23
1 ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA JALAN DR SETIABUDI BANDUNG Oleh: Supratman Agus I. Pendahuluan Dalam sistem Perkotaan di Wilayah Bandung Raya, ruas Jalan Dr Setiabudi merupakan bagian dari koridor utara yang berfungsi sebagai jalur penghubung utama kota Bandung dengan kota-kota satelit di wilayah utara, yang memiliki peranan bagi pengembangan wilayah Metropolitan Bandung. Ditinjau dari aktifitas regional, jalan Dr Setiabudi terletak dalam Wilayah Pengembangan Utara yang sangat berpotensi bagi pendistribusian perkembangan kota-kota kecil di kawasan sekitarnya, serta berpotensi sebagai jalur lintasan alternatif menuju pusat pengembangan utama (DKI Jakarta). Jalan Setiabudi juga berperan sebagai jalur alternatif ke kawasan kota Madya Cimahi yang sedang mengalami pertumbuhan penduduk, industri dan perdagangan. Ditinjau dari karakteristik lalu lintas, jalan Setiabudi sebagai jalan kolektor primer merupakan jaringan jalan yang melayani angkutan pengumpul dari jalan lokal ke jalan arteri dengan ciri-ciri perjalanan sedang. Dengan demikian jalan ini mempunyai fungsi mobilitas, sekaligus melayani akses ke lahan-lahan sekitarnya (UU No.34/2004). Selain itu jalan Setiabudi juga berfungsi menghubungkan secara menerus kota orde ke satu dengan orde-orde kota yang lebih kecil (PPRI No. 26/1985). Kota- kota yang terletak di bagian utara Bandung itu antara lain adalah Lembang, Subang, Pamanukan dan Indramayu Berdasarkan karakteristik lalu-lintas, pada ruas jalan Setiabudi ada 3 macam jenis lalu lintas, yaitu lalu-lintas lokal, lalu-lintas regional dan menerus. Bercampurnya ketiga jenis lalu-lintas tersebut menyebabkan volume lalu-lintas yang cukup besar pada ruas jalan Setiabudi. Selain itu, telah terjadinya perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya

ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

1

ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA JALAN DR SETIABUDI BANDUNG

Oleh: Supratman Agus

I. Pendahuluan

Dalam sistem Perkotaan di Wilayah Bandung Raya, ruas Jalan Dr

Setiabudi merupakan bagian dari koridor utara yang berfungsi sebagai

jalur penghubung utama kota Bandung dengan kota-kota satelit di wilayah

utara, yang memiliki peranan bagi pengembangan wilayah Metropolitan

Bandung.

Ditinjau dari aktifitas regional, jalan Dr Setiabudi terletak dalam Wilayah

Pengembangan Utara yang sangat berpotensi bagi pendistribusian

perkembangan kota-kota kecil di kawasan sekitarnya, serta berpotensi

sebagai jalur lintasan alternatif menuju pusat pengembangan utama (DKI

Jakarta). Jalan Setiabudi juga berperan sebagai jalur alternatif ke

kawasan kota Madya Cimahi yang sedang mengalami pertumbuhan

penduduk, industri dan perdagangan.

Ditinjau dari karakteristik lalu lintas, jalan Setiabudi sebagai jalan

kolektor primer merupakan jaringan jalan yang melayani angkutan

pengumpul dari jalan lokal ke jalan arteri dengan ciri-ciri perjalanan

sedang. Dengan demikian jalan ini mempunyai fungsi mobilitas, sekaligus

melayani akses ke lahan-lahan sekitarnya (UU No.34/2004). Selain itu

jalan Setiabudi juga berfungsi menghubungkan secara menerus kota orde

ke satu dengan orde-orde kota yang lebih kecil (PPRI No. 26/1985). Kota-

kota yang terletak di bagian utara Bandung itu antara lain adalah

Lembang, Subang, Pamanukan dan Indramayu

Berdasarkan karakteristik lalu-lintas, pada ruas jalan Setiabudi ada

3 macam jenis lalu lintas, yaitu lalu-lintas lokal, lalu-lintas regional dan

menerus. Bercampurnya ketiga jenis lalu-lintas tersebut menyebabkan

volume lalu-lintas yang cukup besar pada ruas jalan Setiabudi. Selain itu,

telah terjadinya perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya

Page 2: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

2

pegerakan masyarakat, terutama pada periode pagi, siang dan sore hari,

serta meningkatnya jumlah kepemilikan Kendaraan dan pola penggunaan

lahan yang cukup pesat. Adanya terminal Ledeng type B ditepi ruas jalan

Dr Setiabudhi tanpa memiliki jalan akses dari dan ke terminal, berakibat

pula terhadap terganggunya kelancaran arus lalu lintas menerus di jalan

Setiabudi.

Pentingnya peranan ruas Jalan Dr Setiabudi ini dalam kaitannya

dengan konstelasi regional, membawa konsekuensi terhadap memusatnya

pergerakan ke Kota Bandung. Akibatnya terjadi akumulasi beban arus lalu

lintas, antara lain terjadinya penumpukan kendaraan, kemacetan lalu lintas

dan antrian kendaraan, terjadi tundaan waktu perjalanan ( delay ), serta

menurunnya tingkat pelayanan jalan Setiabudi sebagai jalan utama di

koridor utara, sehingga berpengaruh besar terhadap kelancaran pola

aliran pergerakan orang dan barang dari dan ke kota Bandung. Dengan

demikian maka jalan Dr Setiabudi memiliki peranan penting bagi wilayah

pengembangan Metropolitan Bandung dan pelayanan lalu lintas regional.

