Upload
ngominh
View
249
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS SUPPLY DEMAND KOMODITAS CABAI MERAH BESAR DAN CABAI RAWIT
(Studi Kasus Pasar Tradisional Kota Makassar)
OLEH:
NUR INDAH WALIYANTI
G211 13 513
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS SUPPLY DEMAND KOMODITAS CABAI MERAH BESAR DAN CABAI RAWIT
(Studi Kasus Pasar Tradisional Kota Makassar)
OLEH:
NUR INDAH WALIYANTI G211 13 513
Skripsi ini Disusun Sebagai Salahsatu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada:
Program Studi Agribisnis
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
2017
Disetujui Oleh :
Ir. Darwis Ali, M.S. Dosen Pembimbing
Ir. Idris Summase, M.Si. Dosen Pembimbing
Tanggal Pengesahan : November 2017
iii
PANITIA UJIAN SARJANA PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
JUDUL : ANALISIS SUPPLY DEMAND KOMODITAS
CABAI MERAH BESAR DAN CABAI RAWIT (Studi Kasus Pasar Tradisional Kota Makassar)
NAMA MAHASISWA : NUR INDAH WALIYANTI
NOMOR POKOK : G211 13 513
SUSUNAN TIM PENGUJI
Ir. Darwis Ali, M.S.
Ketua Sidang
Ir. Idris Summase, M.Si.
Anggota
Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S.
Anggota
Dr. Letty Fudjaja, S.P., M.Si.
Anggota
Dr. Muhammad Arsyad, S.P., M.Si.
Anggota
Rusli M. Rukka, S.P., M.Si.
Anggota
Tanggal Ujian : November 2017
iv
RINGKASAN
Nur Indah Waliyanti (G21113513) Analisis Supply Demand Komoditas Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit (Studi Kasus Pasar Tradisional
Kota Makassar) dibawah bimbingan Darwis Ali dan Idris Summase
Cabai merah besar dan cabai rawit adalah jenis sayuran yang termasuk dalam komoditi unggulan dan permintaannya cukup tinggi. Permintaan adalah jumlah barang/jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen, pada berbagai tingkat harga dan pada waktu tertentu. Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh pedagang pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.
Tujuan penelitian, untuk menganalisis pengaruh variabel harga cabai terhadap permintaan dan penawaran cabai di Kota Makassar. Penelitian, dilaksanakan di tiga pasar tradisional, yaitu Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar. Metode analisis yang digunakan adalah analisis elastisitas permintaan dan analisis elastisitas penawaran.
Hasil penelitian, menunjukkan pengaruh permintaan cabai merah besar dan cabai rawit di tiga pasar memiliki nilai elastisitas, yaitu: Pasar Terong (0,36), Pasar Pa’baeng-Baeng (0,12) dan Pasar Daya (0,12) memiliki nilai inelastis dikarenakan harga tersebut tidak berpengaruh terhadap permintaan. Sedangkan pengaruh penawaran cabai merah besar dan cabai rawit di tiga pasar memiliki nilai elastisitas, yaitu: Pasar Terong (0,07), Pasar Pa’baeng-Baeng (0,36) dan Pasar Daya (0,19) memiliki nilai inelastis dikarenakan perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
Kata Kunci: permintaan, penawaran, cabai merah besar, cabai rawit, pasar tradisional
v
ABSTRACT
Nur Indah Waliyanti (G21113513) Analysis of Supply Demand for Chili Peppers and Cayenne Chilis Commodities (Case Studies Traditional
Market of Makassar) under guidance of Darwis Ali and Idris Summase
Big chili peppers and cayenne chilis are type of vegetables that are included as one of the leading commodities, and the demand for chilis are quite high. Demand is the amount of goods/services that desired by consumers/people at the various price and at the certain time. Supply is the amount of products which are offered by the sellers in a particular market at the certain time and price levels.
The purpose of research/study is to analyze the influence of chili’s price variable to demand and supply in Tradisional Markets in Makassar. This research/study had been conducted in three Traditional Markets, that are Terong Market, Pa'baeng-Baeng Market and Daya Market in Makassar City. The analytical method used is the analysis of elasticity of demand and supply analysis.
The result of research had indicated the inelastic value of the influence of demand for big chili peppers and cayenne chilis in three Traditional Markets, that are Terong Market (0.36), Pa'baeng-Baeng Market (0.12) and Daya Market (0.12) those caused by the certain price applied/set has no effect to the demand. Not only the demand, but also the supply/offers for big chili peppers and cayenne chilis in Terong Traditional Market (0.07), Pa'baeng-Baeng Market (0.36) and Daya Market (0.19) had inelastic value of the influence of supply because changes in price had relatively small changes into offers.
Keywords: demand, supply, big chili pepper, cayenne chili, traditional market
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NUR INDAH WALIYANTI, dilahirkan di Ujung
Pandang, pada tanggal 24 April 1995. Penulis
merupakan anak dari pasangan Bapak
Drs. M. Natsir Hamid, M.Si. dan Ibu
Ir. Hj. Fauziah Tabri, MM. Penulis adalah anak
keempat dari empat bersaudara. Selama ini
penulis telah menyelesaikan studi pendidikan
mulai dari TK hingga SMA. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun
1998-2000 di TK Aisyah Bustanul Athfal Mamajang Makassar, pada
tahun 2000-2007 di SD Negeri Monginsidi III Makassar, pada tahun
2007-2010 di SMP. Islam Athirah Makassar, pada tahun 2010-2013
di SMA Negeri 11 Makassar. Pada tahun 2013, penulis menjadi salah satu
mahasiswi di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin melalui jalur
Non-Subsidi.
Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini, penulis cukup
aktif berorganisasi yaitu salah satunya sebagai Sekretaris Umum Badan
Pengurus Harian Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian
(MISEKTA) periode 2015/2016. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang
diadakan oleh MISEKTA. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti seminar-
seminar baik ditingkat nasional maupun internasional.
vii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
Yang Maha Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Program Studi
Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula shalawat dan salam kepada
Junjungan Kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi tauladan bagi
kita semua.
Penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Supply Demand
Komoditas Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit (Studi Kasus Pasar
Tradisional Kota Makassar)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis,
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin.
Tiada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah
milik-Nya. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki, dengan penuh kerendahan hati penulis
mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
viii
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca dan semua pihak yang terkait untuk penyempurnaan karya
tulis ini, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran kepada penulis.
Akhir kata, semoga percikan pemikiran yang tersaji dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jasa baik dan amal bakti
kita tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.
Makassar, November 2017
Penulis
ix
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahi rabbil alamiin, segala puji bagi Allah SWT Rabb
semesta alam, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya. Rasa syukur tak
terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu dari berbagai nikmat
yang selalu diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, yakni
terselesaikannya tugas akhir penulis dalam meraih gelar Sarjana
Pertanian di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sholawat serta
salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad
SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir jaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
temui mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian akhir skripsi
ini. Namun, berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan, arahan,
kerjasama, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Rasanya begitu banyak bantuan yang
telah penulis terima, sehingga penulis mendapatkan banyak kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
x
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. M. Natsir Hamid, M.Si. dan
Ibunda Ir. Hj. Fauziah Tabri, MM. dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
beliau yang telah merawat, membesarkan, mendidik, mendoakan,
memberikan motivasi dan dorongan, dengan penuh kasih sayang,
ketulusan, kesabaran dan keikhlasan, curahan rasa cinta dan sayangnya
yang tiada berujung dan pengorbanan yang tak ternilai. Kepada kakakku
Nur Iqra, S.T., Mega Febrianti, S.T., Samsul Salim, S.S.,
Nur Ahdaniah Lestari, S.T. dan Nur Ayu Ruhmayanti, S.Gz, M.Gizi.
yang selalu hadir dan menyemangati serta memberi dukungan
untuk penulis.
