140
ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh : Linaria Marokkana Sihotang NIM: 1113084000042 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

  • Upload
    others

  • View
    43

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN

SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KOTA

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh :

Linaria Marokkana Sihotang

NIM: 1113084000042

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN

SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KOTA

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Linaria Marokkana Sihotang

1113084000042

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Arief Fitrijanto, S.Si, M.Si

NIP: 197111182005011003

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Jumat 2 Juni 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama

mahasiswa:

1. Nama : Linaria Marokkana Sihotang

2. NIM : 1113084000042

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Strategi Perencanaan Pengembangan

Subsektor Industri Pengolahan di Kota Tangerang Selatan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, Jumat 2 Juni 2017

1. Fahmi Wibawa, MBA

(………..…………..)

Penguji I

2. Rahmah Farahdita, SP, M.Si

(……………………)

Penguji II

Page 4: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari Selasa, 26 Februari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan

yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, 26 Februari 2019

1. Sofyan Rizal, M.Si (______________________)

NIP. 197604302011011002 Ketua

2. Arief Fitrijanto, M.Si (______________________)

NIP. 197111182005011003 Sekretaris

3. Drs. Rusdianto, M.Sc (______________________)

NIP.195501041984031001 Penguji Ahli

4. Arief Fitrijanto, M.Si (______________________)

NIP. 197111182005011003 Pembimbing

1. Nama : Linaria Marokkana Sihotang

2. NIM : 1113084000042

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Strategi Perencanaan Pengembangan

Subsektor Industri Pengolahan di Kota Tangerang Selatan

Page 5: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Tangerang Selatan, 26 Februari 2019

Linaria Marokkana Sihotang

NIM. 1113084000042

Nama : Linaria Marokkana Sihotang

NIM : 1113084000042

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Page 6: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama Lengkap : Linaria Marokkana Sihotang

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 16 Juni 1995

Alamat :

Nomor Handphone : 081908461394

E-mail : [email protected]

Latar Belakang Keluarga

Anak Ke dan Dari : 1 dari 3 Bersaudara

Nama Ayah : Lukman Sihotang

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 24 Mei 1967

Nama Ibu : Yuliana

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 9 Juli 1972

Alamat :

Pendidikan Formal

1. TK Aisyiyah Tahun 2000-2001

2. SD Negeri Cempaka Putih 1 Tahun 2001-2007

3. SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2007-2010

4. SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2013

5. FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2019

Jl. Saidin RT 09 RW 02 Bumi Pamulang Pratama Blok

A No.2, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan

Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Jl. Saidin, RT 09 RW 02 Bumi Pamulang Pratama

Blok A No.2, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan

Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Page 7: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

vii

Pengalaman Organisasi

1. Wakil Bendahara Umum HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2015)

2. Anggota Bidang Eksternal dan Internal DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016)

3. Bendahara Kelompok Kuliah Kerja Nyata di Desa Munjul, Kabupaten

Tangerang

Pengalaman Non Formal, Seminar dan Workshop

1. Seminar Rembuk Kebangsaan bersama OJK, 2013

2. Workshop Kepemudaan, 2013

3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HMJ Ekonomi Pembangunan, 2014

4. Workshop Entrepreneur LDK Syahid, 2014

5. Panitia Standupnite 2UIN, 2014

6. Company Visit Bank Indonesia, 2015

7. Bedah Buku dan Seminar Islami, 2015

8. Seminar Anti Korupsi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

9. Seminar Badan Pemeriksa Keuangan, 2015

10. Saksi PEMILU Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan, 2015

Page 8: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

viii

ABSTRACT

Manufacturing sector which was one of the biggest influences on the economy in

Banten Province. South Tangerang City, which is part of the Banten Province

area, is expected to develop its processing manufacturing sector. This sector was

developed in order to compete with other regions and could be used as a base

sector and focus on the development of their priority subsector. This study aims to

determine the development strategy of the priority sector of the processing

manufacturing sub-sector in South Tangerang City. The method of analysis of this

research is quantitative descriptive type using analysis of Location Quotient (LQ),

Dynamic Location Quotient (DLQ), shift-share analysis, and Analytical

Hierarchy Process (AHP). The results showed that in the effort to develop the

processing sub-sector in the South Tangerang City, things that need to be

considered and become the main focus are the growth of the sub-sector. Then to

achieve subsector growth, the science and technology sub-criteria are things that

must be prioritized. Then the alternative manufacturing sub-sector with the first

priority is in the manufacture of food product and beverages.

Keywords: Development Strategy of Manufacturing Subsector, GDP, Base

Sector, Priority Subsector, AHP

Page 9: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

ix

ABSTRAK

Sektor industri pengolahan saat ini menjadi salah satu pengaruh terbesar bagi

perekonomian di Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan yang merupakan

bagian wilayah Provinsi Banten diharapkan dapat mengembangkan sektor

industri pengolahannya. Agar dapat bersaing dengan wilayah lainnya yang ada

di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan nantinya dapat menjadikan sektor

industri pengolahan sebagai sektor basis dan fokus terhadap pengembangan

subsektor prioritasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi

pengembangan sektor prioritas dari subsektor industri pengolahan di Kota

Tangerang Selatan. Metode analisis penelitian ini berjenis deskriptif kuantitatif

dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Dynamic Location

Quotient (DLQ), analisis shift-share, dan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upaya pengembangan subsektor

industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan, hal yang perlu diperhatikan dan

menjadi fokus utama adalah pada pertumbuhan subsektornya. Kemudian untuk

mencapai pertumbuhan subsektor, sub-kriteria IPTEK merupakan hal yang harus

diprioritaskan. Kemudian alternatif subsektor industri dengan prioritas pertama

ada pada sektor industri makanan dan minuman.

Kata kunci: Strategi Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan, PDRB,

Sektor Basis, Subsektor Prioritas, AHP

Page 10: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Semesta

Alam atas seluruh nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak pernah terputus

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta

salam semoga Allah curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alayhi wa Sallam, Nabi akhir zaman yang telah membawa umat manusia dari

zaman kegelapan dan kebodohan menuju zaman yang terang benderang dan

penuh ilmu pengetahuan. Penelitian yang berjudul Analisis Strategi Perencanaan

Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan di Kota Tangerang Selatan ini

ditujukan sebagai prasayarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Di balik selesainya skripsi ini dengan baik, tentu tidak terlepas dari

keterlibatan orang lain. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan rasa

terima kasih yang terdalam, atas segala bentuk bantuan dan dukungan berupa

semangat dan doa selama proses studi penulis berlangsung. Secara khusus, penulis

hendak berterima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Mama yang telah tulus dan ikhlas

membimbing, mendidik dan memberikan segala yang terbaik demi anak-

anaknya. Doa dan kasih sayang mereka selalu menjadi sumber kekuatan

dan kelancaran penulis dalam menjalani kehidupan. Tidak ada alasan bagi

penulis untuk tidak menghargai dan menghormati mereka. Tidak ada

alasan untuk tidak berterima kasih dan mengabdi kepada mereka.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., CA., M.Si., BKP., QIA., CRMP selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan

di kampus kebanggaan ini.

3. Bapak Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku dosen

pembimbing skripsi penulis, yang dengan segenap kesabaran dan kebaikan

Page 11: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xi

hatinya telah memberikan waktu serta ilmunya untuk membimbing penulis

dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga seluruh ilmu tersebut dapat

bermanfaat kelak.

4. Segenap jajaran Tenaga Pengajar di Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

telah menyampaikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga ilmu tersebut

dapat bermanfaat dengan baik di masa yang akan datang.

5. Para staf Dinas Kota Tangerang Selatan yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Tanpa menugurangi rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih

karena dengan sukarela membantu dan membimbing penulis dalam proses

penelitian, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

6. Para sahabat yang selalu menemani penulis baik suka maupun duka

selama masa perkuliahan penulis sampai dengan saat ini, menjadi motivasi

penulis untuk selalu berubah dalam kebaikan dunia akhirat. Tanti, Roro,

Oki, Dita, Ayu, Wiwid. Semoga kalian diberikan kesehatan, diberkahkan

usianya, jodoh yang terbaik, serta yang selalu penulis doakan yakni

semoga dipertemukan kembali di surga kelak. Amin.

7. Para sahabat kecil penulis yang tetap menjaga hubungan baik sampai saat

ini, Medi, berli, Eka. Tak terasa sudah semakin dewasa dengan

kesibukannya masing-masing. Semoga kalian selalu ingat masa kecil

dimana kita tertawa tanpa beban. Sehat selalu untuk kalian.

8. Para lelaki kebanggan penulis selama masa perkuliahan sampai pembuatan

skripsi, yang dengan kesibukannya masih dapat menyempatkan untuk

selalu membully penulis, walau pada kenyataannya turut serta membantu

penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Terima kasih dari hati yang

paling tulus, untuk Gufron dan Subhan. Juga lelaki yang tidak terlalu

penting Mahatir, Zeka, Heri, Rival, Alvi, kalian sungguh biasa saja.

9. Seluruh sahabat Ekonomi Pembangunan; Kiki, Anjeng, Cytha, dan

semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tanpa

mengurangi rasa hormat penulis, terima kasih karena telah menjadi bagian

kehidupan perkuliahan penulis, dan membimbing serta menemani penulis

dalam pembuatan skripsi ini. Semoga kebaikan selalu menghampiri kalian.

Page 12: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xii

10. Senior yang selalu mendoakan penulis dalam pembuatan skripsi Bang

Windi dan Bang Geo yang dengan kurang kerjaannya masih terus peduli

dan mendukung penulis walaupun kalian sudah cukup tua dan akan

menjadi calon bapak. Semoga di sisa umurnya selalu diberkahkan.

11. Para sobat kyzmint yang setiap perjalanannya membuat penulis

bersemangat kembali untuk menyelesaikan skripsi ini. Mereka yang selalu

asik di setiap perjalanan. Penulis menyadari bahwa kami dipertemukan

mungkin bukan untuk selalu dipersatukan namun belajar menghargai

hidup dan mengikhlaskan sebuah perpisahan. Terima kasih kepada

Khalidah yang telah mempertemukan penulis dengan orang-orang hebat:

Bang Edwin, Bang Rico, Bang Bele, Bang Kondoy. Terima kasih untuk

kalian yang pernah baik, semoga akan ada gunung, hutan, laut, pantai

untuk kita tuju, walau dengan rasa yang sedikit berbeda.

12. Terima kasih kepada calon imamku, karena salah satu tujuan penulis ingin

menyelesai skripsi ini adalah bertemu denganmu. Semoga kamu yang

selalu dekat dengan doa didatangkan tepat pada waktunya. Karena penulis

yakin, bahwa menjadi seorang wanita yang berakhlak dan berpendidikan

akan mendapatkan ridho serta restu sang calon mertua. Ternyata cukup

melelahkan perjalanan penulis untuk dapat bersanding denganmu. Iya

kamu, yang masih Allah rahasiakan namanya.

13. Terima kasih sekali lagi kepada sahabatku Claratanti Novia, yang telah

dengan rela menghabiskan banyak waktunya untuk bersama dengan

penulis. Memulai pertemanan dengan berbisnis, tempat saling

memperbaiki, rumah di saat merasakan tersesat dalam pencarian jati diri,

yang saling mendukung dalam kebaikan. Hari-hari melelahkan yang selalu

kita lalui menjadi penguat di saat kita merasa ingin mati. Terima kasih

sekali lagi dan maaf atas keegoisan yang sering kali penulis lakukan.

Semoga kita tetap berjalan terus kedepan secara beriringan, walau nanti

pada saatnya mulai sibuk dengan kondisi rumah yang berantakan, anak

yang merengek minta mainan, dan uang make up yang pas-pas an. Selamat

menempuh hidup baru my partner in crime.

Page 13: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xiii

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang disebabkan

terbatasnya pengalaman dan sumber daya dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis menghargai berbagai bentuk saran, masukan maupun kritik

yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini. Tak

lupa penulis menyampaikan permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam

penulisan, yang kiranya dapat menyinggung pihak tertentu. Akhir kata, penulis

berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang Selatan, 26 Februari 2019

Linaria Marokkana Sihotang

Page 14: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxi

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

BAB II .................................................................................................................... 9

A. Landasan Teori ............................................................................................. 9

1. Pembangunan Ekonomi ............................................................................ 9

a. Konsep Pembangunan Ekonomi ........................................................... 9

b. Teori-teori Pembangunan Ekonomi .................................................... 10

2. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 13

3. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................ 15

a. Teori Basis Ekonomi .......................................................................... 17

b. Teori Lokasi ........................................................................................ 17

4. Perencanaan Pembangunan Daerah ........................................................ 17

a. Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ....................... 17

b. Perencanaan Sektor Unggulan ............................................................ 19

Page 15: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xv

B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 20

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 25

BAB III ................................................................................................................. 26

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 26

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 26

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 28

1. Data Primer ............................................................................................. 28

2. Data Sekunder ........................................................................................ 29

D. Metode Analisis Data ................................................................................. 29

1. Analisis Location Quotient (LQ) ............................................................ 29

2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ......................................... 30

3. Analisis Gabungan LQ dan DLQ ........................................................... 31

4. Analisis Shift Share ................................................................................ 31

5. Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) ....................................... 34

a. Dekomposisi ....................................................................................... 35

b. Comparative Judgement ..................................................................... 36

c. Kelebihan dan Kekurangan Model AHP ............................................ 37

d. Model Analisis Penyusunan Hierarki ................................................. 38

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 40

BAB IV ................................................................................................................. 45

A. Profil Wilayah ............................................................................................ 45

1. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Tangerang Selatan .............. 45

a. Kondisi Geografis ............................................................................... 45

b. Kondisi Administratif ......................................................................... 46

2. Kependudukan dan Angkatan Kerja Kota Tangerang Selatan ............... 46

a. Kependudukan .................................................................................... 46

b. Angkatan Kerja ................................................................................... 47

3. Kondisi Perekonomian Kota Tangerang Selatan .................................... 48

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi ............................................................... 48

b. Struktur Ekonomi ................................................................................ 50

c. Industri ................................................................................................ 53

B. Sektor Basis Kota Tangerang Selatan ........................................................ 58

Page 16: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xvi

1. Penghitungan LQ per Sektor .................................................................. 58

C. Perkembangan Subsektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Selatan .. 60

1. Penghitungan DLQ per Sektor ............................................................... 60

2. Analisis Gabungan LQ dan DLQ ........................................................... 62

D. Sektor Prioritas Subsektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Selatan . 64

1. Penghitungan Shift Share ....................................................................... 64

E. Strategi Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan Kota Tangerang

Selatan ............................................................................................................... 67

1. Penghitungan Analytical Hierarchy Process (AHP) .............................. 67

2. Kriteria Penyerapan Tenaga Kerja ......................................................... 69

3. Kriteria Peningkatan Daya Saing ........................................................... 70

BAB V ................................................................................................................... 82

A. Kesimpulan ................................................................................................ 82

B. Saran ........................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84

LAMPIRAN ......................................................................................................... 87

Page 17: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Peranan PDRB menurut Lapangan Usaha Provinsi Banten Tahun 2013-

2017 (persen) ........................................................................................................... 2

Tabel 1.2 Kontribusi Kabupaten/Kota dalam Pembentukan PDRB Provinsi Banten

Tahun 2017 ............................................................................................................. 4

Tabel 1.3 PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 ADHK (Miliar

Rupiah) .................................................................................................................... 5

Tabel 3.1 Kriteria Responden ............................................................................... 27

Tabel 3.2 Skala Perbandingan AHP ...................................................................... 36

Tabel 3.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode AHP ............................................. 38

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan, RT dan RW Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017 ........................................................................................................... 46

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun

2017 ....................................................................................................................... 47

Tabel 4.3 Jumlah Angkatan Kerja Kota Tangerang Selatan menurut Jenis Kelamin

Tahun 2017 ........................................................................................................... 48

Tabel 4.4 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan menurut Lapangan Usaha

(persen) .................................................................................................................. 50

Tabel 4.5 PDRB per Kapita Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 ............. 53

Tabel 4.6 Klasifikasi Industri Besar dan Sedang Kota Tangerang Selatan Tahun

2017 ....................................................................................................................... 54

Tabel 4.7 Klasifikasi Industri Kecil dan Rumah Tangga Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017 ........................................................................................................... 55

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan LQ Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 ...... 58

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan DLQ Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 ... 61

Tabel 4.10 Hasil Analisis Gabungan LQ dan DLQ Kota Tangerang Selatan ....... 62

Tabel 4.11 Hasil Analisis Shift Share Industri Pengolahan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2013-2017 .................................................................................................. 64

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Bobot Tujuan AHP ................................................ 68

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Kriteria Pertumbuhan Subsektor

............................................................................................................................... 69

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Kriteria Penyerapan Tenaga

Kerja ...................................................................................................................... 69

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Kriteria Peningkatan Daya

Saing ...................................................................................................................... 70

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Bahan Baku .............................................................................................. 71

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria IPTEK ...................................................................................................... 72

Page 18: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xviii

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Mutu Tenaga Kerja .................................................................................. 73

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Nilai Produksi .......................................................................................... 73

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Upah ......................................................................................................... 74

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Nilai Investasi .......................................................................................... 75

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Infrastruktur ............................................................................................. 76

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria Birokrasi .................................................................................................. 76

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan Subsektor Industri Pengolahan

Kriteria SDM ......................................................................................................... 77

Page 19: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang Selatan ............................................................ 45

Page 20: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xx

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 25

Diagram 3.1 Struktur Hierarki AHP ..................................................................... 36

Diagram 3.2 Model Penyusunan Hierarki AHP .................................................... 39

Diagram 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2013-2017 .. 49

Diagram 4.2 Distribusi Persentase PDRB Kota Tangerang Selatan menurut

Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 ...................................................................... 52

Diagram 4.3 Jumlah Industri Kecil dan Rumah Tangga Kota Tangerang Selatan

Tahun 2017 ........................................................................................................... 57

Diagram 4.4 Hasil Perhitungan AHP .................................................................... 79

Page 21: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ............................................................................................................ 88

Lampiran 2 ............................................................................................................ 91

Lampiran 3 ............................................................................................................ 94

Lampiran 4 ............................................................................................................ 95

Lampiran 5 .......................................................................................................... 115

Page 22: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Negara Republik Indonesia menerapkan sistem desentralisasi (otonomi

daerah) berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

didalamnya berisi tentang Pemerintah Daerah, juga pada Undang-Undang Nomor

25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Selanjutnya digantikan dengan

Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun 2004, dan kini diperbaharui

kembali menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Isi dari Undang-

Undang terbaru pada prinsipnya yakni, mengatur penyelenggaraan pemerintahan

tingkat daerah yang mengutamakan pada pelaksanaan asas desentralisasi dimana

pemerintah tingkat kota dan kabupaten sebagai pelaksana, sedangkan pemerintah

tingkat provinsi sebagai koordinator. Adanya sistem desentralisasi (otonomi

daerah) ini, bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan

kesejahteraan di dalam suatu daerah.

Ada beberapa upaya dalam pembangunan ekonomi daerah, salah satunya

adalah meningkatkan peluang kerja dan juga memperluas jenis peluang kerja

untuk masyarakat di dalam suatu daerah. Selain itu, pembangunan daerah harus

berdasar pada kondisi potensi wilayah yang ada, serta adanya aspirasi dalam

masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Jika pembangunan daerah dilakukan

sudah sesuai dengan tahapan yang benar, maka hal ini dapat menghindari

terjadinya pembangunan daerah yang lambat dan sulit untuk berkembang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pemerintah pusat

bersama-sama dengan pemerintah daerah dimungkinkan melakukan pemetaan

urusan pemerintahan pilihan, salah satunya yang berpotensi untuk dikembangkan

yaitu sektor industri. Sektor industri ini diharapkan dapat menjadi penggerak

perekonomian pada tingkat nasional maupun daerah. Hal ini selaras dengan

melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga

menghasilkan produk primer yang menjadi keunggulan komparatifnya. Produk

Page 23: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

2

primer tersebut selanjutnya harus diolah menjadi produk-produk industri agar

menghasilkan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi lagi. Membangun sektor

industri pada era globalisasi saat ini tentu membutuhkan strategi yang tepat dan

konsisten, sehingga nantinya bisa menciptakan industri yang tangguh dan berdaya

saing, baik di pasar domestik maupun di pasar global. Pada akhirnya, sektor

industri ini mampu mendorong tumbuhnya perekonomian, di antaranya

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan

mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam konteks daerah, tidak semua daerah

terdapat industri besar, namun hampir setiap daerah terdapat Industri Kecil dan

Menengah (IKM). Industri inilah yang harus terus didorong dan dikembangkan

untuk menjadi motor penggerak perekonomian daerah.

