8
Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561 344 Analisis Limbah Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) Dalam Menyerap Logam Berat Irhamni 1* , Setiaty Pandia 2 , Edison Purba 3 , Wirsal Hasan 4 1 Mahasiswa Doktor Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, USU, Medan 2 Staf Pengajar Fakultas Teknik Kimia, USU, Medan 3 Staf Pengajar Fakultas Pertanian, USU, Medan 4 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan *Koresponden email: [email protected] Masuk : 1 Februari 2018 Diterima: 15 Februari 2018 Abstract. Research on the ability of plants to reduce and transport pollutants, especially heavy metals to date continues to be done in line with technological developments. Hyperaccumulator plant species are still very limited, therefore research that leads to the search for these types of plants is still very necessary. The author wants to do research on the Result of Measurement of Waste Simulation of Phytoremediation Plant (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) in absorbing heavy metals. The purpose of this study was to obtain the results of phytoremediation plant measurements on the simulated waste in absorbing heavy metals. The simulated wastes used for the three plants (Typha Latifolia, Enceng Gondok and Kiambang) are concentrations of 200 ppm, 150 ppm, 100 ppm and initial control. The highest analysis result of the highest measurement was obtained on the waste simulation of typha latifolia with 100 ppm of 25,1 gram and followed by water hyacinth 100 ppm equal to 18,8 gram. Resume from the accumulation of the three plants and the three different waste simulations, the typha latifolia plant has the best measurement results. This proves that typha latfolia plants have high absorption for heavy metals, and is a plant used as one of the heavy metal absorbent plants. Keywords: Phytoremediation, Typha latifolia, enceng gondok, Kiambang, Waste simulation Abstrak. Penelitian tentang kemampuan tanaman untuk mereduksi dan mengangkut zat polutan terutama logam berat hingga saat ini terus dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi. Jenis tanaman hyperaccumulator masih sangat terbatas, oleh karenanya penelitian yang mengarah kepada pencarian jenis tanaman tersebut masih sangat diperlukan. Penulis ingin melakukan penelitian tentang Hasil Pengukuran Limbah Simulasi Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) dalam menyerap logam berat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan hasil pengukuran tumbuhan fitoremediasi pada limbah simulasi dalam menyerap logam berat. Limbah simulasi yang digunakan untuk ketiga tumbuhan (Typha Latifolia, Enceng Gondok dan Kiambang) adalah dengan konsentrasi 200 ppm, 150 ppm, 100 ppm dan kontrol awal. Hasil analisa yang paling tinggi pengukuran yang paling tinggi didapat pada limbah simulasi tumbuahan typha latifolia dengan 100 ppm sebesar 25,1 gram dan diikuti dengan enceng gondok 100 ppm sebesar 18,8 gram. Dilihat dari akumulasi ketiga tumbuhan dan ketiga perbedaan limbah simulasi maka tumbuhan typha latifolia yang mempunyai hasil pengukuran yang terbaik. Ini membuktikan bahwa tumbuhan typha latfolia mempunyai daya serapan untuk logam berat yang tinggi, serta merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai salah satu tumbuhan penyerap logam berat. Kata Kunci: Fitoremediasi, Typha latifolia, enceng Gondok, Kiambang, Limbah simulasi hal 344-351

Analisis Limbah Tumbuhan Fitoremediasi (Typha …jurnalserambiengineering.net/wp-content/uploads/2018/03/Analisis... · Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018

  • Upload
    ngothu

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

344 345

Analisis Limbah Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang)

Dalam Menyerap Logam BeratIrhamni1*, Setiaty Pandia2, Edison Purba3, Wirsal Hasan4

1Mahasiswa Doktor Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, USU, Medan2Staf Pengajar Fakultas Teknik Kimia, USU, Medan

3Staf Pengajar Fakultas Pertanian, USU, Medan4Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan

*Koresponden email: [email protected]

Masuk : 1 Februari 2018 Diterima: 15 Februari 2018

Abstract. Research on the ability of plants to reduce and transport pollutants, especially heavy metals to date continues to be done in line with technological developments. Hyperaccumulator plant species are still very limited, therefore research that leads to the search for these types of plants is still very necessary. The author wants to do research on the Result of Measurement of Waste Simulation of Phytoremediation Plant (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) in absorbing heavy metals. The purpose of this study was to obtain the results of phytoremediation plant measurements on the simulated waste in absorbing heavy metals. The simulated wastes used for the three plants (Typha Latifolia, Enceng Gondok and Kiambang) are concentrations of 200 ppm, 150 ppm, 100 ppm and initial control. The highest analysis result of the highest measurement was obtained on the waste simulation of typha latifolia with 100 ppm of 25,1 gram and followed by water hyacinth 100 ppm equal to 18,8 gram. Resume from the accumulation of the three plants and the three different waste simulations, the typha latifolia plant has the best measurement results. This proves that typha latfolia plants have high absorption for heavy metals, and is a plant used as one of the heavy metal absorbent plants.Keywords: Phytoremediation, Typha latifolia, enceng gondok, Kiambang, Waste simulation

