39
ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI DAN KEMUNCULAN TITIK PANAS (HOTSPOT) UNTUK DETEKSI DINI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MIRZHA HANIFAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN

DISTRIBUSI DAN KEMUNCULAN TITIK PANAS (HOTSPOT)

UNTUK DETEKSI DINI DI PROVINSI KALIMANTAN

TIMUR

MIRZHA HANIFAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini
Page 3: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan

Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk

Deteksi Dini di Provinsi Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Mirzha Hanifah

NIM E44100022

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

ABSTRAK

MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan

Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini di Provinsi Kalimantan

Timur. Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA.

Kalimantan Timur merupakan salah satu dari delapan provinsi rawan

kejadian kebakaran hutan dan lahan akibat alih lahan yang cukup tinggi serta

dipicu oleh faktor alam yang mendukung. Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis hubungan curah hujan dengan distribusi dan kemunculan titik panas

(hotspot) serta menganalisis model persamaan regresi terbaik untuk deteksi dini di

Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan hasil analisa model temporal. Hasil

penelitian menunjukkan kemunculan titik panas tertinggi terjadi pada musim

kemarau yaitu sekitar bulan Agustus-Oktober, dimana secara spasial hampir setiap

tahunnya terdistribusi di seluruh Provinsi Kalimantan Timur, namun dengan

jumlah yang berbeda di setiap kabupaten dan kota. Model regresi terbaik yang

dihasilkan memiliki persamaan y = 244.7 – 1.593x + 0.00271 x2 + x

3, dimana y

adalah jumlah titik panas dan x adalah curah hujan. Berdasarkan model regresi

tersebut, kemunculan titik panas dapat diduga tiga bulan sebelumnya sebagai

deteksi dini di Provinsi Kalimantan Timur. Analisis time series menghasilkan

model ARIMA terbaik untuk menduga jumlah titik panas pada periode berikutnya

adalah ARIMA (1, 0, 2) dengan persamaan Yt = 0.99520 + 0.9101Yt-1 + 0.6571 at-

1 + 0.3233 at-2, dimana Y adalah jumlah titik panas pada periode berikutnya.

Kata kunci : ARIMA, deteksi, hotspot, kebakaran

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

ABSTRACT

MIRZHA HANIFAH. Analysis of the Relation between Rainfall with the

Appearance and Distribution of Hotspot for Early Detection in East Borneo.

Supervised by LAILAN SYAUFINA.

East Borneo is one of the eight provinces in Indonesia which is vulnerable

to forest and land fires due to land use change and some nature causes. This

research aims to analyze the relationship between rainfall and the appearance and

distribution of hotspot and also to analyze the best regression equation model for

early detection in East Borneo based on the result of temporary model analysis.

The result of the research revealed that, the hotspots appear frequently in high

numbers during the dry season which is in the months of August to October and

partially distributed in all over East Borneo in different numbers for each city and

municipal. The best regression model is 244.7 – 1.593x + 0.00271 x2 + x

3, where

y is the number of hotspot and x representing the rainfall variable. Based on this

regression model, the appearance of hotspot can be predicted three months earlier

as early detection in East Borneo. Time series analysis results in the best ARIMA

model to predict the number of hotspot in the upcoming period which is (1, 0, 2)

with the equation Yt = 0.99520 + 0.9101Yt-1 + 0.6571 at-1 + 0.3233 at-2, where Y is

the number of hotspot in the upcoming period.

Keywords: ARIMA, detection, fire, hotspot

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini
Page 7: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN

DISTRIBUSI DAN KEMUNCULAN TITIK PANAS (HOTSPOT)

UNTUK DETEKSI DINI DI PROVINSI KALIMANTAN

TIMUR

MIRZHA HANIFAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini
Page 9: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan

Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini di Provinsi

Kalimantan Timur

Nama : Mirzha Hanifah

NIM : E44100022

Disetujui oleh

Dr Ir Lailan Syaufina, MSc

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini
Page 11: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 hingga Mei

2014 ini ialah kebakaran hutan, dengan judul Analisis Hubungan Curah Hujan

dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini di

Provinsi Kalimantan Timur.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Lailan Syaufina, MSc selaku

pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak

Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, serta lembaga

NASA yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Hazairil Usman, Ibunda Wemni Amnis,

Uni Cylvia Osnasandi dan Uni Cylviana Roza, serta seluruh keluarga, atas segala

doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-

teman Silvikultur 47, terutama sahabat terkasih Mira Febianti, Arie Aqmarina,

Intan Nurhajah, Kumala Fitriyanita, dan Desi Nurafida atas persahabatannya

selama ini, serta kepada keluarga besar Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA)

terutama angkatan R-XVI atas semangat persaudaraannya, terima kasih sudah

menjadi rumah kedua bagi saya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Mirzha Hanifah

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Timur 5

Pola Curah Hujan Provinsi Kalimantan Timur 7

Pola Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) 9

Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas

(Hotspot) 13

Sistem Deteksi Dini (Early Detection System) 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

RIWAYAT HIDUP 25

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

DAFTAR TABEL

1 Jumlah titik panas (hotspot) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-

2012 10

2 Jumlah titik panas (hotspot) bulanan Provinsi Kalimantan Timur tahun

2003-2012 11

DAFTAR GAMBAR

1 Skema analisis pengolahan data penelitian 4

2 Peta Wilayah adminitratif Provinsi Kalimantan Timur sebelum pemekaran 5

3 Peta Wilayah adminitratif Provinsi Kalimantan Timur setelah pemekaran 6

4 Pola curah hujan pada tiga zona iklim di Indonesia 7

5 Curah hujan bulanan rata-rata Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-

2012 8

6 Peta distribusi spasial titik panas (hotspot) tertinggi Provinsi Kalimantan

Timur 11

7 Jumlah curah hujan bulanan dan jumlah titik panas (hotspot) bulanan di

Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2012 15

8 Kurva hubungan antara jumlah deteksi titik panas tertinggi dengan curah

hujan tiga bulan sebelum kemunculan titik panas di Provinsi Kalimantan

Timur tahun 2003-2012 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah curah hujan bulanan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-

2012 20

2 Peta distribusi spasial titik panas di Provinsi Kalimantan Timur 20

3 Hasil analisis uji korelasi dan regresi curah hujan dan jumlah titik panas

di Provinsi Kalimantan Timur 24

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini
Page 15: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan hujan tropis Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia

setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo, dengan luas kawasan hutan

berdasarkan data Kementerian Kehutanan pada tahun 2012 mencapai 130.61 juta

Ha. Keanekaragaman hayati yang melimpah serta jasa lingkungan yang dapat

mensejahterakan manusia merupakan sumberdaya alam hutan hujan tropika

Indonesia yang harus dijaga keberadaan dan keberlangsungannya. Seiring dengan

berkembangnya pertumbuhan dan kebutuhan manusia akan lahan, semakin banyak

pula kawasan hutan yang dialih fungsikan menjadi kawasan penggunaan lain.

