 0,71 0,78 0,78 0,83 0,63 0,70

ISP Asean 4 0,21 0,33 0,36 0,42 0,30 0,40 0,50 0,36 0,32 0,29

ISP China 0,57 0,23 0,61 0,78 0,80 0,86 0,87 0,81 0,80 0,81

ISP India -0,97 -0,87 -0,96 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00

Sumber : Bloomberg, 2012, diolah

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Indonesia pada Tabel 3 di atas rata-rata

di atas 0,5 dan tahun 2010 sebesar 0,70. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih

sebagai negara eksportir karet dan produk karet. Terlihat dari tahun 2001 sampai

dengan 2010 ISP rata-ratanya sebesar 0,70. Bila dibandingkan ISP negara Asean 4

mempunyai kecenderungan menjadi untuk menjadi importir komoditas karet dan

Page 19: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

19

produk dari karet karena ISPnya menunjukkan dibawah 0,5, atau rata-rata 0,30.

Demikian juga India sebagai importir. Namun ISP China mempunyai rata-rata di atas

0,5 yang berarti China juga sebagai negara eksportir untuk komoditas karet dan produk

karet. Tahun 2010 ISP China sebesar 0,81, lebih tinggi dibanding Indonesia. Ekspor

China lebih banyak berupa produk dari karet sedangkan ekspor Indonesia lebih banyak

karet alam atau mentahnya.

Sedangkan hasil Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) atau Hirschman Herfindahl

Indeks (HHI) Indonesia didapat rata-rata sebesar 0,30 yang berarti ketergantungan atau

konsentrasi pasar China masih relatif kecil. Hal ini berarti apabila terjadi kegoncangan

ekonomi atau krisis ekonomi di China akan mempunyai pengaruh relatif kecil atau

tidak signifikan karena ekspor komoditas karet dan produk karet tidak terkonsentrasi

di pasar China namun tersebar di beberapa negara lainnya.

3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing Karet dan Produk Karet Indonesia

Upaya-upaya peningkatan daya saing karet dan produk karet berkaitan

langsung dengan program pengembangan industri nasional. Sebagaimana yang

dilakukan Pemerintah, strategi pengembangan industri karet dan produk dari karet

nasional terbagi menjadi dua katagori yaitu dari sisi penawaran (supply) dan kedua dari

sisi permintaan (demand). Sisi supply dimaksudkan produksi karet nasional berupa

intensifikasi dan ekstensifikasi lahan karet nasional, pengembangan bahan baku produk

karet, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyediaan insentif bagi investasi

produk-produk berbahan baku karet nasional serta kemudahan dalam permodalan. Sisi

demand berupa pengembangan kualitas produk karet nasional, adanya diversifikasi

produk dari karet, pengembangan dan perluasan pasar domestik serta pengembangan

serta perluasan pasar luar dan dalam negeri melalui berbagai pameran, promosi

maupun expo.

Prospek karet dan produk dari karet ke depan diperkirakan masih terus

meningkat dan menguntungkan pelaku usaha. Peluang ini semestinya dimanfaatkan

secara maksimal oleh para pelaku usaha dalam negeri dengan jalan meningkatkan daya

saing usaha dan produk yang dihasilkan. Upaya peningkatan produktivitas kebun dan

efisiensi usaha produk dari karet serta peningkatan kualitas bahan olahan.

Page 20: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

20

Ada beberapa strategi peningkatan daya saing karet dan produk karet Indonesia

khususnya menghadapi negara China sebagai salah satu pesaing, antara lain adalah

sebagai berikut :

(1) Iklim usaha dan kemudahan sistem birokrasi

Iklim usaha yang kondusif dengan perbaikan dan kemudahan birokrasi merupakan

salah satu langkah peningkatan daya saing. Kondisi dan perbaikan tersebut juga

meliputi akses perbankan dan fasilitas investasi permesinan yang akan dapat

meningkatkan produk-produk dari karet dalam negeri.

(2) Perbaikan dan pengembangan infrastruktur

Peningkatan infrastruktur, seperti sarana jalan, pelabuhan dan lain-lain sebaiknya

segera dilakukan pemerintah guna mendukung kegiatan industri dalam negeri.

Dukungan dana APBN diperlukan guna percepatan dan pengembangan

infrastruktur dalam rangka peningkatan daya saing sektor riil. Di sisi lain, perlu

terus dilakukan peningkatan infrastruktur untuk mengurangi biaya tinggi (high

cost) dalam kegiatan distribusi bahan baku dan ekspor.

