62
ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN TERHADAP PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN KONSEP RKUHP 2015 Skripsi Oleh FITRA AGUSTAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN TERHADAP

PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN KONSEP RKUHP 2015

Skripsi

Oleh

FITRA AGUSTAMA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN TERHADAP

PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN KONSEP RKUHP 2015

Oleh

Fitra Agustama

Pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden kembali di masukan kedalam

Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), hal ini menimbulkan

polemik dimasyarakat, disatu pihak ada yang setuju dimasukan kembali pasal tersebut

dalam RKUHP, mengatakan bahwa Presiden dan Wapres merupakan simbol negara oleh

karenanya perlu dilindungi. Dilain pihak, yang tidak setuju khawatir pencantuman pasal

tersebut dalam RKUHP dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM, khususnya

hak untuk berekspresi dan menyatakan pendapat apalagi pasal yang serupa dalam KUHP

telah dicabut oleh MK. Permasalahan yang diteliti penulis adalah Apakah perlu adanya

kriminalisasi perbuatan penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden ke dalam

RKUHP dan Bagaimanakah proses Kriminalisasi perbuatan penghinaan terhadap

Presiden dan Wakil Presiden RKUHP tahun 2015 dalam presfektif hukum pidana.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan

pendekatan yuridis komperatif. Data penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

analitis yang menggunakan sumber data sekunder, berupa bahan – bahan kepustakaan.

Data – data yang diperoleh akan dianalisis dengan kualitatif dengan penguraian secara

deskriptif analitis dan preskriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pasal Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil

Presiden masih sangat diperlukan, karena banyak terjadi kasus penghinaan Presiden,

akibat dari kekosongan hukum, hal sangat melukai martabat Presiden dan menimbulkan

keresahan dalam masyarakat. Presiden merupakan simbol dari kedaulatan, kelangsungan

dan keagungan/kebesaran dari seorang Kepala Negara sekaligus sebagai Kepala

Pemerintahan. dirasakan janggal kalau penghinaan terhadap orang biasa, orang yang

sudah mati, bendera/lagu kebangsaan, lambang kenegaraan, petugas/pejabat umum, dan

Kepala Negara sahabat saja dijadikan tindak pidana sedangkan penghinaan terhadap

Presiden tidak, terlebih status/posisi/kedudukan/fungsi/tugas Presiden berbeda dengan

orang biasa. Pemerintah mesti memperhatikan negara-negara lain yang secara tegas

melindungi martabat Presiden. Terlepas dari itu, Pemerintah mesti merumuskan pasal

martbat Presiden ini harus cermat dan teliti agar tidak terjadi lagi muncul pasal multi

tafsir dan tidak mencederai demokrasi. Proses Kriminalisasi tindak pidana melalui

beberapa tahapan yaitu harus memperhatikan kriteria-kriteria atau faktor-faktor

kriminaliasasi dan dalam proses pembentukan undang-undangnya mesti berdasar asas

kriminaliasasi yaitu, asas legalitas, asas subsidaritas dan asas persaman/kesamaan hukum.

Page 3: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

Fitra Agustama

Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden

dipertahankan di RKUHP, karena masih sangat diperlukan di Indonesia, untuk

melindungi martabat Presiden dan Wakil Presiden dan dalam penyusunannya aturan

Pasal Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden mesti dibentuk dengan cermat

dan hati-hati tiap rumusan pasalnya dan mesti ada pengawasan dari para pihak penegak

hukum agar tidak terjadi lagi penyalahgunaan undang-undang seperti pasal sebelumnya

yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Kata kunci: Kriminalisasi Perbuatan Penghinaan, Presiden dan Wakil Presiden,

RKUHP

Page 4: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN TERHADAP

PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN KONSEP RKUHP 2015

Oleh

Fitra Agustama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

Judul Skripsi : Analisis Kriminalisasi Penghinaan

Terhadap Presiden Dan Wakil Presiden

Konsep RKUHP 2015

Nama Mahasiswa : Fitra Agustama

No. Pokok Mahasiswa : 1412011156

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H. Muhammad Farid, S.H., M.H.

NIP. 19550106 1980032001 NIP.19840805 2014041001

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Eko Raharjo, S.H., M.H.

NIP. 19610406 1989031003

Page 6: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua Penguji : Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H. ....................................

Sekretaris/Anggota : Muhammad Farid, S.H., M.H. ....................................

Penguji Utama : Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. ....................................

2. Dekan Fakultas Hukum

Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. NIP. 196003101 987031002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 15 Februari 2019

Page 7: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitra Agustama

No. Pokok Mahasiswa : 1412011156

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “Kriminalisasi

Perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden dan Wakil Presiden Konsep

RKUHP 2015” adalah asli hasil penelitian dan hasil karya saya sendiri dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Skripsi ini bukan merupakan plagiarisme, pencurian hasil karya milik orang lain

untuk kepentingan saya ataupun pada hakekatnya bukan merupakan karya tulis

saya secara orisinil dan otentik.

Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan ataupun

paksaan dari pihak maupun. Semoga surat pernyataan ini dapat dipertanggung

jawabkan dan digunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 7 Febuari 2019

Penulis

Fitra Agustama

NPM. 1412011156

Page 8: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kecamatan Kedaton, Kota Bandar

Lampung pada tanggal 21 Februari 1996 dan merupakan anak

pertama dari 2 (Dua) bersaudara dari pasangan Bapak

Agustam dan Ibu Ernani.

Pendidikan yang telah diselesaikan adalah TK Dharma Wanita lulus pada tahun

2002, , lalu melanjutkan Sekolah Dasar Negeri 2 Rawa laut Bandar Lampung lulus

pada tahun 2008, lalu melanjutkan Sekolah Menengah 22 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2011, lalu peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas

15 Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Bandar Lampung. Peneliti Mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sendang

Sari Kecamatan Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung

pada 17 januari – 26 Februari tahun 2017. Selanjutnya peneliti melakukan

penelitian untuk menyelesaikan Skripsi.

Page 9: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

MOTO

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil

sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna

(Nabi Muhammad SAW)

Orang bodoh itu tidak banyak mikir, yang penting terus melangkah. Orang pintar

kebanyakan mikir, akibatnya tidak pernah melangkah

(Bob Sadino)

Kebaikan ibu & ayah tidak akan pernah bisa terbalaskan dengan cara

apapun,tetapi setidaknya balaslah kebaikan mereka dengan tidak membuat

mereka kecewa itu sudah cukup bagi mereka

(Penulis)

Page 10: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah

memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan

skripsi ini.Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan keharibaan

Rasullullah SAW.

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Ayah dan Ibu,Sebagai orang tua penulis yang telah membesarkan,mendidik,dan

membimbing penulis menjadi sedemikian rupa,selalu memberikan kasih dan

sayangnya yang tulus dan memberikan do’a yang tidak pernah putus untuk setiap

langkah yang penulis lewati serta tidak pernah meninggalkan penulis walaupun

dalam keadaan terpuruk sekalipun.

Adikku Putri Agustin yang selalu memjadi motivasi penulis untuk selalu berbuat

yang terbaik agar penulis dapat menjadi seorang panutan.

Kakek dan Nenek yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis.

Teman-teman yang selalu membantu penulis di saat senang dan susah.

Serta kepada seluruh keluarga besar penulis yang tidak dapat di sebutkan satu

persatu untuk selalu mendo’akan dan mendukung keberhasilan penulis.

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Page 11: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh

isinya, serta hakim yang maha adil di hari akhir nanti, sebab hanya dengan

kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Kriminalisasi Perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden dan Wakil

Presiden Konsep RKUHP 2015” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Shalawat dan

salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

pembawa Rahmatan Lil’Aalaamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan

terselesaikannya skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung sekaligus Pembahas I yang telah banyak memberikan

saran dan masukannya.

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Bagian

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 12: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

4. Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan banyak waktu untuk penulis hanya untuk memberikan saran,

masukan dan nasihat-nasihat yang sangat berguna bagi penulis.

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., selaku Pembahas II atas kesabarannya

membimbing penulis, serta banyak memberikan masukan-masukan yang

berguna untuk kebaikan penulis.

6. Bapak Muhammad Farid, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan banyak waktu untuk penulis hanya untuk memberikan

saran, masukan dan nasihat-nasihat yang sangat berguna bagi penulis.

7. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik atas

kesabarannya membimbing, membina dan menasehati penulis dari awal

masuk kuliah hingga akhir kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., yang telah bersedia menjadi Narasumber serta

memberikan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga selama menempuh studi.

10. Yang tercinta dan tersayang Ayah dan Ibu atas kasih sayang, semangat,

nasihat-nasihat, motivasi, dan juga yang terpenting do’a yang selalu di

berikan kepada penulis.

11. Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan dan do’a selama

pembuatan skripsi ini.

12. Sahabat Sahabatku Tercinta Denny Arsyad, Dirham Fathurusi, Donatus

Deska, Erdian Husni, Nur Setiawan, Faiz Rabbani, Tetuko Nadigo, Dedy

Septianto, Gendis Indriyati, Filza Elrizza, Darius Darmanta, Atas Bantuan

dan Do’a selama ini.

Page 13: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

13. Teman-Teman KKN Tematik 2017 Kampung Sendang Sari Kecamatan Sendang

Agung Kabupaten Lampung Tengah Dandy Wiranaldi, Septryanda Baratama,

Dwi Arum, Rahmanindya, Yolanda Dwi, dan Zefni Aprilia atas bantuan,

dukungan dan kerjasamanya.