Provinsi Banten pada tahun 2017 merupakan penyumbang terbesar Produk

Domestik Bruto (PDB) nasional yang berada di urutan ke delapan, dari tiga puluh

empat Provinsi di Indonesia yang tertera pada laporan data BPS nasional. Jika

dilihat dari distribusi Produk Domestij Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten,

industri pengolahan termasuk sektor yang memiliki peranan paling tinggi terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten. Peranan PDRB

menurut lapangan usaha Provinsi Banten 2013 – 2017 (persen) dapat dijelaskan

pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Peranan PDRB menurut Lapangan Usaha Provinsi Banten

Tahun 2013 – 2017 (persen)

No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1

Pertanian,

Kehutanan, dan

Perikanan

6,00 5,82 5,87 6,00 5,87

2 Pertambangan

dan Penggalian 0,90 0,87 0,81 0,79 0,73

3 Industri

Pengolahan 37,30 34,70 33,52 32,55 31,88

4 Pengadaan

Listrik dan Gas 1,44 2,57 2,70 2,32 2,12

5

Pengadaan Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

6 Konstruksi 9,16 9,77 9,96 10,21 10,41

Page 24: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

3

7

Perdagangan

Besar dan

Eceran, Reparasi

Mobil dan

Sepeda Motor

12,91 12,53 12,37 12,19 12,33

8 Transportasi dan

Pergudangan 7,60 9,19 10,14 10,69 10,86

9

Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

2,27 2,33 2,34 2,38 2,40

10 Informasi dan

Komunikasi 3,59 3,64 3,64 3,51 3,53

11 Jasa Keuangan

dan Asuransi 2,88 2,78 2,79 3,04 3,02

12 Real Estate 7,15 6,95 7,07 7,17 7,42

13 Jasa Perusahaan 0,97 0,99 1,02 1,05 1,08

14

Administrasi

Pemerintah,

Pertahanan, dan

Jaminan Sosial

Wajib

1,91 1,93 1,98 2,04 2,03

15 Jasa Pendidikan 3,16 3,17 3,17 3,24 3,33

16

Jasa Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

1,16 1,15 1,13 1,16 1,18

17 Jasa Lainnya 1,50 1,54 1,55 1,56 1,61

Sumber: BPS Provinsi Banten, 2018

Dengan komposisi PDRB yang seperti tergambar pada tabel 1.1, maka dapat

disimpulkan bahwa motor penggerak utama perekonomian di Provinsi Banten

adalah sektor industri pengolahan, dimana nilai persentasenya paling tinggi dari

tahun 2013 – 2017. Namun disisi lain, komposisi sektor yang didominasi oleh

sektor industri pengolahan belum terjadi di tiap Kabupaten/Kota yang ada di

Provinsi Banten. Masih terdapat Kabupaten/Kota dimana sektor perekonomiannya

didominasi oleh sektor primer yaitu sektor pertanian dan sektor lainnya. Nilai

kontribusi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dalam pembentukan PDRB

Provinsi Banten pada Tahun 2017 dijelaskan pada tabel 1.2 sebagai berikut:

Page 25: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

4

Tabel 1.2

Kontribusi Kabupaten/Kota

dalam Pembentukan PDRB Provinsi Banten Tahun 2017

No Kabupaten/Kota

Kontribusi Terhadap

PDRB Provinsi Banten

(Persen)

Sektor Unggulan

Kabupaten/ Kota

1 Kab. Pandeglang 4,3

Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan

(32,19%)

2 Kab. Lebak 4,5

Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan

(26,19%)

3 Kab. Tangerang 21,2 Industri Pengolahan

(39,02%)

4 Kab. Serang 11,8 Industri Pengolahan

(50,38%)

5 Kota Tangerang 24,6 Industri Pengolahan

(36,91%)

6 Kota Cilegon 16,2 Industri Pengolahan

(60,69%)

7 Kota Serang 4,8

Perdagangan Besar

dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda

Motor (29,70%)

8 Kota Tangerang

Selatan 12,6 Real Estate (18,38%)

Sumber: BPS Provinsi Banten (diolah), 2018

Jika dilihat pada tabel 1.2 hanya kota Tangerang Selatan yang sektor

dominannya yaitu real estate. Hal ini perlu dikaji lebih dalam agar sektor ini bisa

memberikan dampak yang berkesinambungan bagi pertumbuhan sektor-sektor

lainnya, termasuk sektor industri pengolahan yang sangat berperan besar dalam

penyumbang PDRB. Kontribusi PDRB Kota Tangerang Selatan masih tertinggal

dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten lainnya, yang sektor dominannya

bertumpu pada industri pengolahan. Untuk itu diperlukan perencanaan

pembangunan dan pengembangan berbasis industri pengolahan pada Kota

Tangerang Selatan ini guna bersaing dengan daerah lainnya di Provinsi Banten.

Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah pemekaran yang diresmikan pada

tahun 2008 sebagai daerah otonom baru. Kurangnya sektor pelayanan publik

menyebabkan Kota Tangerang Selatan yang dulu merupakan bagian dari

Kabupaten Tangerang memutuskan untuk membentuk wilayah otonom baru. Kota

Page 26: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

5

Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah 147.19 km2 yang terdiri dari tujuh

kecamatan, di antaranya: Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara,

Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Pamulang, dan

Kecamatan Setu.

Berdirinya Kota Tangerang Selatan sebagai wilayah pemekaran menjadikan

pemerintah daerah dapat membuat kebijakan – kebijakan yang tepat dan sesuai,

guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan lebih

jauh potensi daerah yang ada. Dengan begitu, Kota Tangerang Selatan bisa

bersaing dengan wilayah sekitarnya yang telah lebih dulu melakukan kebijakan

yang tepat. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan dapat

dilihat dari nilai PDRB yang ada, dimana PDRB Kota Tangerang Selatan atas

dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha dijelaskan pada tabel 1.3

sebagai berikut:

Tabel 1.3

PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 ADHK (Miliar Rupiah)

No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1 Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 105,67 108,89 111,43 111,57 113,97

2 Pertambangan dan

Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3 Industri Pengolahan 4.509,2

2

4.822,7

0

5.008,9

9

4.909,9

3

5.023,8

8

4 Pengadaan Listrik, Gas 41,82 44,17 44,66 49,81 54,36

5 Pengadaan Air 19,81 21,07 22,05 23,49 25,23

6 Konstruksi 5.190,0

9

5.560,4

4

5.928,9

0

6.425,7

4

7.011,7

7

7

Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

7.111,7

8

7.425,9

8

7.867,3

6

8.308,0

7

8.794,9

5

8 Transportasi dan

Pergudangan

1.080,8

2

1.215,2

5

1.312,5

5

1.441,7

4

1.584,2

3

9 Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

1.165,8

3

1.256,1

5

1.344,2

1

1.446,5

0

1.559,9

4

10 Informasi dan

Komunikasi

5.536,7

7

6.440,2

2

7.055,1

1

7.635,7

5

8.277,9

1

11 Jasa Keuangan dan

Asuransi 455,11 493,49 535,83 577,67 624,17

12 Real Estate 6.897,7

7

7.463,0

3

8.100,9

6

8.847,0

6

9.596,1

9

13 Jasa Perusahaan 1.200,5 1.200,5 1.466,8 1.607,3 1.757,1

Page 27: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

6

0 0 9 1 1

14

Administrasi

Pemerintah,

Pertahanan, dan

Jaminan Sosial Wajib

378,09 416,22 452,51 490,58 528,06

15 Jasa Pendidikan 2.794,5

9

2.954,2

3

3.211,0

8

3.469,8

9

3.759,2

8

16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1.663,3

7

1.708,5

8

1.810,7

5

1.946,9

5

2.088,2

9

17 Jasa Lainnya 1.100,2

9

1.146,1

1

1.212,3

4

1.310,8

2

1.414,6

4

PDRB

39.251,

54

42.411,

47

45.485,

61

48.602,

86

52.214,

00

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkan pada Tabel 1.3 di atas, dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu

lima tahun terakhir, nilai PDRB Kota Tangerang Selatan selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Sektor industri pengolahan pada tahun 2017

menyumbang PDRB sebesar 5.023,88 Miliar Rupiah. Sebelumnya dijelaskan

bahwa sektor industri pengolahan harus terus ditingkatkan nilainya agar dapat

bersaing dengan daerah lain. Sesuai dengan maksud isi dalam visi Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016-2021 yakni “Terwujudnya Tangsel Kota Cerdas, Berkualitas, dan

Berdaya Saing, Berbasis Teknologi dan Inovasi” mempunyai makna bahwa yang

ingin dicapai adalah sebuah kota yang mempunyai berbagai macam potensi baik

komparatif maupun kompetitif, sehingga menjadikan sebuah kawasan yang

nyaman sebagai tempat hunian maupun berinvestasi. Kota yang berdaya saing ini

diciptakan dengan adanya penyediaan transportasi publik yang memadai, Kota

yang berdaya saing ini diterjemahkan melalui penyediaan transportasi publik yang

baik, terciptaya wilayah yang aman dan kondusif, daerah yang ramah dan

masyarakatnya selalu berinovasi, dunia usaha yang berkembang khususnya

industri kreatif dan UMKM, serta birokrasi pelayanan perijinan yang berprinsip

excellent service delivery.

Terkait pembahasan sebelumnya, bahwa pengembangan subsektor industri

pengolahan nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi bagi pembangunan

dan pertumbuhan ekonomi daerah di Kota Tangerang Selatan. Pembangunan

daerah dilakukan langsung oleh pemerintah daerah sesuai dengan prinsip otonomi

Page 28: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

7

daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri menjadi sebuah tuntutan

daerah untuk mengelola potensi yang dimilikinya. Berdasarkan permasalahan di

atas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Strategi Perencanaan

Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan di Kota Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, sektor industri

pengolahan masih menjadi sektor yang mempunyai peran penting dalam

peningkatan PDRB di Provinsi Banten, meskipun tidak semua wilayah di Provinsi

Banten mengandalkan sektor industri pengolahan sebagai sektor basisnya. Kota

Tangerang Selatan merupakan wilayah yang berada di Provinsi Banten, dimana

sektor perekonomiannya masih mengandalkan sektor perdagangan besar dan

eceran. Meskipun begitu, sektor industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan

berkontribusi cukup besar terhadap perekonomiannya, dan jumlahnya terus

meningkat tiap tahunnya meskipun sektor tersebut belum menjadi sektor basis di

wilayahnya saat ini.

Sesuai dengan cakupan dari visi dan misi RPJMD Kota Tangerang Selatan,

bahwa pemerintah akan mengupayakan sektor industri agar terus berkembang dan

berinovasi dengan perkembangan IPTEK yang mengikuti masanya, khususnya

pada sektor IKM. Hal ini membuktikan bahwa, sektor industri pengolahan

nantinya di Kota Tangerang Selatan diharapkan bisa menjadi sektor basis seperti

sektor-sektor sebelumnya. Untuk itu diperlukan adanya upaya untuk

mengembangkan sektor industri pengolahan tersebut saat ini, juga menentukan

subsektor industri pengolahan mana saja yang akan lebih difokuskan untuk bisa

dikembangkan.

Berpacu pada uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana identifikasi sektor basis yang ada di Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana identifikasi sektor yang dapat berkembang dari subsektor industri

pengolahan di Kota Tangerang Selatan?

3. Bagaimana menentukan sektor prioritas dari subsektor industri pengolahan di

Kota Tangerang Selatan?

Page 29: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

8

4. Bagaimana menentukan strategi pengembangan dari sektor prioritas

subsektor industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan juga rumusan masalah yang ada, maka dapat

disimpulkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sektor basis yang ada di Kota Tangerang Selatan.

2. Menganalisis, mengidentifikasi dan menentukan sektor yang dapat

berkembang dari subsektor industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan.

3. Menentukan sektor prioritas dari subsektor industri pengolahan di Kota

Tangerang Selatan.

4. Menentukan strategi pengembangan dari sektor prioritas subsektor industri

pengolahan di Kota Tangerang Selatan.

Page 30: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

a. Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah kata benda netral, yakni maksudnya merupakan

suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan usaha dan proses guna

meningkatkan suatu kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur,

dan sebagainya dalam sebuah masyarakat. Fakih (2001:10)

Pembangunan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia, secara individual maupun kelompok, dengan cara yang tidak

menimbulkan kerusakan, baik terhadap lingkungan sosial maupun alam.

Galtung (dalam Trijono, 2007:3)

Pembangunan merupakan suatu upaya pertumbuhan dan perubahan

yang terencana, dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara,

serta pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Siagian (2005:9)

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dalam suatu

masyarakat demi kemajuan sosial dan material yang dibuktikan dengan

bertambah besarnya keadilan, kebebasan, dan kualitas lainnya. Rogers

(dalam Agus Suryono 2001:132)

Makna lain dari pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi

yang ditambahkan dengan perubahannya. Artinya, ada atau tidaknya

pembangunan ekonomi di suatu negara pada saat tertentu. Hal ini tidak

hanya diukur dari kenaikan nilai produksi barang dan jasa setiap tahunnya,

namun juga harus diukur dari aspek-aspek ekonomi lainnya, seperti

perkembangan pendidika, teknologi, kesehatan, infrastruktur yang tersedia,

tingkat pendapatan, serta kesejahteraan masyarakat yang ada di suatu

negara tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses

dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya mengelola sumber daya

Page 31: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

10

yang ada di daerahnya, dan membentuk suatu pola kemitraan antara

pemerintah daerah dengan sektor swasta guna menciptakan lapangan kerja

baru, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Sadono Sukirno (2011:11).

b. Teori-teori Pembangunan Ekonomi

1) Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Development Theory)

Pembangunan seimbang merupakan pembangunan yang dilakukan

di berbagai daerah, yang berarti menyebar ke seluruh daerah secara

merata, demi tercapainya pemerataan laju pertumbuhan ekonomi di

setiap daerah. Adisasmita (2013: 63)

Pembangunan seimbang diartikan juga sebagai sebuah

pembangunan yang tidak hanya menyangkut bidang ekonomi saja,

tetapi juga meliputi bidang sosial, budaya, dan politik. Adapula yang

mengartikan pembangunan seimbang merupakan pembangunan yang

menekankan pada pengembangan sektor industri secara serentak,

sehingga dapat menciptakan suatu pasar. Pasar inilah yang nantinya

mendorong kegiatan produksi dari barang industri itu sendiri, yang akan

berdampak pada perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan

pendapatan, peningkatan konsumsi, dan peningkatan produksi. Dengan

adanya peningkatan tersebut maka dikenal dengan istilah multiplier

effect yang semakin tinggi yang berarti upaya pembangunan berhasil

dan berjalan dengan baik. Adisasmita (2013:63)

W.W Lewis (The Theory of Economic Growth, 1957) dijuluki

sebagai pencipta teori pembangunan seimbang yang menekankan pada

pentingnya keseimbangan dalam penawaran. Menurutnya, banyak

masalah yang akan timbul apabila kegiatan usaha pembangunan

dipusatkan hanya pada satu sektor saja tanpa adanya keseimbangan

pembangunan antar sektor, yang akhirnya hanya akan menghambat

proses pembangunan. Adisasmita (2013:64)

Prof. DR. Soemitro Djojohadikoesoemo yang diberi julukan sebagai

Begawan Ekonomi Indonesia, mempunyai gagasan tentang

pembangunan seimbang yang meliputi keseimbangan antara

Page 32: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

11

pembangunan sektor pertanian dan sektor industri di Indonesia, yang

merupakan negara berkembang. Menurutnya, Indonesia menampung

penduduk yang memiliki mata pencaharian di sektor pertanian sekitar

65% dari total jumlah penduduk indonesia. Sektor pertanian ini

menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat Indonesia. Fungsi sektor pertanian menjadi sangat strategis

bagi perekonomian Indonesia, tetapi masih memiliki kelemahan dan

keterbatasan, di antaranya:

jumlah tenaga kerja sangat banyak tetapi kemampuannya relatif

rendah;

produktivitas sektor pertanian yang rendah, karena sistem

pertaniannya masih tradisional, juga penanaman modal di sektor

pertanian relatif terbatas;

pasar tidak bisa berkembang cepat karena dampak dari pendapatan

sektor pertanian yang rendah;

infrastruktur yang tersedia sangat terbatas;

adanya tingkat pengangguran yang tinggi.

Pembangunan sektor pertanian harus dilakukan guna meningkatkan

kesejahteraan para petani. Sektor industri yang sebagian besar terdapat

di wilayah perkotaan juga harus dikembangkan, dengan tujuan dapat

menghasilkan barang-barang manufaktur, menyerap lapangan kerja

yang lebih banyak agar mengurangi pengangguran yang diakibatkan

dari sektor pertanian, serta meningkatkan pendapatan untuk

menampung dan mengolah komoditas yang dihasilkan dari sektor

pertanian. Dengan adanya kesinambungan yang baik antara dua sektor

tersebut, pada akhirnya akan mencapai peningkatan pembangunan di

Indonesia. Adisasmita (2013:65)

2) Teori Pembangunan Tidak Seimbang

Teori pembangunan tidak seimbang (unbalanced development)

dikemukakan oleh Hirschman yang menentang teori sebelumnya, yakni

teori pembangunan seimbang. Menurutnya, teori pembangunan tidak

seimbang sangat cocok diterapkan di negara-negara berkembang untuk

Page 33: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

12

mempercepat proses pembangunan. Hal ini didasarkan pada beberapa

alasan yakni sebagai berikut;

secara historis, pembangunan ekonomi yang berlangsung sejak

dahulu adalah bersifat tidak seimbang;

untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya

yang tersedia tidak seimbang;

proses pembangunan tidak seimbang akan menjadi pendorong

bagi pembangunan selanjutnya.

Hal ini sejalan dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa kegiatan

berbagai sektor dalam perekonomian mengalami perkembangan dengan

laju pertumbuahn yang berbeda-beda, artinya pembangunan terlaksana

secara tidak seimbang. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan tinggi

disebut sebagai leading sector yang nantinya akan mempengaruhi

penanaman modal (induced investment) di sektor ekonomi lainnya pada

masa yang akan datang, juga mempercepat pembangunan ekonomi

secara bersamaan, dan dalam pembangunan nantinya akan

memberdayakan sumber daya yang terbatas dengan lebih efisien.

Menurut Hirschman, tahapan proses industrialisasi yang efisien

adalah pada barang-barang konsumsi yang berkembang, yang kemudian

diikuti oleh barang-barang setengah jadi, dan diikuti oleh

perkembangan industri barang modal. Jika proses industrialisasi

berjalan terus menerus, maka pasar dalam negeri akan semakin luas, hal

ini akan mendorong perkembangan industri dasar dan alat-alat modal.

(Adisasmita, 2013:66)

3) Teori Pembangunan Ekonomi dalam Negara Berkembang yang

Berlebihan Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang dihadapi negara berkembang yakni

kelebihan jumlah penduduk pada sektor pertanian di pedesaan, yang

sebagian besarnya tidak memiliki keterampilan, sehingga tidak

memberikan dampak terhadap peningkatan produktivitas, dan juga

peningkatan pendapatan masyarakatnya. (Adisasmita, 2013:66)

Page 34: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

13

Adanya kelebihan penduduk yang berperan sebagai tenaga kerja di

sektor pertanian pada sebuah pedesaan, dan tidak mempunyai pengaruh

terhadap peningkatan output maupun produktivitas di sektor pertanian,

disebut sebagai pengangguran tidak kentara (disguised unemployment).

Sebagai contoh:

Terdapat area sawah seluas 100 hektar yang dikerjakan oleh 500

orang petani, lalu menghasilkan panen padi sebanyak 100 hektar

dikalikan 3 ton/hektar = 300 ton padi. Nyatanya, jumlah tenaga kerja

yang mengerjakan penanaman padi sebanyak 600 orang, artinya terjadi

kelebihan tenaga kerja sebanyak 100 orang. Hasil output dari

pengerjaan 500 orang dan 600 orang adalah sama, dan tidak mengalami

peningkatan, maka hal ini disebut pengangguran tidak kentara

(tersembunyi) yang jumlahnya sebanyak 100 orang. Permasalahan

tersebut merupakan hambatan struktural yang bisa di atasi dengan

melakukan terobosan program pembangunan yang terarah, di antaranya;

menanggulangi kelebihan tenaga kerja pada sektor pertanian di

wilayah pedesaan dengan cara mendistribusikan pada sektor

lainnya;

mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pada sektor industri;

membangun infrastruktur, khususnya prasarana jalan yang

berfungsi sebagai penunjang kegiatan pengembangan sektoral;

mengembangkan dan mendorong sektor Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) serta menyediakan kredit usaha dengan bunga

yang rendah. (Adisasmita, 2013:67)

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan dalam sebuah perekonomian. Kemajuan sebuah perekonomian

ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan dengan perubahan

output nasional. Perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis

ekonomi jangka pendek. Secara umum, teori tekait pertumbuhan ekonomi

dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan

modern. Dalam teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis didasarkan

Page 35: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

14

terhadap kepercayaan dan efektivitas mekanisme di pasar bebas. Teori ini

merupakan teori yang dijelaskan oleh para ahli ekonom klasik seperti Adam

Smith dan David Ricardo.

Teori lainnya yang menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi adalah

teori ekonomi modern. Teori yang dicetuskan oleh Harrod-Domar merupakan

salah satunya, dimana teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan

investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi nilai investasi,

maka semakin baik perekonomiannya. Investasi tidak hanya berpengaruh

terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui

kapasitas produksi. Pada perspektif yang lebih panjang, investasi akan

menambah stok kapital. (Ma’aruf dan Wihastuti, 2008:44-45)

Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi

guna mencapai penambahan output yang diukur menggunakan Produk

Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

pada suatu wilayah. (Adisasmita, 2013:4)

Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan

peningkatan kapasitas jangka panjang dari negara yang bersangkutan guna

menyediakan berbagai produk ekonomi untuk masyarakatnya. Peningkatan

kapasitas tersebut dimungkinkan dengan adanya kemajuan teknologi,

institusional, dan ideologi terhadap berbagai macam keadaan yang ada.

(Todaro, 2000:44)

Terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, di antaranya:

(Todaro, 2000: 92)

a. Akumulasi modal yang meliputi semua jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia.

Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya

manusia. Ketiga unsur tersebut merupakan peranan penting yang saling

berkaitan guna mewujudkan akumulasi modal. Terciptanya akumulasi

modal diawali dengan hasil investasi dari penduduk daerah setempat

dengan tujuan untuk optimalisasi output produksi yang diimplementasikan

dengan pembukaan lahan kerja baru, sehingga membutuhkan sarana dan

Page 36: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

15

prasarana dengan membeli mesin dan material lainnya, serta membuka

lapangan kerja baru sehingga megurangi tingkat pengangguran penduduk

daerah tersebut.

b. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun kemudian akan

meningkatkan jumlah angkatan kerja. Hal ini merupakan faktor yang

melatarbelakangi terciptanya pertumbuhan ekonomi. jumlah penduduk

yang tinggi dapat memperluas pasar produksi dan pasar domestik.

c. Kemajuan Teknologi, yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi.

Suatu daerah yang telah memiliki teknologi maju dalam kegiatan produksi,

maka pemakaian sumber dayanya pasti lebih efektif dan efisien, serta

output yang dihasilkan juga lebih besar. Penggunaan teknologi merupakan

proses yang dilakukan untuk mengganti kegiatan produksi dari tradisional

menjadi modern. Untuk menilai tingkat pertumbuhan ekonomi, terlebih

dahulu harus dihitung pendapatan nasional riil nya, yaitu PDB atau PNB

dan dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku dalam tahun dasar,

sehingga dihasilkan nilai yang kemudian disebut dengan PDB atau PNB

harga tetap. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan

pertambahan PDB atau PNB riil yang berlaku dari tahun ke tahun. Untuk

mengetahui perkembangan ekonomi setiap periode, dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

R(t-1) = 100%

Keterangan :

r (t-1) = Tingkat pertumbuhan ekonomi

= Produk Domestik Regional Bruto tahun yang dihitung

= Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya

3. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah merupakan sebuah proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelola setiap sumber daya yang ada,

dan membentuk kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta

Page 37: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

16

guna menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di daerah tersebut. (Arsyad, 2010:374)

Teori pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian penting dalam

analisis ekonomi regional, karena pertumbuhan termasuk unsur utama dalam

pembangunan ekonomi regional/daerah serta memiliki dampak kebijakan

yang cukup luas. Sasaran utama analisis pertumbuhan ekonomi regional

adalah untuk menjelaskan penyebab suatu daerah dapat tumbuh dengan cepat

atau lambat. Teori pertumbuhan ekonomi regional ini memasukkan unsur

lokasi dan wilayah secara eksplisit. (Sjafrizal, 2008:21)

Pada hakikatnya, teori pembangunan ekonomi daerah membahas tentang

metode analisis perekonomian dan faktor-faktor yang menentukan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pengembangan terhadap metode yang

menganalisis perekonomian suatu daerah ini penting sekali, hal ini berguna

untuk mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan,

serta menganalisis proses pertumbuhannya, yang kemudia dapat digunakan

sebagai pedoman untuk menentukan tindakan apa yang harus diterapkan guna

mempercepat laju pertumbuhan ekonominya. Hal ini penting karena pada

kenyataannya, laju pertumbuhan ekonomi regional/wilayah sangat bervariasi

di tiap masing-masing daerah.