(3) Peningkatan kemampuan dan kualitas petani karet dan tenaga kerja

Petani karet dan tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi. Motivasi

dan budaya kerja khususnya pada sektor industri produk dari karet mempengaruhi

produktivitas dan kreativitas kerja. Namun, produktivitas tenaga kerja Indonesia

masih tertinggal dengan tenaga kerja China. Untuk itu guna meningkatkan

keterampilan dan kemampuan petani serta kualitas kerja tenaga kerja Indonesia

perlu dilakukan penyuluhan, kursus maupun pelatihan. Kegiatan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang berstandar internasional

sekaligus tercapainya efisiensi.

(4) Peningkatan produksi dan inovasi produk dari karet

Bila dibandingkan dengan produk China, harga produk dari karet Indonesia masih

relatif lebih mahal dibanding produk China. Hal ini tentu saja disebabkan karena

produk dari karet China lebih efisien. Oleh karenanya diperlukan peningkatan

produksi, inovasi produk dan peningkatan kualitas produk guna meningkatkan

daya saing produk alas kaki Indonesia terhadap China. Disisi lain terus

dilakukannya penelitian dan pengembangan (research and development) karet dan

produk dari karet nasional.

Page 21: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

21

(5) Peningkatan strategi melalui kualitas produk, harga dan promosi.

Saat ini persaingan komoditas ini makin ketat sehingga peningkatan strategi

melalui produk, harga dan promosi karet dan produk dari karet Indonesia. Fokus

produk dari karet Indonesia hendaknya diproduksi dengan selalu meningkatkan

kualitas, karena konsumen sangat rasional saat ini. Konsumen selalu

mempertimbangkan tidak hanya harga semata melainkan juga kualitas produknya.

Peningkatan strategi juga dilakukan melalui penetrasi harga. Produsen harus

memiliki strategi teretentu dalam penetapan harga sehingga dapat bersaing dengan

produk-produk sejenis dari negara lainnya. Salah satu tindakan efisiensi yang dapat

dilakukan perusahaan adalah mengurangi bahan baku dan bahan penolong impor.

Selain itu perlu dilakukan promosi guna meningkatkan volume penjualan dengan

target konsumen baru. Di sisi lain terus dilakukannya segmentasi produk

berdasarkan segmentasi pasar baik pasar lokal maupun internasional.

(6) Penciptaan produk karet dan produk dari karet yang ramah lingkungan

Isu perubahan iklim (climate change) merupakan isu internasional yang tidak boleh

dihindari sehingga industri yang ramah lingkungan saat ini merupakan faktor

prasyarat agar produk bersaing di pasaran, karena beberapa negara tujuan

menerapkan produk-produk yang mengedepankan produk ramah lingkungan.

Strategi ini dilakukan guna menghindari pemutusan kerjasama ekspor maupun

impor akibat limbah industri yang mencemari lingkungan.

(7) Mendorong masyarakat mencintai produk karet dalam negeri

Strategi lainnya adalah dengan menumbuhkan rasa cinta produk dalam negeri.

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan produk–produk dari karet domestik. Hal

ini juga berguna untuk mengalihkan permintaan produk-produk karet dari China

yang terkenal relatif lebih murah dan membanjiri pasar domestik saat ini.

IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4. 1 Simpulan

1. Pertumbuhan ekspor komoditas karet dan produk karet Indonesia selama tahun

2001 sampai dengan 2010 terus mengalami peningkatan dan rata-rata kontribusi

terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Demikian juga nilai impor komoditas

Page 22: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

22

ini mengalami tren naik, namun rata-rata impornya lebih rendah yaitu hanya

sebesar 1 persen.

2. Daya saing karet dan produk karet Indonesia saat in cukup tinggi. Sepuluh

tahun terakhir dari 2001 sampai dengan 2010, rata-rata RCAnya diatas 4. Untuk

tahun 2010 RCA sebesar 5,17. Demikian juga daya saing karet dan produk karet

Indonesia terhadap China rata-rata RCAnya sangat tinggi, yaitu di atas 6,

sedangkan tahun 2010 sebesar 7,44. Dari hasil perhitungan ISP, didapat rata-

ratanya sebesar 0,70 atau mendekati 1. Hal ini berarti Indonesia masih dominan

sebagai pengekspor komoditas karet dan produk karet.

3. Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) untuk komoditas karet dan produk dari karet

Indonesia selama tahun 2001 sampai dengan 2010 menunjukkan rata-rata

dibawah 0,30. Hal ini menunjukkan konsentrasi pasar komoditas karet dan

produk karet tersebut tidak seluruhnya terkonsentrasi ke negara China.

4.2 Rekomendasi Kebijakan

1. Peluang pasar China masih terbuka lebar karena pertumbuhan dan

perkembangan China yang pesat sekarang ini terutama produk-produk

automotif yang banyak membutuhkan komoditas karet dan produk dari karet.

Namun demikian pengembangan daya saing komoditas ini terus diperbaiki dan

difokuskan pada beberapa persyaratan standar produk yang ditetapkan negara

pengimpor seperti standarisasi produk, pengemasan, labeling, origin marking,

sehingga komoditas ekspor tersebut tidak kalah dengan pesaing lainnya.