14. Seluruh Angkatan 2014, Terutama Teman-Teman Jurusan Hukum Pidana 2014

atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.

15. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini,terima kasih atas semua bantuan, kerelaan dan

dukungannya.

16. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis berdo’a semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah di berikan akan

mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT,dan akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 7 Februari 2019

Penulis,

Fitra Agustama

Page 14: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup .................................................... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ............................................................ 10

E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kebijakan Pidana ........................................................... 18

B. Tinjauan Umum Kebijakan Kriminalisasi ................................................ 22

C. Tinjauan Umum Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden ...................... 26

D. Tinjauan Umum Presiden dan Wakil Presiden ........................................ 34

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah .................................................................................. 37

B. Sumber dan Jenis Data .............................................................................. 38

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 39

D. Analisis Data ............................................................................................. 41

Page 15: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kriminalisasi Perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden

Dan Wakil Presiden Dalam RKUHP ........................................................ 42

B. Proses Kriminalisasi Perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden Dan Wakil

Presiden Dalam RKUHP Dalam Presfektif Hukum Pidana ...................... 64

V. PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 79

B. Saran .......................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini, sedang berlangsung usaha untuk memperbaharui Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai bagian dari usaha pembaharuan

hukum nasional yang menyeluruh. Usaha pembaharuan itu dilakukan, tidak hanya

karena alasan bahwa KUHP yang sekarang ini dianggap tidak sesuai lagi dengan

tuntutan perkembangan masyarakat, tetapi juga karena KUHP tersebut tidak lebih

dari produk warisan penjajahan Belanda, dan karenanya tidak sesuai dengan

pandangan hidup bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.1

Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berinisiatif

untuk melakukan pergantian KUHP peninggalan Belanda dengan mengajukan

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Tanggal 11 Desember 2012,

Pemerintah telah menyerahkan rancangan undang-undang KUHP kepada DPR.2

Namun di dalam rancangan tersebut terjadi polemik, pemerintah

mengkriminalisasikan kembali pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil

Presiden. Kriminalisasi pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden

ini dimaksudkan agar dapat melindungi martabat Presiden dan Wakil Presiden

sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Hal ini karena perkembangan

1 Jimly Asshiddiqie, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Angkasa, 1996, hlm. 1.

2https://nasional.kompas.com/read/2013/04/08/11392836

Page 17: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

2

dimasyarakat dan kemudahan dalam menyatakan pendapat maupun kritik

terhadap pemerintah maupun terhadap Presiden yang terlalu bebas. Pasal

penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden tersebut termuat dalam

RKUHP, yang diatur pada Pasal 263 dan Pasal 264, yaitu:

Pasal 263:

(1) Setiap orang yang di muka umum menghina Presiden atau Wakil Presiden,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak Kategori IV.

(2) Tidak merupakan penghinaan jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) jelas dilakukan untuk kepentingan umum, demi kebenaran, atau

pembelaan diri.

Pasal 264:

Setiap orang yang menyiarkan, mempertunjukan, atau menempelkan tulisan

atau gambar sehingga terlihat oleh umum atau mendengarkan rekaman

sehingga terdengar oleh umum, yang berisi penghinaan terhadap Presiden dan

Wakil Presiden dengan maksud agar isi penghinaan diketahui umum, di

pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak kategori IV.

Pasal 263 dan Pasal 264 RKUHP secara substansi sama dengan Pasal 134, Pasal

136 bis, dan Pasal 137 KUHP yang juga mengatur mengenai delik pidana

penghinaan terhadap Presiden dan Wapres. Untuk lebih jelasnya Pasal 134, Pasal

136 bis, dan Pasal 137 KUHP, yaitu:

Pasal 134:

Penghinaan dengan sengaja terhadap Presiden atau Wakil Presiden diancam

dengan pidana penjara paling lama enam tahun, atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 136Bis:

Pengertian penghinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 mencakup

juga perumusan perbuatan dalam Pasal 315, jika hal itu dilakukan diluar

kehadiran yang dihina, baik dengan tingkah laku di muka umum, maupun

tidak di muka umum dengan lisan atau tulisan, namun di hadapan lebih dari

empat orang, atau di hadapan orang ketiga, bertentangan dengan kehendaknya

dan oleh karena itu merasa tersinggung.

Page 18: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

3

Pasal 137:

1. Barangsiapa menyiarkan, mempertunjuk-kan, atau menempelkan di muka

umum tulisan atau lukisan yang berisi penghinaan terhadap Presiden atau

Wakil Presiden, dengan maksud supaya isi penghinaan diketahui atau lebih

diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun

empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2. Jika yang bersalah melakukan kejahatan pada waktu menjalankan

pencariannya, dan pada saat itu belum lewat dua tahun sejak adanya

pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semcam itu juga, maka

terhadapnya dapat dilarang menjalankan pencaharian tersebut

Sebelumnya banyak orang yang telah didakwa dan dipidana karena telah

melanggar pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden yang diatur

dalam KUHP. Beberapa aktivis ditangkap pada tahun 1995, antaranya Sri Bintang

Pamungkas divonis 10 bulan penjara, terlibat aksi demonstrasi anti-soeharto di

Jerman.3 Nanang dan Mudzakir (aktivis mahasiswa) divonis 1 tahun penjara,

terlibat melakukan aksi demonstrasi dengan menginjak-injak gambar Megawati

Seokarno Putri dalam unjuk rasa di depan Istana Merdeka, pada tahun 2002 atas

kenaikan harga listrik, telepon, dan BBM.4 Selanjutnya tahun 2003, Ketua

Gerakan Pemuda Islam (GPI) M Iqbal Siregar harus mendekam 5 bulan di penjara

setelah demonstrasi dan berorasi di Istana Merdeka.5 Supratman, redaktur harian

nasional Rakyat Merdeka (RM) juga divonis hukuman selama 6 bulan dan

dihukum masa percobaan 12 bulan.6

3 Dian Cahyanigrum, “Polemik Pasal Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden Dalam RKUHP”,

Vol. V, No.08/II/P3DI/April/2013, hlm. 2. 4 Ibid.

5 Supriyadi Widodo Eddyono dan Fajrimei A. Gofar, Menelisik Pasal-Pasal Proteksi Negara

dalam RUU KUHP: Catatan Kritis terhadap Pasal-Pasal Tindak Pidana Ideologi, Penghinaan

Martabat Presiden, dan Penghinaan terhadap pemerintah, Jakarta: ELSAM dan Aliansi Nasional

Reformasi KUHP, 2007, hlm. 22. 6 Ibid., hlm. 24.

Page 19: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

4

Masa pemerintahan Presiden Megawati, kebijakannya menjadi sorotan utama dan

banyak suara-suara dari masyarakat yang tidak puas atas kebijakannya itu,

akibatnya terjadi demonstrasi besar-besaran diseluruh Indonesia Kondisi tersebut

membuat Presiden Megawati menggunakan kembali pasal-pasal penghinaan

martabat yang ada dalam KUHP Indonesia yang sering digunakan era Soeharto

untuk membungkam lawan-lawan politiknya, Megawati kemudian menggunakan

pasal tersebut untuk mengkriminalisasi para demonstran.7

Kebijakan tersebut masih berlanjutnya pada masa Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono. Tahun 2005, I Wayan Gendo Suardana yang saat itu menjabat (Ketua

Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia) ditangkap dan divonis

hukuman 6 bulan penjara karena mengkritik kebijakan kenaikan BBM.8 Gerakan

Mahasiswa Nasionalis Indonesia, Monang J Tambunan, juga divonis penjara

selama 6 bulan, dengan sengaja menghina Presiden SBY di depan umum pada

Mei 2005.9 Akhirnya pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden

dianggap membelenggu kebebasan untuk menyatakan pendapat. Tahun 2006,

Mahkamah Konstitusi menerima pemohonan uji materi (judicial review) oleh

Eggi Sudjana dan Pendapotan Lubis terkait Pasal KUHP 134, 136Bis, 137 KUHP

tentang penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden karena dianggap

bertentangan bertentangan dengan Pasal 28, 28E ayat 2 dan ayat 3 UUD 1945

yang berpeluang menghambat hak atas kebebasan menyatakan pikiran dengan

lisan, tulisan, dan bekspresi. 6 Desember 2006, MK mengabulkan permohonan uji

materi tersebut dan memutuskan melalui Putusan MK No. 013-022/ PUU-IV/2006

7 Ibid.

8 Dian Cahyanigrum, Op. Cit, hlm. 2

9 Ibid.

Page 20: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

5

dinyatakan bahwa Pasal 134, Pasal 136 bis, dan Pasal 137 KUHP bertentangan

dengan UUD Tahun 1945, oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat.

Berdasarkan pemamparan diatas harus ada keseriusan pemerintah dalam

merumuskan suatu aturan atau perundangan-undangan secara jelas, permasalahan

pokok pada pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden yang

terdahulu, terjadi pada unsur-unsur pasalnya yang memiliki arti luas, tidak ada

secara jelas menjelaskan pendapat, kritik, dan penghinaan itu yang seperti apa, hal

ini yang menimbulkan masalah dalam penerapannya. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa berpendapat adalah kebebasan yang

mengacu pada sebuah hak untuk berbicara atau berpendapat secara bebas tanpa

ada pembatasan, kecuali dalam hal menyebarkan kejelekan. Sedangkan kritik

adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki

pekerjaan. Mengkritik ada caranya yaitu :

1. Menyampaikan kelebihan dan kekurangan.

2. Menyertakan alasan yang logis.

3. Menyampaikan jalan keluar (solusi permasalahan).

4. Mengungkapkan dengan bahasa yang santun.

5. Menghindari kalimat yang menyinggung perasaan orang lain

Penghinaan adalah pencemaran terhadap nama baik seseorang yang dilakukan

secara lisan; tulisan penghinaan: tulisan yang mengakibatkan kerugian orang lain

atau mencemarkan nama baik orang lain. Berdasarkan pemamparan tersebut jelas

perbedaan berpendapat, mengkritik, maupun penghinaan. Jadi dalam perumusan

Page 21: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

6

pasal harus jelas perbedaan pendapat, kritik maupun penghinaan. Agar tidak lagi

terjadi penyalahgunaan undang-undang oleh pemerintah.