Kegiatan konversi kawasan hutan ini menjadi salah satu faktor gangguan terutama

untuk kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Syaufina (2008) menjelaskan bahwa penyebab kebakaran hutan di Indonesia

umumnya adalah faktor manusia, baik disengaja maupun karena kelalaian, dimana

kegiatan konversi seringkali menjadi penyebab kejadian kebakaran hutan.

Kegiatan konversi kawasan hutan dilakukan oleh para masyarakat maupun para

stakeholder izin usaha pemanfaatan hutan. Permasalahan dalam perubahan

penggunaan lahan tersebut adalah pembukaan wilayah hutan dengan cara

pembakaran yang tidak terkendali dengan asumsi pembakaran hutan untuk

pembukaan lahan lebih praktis dan efisien (Syaufina 2008).

Kebakaran hutan terjadi tidak hanya karena perbuatan manusia, namun ada

faktor lain yang mempengaruhinya sehingga hutan menjadi lebih rentan untuk

terbakar seperti faktor cuaca. Salah satu upaya mengurangi kemungkinan kejadian

kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan menganalisa faktor pendukung

kejadian kebakaran hutan dan lahan seperti curah hujan dan titik panas.

Pemantauan titik panas dapat dilakukan melalui pengindaraan jauh yang terdeteksi

oleh satelit luar angkasa. Umumnya titik panas berada pada zona-zona

pemanfaatan intensif lahan untuk pertanian dan perladangan khususnya di luar Jawa

(Akbar 2008).

Kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian yang berulang di Kalimantan

Timur pada musim kemarau. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia

(2014) menyatakan bahwa Provinsi Kalimantan Timur adalah salah satu dari

delapan provinsi rawan kejadian kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran tersebut

berpeluang lebih menyebar dalam periode yang lebih panjang karena dipicu oleh

fenomena el nino. Mengingat alih fungsi lahan yang cukup tinggi, serta dipicu

faktor alam yang mendukung, diperlukan informasi mengenai pengaruh faktor-

faktor pendukung yaitu curah hujan dan titik panas sebagai salah satu upaya deteksi

dini kejadian kebakaran hutan dan lahan. Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis adanya pengaruh curah hujan terhadap distribusi dan kemunculan titik

panas tahun 2003-2012 untuk pendeteksian dini di Provinsi Kalimantan Timur

berdasarkan hasil analisa model temporal.

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

2

Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan curah

hujan dengan distribusi dan kemunculan titik panas berdasarkan hasil analisa model

temporal, serta menganalisis model persamaan regresi terbaik untuk menentukan

deteksi dini kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Timur.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

hubungan curah hujan terhadap distribusi dan kemunculan titik panas berdasarkan

hasil analisis model temporal sehingga tindakan deteksi dini maupun pemantauan

terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan dapat lebih mudah dilakukan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kebakaran Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, seperangkat

komputer dengan beberapa program seperti Ms Excel untuk pengolahan tabulasi

dan grafik, Arc Map GIS 9.3 untuk pengolahan dalam format Sistem Informasi

Geografis (SIG), dan Minitab 14 untuk analisis statistik. Bahan yang digunakan

berupa data curah hujan bulanan Provinsi Kalimantan Timur pada periode tahun

2003 sampai dengan 2012 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi,

dan Geofisika (BMKG) Pusat, dan data sebaran titik panas (hotspot) Provinsi

Kalimantan Timur periode 2003 sampai dengan 2012 yang diperoleh dari NASA

MODIS hotspot dataset (http://earthdata.nasa.gov).

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik

dan deskriptif. Skema analisis pengolahan data penelitian pada Gambar 1

menjelaskan langkah pertama yang dilakukan adalah pengunduhan NASA MODIS

hotspot dataset Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2012 serta permohonan

data curah hujan bulanan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2012 ke BMKG

Pusat. Hasil pengunduhan NASA MODIS hotspot dataset kemudian dipetakan

menjadi peta sebaran titik panas Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2012

menggunakan data titik panas dengan tingkat kepercayaan 95% yang telah

digabungkan/overlay dengan peta administrasi Provinsi Kalimantan Timur

menggunakan Arc Map GIS 9.3. Data titik panas kemudian direkapitulasi

berdasarkan bulan, kabupaten dan kota per tahunnya menggunakan software

Ms.Excel. Analisis selanjutnya adalah pendugaan missing value pada tahun 2003

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

3

menggunakan analisis time series pada MINITAB 14, setelah itu nilai curah hujan

bulanan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2012 direkapitulasi pada software

Ms.Excel. Data titik panas dan curah hujan yang telah direkapitulasi berdasarkan

bulan setiap tahunnya kemudian dilakukan uji korelasi dan analisis P-Value untuk

mengetahui adanya pengaruh curah hujan dengan titik panas serta signifikan atau

tidaknya hubungan antara curah hujan dengan jumlah deteksi titik panas. Analisa

model regresi dilakukan antara curah hujan 1-6 bulan sebelum kemunculan titik

panas dengan jumlah titik panas tertinggi pada bulan tertentu setiap tahunnya untuk

mengetahui saat bulan apa kegiatan deteksi dini dapat dilakukan. Analisis terakhir

adalah analisis time series untuk menduga model ARIMA terbaik yang akan

digunakan untuk menduga jumlah titik panas pada periode berikutnya.