Pemikiran-pemikiran mengenai ekonomi daerah tidak bisa terlepas dari

pemikiran ekonomi makro/pembangunan, namun dengan lingkup yang

diperkecil. Pada ekonomi makro atau pembangunan, ekspor maupun impor

didefinisikan sebagai hubungan antar negara, sedangkan pada ekonomi

daerah atau regional, ekspor maupun impor merupakan bentuk hubungan atau

perdagangan luar wilayah, termasuk ke luar negeri. Namun demikian, tidak

semua teori ekonomi makro dapat langsung digunakan dalam pengembangan

ekonomi daerah, hal ini dikarenakan misalnya pada teori makro tersebut

terdapat usulan langkah atau kebijakan mengenai kebijakan fiskal, hal ini

tidak bisa langsung dilakukan karena daerah tidak mempunyai kewenangan

dalam penentuan kebijakan fiskal. Beberapa teori yang memang secara

langsung dikembangkan terkait dengan ekonomi daerah, antara lain teori

basis ekonomi dan teori lokasi.

Page 38: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

17

a. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi (economic base theory) meupakan teori utama

yang menjelaskan tentang ekonomi wilayah, dan kemudian

dikembangkan kembali menjadi teori ekspor basis (export base theory).

Teori basis ekonomi membagi wilayah dalam dua kelompok, yakni

wilayah yang mengekspor atau menjual, dan wilayah yang mengimpor

atau membeli. Teori ini memakai asumsi bahwa ekspor merupakan

salah satu faktor yang bersifat bebas (independen) terhadap

pengeluaran, artinya semua unsur pengeluaran lainnya adalah terikat

(dependen) terhadap pembangunan. Hanya faktor ekspor yang dapat

mendorong kenaikan pendapatan daerah, sektor lain juga akan

meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan juga ikut

mengalami kenaikan. (Adisasmita, 2013:72-73)

b. Teori Lokasi

Lokasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi terciptanya

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah.

Berdasarkan model pengembangan industri kuno, disebutkan bahwa

lokasi terbaik merupakan biaya termurah untuk bahan baku dan pasar.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kulaitas suatu lokasi di antaranya

adalah: upah tenaga kerja, ketersediaan pemasok, komunikasi, kinerja

pemerintah daerah, sanitasi, dan lainnya. Adanya perbedaan kriteria

pemilihan lokasi yang strategis untuk kegiatan usaha sebuah

perusahaan, seringkali dijadikan alasan masyarakat untuk memanipulasi

sebagian data tentang keadaan lokasi agar tetap menarik minat para

perusahaan industri. (Retna, 2017:11-12)

4. Perencanaan Pembangunan Daerah

a. Konsep Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan daerah merupakan perencanaan yang di

desentralisasikan. Pemerintah daerah kabupaten/kota diberikan

kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengelola dan mengatur

daerahnya sesuai dengan aspirasi dari masyarakatnya yang tidak

bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Rencana pembangunan

Page 39: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

18

daerah ini disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA). Rencana pembangunan daerah merupakan rencana yang

disusun dai bawah (bottom-up planning). Materi yang dapat diterapkan

dalam penyusunan dan penerapan perencanaan pembangunan daerah

adalah sebagai berikut:

1) perencanaan pembangunan daerah dilakukan secara demokratis,

memberikan kebebasan produksi dengan mengikuti mekanisme pasar

yang ditujukan guna terciptanya kesejahteraan masyarakat, membantu

kalangan ekonomi lemah, dan mengupayakan terciptanya efisiensi

antara kebutuhan dan penawaran.

2) adanya hubungan antara sektor swasta dan pemerintah daerah yang

sinergis, sehingga dapat terwujud sistem perekonomian yang sehat dan

dinamis;

3) rencana pembangunan tidak memaksakan masyarakat dari atas (top-

down planning), melainkan atas aspirasi masyarakat itu sendiri (bottom-

up planning) yang bersumber pada keinginan dan kebutuhan

masyarakat bawah (grass-root planning). (Adisasmita, 2014:94-95)

Beberapa sasaran rencana pembangunan wilayah dalam konteks

ekonomi nasional yakni sebagai berikut:

1) peningkatan produksi nasional guna mencapai laju pertumbuhan

ekonomi wilayah yang tinggi;

2) pemanfaatan tenaga kerja dalam jumlah besar yang artinya akan

mengurangi angka pengangguran;

3) stabilisasi harga pada pasar persaingan;

4) mendorong pembangunan modal guna meningkatkan investasi

(pupuk, semen,transporasi, dan lainnya) juga berbagai sektor produktif

yang memiliki keunggulan komparatif;

5) peningkatan kesejahteraan rakyat yang lebih tinggi meliputi seluruh

tanah air, artinya dapat mengurangi angka kemiskinan dan tingkat

kesenjangan antar wilayah;

Page 40: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

19

6) peningkatan interaksi kegiatan pembangunan antar wilayah guna

mewujudkan wawasan nusantara secara baik dan dinamis. (Adisasmita

2014 : 95)

Dalam mencapai sasaran rencana pembangunan di atas, cara yang harus

dilakukan misalnya sebagai berikut: (Adisasmita 2014 : 95)

1) meningkatkan pelaksanaan pembangunan beberapa sektor unggulan

yang mempunyai daya saing kuat, pasar yang luas, serta memiliki

jangka panjang yang baik;

2) pembangunan fasilitas yakni prasarana dan sarana transportasi (darat,

laut, dan udara) secara merata ke seluruh tanah air, guna tercapainya

aksesibilitas yang tinggi, meningkatkan mobilitas barang dan manusia,

serta mendukung pengembangan wilayah ke seluruh pelosok tanah air;

3) menerapkan teknologi yang maju, tepat ganda, padat modal, padat

karya, Menerapkan teknologi maju, teknologi tepat ganda, serta

teknologi padat modal, sesuai dengan kebutuhan kegiatan produksi;

4) menerapkan konsep dan pendekatan pelaksanaan pembangunan yang

efektif dan efisien.

b. Perencanaan Sektor Unggulan

Penentuan sektor unggulan dilakukan dengan cara membandingkan

kegiatan sektor pada suatu daerah dengan daerah lainnya. Perbandingan

tersebut dapat berupa perbandingan skala regional, nasional, ataupun

internasional. Suatu sektor dikatakan unggulan apabila sektor tersebut

memiliki nilai keunggulan kompetitif dan komparatif jika dibandingkan

dengan sektor lainnya. Selain itu, sektor unggulan juga memiliki potensi

dapat tumbuh lebih cepat yang nantinya sangat mempengaruhi

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan sektor

lainnya.

Diberlakukaknnya otoonomi daerah menjadikan daerah harus bisa

mandiri dalam mengatur kebijakan pembangunan serta pertumbuhan

daerahnya. Daerah juga mempunyai kewenangan khusus dalam mebuat

kebijakan sesuai dengan kondisi dan potensi derahnya. Hal ini sangat

berhubungan dengan strategi penentuan sektor unggulan di daerahnya.

Page 41: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

20

Setelah mengetahui sektor unggulan yang terdapat di daerahnya, maka

pemerintah dapat dengan mudah membuat kebijakan yang sesuai sasaran

percepatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. PDRB merupakan

variabel yang paling tepat untuk mengetahui sektor unggulan di sutau

daerah. Karena di dalam PDRB terdapat beberapa informasi yang

digunakan untuk mengetahui nilai output sektor ekonomi dan kontribusi

masing-masing sektor yang ada serta untuk mengetahui nilai pertumbuhan

di suatu daerah baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten. (Retna,

2017:16-17)

B. Penelitian Terdahulu

1. (Sandriana, 2015) Perencanaan Pengembangan Produk Unggulan Daerah

Berbasis Klaster, Studi pada Sentra IKM Kota Malang. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan merumuskan strategi

pegembangan produk unggulan berbasis klaster. Peneliti ini mencoba

untuk mengidentifikasi produk unggulan yang ada di Kota Malang

dengan pendekatan klaster beserta strateginya. Penelitian ini

menggunakan pendekatan campuran, yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Tahap pertama dalam penelitiannya yaitu menentukan kriteria penentuan

produk unggulan menggunakan uji cochran (Cochran Q Test). Dari hasil

uji tersebut, menghasilkan kriteria penentuan produk unggulan yaitu: 1)

produk unik/khas/trade mark daerah; 2) sumbangan terhadap

perekonomian daerah; 3) pasar; 4) kondisi input (infrastruktur, SDM,

teknologi, modal); 5) kemitraan; 6) dukungan kebijakan dan

kelembagaan; 7) dampak lingkungan; 8) tingkat daya saing. Selanjutnya

kriteria tersebut digunakan untuk menentukan produk unggulan

berdasarkan klaster industri yang ada di Kota Malang. Dalam penentuan

produk unggulan tersebut, peneliti menggunakan analisis Analytical

Hierarchy Process (AHP). Jika telah ditentukan produk unggulan

berdasarkan pendekatan klaster, kemudian digunakan analisis SWOT

dalam menentukan strategi pengembangannya. Secara kajian teori

peneliti ini menjelaskan devinisi sangat baik dan sesuai dengan judulnya,

Page 42: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

21

sehingga dapat menjadi referensi. Berdasarkan judul, peneliti ini lebih

memfokuskan kepada klaster sentra IKM sehingga ada perbedaan yang

jelas antara judul penelitian penulis dengan peneliti ini. Namun, secara

metode, peneliti ini menggunakan metode yang sama yaitu Analytical

Hierarchy Process sehingga dalam pembuatan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan referensi terkait pengolahan angket penelitian.

2. (Khusaini, 2015) A shift share analysis on regional competitiveness-a case

of Banyuwangi district, East Java, Indonesia. Penelitian ini bertujuan

menganalisis sektor-sektor ekonomi unggulan yang ada di Kabupaten

Banyuwangi menggunakan analisis shift-share. Kabupaten Banyuwangi

dipilih karena pertumbuhan ekonominya relatif tinggi, bahkan pada tahun

2012 pertumbuhannya mencapai 7,22% hampir sama dengan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang sebesar 7,27%.

Selanjutnya, pada tahun 2010-2013, peranan sektor pertanian mencapai

43%, disusul sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 27%.

Berdasarkan analisis tipologi klassen, sektor pertanian, penggalian dan

pertambangan, perdagangan, hotel & restoran, transportasi & komunikasi

serta sektor jasa, termasuk dalam kategori “superior” di Kabupaten

Banyuwangi. Namun demikian apabila menggunakan analisis shift-share,

kelima sektor yang termasuk dalam kategori “superior” tersebut

memberikan shift negatif dalam perekonomian daerah. Dari penelitian di

atas, analisis yang digunakan hanya menggunakan analisis shift-share

yang seharusnya bisa lebih dikembangkan lagi. Hasil penelitian tersebut

menentukan sektor-sektor mana yang unggul dalam penelitiannya, juga

membuat dua perbandingan hasil analisis antara tipologi klassen dan

analisis shift-share. Bagi penulis, jurnal ini berperan penting dalam

referensi analisis shift-share yang merupakan salah satu metode yang

digunakan.

3. (Nurcahyati dan Andalan Tri Ratnawati, 2016) Strategi Pengembangan

Industri Kreatif sebagai Penggerak Destinasi Pariwisata di Kabupaten

Semarang.Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi

pengembangannya, yang diharapkan sektor industri kreatif mempunyai

Page 43: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

22

hubungan dengan sektor wisata di Kabupaten Semarang, dan merupakan

metode yang bermanfaat bagi Kabupaten Semarang dalam rangka

mengembangkan sektor industri kreatif dan sektor wisata secara optimal.

Metode penelitian ini memakai pendekatan analisis deskriptif, baik

analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif. Metode pengumpulan data

dilakaukan dengan membuat dokumentasi dan wawancara mendalam

terhadap pelaku industri kreatif yang berhubungan dengan destinasi

wisata secara snowball sampling. Alat analisis yang digunakan adalah

analisis SWOT, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa, Kabupaten

Semarang memiliki potensi yang cukup besar dalam sektor industri

kreatif dan destinasi wisatanya, bahkan industri kreatif pada subsektor

kerajinan telah menyumbangkan devisa terbesar juga penyerapan tenaga

kerja terhadap Kabupaten Semarang. Nyatanya, pengembangan industri

kreatif sebagai penggerak sektor pariwisata belum dapat diterapkan

secara optimal, bahkan cenderung berjalan secara terpisah. Kurangnya

keterikatan antara sektor industri kreatif dan pariwisata yang dikemas

dalam bentuk paket-paket wisata, misalnya masih terdapat tempat wisata

yang tidak menyediakan tempat penjual souvenir hasil dari sektor

industri kreatif di daerahnya. Penelitian ini menjadi salah satu referensi

penulis khususnya pada bidang industri, meskipun sektor yang diambil

pada judul ini berbeda, yaitu sektor industri kreatif. Untuk metode

penelitiannya, penulis tidak banyak mengambil referensi dari peneliti ini,

karena metode yang digunakan berbeda.

4. (Eyuda Angga Pradigda, 2016) Strategi Perencanaan Pembangunan

Industri Berbasis Produk Unggulan Daerah, Studi pada Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan produk unggulan yang diutamakan atau

disebut dengan produk unggulan prioritas di Kabupaten Blitar, yang

menjadi lokasi pengembangannya. Metode analisis yang dipakai pada

penelitian ini adalah analisis shift-share dan Analytical Hierarchy

Process (AHP), kemudian untuk strategi pengembangan produknya

menggunakan analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini yaitu, yang

Page 44: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

23

termasuk komoditi unggulan Kabupaten Blitar adalah kerajinan

tempurung kelapa, dan strategi pengembangan prioritas dari kerajinan

tempurung kelapa berdasarkan matriks SWOT yaitu strategi Strength-

Opportunity (SO). Metode yang digunakan pada penelitian ini sangat

dipaparkan secara jelas dan terperinci, karena metodenya di rasa pas dan

judul yang kurang lebih sama meskipun daerah yang di teliti berbeda.

Selain itu, alat analisis yang digunakan menjadi bahan referensi untuk

digunakan kembali oleh penulis, yaitu menggunakan program Expert

Choice. Penelitian inilah yang berkontribusi banyak dalam penelitian

penulis yang kemudian penulis menerapkannya lagi pada daerah yang

berbeda.

5. (Rusdarti, 2016) Strategi Pengembangan Daerah Growth Pole melalui

Pemanfaatan Potensi Lokal. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan

sektor unggulan yang dapat dikembangkan pada tiap kecamatan di

Kabupaten Cilacap sebagai salah satu daerah growth pole. Alat analisis

yang digunakan pada penelitian ini adalah Location Quotient (LQ), Shift-

share Analysis, dan Klassen Typology. Hasil penelitian ini menunjukkan,

bahwa tidak semua kecamatan di Kabupaten Cilacap memiliki sektor

unggulan. Beberapa daerah yang memiliki sektor unggulan di antaranya

adalah, Kecamatan Wanareja (sektor pertanian), Kecamatan

Kawunganten (sektor pertanian dan sektor keuangan), Kecamatan

Kampung Laut (sektor pertanian), Kecamatan Kesugihan (sektor

pertambangan dan penggalian), Kecamatan Sampang (sektor bangunan

dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan), Kecamata Kroya (sektor

perdagangan, hotel, dan restoran), Kecamatan Cilacap Selatan (sektor

pertambangan dan penggalian), Kecamatan Cilacap Tengah (sektor

industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, serta sektor

jasa), dan Kecamatan Cilacap Utara (sektor listrik, gas dan air bersih,

industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor jasa). Peneliti ini lebih

memfokuskan pada sektor unggulan per kecamatan, tidak banyak yang di

ambil sebagai bahan referensi, namun hal ini tetap menjadi referensi

penulis dalam penentuan pengambilan metode yaitu metode analisis LQ.

Page 45: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

24

6. (Aditya Gufron Ramadhan, 2017) Strategi Pengembangan Subsektor

Pertanian di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP). Penentuan ini bertujuan untuk menentukan

sektor unggulan yang ada di Kabupaten Bogor, mengetahui perubahan

sektor perekonomian di Kabupaten Bogor, serta menentukan prioritas

sektor untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient (LQ), Dynamic

Location Quotient (DLQ), dan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan, Kabupaten Bogor memiliki empat

sektor basis dan tiga belas sektor non basis dalam analisis LQ, sedangkan

dalam analisis DLQ menunjukkan adanya sembilan sektor yang akan

menjadi sektor unggulan, dan delapan sektor menjadi sektor non

unggulan. Kemudian strategi pengembangan dilakukan dengan AHP dan

hasilnya yang harus difokuskan dari sektor pertanian adalah pada

pertumbuhan subsektornya, pemerintah Kabupaten Bogor juga harus

memperhatikan bahan baku agar fokus utama pada pengembangan sektor

pertanian, yakni subsektor tanaman pangan bisa berjalan dengan efisien

dan efektif. Peneliti ini membahas tentang pengembangan untuk

subsektor pertanian, meskipun sektor ynag digunakan berbeda dengan

penulis, namun teori dan metode yang digunakan dijadikan penulis

sebagai bahan referensi. Peneliti mendeskripsikan subsektor dengan

sangat terperinci, sehingga memudahkan penulis dalam membaca hasil

data, dan kemudian menerapkannya pada penulisan skripsi ini. Pada

program pengolahan data AHP, penelitian ini masih menggunakan cara

manual yaitu perhitungan yang menggunakan matriks dengan excel.

Page 46: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

25

C. Kerangka Berpikir

Diagram 2.1

Kerangka Berpikir

Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan Pengembangan Sektor Prioritas

Subsektor Industri Pengolahan di Kota Tangerang

Selatan

Penentuan Sektor Basis dan Non Basis

Subsektor Industri Pengolahan

Analisis Location

Quotient (LQ) dan

Dynamic Location

Quotient (DLQ)

Metode Analytical Hierarchy Process

(AHP) Menggunakan Kriteria

Pertumbuhan Subsektor, Penyerapan

Tenaga Kerja, dan Peningkatan Daya

Saing

Penentuan Sektor Prioritas dan Strategi

Pengembangan Sektor Prioritas Subsektor Industri

Pengolahan di Kota Tangerang Selatan

Analisis Shift Share

Page 47: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam suatu peneltian diperlukan sebuah ruang lingkup atau batasan-

batasan. Tujuan dari ruang lingkup yaitu agar subjek, objek, dan waktu

penelitian tidak melebihi atau keluar dari tujuan yang ingin dicapai. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan oleh

stakeholder terkait guna menentukan sektor prioritas subsektor industri

pengolahan, yang nantinya dapat di kaji kembali untuk penelitian selanjutnya.

Objek penelitian merupakan tempat atau lokasi diadakannya penelitian.

Adapun objek pada penelitian ini yaitu wilayah Kota Tangerang Selatan, dengan

menggunakan data PDRB Kota Tangerang Selatan dan Provinsi Banten atas

dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha periode 2013-2017.

Subjek penelitian merupakan target populasi atau sampel yang dipakai

dalam sebuah penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel dari stakeholder

terkait seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

Tangerang Selatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)

Kota Tangerang Selatan, Kamar Dagang Industri (KADIN) Kota Tangerang

Selatan, dan Lembaga Masyarakat Tangsel Berkibar yang berfokus pada sektor

industri kecil menengah di Kota Tangerang Selatan.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan bagian dalam suatu populasi yang akan mewakili objek

penelitian. Metode atau teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik untuk menentukan

sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar

data yang dihasilkan nantinya bisa lebih representatif. (Sugiyono, 2012:126)

Berdasarkan beberapa perhitungan dan pertimbangan, maka teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai teknik purposive sampling

atau pengambilan sampel secara sengaja. Populasi dalam penelitian ini terdiri

Page 48: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

27

dari tiga stakeholder (pemerintah, swasta, masyarakat) di wilayah Tangerang

Selatan yang paham dan berkompeten dengan penelitian ini.

Menurut Pradigda (2016 : 103), dalam menentukan responden pada metode

purposive sampling, kriteria yang dapat digunakan adalah sebagaimana tabel 3.1

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Responden

Adapun sampel yang dimaksud dalam penjelasan di atas adalah sebagai berikut:

1. unsur pemerintah di Kota Tangerang Selatan: Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG) sebanyak empat orang, Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) sebanyak empat orang.

Semua responden tersebut merupakan pejabat yang membidangi

perencanaan sektor industri di Kota Tangerang Selatan;

2. unsur swasta: responden yang mewakili dari unsur ini adalah perwakilan

dari Kamar Dagang Industri (KADIN);

3. unsur masyarakat: responden yang mewakili dari unsur ini ditentukan

sebanyak satu orang yang merupakan perwakilan komunitas masyarakat

Tangsel Berkibar yang mempunyai fokus pada bidang UMKM dan

industri di Kota Tangerang Selatan.

No Responden Kriteria

1

Pemerintah Daerah

(Dinas terkait

industri)

a. Menduduki jabatan terkait dengan

produk industri

b. Pengalaman dalam jabatan

minimal lima tahun

c. Menguasai bidang perencanaan

dan pengembangan industri

2 Swasta (KADIN)

a. Pengurus di asosiasi pengusaha

daerah

b. Membidangi UMKM

c. Pengalaman kerja minimal lima

tahun

3 Masyarakat

a. Telah berkecimpung dalam bidang

UMKM

b. Telah berkecimpung dalam bidang

industri atau lingkungan

Page 49: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

28

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian kali ini

adalahmetode studi kepustakaan, penelitian lapangan, wawancara dan kuesioner.