Wicipto Setiadi, Kepala BPHN dan anggota Tim Perumus RKUHP,

mengemukakan bahwa dasar pertimbangan Tim Perumus RKUHP merumuskan

kembali pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wapres dalam RUU KUHP

adalah untuk melindungi Presiden dan Wakil Presiden yang merupakan

personifikasi atau simbol kenegaraan.10

Pembuatan pasal tersebut tidak mengarah

pada sesuatu yang disebut sebagai perilaku anti demokrasi. Oleh karena itu

menurut Wicipto, semua orang diperkenankan untuk mengkritik Presiden dan

Wapres asal tidak disertai dengan penghinaan.

Pencantuman pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wapres dalam RKUHP

menimbulkan polemik di masyarakat.11

Beberapa pihak yang setuju antara lain

pakar hukum Universitas Islam Sumatera Utara, Zulfirman, yang berpendapat

bahwa Presiden adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan, juga

menjadi simbol negara Indonesia yang berdaulat.12

Di sisi lain, Presiden juga lekat

dengan kepentingan negara dan kekuasaan negara sehingga perlu norma hukum

yang mengatur tentang martabat dan kehormatannya agar tetap terjaga dengan

baik, sedangkan menurut Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly menilai,

perlu adanya regulasi yang membatasi segala bentuk penghinaan atau pencemaran

nama baik Presiden. Jika tidak, maka siapa pun bisa bebas menghina Presiden.

Yasonna menambahkan, tidak masalah jika Presiden dikritik kelemahananya

10

Dian Cahyanigrum, “Polemik Pasal Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden Dalam RKUHP”,

Vol. V, No.08/II/P3DI/April/2013, hlm. 3. 11

Ibid. 12

Ibid.

Page 22: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

7

selama menjabat sebagai kepala negara.13

Namun, jika kritik tersebut menjurus ke

arah penghinaan, bahkan fitnah, maka perlu adanya tindakan tegas. Pakar lain

yang setuju adalah Pakar Hukum Pidana dari Universitas Indonesia, Indriyanto

Seno Adji, yang berpendapat bahwa Pasal 263 RKUHP tidak perlu dicabut dan

harus tetap dipertahankan karena secara universal aturan tentang penghinaan

terhadap kepala negara maupun simbol-simbol kenegaraan hingga kini masih

tetap dipertahankan.14

Namun, yang perlu dievaluasi adalah bentuk deliknya yang

semula delik formil menjadi delik materiil sehingga perbedaan pendapat dan

freedom of opinion tidak merupakan kriminal atau pidana. Menurut Indriyanto,

Pemerintah telah melaksanakan amanat putusan MK karena telah mengubah delik

pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wapres yang semula formil menjadi

materiil.

Sementara pihak yang tidak setuju di antaranya adalah Ketua Presidium Indonesia

Police Watch (IPW) Neta S Pane, berpendapat bahwa pencantuman pasal

penghinaan kepada Presiden dalam RKUHP dianggap telah melanggar konstitusi

dan legalitasnya dipertanyakan karena MK telah mencabut pasal serupa dalam

KUHP. Selain Neta S Pane, beberapa anggota DPR-RI juga tidak sependapat jika

pasal penghinaan kepada Presiden dan Wapres dimasukkan dalam RKUHP, di

antaranya Eva Kusuma Sundari, anggota Komisi III dari FPDIP yang menilai

pasal penghinaan kepada Presiden akan menghidupkan politisi “penjilat” selain

juga dapat menurunkan kualitas demokrasi.15

Hal ini menimbulkan polemik dalam

masyarakat, disatu pihak setuju kriminalisasi pasal penghinaan Presiden dan

13

https://nasional.kompas.com/read/2015/08/10/18123331 14

Dian Cahyanigrum, Op. Cit, hlm. 3. 15

Ibid.

Page 23: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

8

Wakil Presiden dalam RKUHP karena Presiden dan Wakil Presiden sebagai

simbol negara harus dilindungi, terlebih ketentuan tersebut berlaku universal.

Sementara pihak yang tidak setuju khawatir pasal tersebut dapat melanggar HAM

untuk berekpresi dan mengeluarkan pendapat, terlebih lagi pasal serupa dalam

KUHP telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan

dibahas dan dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Mengapa perlu adanya kriminalisasi terhadap perbuatan penghinaan terhadap

Presiden dan Wakil Presiden di dalam RKUHP ?

b. Bagaimanakah proses kriminalisasi perbuatan penghinaan terhadap Presiden

dan Wakil Presiden RKUHP dalam prespektif hukum pidana ?

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam pembahasan berkenaan dengan

Kriminalisasi Tentang perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden Dan Wakil

Presiden Konsep RKUHP 2015.

Page 24: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui apakah perlu adanya kriminalisasi penghinaan terhadap

Presiden dan Wakil Presiden dalam RKUHP.

b. Untuk mengetahui bagaimanakah proses kriminalisasi perbuatan penghinaan

terhadap Presiden dan Wakil Presiden RKUHP dalam presfektif hukum

pidana.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan

manfaat serta sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu hukum

khusus nya hukum pidana dengan mengungkapkan secara objektif tentang

Analisis Kriminalisasi perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden dan Wakil

Presiden Konsep RKUHP 2015.

b. Kegunaan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap masyarakat agar mengetahui bahwa tentang

Analisis Kriminalisasi perbuatan Penghinaan Terhadap Presiden dan Wakil

Presiden Konsep RKUHP 2015.

Page 25: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

10

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Soejono Soekanto adalah konsep-konsep yang

sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil-hasil penelitian atau kerangka acuan

yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-

dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.16

a. Teori Kebijakan Hukum Pidana

Istilah kebijakan hukum pidana dapat juga disebut dengan istilah politik hukum

pidana. Dalam kepustakaan asing istilah politik hukum pidana ini sering dikenal

dengan berbagai istilah, antara lain penal policy, criminal law policy atau

straftrechh politiek.17

Pengertian kebijakan hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum maupun dari

politik kriminal. Menurut. Sudarto, politik hukum adalah:18

1. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan

keadaan dan situasi pada suatu saat,

2. Kebijakan dari Negara maupun badan-badan yang berwenang untuk

menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan biasa

16

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986, hlm. 125. 17

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana, 2016, hlm.

29. 18

Ibid., hlm. 159.

Page 26: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

11

digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat

dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Selanjutnya Sudarto menyatakan bahwa melaksanakan politik hukum pidana

berarti mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana

yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Dalam

kesempatan lain beliau menyatakan bahwa melaksanakan politik hukum pidana

berarti “usaha mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana yang sesuai

dengan keadaan dan situasi pada waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.”

Dengan demikian, dilihat sebagai bagian dari politik hukum, maka politik hukum

pidana memiliki arti, bagaimana mengusahakan atau membuat dan merumuskan

suatu perundang-undangan pidana yang baik. Pengertian demikian dapat dilihat

pula dalam definisi penal policy dari Marc Ancel yang secara singkat dapat

dinyatakan sebagai “suatu ilmu sekaligus seni yang bertujuan untuk

memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik”.19

Menurut Wisnubroto, kebijakan hukum pidana merupakan tindakan yang

berhubungan dalam hal-hal:20

a. Bagaimana upaya pemerintah untuk menanggulangi kejahatan dengan hukum

pidana.

b. Bagaimana merumuskan hukum pidana agar sesuai dengan kondisi

masyarakat.

c. Bagaimana kebijakan pemerintah untuk mengatur masyarakat dengan hukum

pidana.

d. Bagaimana menggunakan hukum pidana untuk mengatur masyarakat dalam

rangka mencapai tujuan lebih besar.

19

Aloysius Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Penyalahgunaan

Komputer, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999, hlm. 10. 20

Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi, Jakarta: Djambatan,

2007, hlm. 29.

Page 27: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

12

Demikian politik hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya pemerintah untuk

menanggulangi kejahatan dengan membuat suatu kebijakan yaitu hukum pidana

di sesuaikan dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan masyarakat serta hukum

tersebut dapat mengatur masyarakat dalam rangka keadilan, kesejahteraan dan

keamanan masyarakat itu sendiri dan tercapainya tujuan suatu pemerintahan atau

cita-cita bangsa.

b. Teori Kriminalisasi

Kebijakan kriminalisasi merupakan menetapkan perbuatan yang semula bukan

tindak pidana menjadi suatu tindak pidana dalam suatu peraturan perundang-

undangan. Hakikatnya, kebijakan kriminalisasi merupakan bagian dari kebijakan

kriminal dengan menggunakan sarana hukum pidana, dan oleh karena itu

termasuk bagian dari kebijakan hukum pidana.21

Dalam rangka menanggulangi kejahatan diperlukan berbagai sarana sebagai

reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sanksi pidana

maupun non pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apalagi

sarana pidana dianggap relevan untuk menanggulangi kejahatan, berarti

diperlukan konsepsi politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk

mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan

situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.22

Menurut

Moeljatno ada tiga kriteria kriminalisasi dalam proses pembaruan hukum pidana.