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

4

Gambar 1 Skema analisis pengolahan data penelitian

Pengunduhan NASA

MODIS hotspot dataset

Kalimantan Timur tahun

2003-2012 di

http://earthdata.nasa.gov

Permohonan data curah

hujan Kalimantan Timur

bulanan tahun 2003-2012 ke

BMKG Pusat

Data hotspot

satelit Terra-

Aqua

Peta administrasi

Kalimantan Timur

Pendugaan beberapa data

bulanan hilang pada tahun

2003 menggunakan

MINITAB 14 dengan

analisis time series

Overlay menggunakan

Arc Map GIS 9.3 Rekapitulasi data curah

hujan bulanan dan rata-

rata curah hujan di

Ms.Excel Identifikasi hotspot hasil

overlay yang memiliki

confidence range ≥ 95%

Rekapitulasi jumlah

hotspot per bulan dan di

setiap kabupaten di

Ms.Excel Pengujian korelasi dan analisis

P-Value antara data curah hujan

dengan jumlah deteksi hotspot

Pengujian model regresi antara curah

hujan 1-6 bulan sebelum kejadian

hotspot tertinggi dengan jumlah hotspot

tertinggi pada bulan tertentu tiap

tahunnya

Pengujian model ARIMA terbaik dari

data hotspot untuk pendugaan jumlah

hotspot pada periode berikutnya

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Timur

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi terluas di

Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya alam melimpah yang sebagian besar

potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya alam dan hasil-

hasilnya sebagian besar dieksport ke luar negeri, sehingga provinsi ini merupakan

penghasil devisa utama bagi negara, khususnya dari sektor pertambangan,

kehutanan dan hasil lainnya. Wilayah administratif Provinsi Kalimantan Timur

seperti pada Gambar 2 memiliki luas wilayah daratan 198 441,17 km² serta luas

pengelolaan laut 10 216,57 km², terletak antara 113º44’-119º00’ BT serta diantara

4º24’ LU dan 2º25’ LS (Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2010).

Gambar 2 Peta Wilayah adminitratif Provinsi Kalimantan Timur sebelum

pemekaran (Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

2011)

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

6

Namun pada tahun 2012 terjadi pemekaran Provinsi Kalimantan Timur

menjadi pembentukan provinsi ke-34 di Indonesia yaitu Provinsi Kalimantan Utara.

Pada tanggal 16 November 2012 telah terbit Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang sebelumnya telah

disetujui dalam Rapat Paripurna DPR dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

pada tanggal 25 Oktober 2012 (Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara 2014).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan

Utara Bagian II pasal 3 mengenai Cakupan Wilayah menyatakan bahwa Provinsi

Kalimantan Utara berasal dari sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang

terdiri dari Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan,

Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Hasil pemekaran dengan Provinsi

Kalimantan Utara menjadikan Provinsi Kalimantan Timur kini hanya memiliki

tujuh kabupaten dan tiga kota, yaitu Kabupaten Paser, Kutai Barat, Kutai

Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Penajam Paser

Utara, Kabupaten Mahakam Hulu, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota

Bontang seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Peta Wilayah adminitratif Provinsi Kalimantan Timur setelah

pemekaran (Sumber: Pengolahan data dengan Arc Map GIS 9.3)

Luas kawasan hutan berdasarkan fungsinya menurut data statistik Balai

Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur tahun 2007 tercatat bahwa hutan

konservasi seluas 2 165 198 hektar (14.78%), hutan lindung seluas 2 751 702 hektar

(18.78%), hutan produksi terbatas seluas 4 612 295 hektar (31.48%), dan hutan

produksi tetap seluas 5 121 688 hektar (34.96%) dari total luas wilayah daratan

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

7

sekitar 19 844 117 hektar. Tutupan hutan tersebut telah berkurang dibandingkan

dengan tutupan hutan saat tahun 2000. Total luas lahan kritis Provinsi Kalimantan

Timur sekitar 39.95% dari total luas wilayah. Pada tahun 2010 sebagian besar

wilayah kabupaten/kota di Kalimantan Timur memiliki lahan kritis antara sepertiga

hingga setengah luas total wilayah daratannya, terutama pada daerah yang secara

intensif mengembangkan perkebunan dan pertambangan atau adanya perambahan.

Tercatat kondisi lahan tahun 2011 di Kalimantan Timur didominasi oleh lahan

pertanian (Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2012).

Pola Curah Hujan Provinsi Kalimantan Timur

Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi tiga iklim utama dengan melihat

pola curah hujan selama setahun. Pola curah hujan pertama yaitu tipe monsoon

yang wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan

periode musim kemarau, tipe hujan bersifat unimodial (satu puncak musim hujan).

Pola kedua yaitu pola ekuatorial yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan

bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun

hujan. Pola ketiga yaitu pola hujan lokal yang wilayahnya memiliki distribusi hujan

bulanan kebalikan dengan pola monsoon (Tjasyono 2004). Pembagian pola iklim

di Indonesia menurut Aldrian dan Susanto (2003) seperti pada Gambar 4 dibagi

menjadi tiga zona yaitu zona A (Selatan Indonesia dari Sumatera bagian selatan ke

Pulau Timor, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi dan sebagian dari Irian Jaya),

zona B (Indonesia barat daya, Sumatera bagian utara, dan Kalimantan bagian timur

laut, dan zona C (Maluku dan sebagian dari Sulawesi). Zona A merupakan wilayah

dengan curah hujan maksimum pada bulan Desember/Januari/Februari dan

minimum pada bulan Juli/Agustus/September. Siklus tahunan zona B mempunyai

dua puncak pada bulan Oktober/November/Desember dan juga pada bulan

Maret/April/Mei. Pada zona C daerah ini mempunyai satu puncak pada bulan

Mei/Juni/Juli.

Gambar 4 Pola curah hujan pada tiga zona iklim di Indonesia (Aldrian dan Susanto

2003): (A) zona A, (B) zona B, (C) zona C

A B

C

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

8

Berdasarkan klasifikasi pola curah hujan menurut Schmidt-Ferguson maka

Provinsi Kalimantan Timur termasuk ke dalam tipe A yaitu daerah yang sangat

basah dengan jumlah rata-rata bulan keringnya sekitar 1 bulan/tahun, dan jumlah

rata-rata bulan basah 11 bulan/tahun. Karakteristik iklim Provinsi Kalimantan

Timur berdasarkan data dengan rentang waktu 10 tahun (tahun 2003-2012) curah

hujan tahunan rata-ratanya adalah 2 420 mm/tahun dengan kisaran rata-rata curah

hujan bulanan 117-285 mm/bulan. Gambar 5 menunjukkan curah hujan bulanan

rata-rata Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2003-2012. Provinsi Kalimantan