Berdasarkan hasil studi RUDS, BMA tahun 1990 (Juli 1990, ringkasan:

31:31)

Ruas jalan Dr Setiabudi perlu ditingkatkan kapasitas pelayanannya sebagai jalan Kolektor, yang berfungsi untuk melayani lalu lintas di kawasan koridor utara. Dengan demikian, jalan Setiabudi dapat mendorong mempercepat pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat di kawasan wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang dan Kota Administrasi Cimahi. Terhadap fenomena permasalahan lalu lintas di kawasan koridor

utara kota Bandung ini, hingga sekarang belum menunjukkan indikasi

nyata adanya program penanganan yang konfrehensif, terpadu dan

sistemik, baik dari pemerintahan kota Bandung dan oleh instansi yang

terkait, seperti Bapeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum

Bina Marga kota Bandung.

Berdasarkan uraian tersebut maka studi analisis ini sangat diperlukan,

antara lain untuk mengungkapkan kondisi faktual terhadap kinerja

Page 3: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

3

beberapa simpang atau pertemuan jalan di sepanjang jalan DR Setiabudi

di kawasan koridor utara kota Bandung.

2. Maksud dan Tujuan

Diharapkan hasil studi analisis ini dapat mengungkapkan kondisi faktual

kinerja beberapa simpang atau pertemuan jalan di sepanjang jalan DR

Setiabudi, dan bermanfaat antara lain :

1) Sebagai data awal bagi para praktisi dan akademisi untuk

melakukan setudi lanjut dan dalam upaya pengembangan

infrasutruktur transportasi di kawasan Bandung utara kota Bandung

2) Sebagai masukan bagi instansi terkait dalam menetapkan kebijakan

strategis dan prioritas penanganan dan pembangunan Infrastruktur

bidang Transportasi di kawasan koridor utara kota Bandung, agar

mampu meningkatkan kinerja pelayanan ruas Jalan Dr Setiabudi

sebagai jalan Kolektor primer, dan sebagai jalur penghubung

utama kota Bandung dengan wilayah Kota Cimahi, kabupaten

Bandung, dan Kabupaten Subang yang merupakan pusat produksi

pertanian, peternakan dan pariwisata

3. Deskripsi data pelayanan pertemuan/Simpang jalan.

Pada ruas jalan DR Setiabudi terdapat empat titik simpul pertemuan

jalan yang berpotensi menimbulkan konflik arus lalu lintas pada jalan

akses keluar-masuk dari dan ke jalan kolektor primer Setiabudi dengan

kawasan sekitarnya. Pada titik simpul ini terjadi kepadatan arus lalu lintas,

antrian kendaraan dan tertundanya waktu perjalanan. Keempat simpang

jalan akses keluar-masuk ke ruas jalan DR Setiabudi tersebut adalah :

Simpang jalan Sersan Bajuri

Simpang jalan Gegerkalong Girang

Simpang jalan Gerlong Hilir dan

Simpang jalan Hegarmanah.

Adapun deskripsi data pelayanan tiap simpang, yaitu berdasarkan

volume jam puncak ( peak tour ) dan geometrik simpang adalah

sebagai berikut:

Page 4: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

4

10.2 M21.3 M21.2 MLEBAR JALAN LALU LINTAS

TIDAK ADA

TERTUTUP

PENDEKAT B

0.85 M2.50 MLEBAR TROTOAR

SALURAN SAMPING

MEDIAN

JUMLAH LAJUR

TERTUTUPTERTUTUP

TIDAK ADA

2 32

JENIS KONSTRUKSI BAHU

LEBAR BAHU

GEOMETRIK SIMPANG

0.5 M

ASPALASPAL

0.5 M 0.29 M

ASPAL

SISI KANAN

PENDEKAT ASISI KIRI SISI KIRI

0.85 M --

TERTUTUP

TIDAK ADA

3 1 1

SISI KANAN

0.5 M

ASPAL

PENDEKAT C

2,22 M

ASPAL

0.72 M

ASPAL

SISI KANAN SISI KIRI

SIMPANG JALAN GEGERKALONG HILIR

GAMBAR SITUASI

U

2206

MC

LV

HV

JUM

LA

HHVLVMC

689

HV

LV

MC

655

1448154

38082531

167285

18111

156

326 52 1067 532

21731715127175

324

4910

2865

0

2475

4085

146

1873

2067

KP

JS

MP

JUMLAH

KPJ SMP

JUM

LA

H

KP

JS

MP

21.2

10

.2

21.3

A

C

B

1.00 M

TERTUTUPTERTUTUP

6HV

45

9

MC

23

4

LV

JU

ML

AH

69

9

KE

ND

.

47

2

SM

P

SIMPANG JALAN GEGER KALONG GIRANG BANDUNG

GAMBAR SITUASI

GEOMETRIK SIMPANGPENDEKAT A PENDEKAT B PENDEKAT C

SISI KIRI SISI KANAN

LEBAR BAHU

JENIS KONSTRUKSI BAHU

LEBAR TROTOAR

JUMLAH LAJUR

SALURAN SAMPING

MEDIAN

LEBAR JALAN LALU LINTAS

ASPAL

1.00 M

2

TERTUTUP

TIDAK ADA

15.60 M

TERTUTUP

2

-

ASPAL

TERTUTUPTERTUTUP

13.80 M

TIDAK ADA

ASPAL

2

SISI KIRI

ASPAL

2

SISI KANAN

TERTUTUP TERTUTUP

9,10 M

TIDAK ADA

ASPALASPAL

11

SISI KIRI SISI KANAN

C

334

MC

1684

101

1146

LVJUMLAH

4

70

HV

439

2895

KEND.

274

2074

SMP

B

KEND.