21

Barda Nawawie Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : PT Citra Aditya

Bakti, 2008, hlm. 2-3. 22

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung : Alumni, 1983, hlm. 109.

Page 28: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

13

Pertama, penetapan suatu perbuatan sebagai perbuatan terlarang (perbuatan

pidana) harus sesuai dengan perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat.

Kedua, apakah ancaman pidana dan penjatuhan pidana itu adalah jalan yang

utama untuk mencegah dilanggarnya larangan-larangan tersebut. Ketiga, apakah

pemerintah dengan melewati alat-alat negara yang bersangkutan, betul-betul

mampu untuk benar-benar melaksanakan ancaman pidana kalau ternyata ada

yang melanggar larangan.23

Muladi mengingatkan mengenai beberapa ukuran yang secara doktrinal harus

diperhatikan sebagai pedoman dalam kriminalisasi, yaitu sebagai berikut :24

a. Kriminalisasi tidak boleh terkesan menimbulkan overkriminalisasi yang

masuk kategori the misuse of criminal sanction

b. Kriminalisasi tidak boleh bersifat ad hoc

c. Kriminalisasi harus mengandung unsur korban victimizing baik aktual

maupun potensial

d. Kriminalisasi harus memperhitungkan analisa biaya dan hasil dan prinsip

ultimum remedium

e. Kriminalisasi harus menghasilkan peraturan yang enforceable

f. Kriminalisasi harus mampu memperoleh dukungan publik.

g. Kriminalisasi harus mengandung unsur subsosialitet mengakibatkan bahaya

bagi masyarakat, sekalipun kecil sekali

h. Kriminalisasi harus memperhatikan peringatan bahwa setiap peraturan pidana

membatasi kebebasan rakyat dan memberikan kemungkinan kepada aparat

penegak hukum untuk mengekang kebebasan itu.

Pandangan lain dikemukakan oleh Soedarto yang mengungkapkan bahwa dalam

menghadapi masalah kriminalisasi, harus diperhatikan sebagai berikut:25

a. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan

nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata

materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Sehubungan dengan ini,

23

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, (Jakarta: PT Bina Cipta, 1985), hlm. 5.

24Muladi, Kapita Selekta Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 1995,

hlm. 256. 25

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 44.

Page 29: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

14

(penggunaan) hukum pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan

mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri demi

kesejahteraan dan pengayoman masyarakat.

b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum

pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu perbuatan

yang mendatangkan kerugian (materiil atau spiritual atas warga masyarakat.

c. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan

hasil (cost benefit principle).

d. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau

kemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangan

sampai ada kelampauan beban tugas (overbelasting).

2. Konseptual

Konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan

istilah yang ingin diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun empiris.26

Hal

ini dilakukan, dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam melakukan

penelitian. Maka disini akan dijelaskan tentang pengertian pokok yang dijadikan

konsep dalam penelitian, sehingga akan memberikan batasan yang tetap dalam

penafsiran terhadap beberapa istilah.

Istilah-istilah yang dimaksud adalah:

1. Analisis

Analisis adalah cara pemeriksaan salah satu soal, dengan tuuuan menemukan

sautu unsur dasar, hubungan antar unsur-unsur nya yang

bersangkutan.1KriminalisasiKriminalisasi adalah suatu kebijakan menetapkan

perbuatan yang semula bukan tindak pidana menjadi suatu tindak pidana

26

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986, hlm. 124.

Page 30: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

15

dalam peraturan perundang-undangan

2. Perbuatan

Perbuatan adalah sesuatu yang dperbuat (dilakukan);tindakan.

3. Penghinaan

Penghinaan adalah secara harafiahnya adalah tindakan untuk menjadikan

seseorang itu rendah diri "humble", atau menjatuhkan taraf seseorang itu

dalam masyarakat. Bagaimanapun, istilah ini mempunyai banyak persamaan

dengan emosi atau perasaan malu.

4. Presiden dan Wakil Presiden

Presiden dan Wakil adalah jabatan kepala negara dan wakil kepala negara

sekaligus kepala pemerintahan Indonesia dan wakil kepala pemerintahan

Indonesia

5. Rancangan

Rancangan adalah kajian mengenai penentuan kerangka dasar pembentukan

sebuah peraturan atau undang-undang baru.

6. KUHP

KUHP adalah kitab undang-undang hukum pidana yang dibentuk sebagai

suatu aturan yang digunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan ketertiban

umum.

Page 31: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

16

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum ditujukan untuk dapat memberikan gambaran yang

lebih jelas, komperhensif dan menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan

hukum yang akan disusun. Agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi

dalam penulisan skripsi ini dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka

skripsi ini disusun dalam 5 (lima) Bab dengan sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul yang akan diangkat

dalam penulisan skripsi. Kemudian permasalahan yang dianggap penting disertai

pembatasan ruang lingkup penelitian. Selanjutnya juga membuat tujuan dan

kegunaan penelitian yang dilengkapi dengan kerangka teori dan konseptual serta

sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka

teori meliputi tinjauan umum kebijakan hukum pidana, tinjauan umum

kriminalisasi, tinjauan umum penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden

serta tinjauan umum Presiden dan Wakil Presiden.

Page 32: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

17

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian

berupa langkah-langkah yang dapat digunakan dalam melakukan pendekatan

masalah, penguraian, tentang sumber data yang di dapat dari berbagai

literatur/buku hukum, KUHP, dan RKUHP, serta jenis data serta prosedur

analisis data yang telah didapat.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan

penelitian ini dengan mendasarkan pada rumusan masalah antara lain Apakah

perlu adanya kriminalisasi perbuatan penghinaan terhadap Presiden dan Wakil

Presiden Konsep RKUHP 2015 dan Bagaimanakah proses kriminalisasi

perbuatan penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden RKUHP dalam

prefektif hukum pidana.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari penulisan skripsi yang secara singkat

berisikan hasil pembahasan daripenelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan

serta saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

Page 33: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Hukum Pidana

Istilah “kebijakan” di ambil dari istilah “policy” (Inggris) atau “politiek”

(Belanda). kebijakan hukum pidana dapat disebut juga politik hukum pidana, ini

sering dikenal berbagai istilah antara lain “penal policy”, “criminal law policy”,

atau “strafrechtspolitiek”.27

Pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum

maupun dari politik kriminal. Menurut Prof Sudarto, “Politik Hukum” adalah:

a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan

keadaan dari situasi pada suatu saat.28

b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk

menetapakan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa

digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan

untuk mencapai apa yang dicita-citakan.29

Berdasarkan dari pengertian Sudarto selanjutnya menyatakan bahwa

melaksanakan politik hukum pidana berarti mengadakan pemilihan untuk

27

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana, 2016, hlm.

26. 28

Ibid., hlm. 159. 29

Ibid., hlm. 20.

Page 34: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

19

mencapai hasil peraturan perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti

memenuhi syarat keadilan dan gaya guna.30

Marc Ancel mengemukakan, penal

policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan

praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumusukan secara lebih

baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya pembuat undang-undang, tetapi

juga kepada pengadilan yang menetapkan undang-undang dan juga kepada

penyelengara atau pelaksana putusan pengadilan.31

Menurut A. Mulder, Strafrechtspolitiek ialah garis kebijakan untuk menetukan:32

a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah atau

diperbaharui;

b. Apakah yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana;

c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan, dan pelaksanaan pidana

harus dilaksanakan.

Berdasarkan pendapat A. Mulder di atas, kebijakan atau politik hukum pidana

ialah garis kebijakan untuk menentukan seberapa jauh ketentuan-ketentuan

pidana yang berlaku perlu diubah atau diperbarui, artinya menyangkut urgensi

pembaruan hukum pidana; kemudian untuk menentukan apa yang dapat diperbuat

untuk mencegah terjadinya tindak pidana, artinya menyangkut upaya pencegahan

tindak pidana; serta untuk menentukan cara bagaimana penyidikan, penuntutan,

peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan, artinya berkaitan dengan

upaya penanggulangan kejahatan melalui sistem peradilan pidana.

Tahapan proses pembentukan kebijakan hukum pidana, yaitu:33

30

Arief Amrullah, Politik Hukum Pidana – dalam perlindungan korban kejahatan ekonomi di

bidang perbankan, Malang: Bayumedia, 2007, hlm. 18. 31

Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hlm. 23. 32

Ibid., hlm. 27.

Page 35: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

20

1. Tahap Formulatif

Tahap formulatif adalah penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan

pembuat Undang-Undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang

melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan

situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam

bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil

perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan

dan daya guna. Tahap ini disebut Tahap Kebijakan Legislatif.

2. Tahap Aplikasi

Tahap aplikasi adalah tahap penegakan Hukum Pidana (tahap penerapan

hukum pidana) Oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian

sampai Pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum bertugas

menegakkan serta menerapkan peraturan Perundang-undangan Pidana yang

telah dibuat oleh pembuat Undang-Undang. Dalam melaksanakan tugas ini,

aparat penegak hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan

daya guna tahap ini dapat dapat disebut sebagai tahap yudikatif.