Timur memiliki pola hujan tipe ekuatorial karena terjadi dua puncak musim hujan

yaitu pada bulan April dan Januari. Pada bulan April rata-rata curah hujan

mencapai 285.3 mm, dan pada bulan Januari rata-rata curah hujan mencapai 245

mm sehingga berdasarkan pembagian zona iklim menurut Aldrian dan Susanto

(2003) Provinsi Kalimantan Timur lebih dapat mendekati tipe zona B dimana curah

hujan maksimum juga terjadi pada bulan April walaupun puncak kedua bergeser

menjadi bulan Januari. Pergeseran periode musim hujan maksimum kedua pada

tahun 2003-2012 yang seharusnya terjadi pada bulan Oktober-Desember menjadi

November-Januari dimungkinkan karena efek pemanasan global yang terjadi di saat

ini, yang memberikan dampak perubahan periode musim kemarau dan musim

penghujan. Curah hujan tahunan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Provinsi Kalimantan Timur juga mengalami dua puncak musim kemarau

yang terjadi pada bulan Februari dan Agustus dengan rata-rata curah hujan hanya

mencapai 154.7 mm dan 117.3 mm. Terjadinya periode musim kemarau pada bulan

Februari dan September menjadikan Provinsi Kalimantan Timur beresiko terhadap

kemunculan titik panas yang tinggi serta kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Fuller (1991) menjelaskan cuaca kebakaran adalah kondisi cuaca yang

mempengaruhi awal munculnya api, perilaku api dan penjalarannya. Curah hujan

merupakan salah satu faktor cuaca dan iklim yang berpengaruh terhadap

kelembaban (kadar air di udara) serta menentukan jumlah kandungan air di dalam

bahan bakar. Jika curah hujan tinggi maka kelembaban akan tinggi sehingga

kejadian kebakaran akan sulit karena kandungan kadar air di dalam bahan bakar

tinggi, dan sebaliknya jika curah hujan rendah maka bahan bakar akan semakin

mudah mengering dan terbakar (Suratmo et al. 2003).

Gambar 5 Curah hujan bulanan rata-rata Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-

2012 (Sumber: Pengolahan data dari BMKG)

0

100

200

300

J F M A M J J A S O N DCura

h H

uja

n (

mm

)

Bulan

Curah Hujan Bulanan Rata-rata Provinsi Kalimantan

Timur tahun 2003-2012

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

9

Pola Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot)

Thoha (2008) menyatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan dapat dipantau

melalui pengamatan titik panas/hotspot yang sering diindentikan atau disebut

sebagai titik api. Dalam mengindikasikan kejadian kebakaran hutan dan lahan

dengan memanfaatkan sistem penginderaan jauh, istilah titik panas lebih tepat

digunakan. Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.12/menhut-II/2009 Pasal 1

angka 9 menyatakan bahwa titik panas atau hotspot adalah indikator kebakaran

hutan yang mendeteksi suatu lokasi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi

dibandingkan suhu di sekitarnya. Data titik panas dapat digunakan sebagai

indikator kejadian kebakaran hutan dan lahan, akan tetapi tidak sepenuhnya

sehingga perlu adanya peninjauan kembali mengenai akurasinya. Hasil penelitian

Vetrita et al. (2012) menunjukkan dari 453 titik diperoleh akurasi data sebesar

42.8% dan commission error 8.8%. Data titik panas yang diperoleh perlu dilakukan

pengecekan lapang (ground check) kembali untuk memastikan validasi keberadaan

titik panas yang diduga merupakan kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Pemantauan titik panas dengan memanfaatkan sistem penginderaan jauh

dapat dilakukan dengan satelit. Salah satu sumber data titik panas yang memiliki

akurasi paling baik adalah data dari sensor satelit MODIS (Moderate Resolution

Imaging Spectroradiometer) yang diperoleh dari lembaga NASA (The National

Aeronautics and Space Adminitration). MODIS merupakan instrumen utama yang

dibawa oleh satelit Terra (EOS AM) dan Aqua (EOS PM). Orbit Terra melintasi

garis ekuator pada pagi hari dari arah utara ke selatan, sementara Aqua melintasi

ekuator pada sore hari dari selatan ke utara. MODIS Terra dan Aqua akan

mengamati seluruh permukaan bumi setiap 1 atau 2 hari dan mendapatkan data

dalam 36 band spectral (NASA 2014). MODIS akan mendeteksi suatu objek di

permukaan bumi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu

sekitarnya. Chrisnawati (2008) menyatakan bahwa sensor MODIS memiliki

ambang batas 320 K pada siang hari dan 315 K pada malam hari. Titik panas

MODIS terdeteksi pada ukuran 1 km x 1 km atau 1 km² sehingga setiap titik panas

atau kebakaran yang terdeteksi diwakili oleh 1 km piksel. MODIS memiliki

beberapa kelebihan yaitu lebih banyaknya spektral panjang gelombang dan lebih

telitinya cakupan lahan serta lebih kerapnya frekuensi pengamatan (NASA 2014).

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah titik panas di Provinsi Kalimantan

Timur yang sangat berfluktuatif dari tahun 2003-2012. Tabel 1 menunjukkan

jumlah titik panas per tahun yang terdapat di setiap kabupaten dan kota Provinsi

Kalimantan Timur. Kabupaten Berau, Kutai Barat, dan Kutai Kartanegara

merupakan lokasi dengan jumlah titik panas tertinggi setiap tahunnya yaitu dengan

70, 28, dan 33 titik. Kota Balikpapan dan Samarinda merupakan kota dengan

jumlah titik panas paling rendah di Provinsi Kalimantan Timur. Hampir setiap

bulan per tahunnya tidak ditemukan adanya titik panas. Lokasi dengan jumlah titik

panas terendah lainnya adalah Kota Bontang, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan

Kabupaten Mahakam Hulu, dengan rata-rata jumlah titik panas per tahunnya hanya

3-6 titik. Kemunculan titik panas tertinggi adalah pada tahun 2004 yang mencapai

324 titik. Pada tahun 2004 secara spasial, titik panas banyak terdistribusi di

Kabupaten Kutai Kartanegara dengan jumlah deteksi titik panas mencapai 125 titik.

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

10

Pada tahun 2006 dan 2009 juga menunjukkan kemunculan jumlah titik panas yang

cukup tinggi yaitu sejumlah 301 titik dan 247 titik, dengan lokasi distribusi titik

panas paling tinggi adalah di Kota Berau dan Kabupaten Kutai Barat. Kemunculan

titik panas terendah terjadi pada tahun 2011 dimana hanya ditemukan 37 titik panas.