223

JUMLAH

1054

MC LV

928

164 58

HV

114 2096

2

SMP

1604

143

A

9,1

15

,6

13

,8

2,20 M 1.00 M - -

2.5 M0,5 4,50,45 1,20 M 1,20 M

Page 5: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

5

MC

33

5

13

07

LV

HV

JU

ML

AH

KE

ND

AR

AN

SM

P

26

0

90

1

20

10

6

61

5

23

14

45

4

16

92

27 35 3 65 52

443 287 15 745 528

HVLVMCSMPKENDARAN

JUMLAH

72

HV

18

45

MC

10

72

LV

JU

ML

AH

29

89

KE

ND

AR

AN

20

88

SM

P

4.00

B

C

A

SIMPANG JALAN SERSAN BAJURI

GAMBAR SITUASI

GEOMETRIK SIMPANGPENDEKAT A PENDEKAT B PENDEKAT C

SISI KIRI SISI KANAN

LEBAR BAHU

JENIS KONSTRUKSI BAHU

LEBAR TROTOAR

JUMLAH LAJUR

SALURAN SAMPING

MEDIAN

LEBAR JALAN LALU LINTAS

2,10 M

KRIKIL

1.00 M

1

TERTUTUP

TIDAK ADA

6,8 M

TERTUTUP

1

2.50 M

KERIKIL

1,20 M

TERTUTUPTERTUTUP

11,02 M

TIDAK ADA

ASPAL

2

0.85 M

0.29 M

SISI KIRI

KRIKIL

-

2

2,22 M

SISI KANAN

- -

8,22 M

TIDAK ADA

ASPALKRIKIL

1

-

1

0.85 M

0.72 M

SISI KIRI

2.50 M

SISI KANAN

U6,8

11,02

8,22

10.2 M21.3 M21.2 MLEBAR JALAN LALU LINTAS

TIDAK ADA

TERTUTUP

PENDEKAT B

0.85 M2.50 MLEBAR TROTOAR

SALURAN SAMPING

MEDIAN

JUMLAH LAJUR

TERTUTUPTERTUTUP

TIDAK ADA

2 32

JENIS KONSTRUKSI BAHU

LEBAR BAHU

GEOMETRIK SIMPANG

0.5 M

ASPALASPAL

0.5 M 0.29 M

ASPAL

SISI KANAN

PENDEKAT ASISI KIRI SISI KIRI

0.85 M --

TERTUTUP

TIDAK ADA

3 1 1

SISI KANAN

0.5 M

ASPAL

PENDEKAT C

2,22 M

ASPAL

0.72 M

ASPAL

SISI KANAN SISI KIRI

SIMPANG JALAN GEGERKALONG HILIR

GAMBAR SITUASI

U

22

06

MC

LV

HV

JUM

LA

HHVLVMC

689

HV

LV

MC

655

14

481

543

808

25

31

167

285

18

111

156

326 52 1067 532

21731715127175

324

49

10

286

50 24

754

085

146

18

732

067

KP

JS

MP

JUMLAH

KPJ SMP

JUM

LA

H

KP

JS

MP

21.2

10

.2

21.3

A

C

B

1.00 M

TERTUTUPTERTUTUP

Page 6: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

6

4. Tinjauan Pustaka

Manual Kapasistas Jalan Indonesia ( MKJI 1997) membedakan

simpang bersinyal ( traffic signal) dan simpang tak bersinyal ( non traffic

signal). Simpang tak bersinyal dikendalikan oleh aturan dasar lalu-lintas

Indonesia yang memberi jalan pada kendaraan dari sebelah kiri,

sedangkan pada simpang bersinyal dikendalikan oleh traffic light . Metoda

ini berasumsi bahwa simpang jalan tegak lurus pada alinyemen datar,

dihitung berdasarkan pendekatan empiris tidak berdasarkan metode

“pengambilan celah”.

1). Simpang tak bersinyal

Menurut MKJI 1997 parameter kinerja pelayanan simpang

ditentukan oleh besaran nilai kapasitas (C), derajat kejenuhan ( DS) ,

tundaan ( D) dan peluang antrian (QP). Masing-masing parameter

tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini.

C = CO FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI ( smp/jam)

DS = Q / C

Dimana :

Q = Volume total lalu lintas simpang ( Smp/jam) , Q SMP = Q SIMPANG F SMP ;

F SMP = (emp LV LV% + empHV HV% + emp MC MC%)/100

D = DT + DG,

Dimana DT = tundaan lalu lintas pada simpang yang terdiri dari jalan

minor (DTMI) dan jalan utama (DTMA); dan DG = tundaan geometrik

DG = (1DS) [PT 6 + (1PT)3] + (DS 4) DS < 1,0;

DT = 1,0504/ ( 0,2742 – 0,2042 * DS – ( 1 – DS).2 DS > 0,6 ;

DT = 2 + 8,2078.DS.- ( 1 – DS) .2 DS < 0,6

Hubungan empires antara peluang antrian dan derajat kejenuhan

dapat dihitung dengan pendekatan

QP% = 9,02 . DS + 20,66 . DS2 + 10,49 . DS

3 , dan

QP% = 47,71 . DS - 24,68 . DS2 + 56,47 . DS

3

Page 7: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

7

2). Simpang Bersinyal ( traffic signal)

Parameter kinerja simpang bersinyal juga ditentukan oleh Kapasitas (

C) , derajat kejenuhan ( DS), tundaan (D) dan besaran nilai peluang

antrian (QP).