Abstrak. Penelitian tentang kemampuan tanaman untuk mereduksi dan mengangkut zat polutan terutama logam berat hingga saat ini terus dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi. Jenis tanaman hyperaccumulator masih sangat terbatas, oleh karenanya penelitian yang mengarah kepada pencarian jenis tanaman tersebut masih sangat diperlukan. Penulis ingin melakukan penelitian tentang Hasil Pengukuran Limbah Simulasi Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) dalam menyerap logam berat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan hasil pengukuran tumbuhan fitoremediasi pada limbah simulasi dalam menyerap logam berat. Limbah simulasi yang digunakan untuk ketiga tumbuhan (Typha Latifolia, Enceng Gondok dan Kiambang) adalah dengan konsentrasi 200 ppm, 150 ppm, 100 ppm dan kontrol awal. Hasil analisa yang paling tinggi pengukuran yang paling tinggi didapat pada limbah simulasi tumbuahan typha latifolia dengan 100 ppm sebesar 25,1 gram dan diikuti dengan enceng gondok 100 ppm sebesar 18,8 gram. Dilihat dari akumulasi ketiga tumbuhan dan ketiga perbedaan limbah simulasi maka tumbuhan typha latifolia yang mempunyai hasil pengukuran yang terbaik. Ini membuktikan bahwa tumbuhan typha latfolia mempunyai daya serapan untuk logam berat yang tinggi, serta merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai salah satu tumbuhan penyerap logam berat.Kata Kunci: Fitoremediasi, Typha latifolia, enceng Gondok, Kiambang, Limbah simulasi

hal 344-351

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

344 345

Analisis Limbah Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang)

Dalam Menyerap Logam BeratIrhamni1*, Setiaty Pandia2, Edison Purba3, Wirsal Hasan4

1Mahasiswa Doktor Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, USU, Medan2Staf Pengajar Fakultas Teknik Kimia, USU, Medan

3Staf Pengajar Fakultas Pertanian, USU, Medan4Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU, Medan

*Koresponden email: [email protected]

Masuk : 1 Februari 2018 Diterima: 15 Februari 2018

Abstract. Research on the ability of plants to reduce and transport pollutants, especially heavy metals to date continues to be done in line with technological developments. Hyperaccumulator plant species are still very limited, therefore research that leads to the search for these types of plants is still very necessary. The author wants to do research on the Result of Measurement of Waste Simulation of Phytoremediation Plant (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) in absorbing heavy metals. The purpose of this study was to obtain the results of phytoremediation plant measurements on the simulated waste in absorbing heavy metals. The simulated wastes used for the three plants (Typha Latifolia, Enceng Gondok and Kiambang) are concentrations of 200 ppm, 150 ppm, 100 ppm and initial control. The highest analysis result of the highest measurement was obtained on the waste simulation of typha latifolia with 100 ppm of 25,1 gram and followed by water hyacinth 100 ppm equal to 18,8 gram. Resume from the accumulation of the three plants and the three different waste simulations, the typha latifolia plant has the best measurement results. This proves that typha latfolia plants have high absorption for heavy metals, and is a plant used as one of the heavy metal absorbent plants.Keywords: Phytoremediation, Typha latifolia, enceng gondok, Kiambang, Waste simulation

Abstrak. Penelitian tentang kemampuan tanaman untuk mereduksi dan mengangkut zat polutan terutama logam berat hingga saat ini terus dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi. Jenis tanaman hyperaccumulator masih sangat terbatas, oleh karenanya penelitian yang mengarah kepada pencarian jenis tanaman tersebut masih sangat diperlukan. Penulis ingin melakukan penelitian tentang Hasil Pengukuran Limbah Simulasi Tumbuhan Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng Gondok, Kiambang) dalam menyerap logam berat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan hasil pengukuran tumbuhan fitoremediasi pada limbah simulasi dalam menyerap logam berat. Limbah simulasi yang digunakan untuk ketiga tumbuhan (Typha Latifolia, Enceng Gondok dan Kiambang) adalah dengan konsentrasi 200 ppm, 150 ppm, 100 ppm dan kontrol awal. Hasil analisa yang paling tinggi pengukuran yang paling tinggi didapat pada limbah simulasi tumbuahan typha latifolia dengan 100 ppm sebesar 25,1 gram dan diikuti dengan enceng gondok 100 ppm sebesar 18,8 gram. Dilihat dari akumulasi ketiga tumbuhan dan ketiga perbedaan limbah simulasi maka tumbuhan typha latifolia yang mempunyai hasil pengukuran yang terbaik. Ini membuktikan bahwa tumbuhan typha latfolia mempunyai daya serapan untuk logam berat yang tinggi, serta merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai salah satu tumbuhan penyerap logam berat.Kata Kunci: Fitoremediasi, Typha latifolia, enceng Gondok, Kiambang, Limbah simulasi