1. Data Primer

Metode pengumplan data dalam penelitian kali ini menggunakan data

primer. Data primer adala data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau

objek penelitian. (Suharyadi dan Purwanto, 2009:14)

a. Kuesioner Angket

Kuesioner dilaksanakan dengan memberi seperangkat petanyaan

atau pernyataan tertulis kepada para responden. Kuesioner digunakan

karena dapat memberikan data yang efisien dari para responden.

Kuesioner dalam penelitian ini bersifat tertutup, yaitu menggunakan

pertanyaan tertentu dengan jawaban yang sebelumnya telah

disediakan tempatnya untuk mengisi tanggapan. Metode kuesioner

atau angket digunakan untuk memperoleh data dan dapat menentukan

sektor yang memenuhi kriteria sebagai sektor prioritas yang akan

dikembangkan dari subsektor industri pengolahan di Kota Tangerang

Selatan.

b. Wawancara

Wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi,

alat untuk mengkonfirmasi kembali, atau informasi pembuktian dari

keterangan yang diperoleh sebelumnya. Wawancara ini dilakukan

dengan tanya jawab serta bertatap muka secara langsung dengan

informan untuk memperoleh informasi yang valid dan reliabel.

Wawancara dilakukan secara terstruktur. Wawancara terstruktur

dilaksanakan dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara agar

pertanyaan lebih terarah pada fokus penelitian sehingga diperoleh data

yang diinginkan. Hasil wawancara ini sebagai data pendukung dalam

identifikasi subsektor industri pengolahan yang memenuhi kriteria

sebagai sektor prioritas yang akan dikembangkan.

Page 50: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

29

2. Data Sekunder

Penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagai data pendukung

yang diperoleh dari beberapa sumber, yakni studi kepustakaan berupa buku,

jurnal, artikel, skripsi, media elektronik berupa informasi terkait, dan

sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian kali ini, metode analisis data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient digunakan untuk mengetahui sektor yang

berpotensial atau disebut dengan sektor basis pada suatu daerah. Analisis

ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor di daerah

(kabupaten/kota) dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang

lebih luas (provinsi). LQ juga diartikan sebagai perbandingan peran sektor

industri secara regional terhadap besarnya peran sektor industri tersebut

secara nasional. (Tarigan, 2014:82)

Pada penelitian ini, analisis LQ digunakan untuk menentukan

perbandingan sektor-sektor yang ada di antara Kota Tangerang Selatan

(regional) dengan Provinsi Banten (Nasional). Adapun rumus LQ adalah

sebagai berikut: (Robinson Tarigan dalam Utama, 2010:38)

Keterangan

Si = Nilai tambah sektor i di Kota Tangerang Selatan

S = PDRB total di Kota Tangerang Selatan

Ni = Nilai tambah sektor i di Provinsi Banten

N = PDRB total di Provinsi Banten

Page 51: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

30

Berdasarkan perhitungan LQ, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. LQ > 1, dapat dairtikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor

unggulan atau sektor basis. Produk yang dihasilkan tidak hanya dapat

untuk memenuhi kebutuhan di wilayah saja, namun juga dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan wilayah lainnya. Artinya, sektor tersebut

dapat dikembangan sebagai penggerak perekonomian di Kota Tangerang

Selatan;

b. LQ = 1, artinya sektor tersebut hanya bisa memenuhi kebutuhan di

daerah Kota Tangerang Selatan saja;

c. LQ < 1, artinya sektor tersebut merupakan sektor non basis. Upaya yang

harus dilakukan adalah pemerintah perlu memasok produk dari luar

daerah karena sektor non basis ini tidak bisa memenuhi kebutuhan

daerahnya.

2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui suatu sektor perekonomian

apakah dapat diharapkan bisa menjadi sektor basis di masa yang akan

datang khususnya pada Kota Tangerang Selatan. DLQ Alat analisis ini

digunakan untuk mengetahui suatu sektor perekonomian apakah dapat

diharapkan menjadi sektor basis pada masa yang akan datang di Kota

Tangerang Selatan. Adapun rumus DLQ adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Gij : laju pertumbuhan (PDRB) sektor i di Kota Tangerang Selatan

Gj : rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) sektor i

di Kota Tangerang Selatan

Gi : laju pertumbuhan (PDRB) sektor i di Provinsi Banten

G : rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) sektor i di Provinsi Banten

t : periode waktu penelitian

Apabila hasil DLQ ≥ 1 maka sektor tersebut masih bisa diharapkan

untuk menjadi sektor basis di Kota Tangerang Selatan pada masa yang

akan datang. Kemudian apabila nilai DLQ < 1 maka sektor tersebut tidak

Page 52: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

31

bisa diharapkan menjadi sektor basis di Kota Tangerang Selatan pada masa

yang akan datang.

3. Analisis Gabungan LQ dan DLQ

Untuk melihat perubahan posisi suatu sektor ekonomi pada suatu

daerah, maka penelitian ini menggunakan analisis gabungan LQ dan DLQ,

dimana kriteria yang harus digunakan adalah sebagai berikut:

a. apabila nilai LQ ≤ 1 dan DLQ ≥ 1, maka sektor perekonomian telah

mengalami perubahan dari sektor non unggulan menjadi sektor

unggulan di Kota Tangerang Selatan pada masa yang akan datang;

b. apabila nilai LQ ≤ 1 dan DLQ < 1, maka sektor perekonomian tetap

menjadi sektor non unggulan di Kota Tangerang Selatan baik saat ini

maupun di masa yang akan datang;

c. apabila nilai LQ > 1 dan DLQ ≥ 1, maka sektor perekonomian tetap

menjadi sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan baik saat ini

maupun di masa yang akan datang;

d. apabila nilai LQ > 1 dan DLQ < 1, maka sektor perekonomian telah

mengalami perubahan dari sektor unggulan menjadi sektor non

unggulan di Kota Tangerang Selatan pada masa yang kaan datang.

4. Analisis Shift Share

Analisis shift share umumnya digunakan untuk menganalisis peranan

suatu sektor di daerah (regional) terhadap sektor yang sama di tingkat yang

lebih tinggi (nasional). Data yang sering dianalisis adalah data yang terkait

kegiatan ekonomi ataupun ketenagakerjaan. (Putra, 2011:165)

Penjelasan lain yaitu, analisis shift share digunakan untuk

membandingkan perbedaan laju pertumbuhan sektor industri di wilayah

yang sempit (regional) dengan daerah yang lebih luas (nasional). (Tarigan,

2005:85)

Teknik analisis shift share membagi perubahan pertumbuhan (Dij)

menjadi tiga komponen, yakni: (Arsyad, 2005:139-140)

a. pengaruh pertumbuhan ekonomi di wilayah yang lebih luas atau disebut

dengan Nasional Share (Nij), yang diukur dengan cara menganalisis

perubahan pengerjaan agregat secara sektoral yang kemudian

Page 53: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

32

dibandingkan dengan perubahan pada sektor perokonomian yang sama

di wilayah yang dijadikan acuan (nasional);

b. pengaruh pergeseran proporsional atau bauran sektor atau disebut

dengan Proportional Shift (Mij), yang mengukur perubahan

pertumbuhan atau penurunan pada daerah (regional) yang kemudian

dibandingkan dengan perekonomian di wilayah yang dijadikan acuan

(nasional). Melalui pengukuran ini, dimungkinkan untuk mengetahui

apakah perekonomian daerah acuan (regional) terkonsentrasi pada

sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang

dijadikan acuan (nasional);

c. pengaruh pergeseran diferensial atau keunggulan kompetitif atau

disebut dengan Differential Shift (Cij), yang menentukan seberapa jauh

daya saing sektor daerah (regional) dengan perekonomian di wilayah

yang dijadikan acuan (nasional). Jika pergeseran diferensial pada suatu

sektor adalah positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya

ketimbang sektor yang sama pada perekonomian di wilayah yang

dijadikan acuan (nasional).

Menurut Soepomo dalam jurnal Basuki dan Gayatri (2009 : 41),

persamaan Analisis Shift Share adalah:

Dij = Nij + Mij + Cij

Kemudian Variabel – variabel yang digunakan adalah :

Dij

= E*ij+ E

ij

Nij

= Eij

. rn

Mij

= Eij

(rin

– rn)

Cij

= Eij

(rij

– rin

)

Dimana, rij

rn

dan rin

melambangkan laju pertumbuhan wilayah

kabupaten/kota dan laju pertumbuhan wilayah provinsi, yang didefinisikan

dengan rumus sebagai berikut:

1) Mengukur laju pertumbuhan sektor i di wilayah j (Tangerang

Selatan)

Page 54: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

33

rij

= (e*ij

– eij) / e

ij

2) Mengukur laju pertumbuhan sektor i di perekonomian nasional

(Banten)

rin

= (e*in

– ein

) / ein

3) Mengukur laju pertumbuhan nasional (Banten)

rn

= (e*n

– en) / e

n

Keterangan:

e*in

= PDRB sektor i di Provinsi Banten pada tahun terakhir analisis

ein

= PDRB sektor i di Provinsi Banten pada tahun dasar

e*ij

= PDRB sektor i di Kota Tangerang Selatan pada tahun terakhir

analisis

eij

= PDRB sektor i di Kota Tangerang Selatan pada tahun dasar

e*n

= PDRB di Provinsi Banten pada tahun terakhir analisis

en

= PDRB di Provinsi Banten pada tahun dasar

sehingga didapati persamaan Shift Share untuk sektor i di wilayah j (Kota

Tangerang Selatan) sebagai berikut:

Dij

= Eij .

rn + Eij (

rin -

rn) + Eij (

rij -

rin)

Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti

j = Variabel wilayah yang diteliti (Kota Tangerang Selatan)

Dij

= Perubahan sektor i di daerah j (Kota Tangerang Selatan)

Nij

= Pertumbuhan sektor i di daerah j (Kota Tangerang Selatan)

Mij

= Bauran industri sektor i di daerah j (Kota Tangerang Selatan)

Cij

= Keunggulan kompetitif sektor i di daerah j (Kota Tangerang

Selatan)

Eij

= PDRB sektor i di daerah j (Kota Tangerang Selatan)

rij

= laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kota Tangerang Selatan)

rin

= laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi Banten)

Page 55: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

34

rn

= laju pertumbuhan PDRB di daerah n (Provinsi Banten)

Pengertian lainnya yakni analisis shift share memiliki tiga unsur di

antaranya, National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift yang

diuraikan sebagai berikut: (Tarigan, 2005:87-89)

1) National Share digunakan untuk mengetahui pergeseran struktur

perekonomian pada wilayah regional yang dipengaruhi oleh

pergeseran perekonomian pada wilayah nasional;

2) Proportional Shift merupakan pertumbuhan nilai tambah bruto suatu

sektor pada wilayah regional dibandingkan total sektor pada wilayah

nasional;

3) Differential Shift merupakan perbandingan pertumbuhan

perekonomian pada wilayah regional dengan nilai tambah bruto di

sektor yang sama pada wilayah nasional.

5. Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP adalah suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan

oleh Thimas L. Saaty. Ciri analisis ini adalah menggunakan hirarki yang

menguraikan permasalahan dalam satu kesatuan menjadi elemen-elemen

yang lebih sederhana. Hierarki pada analisis ini dibagi menjadi goal,

skenario, sasaran, dan strategi. AHP merupakan teknik pengambilan

keputusan secara matematis dengan mempertimbangkan aspek kualitatif

maupun kuantitatif. Selain itu, faktor yang diperhatikan dalam metode

AHP yaitu faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. (Bambang

Permadi, 1992:10)

Pada AHP, yang diukur adalah rasio konsistensi dengan melihat

indeks konsistensinya. Konsistensi yang diharapkan adalah yang

mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.

Demikian, pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas ataupun

reliabilitas terhadap kuesioner AHP karena AHP mentolerir inkonsistensi.

AHP diukur dengan Indeks Konsistensi (CI) dan Rasio Konsistensi (CR)

dengan uraian sebagai berikut:

1. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus:

CI = (π maks-n)/(n-1)

Page 56: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

35

Keterangan :

n : banyaknya elemen

2. Menghitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus :

CR = CI/IR

Keterangan :

CR : Consistency ratio

CI : Consistency Index

IR : Index Random Consistency

Secara umuum, tingkatan konsistensi tertentu memang dibutuhkan

dalam menentukan prioritas untuk mendapatkan hasil yang sah Untuk itu

dalam AHP Nilai CR tidak boleh lebih dari 10% atau 0,1. Kemudian

dalam mengolah hasil kuisioner AHP akan dilakukan dengan

menggunakan aplikasi Expert Choice 11. Adapan prinsip yang mendasar

pada perhitungan AHP, yaitu:

a. Dekomposisi

Pada tahapan ini, masalah yang akan diteliti dibagi menjadi sebuah

hierarki. Tujuannya adalah untuk mendefinisikan masalah dari yang

umum sampai dengan yang khusus. Struktur hierarki tersebut

berfungsi untuk membandingkan antara tujuan, kriteria, dan tingkatan

alternatif. Tingkatan paling atas dari hierarki merupakan tujuan dari

penyelesaian masalah yang hanya memiliki satu elemen. Tahapan

berikutnya memiliki beberapa elemen sebagai kriteria, yang tiap

kriteria tersebut dapat dibandingkan antara satu dan lainnya memiliki

perbedaan yang tidak terlalu besar. Jika perbedaannya terlalu besar,

maka harus dibuat tingkatan yang baru. Bentuk struktur dekomposisi

yakni:

Tingkatan pertama : tujuan keputusan (Goal)

Tingkatan kedua : kriteria-kriteria

Tingkatan ketiga : alternatif

Adapun struktur hierarki AHP dapat digambarkan pada diagram 3.1

sebagai berikut:

Page 57: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

36

Diagram 3.1

Struktur Hierarki AHP

b. Comparative Judgement

Comparative judgement sering juga disebut sebagai penilaian

kriteria atau alternatif. Pada tahapan ini akan dibuat suatu

perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada pada hierarki,

dengan tujuan dihasilkannya skala kepentingan pada tiap-tiap elemen.

Penilaian yang dilakukan akan menghasilkan suatu angka yang

nantinya akan dibandingkan untuk menghasilkan sebuah prioritas.

Skala angka yang digunakan adalah satu sampai sembilan yang

kemudian disusun untuk mendapatkan perbandingan berpasangan.

Adapun skala perbandingan yang digunakan yakni:

Tabel 3.2

Skala Perbandingan AHP

Skala Keterangan

1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama

penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak

kuat) dibanding tujuan lainnya

Tujuan

Kriteria IV Kriteria III Kriteria II Kriteria I

Alternatif III Alternatif II Alternatif I

Page 58: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

37

c. Kelebihan dan Kekurangan Model AHP

Kelebihan metode AHP adalah sederhana dan tidak banyak asumsi,

namun lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya yang tinggi terutama

dalam pembuatan model hierarki. Sifat fleksibel yang dimaksudnkan

adalah mampu mencakup banyak permasalahan dengan tujuan dan

kriteria yang beragam. Metode analisis ini cocok digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang bersifat strategis dan makro.

Kekuatan model AHP terletak pada struktur hierarkinya, dimana

memungkinkan peneliti memasukkan semua faktor-faktor penting

baik yang nyata maupun abstrak. Adapun kelebihan lainnya dari

model AHP yakni dalam proses perencanaan, masyarakat

dimungkinkan ikut berpartisipasi dalam pengisian kuesioner bersama-

sama dengan pemerintah. Hal ini yang dimaksudkan dengan

pembangunan daerah yang tidak hanya bersifat top down namun juga

bottom up.

Nyatanya, model AHP tidak luput dari kelemahan yang

dimilikinya. Adanya ketergantungan terhadap input, persepsi para ahli

akan membuat hasil akhir menjadi tidak terlalu berpengaruh apabila

ahli memberikan jawaban yang keliru. Hal ini ditambah dengan belum

jelasnya kriteria mengenai seorang yang ahli untuk mengisi kuesioner

AHP. Maka dari itu, peneliti harus lebih cermat dalam membuat

kriteria agar hasil penelitian sejalan dengan maksud dan tujuan

peneliti. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dirangkum beberapa

kelebihan dan kelemahan dalam metode AHP sebagai berikut:

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting

(lebih kuat pentingnya) dibanding tujuan

lainnya

7 Tujuan yang satu sangat penting diband ing

tujuan yang lainnya

9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya

dibanding tujuan lainnya

2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian

di atas

Page 59: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

38

Tabel 3.3

Kelebihan dan Kekurangan Metode AHP

Kelebihan Metode AHP Kekurangan Metode AHP

Metode AHP ialah model yang

memasukkan data kualitatif

menjadi data kuantitatif

Metode AHP

mempertimbangkan analisis

permasalahan yang melibatkan

banyak pelaku, kriteria, yang

dapat dimasukkan dalam segala

objek penelitian

Metode AHP memasukkan

pertimbangan dan nilai-nilai

pribadi secara logis, juga proses

ini bergantung pada logika

intuisi dan pengalaman dalam

memberikan pertimbangan

Metode AHP menunjukkan

bagaimana menghubungkan

antar elemen dari bagian lain

untuk memperoleh hasil

gabungan.

Metode AHP sulit dikerjakan

secara manual menggunakn

matriks, sehingga harus

menggunakan program

lainnya seeprti yang

digunakan pada peneliti kali

ini yaitu Expert Choices V.11

Belum adanya batasan kriteria

responden, sehingga pada

beberapa kasus dapat

melemahkan metode ini.

Namun hal ini dapat

diantisipasi dengan pemberian

bobot yang berbeda pada

tabulasi kuesioner hasil

pengisisan dari responden.

Sumber: (Bambang Permadi dalam Retna, 2010:16-17)

d. Model Analisis Penyusunan Hierarki

Model penyusunan hierariki yang diterapkan pada penyusunan

alternatif penentu sektor prioritas subsektor industri pengolahan

unggulan adalah sebagai berikut:

Page 60: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

39

Diagram 3.2

Model Penyusunan Hierarki AHP

I. Karet I. Kayu I Barang

Galian Bukan

Logam

I. Makanan

dan

Minuman

I. Barang

dari Logam

I.

Pengolahan

Lainnya

I. Mesin I. Kimia

Bahan

Baku

IPTEK Mutu Tenaga

Kerja

Nilai

Investasi

Upah Nilai

Produksi

SDM Birokrasi Infrastruktur

Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan

Peningkatan daya saing Penyerapan tenaga kerja Pertumbuhan subsektor

Page 61: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

40

E. Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, konsep yang digunakan adalah pemilihan sektor/

subsektor prioritas, selanjutnya setelah diketahui sektor prioritas selanjutnya

dilakukan identifikasi strategi pengembangannya. Adapun variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian kali ini yakni sebagai berikut: (Aditya, 2016: 66-71)

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah barang

yang dihasilkan suatu wilayah atau daerah selama satu periode, dimana

jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan pada uang atas

dasar harga pasar yang sedang berjalan. (Djojohadikusumo, 1994:2)

Terdapat dua jenis PDRB yakni berdasarkan harga berlaku maupun harga

konstan. Pada penelitian kali ini, PDRB yang digunakan merupakan PDRB

berdasarkan harga konstan tahun dasar 2010. PDRB yang digunakan

mengacu pada data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Banten dan BPS Kota Tangerang Selatan.

2. Sektor-sektor Ekonomi

Sektor-sektor ekonomi merupakan sektor yang ada pada daerah dan

memberikan kontribusi dalam pendapatan daerah. Sektor ekonomi yang

termasuk dalam penelitian kali ini yaitu: sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik; gas dan air

bersih, bangunan, perdagangan besar dan eceran, hotel dan restoran,

pengangkutan dan komunikasi, keuangan; persewaan dan jasa perusahaan,

serta jasa lainnya.

3. Subsektor Industri Pengolahan

Subsektor industri pengolahan merupakan sektor-sektor yang

berkontribusi pada sektor industri pengolahan dan terdapat dalam PDRB.

Terdapat enam belas subsektor yaitu di antaranya: 1) industri batu bara dan

pengilangan gas; 2) industri makanan dan minuman; 3) industri

pengolahan tembakau; 4) industri tekstil dan pakaian jadi; 5) industri kulit;

6) industri kayu; 7) industri kertas; 8) industri kimia; 9) industri karet; 10)

industri barang galian bukan logam; 11) industri logam dasar 12) industri

Page 62: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

41

barang dari logam; 13) industri mesin dan perlengkapan; 14) industri alat

angkutan; 15) industri furniture; 16) Industri pengolahan lainnya.

4. Sektor Unggulan

Sektor unggulan merupakan sektor yang berkontribusi lebih besar dan

dominan dalam pendapata daerah dibanding sektor lainnya, juga memiliki

pengaruh terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.

5. Sektor Basis dan Sektor Non-Basis

Sektor basis merupakan sektor yang memiliki kemampuan guna

memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri dan juga mampu mengekspor ke

daerah lain. Suatu sektor disebut sektor basis jika memiliki nilai LQ > 1.

Kemudian sektor non basis merupakan sektor yang komoditinya hanya

mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri atau bahkan harus

memasok dari daerah lain karena kurang mampunya suatu komoditi yang

memenuhi kebutuhan daerahnya. Suatu sektor disebut sektor non basis jika

LQ < 1.

6. Tujuan Kriteria Pengembangan Sektor Prioritas Subsektor Industri

Pengolahan

Pengembangan subsektor industri pengolahan merupakan tujuan utama

yang ingin dicapai pada penelitian kali ini. Pengembangan subsektor

industri pengolahan dapat tercapai melalui beberapa cara atau kriteria

yakni di antaranya pertumbuhan subsektor, penyerapan tenaga kerja, dan

peningkatan daya saing.

7. Kriteria Pertumbuhan Subsektor

Kriteria pertumbuhan subsektor merupakan salah satu kriteria yang

dapat digunakan guna melakukan tujuan pengembangan subsektor industri

pengolahan. Pertumbuhan subsektor merupakan indikator yang

menandakan bahwa adanya sektor yang mengalami perubahan ke arah

yang lebih baik, seperti kenaikan kapasitas produksi yang kemudian

berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan suatu wilayah

8. Kriteria Penyerapan Tenaga Kerja

Kriteria penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu kriteria yang

dapat digunakan guna melakukan tujuan pengembangan subsektor industri

Page 63: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

42

pengolahan. Penyerapan tenaga kerja bertujuan untuk mengurangi jumlah

pengangguran dan kemiskinan.

9. Kriteria Peningkatan Daya Saing

Kriteria peningkatan daya saing merupakan salah satu kriteria yang

dapat digunakan untuk melakukan tujuan pengembangan subsektor

industri pengolahan. Peningkatan daya saing yakni berupa nilai kompetitif

pada tingkat regional maupun nasional terhadap suatu komoditi barang

atau jasa.