3. Tahap Eksekusi

Tahap Eksekusi adalah tahap penegakan (pelaksanaan) Hukum secara konkret

oleh aparataparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat-aparat pelaksana

pidana bertugas menegakkan peraturan Perundang-undangan Pidana yang

telah dibuat oleh pembuat Undang-Undang melalui Penerapan Pidana yang

33

Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Badan Penerbit

UNDIP, 2002, hlm. 25.

Page 36: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

21

telah ditetapkan dalam putusan Pengadilan. Dalam melaksanakan pemidanaan

yang telah ditetapkan dalam Putusan Pengadilan, aparat aparat pelaksana

pidana itu dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan pidana yang dibuat oleh pembuat Undang-Undang dan

nilai-nilai keadilan suatu daya guna. Ketiga tahap pelaksanaan dari politik

hukum pidana tersebut, dilihat sebagai usaha atau proses rasional yang

sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, jelas harus merupakan

suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak termasuk yang bersumber dari

nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan.

Menurut Wisnubroto, kebijakan hukum pidana merupakan tindakan yang

berhubungan dalam hal-hal:34

a. Bagaimana upaya pemerintah untuk menanggulangi kejahatan dengan hukum

pidana.

b. Bagaimana merumuskan hukum pidana agar sesuai dengan kondisi

masyarakat.

c. Bagaimana kebijakan pemerintah untuk mengatur masyarakat dengan hukum

pidana.

d. Bagaimana menggunakan hukum pidana untuk mengatur masyarakat dalam

rangka mencapai tujuan lebih besar.

Demikian politik hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya pemerintah untuk

menanggulangi kejahatan dengan membuat suatu kebijakan yaitu hukum pidana

di sesuaikan dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan masyarakat serta hukum

tersebut dapat mengatur masyarakat dalam rangka keadilan, kesejahteraan dan

keamanan masyarakat itu sendiri dan tercapainya tujuan suatu pemerintahan atau

cita-cita bangsa.

34

Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi, Jakarta: Djambatan,

2007, hlm. 29.

Page 37: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

22

B. Tinjauan Umum Kriminalisasi

1. Pengertian Kriminalisasi

Kriminalisasi (criminalization) merupakan objek studi hukum pidana materiil

(substantive criminal law) yang membahas penentuan suatu perbuatan sebagai

tindak pidana (perbuatan pidana atau kejahatan) yang diancam dengan sanksi

pidana tertentu. Perbuatan tercela yang sebelumnya tidak dikualifikasikan sebagai

perbuatan terlarang dijustifikasi sebagai tindak pidana yang diancam dengan

sanksi pidana.35

Menurut Soerjono Soekanto, kriminalisasi merupakan tindakan

atau penetapan penguasa mengenai perbuatan-perbuatan tertentu yang oleh

masyarakat atau golongan-golongan masyarakat dianggap sebagai perbuatan

yang dapat dipidana menjadi perbuatan pidana.36

Soetandyo Wignjosoebroto mengemukakan bahwa kriminalisasi ialah suatu

pernyataan bahwa perbuatan tertentu harus dinilai sebagai perbuatan pidana yang

merupakan hasil dari suatu penimbanganpenimbangan normatif (judgments) yang

wujud akhirnya adalah suatu keputusan (decisions). Kriminalisasi dapat pula

diartikan sebagai proses penetapan suatu perbuatan seseorang sebagai perbuatan

yang dapat dipidana. Proses ini diakhiri dengan terbentuknya undang-undang

dimana perbuatan itu diancam dengan suatu sanksi yang berupa pidana.

Pengertian kriminalisasi dapat pula dilihat dari perspektif nilai. Dalam hal ini

yang dimaksudkan dengan kriminalisasi adalah perubahan nilai yang

35

Salman Luthan, Asas dan Kriteria Kriminalisasi, Jurnal Hukum, No.1/Vol/16/Januari/2009,

hlm. 1. 36

Soerjono Soekanto, Kriminologi, Jakarta: Suatu Pengantar, 1981, hlm. 62.

Page 38: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

23

menyebabkan sejumlah perbuatan yang sebelumnya merupakan perbuatan yang

tidak tercela dan tidak dituntut pidana, berubah menjadi perbuatan yang

dipandang tercela dan perlu dipidana. Dalam perspektif labeling, kriminalisasi

adalah keputusan badan pembentuk undang-undang pidana memberi label

terhadap tingkah laku manusia sebagai kejahatan atau tindak pidana.37

Pengertian

kriminalisasi tersebut di atas menjelaskan bahwa ruang lingkup kriminalisasi

terbatas pada penetapan suatu perbuatan sebagai tindak pidana yang diancam

dengan sanksi pidana. Namun menurut Paul Cornill, pengertian kriminalisasi

tidak terbatas pada penetapan suatu perbuatan sebagai tindak pidana dan dapat

dipidana, tetapi juga termasuk penambahan (peningkatan) sanksi pidana terhadap

tindak pidana yang sudah ada.38

Hullsman mengajukan beberapa kriteria absolut yang perlu diperhatikan dalam

proses kriminalisasi, yaitu sebagai berikut:39

a. Kriminalisasi seharusnya tidak ditetapkan semata-mata atas keinginan untuk

melaksanakan suatu sikap moral tertentu terhadap suatu bentuk perilaku

tertentu;

b. Kriminalisasi tidak boleh berakibat melebihi kemampuan perlengkapan

peradilan pidana;

c. Kriminalisasi seharusnya tidak boleh dipergunakan sebagai suatu tabir

sekedar pemecahan yang nyata terhadap suatu masalah.

37

Hugh D. Barlow, Introduction to Criminology, Third Edition, Boston: Little Brown and

Company, 1984, hlm. 9. 38

Paul Cornill, “Criminality and Deviance in a Changing Whorld”, Ceramah pada Kongres PBB

IV 1970 mengenai Prevention of Crime and treatment of Offender. 39

Hullsman sebagaimana dikutip Roeslan Saleh dalam, Dari Lembaran Kepustakaan Hukum

Pidana, Jakarta; Sinar Grafika, 1988, hlm. 87

Page 39: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

24

Adapun menurut Moeljatno ada tiga kriteria kriminalisasi dalam proses

pembaruan hukum pidana. Pertama, penetapan suatu perbuatan sebagai perbuatan

terlarang (perbuatan pidana) harus sesuai dengan perasaan hukum yang hidup

dalam masyarakat. Kedua, apakah ancaman pidana dan penjatuhan pidana itu

adalah jalan yang utama untuk mencegah dilanggarnya larangan-larangan

tersebut. Ketiga, apakah pemerintah dengan melewati alat-alat negara yang

bersangkutan, betulbetul mampu untuk benar-benar melaksanakan ancaman

pidana kalau ternyata ada yang melanggar larangan.40

Muladi mengingatkan

mengenai beberapa ukuran yang secara doktrinal harus diperhatikan sebagai

pedoman dalam kriminalisasi, yaitu sebagai berikut :41

a. Kriminalisasi tidak boleh terkesan menimbulkan overkriminalisasi yang

masuk kategori the misuse of criminal sanction

b. Kriminalisasi tidak boleh bersifat ad hoc

c. Kriminalisasi harus mengandung unsur korban victimizing baik aktual

maupun potensial

d. Kriminalisasi harus memperhitungkan analisa biaya dan hasil dan prinsip

ultimum remedium

e. Kriminalisasi harus menghasilkan peraturan yang enforceable

f. Kriminalisasi harus mampu memperoleh dukungan publik.

g. Kriminalisasi harus mengandung unsur subsosialitet mengakibatkan bahaya

bagi masyarakat, sekalipun kecil sekali

h. Kriminalisasi harus memperhatikan peringatan bahwa setiap peraturan pidana

membatasi kebebasan rakyat dan memberikan kemungkinan kepada aparat

penegak hukum untuk mengekang kebebasan itu.

Pandangan lain dikemukakan oleh Soedarto yang mengungkapkan bahwa dalam

menghadapi masalah kriminalisasi, harus diperhatikan sebagai berikut:42

a. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan

40

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta: PT Bina Cipta, 1985, hlm. 5.

41Muladi, Kapita Selekta Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 1995,

hlm. 256. 42

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 44.

Page 40: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

25

nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata

materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Sehubungan dengan ini,

(penggunaan) hukum pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan

mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri demi

kesejahteraan dan pengayoman masyarakat.

b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum

pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu perbuatan

yang mendatangkan kerugian (materiil atau spiritual atas warga masyarakat.

c. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan

hasil (cost benefit principle).

d. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau

kemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangan

sampai ada kelampauan beban tugas (overbelasting).

2. Manfaat Kriminalisasi

Untuk menentukan manfaat kriminalisasi, dapat diawali dengan satu pertanyaan

yaitu apakah kriminalisasi lebih banyak membawa manfaat atau tidak kepada

masyarakat? Tidak mudah mengukur manfaat kriminalisasi karena adanya

kesulitan membedakan efek pencegahan bertahap dalam skema kriminalisasi

tertentu dari efek-efek yang bisa dicapai dengan metode non-pidana melalui

peraturan hukum maupun sarana-sarana kontrol sosial lain. Di samping itu,

adanya kesulitan menghitung dampak perilaku tertentu dalam kriminalisasi.

Tidak mudah mengukur manfaat kriminalsasi juga berkaitan dengan adanya

fakta bahwa „kriminalisasi‟ adalah sebuah variabel yang dengan sendirinya bisa

dimanipulasi karena efek keperilakuan akan tergantung pada definisi perilaku

yang dilarang.