C = S x g/c,

dimana C = kapasitas (smp/jam), S = Arus jenuh (smp/jam hijau),

g = waktu hijau (det) dan c = Waktu siklus (det)

DS = Q/C . Kreteria tingkat pelayanan ditunjukkan pada lampiran

Panjang Antrian ( NL) suatu pendekat dihitung rumus: W

NQQL20

max

NQ = NQ1 + NQ2

Dimana :

C

DSxDSDSxCxNQ

)5,0(8)1()1(25,01 2

36001

12

Qx

DSxGR

GRxcNQ

Tundaan (D) dihitung sebagai indikator tingkat pelayanan simpang

sebagai tundaan rata-rata suatu pendekat. D = DT + DG, sedangkan

Tundaan suatu simpang diperoleh sebagai ∑ (Q x D) / Qtotal.

Menurut Akcelik (1988),

C

xNQAxcDT

36001 ;

)1(

)1(5,0 2

DSxGR

GRxA

DGi = (1 – Psv) x PT x 6 + (Psv x 4

Untuk menghitung jumlah kendaraan terhenti tiap pendekat dihitung

dengan rumus :

NS = 36009,0 xcxQ

NQx ; dan

Nsv = Q x NS,

NS total = ∑NSV / Qtotal

Kreteria tingkat pelayanan yang menyatakan waktu tunda (delay) pada

lampiran

Page 8: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

8

5. Kinerja pelayanan Simpang /pertemuan jalan

Dari deskripsi empat buah simpang pertemuan jalan di sepanjang ruas

jalan Setiabudi Bandung, masing-masing telah diketahui data volume

lalulinats jam puncak ( peak hour) tiap lengan, data geometrik simpang

dan type klasifikasi simpang. Proses analisis kinerja tiap simpang tak

bersinyal dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1) Simpang tak Bersinyal

Gambar 1

Diagram alir Analisa Simpang tak bersinyal

INPUT DATA Kondisi geometrik Simpang Data lalu lintas lalu lintas Kondisi Lingkungan

PERHITUNGAN KAPASITAS SIMPANG 1. Lebar pendekat dan tipe simpang 2. Kapasitas dasar 3. Faktor penyesuaian lebar pendekat 4. Faktor penyesuaian median jalan utama 5. Faktor penyesuaian ukuran kota 6. Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan

samping dan kendaraan tak bermotor 7. Faktor penyesuaian belok kiri 8. Faktor penyesuaian belok kanan 9. Faktor penyesuaian belok kanan 10. Kapasitas

PERHITUNGAN PERILAKU LALU-LINTAS 1. Perhitungan Derajat Kejenuhan 2. Peritungan Tundaan Lalu lintas ( delay) 3. Perhitungan Peluang antrian 4. Penilaian perilaku lalu-lintas

Keperluan Penyesuaian Asumsi sesuai kebutuhan

Akhir analisa

TIDAK

PERUBAHAN

YA

Page 9: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

9

Dengan berpedoman pada diagram alir dan deskripsi data tiap

simpang di atas, maka diperoleh hasil masing-masing perhitungan

kinerja simpang tak bersinyal, yaitu Simpang jalan S Bajuri, Simpang

jalan Gegerkalong Girang dan Simpang jalan Hegarmanah sebagai

berikut .

Simpang jalan Sersan Bajuri-Setiabudi

Bentuk Simpang adalah simpang tiga tak bersinyal type 3.2.4

dengan data arus lalu lintas jam puncak (peak hour) tiap pendekat

Tabel 1

Volume arus lalu lintas jalan Setiabudi di luar terminal

Jenis

Kendaraa

n

ARAH PENDEKAT ( smp)

A B C

LT ST RT LT ST RT LT ST RT

MC - 701 - 170 654 - 15 - 222

LV - 896 - 260 901 - 35 - 287

HV - 82 - 27 155 - 4 - 20

UM - - - - - - - - --

Σ unit 2361 - 621 2327 - 67 - 745

Σ SMP 1679 - 457 1710 - 54 - 529

Dari daftar di atas diperoleh bahwa :

Q total = 4429 smp/jam

Rasio belok kiri ( PLT ) = 0,11

Rasio belok kanan (PRT) = 0,12

Rasio jalan minor terhadap jalan utama = 0,132

Berpedoman pada metoda MKJI tahun 1997 untuk simpang tak

bersinyal maka hasil perhitungan elemen simpang diperoleh sebagai

berikut:

1). Perhitungan ratio belok dan ratio arus lalu lintas

Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FLT)

FLT = 0,84 + 1,61 . PLT

PLT = CBA

CBA LTLTLT

= 0,11

FLT = 0,84 + 1,61 . 0,11 = 1.03

Page 10: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

10

Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT)

FRT = 1,09 – 0,922 . PRT untuk 3 lengan

PRT = CBA

CBA RTRTRT

= = 0,12 ; FRT = 0,98

2). Perhitungan faktor penyesesuaian lebar pendekat ( Fw)

Lebar rata–rata semua pendekat

WI = ( A/2 + B/2 + C/2) / 3

= (6,8/2 + 11,02/2 + 8,2/2) / 3 = 4,34 m

Maka Fw = 0,73 + 0,0760 . WI = 1,2

Dengan tipe simpang 3.2.4 diperoleh nilai kapasitas dasar (Co ) = 3200

smp/jam, maka :

Type

Simpang

Lebar Pendekat (meter)

Wi

ΣLajur

Kapasitas

Dasar

Jalan

Minor

WC

Jalan Mayor Jalan

Mayor

Jalan

Minor WA WB WAB

3.2.4 8,22 6,8 11,02 8,91 4,3

4

4 2 3.200

3). Perhitungan faktor penyesesuaian ratio arus jalan minor (FMI )

FMI = 1,19 x PMI2 – 1,19 x PMI + 1,19

PMI = QMI / QTOT = 583 / 4429 = 0,132

FMI = 1,19 x 0,1322 – 1,19 x 0,132 + 1,19 = 1,15

4). Perhitungan kapasitas simpang

C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI

Dengan ukuran penduduk spesifikasi kota besar adalah 1-3 juta, faktor

penyesuaian jalan mayor tanpa median (FM) = 1,00, maka diperoleh:

C = 3200 x 1,18 x 1,0 x 1,05 x 0,98 x 1,03 x 0,98 x 1,15

= 4587 smp/jam

Kapasitas dasar

Lebar Pendeka

t rata-rata

Median jalan

utama

Ukuran kota

hambatan

samping

belok kiri

belok kanan

Rasio FMI/FM

A

kapasitas

Co (SMP/jam

) FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI

C (smp/jam

)

3200 1,18 1,0 1,05 0,98 1,03 0,98 1,15 4587

Page 11: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

11

5). Perhitungan Derajat Jenuh ( DS)

DS = QTOT / C,

Maka diperoleh DS = 4429 / 4587 = 0,96

Selanjutnya, tundaan yang terjadi serta prosentase peluang antrian yang

dapat terjadi, dapat dihitung sebagai berikut :

1). Perhitungan Tundaan Simpang (D)

Rumus: D = DG + DTI (det/smp)

DG = Tundaan geometrik simpang

DG = (1 - DS) x (PT x 6 + (1 - PT) x 3) + DS x 4

dimana: DG = tundaan geometrik simpang

DS = derajat kejenuhan

PT = ratio belok total

Maka diperoleh:

DG = (1 – 0,96 ) x (0,23 x 6 + (1 – 0,23) x 3) + 0,96 x 4

= 6,2 det/smp

DT1 = Tundaan lalu lintas simpang

DTI = 1,0504 / (0,2742 – 0,2042 . 0,96) – (1 – 0,96) . 2

= 6,9 det/smp

Maka diperoleh Tundaan Simpang (D) = 13,1 det/smp

2). Perhitungan tundaan lalu lintas jalan mayor (DTMA)

DTMA = 1,05034 / (0,346 – 0,246 . DS) – (1 - DS) . 1,8

= 1,05034 / (0,346 – 0,246 .0,96) – (1 – 0,96) . 1,8

= 27,8 det/smp

3). Perhitungan tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI)

DTMI = ( QTOT x DTI - QMA x DTMA) / QMI

= ( 4429 x 6,9 – 3846 x 27,8) / 583 = 131 det/smp

4). Perhitungan peluang antrian (QP)

QP% = 9,02 . DS + 20,66 . DS2 + 10,49 . DS

3

= 9,02 . 0,96 + 20,66 . 0,962 + 10,49 . 0,96

3

= 37,37 %

Page 12: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

12

QP% = 47,71 . DS - 24,68 . DS2 + 56,47 . DS

3

= 47,71 . 0,96 - 24,68 . 0,962 + 56,47 . 0,96

3

= 45,81 – 27,74 + 49,96 = 68,03 %

Arus Lalu

Lintas

Derajat jenuh

Tundaan lalu

lintas simpang

Tundaan lalu lintas Jl. Utama

Tundaan lalu lintas Jl.

Minor

Tundaan geometrik simpang

Tundaan simpang

Peluang Antrian

Q (smp/jam

) DS DTI DTMA DTMI DG D

QP% BA

QP% BB

4429 0,96 6,9 27,8 131 6,2 13,1 68,37 37,37

Jadi, rentang peluang antrian yang dapat terjadi pada simpang jalan Dr.

Setiabudi–Sersan Bajuri adalah sebesar 37,37 % - 68,37 %

Pelayanan simpang Geger Kalong Girang

Dari deskripsi data survai di atas telah diperoleh data arus lalu

lintas pada jam puncak (peak hour) adalah :

Q total = 5259 smp/jam

Rasio belok kiri ( PLT ) = 0,135

Rasio belok kanan (PRT) = 0,06

Rasio jalan minor terhadap jalan utama = 0,103

Maka elemen simpang Gegerkalong Girang sebagai berikut:

1). Perhitungan Kapasitas Simpang

DS = Q/C ; C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI

CO = 3200 untuk simpang 3.2.4

WA = 12,6 m ; WB = 12,9 m ; WC = 6,7 m

75,122

9,126,12

2

BA

AB

WWW m

73,92

7,675,12

2

CAB

i

WWW m

FW = perhitungan lebar pendekat = 0,62 + 0,065 Wi

FW = 0,62 + 0,065 (9,73) = 1,2525 ; Maka:

Page 13: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

13

Type

Simpang

Lebar Pendekat (meter)

Wi

ΣLajur

Kapasitas

Dasar

Jalan

Minor

WC

Jalan Mayor Jalan

Mayor

Jalan

Minor WA WB WAB

3.2.4 6,7 12,6 12,9 12,7

5

9,73 4 2 3.200

FM = 1,0 karena tidak terdapat median lalu lintas

FCS = Faktor penyesuaian terhadap ukuran suatu kota, diambil 1,05

FRSU = Untuk lingkungan komersil dan hambatan samping cukup tinggi

dengan rasio kendaraan tak bermotor < 0,93%, maka FRSU yang digunakan

adalah 1-0,02 = 0,98.