10. Sub Kriteria Bahan Baku

Bahan baku adalah salah satu sub kriteria yang digunakan untuk

mencapai kriteria pertumbuhan subsektor. Bahan baku di sini maskudnya

adalah setiap sumber daya yang digunakan dalam melakukan kegiatan

produksi atau yang biasa dikenal dengan modal.

11. Sub Kriteria IPTEK

IPTEK merupakan salah satu sub kriteria yang digunakan dalam

mencapai kriteria pertumbuhan subsektor. IPTEK merupakan faktor yang

dapat meningkatkan proses pertumbuhan subsektor karena mampu

meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi, sehingga berpengaruh

terhadap pertumbuhan subsektor.

12. Sub Kriteria Mutu Tenaga Kerja

Mutu tenaga kerja merupakan salah satu sub kriteria yang digunakan

dalam mencapai kriteria pertumbuhan subsektor. mutu tenaga kerja ialah

kualitas tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi suatu komoditas

sektor atau subsektor ekonomi suatu wilayah. Semakin meningkatnya

mutu tenaga kerja merupakan faktor penting dalam meningkatkan

pertumbuhan dan pembangunan suatu daerah.

13. Sub Kriteria Nilai Produksi

Sub kriteria nilai produksi merupakan salah satu sub kriteria yang

digunakan dalam mencapai kriteria penyerapan tenaga kerja. Nilai

produksi yakni keseluruhan jumlah komoditas yang merupakan hasil akhir

produksi dan siap untuk dijual. Saat nilai produksi suatu barang

meningkat, maka permintaan akan tenaga kerja juga meningkat.

Page 64: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

43

14. Sub Kriteria Upah

Sub kriteria upah merupakan salah satu sub kriteria yang digunakan

dalam mencapai kriteria penyerapan tenaga kerja. Upah adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga keja, karena perubahan

tingkat upah akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya produksi yang

kemudian berdampak pada sedikit banyaknya permintaan tenaga kerja.

15. Sub Kriteria Nilai Investasi

Sub kriteria nilai investasi merupakan salah satu sub kriteria yang

digunakan dalam mencapai kriteria penyerapan tenaga kerja. Nilai

investasi merupakan penanaman atau pengeluaran modal yang digunakan

untuk melakukan proses produksi barang ataupun jasa. Investasi biasanya

dikeluarkan untuk meningkatkan produksi, sehingga besar kecilnya nilai

investasi akan mempengaruhi dalam hal penyerapan tenaga.

16. Sub Kriteria Infrastruktur

Sub kriteria infrastruktur merupakan sub kriteria yang digunakan dalam

mencapai kriteria peningkatan daya saing. Infrastruktur adalah salah satu

indikator terpenting dalam kelancaran proses perekonomian suatu wilayah.

Ketersediaan infrastruktur yang memadai juga akan membuat daya tarik

serta keadaan investasi yang baik sehingga nantinya berpengaruh terhadap

tingkat daya saing pada wilayah tersebut

17. Sub Kriteria Birokrasi

Sub kriteria birokrasi merupakan salah satu sub kriteria yang digunakan

dalam mencapai kriteria peningkatan daya saing. Birokrasi adalah

kebijakan yang dibuat pemerintah, sehingga nantinya diharapkan dapat

berjalan dengan kondusif dan efisien. Hal ini akan membuat kondisi

ekonomi dan daya saing yang baik pada suatu wilayah.

18. Sub Kriteria Sumber Daya Manusia

Sub kriteria sumber daya manusia merupakan salah satu sub kriteria

yang digunakan dalam mencapai kriteria peningkatan daya saing. Sumber

daya manusia sangat erat kaitannya dengan jumlah tenaga kerja.

Page 65: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

44

19. Alternatif Kriteria

Alternatif kriteria merupakan subsekor industri pengolahan yang akan

diprioritaskan berdasarkan kriteria pada sub kriteria tertinggi yang telah

dipilih dan diuji sebelumnya menggunakan analisis shift share. Kemudian

didapatkan sektor prioritas yang akan dikembangkan di Kota Tangerang

Selatan nantinya, di antaranya adalah:

a. industri makanan dan minuman;

b. industri kayu, barang dari kayu dan gabus, barang anyaman dari

bambu, rotan dan sejenisnya;

c. industri kimia, farmasi, dan obat tradisional;

d. industri karet, barang dari karet dan plastik;

e. industri barang galian bukan logam;

f. industri barang dari logam;

g. industri mesin dan perlengkapan;

h. industri pengolahan lainnya.

Page 66: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

45

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Wilayah

1. Kondisi Geografis dan Administratif Kota Tangerang Selatan

a. Kondisi Geografis

Gambar 4.1

Peta Kota Tangerang Selatan

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Secara astronomis, Kota Tangerang Selatan terletak di bagian

Timur Provinsi Banten yang berada di antara 639’ - 647’ Lintang

Selatan dan antara 10614’ - 10622’ Bujur Timur. Luas wilayah

Kota Tangerang Selatan daratan seluas 147,19 kilometer persegi (km²)

atau sebesar 1,63% dari luas wilayah Provinsi Banten.

Page 67: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

46

b. Kondisi Administratif

Wilayah Kota Tangerang Selatan mempunyai batas administratif

sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kota Tangerang dan DKI Jakarta

2) Sebelah Timur : Kota Depok dan DKI Jakarta

3) Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok

4) Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang

Tabel 4.1

Jumlah Kecamatan, Kelurahan, RT, dan RW

Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

No Kecamatan Kelurahan Rukun

Tetangga (RT)

Rukun

Warga

(RW)

1 Setu 6 237 46

2 Serpong 9 486 112

3 Pamulang 8 831 156

4 Ciputat 7 552 104

5 Ciputat Timur 6 446 79

6 Pondok Aren 11 826 133

7 Serpong Utara 7 466 105

Tangerang Selatan 54 3844 735

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkarkan tabel di atas, Secara administratif Secara

administratif, Kota Tangerang Selatan secara administratif terdiri dari

tujuh kecamatan, lima puluh empat kelurahaan, 3844 rukun tetangga,

dan 735 rukun warga.

2. Kependudukan dan Angkatan Kerja Kota Tangerang Selatan

Saat membuat perencanaan pembangunan daerah, maka secara otomatis

berkaitan dengan kondisi dan masalah kependudukan yang ada di Kota

Tangerang Selatan. Adapun masalah kependudukan yang sangat umum

terjadi dan harus diberikan perhatian lebih yakni banyaknya jumlah

penduduk, perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, dan yang

lainnya.

a. Kependudukan

Penduduk di Kota Tangerang Selatan berdasarkan proyeksi

penduduk tahun 2017 yakni berjumlah 1.644.899 jiwa yang terdiri

Page 68: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

47

atas 828.392 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 816.507

jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan. Kepadatan penduduk di

Kota Tangerang Selatan tahun 2017 mencapai 11.175 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk yang ada di tujuh kecamatan cukup beragam,

dengan kepadatan penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Ciputat

Timur sebesar 13.675 jiwa/km2, dan yang terendah yaitu pada

Kecamatan Setu sebesar 5.864 jiwa/km2.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kota Tangerang

Selatan cukup beragam antar kecamatan. Hal ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor yakni di antaranya: tingkat kelahiran, kematian,

dan adanya perpindahan penduduk.

b. Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017

yakni dengan jumlah 708.667 orang, yang terdiri dari berjenis kelamin

laki-laki 466.809 orang dan berjenis kelamin perempuan 241.858

orang. Pada total angkatan kerja tersebut, ada yang bekerja yakni

sebanyak 660.265 orang dan yang berstatus sebagai pengangguran

yakni sebanyak 48.402 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) pada tahun 2017 sebesar 57,02 dengan tingkat pengangguran

sebesar 6,83.

No Kecamatan Luas (km2) Penduduk

(orang)

Kepadatan

Penduduk

(orang/km2)

1 Setu 14,80 86.783 5.864

2 Serpong 24,04 184.761 7.686

3 Pamulang 26,82 350.923 13.084

4 Ciputat 18,39 239.152 13.004

5 Ciputat Timur 15,43 211.003 13.675

6 Pondok Aren 29,88 392.284 13.129

7 Serpong Utara 17,84 179.993 10.089

Tangerang Selatan 147,19 1.644.899 11.175

Page 69: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

48

Tabel 4.3

Jumlah Angkatan Kerja Kota Tangerang Selatan

menurut Jenis Kelamin Tahun 2017

Jenis Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

Angkatan kerja 466.809 241.858 708.667

Bekerja 431.745 228.520 660.265

Pengangguran 35.064 13.338 48.402

Bukan angkatan kerja

(sekolah, mengurus

rumah tangga, dan

lainnya)

156.706 377.522 534.228

Jumlah 623.515 619.380 1.242.895

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja

(TPAK)

74,87 39,05 57,02

Tingkat Pengangguran 7,51 5,51 6,83

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkan pada tabel di atas, bisa dilihat bahwa jumlah angkatan

kerja pada tahun 2017 di Kota Tangerang Selatan sebanyak 708.667

orang dengan jumlah paling besar adalah laki-laki yakni sebanyak

466.809 orang. Jumlah yang sedang bekerja dibandingkan dengan

pengangguran di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 lebih

sedikit jumlah penganggurannya dibandingkan jumlah orang yang

bekerja yakni sebesar lebih sedikit jumlah pengangguran

dibandingkan jumlah orang yang bekerja yakni sebanyak 660.265

orang dan jumlah pengangguran sebanyak 48.402 orang.

3. Kondisi Perekonomian Kota Tangerang Selatan

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu keadaan perubahan

kondisi perekonomian suatu daerah ke arah yang lebih baik.

Pertumbuhan ekonomi juga bisa dilihat dengan adanya kenaikan

produksi barang maupun jasa pada suatu daerah yang diikuti dengan

kenaikan pendapatan daerahnya. Adapun laju pertumbuhan ekonomi

kota Tangerang Selatan digambarkan pada gambar berikut:

Page 70: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

49

8,75

8,05

7,256,85

7,43

6,67

5,51 5,45 5,285,71

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2013 2014 2015 2016 2017

Kota Tangerang

Selatan

Provinsi Banten

Diagram 4.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan

2013-2017

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Laju perekonomian Kota Tangerang Selatan periode tahun 2013-

2017 dapat dilihat pada diagram 4.1. Laju pertumbuhan ekonomi

menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan Kota Tangerang

Selatan mengalami perubahan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan

ekonomi terbesar ada pada tahun 2013 dengan pertumbuhan sebesar

8,75% dan yang terendah pada tahun 2016 yakni sebesar 6,85%. Sama

hal nya dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten dimana

laju perekonomiannya juga selalu mengalami perubahan setiap

tahunnya. Penurunan dimulai pada tahun 2013 sampai dengan tahun

2016. Sedangkan kenaikan laju pertumbuhan hanya terjadi pada tahun

2016 sampai 2017.

Laju pertumbuhan perekonomian di Kota Tangerang Selatan yang

tergambar dalam diagram di atas terjadi karena dipengaruhi oleh

hampir seluruh sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan yang

cenderung menurun. Hal ini bisa saja disebabkan karena masih

terdapat potensi sektor ekonomi yang belum dikembangkan dengan

optimal. Meski demikian, terjadi kenaikan laju pertumbuhan pada

tahun 2017 yang mana membuktikan bahwa Kota Tangerang Selatan

Page 71: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

50

bisa terus tumbuh dan berkembang dangan potensi wilayah yang

dimiliki.

b. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi pada suatu daerah dapat diketahui dengan

melihat keterangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di

suatu wilayah. PDRB adalah jumlah nilai tambah seluruh barang

maupun jasa yang diproduksi oleh seluruh sektor ekonomi di suatu

wilayah. PDRB dibagi menjadi dua yakni PDRB Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK) dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB).

PDRB ADHB menunjukkan kemampuan ekonomi suatu wilayah,

sedangakan PDRB ADHK digunakan untuk membandingkan kinerja

ekonomi suatu daerah dari waktu ke waktu. setelah mengetahui

komposisi PDRB, maka dapat dilihat bagaimana peranan atau

kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB di

suatu daerah. Semakin besar peranan suatu sektor terhadap total

PDRB, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut terhadap

perkembangan perekonomian suatu daerah tersebut. Hal ini tertuang

pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan

menurut Lapangan Usaha (persen)

No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 0,29 0,29 0,28 0,27 0,25

2 Pertambangan dan

Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3 Industri Pengolahan 11,69 11,57 11,26 10,09 9,64

4 Pengadaan Listrik dan

Gas 0,11 0,12 0,14 0,14 0,15

5

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah, dan Daur Ulang 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04

6 Konstruksi 14,47 14,80 14,85 15,68 15,81

7

Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

18,06 17,76 17,63 17,04 16,80

8 Transportasi dan

Pergudangan 2,91 3,12 3,20 3,30 3,32

Page 72: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

51

9 Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 3,06 3,13 3,15 3,17 3,12

10 Informasi dan

Komunikasi 11,02 11,18 10,93 10,92 11,03

11 Jasa Keuangan dan

Asuransi 1,23 1,24 1,23 1,26 1,28

12 Real Estate 16,81 16,45 16,72 17,03 17,32

13 Jasa Perusahaan 3,30 3,46 3,60 3,75 3,83

14

Administrasi Pemerintah,

Pertahanan, dan Jaminan

Sosial Wajib

1,21 1,25 1,30 1,34 1,35

15 Jasa Pendidikan 8,30 8,31 8,44 8,65 8,77

16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 4,37 4,17 4,13 4,18 4,16

17 Jasa Lainnya 3,13 3,12 3,11 3,13 3,14

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Struktur perekonomian daerah bisa dilihat pada distribusi

persentasi PDRB atas dasar harga berlaku dari kelompok lapangan

usaha yang terdiri dari kelompok lapangan usaha primer, sekunder,

dan tersier. Kelompok usaha primer terdiri atas pertanian, kehutanan

dan perikanan; pertambangan dan penggalian. Kemudian kelompok

lapangan usaha sekunder terdiri atas industri pengolahan; pengadaan

listrik dan gas; pengadaan air; dan konstruksi. Untuk kelompok

lapangan usaha tersier terdiri atas perdagangan besar dan eceran;

transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan

minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real

estate; jasa perumahan; administrasi pemerintahan; jasa pendidikan;

jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.

Selama periode 2013-2017, struktur ekonomi masyarakat Kota

Tangerang Selatan telah bergeser dari kelompok lapangan usaha

sekunder menjadi kelompok usaha tersier. Hal ini dapat dilihat dari

besarnya kenaikan ataupun penurunan peranan tiap kelompok

lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB di Kota Tangerang

Selatan. Pada tahun 2017, kelompok lapangan usaha tersier telah

memberikan sumbangan sebesar 74,12% yang mengalami kenaikan

dibandingkan pada tahun 2013 yang hanya sebesar 73,4%. Kemudian

kelompok lapangan usaha primer maupun sekunder memberikan

Page 73: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

52

sumbangan masing-masing sebesar 0,25% untuk primer, dan 25,65%

untuk sekunder. Kelompok lapangan usaha primer maupun sekunder

ini mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013 yang

masing-masing sebesar 0,29% untuk primer, dan 26,32% untuk

sekunder.

Adapun lapangan usaha lainnya yang mencatat pertumbuhan yang

positif, berturut-turut adalah Konstruksi sebesar 9,12 persen, Real

Estate sebesar 8,47 persen, Informasi dan Komunikasi sebesar 8,41

persen, Jasa Pendidikan sebesar 8,34, Jasa Keuangan dan Asuransi

sebesar 8,05 persen, Jasa Lainnya sebesar 7,92 persen, Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum sebesar 7,84 persen, Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 7,64

persen, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

sebesar 7,42 persen, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,26

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

sebesar 5,86 persen, Industri Pengolahan 2,32 persen dan Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan sebesar 2,15 persen. Sedangkan lapangan

usaha Pertambangan dan Penggalian tidak ada di Kota Tangerang

Selatan. Distribusi persentase PDRB tersebut dapat disederhanakan

pada diagram 4.2 sebagai berikut:

Diagram 4.2

Distribusi Persentase PDRB Kota Tangerang Selatan menurut Lapangan

Usaha Tahun 2013-2017

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

17,32

16,80

15,8111,03

9,64

29,41

Real Estate

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda MotorKonstruksi

Informasi dan Komunikasi

Industri Pengolahan

Page 74: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

53

Apabila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang

tinggal di daerah tersebut, maka akan diperoleh sebuah indikator yang

disebut dengan PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar harga

berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk di suatu

wilayah. Hal ini kemudian dijelaskan pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

PDRB per Kapita Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 – 2017

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkan tabel 4.5, pada tahun 2017 secara agregat PDRB per

kapita Kota Tangerang Selatan mencapai 41,53 Juta Rupiah atau

senilai US$ 3.104,40, naik 7,28% bila dibandingkan dengan tahun

2016 yang sebesar 38,50 Juta Rupiah atau senilai US$ 2.893,71.

Peningkatan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun

2016, tetapi lebih rendah dibanding peningkatan pada tahun 2014

yang sebesar 9,16% dan 2015 8,65%. PDRB per kapita merupakan

proksi dari pendapatan per kapita, atau dengan kata lain PDRB per

kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita. kemampuan atau

daya masyarakat untuk mengonsumsi produk barang atau jasa sangat

dipengaruhi oleh pendapatan per kapita.

c. Industri

Pengertian industri berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun

2014 tentang perindustrian yakni seluru bentuk kegiatan ekonomi

yang mengolah bahan baku ataupun dengan kata lain memanfaatkan

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

PDRB per Kapita

(juta rupiah) 30,72 33,54 36,44 38,50 41,53

PDRB per Kapita

(US $) 2.937,91 2.825,63 2.720,89 2.893,71 3.104,40

Indeks

Perkembangan

PDRB per Kapita

130,69 142,67 155,02 163,79 176,67

Pertumbuhan

PDRB per Kapita

(persen)

9,65 9,16 8,65 5,66 7,87

Page 75: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

54

sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang memiliki

nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa

industri. Selanjutnya, terdapat beberapa kategori industri menurut

skalanya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri dapat

dikelompokkan dalam empat golongan berdasarkan banyaknya tenaga

kerja, di antaranya sebagai berikut:

1) industri besar (100 atau lebih tenaga kerja);

2) industri sedang (20-99 tenaga kerja);

3) industri kecil (5-19 tenaga kerja);

4) industri rumah tangga (1-4 tenaga kerja).

Pada profil industri yang ada di Kota Tangerang Selatan ternyata

jumlah terbanyak ada pada industri kecil dan rumah tangga, namun

tak dapat dipungkiri bahwa industri sedang dan besar juga mempunyai

kontribusi cukup besar bagi perekonomian Kota Tangerang Selatan.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang

kemudian di publikasi oleh BPS Kota Tangerang Selatan, industri

sedang dan besar tersebut terdiri dari beberapa klasifikasi industri

yakni pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Klasifikasi Industri Besar dan Sedang

Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

No Klasifikasi Industri Perusahaan Tenaga

Kerja Nilai Produksi

1 Industri Pengolahan

Pangan 21 776 49.847.237.300

2 Industri Tekstil 8 744 15.566.526.000

3 Industri Barang Kulit 2 300 14.578.000.000

4 Industri Pengolahan

Kayu 10 544 12.941.314.000

5 Industri Pengolahan

Kertas 5 640 12.424.768.000

6 Industri Kimia Farmasi 31 997 62.485.033.468

7 Industri Pengolahan

Karet 4 68 4.162.000.000

8 Industri Galian Bukan

Logam 0 0 0

9 Industri 8 226 21.593.600.000

Page 76: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

55

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Pada tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan industri di

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 yang paling banyak

jumlahnya yaitu industri peralatan, dimana industri peralatan masuk

dalam sub industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan

mesin dan peralatan dengan jumlah sebanyak 45 perusahaan, tenaga

kerja sebanyak 1232 orang, dan nilai produksi sebesar 38,3 Miliar

Rupiah. Kemudian disusul oleh industri kimia farmasi, industri

pengolahan pangan, dan lainnya. Namun untuk nilai produksi

pertahunnya, industri peralatan berada dibawah indsutri kimia farmasi

dan industri pengolahan pangan, yang mana industri kimia farmasi

menempati posisi tertinggi dengan nilai produksi sebesar 62,5 Miliar

rupiah selanjutnya Industri pengolahan pangan sebesar 49,8 Miliar

rupiah. Total keseluruhan jumlah perusahaan industri sedang dan

besar di Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2017 sebanyak 134

perusahaan, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5527 orang, dan

total nilai produksi sebesar Rp. 231.901.061.968.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa berdasarkan data

dari BPS dan dinas perindustrian, Kota Tangerang Selatan di dominasi

oleh industri kecil dan rumah tangga sebagaimana nantinya dijelaskan

pada tabel 4.7 dan gambar 4.4 berikut:

Tabel 4.7

Klasifikasi Industri Kecil dan Rumah Tangga

Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

No Jenis Industri Jumlah

Usaha

1 Industri kayu anyaman dari bambu/rotan 95

2 Industri gerabah 12

3 Industri pakaian jadi/konveksi/penjahit 363

4 Industri makanan dan minuman 935

Baja/Pengolahan

Logam

10 Industri Peralatan 45 1232 38.302.583.200

11 Industri Pertambangan 0 0 0

12 Industri Pariwisata 0 0 0

Jumlah 134 5527 231.901.061.968

Page 77: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

56

5 Industri kulit dan alas kaki 22

6 Industri kertas 17

7 Industri penerbitan/percetakan reproduksi media 43

8 Industri kimia 51

9 Industri karet/plastik 43

10 Industri barang galian bukan logam 26

11 Industri barang galian dari logam 32

12 Mesind an perlengkapan 35

13 Mesin dan alat kantor/rumah tangga 20

14 Kosmetik/obat-obatan/sabun 59

Jumlah 1753

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat disimpulkan bahwa Kota

Tangerang Selatan juga memiliki jenis-jenis industri kecil dan rumah

tangga yang jumlahnya pada tahun 2017 sebanyak 1753 unit usaha

dimana Jumlah usaha yang paling dominan adalah pada industri

makanan dan minuman yakni sebanyak 935 unit usaha, kemudian

disusul dengan industri pakaian jadi/konveksi/penjahit yakni sebanyak

363 unit usaha. Meskipun Perekonomian Kota Tangerang Selatan saat

ini bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa, tidak menutup

kemungkinan bahwa industri pengolahan kedepannya menjadi

penyumbang terbesar bagi PDRB Kota Tangerang Selatan, dengan

terus meningkatkan daya saing dan pengembangan produk-produk

industri itu sendiri. Kemudian Dinas Perindustrian Kota Tangerang

Selatan mengklasifikasikan lagi industri kecil dan industri rumah

tangga berdasarkan kecamatan di Kota Tangerang Selatan

sebagaimana pada diagram 4.3 berikut:

Page 78: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

57

602

435

239278

59 29 111

0

100

200

300

400

500

600

700

Pondok

Aren

Serpong

Utara

Serpong Ciputat

Timur

Ciputat Pamulang Setu

Diagram 4.3

Jumlah Industri Kecil dan Rumah Tangga

Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Sumber: Dinas Perindustrian Kota Tangerang Selatan, 2018

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa penyumbang

industri kecil dan rumah tangga terbanyak ada pada Kecamatan

Pondok Aren, dimana jumlah industrinya sebanyak 602 unit usaha

kemudian di urutan kedua ada Kecamatan Serpong Utara yang

memiliki industri kecil dan rumah tangga sebanyak 435 unit usaha.