hal 344-351 Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

344 345

1. PendahuluanFitoremediasi (phytoremediation) dapat diartikan

suatu sistem di mana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi. Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Kebanyakan tumbuhan mengakumulasi logam (setara dengan 0,001%), tetapi tumbuhan hiperakumulator logam mampu mengakumulasi hingga 11%BK. Batas kadar logam yang terdapat di dalam biomassa agar suatu tumbuhan dapat disebut hiperakumulator berbeda – beda bergantung pada jenis logamnya (Budhi. P, Joko. P, 2014).

Penerapan FitoremediasiSesungguhnya ide mengenai penggunaan

tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan bukan hal yang baru. Sejak lama kita telah mengenal manfaat tumbuhan sebagai “pengusir zat beracun dari udara’’ sehingga adanya tumbuhan dianggap sebagai penyegar udara di sekitarnya. Pemahaman fisiologi dan genetika tumbuhan yang semakin baik menyebabkan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan dapat makin diperluas cakupannya dan diperhitungkan manfaatnya dari segi rekayasa serta nilai ekonominya. Faktor pendorong bagi penerapan fitoremediasi adalah biaya yang relatif

murah dibanding dengan teknologi berbasis fisika dan kimia. Sebagai suatu teknologi yang sedang berkembang, fitoremediasi telah menarik banyak pihak termasuk peneliti dan pengusaha. Di Indonesia masalah pencemaran terus dihadapi sesuai dengan kemajuan industri sehingga usaha remediasi serta pencegahan pencemaran perlu diperhatikan. Fitoremediasi diharapkan dapat memberikan sumbangan yang nyata dan praktis bagi usaha mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan di Indonesia.

Fitoremediasi merupakan suatu sistem di mana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral, dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi. Sebagai salah satu teknologi yang sedang dikembangkan fitoremediasi telah menarik minat banyak pihak termasuk peneliti dan pengusaha. Fitoremediasi diharapkan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi usaha mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. Sebagai bagian dari teknik fitoremediasi, proses fitoakumulasi dapat menarik zat kontaminan dan media sehingga dapat terakumulasi di sekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga Hyperakumulasi. fitodegradasi juga merupakan bagian dari teknik fitoremediasi yaitu proses yang dilakukan oleh tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan dengan rantai molekul kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul

Gambar 1. Mekanisme penyerapan logam oleh akar (Wendy, dkk., 2005 didalam Irhamni, 2009).

Gambar 2. Tumbuhan typha latifolia

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

346 347

menjadi lebih sederhana dan dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzim berupa bahan kimia yang dapat mempercepat proses degradasi (Anonymous, 2003). Enzim ini diperlukan oleh tanaman terutama pada sejumlah biomassa dan area permukaan akar pada media hidroponik (Dushenkov, dkk., 2000 dalam Faeiza, dkk., 2007 dalam irhamni 2010) Pendekatan ini sesuai proses remediasi untuk sebagian besar logam seperti Pb, Cd, Ni, Cu, dan Cr.

Tanaman air hyperaccumulator ini telah berevolusi melalui struktur dan fisiologinya,

yaitu membentuk jaringan lakuna atau aerenkhima didalam akar dan batangnya untuk pertukaran materi dari bagian batang ke akar. Perubahan ini terlihat pada tanaman air yang mengapung, dengan membentuk daun yang bulat penuh untuk menjaga agar tidak mudah sobek, tekstur yang kuat dan permukaan atas hidrofobil untuk menjaga agar tidak basah. Tidak seperti tanaman darat pada umumnya, letak stomata tanaman mengapung ditemukan di bagian sisi sebelah atas daun. Salah satu tanaman air yang cukup signifikan untuk menyerap untuk menyerap logam berat adalah enceng gondok (Eichhornia crassipes). (Misbachul M, 2010). Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi

Gambar 3. Enceng Gondok

Gambar 4. Kiambang

Gambar 5. Kolam sampel tumbuhanGambar 6. Pengambilan sampel lindi

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

346 347

menjadi lebih sederhana dan dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzim berupa bahan kimia yang dapat mempercepat proses degradasi (Anonymous, 2003). Enzim ini diperlukan oleh tanaman terutama pada sejumlah biomassa dan area permukaan akar pada media hidroponik (Dushenkov, dkk., 2000 dalam Faeiza, dkk., 2007 dalam irhamni 2010) Pendekatan ini sesuai proses remediasi untuk sebagian besar logam seperti Pb, Cd, Ni, Cu, dan Cr.

Tanaman air hyperaccumulator ini telah berevolusi melalui struktur dan fisiologinya,

yaitu membentuk jaringan lakuna atau aerenkhima didalam akar dan batangnya untuk pertukaran materi dari bagian batang ke akar. Perubahan ini terlihat pada tanaman air yang mengapung, dengan membentuk daun yang bulat penuh untuk menjaga agar tidak mudah sobek, tekstur yang kuat dan permukaan atas hidrofobil untuk menjaga agar tidak basah. Tidak seperti tanaman darat pada umumnya, letak stomata tanaman mengapung ditemukan di bagian sisi sebelah atas daun. Salah satu tanaman air yang cukup signifikan untuk menyerap untuk menyerap logam berat adalah enceng gondok (Eichhornia crassipes). (Misbachul M, 2010). Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi

Gambar 3. Enceng Gondok

Gambar 4. Kiambang

Gambar 5. Kolam sampel tumbuhanGambar 6. Pengambilan sampel lindi

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

346 347

logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Agar tumbuhan dapat menyerap logam maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara tergantung pada spesies tumbuhannya. Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya logam diangkut melalui jaringan pengangkut xilem dan floem ke bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat. Berbagai jenis molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh tumbuhan seperti histidin yang dapat mengikat Cr, sebagaimana dinyatakan dalam Gambar 1. Lokalisasi pada jaringan dalam mencegah peracunan logam terhadap sel, tumbuhan mempunyai mekanisme detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam bagian tertentu seperti akar dan lateks.

Tumbuhan Obor (Typha latifolia) Tumbuhan Obor (Typha latifolia) seperti yang

terlihat pada Gambar 2. merupakan tanaman dari suku Typhaceae dan bangsa Typhales yang mempunyai rizoma, beramilum, sering membentuk koloni padat, menjulamg dari air dangkal atau tumbuh di tempat yang basah, sel-sel bertanin tersebar, batang tegak, serta berakhir dengan pembungaan. Daun berbentuk dua garis, kebanyakan di dasar, pelepah laminalinearis. Habitat dari Typha latifolia ini adalah lingkungan yang mempunyai nilai pH 4 – 10 dan temperatur 10 – 30o C. Tanaman Typha latifolia da-pat ditemukan di rawa dan wetland yang terdapat di hampir setiap benua.

Enceng GondokEnceng gondok memiliki kecepatan tumbuh

yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Enceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya (Sendi,

Gambar 8:perlakuan sampel berdasrkan limbah simulasi

Gambar7 . Rangkaian Reaktor Penelitian

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

348 349

2014). Walaupun enceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan enceng gondok oleh peneliti antara lain dalam waktu 24 jam enceng gondok mampu menyerap logam cadmium, merkuri, nikel, dan logam kromium.

KiambangPistia stratiotes atau kiambang merupakan

salah satu tanaman fitoremediator logam berat Cd dan Cr yang terdapat pada limbah cair , serta mampu beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi salinitas rendah (<10%). Pemilihan S. Molesta sebagai tumbuhan fitoremediator pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa S. Molesta mampu tumbuh pada nutrisi yang rendah. Selain itu secara morfologi S. Molesta memiliki diameter daun yang relatif kecil (rata-rata 2-4 Cm), tetapi memiliki perakaran yang lebat dan panjang (Nurma, dkk, 2016).

Logam beratLogam berat merupakan logam yang

mempunyai massa jenis lebih dari 5g/cm3. Logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Kecemasan yang berlebihan terhadap hadirnya logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Walaupun pada konsentrasi yang sedemikian rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Beberapa jenis logam yang dapat terlibat dalam proses bioakumulasi adalah As,

Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, dan Zn (Palar, 2008).