FLT = 0,84 + 1,61 . PLT => PLT = 0,13

maka, FLT = 0,84 + 1,61 (0,13) = 1,05

FRT = 1,09 - 0,922 . PRT => PRT = 0,06

maka, FRT = 1,09 - 0,922 (0,06) = 1,03

FMI = factor penyesuain rasio arus jalan minor 3.2.4 diambil 1,3

maka Kapasitas simpang dapat dihitung sebagai berikut :

C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI ; C = 6019 smp/jam

Jadi, derajat jenuh diperoleh DS = Q/C = 5259/6019= 0,87

Kapasitas dasar

Lebar Pendekat rata-rata

Median jalan

utama

Ukuran kota

hambatan samping

belok kiri

belok kanan

Rasio FMI/FMA

kapasitas

Co (SMP/jam)

FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI C

(smp/jam)

3200 1,3 1,0 1,05 0,98 1,05 1,03 1,3 6019

2. Perhitungan Perilaku Lalu Lintas

1) Perhitungan Tundaan Simpang

DT1 =

2)1(2042,02742,0

0504,1xDS

xDS

= 10,62 det/smp

2) Tundaan pada Lalu Lintas Utama Jalan Mayor (DTMA)

Page 14: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

14

DTMA =

8,1)1(246,0346,0

05034,1xDS

xDS

= 7,8 det/smp

3) Tundaan Lalu Lintas Jalan Minor Rata-Rata (DTMI)

DTMI =

MI

MAMATITOT

Q

xDTQxDQ = 35,11 det/smp

4) Tundaan Geometrik (DG) Untuk DS ≤ 1

DG = (1 – DS)(PT x 6) + (1 – PT) x 3 + (DS x 4) = 6,05 det/smp

5) PerhitunganTundaan Simpang (D)

D= DG + DT1 = 6,05 + 10,62 = 16,67

6) Peluang Antrian

a. Peluang antrian batas atas

QP % = 47,71 x DS – 24,68 x DS2 + 56,47 x DS

3

= 47,71 x 0,87 – 24,68 x (0,87)2 + 56,47 (0,87)

3 = 60,02 %

b. Peluang antrian batas bawah

QP % = 9,02 x DS + 20,66 x DS2 + 10,49 x DS

3

= 9,02 x 0,87 + 20,66 x (0,87)2 + 10,49 (0,87)

3 = 30,39%

Arus Lalu

Lintas

Derajat jenuh

Tundaan lalu

lintas simpang

Tundaan lalu

lintas Jl. Utama

Tundaan lalu lintas Jl. Minor

Tundaan geometrik simpang

Tundaan simpang

Peluang Antrian

Q (smp/ja

m) DS DTI DTMA DTMI DG D

QP% BA

QP% BB

5259 0,87 10,62 7,8 35,11 6,05 16,67 60,02 30,39

Peluang antrian yang terjadi pada simpang Setiabudhi – Geger Kalong

Girang adalah sebesar 30,39 % s/d 60,02 %

Kinerja pelayanan simpang Hegarmanah

Dari volume jam puncak (peak hour) arus lalu lintas simpang Hegarmanah di

atas dapat diketahui bahwa Q total = 5553 smp/jam, Rasio belok kiri ( PLT )

= 0,23 ; Rasio belok kanan (PRT) = 0,00 dan Rasio jalan minor terhadap

Page 15: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

15

jalan utama = 0,09, Maka perhitungan elemen simpang Gegerkalong Girang

sebagai berikut:

1) Perhitungan Kapasitas simpang

a) Perhitungan lebar pendekat

WA =9,4 m ; WB = 8,5 m ; WC = 6,2 m

WAB = 95,82

5,8m 4,9

2

BA WW

Wi = 58,72

2,695,8

2

cAB WW

FW = 0,62 + 0,065*7,58 = 1,11

Type

Simpang

Lebar Pendekat (meter)

Wi

ΣLajur

Kapasitas

Dasar

Jalan

Minor

WC

Jalan Mayor Jalan

Mayor

Jalan

Minor WA WB WAB

3.2.4 6,2 10,9 8,5 7,95 7,95 4 2 3.200

b) Factor penyesuaian median jalan utama

FM = diambil 1,0 ; FCS = diambil 1,05

c) Factor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping (FRSU ) untuk

rasio kendaraan tak bermotor kurang 10 %, dihitung diperoleh = 0,98

d) Factor penyesuaian % belok kiri

FLT = factor penyesuaian terhadap belok kiri

FLT = 0,84 + 1,61.PLT = 1,21

e) Factor penyesuaian belok kanan

FRT = 1,09 – 0,922*PRT = 1,09 – 0,922*0 = 1,09

f) Factor penyesuaian rasio arus jalan minor

FMI = factor penyesuaian arus jalan minor, diambil = 1,3

C = CO.FW.FM.FCS.FRSU.FLT.FRT.FMI

C = 3200*1,11*1*1,05*0,98*1,21*1,09*1,3 = 6.267

Jadi, DS = C

Q= 89,0

267.6

553.5

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kinerja pelayanan simpang

tidak stabil, lalu lintas padat, arus kendaraan tiap lajur tersendat, antrian

Page 16: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

16

sering terjadi dan kecepatan rencana tidak tercapai, dimana kecepatan yang

ada dilapangan lebih rendah dari kecepatan rencana.

2) Perhitungan Perilaku Lalu Lintas

a) Perhitungan tundaan simpang

DT1 =

2)1(2042,02742,0

0504,1xDS

xDS

= 11,45 det/smp

b) Tundaan pada Lalu Lintas Jalan Mayor

DTMA =

8,1)1(246,0346,0

05034,1xDS

xDS

= 8,07 det/smp

c) Tundaan Pada Lalu Lintas Jalan Minor Rata-rata

DTMI =

MI

MAMATITOT

Q

xDTQxDQ

= 45,09 det/smp

d) Tundaan Geometrik

DG = (1 – DS)(PT x 6) + (1 – PT) x 3 + (DS x 4 = 3,99 det/smp

e) Tundaan Simpang

D

44,15

45,1199,3

DTIDG

f) Peluang Antrian

Peluang antrian batas atas

QP %

%76,62

89,0*47,5689,0*68,2489,0*71,47

*47,56*68,24*71,47

32

32

DSDSDS

Peluang antrian batas bawah

QP %

%79,31

89,0*49,1089,0*66,2089,0*02,9

*49,10*66,20*02,9

32

32

DSDSDS

Jadi, peluang antrian yang terjadi pada simpang Hegarmanah adalah

sebesar 31,79% sampai dengan 62,76 %.