Page 41: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

26

C. Tindak Pidana Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden

Penghinaan berasal dari Bahasa Belanda “Belediging” atau dalam Bahasa Inggris

“Offence” yang secara historis memiliki makna sebagai tindakan sengaja merusak

martabat seseorang termasuk nama baik, kehormatan dan sebagainya.43

Menurut Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa, pemaknaan terhadap tindak

pidana penghinaan harus dikembalikan kepada ketentuan pidana mengenai

penghinaan, yaitu Pasal 310 KUHP yang mengatur bahwa penghinaan adalah

perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik seseorang.44

Sependapat

dengan Moch. Anwar menegaskan pada distingsi antara tindakan penghinaan

dengan tindakan menista.45

Untuk dapat memahami pengertian dari tindak pidana

penghinaan, Moch. Anwar melakukan interpretasi otentik atas Pasal 310 KUHP

sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa penghinaan adalah perbuatan

menyerang kehormatan atau nama baik seseorang. Menurutnya pengertian

penghinaan tidak ditafsirkan secara jelas, hingga harus dihubungkan dengan Pasal

310. Dalam Pasal 310, perbuatan yang dilarang dalam penistaan adalah dengan

sengaja melanggar kehormatan atau nama baik orang. Dengan demikian,

penghinaan harus ditafsirkan sebagai perbuatan dengan sengaja yang melanggar

kehormatan atau nama baik.

43

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Edisi Lengkap Bahasa Belanda, Indonesia, Inggris,

Jakarta: PT. Aneka Ilmu, 1997, hlm. 128. 44

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT. Refika,

2002, hlm. 96. 45

H. A. K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus: KUHP Bagian II, Jilid I, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1994, hlm. 52.

Page 42: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

27

Perbedaan antara penistaan dan penghinaan terletak dalam cara melakukannya,

yaitu penistaan dimaksudkan dengan menuduh orang lain dengan suatu perbuatan

tertentu, sedangkan penghinaan biasa dilakukan dengan kata-kata atau perbuatan,

asal tidak dengan tuduhan melakukan suatu perbuatan tertentu.46

Jadi Penghinaan

dapat dipahami secara umum yaitu tindakan merusak martabat seseorang

termasuk nama baik, kerhomatan dan sebagainya. Delik Penghinaan terhadap

martabat Presiden dan Wakil Presiden kembali diatur didalam RKUHP berada

dalam Buku II Bab II pasal tindak pidana terhadap martabat Presiden dan Wakil

Presiden, di Bagian Kedua, penghinaan terhadap martabat Presiden dan Wakil

Presiden yaitu pada Pasal 263 dan Pasal 264 RKUHP secara isi substansi hampir

sama dengan rumusan pasal-pasal tindak pidana martabat presiden dalam Bab II

KUHP yakni Pasal 134, 136Bis, dan 137 KUHP. Dapat dilihat dari skema

dibawah sebagai berikut:

Tabel. I

Skema Perbandingan RKUHP dan KUHP terkait Tindak Pidana Penghinaan

Presiden dan Wakil Presiden

RKUHP KUHP

Pasal 263

(1) Setiap orang yang di muka umum

menghina Presiden atau Wakil

Presiden, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

pidana denda paling banyak kategori

IV.

(2) Tidak merupakan penghinaan jika

perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) jelas dilakukan untuk

kepentingan umum, demi kebenaran,

atau pembelaan diri.

Pasal 134

Penghinaan dengan sengaja terhadap

Presiden atau Wakil Presiden diancam

dengan pidana penjara paling lama

enam tahun, atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah

46

Ibid.

Page 43: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

28

Pasal 264

Setiap orang yang menyiarkan,

mempertunjukan, atau menempelkan

tulisan atau gambar sehingga terlihat

oleh umum atau mendengarkan

rekaman sehingga terdengar oleh

umum, yang berisi penghinaan terhadap

Presiden dan Wakil Presiden dengan

maksud agar isi penghinaan diketahui

umum, di pidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau pidana

denda paling banyak kategori IV.

Pasal 136Bis

Pengertian penghinaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 134 mencakup

juga perumusan perbuatan dalam Pasal

315, jika hal itu dilakukan diluar

kehadiran yang dihina, baik dengan

tingkah laku di muka umum, maupun

tidak di muka umum dengan lisan atau

tulisan, namun di hadapan lebih dari

empat orang, atau di hadapan orang

ketiga, bertentangan dengan

kehendaknya dan oleh karena itu

merasa tersinggung.

Pasal 137

1. Barangsiapa menyiarkan,

mempertunjuk-kan, atau menempelkan

di muka umum tulisan atau lukisan

yang berisi penghinaan terhadap

Presiden atau Wakil Presiden, dengan

maksud supaya isi penghinaan

diketahui atau lebih diketahui oleh

umum, diancam dengan pidana penjara

paling lama satu tahun empat bulan

atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah.

2. Jika yang bersalah melakukan

kejahatan pada waktu menjalankan

pencariannya, dan pada saat itu belum

lewat dua tahun sejak adanya

pemidanaan yang menjadi tetap karena

kejahatan semacam itu juga, maka

terhadapnya dapat dilarang

menjalankan pencaharian tersebut.

Sumber: KUHP dan RKUHP

KUHP merupakan kodifikasi hukum pidana yang merupakan warisan kolonial

yakni Wetboek van Strafrecht Voor Nederlands Indie 1915, yang merupakan

turunan dari Wetboek van Strafrecht warisanNegeri Belanda tahun 1886. Masa

kolonial Belanda, Pasal 134, Pasal 136Bis, dan Pasal 137 digunakan untuk

melindungi martabat raja atau ratu di Belanda. Dengan menggunakan asas

Page 44: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

29

konkordasi, pasal-pasal tersebut kemudian digunakan untuk melindungi aparatur

dan kebijakan kolonial Belanda di Indonesia. Indonesia merdeka 17 agustus

1945, terjadi kekosongan hukum, maka melalui UU No 1 Tahun 1946,

pemerintah Indonesia menggunakan KUHP yang merupakan warisan Belanda

dengan perubahan dan penyesuaian, Pasal 134, Pasal 136Bis, dan Pasal 137

diubah menggantikankata raja atau ratu dengan presiden atau wakil presiden.

Masa Orde Baru, terjadi banyak penyalahgunaan pasal-pasal ini, yakni untuk

melindungi kepentingan pemerintah yang diwakili oleh Presiden dan Wakil

Presiden. Konsep martabat Presiden dan Wakil Presiden dalam pasal-pasal ini

kemudian menjadi alat “perlindungan kebijakan pemerintah dari kritik” oleh

karena itu pada masa itu siapa yang melakukan kritik dan demonstrasi terhadap

pemerintah kemudian dianggap melakukan penghinaan terhadap Presiden

sekaligus dianggap sebagai anti pemerintah.47

Akibatnya bisa diduga, produk

hukum ini yakni Pasal 134, 136bis dan 137 KUHP sering dijadikan jerat untuk

warga negara baik individu maupun kelompok yang berseberangan dengan

pemerintah. Akhirnya Pasal 134, 136 Bis dan 137 KUHP itu pun dibatalkan oleh

MK karena bertentangan dengan UUD 1945 yang mengekang kebebasan dalam

berpendapat. Berdasarkan kerangka sejarah pasal mengenai penghinaan terhadap

martabat presiden diatur untuk melindungi raja/ratu dan keluarganya dari

penghinaan yang merendahkan martabat mereka, namun Pasal ini tidak

47

Supriyadi Widodo Eddyono dan Fajrimei A. Gofar, Menelisik Pasal-Pasal Proteksi Negara

dalam RUU KUHP: Catatan Kritis terhadap Pasal-Pasal Tindak Pidana Ideologi, Penghinaan

Martabat Presiden, dan Penghinaan terhadap pemerintah, Jakarta: ELSAM dan Aliansi Nasional

Reformasi KUHP, 2007, hlm. 43.

Page 45: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

30

kehilangan relevansinya dalam kerangka negara demokratis.48

Sehingga ia

menjadi sebuah keharusan untuk tetap mengikat. Penghinaan terhadap Martabat

Presiden haruslah dipandang sebagai bentuk kebijakan yang melindungi negara

dari celaan sosial dan melindungi dari serangan politik yang secara sosial akan

mengganggu ketertiban dalam masyarakat.49

RKUHP, tindak pidana penghinaan

terhadap Presiden dan Wakil Presiden diatur dalam Pasal 263 dan Pasal 264.

Pasal 263 secara lengkap menjelaskan:

(1) Setiap orang yang di muka umum menghina Presiden atau Wakil Presiden,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak kategori IV.

(2) Tidak merupakan penghinaan jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) jelas dilakukan untuk kepentingan umum, demi kebenaran, atau

pembelaan diri

Berdasarkan umusan tersebut dapat kita lihat ada dua komponen utama dalam

pasal tersebut antara lain, yaitu :

1. di muka umum

2. menghina Presiden dan Wakil Presiden

Selanjutnya di dalam Pasal 264 secara lengkap menjelaskan:

“Setiap orang yang menyiarkan, mempertunjukan, atau menempelkan tulisan atau

gambar sehingga terlihat oleh umum atau mendengarkan rekaman sehingga

48

Butje Tampi, “Kontroversi Pencantuman Pasal Penghinaan Terhadap Presiden dan Wakil

Presiden Dalam KUHP yang akan datang”, Vol III/No.9/Agustus2016, hlm. 21. 49

Ibid.