2. Metode PenelitianBahan yang digunakan adalah limbah simulasi

dengan konsentrasi 200 ppm, 150 ppm dan 100 ppm. Ion logam berat yang digunakan adalah Cr, Hg dan Pb. Tumbuah Fitoremediasi yang digunakan didalam penelitian ini terdiri dari tumbuhan typha latifolia, enceng gondok dan kiambang. Termasuk lindi dari air buangan tempat pembuangan sampah. Penelitia ini dilakukan di laboratorium MIPA USM dan rumah tanaman tepatnya di halaman belakang gedung laboratorium. Untuk melihat efektifitas serapan logam oleh tumbuhan uji dalam limbah cair (lindi), dilakukan 3 tahap yaitu berdasarkan konsentrasi lindi, konsentrasi logam dan jumlah volume lindi dan logam. Alat yang digunakan berupa timbangan analitik, oven, wadah penampung tumbuhan, pisau, ember, kertas label, kamera. Untuk setiap tumbuhan dianalisa dengan melihat berat massa setelah selesai penelitian. Semua tumbuhan dikeringkan dengan perbedaan konsentrasi limbah simulasinya berdasarkan ppm.

3. Hasil Dan PembahasanRancangan percobaan untuk melihat serapan

logam dan berat massa kering oleh tumbuhan uji dalam limbah cair ( lindi), dilakukan 3 tahapan yaitu berdasarkan konsentrasi lindi, konsentrasi logam dan jumlah volume lindi dan logam.

3.1. Hasil Perlakuan Konsentrasi lindi dan konsentrasi logam

Setiap wadah perlakuan diisi dengan lindi yang mempunyai berbagai konsentrasi yaitu

Gambar 9: hasil pengukuran sampel kering

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

348 349

2014). Walaupun enceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan enceng gondok oleh peneliti antara lain dalam waktu 24 jam enceng gondok mampu menyerap logam cadmium, merkuri, nikel, dan logam kromium.

KiambangPistia stratiotes atau kiambang merupakan

salah satu tanaman fitoremediator logam berat Cd dan Cr yang terdapat pada limbah cair , serta mampu beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi salinitas rendah (<10%). Pemilihan S. Molesta sebagai tumbuhan fitoremediator pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa S. Molesta mampu tumbuh pada nutrisi yang rendah. Selain itu secara morfologi S. Molesta memiliki diameter daun yang relatif kecil (rata-rata 2-4 Cm), tetapi memiliki perakaran yang lebat dan panjang (Nurma, dkk, 2016).

Logam beratLogam berat merupakan logam yang

mempunyai massa jenis lebih dari 5g/cm3. Logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Kecemasan yang berlebihan terhadap hadirnya logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Walaupun pada konsentrasi yang sedemikian rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Beberapa jenis logam yang dapat terlibat dalam proses bioakumulasi adalah As,

Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, dan Zn (Palar, 2008).

2. Metode PenelitianBahan yang digunakan adalah limbah simulasi

dengan konsentrasi 200 ppm, 150 ppm dan 100 ppm. Ion logam berat yang digunakan adalah Cr, Hg dan Pb. Tumbuah Fitoremediasi yang digunakan didalam penelitian ini terdiri dari tumbuhan typha latifolia, enceng gondok dan kiambang. Termasuk lindi dari air buangan tempat pembuangan sampah. Penelitia ini dilakukan di laboratorium MIPA USM dan rumah tanaman tepatnya di halaman belakang gedung laboratorium. Untuk melihat efektifitas serapan logam oleh tumbuhan uji dalam limbah cair (lindi), dilakukan 3 tahap yaitu berdasarkan konsentrasi lindi, konsentrasi logam dan jumlah volume lindi dan logam. Alat yang digunakan berupa timbangan analitik, oven, wadah penampung tumbuhan, pisau, ember, kertas label, kamera. Untuk setiap tumbuhan dianalisa dengan melihat berat massa setelah selesai penelitian. Semua tumbuhan dikeringkan dengan perbedaan konsentrasi limbah simulasinya berdasarkan ppm.

3. Hasil Dan PembahasanRancangan percobaan untuk melihat serapan

logam dan berat massa kering oleh tumbuhan uji dalam limbah cair ( lindi), dilakukan 3 tahapan yaitu berdasarkan konsentrasi lindi, konsentrasi logam dan jumlah volume lindi dan logam.

3.1. Hasil Perlakuan Konsentrasi lindi dan konsentrasi logam

Setiap wadah perlakuan diisi dengan lindi yang mempunyai berbagai konsentrasi yaitu

Gambar 9: hasil pengukuran sampel kering

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

348 349

10%, 30%, 50%, 70%, dan 100%. Sedangkan konsentrasi logam tetap yaitu 100 ppm. Hal ini dilakukan untuk melihat efektifitas lindi terhadap pertumbuhan dan berat massa dengan kadar logam dianggap sama.

Konsentrasi optimum terhadap pertumbuhannya dilanjutkan ketahap selanjutnya, yaitu setiap wadah perlakuan diisi dengan limbah simulasi(LS) dengan konsentrasi yang berbeda (200 ppm, 150 ppm, 100 ppm) Sedangkan konsetrasi lindi tetap yaitu konsentrasi optimum yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan atau efektifitas tumbuhan tersebut dalam menyerap logam. Tumbuhan dari setiap wadah diukur serapan loganya dan berat massa tumbuhannya untuk melihat konsentrasi loga yang paling baik serapannya.

3.2. Hasil Pengukuran berat massa Hasil pengukuran berat tumbuhan fotoremediasi

(typha latifolia, enceng gondok, kiambang) dengan menggunakan perpelakuan limbah simulasi (LS). Masing masing perlakuan 200 ppm, 150 ppm, dan 100ppm.

Hasil analisa menunjukkan bahwa berat sampel kering tertinggi terdapat pada limbah simulasi dengan konsentrasi 100 ppm sebesar 25,1 gram pada tumbuhan typha latifolia. Hasil pada limbah simulasi 150 ppm juga terdapat pada tumbuhan typha latifolia sebesar 14,0 gram, diikuti dengan enceng gondok dan kiambag sebesar 7,2 dan 1,5 gram

Untuk hasil pengukuran akumulasi berat kering setelah tumbuhan typha latifolia yang di hidupkan pada limbah simulasi dengan konsentrasi 200

ppm sebesar 6,8 gram, dan diikuti oleh tumbuhan enceng gondok sebesar 8,5 gram yang merupakan berat kering tertinggi di konsentrasi limbah simulasi 200 ppm. Hasil pengukuran berat kering pada konsentrasi limbah simulasi 100 ppm terberat setelah ditimbang terdapat pada tumbuhan typha latifolia sebesar 25,1 gram dan diikuti oleh tumbuhan enceng gondok dan kiambang masing – masing sebesar 18,8 dan 1,7 gram. Semakin kecil konsentrasi limbah simulasinya maka semakin besar pertumbuhan tumbuhan typha latifolia, dan semakin besar pula berat keringnya dan semakin baik penyerapan logam beratnya. Hasil akhir membuktikan bahwa tumbuhan typha latifolia dapat tumbuh di tempat yang mengandung limbah cair yang tercemar salah satunya adalah bahan berbahaya yaitu logam berat, bisa dilihat dengan konsentrasi limbah simulasi setelah pencampuran antara lindi dengan konsentrasi logam berat. Lamanya tumbuh tumbuhan tersebut dapat diidentifikasi dengan berat kering setelah diakumulasi akhir dari hasil penelitian.

Mengingat Indonesia kedepan masih tetap dihadapkan dengan masalah pencemaran lingkungan sebagai akibat dari pembangunan dan pembuangan industri maka usaha-usaha pemulihan dan rehabilitasi lahan yang tercemar perlu mendapat perhatian kita bersama. Saat ini walaupun teknologi fitoremidiasi belum banyak diterapkan dalam pemulihan pencemaran tanah dan air, kedepan diharapkan akan menjadi teknologi pembersih lingkungan yang potensial dengan ditunjang oleh keanekaragaman hayati tanaman di Indonesia yang dapat digunakan sebagai tanaman hiperakumulator, sehingga program pembangunan yang berkelanjutan

Tabel 1. Hasil Analisa pengukuran Limbah Simulasi pada tumbuhan fitoremediasi

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

350 351

(sustainable develeopment) dapat tercapai.

4. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan: Hasil analisa menunjukkan bahwa berat sampel kering tertinggi terdapat pada limbah simulasi dengan konsentrasi 100 ppm sebesar 25,1 gram pada tumbuhan typha latifolia. Hasil pada limbah simulasi 150 ppm juga terdapat pada tumbuhan typha latifolia sebesar 14,0 gram, diikuti dengan enceng gondok dan kiambag sebesar 7,2 dan 1,5 gram. Semakin kecil konsentrasi limbah simulasinya maka semakin besar pertumbuhan tumbuhan typha latifolia, dan semakin besar pula berat keringnya dan semakin baik penyerapan logam beratnya. Hasil akhir membuktikan bahwa tumbuhan typha latifolia dapat tumbuh di tempat yang mengandung limbah cair yang tercemar salah satunya adalah bahan berbahaya yaitu logam berat,

Mengingat Indonesia kedepan masih tetap dihadapkan dengan masalah pencemaran lingkungan sebagai akibat dari pembangunan dan pembuangan industri maka usaha-usaha pemulihan dan rehabilitasi lahan yang tercemar perlu mendapat perhatian kita bersama, untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.seperti metode dilusi, stabilisasi, pembilasan dan teknik fioremediasi.