Page 17: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

17

2). Simpang Jalan Geger Kalong Hilir ( simpang bersinyal )

Simpang Gergerkalong Hilir merupakan simpang bersinyal,

yaitu pergerakan lalu lintas tiap lengan diatur dengan lampu lalu

lintas. Proses analisis kinerja simpang dilakukan sebagai berikut

Gambar 2 : Diagram alir Analisa Simpang bersinyal

Adapun perhitungan kinerja simpang bersinyal Gergerkalong Hilir

dihitung secara tabelaris sebagai berikut:

PERUBAHAN

Ubah penentuan fase

sinyal, lebar pendekat,

aturan membelok dsb.

Perhitungan Kapasitas simpang

Kapasitas

Keperluan untuk perubahan

Perhitungan Waktu Sinyal

1) Tipe pendekat

2) Lebar pendekat efektif

3) Arus jenuh dasar

4) Faktor-faktor penyesuaian

5) :Rasio arus/arus jenuh

6) :Waktu siklus dan waktu hijau

Penggunaan Sinyal

Fase sinyal

Waktu antar hijau dan hilang

Data Masukan

Kondisi Geometrik

Volume arus lalu lintas

Pengaturan lalu-lintas

Kondisi lingkungan

Perhitungan Perilaku Lalu-lintas

1) Persiapan

2) Panjang antrian

3) Kendaraan terhenti

4) Tundaan

Page 18: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

2

PERHITUNGAN ANTRIAN DAN WAKTU TUNDA ( DELAY )

SIMPANG JALAN GEGERKALONG HILIR - JALAN SETIABUDI BANDUNG

Kode

Arus

Lalu Kapsitas Derajat Rasio Jumlah kendaraan antri (smp) Panjang Rasio Kend Tundaan

Pendekat Lintas smp/jam Kejenuhan hijau Total NQ antrian Kendaraan terhenti Lalu lintas Geometrik Rata-rata Total

smp/jam DS GR N1 N2 NQ1+NQ2=

maks (m)

Stop

smp/jam smp/jam det/smp

rata-rata

det/smp det/smp smp.det

Q C Q/C g/c NQ QL NS Nsv DT DG D=DT+DG D x Q

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

BST 2250 3496 0,644 0,39216 0,403 29,11 29,51 42 78,873 1,056 2131,083 14,570 4,223 18,793 42284

CRT 611 949 0,644 0,18774 0,402 8,984 9,39 14,9 58,431 1,379 443,1461 23,019 5,516 28,535 17438

ART 190 296 0,644 0,10587 0,400 2,908 3,31 7,7 58,113 2,287 83,27603 29,440 9,147 38,587 7349

Tot.

Arus 3052 Total 2658 total 67071

Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp 0,871

Tundaan Simpang Rata-rata D1

(det/smp) 22

Keterangan Pol diambil 10%

Keterangan :

BST = Lengan Jalan Setiabudi lalu lintas menerus Lembang - Bandung

CRT = Lengan jalan S Bajuri lalu lintas belok kanan

ART = Lengan jalan Setiabudi lalu lintas belok kiri

Page 19: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

3

Tabel 3

Hasil Perhitungan Kinerja Simpang tak bersinyal pada ruas jalan Dr Setiabudi

N0

Nama

dan type

Simpang

Arus

Lalu

lintas

Arah

Lalu

lintas

Volume jam

puncak

Rasio

jalan

Minor

Kapasitas

( C )

DS

Tundaaan Lalu

lintas

Tundaan

Geometrik

Tundaan

Simpang

Peluang

antrian

( % )

Panjang

Antrian

( m )

kpj

Smp *)

Jalan

Utama

Jalan

Minor

1

Simpang

Sersan

Bajuri

( 3/2/4 )

Jalan

utama +

jalan

Minor

LT 688 511 0.11

4587

0,96

27,8

131

6,2

13,1

33.37

s/d

68,37

ST 4688 3389

RT 745 529 0.120

Jumlah 6121 4429 0.132

2

Simpang

Gegerkalong

Girang

Jalan

utama +

jalan

Minor

LT 1063 708 0.135

6019

0,87

7.8

35.11

6.05

16.67

30.39

s/d

60.02

ST 5744 4234 0.805

RT 507 317 0.060

Jumlah 7314 5259

3

Simpang

Gegerkalong

Hilir

Jalan

utama +

jalan

Minor

BST 3516 2250 -- 3496 0.64 14.5

23.02

4.2 18.79 78.9

CRT 1227 529 0,710 949 0.64 5.5 28.53 58.4

ART 328 190 0,008 296 0.64 29.4 9.1 38.6 58.11

Jumlah 5071 3052

4

Simpang

Hegarmanah

Jalan

utama +

jalan

Minor

LT 1742 1268 0.230

6.267

0,89

8,07

45,09

3,99

15.44

31.79

s/d

62.76

ST 5945 4285

RT -- -- --

Jumlah 7687 5553

Keterangan *) PCU : MC = 0,25 ; LV = 1,0 ; HV = 1,3

A. RT = arus lalu lintas belok kanan dari jalan Setiabudi arah Lembang

B. ST = Arus Lalu Lintas menerus dari Jalan Setiabudi arah Bandung

C. RT = arus Lalu Lintas belok kanan radi Jalan Gegerkalong Hilir ke arah Bandung

Page 20: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

20

6. Analisis dan Pembahasan

Dari perhitungan parameter kinerja empat buah simpang di sepanjang

ruas jalan DR Setiabudi di atas, diantaranya adalah simpang tak

bersinal ( non traffic signal ) telah diketahui, bahwa

1) Derajat jenuh ( DS) pada setiap simpang diperoleh pada nilai yang

bervariasi, yaitu DS = 0,87 sampai dengan 0,96. Tundaan

geometrik simpang masing 6,2 dan 6,05 pada simpang S Bajuri

dan simpang Gergerkalong Girang. Kemudian 4,0 pada simpang

Hergarmanah

2) Tundaan simpang ( delay) adalah 13,1 - 16,7 detik/smp

3) Peluang antrian yang mungkin terjadi adalah dari batas bawah

30,4 – 33,4% dan batas atas 60,02 – 68,4.%

Sedangkan kinerja simpang bersinyal ( Simpang Gegerkalong Hilir) adalah

38,6 detik/smp dan panjang antrian pada ketiga lengan sampai lebih dari

25 meter, dan tinginya faktor hambatan samping maka berdampak

tehadap tejadinya peluang antrian yang tinggi yaitu 28,53 – 38.6 %.

Oleh sebab itu secara keseluruh, maka tingkat pelayanan arus

lalulintas di sepanjang ruas jalan DR Setiabudi digolongkan dalam

kalasifikasi D dengan arus lalu lintas tidak stabil, kendaraan padat, lalu

lintas tersendat, dan volume simpang lebih tinggi dari kapasitasnya.

Keadaan ini berakibat terhadap kerugian yang harus dipikul oleh

pengemudi, antara lain meningkatnya biaya operasional kendaraan ( BOK)

, tertundanya waktu perjalanan dan pertambak pula terhadap

kenyamanan, dan resiko biaya pemeliharaan jalan yang harus dipikul oleh

Pemerintah Daerah kota Bandung.

.

Page 21: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

21

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan.

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengolahan tentang kinerja pelayanan

Terminal Ledeng dan Ruas Jalan DR Setiabudi Bandung studi yang telah diurakan

di atas, maka diperoleh kesimpulan hasil studi sebagai berikut :

1) Bahwa kinerja semua simpang di sepanjang Jalan DR Setiabudi pada jam

puncak (peak hour) dikategorikan pada tingkat pelayanan D ( level of

service ) dengan arus lalu lintas tidak stabil, lalu lintas padat, kendaraan

pada tiap lajur lalu lintas pada mulut simpang tersumbat, terjadi antrian

panjang dan kecepatan laju kendaraan rendah

2) Bahwa kinerja pelayanan ruas jalan DR Setiabudi Bandung

diklasikasikan dalam golongan tingkat pelayanan D, yaitu arus lalu lintas

tidak stabil, arus lalu lintas padat, sering terjadi antrian dan kemacetan

lalulintas dan kecetapan rata-rata kendaraan 27 kilometer/jam.

B. Saran/Rekomendasi

Dari fenomena rendahnya kinerja pelayanan dan kapasitas daya tampung terminal

Ledeng, serta rendahnya tingkat kinerja pelayanan ( level of service ) pada ruas

jalan dan simpang yang ada di sepanjang jalan DR Setiabudi Bandung, maka

disaran antara lain :

1) Agar Pemerintah daerah kota Bandung, instansi yang terkait, para praktisi

dan akademisi bersama-sama menetapkan kebijakan strategis, baik program

jangka panjang maupun jangka pendek mengembangkan sistem pelayanan

moda transportasi yang aman dan nyaman sesuai dengan kebutuhan

masyarakat di kawasan koridor utara kota Bandung, dan sistem

pengoperasian moda transpotasi kawasan Bandung Raya tahun 2025.

2) Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan intensif dari pihak yang terkait

dengan pengelola sarana infrastruktur dan fasilitas Jalan raya, untuk secara

persuasif edukatif melaksanakan program penertiban penggunaan badan

jalan,serta peningkatan disiplin penguna jalan , khususnya ruas jalan DR

Setiabudi Bandung.

Semoga,

Page 22: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

22

DAFTAR PUSTAKA

Adolp D. May, 1990 . Traffic Flow Fundamenatls ; Prentice hall, New

Yersey.

Cornes, Richard and Sandler, Todd, 1996. The Theory of Externalities, Public

Goods, and Club Goods. Cambridge University Press, United States of

America.

Clarkson H.Oglesby, R.Gary Hicks; 1975; Highway Engineering; John Wiley

& Sons, Fourth Edition

Edward K. Morlok. 1988, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,

Erlangga, Jakarta

F.D Hobbs; Suprapto TM; 1995; Perencanaan dan Teknik Lalu lintas; Gajah

Mada University Press, Yogyakarta, Edisi kedua

Nachmias, David and Nachmias, Chava, 1987. Research Methods in The

Social Sciences. St. Martin’s Press, Inc. United States of America.

O’Flaherty, CAO, 1997. Transport Planning and Traffic Engineering. John

Wiley & Sons, America.

Robert J.Kodoatie; 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Pustaka

Fajar, Yogyakarta

Rosenbloom, Sandra, 1992. Peak-Period Traffic Congestion: A State-of-The-

Art Analysis and Evaluation of Effective Solutions.

The Institute of Highways and Transportation,1997. Transport in The Urban

Environment. United Kingdom.

The Royal Commission on Environmental Pollution’s Report, 1995. Transport

and The Environment. Oxford University Press.

Page 23: ANALISIS KINERJA SIMPANG PADA RUAS JL SEIABUDI

23

TUGAS MATA KULIAH TEORI ALIRAN

( KULIAH MATRIKULASI S-3 )

Dosen Pengampu

IR. Wahyudi Kushardjoko MT

Dikerjakan oleh

Supratman Agus, LA5 00.8010

PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2 0 0 9