Page 46: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

31

terdengar oleh umum, yang berisi penghinaan terhadap Presiden dan Wakil

Presiden dengan maksud agar isi penghinaan diketahui umum, di pidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak

kategori IV”.

Berdasarkan rumusan tersebut dapat kita lihat ada beberapa komponen utama

dalam pasal tersebut antara lain, yaitu :

1. Menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan tulisan atau gambar;

2. Terlihat oleh umum;

3. Memperdengarkan rekaman;

4. Terdengar oleh umum;

5. Yang berisi penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden; dan

6. Dengan maksud agar isi penghinaan diketahui atau lebih diketahui umum.

Berdasarkan seluruh komponen diatas tidak ada penjelasan secara jelas, yang

menjelaskan tiap komponen pasal tersebut. Tetapi penjelasan atas komponen-

komponen pasal tersebut dapat dilihat dalam pasal-pasal lainnya di dalam

RKUHP yakni, terdapat dalam BAB XIX mengenai Tindak Pidana Penghinaan,

sebagai berikut:

Tabel. II

Skema Pasal BAB XIX mengenai Tindak Pidana Penghinaan Yang Menjelaskan

Komponen Pasal 264 Tindak Pidana Penghinaan Presiden Secara Tidak Langsung

Pasal Isi Pasal

Pasal 537 (Pencemaran) (1) Setiap orang yang dengan lisan menyerang

kehormatan atau nama baikorang lain dengan cara

menuduhkan suatu hal, dengan maksud supaya hal

tersebut diketahui umum, dipidana karena

pencemaran, dengan pidana penjara paling lama 1

(satu) tahun atau denda dengan pidana kategori II.

(2) Jika tindak pidana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan tulisan atau gambar yang

disiarkan, dipertunjukkan, atau ditempelkan di

tempat umum, pembuat tindak pidana dipidana

Page 47: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

32

karena pencemaran tertulis, dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun atau denda dengan pidana

kategori III.

(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran

tertulis, jika perbuatan sebagaimana dimaksud ayat

(1) dan ayat (2) nyata-nyata dilakukan untuk

kepentingan umum atau karena terpaksa untuk

membela diri.

Pasal 538

(Fitnah)

(1) Jika pembuat tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 537 diberi kesempatan

membuktikan kebenaran hal yang dituduhkan tetapi

tidak dapat membuktikannya, dan tuduhan tersebut

bertentangan dengan yang diketahuinya, dipidana

karena fitnah, dengan pidana penjara paling singkat

1 (satu) tahun dan paling lama 5 (tahun) atau denda

paling sedikit kategori III dan denda paling banyak

kategori IV.

Pasal 540

(Penghinaan Ringan)

Penghinaan yang tidak bersifat penistaan atau

penistaan tertulis yang dilakukan terhadap seseorang

baik di muka umum dengan lisan atau tulisan,

maupun di muka orang yang dihina tersebut secara

lisan atau dengan perbuatan atau dengan tulisan

yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya,

dipidana karena penghinaan ringan, dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda

dengan pidana kategori II.

Pasal 542

(Pengaduan Fitnah)

(1) Setiap orang yang dengan suatu perbuatan

menimbulkan persangkaan secara palsu terhadap

seseorang bahwa orang tersebut melakukan suatu

tindak pidana, dipidana karena menimbulkan

persangkaan palsu, dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (tahun)

atau denda paling sedikit kategori III dan denda

paling banyak kategori IV.

Pasal 544

(Persangkaan Palsu)

Setiap orang yang dengan suatu perbuatan

menimbulkan persangkaan secara palsu terhadap

seseorang bahwa orang tersebut melakukan suatu

tindak pidana, dipidana karena menimbulkan

persangkaan palsu, dengan pidana penjara paling

lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling

banyak Kategori IV.

Page 48: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

33

Pasal 545

(Pencemaran Orang Mati)

(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan terhadap

orang yang sudah mati, yang apabila orang tersebut

masih hidup perbuatan tersebut akan merupakan

pencemaran atau pencemaran tertulis, dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda

dengan pidana kategori II.

(2) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud

ayat (1) tidak dituntut, kecuali ada pengaduan dari

salah seorang keluarga sedarah maupun semenda

dalam garis lurus atau menyamping sampai derajat

kedua dari orang yang telah mati tersebut atau atas

pengaduan suami atau istrinya.

(3) Dalam masyarakat sistem keibuan pengaduan

dapat juga dilakukan oleh orang lain yang

menjalankan kekuasaan bapak.

Sumber: RKUHP

D. Tinjauan Umum Tentang Presiden dan Wakil Presiden

1. Pengertian Presiden dan Wakil Presiden

Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah

kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara,

Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala

pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam

kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas

pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun,

dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali

masa jabatan.50

50

https://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia

Page 49: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

34

Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:51

1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD;

2. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

dan Angkatan Udara;

3. Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas

RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU;

4. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam

kegentingan yang memaksa);

5. Menetapkan Peraturan Pemerintah;

6. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri;

7. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain

dengan persetujuan DPR;

8. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

9. Menyatakan keadaan bahaya;

10. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden

memperhatikan pertimbangan DPR;

11. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan

DPR;

12. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan

Mahkamah Agung

13. Memberi remisi, amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan

DPR;

14. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan

UU;

15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah;

16. Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial

dan disetujui DPR;

17. Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan

Mahkamah Agung;

18. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan

persetujuan DPR

2. Perlindungan Presiden dan Wakil Presiden Sebagai Simbol Negara

Beberapa negara perlindungan Presiden di junjung tinggi dan hampir selalu

ditemukan aturan yang mengatur hal tersebut. Misalnya Negara Thailand dalam

Konstitusi Thailand yang pada bagian 8 menyatakan bahwa, “The King shall be

enthroned in a position of revered worship and shall not be violated. No person

51

Ibid.

Page 50: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

35

shall expose the King to any sort of accusation or action.” Kejahatan terhadap

penghinaan ini disebut lèse-majesté. Sedangkan Di negara Jerman diatur dalam

Deutsches Strafgesetzbuch, kejahatan terhadap Presiden dikualifikasi sebagai

kejahatan yang membahayakan negara hukum yang demokratis.52

Begitu juga

sama halnya apabila kita menilik ke negara tetangga sesama ASEAN yaitu

Singapura dan Malaysia yang juga sangat menjunjung tinggi kepala negara nya,

dan sangat ketat pengaturannya mengenai pencemaran nama baik kepala

negaranya.53

Presiden dan Wakil Presiden dipandang sebagai personifikasi dari negara itu

sendiri. Penghinaan pada hakikat merupakan perbuatan yang sangat tercela

(dilihat dari berbagai aspek: moral, agama, nilai- nilai kemasyarakatan dan nilai-

nilai hak asasi manusia), karena “menyerang/merendahkan martabat

kemanusiaan” (menyerang nilai-universal), oleh karena itu, secara teoritik

dipandang sebagai “rechtsdelict”, “intrinsically wrong”, “mala per se” danoleh

karena itu pula dilarang (dikriminalisir) di berbagai negara.54

Presiden sebagai

Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara, dirasakan janggal kalau penghinaan

terhadap orang biasa, orang yang sudah mati, bendera/lagu kebangsaan, lambang

kenegaraan, petugas/pejabat umum, dan Kepala Negara sahabat saja dijadikan

tindak pidana, sedangkan penghinaan terhadap Presiden tidak, terlebih

52

Aditya Septian Wicaksono*, R.B. Sularto, Hasyim Asy'ari, Kebijakan Hukum Pidana Terhadap

Formulasi Perbuatan Pencemaran Nama Baik Presiden Sebagai Perlindungan Simbol Negara,

Diponogoro law review, Vol. 5 Nomor 2 Tahun 2016, hlm. 5. 53

Ibid. 54

Naskah Akademik RKUHP, hlm. 214.

Page 51: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

36

status/posisi/kedudukan/fungsi/tugas Presiden berbeda dengan orang biasa,

dilihat dari sudut sosiologis, hukum dan ketata-negaraan.55

55

Ibid.

Page 52: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

37

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisanya.56

Pendekatan masalah dalam penelitian ini mengunakan

yuridis normatif dan yuridis komperatif.

Pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan yang dilakukan

berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-

konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan

pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan

perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian

ini. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang

dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.

Konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat

56

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm 43.

Page 53: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

38

mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata.57

Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

aproach). Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk mengetahui

keseluruhan peraturan hukum khususnya hukum pidana di Indonesia.

Pendekatan yuridis komperatif ini dilakukan dengan membandingkan

peraturan hukum ataupun putusan pengadilan di suatu negara dengan

peraturan hukum di negara lain (dapat 1 negara atau lebih), namun haruslah

mengenai hal yang sama. Perbandingan dilakukan untuk memperoleh

persamaan dan perbedaan di antara peraturan hukum/putusan pengadilan

tersebut.

B. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara

langsung dari bahan-bahan pustaka yang diperoleh langsung dari masyarakat

dinamakan data primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari

bahan-bahan pustaka yang umumnya dinamakan data sekunder.58

Data dalam

penulisan ini menggunakan data sekunder yang didukung dengan data primer

melalui wawancara akademisi, data sekunder merupakan data yaitu bahan

pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku perpustakaan

peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel, serta dokumen

yang berkaitan dengan materi penelitian. Dari bahan hukum sekunder tersebut

57

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1988), hlm. 13. 58

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 12.