5. Daftar PustakaBudhi, P., dan Joko, P. 2014. Fitoremediasi

Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan Pencemaran, Khususnya Logam Berat. TRIPOD, IPAL Biotech, Ipal Biofilter,Wwtp Ipal Rs, Ipal Industri.

Dewi, R.K., Melani, W.R.dan Zulfikar, A. 2013. Efektifitas dan Efisiensi Fitoremediasi Orthofosfat pada Deterjen Menggunakan Kiambang ( Pistia stratiotes). Jurnal umrah, pg 1-8

Fadhli S, Marwan A.B, Nur M, 2012, The Subsurface Resistivity Studies In Gampong Jawa Waste Disposal Banda Aceh, Jurnal Natural, Vol 12, No 1, 2012. 17-20

Hadiyanto dan Marcelinnus C. 2012. Aplikasi Fitoremediasi Limbah Jamu dan Pemanfaatannya Untuk Produksi Protein, Jurnal Ilmu Lingkungan UNDIP Volume 10

Issue 1:32-37 (2012)Handayan, I.F., Setyowati, E. dan Santoso, A.M.

2013. Efisiensi Fitoremediasi pada Air Terkontaminasi Cu menggunakan Salvinia molesta mitchal. Di dalam: Prosiding Seminar Biologi. Kediri. (Vol. 10, No. 1)

Hartati. H, Muhammad. Z, Eldina F. 2015. Analisis Manajemen Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Gampong Jawa Kota Banda Aceh Sebagai Stasiun Pemilihan, Jurnal Teknik sipil, ISSN:2302-0253, Vol 4, No 1, 18-20

Irhamni. 2009. Thesis, Aplikasi Phytoremediasi dalam Penyisihan Ion Logam Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Tumbuhan Air (Typha Latifolia), Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Irhamni, Setiaty P, Edison P, Wirsal H. 2017, Fitoremediasi Berbasis Tumbuhan Air Untuk Penerapan Beberapa Logam Berat (Cr, Hg, Pb), ISBN:978-602-0898-49-0

Irhamni, Setiaty P, Edison P, Wirsal H. 2017. Serapan Logam Berat Esensial dan Non Esensial Pada Air TPA Kota Banda Aceh Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Serambi Engineering. Vol II, No.3 Juli 2017. ISSN:25283561.

Irhamni, Setiaty P, Edison P, Wirsal H. 2017. Kandungan Logam Berat pada Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Banda Aceh. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Universitas Syiah Kuala,2017. ISSN: 2579-3101. Hal.A19-A22

Kasan. 2011. Analisa Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus:TPA Piyungan Bantul), Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, ISSN:2085-1227 Vol3, No 1, 019-030

LABBA. 2015. Hasil Uji Limbah Cair di Kolam Lindi TA Kampong Jawa Kota Banda Aceh. BARISTAND

Larasati. 2015. The Effectiveness of Heavy Metals Adsorptions on Leachate by Activated Carbon, Zeolite, and Silica Gel in TPA Tlekung, Batu, Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, hal 44-48

Muliadi, Deasy. L, Yanny, dan sabir. S. 2013. Fitoremediasi: Akumulasi dan Distribusi

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

350 351

(sustainable develeopment) dapat tercapai.

4. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan: Hasil analisa menunjukkan bahwa berat sampel kering tertinggi terdapat pada limbah simulasi dengan konsentrasi 100 ppm sebesar 25,1 gram pada tumbuhan typha latifolia. Hasil pada limbah simulasi 150 ppm juga terdapat pada tumbuhan typha latifolia sebesar 14,0 gram, diikuti dengan enceng gondok dan kiambag sebesar 7,2 dan 1,5 gram. Semakin kecil konsentrasi limbah simulasinya maka semakin besar pertumbuhan tumbuhan typha latifolia, dan semakin besar pula berat keringnya dan semakin baik penyerapan logam beratnya. Hasil akhir membuktikan bahwa tumbuhan typha latifolia dapat tumbuh di tempat yang mengandung limbah cair yang tercemar salah satunya adalah bahan berbahaya yaitu logam berat,

Mengingat Indonesia kedepan masih tetap dihadapkan dengan masalah pencemaran lingkungan sebagai akibat dari pembangunan dan pembuangan industri maka usaha-usaha pemulihan dan rehabilitasi lahan yang tercemar perlu mendapat perhatian kita bersama, untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.seperti metode dilusi, stabilisasi, pembilasan dan teknik fioremediasi.

5. Daftar PustakaBudhi, P., dan Joko, P. 2014. Fitoremediasi

Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan Pencemaran, Khususnya Logam Berat. TRIPOD, IPAL Biotech, Ipal Biofilter,Wwtp Ipal Rs, Ipal Industri.

Dewi, R.K., Melani, W.R.dan Zulfikar, A. 2013. Efektifitas dan Efisiensi Fitoremediasi Orthofosfat pada Deterjen Menggunakan Kiambang ( Pistia stratiotes). Jurnal umrah, pg 1-8

Fadhli S, Marwan A.B, Nur M, 2012, The Subsurface Resistivity Studies In Gampong Jawa Waste Disposal Banda Aceh, Jurnal Natural, Vol 12, No 1, 2012. 17-20

Hadiyanto dan Marcelinnus C. 2012. Aplikasi Fitoremediasi Limbah Jamu dan Pemanfaatannya Untuk Produksi Protein, Jurnal Ilmu Lingkungan UNDIP Volume 10

Issue 1:32-37 (2012)Handayan, I.F., Setyowati, E. dan Santoso, A.M.

2013. Efisiensi Fitoremediasi pada Air Terkontaminasi Cu menggunakan Salvinia molesta mitchal. Di dalam: Prosiding Seminar Biologi. Kediri. (Vol. 10, No. 1)

Hartati. H, Muhammad. Z, Eldina F. 2015. Analisis Manajemen Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Gampong Jawa Kota Banda Aceh Sebagai Stasiun Pemilihan, Jurnal Teknik sipil, ISSN:2302-0253, Vol 4, No 1, 18-20

Irhamni. 2009. Thesis, Aplikasi Phytoremediasi dalam Penyisihan Ion Logam Kromium (Cr) Dengan Menggunakan Tumbuhan Air (Typha Latifolia), Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Irhamni, Setiaty P, Edison P, Wirsal H. 2017, Fitoremediasi Berbasis Tumbuhan Air Untuk Penerapan Beberapa Logam Berat (Cr, Hg, Pb), ISBN:978-602-0898-49-0

Irhamni, Setiaty P, Edison P, Wirsal H. 2017. Serapan Logam Berat Esensial dan Non Esensial Pada Air TPA Kota Banda Aceh Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Serambi Engineering. Vol II, No.3 Juli 2017. ISSN:25283561.

Irhamni, Setiaty P, Edison P, Wirsal H. 2017. Kandungan Logam Berat pada Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Banda Aceh. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Universitas Syiah Kuala,2017. ISSN: 2579-3101. Hal.A19-A22

Kasan. 2011. Analisa Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus:TPA Piyungan Bantul), Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, ISSN:2085-1227 Vol3, No 1, 019-030

LABBA. 2015. Hasil Uji Limbah Cair di Kolam Lindi TA Kampong Jawa Kota Banda Aceh. BARISTAND

Larasati. 2015. The Effectiveness of Heavy Metals Adsorptions on Leachate by Activated Carbon, Zeolite, and Silica Gel in TPA Tlekung, Batu, Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, hal 44-48

Muliadi, Deasy. L, Yanny, dan sabir. S. 2013. Fitoremediasi: Akumulasi dan Distribusi

Serambi Engineering, Volume III, Edisi Khusus, Februari 2018 ISSN : 2528-3561

350 351

Logam Berat Nikel, Cadmium dan Chromium Dalam Tanaman Ipomoea reptana. Prosiding seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia HKI Sumatera Barat, 7 Desember 2013

Paz-Alberto, A.M. and Sigua, G.C. 2013. Phytoremediation: a green technology to remove environmental pollutants. American Journal of Climate Change, vol. 2, pp. 71-86

Sendi, B. 2014. Phytoremediation Waste Mercury Using Plant And System Reactor, Jurnal Ilmiah Sain Vol. 14 No.1.

Subhashini, V, dan V.S, Sswamy. 2014. Pythoremediation of Cadmium and ChromiumContaminated Soils By Cyperus Rotundus. L, J. AURSTEM (97-101), ISSN (Online):2328-3580.

Suhendrayatna. 2013. Merkuri: Bahaya, Sumber Pencemar, Dan Pengelolaannya di Lingkungan. Kampanye dan sosialisasi Dampak Merkuri Terhadap Lingkungan. Meulaboh, 9 Desember 2013