Disamping itu diperlukan pengembangan sektor manufaktur tidak hanya

produk primer seperti karet mentah tetapi melakukan upaya pergeseran

(shifting) keunggulan dari sektor primer menuju sektor industri pengolahan karet

(produk dari karet) karena mempunyai nilai tambah (vallue added) lebih besar.

2. Salah satu cara yang ditempuh guna meningkatkan daya saing komoditas karet

dan produk dari karet Indonesia adalah melakukan pengalihan pasar selain

negara tujuan China. Yaitu melakukan penetrasi pasar pada beberapa negara

Asia lainnya seperti India, karena India mempunyai industri automotif yang

sedang berkembang pesat, disamping itu permintaan terus naik.

Page 23: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

23

3. Cara lain yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing adalah terus

dilakukannya peningkatan produktivitas guna menghasilkan karet dan produk

dari karet yang lebih efisien dengan kualitas yang lebih baik. Demikian juga

perlu dilakukan kerjasama antar pelaku usaha untuk mendorong persaingan

yang sehat. Hal ini terkait dengan peran pemerintah untuk menciptakan

kondisi dan iklim usaha yang kondusif bagi komoditas karet dan industri karet

dalam rangka menghasilkan produk-produk dari karet yang berkualitas.

Page 24: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

24

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, 2006, Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet Di Indonesia, Pusat Penelitian Karet, Medan (makalah disampaikan pada loka karya budidaya karet tanggal 4-6 September 2006 di Medan)

Arifin, Syamsul , Ediana Rae, Dian dan Joseph PR. Charles, 2007, Kerja Sama Perdagangan

Internasional, Peluang dan Tantangan bagi Indonesia, Penerbit PT Elex media Komputindo, Jakarta

Baasir, Faisal, Indonesia Pasca Krisis, Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004, 2004, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta David S. Rubin, Richard I. Levin, 2006, Statistic for Management, Sevent Edition, An Imprint of Pearson Education, New Delhi, India, Deliarnov, 1995, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta, UI Press. Hamdy, Hadi. 2001. Ekonomi Internasional – Teori dan Kebijakan Perdagangan

Internasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia Indonesia. Kotler Philip, Keller L. Kevin, Metodologi Penelitian:Aplikasi Dalam Pemasaran, Jakarta

2006.

Kuncoro, Mudrajat, 2007, Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri baru 2030, Penerbit Andi Yogyakarta

Mankiw, N. Gregory, Teori Makroekonomi, edisi kelima, 2003, Harvard University, Penerbit Erlangga, Jakarta Rahardja Prathama, Manurung Mandala, 2005, Teori Ekonomi Makro suatu pengantar,

edisi ketiga, LPFEUI, Jakarta Subiyanto, Heru dan Riphat, Singgih, 2004, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran Konsep dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta Salvatore, Dominick, 1992, Ekonomi Internasional, Teori dan Soal-Soal, Penerbit Erlangga,

Jakarta Tambunan, Tulus, 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran, Teori dan temuan Empiris, LP3ES, Jakarta Triyoso, Bambang. 1994. “Model Ekspor Non Migas Indonesia Untuk Proyeksi Jangka Pendek”. Ekonomi dan Keuangan Indonesia.

Page 25: ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET … daya saing karet... · 3 Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tren RCA

25

Wibowo,I, 2004, Belajar dari China, Bagaimana Cina Merebut Peluang Dari Era Globalisasi, Penerbit Kompas, Jakarta

Widiana, Anika, 2007, Kebijakan Perdagangan Uni Eropa Terhadap Ekspor Indonesia dan Pola

Ekspor Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis volume 9 No 2 tahun 2007 -----------, Kajian Daya Saing Produk Non Pertanian dalam Menghadapi Globalisasi

Perdagangan, Puslitbang Perdagangan Departemen Perdagangan. -------------, Introduction Trade of Research II:Trade Data and Statistics, Artnet Capacity

Building Workshop and Trade Research on 22-25 March 2005 prepared by Mia Mikic, Unescap

________, Abstraksi Analisis Daya Saing Produk Alas Kaki Indonesia di Pasar Amerika

Aerikat, Aksamil, Khair, Perpustakan UI, dalam www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71570.pdf

---------------,Prospek dan arah pengembangan agribisnis karet, dalam

http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/karet/karet-bagian-b.pdf

http://data.menkokesra.go.id/content/daya-saing-imd-indonesia-tahun-2010 meningkat http://ditjenbun.deptan.go.id/ http://industrikaret.wordpress.com/penggolongan-karet/ http://www.depdag.go.id/addon/depdag_isp/index.php?isi=1

www.theceli.com/index.php?option=com_docman&task