Page 54: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

39

mencakup dua bagian, yaitu:59

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan

hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan

perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Rancangan Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (RKUHP) serta peraturan perundang-undangan lainnya yang

dapat mendukung dalam penelitian ini.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, yaitu Naskah Akademik RKUHP, hasil-hasil penelitian, hasil

karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

C. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi Perpustakaan

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

langkah-langkah studi kepustakaan. Studi Kepustakaan yaitu studi kepustakaan

yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,

59

Ibid., hlm. 3.

Page 55: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

40

mempelajari, dan mencatat hal-hal penting dari berbagai buku literatur,

perundang-undangan, artikel dan informasi lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

b. Studi Lapangan

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden. Untuk memperoleh

data tersebut dilakukan dengan studi lapangan dengan cara menggunakan

metode wawancara. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan studi pustaka, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan

penelusuran dan menelaah bahan pustaka (literatur, hasil penelitian, majalah

ilmiah, buletin ilmiah, jurnal ilmiah dsb) yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis yang telah diperoleh

sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Pengolahan data dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

A. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan

data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti

dalam penelitian ini.

B. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang

benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

C. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling

berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada

Page 56: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

41

subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

D. Analisis Data

Analisis data adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dibaca

dan diindentifikasi. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan metode normati-kualitatif. Penguraian sistematis terhadap

gejala atau data yang diperoleh dalam penelitian ini, mula – mula dengan

menyajikan data yang sejauh mungkin disajikan secara kuantitatif. Data yang

diperoleh itu kemudian dianalisis dengan kualitatif dengan penguraian secara

deskriptif analitis dan preskriptif.

Page 57: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

79

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Kriminaliasasi perbuatan penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden

masih diperlukan dan mesti dipertahankan dalam RKUHP karena sebagai

berikut :

a. Presiden itu merupakan simbol dari kedaulatan, kelangsungan dan

keagungan/kebesaran dari seorang Kepala Negara sekaligus sebagai

Kepala Pemerintahan dan Presiden itu merupakan hasil dari distilasi

(distillation) rakyat Indonesia sehingga Presiden itu merupakan

penjelmaan pribadi dan yang mewakili martabat dan keagungan rakyat

itu sendiri. Sehingga mesti adanya perlindungan khusus, untuk

melindungi martabat Presiden.

b. Terjadi kekosongan hukum dalam KUHP sekarang, yang mana dirasa

jangkal, penghinaan terhadap orang biasa, orang yang sudah mati,

bendera/lagu kebangsaan, lambang kenegaraan, petugas/pejabat umum,

dan Kepala Negara sahabat saja dijadikan tindak pidana, sedangkan

penghinaan terhadap Presiden tidak, terlebih dari

Page 58: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

80

status/posisi/kedudukan/fungsi Presiden berbeda dengan orang biasa

dilihat dari sudut sosiologis, hukum dan ketata-negaraan.

c. Hampir diseluruh negara, khususnya Turki, Polandia, dan Islandia sangat

tegas melindungi martabat Presidennya dengan ancaman pidana dan

denda yang berat, negara-negara tersebut menempatkan aturan

pelindungan martabat Presiden sebagai salah satu kepentingan nasional

dan secara khusus harus dilindungi.

d. Pasal Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden yang saat ini

dibahas berbeda dengan pasal lama yang telah dibatalkan Mahkamah

Konstitusi. Perbedaan itu, terletak pada deliknya. Jika pasal lama

merupakan delik umum, kini pasal tersebut menggunakan delik aduan

dan juga penambahan denda kategori disesuai dengan kondisi

masyarakat.

2. Proses kriminalisasi perbuatan penghinaan terhadap Presiden dan Wakil

Presiden melalui beberapa tahapan menutut presfektif hukum pidana, yaitu:

a. memperhatikan kriteria-kriteria kriminalisasi, yaitu : penggunaan hukum

pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, perbuatan

yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi merupakan perbuatan

yang mendatangkan kerugian materiil atau spiritual atas warga

masyarakat, penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan

prinsip biaya dan hasil (cost benefit principle), penggunaan hukum

pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau kemampuan daya kerja

dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangan sampai ada kelampauan

beban tugas (overbelasting).

Page 59: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

81

b. Selanjutnya dalam pembentukannya ke dalam undang-undang, harus

memperhatikan asas-asas penting dalam kriminalisasi yaitu asas legalitas,

asas subsidaritas, dan asas persamaan/kesamaan, dimaksudkan agar

tidaknya penyalahgunaan undang-undang dan menjamin keadilan.

Dengan demikian itulah tahap-tahapan proses kriminalisasi, untuk

kriminalisasi pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden.

B. SARAN

1. Aturan pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden hendaknya

dipertahankan di RKUHP, karena masih sangat diperlukan di Indonesia,

untuk melindungi martabat Presiden dan Wakil Presiden.

2. Aturan pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden mesti dibentuk

dengan dengan cermat dan teliti tiap rumusan pasalnya dan mesti ada

pengawasan dari para pihak penegak hukum agar tidak terjadi lagi

penyalahgunaan undang-undang seperti pasal sebelumnya yang dibatalkan

oleh Mahkamah Konstitusi.

Page 60: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

82

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Amrullah, Arief. 2007. Politik Hukum Pidana – dalam perlindungan korban

kejahatan ekonomi di bidang perbankan, Malang: Bayumedia.

Anwar, H. A. K. Moch. 1994. Hukum Pidana Bagian Khusus: KUHP Bagian II,

Jilid I, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Asshiddiqie, Jimly. 1996. Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Bandung:

Angkasa.

Barlow, Hugh D. 1984. Introduction to Criminology, Third Edition, Boston: Little

Brown and Company.

Moeljatno. 1985. Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta: PT Bina Cipta.

Muladi. 1995. Kapita Selekta Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro Semarang.

Muladi. 2002. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana.

Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Mulyadi. 2007. Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi,

Jakarta: Djambatan.

Nawawi, Barda. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra

Aditya Bhakti.

__________. 2007. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana Media Group.

__________.2011. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana.

__________. 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Bandung :

PT Citra Aditya Bakti.

Page 61: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

83

__________. 2000. Kebijakan Legislatif: Dalam Penanggulangan Kejahatan

Dengan Pidana Penjara, Semarang : Undip.

__________. 2006. Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber

Crime Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

__________. 2016. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana.

Prodjodikoro, Wirjono. 2002. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia,

Bandung: PT. Refika.

Puspa, Yan Pramady. 1997. Kamus Hukum, Edisi Lengkap Bahasa Belanda,

Indonesia, Inggris, Jakarta: PT. Aneka Ilmu.

Rosidah, Nikmah. 2011. Asas-Asas Hukum Pidana, Semarang: Pustaka Magister.

Saleh , Roeslan. 1988. Lembaran Kepustakaan Hukum Pidana, (Jakarta; Sinar

Grafika.

__________. 1981. Asas Hukum Pidana Dalam Perspektif. Jakarta: Aksara Baru.

Soekanto, Soejono. 1981. Kriminologi, Jakarta: Suatu Pengantar.

__________. dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

__________. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sudarto. 1983. Hukum dan Hukum Pidana, Bandung : Alumni.

Wisnubroto, Aloysius. 1999. Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan

Penyalahgunaan Komputer, Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

B. Jurnal

Cahyanigrum, Dian. Vol. V, No.08/II/P3DI/April/2013. “Polemik Pasal

Penghinaan Presiden dan Wakil PresidenDalam RKUHP.”

Luthan, Salman Luthan. Asas dan Kriteria Kriminalisasi, Jurnal Hukum,

No.1/Vol/16/Januari/2009.

Page 62: ANALISIS KRIMINILISASI PERBUATAN PENGHINAAN …digilib.unila.ac.id/55925/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fitra Agustama Disarankan hendaknya Aturan Pasal Penghinaan Presiden

84

Muladi, Kebijakan Kriminal terhadap Cybercrime, Majalah Media Hukum Vol. 1

No. 3 Tanggal 22 Agustus 2003.

Rahman, Zaqiu.“Wacana Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam

RUU KUHP”, 28/Agustus/2015.

Supriyadi, Widodo Eddyono dan Fajrimei A. Gofar. 2007. Menelisik Pasal-Pasal

Proteksi Negara dalam RUU KUHP: Catatan Kritis terhadap Pasal-

Pasal Tindak Pidana Ideologi, Penghinaan Martabat Presiden, dan

Penghinaan terhadap pemerintah, Jakarta: ELSAM dan Aliansi

Nasional Reformasi KUHP.

Tampi, Butje. Vol III/No.9/Agustus2016 “Kontroversi Pencantuman Pasal

Penghinaan Terhadap Presiden dan Wakil Presiden Dalam KUHP

yang akan datang.”

Wicaksono, Aditya Septian Wicaksono, R.B. Sularto, Hasyim Asy'ari. Kebijakan

Hukum Pidana Terhadap Formulasi Perbuatan Pencemaran Nama

Baik Presiden Sebagai Perlindungan Simbol Negara, Diponogoro law

review, Vol. 5 Nomor 2 Tahun 2016.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 013-022/PUU-IV/2006

Rancangan Kitab Hukum Pidana Tahun 2015 (RKUHP Tahun 2015)

Naskah Akademi Rancangan Kitab Hukum Pidana Tahun 2015 (NA RKUHP

Tahun 2015)

D. Website

https://nasional.kompas.com/read/2013/04/08/11392836

https://www.merdeka.com/politik/anggota-panja-rkuhp-sebut-pasal-penghinaan-

presiden-masuk-delik-aduan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia