Upload
teguh-karisma-anugeraha
View
67
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
h
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem Instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan
dalam hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem
intruksional yang siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan.
Kita mengetahui bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya
tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin
dicapainya dengan pendidikan yang direalisasikannya.
Tujuan adalah keterampilan , pengetahuan, dan sikap yang diperoleh
untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tujuan berfokus pada
apa yang dapat dilakukan sibelajar ketika usai pelajaran. Tujuan instruksional
idealnya diperoleh dari proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need
Assessment) yang menetapkan secara luas indikasi-indikasi permasalahan
yang harus dipecahkan. (Dick and Carey, 2005).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dicapai
dilakukan dengan cara analisis. Dan seperti yang kita ketahui bahwa dalam
mendesain sistem instruksional dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut:
1. Menentukan kebutuhan instruksional dan menentukan tujuan instruksional
umum
2. Melakukan analisis instruksional
3. Mengidentifikasikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa
4. Menentukan tujuan instruksional khusus.
5. Menulis tes acuan patokan
6. Menyusun strategi instruksional
7. Mengembangkan bahan instruksional
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Mendapatkan sistem instruksional
Setelah mengidentifikasi kebutuhan instruksional untuk menentukan
tujuan intruksional umum maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis intruksional. (Dick and Carey yang didukung oleh suparman 1997).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional?
2. Apakah manfaat analisis Instruksional?
3. Langkah-langkah apakah yang digunakan daalam melakukan analisis
instruksional?
4. Bagaiamana menetapkan tujuan instruksional?
5. Bagaimana menetapkan program pembelajaran?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Analisis Instruksional.
2. Mengetahui manfaat analisis instruksional.
3. Mengetahui Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional.
4. Mengetahui cara menetapkan tujuan instruksional.
5. Mengetahui cara menetapkan program pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Analisis Instruksional
Analisis intruksional adalah sebagai tahapan proses yang merupakan
keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang (desainer) menentukan
komponen utama dari tujuan instruksional melalui kegunaan analisis tujuan
(goal analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat
dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate atau keterampilan
prasyarat. (Dick and Carey 2005)
Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika
dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian
langkah-langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan
subordinate bagi sibelajar dalam rangka mencapai tujuan. (Dick and Carey
2005)
Suparman (1997) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional
sebagai proses yang menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus
yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut
dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat
menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku
khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan apa yang
seharusnya dilakukan terlebih dahuluditinjau dari berbagai alas an seperti
karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, prilaku yang menurut
urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi
muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.
2.2. Manfaaat Analisis Instruksional
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan
kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:
1. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun desain
instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya
dengan subtugas yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah
3
sedemikian, sehingga merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan
sebenarnya manakala tugas tersebut dilaksanakan. Proses ini akan
memberikan gambaran yang jelas bagi siswa mengenai yang diharapkan
dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu pelajaran;
2. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)
berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan
cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan;
3. Membantu para penyusun desain instruksional dan para guru/pendidik
untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga
siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.
2.3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melasanakan Analisis
Instruksional
Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005), proses analisis
instruksional dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang
dimulai setelah memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional.
1. Analisis Tujuan (Goal Analysis)
Hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Pengklarifikasian pernyataan tujuan berdasarkan domain (jenis)
belajar yang akan muncul. Domain belajar dapat dibagi atas empat
yakni:
Keterampilan intelektual
Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan kegiatan
kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah sibelajar
harus mempu memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku
dengan contoh atau informasi yang tidak ditemukan sebelumnya.
Informasi Verbal
Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons
yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik. Biasanya tujuan
keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan. Kata
kerja seperti menyebutkan atau menjelaskan sesuatu.
4
Sikap
Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda
dan kejadian. Dick and Carey (2005) mendefenisikan sebagai
kecenderungan membuat pilihan-pilihan tertentu atau keputusan
tertentu terhadap keadaan tertentu. Sikap mempengaruhi pilihan
sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang yang sulit
diukur dalam waktu singkat. Tujuan instruksional yang berfokus
pada sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi
sebelajar memilih. Sikap memilih dapat menunjukkan
kecenderungan positif atau negative terhadap objek kejadian atau
orang tertentu.
Keterampilan psikomotor
Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus
melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk
mencapai hasil yang spesifik. Ketrampilan ini melibatkan mental dan
fisik. Perilaku dari tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh,
keakraban kekuatan dan kelenturan.
Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan
“bagaimana kita menentukan keterampilan belajar apa yang harus
dipelajari sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?”
Jawabannya adalah mengklasifikasian setiap tujuan kedalam salah satu
domain belajar diatas.
b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika
sibelajar sedang menampilkan tujuan.
Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita
mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik
mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang
menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh
seorang desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan
5
mendiskripsikan langkah demi langkah secara terperinci kegiatan atau
apa yang akan dilakukan seseorang ketika menampilkan sebuah tujuan.
Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah
spesifik yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan
instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi
langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram).
(Dick and Carey 2005)
Gbr. Flow diagram
Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus
diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda
atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus
dibuat. Pendiskripsian setiap langkah harus mencamtumkan sebuah kata
kerja yang menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat diobservasi.
Contohnya “ bila membaca atau mendengar (keduanya proses internal
bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya diindikasikan apa
yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca ata dengar.
Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi.
Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari
15 untuk durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran.
Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer
mengklasifikasikan keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar.
Hal ini memungkinkan melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis
tugas (Task Analysis). Tetapi sebelumnya ada bebrapa hal lagi yang
sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah dibuat
hingga pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis tujuan
(goal analysis) berupa diagram keterampilan yang menyediakan
gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran mengenai
apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan
tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya
6
Step 1
Step 2
Step 3
Step 4
Step 5
menjadi dasar bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate
skill analysis.
2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis)
Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu
melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang
seharusnya telah diketahui sibelajar dapat mempelajari langkah yang
ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini disebut analysis
keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.
Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah
tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan
intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex
goal) melibatkan beberapa domain / ranah segaligus. Sebuah kombinasi
berbagai pendekatan dapat digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam
rangka memulai sebuah analisis keterampilan prasyarat, perlu diperoleh
deskripsi atau gambaran mengenai tugas utama si belajar yang harus
ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum.
Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan
prasyarat menurut Dick and Carey (2005) yakni:
a. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)
b. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)
c. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan
Suparman (1997) membagi pendekatan tersebut sebagai proses
penguraian perilaku khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat
susunan struktur perilaku tersebut sebagai berikut:
a. Struktur Perilaku Hirarkial
Struktur ini adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan
bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai
perilaku yang lain (perilaku=kemampuan).
Misalnya pada mata pelajaran seni budaya, kedudukan perilaku
membaca Standar Opersional Prosedur kateter dan perilaku
memasangkan kateter tersebut. Perilaku memasangkan kateter tidak
7
akan mungkin dapat dilakukan siswa apabila siswa tersebut belum
menguasai dalam hal Standar Opersional Prosedur kateter.
Gbr. Struktur perilaku Hirarkial
b. Struktur Perilaku Prosedural
Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang
menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi
ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Contoh : tujuan
mahasiswa dapat menjelaskan issue keperawatan keluarga di Indonesia.
Gbr. Struktur Perilaku Prosedural
c. Struktur Perilaku Pengelompokan
Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak
mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan fungsi bagian-bagian
gitar, menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara
8
Mamasangkan Kateter
Membaca Standart Operasional Kateter
hirarki dan procedural. Siswa dapat menyebutkan fungsi bagian gitar
sesuai dengan siswa ingin.
d. Struktur Perilaku Kombinasi
Struktur ini adalah perilaku khusus sebagian tersebar akan
terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkial, procedural dan
pengelompokan.
Misalnya kemampuan mengapresisi karya musik daerah.
Gbr. Struktur Perilaku Kombinasi
2.4 Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional
9
Menjelaskan fungsi bagian-bagian gitar
Menjelaskan fungsi finger board
Menjelaskan fungsi senar
Menjelaskan fungsi resonator
Menjelaskan fungsi Tuning
Mengapresisi karya musik daerah
Bayangkan Kesan yang dimaksud komponis
Menghayati unsur-unsur karya tersebut
Hayati Irama
Hayati Nada
Hayati Melodi
Hayati Lirik
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
intruksional adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata
pelajaran yang dikembangkan
2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku
umum tersebut
3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan
yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling
“dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai
perilaku yang paling jauh dari perilaku umum
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi
daftar perilaku khusus tersebut.
5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas
ukuran 3x5 cm
6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan
menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan
menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan
kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang
menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara
vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu
atau dikurangi bila dianggap lebih
8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-
perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu
yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas
vertical dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial ,
prosedural atau pengelompokan.
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan
yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah
perilaku umum yang berbeda.
10
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang
terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor
akan menunjukkan urutan perilaku tersebut.
11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun
dengan memperhatikan:
Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap
perilaku umum
Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku
umum
Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial,
presedural, pengelompokan atau kombinasi)
2.5 Menetapkan Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan
dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam
pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa. Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
tingkat kompetensi tertentu.
Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan
yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap
yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil pengajaran
yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati
dan diukur.
Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu:
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU), yang menggariskan hasil-hasil bidang
studi yang harus dicapai oleh peserta didik.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK), yang merupakan penjabaran TIU yang
menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai
tujuan pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup
berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama
demi tercapainya tujuan instruksional umum. TIK dapat dibedakn menjadi
11
dua aspek yakni: aspek jenis perilaku yang dituntut oleh peserta didik dan
aspek isi yakni aspek terhadap hal yang harus dilakukan.
Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia
sekarang ini, setiap guru dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari
kegiatannya mengajar dengan titik pendidik kebutuhan peserta didik. Oleh
karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya, langkah
pertama yang dilakukan adalah membuat tujuan instruksional. Adapun
manfaat tujuan instruksional adalah:
1. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih
prosedur (metode) mangajar,
2. Peserta didik mengetahui arah belajarnya,
3. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan
suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau
saling menutup (overlap) antar pendidik,
4. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan
belajar peserta didik,
5. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang
kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi
kualitas maupun efiensi pengajaran.
Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Merumuskan Tujuan
Instruksional Khusus
1. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun
1984, TIU sudah ada tercantum dalam buku garis-garis besar program
pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya
masih umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan tingkah laku masih
terjadi di dalam diri manusia.
Contoh-contoh rumusan untuk TIU:
Memahami teori evaluasi.
Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.
Mengerti cara mencari validita.
12
Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
2. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang
rumusannya jelas, khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan
perubahan tingkah laku.
Atas dasar semua keterangan ini, maka agar dalam mengadakan
evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas
dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang. Rumusan TIK yang
lengkap memuat 3 (tiga) komponen, yaitu:
1. Tingkah laku akhir (terminal behavior).
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah
seseorang mengalami proses belajar. Contoh:
Menceritakan kembali uraian pendidik
Menjelaskan kembali hasil bacaan dengan kalimat sendiri, dan lain-lain.
2. Kondisi demonstrasi (conditional of demonstration or rest).
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu
kondisi atau situasi yang dikenakan kepada peserta didik pada saat
pendidik mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:
Dengan penulisan yang betul
Urut dari yang paling tinggi
Dengan bahasa sendiri
3. Standar keberhasilan (standard of perfomance).
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunujkkan
seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah
laku peserta didik pada situasi akhir. Tinggkat keberhasilan dapat
dinyatakan dalam jumlah maupun persentase misalnya:
Dengan 75% betul
13
Sekurang-kurangnya 5 dari 10
Tanpa kesalahan
2.6 Menetapkan Program Pembelajaran
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan penentuan tujuan utama organisasi beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Rencana kerja merupakan
penetapan tujuan yang akan dicapai dan pemilihan usah usaha yang dapat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan
langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar
factor produksi yang terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pengembangan Silabus
Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Mengembangkan silabus dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran sebagaiana tercantum pada Standar Isi, dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalui sesuai dengan urutan yang ada di
Standar Isi.
14
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran.
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran.
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang
pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
potensi peserta didik
relevansi dengan karakteristik daerah
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social dan
spiritual peserta didik
kebermanfaatan bagi peserta didik
struktur keilmuan
aktualisasi, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
dan alokasi waktu
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkunagn, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserat didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, aar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara professional
15
kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar
penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan
hierarki konsep materi pembelajaran
rumusan pernyataan dalam kegaitan pembelajran minimal
mengandung dua unsure perinci yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
e. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunakaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
mengalaisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian :
Penialaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
Penilaian menggunakan acuan criteria; yaitu berdasarkan apa yang
bias dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
16
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
criteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya
teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan
f. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per
minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar
yang dibutuhkan oleh pesrta didik yang beragam.
g. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yan gberupa media cetak dan
elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, seosial, dan
budaya.
17
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
c. Menyusun Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru matapelajaran yang
bersangkutan sebagai pedoman bagi pengembangan program-program
selanjutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program
harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan
Program tahunan memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan tiap kelas
selama satu tahun pelajaran. Program tahunan selanjutnya dijabarkan
secara rinci pada program semester. Program tahunan dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya.
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas, rang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan (Mulyana, 2004 : 95).
Hitung alokasi waktu dalam setahun berdasarkan kalender
pendidikan yang diterbitkan oleh satuan pendidikan. Hal – hal yang
diperhatikan adalah:
banyaknya pekan dalam setiap bulan
jumlah pekan efektif per bulan (pekan dimana terjadi KBM)
jumlah pekan tidak efektif (pekan dimana tidak terjadi KBM misal
HUT Sekolah, Hari libur umum dll).
Total pekan, pekan efektif, pekan tidak efektif per tahun.
d. Menyusun Program Semester
18
Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendal dilaksanakan dan dicapai dalam semester
tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.
Isi dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang
hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-
keterangan.
Hitung alokasi waktu per semester Hal-hal yang diperhatikan sama
dengan perhitungan alokasi waktu dalam setahun
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai
haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih
berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal.
Salah satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional,
dimana pada langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah
gambaran tentang apa yang dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu
tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang
metode mengajar dan belajar yang serasi serta memungkinkan penilaain
proses dan hasil belajar yang lebih teliti.
3.2 Saran
Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi
tahap dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa
dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dick ‘ W., & Carey, 2005. The Systemafic Design Of Instruction. Glenview
Illionois. Scott, Forestman and Company
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Suparman, Atwi, 1997. Desain Intruksional. Jakarta: PAU dan DIKTI DIKB’D
21