Dengan adanya data per kecamatan ini, diharapkan pemerintah akan

membentuk sentra industri di titik-titik lokasi yang berpotensi di Kota

Tangerang Selatan. Pada dasarnya sentra industri dibuat agar

terciptanya kinerja sektor industri yang lebih tertata, sehingga sektor

industri ini dapat bertahan dan akan terus berkembang di wilayahnya.

Kemudian jika kita lihat, jumlah industri kecil dan rumah tangga di

Kecamatan Pamulang adalah yang paling sedkit yakni sebanyak 29

unit usaha, hal ini dikarenakan pemerintah kota Tangerang Selatan

memfokuskan Kecamatan Pamulang untuk menjadi wilayah

perdagangan dan jasa. Maka kurang tepat apabila di wilayah

Kecamatan Pamulang dibangun sentra industri.

Page 79: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

58

B. Sektor Basis Kota Tangerang Selatan

1. Penghitungan LQ per Sektor

Analisis Location Quotient (LQ) berfungsi untuk mengetahui dan

menentukan sektor basis dan non basis di Kota Tangerang Selatan.

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kontribusi sektor

perekonomian yang ada di Kota Tangerang Selatan terhadap total output

keseluruhan dengan kontribusi sektor perekonomian yang ada di Provinsi

Banten.

Jika nilai LQ > 1, maka sektor perekonomian tersebut merupakan

sektor basis/unggulan di Kota Tangerang Selatan. Dapat diartikan sektor

tersebut lebih unggul dan dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya,

bahkan dapat pula memenuhi kebutuhan di wilayah lainnya. Bagitupun

dengan pengertian LQ < 1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor

basis dan dapat diartikan juga bahwa sektor tersebut memiliki peranan

yang kecil bagi kabupaten/kota dibanding dengan sektor yang sama di

tingkat provinsi. Jika LQ = 1, artinya sektor tersebut hanya dapat

memenuhi kebutuhan di kabupaten/kota itu sendiri.

Adapun hasil penghitungan analisis Location Quotient (LQ) pada

Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan LQ Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017

Lapangan Usaha

Nilai Location Quotient (LQ)

2013 2014 2015 2016 2017 Rata-

rata

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04

Pertambangan dan

Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Industri Pengolahan 0,30 0,30 0,30 0,28 0,27 0,29

Pengadaan Listrik dan Gas 0,09 0,08 0,08 0,10 0,10 0,09

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

0,54 0,53 0,52 0,51 0,50 0,52

Konstruksi 1,54 1,45 1,41 1,41 1,40 1,44

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan 1,35 1,29 1,29 1,29 1,26 1,30

Page 80: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

59

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan (diolah), 2018

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat diuraikan bahwa Kota

Tangerang Selatan pada periode 2013-2017 memiliki sembilan sektor

basis/unggulan dan delapan sektor non basis. Sektor unggulan tersebut di

antaranya adalah:

1. konstruksi dengan nilai LQ 1,44;

2. perdagangan besar dan eceran dengan nilai LQ 1,30;

3. penyediaan akomodasi dan makan minum dengan nilai LQ 1,28;

4. informasi dan komunikasi dengan nilai LQ 2,91;

5. real estate dengan nilai LQ 2,22;

6. jasa perusahaan dengan nilai LQ 3,23;

7. jasa pendidikan dengan nilai LQ 2,46;

8. jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan nilai LQ 3,49;

9. jasa lainnya dengan nilai LQ 1,91.

Sedangkan delapan sektor yang menjadi sektor non basis di Kota

Tangerang Selatan di antaranya adalah:

1. pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan nilai LQ 0,04;

2. pertambangan dan penggalian dengan nilai LQ 0,00;

3. industri pengolahan dengan nilai LQ 0,29;

4. pengadaan listrik dan gas dengan nilai LQ 0,09;

Sepeda Motor

Transportasi dan

Pergudangan 0,44 0,46 0,46 0,46 0,46 0,45

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1,34 1,29 1,28 1,26 1,23 1,28

Informasi dan Komunikasi 3,06 2,93 2,89 2,85 2,80 2,91

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,43 0,43 0,43 0,40 0,41 0,42

Real Estate 2,28 2,22 2,21 2,21 2,18 2,22

Jasa Perusahaan 3,29 2,95 3,29 3,31 3,30 3,23

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

0,58 0,57 0,58 0,57 0,58 0,58

Jasa Pendidikan 2,54 2,44 2,44 2,44 2,42 2,46

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 3,71 3,50 3,47 3,42 3,34 3,49

Jasa lainnya 2,04 1,93 1,88 1,87 1,83 1,91

Page 81: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

60

5. pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan

nilai LQ 0,52;

6. transportasi dan pergudangan dengan nilai LQ 0,45;

7. jasa keuangan dan asuransi dengan nilai LQ 0,42;

8. administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

dengan nilai LQ 0,58.

Berpacu pada hasil perhitungan LQ di atas, yang memiliki nilai LQ

tertinggi ada pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan nilai

LQ sebesar 3,49. Namun dalam penelitian kali ini, peneliti tidak berfokus

pada sektor tersebut untuk ditentukan strategi pengembangannya. Peneliti

akan memfokuskan analisis pengembangan pada subsektor industri

pengolahan dalam rangka pembangunan daerah sesuai dengan visi RPJMD

Kota Tangerang Selatan. Untuk itu, karena hasil LQ menunjukkan industri

pengolahan bukan merupakan sektor unggulan/basis, maka akan

dikembangkan lagi analisisnya agar ke depannya sektor industri

pengolahan menjadi sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan pada

masa yang akan datang. Hal ini diupayakan agar sektor tersebut dapat

bersaing dengan wilayah lain yang ada di Provinsi Banten mengingat

sektor industri pengolahan sangat berperan penting bagi PDRB Provinsi

Banten. Untuk itu analisis ini kemudian dikembangkan kembali dengan

analisis Dynamic Location Quotient (DLQ).

C. Perkembangan Subsektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Selatan

1. Penghitungan DLQ per Sektor

Metode LQ mempunyai kelemahan pada hasil analisisnya, yakni hasil

analisis LQ hanya bersifat statis sehingga tidak menampilkan

kemungkinan perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi di masa

yang akan datang. Karena belum dapat dipastikan, bahwa sektor unggulan

saat ini nantinya akan menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang,

begitu pula sebaliknya.

Guna mengatasi hasil analisis LQ, maka digunakan analisis Dynamic

Location Quotient (DLQ). Metode penghitungan ini menggunakan laju

Page 82: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

61

pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral maupun

PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan per tahun masing-masing

selama kurun waktu tahun awal dan akhir penelitian. Hasil analisis DLQ

kemudian tertuang pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan DLQ Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017

Lapangan Usaha DLQ

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,35

Pertambangan dan Penggalian 2,12

Industri Pengolahan 3,81

Pengadaan Listrik dan Gas 34,58

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3,96

Konstruksi 3,88

Perdagangan Besar dan Eceran 4,10

Transportasi dan Pergudangan 5,83

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,01

Informasi dan Komunikasi 3,95

Jasa Keuangan dan Asuransi 3,96

Real Estate 4,54

Jasa Perusahaan 4,77

Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 5,03

Jasa Pendidikan 4,22

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,47

Jasa Lainnya 3,52

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan (diolah), 2018

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat diuraikan bahwa dari tujuh belas

sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan, seluruh sektor ternyata

dapat menjadi sektor basis/unggulan di masa yang akan datang. Seluruh

nilai DLQ > 1, yang artinya sektor industri pengolahan nantinya dapat

diarapkan menjadi sektor basis/unggulan bagi Kota Tangerang Selatan.

Inilah yang menjadi salah satu alasan penulis untuk memfokuskan

penelitian pada subsektor industri pengolahan.

Page 83: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

62

2. Analisis Gabungan LQ dan DLQ

Analisis gabungan LQ dan DLQ digunakan untuk mengetahui perubahan

posisi dari setiap sektor perekonomian yang ada di Kota Tangerang

Selatan. Maka hasil analisisnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Analisis Gabungan LQ dan DLQ Kota Tangerang Selatan

Lapangan Usaha LQ DLQ Keterangan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,04 1,35 Non Basis menjadi

Basis

Pertambangan dan Penggalian 0,00 2,12 Non Basis menjadi

Basis

Industri Pengolahan 0,29 3,81 Non Basis menjadi

Basis

Pengadaan Listrik dan Gas 0,09 34,58 Non Basis menjadi

Basis

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,52 3,96

Non Basis menjadi

Basis

Konstruksi 1,44 3,88 Tetap Basis

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,30 4,10 Tetap Basis

Transportasi dan Pergudangan 0,45 5,83 Non Basis menjadi

Basis

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 1,28 4,01 Tetap Basis

Informasi dan Komunikasi 2,91 3,95 Tetap Basis

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,42 3,96 Non Basis menjadi

Basis

Real Estate 2,22 4,54 Tetap Basis

Jasa Perusahaan 3,23 4,77 Tetap Basis

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 0,58 5,03

Non Basis menjadi

Basis

Jasa Pendidikan 2,46 4,22 Tetap Basis

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,49 3,47 Tetap Basis

Jasa lainnya 1,91 3,52 Tetap Basis

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan (diolah), 2018

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui terdapat delapan sektor

yang awalnya merupakan sektor non basis berubah menjadi sektor basis

pada masa yang akan datang. Kedelapan sektor tersebut adalah:

1. sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan;

2. sektor pertambangan dan penggalian;

3. sektor industri pengolahan;

Page 84: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

63

4. sektor pengadaan listrik dan gas;

5. sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;

6. sektor transportasi dan pergudangan;

7. sektor jasa keuangan dan asuransi;

8. sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

wajib.

Kedelapan sektor tersebut memiliki nilai LQ ≤ 1 dan DLQ ≥ 1. Lalu

sembilan sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan tetap menjadi

sektor basis pada masa yang akan datang karena memiliki nilai LQ > 1 dan

DLQ ≥ 1.

Berdasarkan hasil analisis gabungan LQ dan DLQ Sektor Industri

Pengolahan akan menjadi sektor basis pada masa yang akan datang. Hal

inilah yang menjadi alasan peneliti untuk fokus kepada Sektor Industri

Pengolahan. Apabila sektor tersebut bisa menjadi sektor basis di masa

yang akan datang, maka tinggal bagaimana strategi pengembangannya

untuk membuat sektor tersebut menjadi sektor basis yang akan menjadi

salah satu tumpuan perekonomian Kota Tangerang Selatan. Meskipun

sektor ekonomi utama yang menunjang perekonomian Kota Tangerang

Selatan saat ini adalah sektor perdagangan dan jasa, tidak dapat dipungkiri

bahwa sektor industri pengolahan juga berperan penting dalam aspek

pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan, hal ini sesuai dengan

Rencana Tata Wilayah dan Ruang (RTRW) Kota Tangerang Selatan

Tahun 2011-2031 pada Pasal 14 Nomor 3 bahwa Kota Tangerang Selatan

diharapkan dapat:

1. mengembangkan dan menata pergudangan industri kecil yang masih

menyebar;

2. mengembangan industri kecil berbasis sentra;

3. mengembangkan jenis industri yang memiliki pengaruh besar pada

sektor lainnya;

4. dan meningkatkan kualitas produk, juga daya saing dengan modal

sejenis berdasarkan kemampuan, serta teknologi yang dikuasai

pengrajin/pengusaha.

Page 85: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

64

Jika poin di atas dilakukan secara optimal, dan tercapai pada tahun yang

akan datang, maka sektor industri pengolahan Kota Tangerang Selatan bisa

menjadi tombak utama perekonomian Kota Tangerang Selatan.

D. Sektor Prioritas Subsektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Selatan

1. Penghitungan Shift Share

Salah satu alat analisis lainnya yang juga dapat digunakan untuk

mengetahui struktur perekonomian adalah analisis shift share. Pada

dasarnya sektor industri pengolahan mempunyai tujuh belas subsektor,

untuk itu penulis akan menyeleksi kembali subsektor industri pengolahan

mana saja yang akan diambil pada penelitiannya. Hasil analisis shift share

subsektor industri pengolahan Kota Tangerang Selatan dijelaskan pada

tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Analisis Shift Share Industri Pengolahan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017

Lapangan Usaha National

Share (N)

Proportional

Shift (Sp)

Differential

Shift

(Sd)

Growth

Industri

Pengolahan 1073,998 -507,916 -51,422 514,660

Industri Batubara

dan Pengilangan

Gas

0,000 0,000 0,000 0,000

Industri Makanan

dan Minuman 5,064 0,426 1,750 7,240

Industri

Pengolahan

Tembakau

0,000 0,000 0,000 0,000

Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi 649,814 -351,240 -12,194 286,380

Industri Kulit,

Barang dari Kulit

dan Alas Kaki

120,085 -68,181 -71,603 -19,700

Industri Kayu,

Barang dari Kayu

dan Gabus dan

Barang Anyaman

dari Bambu, Rotan

dan Sejenisnya

1,217 -1,355 0,528 0,390

Industri Kertas dan 196,006 110,815 -55,501 251,320

Page 86: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

65

Barang dari Kertas;

Percetakan dan

Reproduksi Media

Rekaman

Industri Kimia,

Farmasi dan Obat

Tradisonal

1,027 -0,101 0,085 1,010

Industri Karet,

Barang dari Karet

dan Plastik

27,686 -52,835 10,869 -14,280

Industri Barang

Galian Bukan

Logam

44,282 -51,267 6,175 -0,810

Industri Logam

Dasar 0,000 0,000 0,000 0,000

Industri Barang

dari Logam,

Komputer, Barang

Elektronik, Optik;

dan Peralatan

Listrik

11,528 -9,591 4,893 6,830

Industri Mesin dan

Perlengkapan 0,369 -0,398 0,179 0,150

Industri Alat

Angkutan 3,380 -1,389 -16,181 -14,190

Industri Furniture 11,995 -1,956 -0,809 9,230

Industri

Pengolahan

Lainnya Jasa

Reparasi dan

Pemasangan Mesin

dan Peralatan

1,546 -0,965 0,509 1,090

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan (diolah), 2018

Berdasarkan tabel 4.12, sektor industri pengolahan Kota Tangerang

Selatan selama lima tahun mengalami pertumbuhan sebesar Rp. 514,66

Miliar yang di susun dari komponen share dan komponen shift. Komponen

share merupakan kondisi pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten selama

tahun 2013 - 2017 yang berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor

industri pengolahan Kota Tangerang Selatan, dengan asumsi pertumbuhan

ekonomi Kota Tangerang Selatan sama dengan pertumbuhan ekonomi

Provinsi Banten. Dengan kata lain, apabila pertumbuhan ekonomi Kota

Tangerang Selatan sama dengan Provinsi Banten, maka sektor industri

Page 87: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

66

pengolahan Kota Tangerang Selatan akan meningkat sebesar Rp. 1.073,99

Miliar. Faktanya, selain pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan

lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Banten, pertumbuhan ekonomi

Kota Tangerang Selatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, sehingga

terjadi simpangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang disebabkan faktor

share.

Nilai proportional shift sektor industri pengolahan Kota Tangerang

Selatan menunjukkan angka negatif sebesar Rp. -507,92 Miliar. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan Provinsi Banten,

pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

Provinsi Banten itu sendiri sehingga berdampak pada sektor industri

pengolahan Kota Tangerang Selatan. Demikian pula dengan nilai

differential shift pada sektor industri pengolahan yang juga menunjukkan

angka negatif yaitu sebesar Rp. -51,42 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa

sektor industri pengolahan Kota Tangerang Selatan tumbuh lebih lambat

dibandingkan pertumbuhan sektor industri pengolahan di Wilayah Provinsi

Banten. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kedua komponen

shift mempunyai nilai negatif, yang artinya sektor tersebut dalam

perekonomian masih memungkinkan untuk diperbaiki dengan

membandingkan terhadap struktur perekonomian propinsi. (Harry W.

Richardson, 1978: 202)

Namun demikian, apabila dilihat lebih rinci menurut subsektornya,

terdapat dua subsektor industri pengolahan yang mempunyai nilai

proportional shift (Sp) positif dan juga delapan subsektor industri

pengolahan yang juga mempunyai nilai differential shift (Sd) positif.

Subsektor industri pengolahan yang mempunyai nilai Sp positif yaitu:

1. subsektor industri makanan dan minuman;

2. dan subsektor industri kertas dan barang dari kertas; percetakan dan

reproduksi media rekaman.

Sedangkan subsektor industri pengolahan yang mempunyai nilai Sd positif

adalah:

1. subsektor industri makanan dan minuman;

Page 88: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

67

2. subsektor industri kayu barang dari kayu dan gabus dan barang

anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya;

3. subsektor industri kimia, farmasi dan obat tradisonal;

4. subsektor industri karet, barang dari karet dan plastik;

5. subsektor industri barang galian bukan logam;

6. subsektor industri barang dari logam, komputer, barang elektronik,

optik, dan peralatan listrik;

7. subsektor Industri Mesin dan Perlengkapan;

8. dan subsektor industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan

pemasangan mesin dan peralatan.

Berdasarkan analisis shiftshare di sektor industri pengolahan, maka

dapat disimpulkan bahwa subsektor industri unggulan yang ada di Kota

Tangerang Selatan meliputi delapan subsektor unggulan. Subsektor ini

menjadi unggulan dikarenakan mempunyai nilai Sd positif yang

mengindikasikan subsektor tersebut dapat tumbuh lebih cepat daripada

sektor yang sama di level Provinsi Banten. differential shift (Sd)

merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi

spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan inilah yang

merupakan keunggulan kompetitif daerah yang dapat mendorong

pertumbuhan ekspor daerah. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki Sd

positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah tersebut atau

mempunyai keunggulan lokasi. Keunggulan komparatif dan kompetitif

inilah yang perlu terus dikembangkan. Kedelapan subsektor inilah yang

selanjutnya akan dikembangkan dengan menggunakan kriteria yang ada

pada metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

E. Strategi Pengembangan Subsektor Industri Pengolahan Kota Tangerang

Selatan

1. Penghitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan metode analisis yang dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan dengan beberapa kriteria ataupun tujuan. Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan penulis dalam penelitian

Page 89: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

68

ini untuk menentukan strategi pengembangan dari subsektor prioritas

industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan. Metode AHP ini

menggunakan alat analisis Expert Choice V.1, dan didapatkan hasil

sebagai berikut:

a. Penentuan Bobot Tujuan Kriteria Subsektor Prioritas dari Sektor

Industri Pengolahan

Tingkat pertama yaitu menentukan tingkat kepentingan antar

masing-masing tujuan kriteria. Adapun tujuan kriterianya yaitu;

pertumbuhan subsektor, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan

daya saing yang dijelaskan pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Perhitungan Bobot Tujuan AHP

No Kriteria Priority Vector Bobot (%)

1 Pertumbuhan

Subsektor 0,556* 55,6*

2 Penyerapan

Tenaga Kerja 0,173 17,3

3 Peningkatan

Daya Saing 0,271 27,1

Keterangan : *= Bobot Terbesar

Consistency Ratio (CR) = 0,00034

Sumber: Output AHP, 2018

Hasil perhitungan didapatkan nilai Consistency Ratio (CR) =

0,00034 yang mana kurang dari 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa

matriks perbandingan berpasangan antar kriteria sudah konsisten.

Kemudian, untuk menentukan subsektor yang akan diprioritaskan

dari sektor industri pengolahan, tujuan kriteria yang paling penting

untuk digunakan adalah pertumbuhan subsektor dengan nilai bobot

sebesar 55,6%, lalu peningkatan daya saing dengan nilai bobot

27,1% dan tujuan kriteria penyerapan tenaga kerja dengan nilai

bobot 17,3%.

Page 90: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

69

b. Penentuan Penetapan Subsektor Prioritas dengan Kriteria

1. Kriteria Subsektor

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Kriteria Pertumbuhan Subsektor

No Kriteria Priority Vector Bobot (%)

1 Bahan Baku 0,121 12,1

2 IPTEK 0,601* 60,1*

3 Mutu Tenaga

Kerja 0,278 27,8

Keterangan : *= Bobot Terbesar

Consistency Ratio (CR) = 0,00463

Sumber: Output AHP, 2018

Hasil perhitungan didapatkan nilai Consistency Ratio (CR) =

0,00463 yang mana kurang dari 0,10, hal ini menunjukkan bahwa

matriks perbandingan berpasangan antar subkriteria pertumbuhan

subsektor sudah konsisten. Kemudian, sub-kriteria yang memiliki

priority vector paling besar adalah sub kriteria IPTEK dengan

priority vector sebesar 0,601 atau jika dibobotkan sebesar 60,1%,

lalu mutu tenaga kerja dengan priority vector sebesar 0,278 atau

jika dibobotkan sebesar 27,8%, dan terakhir adalah bahan baku

dengan priority vector sebesar 0,121 atau jika dibobotkan sebesar

12,1%.

2. Kriteria Penyerapan Tenaga Kerja

Tabel 4.14

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Kriteria Penyerapan Tenaga Kerja

No Kriteria Priority Vector Bobot (%)

1 Nilai Produksi 0,256 25,6

2 Upah 0,197 19,7

3 Nilai Investasi 0,547* 54,7*

Keterangan : *= Bobot Terbesar

Consistency Ratio (CR) = 0,00085

Sumber: Output AHP, 2018

Hasil perhitungan didapatkan nilai Consistency Ratio (CR) =

0,00085 yang mana kurang dari 0,10, hal ini menunjukkan bahwa

matriks perbandingan berpasangan antar subkriteria penyerapan

Page 91: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

70

tenaga kerja sudah konsisten. Kemudian, sub-kriteria yang

memiliki priority vector paling besar adalah sub kriteria nilai

investasi dengan priority vector sebesar 0,547 atau jika dibobotkan

sebesar 54,7%, lalu nilai produksi dengan priority vector sebesar

0,256 atau jika dibobotkan sebesar 25,6%, dan terakhir adalah upah

dengan priority vector sebesar 0,197 atau jika dibobotkan sebesar

19,7%.

3. Kriteria Peningkatan Daya Saing

Tabel 4.15

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Kriteria Peningkatan Daya Saing

No Kriteria Priority Vector Bobot (%)

1 Infrastruktur 0,238 23,8

2 Birokrasi 0,173 17,3

3 SDM 0,589* 58,9*

Keterangan : *= Bobot Terbesar

Consistency Ratio (CR) = 0,00136

Sumber: Output AHP, 2018

Hasil perhitungan didapatkan nilai Consistency Ratio (CR) =

0,00136 yang mana kurang dari 0,10, hal ini menunjukkan bahwa

matriks perbandingan berpasangan antar subkriteria peningkatan

daya saing sudah konsisten. Kemudian, sub-kriteria yang memiliki

priority vector paling besar adalah sub kriteria SDM sebesar 0,589

atau jika dibobotkan sebesar 58,9%, kemudian infrastruktur dengan

priority vector sebesar 0,238 atau jika dibobotkan sebesar 23,8%,

dan birokrasi dengan priority vector sebesar 0,173 atau jika

dibobotkan sebesar 17,3%.

c. Penentuan Penetapan Subsektor Prioritas dengan Sub-Kriteria

Setelah ditentukan bobot kriteria dalam Penentuan penetapan

subsektor prioritas dengan kriteria, langkah selanjutnya adalah

menggunakan bobot kriteria (bahan baku, IPTEK, mutu tenaga kerja,

nilai produksi, upah, nilai investasi, infrastruktur, birokrasi, dan

sumber daya manusia) untuk menentukan alternatif subsektor

prioritas industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan. Bobot

Page 92: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

71

kriteria tersebut akan digunakan utuk memilih subsektor prioritas

industri pengolahan antara lain:

1. industri makanan dan minuman;

2. industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman

dari bambu, Rotan dan sejenisnya;

3. industri kimia, farmasi dan obat tradisonal;

4. industri karet, barang dari karet dan plastik;

5. industri barang galian bukan logam;

6. industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik,

dan peralatan listrik;

7. industri mesin dan perlengkapan;

8. industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan

mesin dan peralatan.

Hasil olah datanya akan dijelaskan pada tabel-tabel sebagai berikut:

1. Sub Kriteria Bahan Baku

Tabel 4.16

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Bahan Baku

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,070 7,0 8

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,081 8,1 6

3 Industri Barang dari Logam 0,106 10,6 5

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,238 23,8 1

5 Industri Kayu 0,078 7,8 7

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,125 12,5 3

7 Industri Mesin 0,112 11,2 4

8 Industri Kimia 0,191 19,1 2

Consistency Ratio (CR) = 0,00791

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria bahan baku terhadap alternatif

subsektor untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta,

dan lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,00791.

Page 93: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

72

Hal ini menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan

antar alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif

prioritas tertinggi untuk kriteria bahan baku yaitu subsektor industri

makanan dan minuman dengan nilai Priority Vector sebesar 0,238

atau jika dibobotkan sebesar 23,8%.

2. Sub Kriteria IPTEK

Tabel 4.17

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria IPTEK

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,081 8,1 5

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,044 4,4 8

3 Industri Barang dari Logam 0,046 4,6 7

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,369 36,9 1

5 Industri Kayu 0,133 13,3 3

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,168 16,8 2

7 Industri Mesin 0,046 4,6 6

8 Industri Kimia 0,113 11,3 4

Consistency Ratio (CR) = 0,02

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria IPTEK terhadap alternatif subsektor

untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta, dan

lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,02. Hal ini

menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan antar

alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif prioritas

tertinggi untuk kriteria IPTEK yaitu subsektor industri makanan

dan minuman dengan nilai Priority Vector sebesar 0,369 atau jika

dibobotkan sebesar 36,9%.

Page 94: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

73

3. Sub Kriteria Mutu Tenaga Kerja

Tabel 4.18

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Mutu Tenaga Kerja

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,103 10,3 4

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,065 6,5 6

3 Industri Barang dari Logam 0,064 6,4 7

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,270 27,0 1

5 Industri Kayu 0,165 16,5 3

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,191 19,1 2

7 Industri Mesin 0,046 4,6 8

8 Industri Kimia 0,096 9,6 5

Consistency Ratio (CR) = 0,02

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria mutu tenaga kerja terhadap alternatif

subsektor untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta,

dan lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,02. Hal ini

menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan antar

alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif prioritas

tertinggi untuk kriteria mutu tenaga kerja yaitu subsektor industri

makanan dan minuman dengan nilai Priority Vector sebesar 0,270

atau jika dibobotkan sebesar 27%.

4. Sub Kriteria Nilai Produksi

Tabel 4.19

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Nilai Produksi

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,117 11,7 5

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,060 6,0 6

3 Industri Barang dari Logam 0,059 5,9 7

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,230 23,0 1

Page 95: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

74

5 Industri Kayu 0,190 19,0 2

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,166 16,6 3

7 Industri Mesin 0,058 5,8 8

8 Industri Kimia 0,120 12,0 4

Consistency Ratio (CR) = 0,01

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria nilai produksi terhadap alternatif

subsektor untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta,

dan lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,01. Hal ini

menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan antar

alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif prioritas

tertinggi untuk kriteria nilai produksi yaitu subsektor industri

makanan dan minuman dengan nilai Priority Vector sebesar 0,230

atau jika dibobotkan sebesar 23%.

5. Sub Kriteria Upah

Tabel 4.20

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Upah

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,120 12,0 4

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,063 6,3 7

3 Industri Barang dari Logam 0,065 6,5 6

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,218 21,8 1

5 Industri Kayu 0,197 19,7 2

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,190 19,0 3

7 Industri Mesin 0,058 5,8 8

8 Industri Kimia 0,090 9,0 5

Consistency Ratio (CR) = 0,0081

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria upah terhadap alternatif subsektor

untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta, dan

lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,0081. Hal ini

Page 96: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

75

menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan antar

alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif prioritas

tertinggi untuk kriteria upah yaitu subsektor industri makanan dan

minuman dengan nilai Priority Vector sebesar 0,218 atau jika

dibobotkan sebesar 21,8%.

6. Sub Kriteria Nilai Investasi

Tabel 4.21

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Nilai Investasi

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,076 7,6 8

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,111 11,1 3

3 Industri Barang dari Logam 0,089 8,9 5

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,203 20,3 2

5 Industri Kayu 0,105 10,5 4

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,252 25,2 1

7 Industri Mesin 0,079 7,9 7

8 Industri Kimia 0,085 8,5 6

Consistency Ratio (CR) = 0,00829

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria nilai investasi terhadap alternatif

subsektor untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta,

dan lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,00829.

Hal ini menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan

antar alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif

prioritas tertinggi untuk kriteria nilai investasi yaitu subsektor

industri pengolahan lainnya dengan nilai Priority Vector sebesar

0,252 atau jika dibobotkan sebesar 25,2%.

Page 97: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

76

7. Sub Kriteria Infrastruktur

Tabel 4.22

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Infrastruktur

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,087 8,7 6

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,111 11,1 4

3 Industri Barang dari Logam 0,074 7,4 8

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,213 21,3 1

5 Industri Kayu 0,142 14,2 3

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,205 20,5 2

7 Industri Mesin 0,075 7,5 7

8 Industri Kimia 0,093 9,3 5

Consistency Ratio (CR) = 0,00377

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria infrastruktur terhadap alternatif

subsektor untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta,

dan lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,00377.

Hal ini menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan

antar alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif

prioritas tertinggi untuk kriteria infrastruktur yaitu subsektor

industri makanan dan minuman dengan nilai Priority Vector

sebesar 0,213 atau jika dibobotkan sebesar 21,3%.

8. Sub Kriteria Birokrasi

Tabel 4.23

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria Birokrasi

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,076 7,6 8

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,112 11,2 4

3 Industri Barang dari Logam 0,084 8,4 7

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,197 19,7 2

Page 98: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

77

5 Industri Kayu 0,135 13,5 3

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,199 19,9 1

7 Industri Mesin 0,089 8,9 6

8 Industri Kimia 0,107 10,7 5

Consistency Ratio (CR) = 0,00374

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria birokrasi terhadap alternatif subsektor

untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta, dan

lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,00374. Hal ini

menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan antar

alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif prioritas

tertinggi untuk kriteria birokrasi yaitu subsektor industri

pengolahan lainnya dengan nilai Priority Vector sebesar 0,199 atau

jika dibobotkan sebesar 19,9%.

9. Sub Kriteria Sumber Daya Manusia

Tabel 4.24

Hasil Perhitungan Bobot Kepentingan

Subsektor Industri Pengolahan Kriteria SDM

No Alternatif Subsektor Priority

Vector

Bobot

(%) Ranking

1 Industri Karet 0,094 9,4 4

2 Industri Barang Galian

Bukan Logam 0,065 6,5 6

3 Industri Barang dari Logam 0,053 5,3 8

4 Industri Makanan dan

Minuman 0,264 26,4 1

5 Industri Kayu 0,169 16,9 3

6 Industri Pengolahan Lainnya 0,232 23,2 2

7 Industri Mesin 0,055 5,5 7

8 Industri Kimia 0,069 6,9 5

Consistency Ratio (CR) = 0,01

Sumber: Output AHP, 2018

Dari hasil perhitungan AHP di atas, didapatkan nilai CR

perbandingan antara kriteria SDM terhadap alternatif subsektor

untuk seluruh kelompok pakar yakni pemerintah, swasta, dan

lembaga masyarakat kurang dari 0,1 yakni sebesar 0,01. Hal ini

Page 99: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

78

menunjukkan bahwa matriks perbandingan berpasangan antar

alternatif sudah konsisten. Kemudian didapatkan alternatif prioritas

tertinggi untuk kriteria SDM yaitu subsektor industri makanan dan

minuman dengan nilai Priority Vector sebesar 0,264 atau jika

dibobotkan sebesar 26,4%.

d. Perhitungan Total Rangking atau Prioritas Global

Berdasarkan seluruh pilihan kriteria yang dilakukan dalam

menentukan subsektor prioritas atau unggulan diperoleh faktor

pilihan kriteria total, yaitu:

Page 100: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

79

Diagram 4.4

Hasil Perhitungan AHP

I. Karet

(9,1%)

I. Kayu

(14,6%)

I Barang Galian

Bukan Logam

(7,9%)

I. Makanan dan

Minuman

(24,5%)

I. Barang

dari Logam

(7,1%)

I. Pengolahan

Lainnya

(19,2%)

I. Mesin

(6,9%)

I. Kimia

(10,7%)

Bahan

Baku

(12,1%)

IPTEK

(60,1%)

Mutu TK

(27,8%)

Nilai

Investasi

(54,7%)

Upah

(19,7%)

Nilai

Produksi

(25,6%)

SDM

(58,9%)

Birokrasi

(17,3%)

Infrastruktur

(23,8%)

Pengembangan Subsektor Industri

Pengolahan

Peningkatan Daya Saing

(27,1%)

Penyerapan Tenaga Kerja

(17,3%) Pertumbuhan Subsektor

(55,6%)

Page 101: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

80

Berdasarkan diagram 4.4 di atas, maka diperoleh hasil subsektor

prioritas yang dapat dikembangkan dari subsektor industri

pengolahan Kota Tangerang Selatan. Hasil penghitungan bobot

kriteria, yang mempunyai nilai paling besar dan kemudian dijadikan

prioritas, yakni pada kriteria pertumbuhan subsektornya sebesar 55,6

%. Sedangkan untuk kriteria peningkatan daya saing merupakan

prioritas kedua dengan bobot sebesar 27,1% dan yang menjadi

prioritas terakhir adalah kriteria penyerapan tenaga kerja dengan

bobot sebesar 17,3%.

Dalam rangka mengelola subsektor industri pengolahan di Kota

Tangerang Selatan, kriteria yang dijadikan fokus utama yakni

dengan berkonsentrasi pada pertumbuhan subsektornya. Selanjutnya

dari pertumbuhan subsektor, kriteria IPTEK menjadi prioritas utama.

Dengan menguasai IPTEK pada sebuah industri, hal ini nantinya

akan memciptakan efisiensi dalam proses produksi barang yang

dihasilkan. Hal ini juga sesuai dengan visi Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Tahun

2016-2021 yakni: “Terwujudnya Tangsel Kota Cerdas, Berkualitas,

Berdaya Saing berbasis Teknologi dan Inovasi” ini membawa pesan

bahwa yang ingin dituju adalah sebuah kota yang memiliki berbagai

keunggulan baik komparatif maupun kompetitif. Pada dasarnya,

kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari

dalam suatu kehidupan, kerena kemajuan teknologi akan berjalan

sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan

untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Jika

dilihat dari sektor industri kecil menengah dan rumah tangga yang

ada di kota Tangerang Selatan, berbagai upaya telah dilakukan oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan

kepada para pelaku industri binaan, dengan aktif membuat workshop

berbasis pengetahuan teknologi agar para pelaku usaha dapat

bersaing dan memasarkan produknya bukan hanya secara offline

(gerai toko) namun juga secara online (dengan bantuan internet).

Page 102: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

81

Upaya ini diharapkan nantinya bisa menciptakan lingkungan industri

yang lebih baik, dan adanya kesadaran para pelaku industri untuk

terus berkreasi dan berinovasi pada produknya dengan melihat

peluang yang ada.

Untuk subsektor industri pengolahan yang prioritsnya tertinggi

untuk dikembangkan adalah pada industri makanan dan minuman

dengan bobot nilai AHP sebesar 24,5%. Hal ini sesuai dengan data di

lapangan yang ada, bahwa untuk sektor industri kecil dan industri

rumah tangga yang ada di Kota Tangerang Selatan jumlah usaha

terbanyak ada pada industri makanan dan minuman. Dari data yang

yang sudah dijelaskan sebelumnya, industri makanan dan minuman

juga cukup banyak menyerap lapangan pekerjaan. Diharapkan

nantinya pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat mengembangkan

sektor industri yang berpotensi di wilayahnya serta industri berbasis

sentra.

Page 103: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis,

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pada analisis Location Quotient (LQ) diperoleh hasil yakni,

terdapat sembilan sektor basis dan depalan sektor non basis di Kota

Tangerang Selatan. Dalam penghitungan LQ ini, sektor industri

pengolahan bukan termasuk sektor basis.

2. Berdasarkan analisis gabungan LQ dan DLQ pada Kota Tangerang

Selatan, didapatkan delapan sektor yang awalna merupakan sektor non

basis kemudian berubah menjadi sektor basis untuk masa yang aka datang.

Lalu sembilan sektor lainnya tetap menjadi sektor basis untuk masa yang

akan datang, artinya sektor industri pengolahan berpeluang mnejadi sektor

basis ke depannya.

3. Berdasarkan hasil analisis Shift Share pada subsektor industri pengolahan

di Kota Tangerang Selatan, terdapat delapan subsektor industri pengolahan

unggulan.

4. Berdasarkan hasil perhitungan AHP, dalam strategi pengembangan

subsektor industri pengolahan di Kota Tangerang Selatan, hal yang harus

diperhatikan dan menjadi fokus utama adalah pada pertumbuhan

subsektornya, dan subkriteria IPTEK merupakan hal yang harus

diprioritaskan. Untuk alternatif subsektor industri yang menjadi fokus

adalah pada industri makanan dan minuman yang ada di Kota Tangerang

Selatan itu sendiri.

Page 104: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

83

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis

berharap penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya, karena penulis menyadari

masih ada kekurangan-kekurangan di dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelis

mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan diharapkan dapat memperkuat

kemitraan antara dinas perindustrian aaupun pihak swasta dengan pelaku

industri makanan dan minuman melalui peningkatan pertumbuhan

subsektor berbasis IPTEK.

2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dikaji lebih dalam mengenai strategi

yang harus dilakukan untuk pengembangan subsektor industri pengolahan

secara lebih spesifik.

3. Untuk penelitian selanjutnya harus terdapat batasan-batasan yang jelas

antara kriteria dan sub kriteria.

Page 105: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

84

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Arsyad, Lincolin. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Arsyad, Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Adisasmita, Rahardjo. 2014. Pertumbuhan Wilayah & Wilayah Pertumbuhan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2018. Produk Domestik Regional Bruto

Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha 2018. BPS Provinsi Banten.

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2018. Provinsi Banten Dalam Angka 2018.

BPS Provinsi Banten.

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2018. Statistik Daerah Provinsi Banten

2018. BPS Provinsi Banten.

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatang. 2018. Statistik Daerah Kota

Tangerang Selatan 2018. BPS Kota Tangerang Selatan.

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2018. Kota Tangerang Selatan

Dalam Angka 2018. BPS Kota Tangerang Selatan.

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2018. Produk Domestik Regional

Bruto Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha 2018. BPS Kota

Tangerang Selatan.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang

Selatan. 2016. Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2016-2021 2016.

DPMPTSP Kota Tangerang Selatan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan. 2018. Data

Industri Kecil dan Menengah 2018. DISPERINDAG Kota Tangerang

Selatan. Juga dapat diunduh pada

http://disperindag.tangerangselatankota.go.id

Page 106: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

85

Fakih, Mansour. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.

Yogyakarta: Insistpres bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Khusaini, Moh. 2015. A shift-share analysis on regional competitiveness: a case

of Banyuwangi district, East Java, Indonesia. Procedia - Social and

Behavioral Sciences 211: 738-744.

Ma’ruf dan Wihastuti. 2008. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan

Prospeknya. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, no.1: 44

– 55.

Nurchayati dan Andalan Tri Ratnawati. 2016. Strategi Pengembangan Industri

Kreatif sebagai Penggerak Destinasi Pariwisata di Kabupaten Semarang.

Jurnal Akuntansi. Semarang: universitas 17 Agustus 1945 Semarang.

Pradigda, Eyuda Anggia. 2016. Strategi Perencanaan Pembangunan Industri

Berbasis Produk Unggulan Daerah, Studi Pada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Blitar. Malang: Jurnal Paradigma. Vol. 5. No. 3.

Putra, M F. 2011. Studi Kebijakan Publik dan Pemerintahan dalam Perspektif

Kuantitatif Cetakan Pertama. Malang: Universitas Brawijaya (UB) Press.

Retna, Zulia Nur. 2017. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Di Kabupaten

Banjarnegara Periode 2011-2015. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Rusdarti dan Fafurida. 2016. Strategi Pengembangan Daerah Growth Pole

Melalui Pemanfaatan Potensi Lokal. Medan: Jurnal Ekonomi vol.XIX,

no.3.

Sandriana, Niskha. 2014. Perencanaan Pengembangan Produk Unggulan Daerah

Berbasis Klaster: Studi pada Sentra IKM Kota Malang. Tesis, Magister

Administrasi Publik, Universitas Brawijaya, Malang.

Siagian, Sondang. 2005. Administrasi Pembangunan, Konsep Dimensi dan

Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Page 107: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

86

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern

Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan. Jakarta: LPFE UI.

Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isu Pembangunan. Jakarta: UM-Press.

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Tarigan, Robinson, 2014. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi

Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Trijono, Lambang. 2007. Pembangunan Sebagai Perdamaian. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Utama, Putra Fajar. 2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat

Ketimpangan di Kabupaten/Kota yang Tergabung Dalam Kawasan

Kedungsepur Tahun 2004-2008. Skripsi, Program Sarjana Fakultas

Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 108: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

87

LAMPIRAN

Page 109: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

88

Lampiran 1

PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

Tahun 2013-2017

Kategori Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 105,67 108,89 111,43 111,57 113,97

1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 103,40 106,46 108,83 108,82 111,04

a. Tanaman Pangan 24,36 24,77 23,96 22,55 22,70

b. Tanaman Hortikultura 40,03 39,67 39,99 40,36 41,24

c. Tanaman Perkebunan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

d. Peternakan 37,80 40,75 43,57 44,58 45,77

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 1,21 1,27 1,31 1,32 1,34

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3. Perikanan 2,28 2,44 2,60 2,75 2,92

B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1. Pertambanagn Minyak, Gas dan Panas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Pertambangan Batu Bara dan Lignit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3. Pertambangan Bijih Logam 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

C Industri Pengolahan 4.509,22 4.822,70 5.008,99 4.909,93 5.023,88

1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Industri Makanan dan Minuman 21,26 22,93 24,90 26,37 28,50

3. Industri Pengolahan Tembakau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 2.728,27 2.948,14 3.064,92 2.924,79 3.014,65

5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 504,18 499,82 503,63 502,42 484,48

6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang

Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 5,11 5,22 5,52 5,64 5,50

7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan

Reproduksi Media Rekaman 822,94 944,32 1.002,16 1.033,42 1.074,26

8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisonal 4,31 4,67 4,77 5,13 5,32

9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 116,24 101,84 100,80 99,68 101,96

10. Industri Barang Galian Bukan Logam 185,92 181,58 182,89 190,08 185,11

Page 110: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

89

11. Industri logam Dasar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik,

Optik; dan Peralatan Listrik 48,40 48,87 48,87 54,83 55,23

13. Industri Mesin dan Perlengkapan 1,55 1,59 1,59 1,61 1,70

14. Industri Alat Angkutan 14,19 0,00 0,00 0,00 0,00

15. Industri Furniture 50,36 56,77 56,77 58,27 59,59

16. Industri Pengolahan Lainnya Jasa Reparasi dan Pemasangan

Mesin dan Peralatan 6,49 6,93 6,93 7,70 7,58

D Pengadaan Listrik dan Gas 41,82 44,17 44,66 49,81 54,36

1. Ketenagalistrikan 41,82 44,17 44,66 49,81 54,36

2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang 19,81 21,07 22,05 23,49 25,23

F Konstruksi 5.190,09 5.560,44 5.928,90 6.425,74 7.011,77

G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 7.111,78 7.425,98 7.867,36 8.308,07 8.794,95

1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 1.318,18 1.384,69 1.442,16 1.517,79 1.599,29

2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda

Motor 5.793,60 6.041,30 6.425,20 6.790,28 7.195,66

H Transportasi dan Pergudangan 1.080,82 1.215,25 1.312,55 1.441,74 1.584,23

1. Angkutan Rel 15,83 18,37 20,24 22,49 24,74

2. Angkutan Darat 777,34 885,00 951,89 1.045,27 1.148,94

3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir 287,66 311,88 340,41 373,98 410,55

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.165,83 1.256,15 1.344,21 1.446,50 1.559,94

1. Penyediaan Akomodasi 12,02 13,01 14,17 15,62 17,16

2. Penyediaan Makan Minum 1.153,82 1.243,15 1.330,04 1.430,89 1.542,78

J Informasi dan Komunikasi 5.536,77 6.440,22 7.055,11 7.635,75 8.277,91

K Jasa Keuangan dan Asuransi 455,11 493,49 535,83 577,67 624,17

1. Jasa Perantara Keuangan 10,07 10,37 11,16 12,77 13,44

2. Asuransi dan Dana Pensiun 433,55 470,51 511,24 550,38 594,96

3. Jasa Keuangan Lainnya 11,46 12,58 13,39 14,49 15,74

4. Jasa Penunjang Keuangan 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04

Page 111: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

90

L Real Estate 6.897,77 7.463,03 8.100,96 8.847,06 9.596,19

M,N Jasa Perusahaan 1.200,50 1.200,50 1.466,89 1.607,31 1.757,11

O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib 378,09 416,22 452,51 490,58 528,06

P Jasa Pendidikan 2.794,59 2.954,23 3.211,08 3.469,89 3.759,28

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.663,37 1.708,58 1.810,75 1.946,95 2.088,29

R,S,T,U Jasa Lainnya 1.100,29 1.146,11 1.212,34 1.310,82 1.414,64

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 39.251,54 42.411,47 45.485,61 48.602,86 52.214,00

Sumber :BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Page 112: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

91

Lampiran 2

PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

Tahun 2013-2017

Kategori Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 18.990,92 19.456,95 20.743,47 22.123,09 23.034,86

1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 17.265,09 17.609,50 18.817,26 20.114,67 20.926,63

a. Tanaman Pangan 7.419,65 7.305,94 7.961,06 8.685,77 8.805,90

b. Tanaman Hortikultura 2.822,56 2.781,93 2.865,71 2.933,22 3.048,75

c. Tanaman Perkebunan 2.091,63 2.226,14 2.325,38 2.424,45 2.560,47

d. Peternakan 4.724,37 5.079,52 5.440,48 5.837,31 6.269,55

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 206,88 215,97 224,63 233,92 241,96

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 110,07 110,32 110,81 111,65 112,61

3. Perikanan 1.615,76 1.737,14 1.815,40 1.896,78 1.995,62

B Pertambangan dan Penggalian 2.575,23 2.677,28 2.775,25 2.870,48 2.850,85

1. Pertambanagn Minyak, Gas dan Panas Bumi 784,03 765,48 757,60 747,86 735,74

2. Pertambangan Batu Bara dan Lignit 94,40 94,15 93,65 93,10 91,38

3. Pertambangan Bijih Logam 1.480,84 1.596,13 1.687,53 1.781,18 1.759,55

4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 215,96 221,52 236,48 248,34 264,17

C Industri Pengolahan 128.133,43 130.305,90 134.907,47 139.073,54 144.219,15

1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 666,79 671,61 678,69 674,20 682,65

2. Industri Makanan dan Minuman 11.712,89 12.378,77 13.264,05 13.556,11 14.737,59

3. Industri Pengolahan Tembakau 0,78 0,78 0,73 0,76 0,73

4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 14.365,03 15.490,44 16.081,77 15.569,58 15.937,10

5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 9.787,66 9.962,27 10.537,76 11.023,42 10.795,26

6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang

Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 549,94 522,32 549,54 540,65 535,07

7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan

Reproduksi Media Rekaman 9.497,04 11.224,49 11.782,24 12.300,57 13.037,87

8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisonal 25.535,34 26.990,58 27.306,37 28.697,74 31.017,84

9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 6.000,39 5.251,94 4.662,73 4.655,52 4.702,18

Page 113: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

92

10. Industri Barang Galian Bukan Logam 5.118,22 4.983,53 4.646,20 4.861,13 4.925,94

11. Industri logam Dasar 12.664,56 12.651,33 13.412,21 13.662,87 13.824,29

12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang

Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 24.287,55 22.051,54 23.471,83 24.783,59 25.259,61

13. Industri Mesin dan Perlengkapan 1.587,77 1.585,90 1.465,15 1.500,62 1.557,94

14. Industri Alat Angkutan 4.407,42 4.427,23 4.834,86 5.060,30 5.025,68

15. Industri Furniture 478,98 540,31 552,33 553,97 574,46

16. Industri Pengolahan Lainnya Jasa Reparasi dan

Pemasangan Mesin dan Peralatan 1.473,07 1.572,86 1.661,00 1.632,51 1.604,94

D Pengadaan Listrik dan Gas 4.063,47 4.399,17 4.338,09 4.158,64 4.179,58

1. Ketenagalistrikan 1.273,32 1.363,88 1.361,72 1.464,04 1.620,15

2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 2.790,15 3.035,29 2.976,37 2.694,60 2.559,43

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 307,30 329,28 346,29 369,93 396,92

F Konstruksi 28.383,59 31.636,47 34.153,90 36.307,71 39.224,02

G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 44.559,12 47.249,36 49.575,36 51.486,46 54.651,24

1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 5.547,14 5.806,23 5.917,80 6.164,46 6.432,82

2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan

Sepeda Motor 39.011,98 41.443,13 43.657,57 45.322,00 48.218,42

H Transportasi dan Pergudangan 20.782,54 21.908,32 23.348,64 25.131,76 27.286,37

1. Angkutan Rel 89,83 103,76 113,43 120,75 129,80

2. Angkutan Darat 7.383,86 8.242,80 8.689,87 9.384,56 10.207,84

3. Angkutan Laut 45,62 49,21 51,99 54,76 57,80

4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan 467,02 490,99 492,50 505,74 526,51

5. Angkutan Udara 9.550,89 9.553,89 10.293,09 11.095,74 12.111,98

6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan

Kurir 3.245,32 3.467,66 3.707,76 3.970,21 4.252,43

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.356,97 8.006,95 8.520,04 9.165,73 9.924,70

1. Penyediaan Akomodasi 294,46 315,76 340,41 363,62 387,93

2. Penyediaan Makan Minum 7.062,51 7.691,19 8.179,63 8.802,11 9.536,76

J Informasi dan Komunikasi 15.263,00 18.119,06 19.782,89 21.373,06 23.173,72

K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.927,39 9.351,26 10.136,57 11.572,36 12.013,82

1. Jasa Perantara Keuangan 5.952,69 6.124,63 6.654,56 7.821,04 7.961,91

2. Asuransi dan Dana Pensiun 2.758,90 2.991,76 3.230,64 3.481,32 3.763,00

Page 114: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

93

3. Jasa Keuangan Lainnya 215,30 234,37 250,84 269,44 288,31

4. Jasa Penunjang Keuangan 0,49 0,51 0,53 0,56 0,60

L Real Estate 25.546,75 27.697,29 29.687,73 32.003,54 34.538,74

M,N Jasa Perusahaan 3.076,62 3.346,88 3.607,27 3.875,63 4.182,02

O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 5.519,39 5.970,70 6.361,71 6.813,81 7.125,98

P Jasa Pendidikan 9.277,29 9.979,68 10.647,51 11.354,62 12.197,11

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.780,94 4.020,47 4.228,76 4.542,41 4.903,00

R,S,T,U Jasa Lainnya 4.555,15 4.896,20 5.216,25 5.601,58 6.057,63

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 331.099,11 349.351,23 368.377,20 387.824,35 409.959,69

Sumber :BPS Kota Tangerang Selatan, 2018

Page 115: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

94

Lampiran 3

Data Responden

No Nama Jabatan Masa

Kerja

1 Uti Ambarwati, SP,

M.Si

Kepala Seksi Perencanaan dan

Pengendalian Bidang Ekonomi

(BAPPEDA)

16 Tahun

2 Purnamawati, S.IP Pelaksana Dinas Perindustrian

dan Perdagangan 18 Tahun

3 H. Ferry Payakun, SE,

MH

Kepala Bidang Dinas

Perindustrian dan Perdagangan 28 Tahun

4 Muhammad Ilham

Bisri, ST

Kepala Seksi Data dan

Informasi Industri

(DISPERINDAG)

12 Tahun

5 Saptayudin, SE Pelaksa Dinas Perindustrian

dan Perdagangan 8 Tahun

6 Meimansyah, S.Sos Pelaksana Bidang Penelitian

dan Pengkajian (BAPPEDA) 18 Tahun

7 Moh. Amsori

Kepala Seksi Bidang

Penelitian dan Pengkajian

(BAPPEDA)

32 Tahun

8 Armeni John, SE, MM

Kepala Bidang Perencanaan

Data dan Evaluasi

Pembangunan

27 Tahun

9 Syamsuriza Wakil Ketua Kamar Dagang

Industri 5 Tahun

10 Tasrudin Ketua Komunitas UMKM

Tangsel Berkibar 5 Tahun

Page 116: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

95

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR

INDUSTRI PENGOLAHAN DI KOTA TANGERANG SELATAN

Penelitian

Penelitian kuesioner untuk menjaring persepsi penilaian/persepsi ahli atas faktor internal

dan eksternal dalam lingkungan pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan sebagai

upaya pemilihan penilaian (judgement comparison) untuk merumuskan strategi

pengembangan pada sektor industri pengolahan dalam rangka pertumbuhan ekonomi di

Kota Tangerang Selatan.

Penjelasan

1. Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan persepsi/penilaian ahli yang sifatnya

subjektif, sehingga jawaban responden dibuat berdasarkan persepsi responden atas

penilaian-penilaian yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan yang

berkaitan dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi;

2. tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis penilaian ahli atas

sektor industri pengolahan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan;

3. kegunaan penelitian ini adalah untuk menyusun Skripsi (karya akhir) guna melengkapi

salah satu syarat penyelesaian pendidikan pada Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta;

4. bahwa untuk memperoleh masukan seperti tersebut pada poin 1 di atas, maka yang akan

dijadikan responden (yang dianggap ahli) adalah para pejabat terkait di lingkungan

Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan;

5. mengingat pentingnya masukan dari Bapak/Ibu, maka kami mohon kiranya dapat

membantu sepenuhnya dengan mengisi penilaian dengan sungguh-sungguh, agar hasil

yang dicapai dapat memberikan alternatif kebijakan yang terbaik bagi Pemerintah Daerah

Kota Tangerang Selatan;

6. karena sifatnya penelitian akademik, maka untuk menjamin keakuratan masukan yang

Bapak/Ibu berikan, kami mengharapkan Bapak/Ibu berkenan mengisi data-data kuesioner

ini berupa identitas diri dan lembar pertanyaan di bawah ini:

Page 117: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

96

DATA RESPONDEN

Nama Lengkap (Beserta Gelar) :

Jabatan :

Pangkat Golongan :

Unit Kerja :

Masa Kerja :

No Telp/HP :

Alamat :

Jenis Kelamin : Pria/Wanita*

Pendidikan Terakhir : SMU/Akademi/S1/S2/S3*

*coret yang tidak perlu

Tanda Tangan

Tangerang Selatan,……………

Page 118: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

97

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini sebagai bahan dalam melakukan analisis penelitian dengan

metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan sektor unggulan

industri yang ada di Kota Tangerang Selatan. Tujuan kuesioner yakni menjaring

persepsi penilaian responden (ahli) terhadap tingkat kepentingan kategori yang

disajikan guna mendapatkan pilihan alternatif yang tepat terhadap sektor unggulan

dari subsektor industri pengolahan dalam rangka pembangunan dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Setiap responden dapat

memilih satu jawaban yang berada di sisi kanan atau kiri menurut bobot

kepentingannya, dengan skala sebagai berikut :

Skala Keterangan

1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding

tujuan lainnya

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)

dibanding tujuan lainnya

7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang

lainnya

9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan lainnya

Jika ragu-ragu menentukan antara dua pilihan ambillah nilai di antara keduanya.

Misalnya jika ragu-ragu apakah skornya 3 atau 5, berikan skor 4, seperti di bawah ini

2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian di atas

(CONTOH PENGISIAN KUESIONER)

Kolom

Kiri

Diisi jika kolom kiri

lebih penting

Jika

sam

a

Pen

ting

Diisi jika kolom kanan

lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri

A v

Industri

B BENAR

Industri

A V V

Industri

C SALAH

Industri

A

Industri

D

Page 119: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

98

Penentuan Bobot Tujuan Penetapan Strategi Pengembangan

Tujuan penentuan usaha strategi pengembangan sektor industri pengolahan di

Kota Tangerang Selatan :

a. Pertumbuhan subsektor

b. Penyerapan tenaga kerja

c. Peningkatan daya saing

Bapak/ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor)

antar masing-masing TUJUAN dengan skor penilaian pada tabel berikut

Skala Keterangan

1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding tujuan

lainnya

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya) dibanding

tujuan lainnya

7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang lainnya

9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan lainnya

Jika ragu-ragu menentukan antara dua pilihan ambillah nilai di antara keduanya.

Misalnya jika ragu-ragu apakah skornya 3 atau 5, berikan skor 4, seperti di bawah ini

2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian di atas

Berilah Tanda (V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian

tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut

Kolom Kiri

Diisi jika tujuan di kolom

sebelah KIRI lebih

penting dibanding tujuan

di kolom sebelah

KANAN

Diisi

Bila

Sama

Pentin

g

Diisi jika tujuan di kolom

sebelah KANAN lebih

penting dibanding tujuan

di kolom sebelah KIRI

Kolom

Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertumbuha

n Subsektor

Penyerapan

Lapangan

Kerja

Pertumbuha

n Subsektor

Peningkatan

Daya Saing

Penyerapan

Lapangan

Kerja

Peningkatan

Daya Saing

Page 120: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

99

1. Penentuan Penetapan Prioritas Subsektor Industri Pengolahan

Tujuannya adalah untuk memilih tingkat kepentingan subsektor yang lebih

diprioritaskan untuk dikembangkan dalam sektor industri pengolahan.

Komoditi/produk/jenis usahanya adalah:

a. Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik

b. Industri Barang Galian Bukan Logam

c. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronil, Optik, dan

Peralatan Listrik

d. Industri Makanan dan Minuman

e. Indstri Kayu (barang dari kayu, gabus, anyaman dari bambu, rotan, dan

sejenisnya)

f. Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, Pemasangan mesin dan

Peralatan

g. Industri Mesin dan Perlengkapan

h. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Bapak/ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor)

antar masing-masing TUJUAN dengan skor penilaian pada tabel berikut;

Skala Keterangan

1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding tujuan

lainnya

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya) dibanding

tujuan lainnya

7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang lainnya

9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan lainnya

Jika ragu-ragu menentukan antara dua pilihan ambillah nilai di antara keduanya.

Misalnya jika ragu-ragu apakah skornya 3 atau 5, berikan skor 4, seperti di bawah ini

2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian di atas

Page 121: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

100

Berilah Tanda (V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tongkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi Bila

Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 122: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

101

2. Penentuan Bobot Kriteria untuk penentuan subsektor industri pengolahan di

Kota Tangerang Selatan.

Tujuannya adalah untuk memilih strategi yang lebih diprioritaskan

untuk mengembangkan subsektor industri pengolahan di Kota Tangerang

Selatan. Kriteria yang digunakan adalah:

A1 : Bahan Baku

A2 : IPTEK

A3 : Mutu Tenaga Kerja

B1 : Nilai Produksi

B2 : Upah

B3 : Nilai Investasi

C1 : Infrastruktur

C2 : Birokrasi

C3 : Sumberdaya Manusia

Bapak/ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor)

antar masing-masing TUJUAN dengan skor penilaian pada tabel berikut

Skala Keterangan

1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat)

dibanding tujuan lainnya

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat

pentingnya) dibanding tujuan lainnya

7 Tujuan yang satu sangat penting diband ing tujuan yang

lainnya

9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan

lainnya

Jika ragu-ragu menentukan antara dua pilihan ambillah nilai di antara

keduanya. Misalnya jika ragu-ragu apakah skornya 3 atau 5, berikan

skor 4, seperti di bawah ini

2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian di atas

Page 123: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

102

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom

Kiri

Diisi jika tujuan di

kolom sebelah

KIRI lebih penting

dibanding tujuan di

kolom sebelah

KANAN

Diisi

Bila

Sama

Penti

ng

Diisi jika tujuan di

kolom sebelah

KANAN lebih

penting dibanding

tujuan di kolom

sebelah KIRI

Kolom

Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Bahan

baku IPTEK

2 Bahan baku

Mutu

tenaga

kerja

3 IPTEK

Mutu

tenaga

kerja

Bapak/Ibu diminta memberikan penilian tingkat kepentingan (skor)

antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam strategi

pengembangan subsektor industri pengolahan dalam rangka pencapaian

kriteria Penyerapan Lapangan Kerja

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom

Kiri

Diisi jika tujuan di

kolom sebelah

KIRI lebih penting

dibanding tujuan

di kolom sebelah

KANAN

Diisi

Bila

Sam

a

Penti

ng

Diisi jika tujuan di

kolom sebelah

KANAN lebih

penting dibanding

tujuan di kolom

sebelah KIRI

Kolom

Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Nilai

Produksi Upah

2 Nilai

Produksi

Nilai

Investasi

3 Upah Nilai

Investasi

Page 124: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

103

Bapak/Ibu diminta memberikan penilian tingkat kepentingan (skor)

antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam strategi

pengembangan subsektor industri pengolahan dalam rangka pencapaian

kriteria Peningkatan Daya Saing

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom

Kiri

Diisi jika tujuan di

kolom sebelah KIRI

lebih penting

dibanding tujuan di

kolom sebelah

KANAN

Diisi

Bila

Sam

a

Penti

ng

Diisi jika tujuan di

kolom sebelah

KANAN lebih

penting dibanding

tujuan di kolom

sebelah KIRI

Kolom

Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Inrastruk

tur Birokrasi

2

Infrastruk

tur

Sumber

Daya

Manusia

3 Birokrasi

Sumber

Daya

Manusia

. 3. Penentuan Penetapan Subsektor Pengembangan Prioritas

Subsektor yang menjadi fokus yaitu:

a. Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik

b. Industri Barang Galian Bukan Logam

c. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronil, Optik, dan

Peralatan Listrik

d. Industri Makanan dan Minuman

e. Indstri Kayu (barang dari kayu, gabus, anyaman dari bambu, rotan, dan

sejenisnya)

f. Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, Pemasangan mesin dan

Peralatan

g. Industri Mesin dan Perlengkapan

h. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 125: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

104

Bapak/ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar

masing-masing SUBSEKTOR DENGAN KRITERIA dengan skor penilaian

pada tabel berikut

Skala Keterangan

1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat)

dibanding tujuan lainnya

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat

pentingnya) dibanding tujuan lainnya

7 Tujuan yang satu sangat penting diband ing tujuan yang

lainnya

9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan

lainnya

Jika ragu-ragu menentukan antara dua pilihan ambillah nilai di antara

keduanya. Misalnya jika ragu-ragu apakah skornya 3 atau 5, berikan skor 4,

seperti di bawah ini

2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian di atas

Page 126: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

105

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) penentuan subsektor yang akan dikembangkan

Berilah Tanda (V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tongkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi

Bila Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah KANAN lebih penting

Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 127: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

106

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Bahan Baku” digunakan sebagai penentuan strategi

pengembangan subsektor

Berilah Tanda (V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tongkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi

Bila

Sama Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 128: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

107

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “IPTEK” digunakan sebagai penentuan sub sektor

unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi Bila

Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 129: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

108

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Mutu Tenaga Kerja” digunakan sebagai penentuan sub

sektor unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi Bila

Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 130: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

109

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Nilai Produksi” digunakan sebagai penentuan sub sektor

unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi

Bila

Sama Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 131: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

110

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Upah” digunakan sebagai penentuan sub sektor unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi

Bila Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah KANAN lebih penting

Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 132: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

111

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Nilai Investasi” digunakan sebagai penentuan sub sektor

unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi

Bila

Sama Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 133: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

112

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Infrastruktur” digunakan sebagai penentuan sub sektor

unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi Bila

Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 134: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

113

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Birokrasi” digunakan sebagai penentuan sub sektor

unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi

Bila

Sama Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 135: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

114

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) jika kriteria “Sumber Daya Manusia” digunakan sebagai penentuan sub

sektor unggulan.

Berilah Tanda ( V) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing tujuan pada tabel berikut:

Kolom Kiri Diisi jika tujuan kolom sebelah KIRI

lebih penting

Diisi Bila

Sama

Penting

Diisi jika tujuan kolom sebelah

KANAN lebih penting Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Industri Karet Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Karet Industri Barang dari Logam

Industri Karet Industri Makanan dan Minuman

Industri Karet Industri Kayu

Industri Karet Industri Pengolahan Lainnya

Industri Karet Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Karet Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang dari Logam

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kayu

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Barang dari Logam Industri Makanan dan Minuman

Industri Barang dari Logam Industri Kayu

Industri Barang dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Barang dari Logam

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang dari Logam

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu

Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Lainnya

Industri Makanan dan Minuman Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Makanan dan Minuman Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Kayu Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kayu Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kayu Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Pengolahan Lainnya Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional

Page 136: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

115

Lampiran 5

Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Strategi Perencanaan Pengembangan

Subsektor Industri Pengolahan di Kota Tangerang Selatan

1. Penentuan Bobot Tujuan

2. Penentuan Sub-kriteria Pertumbuhan Subsektor

3. Penentuan Sub-kriteria Penyerapan Lapangan Kerja

Page 137: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

116

4. Penentuan Sub-kriteria Peningkatan Daya Saing

5. Penentuan Alternatif Subkriteria Bahan Baku

6. Penentuan Alternatif Subkriteria IPTEK

Page 138: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

117

7. Penentuan Alternatif Subkriteria Mutu Tenaga

8. Penentuan Alternatif Subkriteria Nilai Produksi

Page 139: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

118

9. Penentuan Alternatif Subkriteria Upah

10. Penentuan Alternatif Subkriteria Nilai Investasi

Page 140: ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45486/1/LINARIA...ANALISIS STRATEGI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

119

11. Penentuan Alternatif Subkriteria Infrastruktur

12. Penentuan Alternatif Subkriteria Birokrasi

13. Penentuan Alternatif Subkriteria Sumber Daya Manusia