Kemunculan titik panas bulanan di Provinsi Kalimantan Timur pada Tabel 2

menunjukkan periode terjadinya kemunculan titik panas tertinggi adalah pada bulan

Agustus-Oktober dengan kisaran rata-rata jumlah titik panas mencapai 25-50 titik

per bulan tiap tahunnya. Kemunculan titik panas tertinggi di tahun 2004 terjadi

pada bulan Oktober dengan 194 titik. Tahun 2011 kemunculan titik terendah terjadi

pada periode musim hujan yaitu Januari serta April dengan kisaran rata-rata

kemunculan titik panas 0-1 titik.

Tabel 1 Jumlah titik panas (hotspot) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2012

Kabupaten Jumlah Titik Panas tahun-

x 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Berau 12 19 9 70 15 10 39 17 9 16 22

Balikpapan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Bontang 7 6 1 3 1 0 5 3 2 2 3

Samarinda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kutai Barat 6 58 12 69 16 18 65 6 9 14 28

Kutai

Kartanegara 3 125 3 62 12 10 63 36 2 8 33

Kutai Timur 12 68 6 14 7 7 20 12 6 25 18

Mahakam

Hulu 1 10 7 15 1 0 7 5 2 3 6

Paser 2 35 4 62 3 0 45 0 5 2 16

Penajam

Paser Utara 3 3 3 6 1 0 3 0 1 1 3

Total 46 324 45 301 56 45 247 79 37 71

Kemunculan titik panas pada bulan Agustus-Oktober erat kaitannya dengan

musim kemarau yang sedang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sehingga

intensitas pemantauan titik panas sebagai indikator kejadian kebakaran hutan dan

lahan perlu ditingkatkan pada periode musim kemarau ini. Kondisi sebaliknya

yaitu periode kemunculan titik panas terendah terjadi pada bulan Januari, April, dan

Desember dimana pada bulan-bulan tersebut sedang terjadi puncak musim hujan di

Provinsi Kalimantan Timur sehingga dapat ditemukan tidak adanya titik panas

sama sekali pada bulan tersebut namun pemantauan terhadap titik panas tetap perlu

untuk dilakukan sebagai upaya deteksi dini.

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

11

Tabel 2 Jumlah titik panas (hotspot) bulanan Provinsi Kalimantan Timur tahun

2003-2012

Hampir setiap tahunnya titik panas terdistribusi di seluruh wilayah Provinsi

Kalimantan Timur. Distribusi spasial titik panas tertinggi yaitu pada tahun 2004

serta pada tahun 2006 dan 2009 disajikan pada Gambar 6. Distribusi spasial titik

panas pada tahun-tahun lainnya yaitu pada tahun 2003, 2005, 2007, 2008, 2010,

2011, serta 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 6 Peta distribusi spasial titik panas (hotspot) tertinggi di Provinsi

Kalimantan Timur: (A) Tahun 2004, (B) Tahun 2006, (C) Tahun 2009

Tahun Bulan

J F M A M J J A S O N D

2003 0 0 2 1 2 6 0 21 8 6 0 0 46

2004 1 0 0 0 0 2 0 61 57 194 9 0 324

2005 0 3 0 0 1 0 0 8 26 6 1 0 45

2006 0 0 0 1 0 0 17 75 121 77 9 1 301

2007 0 1 0 0 0 0 0 12 25 14 2 2 56

2008 0 2 0 0 2 3 0 0 21 17 0 0 45

2009 0 3 3 0 0 3 6 17 184 26 5 0 247

2010 1 19 11 1 2 6 0 16 17 6 0 0 79

2011 0 1 0 0 0 1 0 19 9 2 4 1 37

2012 0 1 0 1 0 0 2 20 29 16 2 0 71

x 1 3 2 1 1 3 3 25 50 37 4 1

A

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

12

Gambar 6 (Lanjutan)

Berdasarkan peta distribusi spasial titik panas pada Gambar 6 dan jumlah titik

panas per tahun yang terdapat di setiap kabupaten dan kota Provinsi Kalimantan

Timur pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa titik panas banyak terdistribusi pada

B

C

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

13

Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Berau. Selain

faktor curah hujan, berdasarkan distribusi secara spasial, titik panas yang tidak

terdistribusi merata di seluruh daerah Provinsi Kalimantan Timur ini hingga tahun

2009 erat kaitannya dengan faktor lain yaitu faktor manusia dalam hal penyiapan

lahan untuk perkebunan. Kementerian Kehutanan (2007) menyatakan penyebab

utama kebakaran hutan dan lahan di Indonesia adalah pembakaran lahan untuk

menyiapkan perkebunan skala besar. Kemunculan titik panas di provinsi

Kalimantan Timur diduga karena kegiatan penyiapan lahan dengan pembakaran

untuk perkebunan skala besar seperti perkebunan kelapa sawit dan karet.

Perkebunan kelapa sawit dan karet terluas berada pada Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Berau dimana daerah-daerah ini

merupakan daerah dengan kemunculan titik panas tertinggi. Berdasarkan distribusi

spasial titik panas di Provinsi Kalimantan Timur, dalam kegiatan pemantauan titik

panas lebih memperhatikan daerah-daerah yang memiliki kemunculan titik panas

tertinggi seperti pada Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan

Kota Berau karena daerah ini merupakan daerah rawan kejadian kebakaran hutan

dan lahan yang diduga penyebabnya adalah adanya kegiatan penyiapan lahan untuk

perkebunan skala besar dengan cara pembakaran.

Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas

(Hotspot)

Cuaca dan iklim berhubungan dengan kebakaran hutan yaitu dalam

menentukan jumlah kadar air bahan bakar hutan pada suatu daerah. Curah hujan

merupakan unsur iklim yang memiliki korelasi tinggi dengan kejadian kebakaran

hutan (Soares dan Sampaio 2000). Gambar 7 menunjukkan analisis temporal

jumlah curah hujan dengan jumlah titik panas bulanan di Provinsi Kalimantan

Timur tahun 2003-2012. Grafik menunjukkan saat jumlah titik panas tertinggi,

grafik rata-rata jumlah curah hujan cenderung menunjukkan titik terendah, dan

sebaliknya saat jumlah titik panas terendah maka grafik rata-rata jumlah curah

hujan cenderung mencapai titik tertinggi. Hal ini ditunjukkan oleh kemunculan titik

panas tertinggi tahun 2004 pada bulan Oktober dimana periode musim kemarau

sedang terjadi, jumlah deteksi titik panas adalah 194 titik dan curah hujan yang

terjadi adalah 2 mm. Kemunculan titik panas terendah adalah pada tahun 2011

dimana kemunculan titik panas dalam satu tahun hanya berkisar 37 titik dengan

kejadian paling tinggi terjadi pada bulan Agustus serta rata-rata curah hujan

bulanannya adalah 211.3 mm. Kemunculan titik panas pada suatu bulan bukan

diduga melalui curah hujan pada saat bulan yang sama dengan kemunculan titik

panas tersebut, akan tetapi oleh curah hujan sebelum kemunculan titik panas.

Hasil analisis P-Value antara parameter curah hujan dengan titik panas adalah

sebesar 0.029 yang berarti bahwa curah hujan memiliki pengaruh terhadap

kemunculan titik panas karena P-Value dianggap signifikan jika nilai P-Value

<0.05. Selanjutnya, hasil uji korelasi antara jumlah curah hujan dengan jumlah

deteksi titik panas yang didapat adalah sebesar -0.686. Notasi negatif (-) pada hasil

uji korelasi tersebut menunjukkan arah kedua hubungan antara jumlah curah hujan

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

14

dengan jumlah data titik panas mempunyai hubungan terbalik. Hubungan terbalik

memberikan arti kenaikan curah hujan cenderung diikuti dengan penurunan nilai

titik panas berikutnya. Nilai korelasi -0.686 yang mendekati -1 berarti bahwa antara

curah hujan dan titik panas berhubungan erat. Analisis model regresi dilakukan

dengan membandingkan jumlah deteksi titik panas tertinggi setiap bulannya per

tahun dengan jumlah curah hujan 1-6 bulan sebelum kemunculan titik panas

tersebut. Berdasarkan nilai koefisien determinasi terbesar dan nilai P-Value <0.05,

hasil analisis model regresi menunjukkan bahwa jumlah titik panas pada Provinsi

Kalimantan Timur dapat diduga oleh jumlah curah hujan pada tiga bulan sebelum

kemunculan titik panas tersebut.

Sistem Deteksi Dini (Early Detection System)

Dalam upaya mengurangi atau meminimalkan kemungkinan kejadian

kebakaran hutan dan lahan di suatu daerah, maka tindakan pencegahan harus

dilakukan sedini mungkin. Tindakan pencegahan merupakan upaya yang dilakukan

pada fase sebelum kejadian kebakaran hutan berlangsung. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan meliputi membuat peta kerawanan

kebakaran, memantau gejala rawan kebakaran, penyiapan regu pemadam,

membangun menara pengawas, membuat jalur sekat bakar, penyuluhan, dan

membentuk organisasi pemadam kebakaran hutan dan lahan (Purbowaseso 2004).

Sistem deteksi dini merupakan deteksi awal adanya gejala rawan kebakaran, seperti

pemantauan titik panas, analisis faktor pendukung kebakaran seperti cuaca, maupun

pemantauan adanya gejala rawan kebakaran hutan melalui prediksi yang dihasilkan

antara faktor-faktor pendukung kejadian kebakaran hutan seperti data curah hujan

dan jumlah titik panas.

Kejadian kebakaran hutan terbesar di Indonesia yang pertama kali tercatat

terjadi pada tahun 1982/1983 di Kalimantan Timur yang disebabkan oleh musim

kemarau yang panjang. Untuk menghindari kejadian tersebut terulang kembali

maka diperlukan adanya suatu sistem deteksi dini, salah satunya adalah dengan

pendugaan jumlah titik panas pada bulan-bulan rawan kemunculan titik panas

menggunakan data curah hujan pada bulan sebelum kemunculan titik panas

tersebut. Daerah Kalimantan bagian Timur dan Selatan merupakan daerah yang

lebih kering dibandingkan Kalimantan bagian tengah dan barat. Besarnya curah

hujan pada bulan-bulan tertentu akan mempengaruhi nilai indeks kekeringan suatu

daerah. Munculnya titik panas di suatu daerah terjadi saat indeks kekeringan berada

dalam tingkat tinggi hingga ekstrim dimana salah satu indikatornya adalah jumlah

curah hujan yang rendah.

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

15

Gam

bar

7 Ju

mla

h c

ura

h h

uja

n b

ula

nan

dan

jum

lah t

itik

pan

as (

hots

pot)

bula

nan

di

Pro

vin

si K

alim

anta

n T

imu

r ta

hu

n 2

00

3-2

01

2

010

0

20

0

30

0

40

0

50

0

60

0

0

50

10

0

15

0

20

0

25

0

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

JM

MJ

SN

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

CH

HOTSPOT

Jum

lah

Cu

rah

Hu

jan

dan

Tit

ik P

an

as

Bu

lan

an

di

Pro

vin

si K

ali

man

tan

Tim

ur

tah

un

20

03

-20

12

Ho

tsp

ot

CH

15

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

16

Dengan mengetahui bulan-bulan yang memiliki curah hujan rendah dan titik

panas tinggi di suatu daerah maka dapat digunakan sebagai salah satu upaya deteksi

dini terhadap kemungkinan kejadian kebakaran hutan dan lahan. Hasil pengujian

regresi polynomial linear antara jumlah titik panas dengan curah hujan tiga bulan

sebelum kemunculan titik panas seperti pada Gambar 8 dapat digunakan untuk

menduga jumlah titik panas pada kegiatan deteksi dini. Model regresi terbaik

adalah dengan persamaan: y = 174.8 – 0.6135x, dimana y adalah jumlah titik panas

dan x adalah curah hujan. Nilai koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 0.470, nilai

adjusted R Square sebesar 40.4%, dan standar deviasi (S) sebesar 55.4687. Nilai

ANOVA (Analysis of Variance) hasil pengujian regresi terdapat pada Lampiran 3.

Gambar 8 Kurva hubungan antara jumlah deteksi titik panas tertinggi dengan curah

hujan tiga bulan sebelum kemunculan titik panas di Provinsi

Kalimantan Timur tahun 2003-2012 (Sumber: Hasil pengolahan data

dengan MINITAB 14)

Periode kemunculan titik panas tertinggi terjadi pada rentang bulan Agustus-

Oktober, dimana rata-rata jumlah titik panas berkisar antara 25-50 titik per bulan

pada tahun 2003-2012. Kemunculan titik panas pada bulan-bulan rawan ini dapat

diprediksi oleh curah hujan pada tiga bulan sebelumnya yaitu sekitar bulan Mei-

Juli dengan rata-rata jumlah curah hujan berkisar antara 169-197.2 mm. Analisis

lainnya yang digunakan untuk menduga jumlah titik panas pada periode berikutnya

dalam sistem deteksi dini adalah analisis runtun waktu (time series) dengan model

ARIMA pada software MINITAB 14. Analisis runtun waktu adalah suatu metode

kuantitatif untuk menentukan pola data masa lampau yang telah dikumpulkan

secara teratur. Jika telah menemukan pola data tersebut, maka dapat

menggunakannya untuk peramalan di masa mendatang (Istiqomah 2006). Hasil

analisis menunjukkan bahwa model yang tepat adalah ARIMA (1,0,2) dengan

model persamaannya adalah Yt = 0.99520 + 0.9101Yt-1 + 0.6571 at-1 + 0.3233 at-2,

dimana Y adalah jumlah titik panas pada periode berikutnya.

x

y

30025020015010050

200

150

100

50

0

S 55.4687

R-Sq 47.0%

R-Sq(adj) 40.4%

Fitted Line Ploty = 174.8 - 0.6135 x

Keterangan:

Y = Jumlah titik

panas

X = Curah hujan

S 55.4687

R-Sq 47.0%

R-Sq (adj) 40.4%

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

17

Setijono (2001) menyatakan bahwa penyebab kebakaran hutan dan lahan di

Indonesia umumnya akibat pembakaran yang tidak terkendali pada kegiatan

konversi lahan, faktor lain yang menjadi pemicu kebakaran adalah salah satunya

iklim yang ekstrim. Data curah hujan dapat digunakan sebagai salah satu faktor

kerentanan suatu daerah untuk terjadi kebakaran hutan, untuk itu pemantauan data

curah hujan yang dikorelasikan dengan data distribusi titik panas perlu dilakukan

sebagai salah satu deteksi dini kejadian kebakaran hutan dan lahan dimana dalam

hal ini sesuai dengan hasil analisis di atas. Pemerintah setempat atau pemilik izin

usaha pemanfaatan hasil hutan yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur harus

melakukan kegiatan deteksi dini setidaknya tiga bulan sebelum kemunculan titik

panas yang merupakan indikasi terjadinya kejadian kebakaran hutan dan lahan

untuk mencegah terjadinya kejadian kebakaran hutan dan lahan dalam skala yang

besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Curah hujan Provinsi Kalimantan Timur dengan rentang data 10 tahun (tahun

2003-2012) menunjukkan rata-rata tahunan sebesar 2 420 mm/tahun. Provinsi

Kalimantan Timur mengalami dua puncak musim kemarau yang terjadi pada bulan

Februari dan Agustus serta dua puncak musim hujan yang terjadi pada bulan Januari

dan April. Kisaran rata-rata jumlah titik panas pada periode musim kemarau bulan

Agustus-Oktober mencapai 25-50 titik per bulan di tahun 2003-2012. Berdasarkan

distribusi spasial titik panas di Provinsi Kalimantan Timur, daerah-daerah yang

memiliki titik panas tertinggi adalah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten

Kutai Barat, dan Kota Berau dimana pada daerah ini diduga terdapat kegiatan

penyiapan lahan untuk perkebunan skala besar dengan cara pembakaran. Hasil

analisis pengujian regresi didapatkan model regresi terbaik adalah dengan

persamaan y = 244.7 – 1.593x + 0.00271 x2 + x3, dimana y adalah jumlah titik panas

dan x adalah curah hujan. Berdasarkan model regresi tersebut kemunculan titik

panas pada Provinsi Kalimantan Timur dapat diduga oleh jumlah curah hujan pada

tiga bulan sebelum kemunculan titik panas tersebut. Hasil uji korelasi

menunjukkan bahwa curah hujan dan titik panas memiliki korelasi yang bersifat

negatif dengan nilai korelasi sebesar -0.686. Analis runtun waktu (time series)

untuk kepentingan deteksi dini dalam menduga jumlah titik panas pada periode

berikutnya menunjukkan hasil bahwa model ARIMA terbaik adalah ARIMA (1, 0,

2) dengan persamaan Yt = 0.99520 + 0.9101Yt-1 + 0.6571 at-1 + 0.3233 at-2, dimana

Y adalah jumlah titik panas pada periode berikutnya.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan parameter iklim

yang lain seperti kecepatan angin, suhu, dan kelembaban dalam melakukan prediksi

jumlah titik panas. Perlu adanya peta tingkat kerawanan berdasarkan faktor-faktor

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

18

pendukung seperti penutupan lahan, kondisi bahan bakar, cuaca, serta kegiatan

manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar A. 2008. Pengendalian kebakaran hutan berbasis masyarakat sebagai suatu

upaya mengatasi risiko dalam REDD. Jurnal Tekno Hutan Tanaman Vol

1(1);11-22. Kalimantan Selatan (ID): Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru.

Aldrian E, Susanto RD. 2003. Identification of three dominant precipitation

regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature. Int

J Climatol 23: 1435-1452.

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2011. Peta batas administrasi

Kalimantan Timur [Internet]. [diunduh 2014 Agt 15]. Tersedia pada:

http://tasdabppt.wordpress.com/category/peta.

Chrisnawati G. 2008. Analisa sebaran titik panas dan suhu permukaan daratan

sebagai penduga terjadinya kebakaran hutan menggunakan sensor satelit

NOAA/AVHRR dan EOS Aqua-Terra /MODIS. [skripsi]. Depok (ID):

Universitas Indonesia.

Fuller M. 1991. Forest Fire. Canada: John Wiley and Son’s Inc.

Istiqomah. 2006. Aplikasi model ARIMA untuk forecasting produksi gula pada

PT. Perkebunan Nusantara IX (PERSERO). [skripsi]. Semarang (ID):

Universitas Negeri Semarang.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2007. Lokakarya pengendalian kebakaran

hutan dan lahan [Internet]. [diunduh 2014 Jul 31]. Tersedia pada:

http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/2629

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2008. Statistik Balai Konservasi

Sumberdaya Alam Provinsi Kalimantan Timur tahun 2007 [Internet]. [diunduh

2014 Jun 22]. Tersedia pada:

http://www.dephut.go.id/index.php/news/otresults.

[KLH RI] Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Lokakarya

pencegahan kebakaran hutan dan lahan menuju masyarakat peduli api

[Internet]. [diunduh 2014 Jun 22]. Tersedia pada:

http://www.menlh.go.id/lokakarya-pencegahan-kebakaran-hutan-dan-lahan-

menuju-masyarakat-peduli-api-mpa/.

[Pemprov Kaltim] Pemerintah Provinsi Kalimnatan Timur. 2012. Strategi dan

Rencana Aksi Provinsi (SRAP) Implementasi REDD+ Kalimantan Timur.

Samarinda (ID): Pemprov Kaltim.

[Pemprov Kaltim] Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2014. Sekilas

Kalimantan Timur [Internet]. [diunduh 2014 Mei 5]. Tersedia pada:

http://www.kaltimprov.go.id/profil-8-sekilas-tentang-kaltim.html.

[Pemprov Kaltara] Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara. 2014. Sekilas

Kalimantan Utara [Internet]. [diunduh 2014 Mei 5]. Tersedia pada:

http://kaltaraprov.go.id/sekilas-tentang-kaltara.

Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan: Suatu Pengantar.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Setijono D. 2001. Kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia:

PP. No.4/2001. Lampung (ID): Prosiding Seminar Sehari di Bandar Lampung.

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

19

Soares R, Sampaio O. 2000. Wildfire occurrence in a forest district and other

Brazilian protected areas. XXI IUFRO World Congress. Prosiding Pertemuan

Ilmiah; Kuala Lumpur 7-12 August 2000. Malaysia: Malaysian XXI IUFRO

World Congress Organizing Committee. hlm 498.

Suratmo F, Husaeni E, Jaya N. 2003. Pengetahuan Dasar Pengendalian

Kebakaran Hutan. Bogor (ID): Fakultas kehutanan IPB.

Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia; Perilaku, Penyebab,

dan Dampak Kebakaran. Malang (ID): Bayumedia Publishing.

Thoha AS. 2008. Penggunaaan data hotspot untuk monitoring kebakaran hutan dan

lahan di Indonesia. [karya tulis]. Medan (ID): Departemen Kehutanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Tjasyono B. 2004. Klimatologi: Cetakan ke-2. Bandung (ID): ITB Press.

Vetrita Y, Zubaidah A, Priyatna M, Sukowati PDA. 2014. Validasi hotspot di

wilayah rawan kebakaran tahun 2012: kasus lahan gambut dan kebakaran kecil.

Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh [Internet].

[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Jakarta (ID): LAPAN. hlm

491-497; [diunduh 2014 Agt 11]. Tersedia pada:

http://www.sinasinderaja.lapan.go.id/bukuprosiding_310-320.pdf

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah curah hujan bulanan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003-

2012

Bulan Tahun

X 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

J 250 340 201 213 307 207 166 177 262 327 245

F 158 224 39 207 220 194 59 59 173 214 154.7

M 417 402 215 234 260 207 284 151 234 258 266.2

A 136 385 345 148 340 259 315 222 332 371 285.3

M 185 368 199 221 112 51 187 210 287 152 197.2

J 198 55 99 181 213 295 43 340 95 171 169

J 201 100 217 13 279 269 158 258 238 139 187.2

A 96 0 145 98 134 148 124 164 124 140 117.3

S 175 172 94 109 208 153 99 231 132 110 148.3

O 195 2 346 70 181 215 232 236 218 117 181.2

N 201 281 284 139 189 501 202 207 197 193 239.4

D 202 246 348 110 141 359 205 224 244 220 229.9

Total 2414 2575 2532 1743 2584 2858 2074 2479 2536 2412

Lampiran 2 Peta distribusi spasial titik panas di Provinsi Kalimantan Timur; (A)

Tahun 2003, (B) Tahun 2005, (C) Tahun 2007, (D) Tahun 2008, (E)

Tahun 2010, (F) Tahun 2011, (G) Tahun 2012

A

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

21

Lampiran 2 (Lanjutan)

B

C

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

22

Lampiran 2 (Lanjutan)

D

E

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

23

Lampiran 2 (Lanjutan)

G

F

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

24

Lampiran 3 Hasil analisis uji korelasi dan regresi curah hujan dan jumlah titik

panas di Provinsi Kalimantan Timur

Correlations: Hotspot, Curah Hujan

Pearson correlation of Hotspot and Curah Hujan = -0.686

P-Value = 0.029

Regression Analysis: Hotspot versus Curah Hujan

The regression equation is

y = 174.8 - 0.6135 x

S = 55.4687 R-Sq = 47.0% R-Sq(adj) = 40.4%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 1 21 836.7 21 836.7 7.10 0.029

Error 8 24 614.2 3 076.8

Total 9 46 450.9

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN DISTRIBUSI … · ABSTRAK MIRZHA HANIFAH. Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Distribusi dan Kemunculan Titik Panas (Hotspot) untuk Deteksi Dini

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 September 1992 dari pasangan

Bapak Hazairil Usman dan Ibu Wemni Amnis. Penulis merupakan anak ketiga dari

tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 97 Jakarta Selatan dan

pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Silvikultur, Fakultas

Kehutanan.

Selama masa kuliah, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Profesi

Mahasiswa Departemen Silvikultur (Tree Grower Community) divisi Human

Resources Development pada tahun 2012/2013, anggota Rimbawan Pecinta Alam

(RIMPALA) Fakultas Kehutanan IPB (2012-sekarang) dan pada tahun 2013

menjabat sebagai ketua divisi Gunung Hutan RIMPALA. Penulis turut serta aktif

di kepanitiaan kegiatan mahasiswa antara lain anggota divisi acara cabang

pertandingan olahraga Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) pada tahun 2011, anggota

divisi acara Masa Perkenalan Departemen Silvikultur/BELANTARA pada tahun

2012, serta Komisi Disiplin Bina Corps Rimbawan (BCR) pada tahun 2013. Pada

tahun ajaran 2012-2013 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi

Hutan.

Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) tahun 2012

di Baturraden-Cilacap, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat tahun 2013, serta melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) tahun

2014 di Persemain Permanen BPDAS Citarum-Ciliwung.