2. Bapak Ir. Darwis Ali, M.S. selaku pembimbing I dan sebagai Orang Tua
pengganti di lingkungan akademik, serta Bapak Ir. Idris Summase, M.Si.
selaku pembimbing II dan sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan
akademik, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan untuk ilmu,
motivasi, saran, teguran yang membangun dan pemahaman baru
mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf atas
segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat membuat kecewa
selama proses pembimbingan skripsi selama ini, semoga doa dan
dukungan Bapak menjadi berkah untuk penulis kedepannya, serta penulis
ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah
laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama
penyusunan skripsi ini.
xi
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S., Ibu Dr. Letty Fudjaja, S.P.,
M.Si. dan Bapak Dr. Muhammad Arsyad, S.P., M.Si. selaku penguji
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan penyusunan tugas akhir ini. Walaupun bukan
pembimbing skripsi penulis, namun penulis sangat berterima kasih karena
beliau masih rela untuk meluangkan waktunya dan selalu memperhatikan
perkembangan skripsi, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Rusli M. Rukka, S.P., M.Si. selaku panitia ujian akhir dan
Ibu Rasyidah Bakri, S.P., M.Sc. selaku panitia seminar proposal dan
Ibu Pipi Diansari, S.E., M.Si., Ph.D. selaku panitia seminar hasil, terima
kasih untuk telah meluangkan waktunya dalam memimpin seminar terima
kasih juga telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam
penyempurnaan skripsi serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
5. Dekan beserta Wakil Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Dosen Pengajar serta seluruh staff dan pegawai di fakultas pertanian yang
telah memberi bantuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
xii
6. Bapak Dr. Ir. Muh Hatta Jamil, SP., M.Si. dan Ibu Dr. A. Nixia
Tenriawaru, SP., M.Si. selaku Ketua Departemen dan Sekertaris
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan
pengetahuan, mengayomi dan memberikan teladan selama penulis
menempuh pendidikan serta penulis mau memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama
ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Pertanian, khususnya Program Studi
Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, yang membimbing
penulis sejak pertama kali menginjakkan kaki di Universitas Hasanuddin
sampai penulis merampungkan tugas akhir ini dan penulis mau memohon
maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang
penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan
skripsi ini.
8. Ibu Dr. Ir. Heliawaty, M.Si. selaku Penasehat Akademik yang selalu
memberi arahan, memberi masukan dan motivasi kepada penulis selama
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini
9. Seluruh staff dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak Ahmad,
Pak Bahar, Kak Ima dan Kak Hera terima kasih telah membantu penulis
dalam proses administrasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
xiii
10. Keluarga besar Alm. H. M. Tabri Tjora, dan Keluarga Besar
Alm. H. Abd. Hamid B. atas doa, motivasi dan dukungan yang
diberikan kepada penulis serta selalu memberikan senyum, canda,
tawa dan keceriaan.
11. Mustamir Sultan atas segala doa, semangat, saran, masukan, motivasi,
dukungan dan waktunya menemani penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
12. Teman-teman SDN. Monginsidi III Makassar tahun 2007 khususnya
Muzrini dan Fajria Aisyah, S.S., Teman-teman SMP. Islam Athirah
Makassar tahun 2010, khususnya Aryuni Ginastri, Andi Adwiyah dan
A. Nike Febrianti, Teman-teman SMAN. 11 MAKASSAR khususnya XII
IPA 1, Andi Marlia Umar, S.H., Rahmawati Rizky Amaliah, S.E., Ririn
Rezky Idhayah, S.Ak. dan Fahira Ulfa atas waktu, saran, dan
semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
13. Muh. Adam Rahman Suradi, S.P., Nur Ichsan, S.P., Vico R. Bangun,
S.P. Terima kasih atas segala saran, masukan, kerjasama dan
waktunyanya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
14. Keluarga Besar Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian
(MISEKTA) Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin sebagai
wadah komunikasi-ku, curahan bakat minat-ku atas segala pengalaman
dan pelajaran yang telah diberikan selama menggeluti organisasi ini. Serta
kakak-kakak MASKOT (2007), MIZONE (2009), OCEANZ (2010),
xiv
ACT11ON 2011, SPEKTAR (2012) dan adik-adik SEMESTA (2014),
KA15AR (2015) dan MASAGENA (2016) serta warga MISEKTA tanpa
terkecuali yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
Terima kasih telah menjadi saudara-saudara terbaik penulis selama
menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.
15. Keluarga besar “SELARAS 2013” khususnya Try Putra Harianzah dan
Nur Fatonny selaku Ketua dan Ibu Angkatan 2013 yang telah banyak
membantu sejak penulis menginjakkan kaki di Program Studi Agribisnis
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian hingga penulis dapat
menyelesaikna tugas akhir ini. Serta Hidayatullah, Alfian Heriyadi
Pratama, Nur Jayadi Nasir, S.P., Muh. Aswar Basrah dan seluruh
teman-teman SELARAS yang dalam proses penyusunan skripsi yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas waktu, saran,
serta kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
16. Teman-teman Hamba Allah Sitti Hardiyanti Mulaputri Ma’mur, Arianti
Azis, Aulia Nurul Hikmah, Andi Israwati Tenribau, A. Nurainun
Annisa, Rr. Chyntia RF, Andi Nurul Fadyah AS, Andi Fadhilah, Lady
Hallary Novela Genda, Sandra Shavannah, Surya Candra, Ismah
Muthiah dan Andi Furqan Ashari Rahman atas waktu, saran, kerjasama
yang baik dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
xv
17. Teman-teman KKN Reguler Universitas Hasanuddin Gelombang 93
Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto khususnya Bapak/Ibu
posko Kelurahan Bontoa, Abd. Rahman Ramli, S.T., Muhammad
Randa Rakmin, S.T., Muhammad Edar, S.Si, Rizky Aulia Yaris, S.E.,
Nunung Tri Wardani, S.Pi. dan Maria Desi Geviany, S.Si. serta seluruh
teman-teman di Kecamatan Binamu. Terima kasih kebersamaan dan
persaudaraan yang terjalin di KKN. Waktu yang dihabiskan bersama
begitu cepat namun memberikan kenangan terindah selama penulis
melaksanakan KKN.
18. Kepada semua pihak yang telah memberi bantuan yang tak mampu
penulis sebutkan satu-persatu.
Demikianlah segala pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini,
semoga Allah SWT memberikan kita kebahagiaan, Aamiin.
Makassar, November 2017
Penulis
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
SUSUNAN TIM PENGUJI .................................................................. iii
RINGKASAN ...................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................ v
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xxi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xxii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
2.1 Agribisnis .............................................................................. 7
2.2 Sistem Agribisnis .................................................................. 8
2.3 Tanaman Hortikultura ........................................................... 9
2.4 Cabai .................................................................................... 12
2.5 Jenis-Jenis Cabai .................................................................. 14
2.5.1 Cabai Besar ................................................................ 14
2.5.2 Cabai Rawit ................................................................. 16
2.6 Demand ............................................................................... 16
2.7 Supply .................................................................................. 21
2.8 Harga ................................................................................... 25
xvii
2.9 Analisis Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran . 27
2.9.1 Analisisi Elastisitas Permintaan ................................... 27
2.9.2 Analisis Elatisitas Penawaran ...................................... 34
2.10 Penelitian Terdahulu .......................................................... 38
2.11 Kerangka Pemikiran ........................................................... 40
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 42
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................... 42
3.2 Pentuan Populasi dan Sampel ............................................. 42
3.2.1 Populasi ....................................................................... 42
3.2.2 Sampel ........................................................................ 43
3.3 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 44
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 44
3.5 Metode Analisis Data ........................................................... 45
3.6 Konsep Operasional ............................................................. 51
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................... 53
4.1 Letak Geografis .................................................................... 53
4.2 Keadaan Iklim ...................................................................... 54
4.3 Topografi Wilayah ................................................................ 54
4.4 Keadaan Penduduk .............................................................. 54
4.4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan ....................... 55
4.4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................... 56
4.4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ..... 57
4.5 Keadaan Sarana dan Prasarana .......................................... 58
4.5.1 Sarana Pendidikan ...................................................... 58
4.5.2 Sarana Kesehatan ....................................................... 60
4.5.3 Sarana Peribadatan ..................................................... 61
4.6 Pasar Tradisional Kota Makassar ........................................ 62
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 64
5.1 Identitas Responden ............................................................ 64
5.1.1 Usia .............................................................................. 64
5.1.2 Tingkat Pendidikan ...................................................... 65
xviii
5.1.3 Lama Berdagang ......................................................... 66
5.2 Pengaruh Harga Cabai Terhadap Permintaan Cabai di Kota
Makassar .............................................................................. 67
5.2.1 Cabai Merah Besar ...................................................... 67
5.2.2 Cabai Rawit ................................................................. 71
5.2.3 Pembahasan ................................................................ 74
5.3 Pengaruh Harga Cabai Terhadap Penawaran Cabai di Kota
Makassar .............................................................................. 75
5.3.1 Cabai Merah Besar ...................................................... 75
5.3.2 Cabai Rawit ................................................................. 78
5.3.3 Pembahasan ................................................................ 80
VI. PENUTUP ..................................................................................... 82
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 82
6.2 Saran ..................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xix
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Produksi Tanaman Cabai di Kota Makassar Tahun
2011-2015 .....................................................…………. 3
2. Perkembangan Harga Cabai di Tingkat Grosir di Pasar
Terong Makassar Tahun 2016 ……...…………...……. 4
3. Populasi dan Sampel Penelitian di Pasar Tradisional
Kota Makassar, 2017 ……................……………...……. 44
4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota
Makassar, 2016 …….................……..……..……...……. 55
5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan
Kecamatan Di Kota Makassar, 2016 …….................…. 56
6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kota Makassar, 2016 .... 57
7. Sarana Pendidikan Di Kota Makassar, 2016 …….....…. 59
8. Sarana Kesehatan Di Kota Makassar, 2016 .............…. 60
9. Sarana Peribadatan Di Kota Makassar, 2016 ….......…. 61
10. Pasar Tradisional Di Kota Makassar, 2017 ……........…. 63
11. Identitas Responden Berdasarkan Umur di Pasar
Tradisional Kota Makassar, 2017 …..........................…. 65
12. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017 ….…………. 66
13. Identitas Responden Berdasarkan Lama Berdagang
di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017 ….…………. 67
14. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Merah
Besar serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar
Terong, 2017 ……………………..…….………...….……. 67
15. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Merah
Besar serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar
Pa’baeng-Baeng, 2017 .............................................…. 69
xx
16. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Merah
Besar serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Daya,
2017 …………………………………………...……….…... 70
17. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Rawit
serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Terong,
2017 ………………………………………..……...…….…. 71
18. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Rawit
serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Pa’baeng-
Baeng, 2017 …….…………………………..….....…...…. 72
19. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai
Rawit serta Nilai Elastisitas Permintaan di
Pasar Daya, 2017 …………………….…………….….…. 73
20. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai
Merah Besarserta Nilai Elastisitas Penawaran di
Pasar Terong, 2017 ….………………..…………….……. 75
21. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai
Merah Besar serta Nilai Elastisitas Penawaran di
Pasar Pa’baeng-Baeng, 2017 ……………….……..……. 76
22. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai
Merah Besar serta Nilai Elastisitas Penawaran di
Pasar Daya, 2017 ……….……….………………….……. 77
23. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai
Rawit serta Nilai Elastisitas Penawaran di
Pasar Terong, 2017 …………………………….…...……. 78
24. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai
Rawit serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar
Pa’baeng-Baeng, 2017 …………………….……….……. 79
25. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai
Rawit serta Nilai Elastisitas Penawaran di
Pasar Daya, 2017 ………………………….….…….……. 80
xxi
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kurva Permintaan ............................................…………. 20
2. Kurva Penawaran ............................................…………. 24
3. Kerangka Pikir .................................................…………. 41
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks
1. Daftar Pertanyaan (Kuesioner)
2. Identitas Responden di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017
3. Perhitungan Elastisitas Permintaan Cabai Merah Besar dan Cabai
Rawit di Kota Makassar, 2017
4. Perhitungan Elastisitas Penawaran Cabai Merah Besar dan Cabai
Rawit di Kota Makassar, 2017
5. Tabel Harga Beli dan Harga Jual Cabai
6. Dokumentasi Penelitian
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian
cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat
penting dalam pembangunan ekonomi jangka panjang maupun
pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah
sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan
papan, lapangan kerja serta memberi sumbangan terhadap pendapatan
nasional, memberikan devisa dan mempunyai efek pengganda ekonomi
yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier
effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan
investasi (Antara, 2009).
Pembangunan sektor pertanian bertujuan meningkatkan produksi
pangan, ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Komoditas
hortikultura mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, dapat menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat dan khususnya petani. Selain itu komoditas
hortikultura memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman
jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi
serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat.
Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar
modern, maupun pasar luar negeri atau ekspor (Ditjen Hortikultura, 2011).
2
Salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam komoditi unggulan
adalah cabai. Cabai merupakan salah satu sayuran yang permintaannya
cukup tinggi, baik di pasar domestik maupun ekspor ke mancanegara.
Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi cabai dalam bentuk
segar, kering dan olahan. Cabai juga digunakan sebagai penyedap
masakan dan penambah selera makan sehingga masakan tanpa cabai
terasa tawar dan hambar (Herpanes dan Dermawan, 2014: 6-7).
Cabai memiliki pengaruh besar terhadap dinamika perokonomian
nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas penyumbang
inflasi terbesar yang terjadi setiap tahun. Komoditas ini berprospek cerah,
mempunyai kemampuan menaikkan taraf pendapatan petani, nilai
ekonomis tinggi, merupakan bahan baku industri, dibutuhkan setiap saat
sebagai bumbu masak, berpeluang ekspor, dapat membuka kesempatan
kerja, dan merupakan salah satu sumber vitamin C (Santika, 2002).
Ada banyak jenis cabai yang dibudidayakan oleh petani di Indonesia.
Masing-masing cabai memiliki nilai jual dan teknik pembudidayaan yang
berbeda. Yang banyak dicari di pasaran, yaitu cabai besar dan cabai kecil.
Jenis cabai besar di antaranya cabai merah, paprika. Sementara itu, yang
termasuk dalam golongan cabai kecil adalah cabai rawit, cabai cengek,
dan cabai hias (Setyaningrum dan Cahyo, 2014).
Dalam sektor agribisnis, ketersediaan terhadap berbagai komoditas
pangan bergantung pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya
harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap
3
barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat
dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat
dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively
related) dengan harga. Namun sebaliknya, jika harga suatu barang naik
maka kuantitas yang ditawarkan akan barang tersebut bertambah karena
produsen berharap mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari
penjualan akan barang tersebut, demikian sebaliknya (Hanafie, 2010).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Sulawesi
Selatan, adapun jumlah produksi tanaman cabai di Kota Makassar dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Produksi Tanaman Cabai di Kota Makassar Tahun 2011-2015.
No. Jenis Cabai Produksi (Ton)
2011 2012 2013 2014 2015
1. Cabai Besar 0 13 1 5 45
2. Cabai Rawit 1 1 4 4 59
Sumber: Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Selatan, 2016
Tabel 1 dapat dilihat bahwa, pada jumlah produksi tanaman cabai di
Kota Makassar terjadi perubahan produksi dari tahun ketahun. Perubahan
jumlah produksi ini dapat dipengaruhi oleh biaya produksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wilson Bangun (2010) yang menyatakan bahwa biaya
produksi adalah salah satu faktor dalam menentukan besarnya tingkat
produksi. Semakin tinggi harga faktor-faktor produksi maka akan
mengakibatkan semakin tingginya biaya produksi. Hal ini juga dapat
mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap cabai di
Kota Makassar.
4
Adapun data perkembangan harga cabai di tingkat grosir di Pasar
Terong Makassar pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Perkembangan Harga Cabai di Tingkat Grosir di Pasar Terong Makassar Tahun 2016.
No. Bulan
Jenis Cabai dan Harga (Rp/Kg)
Cabai Merah Besar Cabai Rawit
1. Januari 19.050 38.500
2. Februari 35.160 28.240
3. Maret 34.200 37.650
4. April 18.640 26.760
5. Mei 18.700 24.880
6. Juni 18.043 19.600
7. Juli 19.200 20.650
8. Agustus 19.310 22.130
9. September 24.630 13.220
10. Oktober 25.440 12.040
11. November 32.000 24.580
12. Desember 19.760 30.480
Rata-Rata 23.678 24.894
Sumber: Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Selatan, 2016
Tabel 2 dapat dilihat bahwa, harga cabai merah besar dan cabai
rawit ditingkat grosir Pasar Terong tiap bulannya mengalami fluktuasi
harga pada tahun 2016. Dari tabel diatas dapat dilihat fluktuasi harganya
melalui diagram berikut :
5
Sumber: Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Selatan, 2016
Diagram diatas dapat dilihat bahwa, harga cabai merah besar dan
cabai rawit tiap bulannya mengalami fluktuasi harga pada tahun 2016.
Perbedaan harga tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor produksi dari
cabai itu sendiri. Selain itu, harga cabai yang fluktuatif juga dapat
mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap cabai dipasaran,
khususnya di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di
Kota Makassar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis terdorong untuk
melakukan penelitian mengenai ”Analisis Supply Demand Komoditas
Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit” (Studi Kasus Pasar Tradisional
Kota Makassar).
Rp0.000
Rp5.000
Rp10.000
Rp15.000
Rp20.000
Rp25.000
Rp30.000
Rp35.000
Rp40.000
Rp45.000
Cabai Merah Besar Cabai Rawit
Harga Cabai di Pasar Terong Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar pengaruh variabel harga cabai terhadap permintaan
cabai di Kota Makassar?
2. Berapa besar pengaruh variabel harga cabai terhadap penawaran
cabai di Kota Makassar?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel harga cabai terhadap
permintaan cabai di Kota Makassar.
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel harga cabai terhadap
penawaran cabai di Kota Makassar.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu aplikasi ilmu selama studi di Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
2. Sebagai salah satu bahan kajian untuk penelitian berikutnya
3. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi dinas dan stake holder
terkait permintaan dan penawaran komoditas cabai khususnya di
Kota Makassar.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis
Agribisnis merupakan sistem usaha pertanian dalam arti luas tidak
dilaksanakan secara sektoral tetapi secara intersektoral atau dilaksanakan
tidak hanya secara subsistem melainkan dalam satu sistem (Saragih,
2001). Salah satu upaya yang dapat ditempuh agar dapat meningkatkan
pendapatan usahatani adalah dengan penerapan konsep pengembangan
sistem agribisnis terpadu, yaitu apabila sistem agribisnis yang terdiri dari
subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan
dan pemasaran dikembangkan melalui manajemen agribisnis yang baik
dan dalam satu sistem yang utuh dan terkait (Said et al., 2001).
Menurut Arsyad dkk. (1985) dalam Soekartawi 2001, yang dimaksud
dengan agribisnis adalah: “Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil
dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam arti
yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian baik
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian”.
Bagi Indonesia, agribisnis berkembang dan berprospek cerah karena
kondisi daerah yang menguntungkan, antara lain:
1. Lokasinya digaris khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar
matahari yang cukup bagi perkembangan sektor pertanian. Suhu
8
tidak terlalu panas dan karena agroklimat yang relatif baik, maka
kondisi lahan juga relatif subur.
2. Lokasi Indonesia berada diluar zona angin taifun seperti banyak
yang manimpa Filipina, Taiwan dan Jepang.
3. Keadaan sarana dan prasarana seperti daerah aliran sungai,
tersedianya bendungan irigasi, jalan dipedesaan yang relatif baik,
mendukung berkembangnya agribisnis.
2.2 Sistem Agribisnis
Menurut Madjid (1998), agribisnis adalah suatu kesatuan usaha di
bidang pertanian yang memiliki aspek produksi, proses produksi (usaha
tani), pengolahan suatu bahan baku dan akan menjadi adu tawar dengan
menghasilkan bahan baku yang berkualitas dan bersifat kontinyu serta
mempunyai kekuatan untuk menangkal dampak buruk dari permintaan
pasar. Agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem
serta keterkaitan horizontal dengan subsistem lain diluar seperti jasa-jasa
(finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan dan pendidikan).
Sistem agribisnis mencakup 4 (empat) hal yaitu pertama, industri
pertanian hulu atau up stream agribusiness, yakni industri-industri yang
menghasilkan sarana produksi (input). Kedua, on farm agribusiness yaitu
usahatani yang meliputi budidaya pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir
pertanian atau down stream agribusiness yang meliputi kegiatan industri
yang mengolah hasil pertanian menjadi produk akhir. Keempat, jasa
9
penunjang agribisnis yaitu perdagangan, perbankan, pendidikan,
pendampingan dari tenaga ahli atau dari regulasi pemerintah yang
mendukung petani. Dari empat unsur diatas mempunyai keterkaitan
satu dengan yang lainnya sangat erat dan terpadu dalam
sistem (Saragih, 2001).
2.3 Tanaman Hortikultura
Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan
dalam kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Keunggulan
komoditas ini ditunjang oleh kondisi lingkungan (lahan dan iklim) yang
menunjang, sebagian masyarakat sudah mengenalnya dengan baik,
potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal
serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar
(Saragih, 1997).
Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang
potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang
cerah di masa mendatang sekaligus sebagai sumber perolehan devisa
bagi Indonesia. Nilai ekspor hortikultura pada bulan Februari 2007
mengalami peningkatan sebesar 34,46 persen dari bulan Januari 2007.
Permintaan pasar domestik maupun pasar internasional terhadap
komoditas hortikultura di masa mendatang diperkirakan akan meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan
(Departemen Pertanian, 2007 dalam Aisyah Arfani, 2013).
10
Peranan hortikultura adalah a) memperbaiki gizi masyarakat;
b) memperbesar devisa negara; c) memperluas kesempatan kerja;
d) meningkatkan pendapatan petani dan; e) pemenuhan kebutuhan
keindahan dan kelestarian lingkungan. Dalam membahas masalah
hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil
hortikultura, yaitu : a). Tidak dapat disimpan lama; b) perlu tempat lapang
(voluminous); c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan;
d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain
dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).
Selain sebagai komoditas unggulan, hortikultura juga berperan
sebagai sumber gizi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, dan
penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini menunjukan
bahwa pengembangan hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas
yang meliputi tekno-ekonomi dengan sosio-budaya petani. Ditinjau dari
proses waktu produksi, musim tanam yang pendek memungkinkan
perputaran modal semakin cepat dan dapat meminimalkan ketidakpastian
karena faktor alam (Mubyarto,1989).
Keberhasilan pengembangan hortikultura ditentukan oleh
kecanggihan dan kelengkapan komponen teknologi yang dirakit
dalam sistem budidayanya. Hal ini terutama benar apabila hortikultura
akan diperankan sebagai ujung tombak agroindustri dan agribisnis.
Dengan mengembangkan hortikultura, penggunaan lahan untuk
pertanian dapat dihemat.
11
Selain berperan penting dalam pengembangan wilayah, usaha tani
hortikultura merupakan bentuk pertanian yang lebih maju daripada usaha
tani tanaman pangan. Sebagai pertanian yang lebih maju, usaha tani
hortikultura berorientasi pasar sehingga harus menguntungkan serta
diusahakan secara intensif dengan modal yang memadai. Walaupun
demikian, usaha tani hortikultura di Indonesia masih memperlihatkan sifat
tradisional. Hal ini ditunjukan dengan aktivitas yang mengandalkan
kemampuan dan sumberdaya seadanya.
Ciri umum aktivitas tersebut antara lain; tingkat pendidikan dan
penguasaan teknologi pengelola rendah; penguasaan lahan kecil (< 0,25
Ha) dan terpencar lokasinya; akses terhadap informasi, pengetahuan,
teknologi dan pasar yang terbatas; kesulitan permodalan; serta lemahnya
kelembagaan pertanian (Soekartawi,1996).
Hasil tanaman hortikultura umumnya mudah rusak (perishable),
sehingga kehilangan hasil setelah panen akan sangat tinggi jika produk
tersebut tidak segera diolah menjadi bahan yang lebih tahan simpan.
Kehilangan hasil pada tahap pasca panen ini umumnya lebih besar di
negara-negara berkembang dibandingkan di negara maju. Besarnya porsi
kehilangan hasil pasca panen di Indonesia disebabkan antara lain karena:
1. Sistem transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkut produk pertanian dari lahan produksi
ke pasar menjadi lebih lama;
12
2. Kurang tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian
yang layak;
3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan
produksi pertanian;
4. Kurang tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian; dan
5. Rendahnya rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap
rendah atau tidak sepadan antara tenaga dan ongkos yang
dikeluarkan dalam proses pengolahan produk pertanian dengan nilai
tambah ekonomi yang didapatkan dari produk olahan tersebut
(Lakitan, 1995).
2.4 Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari family terung-terungan
(Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar
2000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan
kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan
sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis. Namun, secara
ekonomis yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru beberapa
spesies saja (Setiadi, 2004).
Cabai (Capsicum annuum L. ) adalah tanaman yang termasuk ke
dalam keluarga tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia
yang dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide). Selain itu,
terkandung juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang
dinamakan capsaicinoids. Sedangkan Buah cabai merupakan buah buni
13
dengan bentuk garis lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging
buahnya berupa keping-keping tidak berair. Bijinya berjumlah banyak
serta terletak di dalam ruangan buah (Setiadi, 2008).
Tanaman cabai dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung varietasnya.
Sebagian besar sentra produsen cabai berada didataran tinggi dengan
ketinggian antara 1.000 - 1250 meter dari permukaan laut. Walaupun di
dataran rendah yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil
yang memuaskan, namun di daerah pegunungan buahnya dapat lebih
besar dan manis. Rata-rata suhu yang baik adalah antara 210 – 280oc.
suhu udara yang lebih tinggi menyebabkan buahnya sedikit (Tim Bina
Karya Tani, 2009).
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin
diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Vitamin A, B,
dan Vitamin C. selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai
juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri
bumbu masakan, Industri makanan, Industri obat-obatan atau jamu
(Setiadi, 2008).
Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman cabai mendapat
prioritas perhatian sejak tahun 1961. Tanaman cabai menempati urutan
atas dalam skala prioritas penelitian pengembangan garapan Puslitbang
Hortikurtura di Indonesia bersama 17 jenis sayuran komersial lainnya.
Daerah-daerah di Indonesia yang merupakan sentra produksi cabai mulai
14
dari urutan yang paling besar adalah daerah-daerah di Jawa Timur,
Padang, Bengkulu dan lain-lain sebagainya. Menurut Pickersgill (1989)
terdapat lima spesies cabai, yaitu Capsicum annuum, Capsicum
frutescens, Capsicum chinense, Capsicum bacctum, dan Capsicum
pubescens. Di antara kelima spesies tersebut yang memiliki potensi
ekonomis ialah C. annuum dan C. frutescens (Santika,1999).
Ada beberapa jenis cabai (Capsicum Annuum) yang banyak dicari di
pasaran, yaitu cabai besar dan cabai kecil. Jenis cabai besar di antaranya
cabai merah, paprika, dan cabai bulat. Sementara itu, yang termasuk
dalam golongan cabai kecil adalah cabai rawit, cabai hias (Setyaningrum
dan Cahyo, 2014).
2.5 Jenis-Jenis Cabai
Di Indonesia dikenal macam cabai yang paling banyak
dibudidayakan, yakni cabai besar dan cabai rawit. Disamping itu terdapat
beberapa jenis cabai hias yang tidak untuk dikonsumsi seperti jenis-jenis
cabai hias (Cecep Risnandar, 2014).
2.5.1 Cabai Besar
Cabai besar (Capsium annum L) merupakan komoditas pertanian
yang penting di Indonesia. Secara umum terdapat tiga golongan cabai
besar, yaitu cabai merah besar, cabai merah keriting dan cabai hijau.
Varietasnya lumayan banyak beberapa yang populer diantaranya
sebagai berikut:
15
Cabai Merah Besar. Bentuknya lonjong panjang dengan ujung
melancip. Kulitnya mulus dan agak tebal seperti mempunyai
lapisan lilin.
Cabai Merah Keriting. Bentuknya panjang dengan diameter yang
kecil, ujungnya lancip cenderung runcing. Kulit buahnya tidak mulus
melainkan bergelombang atau keriting. Kulit buahnya relatif tipis.
Cabai Hijau. Jenis cabai hijau sebenarnya adalah cabai merah besar
atau cabai merah keriting yang dipanen saat masih hijau. Alasan
pemanenan dini ini biasanya untuk mendapat hasil yang lebih cepat
atau dibeberapa lokasi memang sulit untuk dipanen merah. Untuk
daerah-daerah yang memiliki curah hujan dan
kelembaban tinggi relatif lebih sulit untuk memanen cabai hingga
berwarna merah sempurna. Cabai hijau tidak sepedas cabai merah
dan harganya pun lebih murah.
Tanaman cabai ini cukup sensitif terhadap cuaca, hama dan
penyakit. Menanam jenis cabai ini memerlukan keterampilan dan
pengalaman khusus, terutama untuk partai besar. Modal untuk
budidayanya relatif besar. Mungkin karena resiko menanam cabai cukup
tinggi, sehingga pada saat-saat bisa saja terjadi kekurangan pasokan. Hal
ini yang membuat harga komoditas ini bisa melesat sangat tinggi dan
menggemparkan perekonomian.
16
2.5.2 Cabai Rawit
Cabai rawit (Capsium frutescens) memiliki ukuran yang mini,
panjangnya sekitar 2 - 4 cm. Rasa jenis cabai ini relatif lebih pedas dari
cabai besar, meski ada beberapa varietas yang kurang pedas. Warna
cabai rawit sangat beragam, mulai dari hijau, merah, kuning hingga
oranye. Jenis cabai ini bisa berbuah sepanjang tahun, tidak mengenal
musim. Tanamannya cukup tahan terhadap segala cuaca dan dapat
tumbuh di dataran tinggi maupun rendah. Kebanyakan jenis cabai rawit
yang ditanam di Indonesia merupakan varietas lokal. Benihnya diproduksi
sendiri oleh para petani dari hasil panen sebelumnya.
2.6 Demand
Dalam kehidupan sehari-hari, agar kebutuhannya terpenuhi maka
masyarakat selaku konsumen membeli barang dan jasa atau
keperluannya. Berapa jumlah barang atu jasa yang dibutuhkan oleh
konsumen, biasanya dalam percakapan sehari-hari dinamakan
permintaan. Permintaan terhadap sejumlah barang atau jasa dapat
terwujud apabila didukung dengan daya beli konsumen. Permintaan erat
kaitannya dengan hubungan antara jumlah harga barang (Sukardi, 2009).
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu
dibeli oleh konsumen, pada berbagai tingkat harga dan pada waktu
tertentu. Didalam permintaan terdapat hukum permintaan yang berbunyi
“Semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan
terhadap barang tersebut, sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang
17
maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”. Hukum
permintaan berlaku jika berada dalam asumsi ceteris paribus yang artinya
adalah asumsi yang diambil setelah mengabaikan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi hubungan antara harga dan kuantitas permintaan
(Sadono Sukirno, 2013).
Menurut Mankiw (2003) Faktor-faktor atau variabel yang
mempengaruhi permintaan suatu barang, antara lain adalah :
a. Harga
Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang
yang akan dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsituation
product, Ps) maupun harga barang pelengkap (price of complementary
product, Pc). Konsumen akan membatasi pembelian jumlah barang yang
diinginkan bila harga barang terlalu tinggi, bahkan ada kemungkinan
konsumen memindahkan konsumsi dan pembeliannya kepada barang
pengganti (barang subtitusi) yang lebih murah harganya. Harga barang
pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan seorang konsumen untuk
membeli atau tidak barang utamanya, bila permintaan barang utama
meningkat, maka permintaan akan barang penggantinya akan menurun
dan sebaliknya.
b. Pendapatan Konsumen.
Konsumen tidak akan dapat melakukan pembelian barang
kebutuhan bila pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan
demikian, maka perubahan pendapatan akan mendorong konsumen untuk
18
mengubah permintaan akan barang kebutuhannya. Berdasarkan sifat
perubahan permintaan terhadap berbagai barang apabila terjadi
perubahan pendapatan, dapat dibedakan dalam beberapa golongan,
antara lain :
a) Barang Esensial (essential goods) adalah barang yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kebutuhan atau
permintaan akan barang ini tidak akan berubah walaupun terjadi
perubahan pendapatan.
b) Barang Normal (normal goods) adalah barang yang permintaannya
berhubungan lurus dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan
konsumen meningkat, maka permintaan akan barang tersebut juga
meningkat dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun,
maka permintaan barang tersebut juga menurun.
c) Barang Inferior (inferior goods) adalah barang yang permintaannya
berhubungan terbalik dengan pendapatan konsumen. Bila
pendapatan konsumen meningkat maka permintaan akan barang
tersebut akan menurun dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen
menurun maka permintaan akan barang tersebut meningkat.
c. Jumlah Konsumen.
Pertambahan jumlah konsumen, misalnya jumlah penduduk, tidak
dengan sendirinya menyebabkan pertambahan jumlah permintaan
suatu barang. Akan tetapi pertambahan penduduk diikuti oleh
perkembangan kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih
19
banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini juga akan
menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli masyarakat
akan menambah permintaan.
d. Selera Konsumen.
Perubahan selera dapat termanifestasikan ke dalam perilaku
pasar.perubahan selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan
bentuk atau posisi dari indifference map, tanpa ada perubahan harga
barang maupun pendapatan, permintaan akan suatu barang akan suatu
barang dapat berubah karena perubahan selera.
e. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.
Perubahan – perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada
masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para
konsumen bahwa harga – harga akan naik pada masa depan akan
mendorong konsumen membeli lebih banyak untuk menghemat
pengeluaran pada masa yang akan datang.
Secara umum permintaan akan suatu barang tidak hanya
dipengaruhi oleh barang itu sendiri, tetapi dipengaruhi pula oleh harga
barang lain yang berkaitan, pendapatan konsumen, jumlah penduduk dan
jumlah permintaan pada tahun sebelumnya.
Kurva permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang
tersebut yang diminta para pembeli. Dalam menganalisis permintaan perlu
dibedakan antara dua istilah, yaitu permintaan dan jumlah barang yang
20
diminta. Dalam analisis ekonomi, permintaan berarti keseluruhan kurva
permintaan yang menggambarkan keadaan keseluruhan daripada
hubungan antara harga dan jumlah permintaan, sedangkan jumlah
barang yang diminta berarti banyaknya permintaan pada suatu tingkat
harga tertentu.
Gambar 1. Kurva Permintaan
Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun
dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat
hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang mempunyai sifat
hubungan yang terbalik. Kalau salah satu variable naik (misalnya harga)
maka variable yang lainnya akan turun (misalnya jumlah yang diminta).
Adapun jenis-jenis permintaan:
Permintaan Absurd/Absolut : Permintaan yang tidak diikuti dengan
kemampuan untuk membeli.
Permintaan Potensial : Permintaan yang sudah didukung oleh daya
beli, namun belum terdapat keinginan untuk membeli.
21
Permintaan Efektif : Permintaan yang didukung oleh kemampuan
untuk membeli (mempunyai daya beli).
Permintaan Individu : Permintaan yang dilakukan oleh satu
konsumen saja.
Permintaan Pasar : Permintaan yang dilakukan oleh konsumen
secara keseluruhan dalam pasar.
2.7 Supply
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh
pedagang pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada
tingkat harga tertentu. Didalam penawaran terdapat hukum penawaran
yang berbunyi “Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak
jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya,
makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut
yang ditawarkan”. Jika pada suatu pasar terdapat penawaran suatu
produk yang relatif sangat banyak, maka harga akan turun (Sadono
Sukirno, 2013).
Selain dari harga barang itu sendiri, ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah penawaran ke atas suatu barang, yaitu :
a. Harga Barang yang Berkaitan
Ada barang yang memiliki sifat berkaitan dengan barang lain,
terutama barang-barang yang bersubstitusi. Hal ini dapat dilihat bahwa
naiknya harga suatu barang lain akan meningkatkan penawaran keatas
suatu barang tertentu.
22
b. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah salah satu faktor dalam menentukan besarnya
tingkat produksi. Tingginya biaya produksi merupakan kendala bagi
perusahaan dalam memproduksi barangnya. Semakin tinggi harga faktor-
faktor produksi maka akan mengakibatkan semakin tingginya biaya
produksi sehingga menjadi kendala untuk meningkatkan jumlah produksi.
Hal ini dapat mengakibatkan semakin rendahnya penawaran keatas
suatu barang.
c. Teknologi
Teknologi merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi biaya
produksi. Dengan begitu, teknologi sangat berkaitan dengan biaya
produksi, dengan sendirinya berkaitan juga dengan biaya input. Semakin
tinggi penerapan teknologi oleh suatu perusahaan akan mengakibatkan
semakin efisien penggunaan input sehingga biaya produksi dapat ditekan
sekecil mungkin. Dengan begitu, produsen dapat meningkatkan hasil
produksinya sehingga jumlah penawaran keatas suatu barang akan
meningkat (Wilson Bangun, 2007).
Jika pada suatu pasa terdapat penawaran suatu produk yang relatif
sangat banyak, maka harga akan turun. Hal ini disebabkan karena :
a) Barang yang tersedia pada produsen melebihi jumlah yang diminta
konsumen sehingga untuk merangsang membeli lebih banyak, maka
produsen akan menurunkan harga jualnya.
23
b) Produsen hanya akan meningkat keuntungannya dari total jumlah
jual produknya.
Sebaliknya, jika pada suatu pasar terdapat penawaran suatu produk
yang relatif sedikit, tang terjadi adalah harga akan naik.
a) Barang yang tersedia pada produsen/penjual relatif sedikit sehingga
manakala jumlah permintaan banyak, produsen akan berusaha
membatasi jumlah permintaan dengan cara menaikkan harga
jualnya.
b) Produsen/penjual hanya akan meningkat keuntungannya dari harga
jual produknya.
Teori yang menerangkan pengaruh penawaran terhadap harga
merupakan pernyataan positif dan bukan merupakan suatu hukum
(hukum penawaran).
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan
di antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut
yang ditawarkan. Dalam menganalisis kurva penawaran perlu dibedakan
antara dua pengertian, yaitu penawaran dan jumlah barang yang
ditawarkan. Dalam analisis ekonomi, penawaran berarti keseluruhan kurva
penawaran, sedangkan jumlah barang yang ditawarkan berarti jumlah
barang yang ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu.
24
Gambar 2. Kurva Penawaran
Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan
atas. Berarti arah pergerakannya berlawanan dengan arah pergerakan
kurva permintaan. Bentuk kurva penawaran bersifat seperti itu karena
terdapat hubungan yang positif di antara harga dan jumlah barang
yang ditawarkan, yaitu makin tinggi harga, makin banyak jumlah
yang ditawarkan.
Adapun jenis-jenis penawaran :
Penawaran sub marginal : Penawaran yang dilakukan oleh penjual
yang mampu menjual dibawah harga pasar.
Penawaran marginal : Penawaran yang dilakukan oleh penjual yang
mampu menjual sama dengan harga pasar.
Penawaran super marginal : Penawaran yang dilakukan oleh penjual
yang menjual produknya diatas harga pasar.
Penawaran individu : Penawaran yang dilakukan oleh satu individu.
Penawaran pasar : Penawaran yang dilakukan oleh banyak
penjual dipasar.
25
2.8 Harga
Harga merupakan nilai, yang dinyatakan dalam satuan mata uang
atau alat tukar, terhadap sesuatu barang tertentu. Dalam kenyataannya
besar kecilnya nilai atau harga itu tidak hanya ditentukan oleh faktor fisik
saja yang diperhitungkan, akan tetapi faktor-faktor psikologis dan faktor-
faktor lain berpengaruh pula terhadap harga. Dengan demikian dapatlah
diartikan pula bahwa harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah barang beserta jasa-jasa tertentu atau kombinasi
dari keduanya (Indriyo Gitosudarmo, 1984).
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya. Menurut Marius Anggipora (2002), harga
adalah jumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan
produk tersebut. Sedangkan menurut William dalam Marius Anggipora
(2002), harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa
barang) yang dibutuhkan untuk memperoteh beberapa kombinasi sebuah
produk dan pelayanan yang menyertainya.
Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam rupiah. Tetapi dalam
keadaan yang lain harga didefinisikan sebagai jumlah yang dibayarkan
oleh pembeli. Dalam hal ini harga merupakan suatu cara bagi seorang
penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing. Sehingga
pentepan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi
deferensiasi barang dalam pemasaran.
26
Pada umumnya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam
penetapan harga produknya. Tujuan tersebut antara lain :
1) Mendapatkan laba maksimum.
2) Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau
pengembalian pada penjualan bersih.
3) Mencegah atau mengurangi persaingan.
4) Mempetahankan atau memperbaiki market share
Menurut Kotler & Amstrong (2006) harga merupakan sejumlah uang
yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai
yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut. Sedangkan menurut William
Stanton (2004) harga pasar sebuah produk mempengaruhi upah, sewa,
bunga, dan laba. Artinya, harga produk mempengaruhi biaya faktor-faktor
produksi (tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan). Sehingga
definisi harga adalah alat pengukur dasar sebuah sistem ekonomi karena
harga mempengaruhi alokasi faktor-faktor produksi. Dan harga juga dapat
didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh
beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertai.
Banyak yang menganggap bahwa harga sebagai kunci kegiatan dari
sistem perdagangan bebas, harga pasar sebuah produk mempengaruhi
upah, sewa, bunga, dan laba, artinya harga sebuah produk
mempengaruhi biaya faktor-faktor produksi tenaga kerja, tanah, modal dan
kewiraswastaan. Jadi harga adalah alat pengukur dasar sebuah sistem
27
ekonomi karna harga mempengaruhi alokasi faktor-faktor produksi. Upah
kerja yang tinggi memikat tenaga kerja, tingkat bunga yang tinggi menarik
modal dan seterusnya.
2.9 Analisis Elastisitas Permintaan dan Analisis Elastisitas
Penawaran
2.9.1 Analisis Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan (biasanya hanya disebut elastisitas harga)
mengukur berapa banyak kuantitas yang diminta dari sebuah barang akan
berubah apabila harganya berubah. Definisi yang tepat dari elastisitas
permintaan adalah persentase perubahan dalam kuantitas yang diminta
dibagi dengan persentase perubahan dalam harga (Samuelson dan
Nordhaus, 2003).
Barang-barang akan sangat berbeda elastisitas harganya, atau
kepekaannya terhadap perubahan harga. Apabila elastisitas harga dari
sebuah barang tinggi, kita mengatakan bahwa barang itu memiliki
permintaan “elastis”, yang berarti bahwa kuantitas yang diminta sangat
peka terhadap perubahan-perubahan harga. Apabila elastisitas harga dari
sebuah barang rendah, maka disebut sebagai “inelastis” yang berarti
bahwa kuantitas yang diminta kurang peka terhadap perubahan-
perubahan harga.
Ada empat macam konsep elastisitas yang umum dipakai dalam
teori ekonomi mikro:
28
1. Elastisitas harga permintaan (Ed), yaitu persentase jumlah barang
yang diminta akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri.
2. Elastisitas harga penawaran (Es), yaitu persentase perubahan
jumlah barang yang ditawarkan akibat terjadinya perubahan harga
barang itu sendiri.
3. Elastisitas silang (Ec), yaitu persentase perubahan jumlah barang
yang diminta akibat terjadinya perubahan harga barang lain.
4. Elastisitas pendapatan (Ey), yaitu persentase perubahan kuantitas
barang yang diminta akibat terjadinya perubahan pendapatan.
Elastisitas Harga dari Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga
barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari pada
prosentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase
perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan,
dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
Elastisitas harga permintaan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
εp = % Perubahan Q
% Perubahan P=
∆Q
Q:∆P
P=
ΔQ
ΔPx
P
Q
Keterangan :
Ep : Elastisitas Harga Permintaan
∆Q : Perubahan jumlah barang yang di minta
Q : Jumlah barang yang di minta
∆P : Perubahan Harga
P : Harga
29
Dalam hukum perrmintaan berlaku adanya hubungan negatif
(inverse) antara harga dengan jumlah barang yang diminta. Ini berakibat
bahwa elastisitas harga bertanda negatif artinya kenaikan harga suatu
barang akan menurunkan jumlah barang yang diminta dan sebaliknya
penurunan harga suatu barang, jumlah barang yang diminta akan naik.
Nilai elastisitas harga permintaan tersebut bergerak dari nol sampai
tak berhingga atau 0 ≤ εp ≥ 1, dengan uraian sebagai berikut :
a. Elastis
Bila nilai εp > 1, kurva permintaannya bersifat elastis. Kurva
permintaan elastis apabila harga berubah dan permintaan akan
mengalami perubahan dengan persentasi yang melebihi persentasi
perubahan harga. Koefisien permintaan elastis bernilai lebih dari satu
(E >1), artinya kenaikan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan
jumlah permintaan lebih dari 1 persen, dan sebaliknya. Bentuk kurva
permintaanya adalah lebih landai. Contoh barang yang bersifat elastis
adalah barang mewah, walaupun harganya naik tetapi permintaan
terhadap barang tersebut tetap tinggi.
b. Tidak Elastis
Bila nilai εp < 1, maka kurva permintannya bersifat inelastis. Nilai
tersebut muncul karena persentasi perubahan harga lebih besar daripada
persentasi perubahan jumlah yang diminta. Nilai E < 1, artinya kenaikan
harga sebesar 1 persen hanya diikuti penurunan jumlah yang diminta
kurang dari satu persen, sebaliknya penurunan harga sebesar 1 persen
30
menyebabkan kenaikan jumlah barang yang diminta kurang dari 1 persen,
bentuk kurvanya lebih curam. Contoh produk yang permintaan nya bersifat
tidak elastis diantaranya adalah kebutuhan pokok.
c. Elastisitas Uniter
Bila nilai εp = 1, kurva permintaanya bersifat elastisitas kesatuan
(unitary elasticity). Permintaan elastisitas uniter terjadi jika perubahan
permintaan sebanding dengan perubahan harga. Kurva elastisitas uniter
ini mempunyai koefisien elastisitas permintaan sebesar satu (E=1) dan
berbentuk melengkung yang artinya kenaikan harga sebesar 1 persen
diikuti oleh penurunan jumlah permintaan sebesar 1 persen, dan
sebaliknya. Contoh barang elastisitas uniter adalah kebutuhan sekunder
seperti alat elektronik.
d. Elastis Sempurna
Bila nilai εp = ~, kurva permintaanya bersifat elastis sempurna.
Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada suatu harga tertentu
pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Jadi,
berapapun banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada harga
tersebut, semuanya akan terjual. Kurva permintaan elastisitas sempurna
berbentuk sejajar dengan sumber datar dan elastisitasnya tidak terhingga.
Contoh produk yang permintaan nya bersifat elastis sempurna
diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang
memiliki karakteristik sama dan fungsi yang sama meskipun dijual di
tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda.
31
e. Tidak Elastis Sempurna
Bila nilai εp = 0, maka kurva permintaannya bersifat inelastis
sempurna. Permintaan inelastis sempurna terjadi ketika perubahan harga
tidak akan merubah jumlah barang atau jasa yang diminta, jumlah yang
diminta akan tetap walaupun harga mengalami kenaikan atau penurunan.
(Koefisien E=0). Contoh barang yang permintaannya tidak elastis
sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang
tersedia tetap terbatas).
Elastisitas Harga (barang sendiri) atau lengkapnya elastisitas harga
dari permintaan atau elastisitas permintaan terhadap harga.
Elastisitas Harga yaitu suatu konsep yang dimaksudkan untuk
mengukur derajat perubahan kuantitas barang yang dibeli sebagai akibat
perubahan harga barang tersebut. Macam Elastisitas Harga :
a. Elastisitas Titik (Point Elasticity)
Secara matematis sebagai berikut :
dimana :
EHx : elastisitas (titik) harga dari permintaan barang X
ΔX : perubahan jumlah barang yang diminta
ΔHx : perubahan harga barang X
32
X : jumlah barang yang diminta
Hx : Harga barang X
EHx < 1 : tak elastis
EHx = 1 : unitary
EHx > 1 : elastis
b. Elastisitas busur (arc elasticity)
Secara matematis sebagai berikut:
dimana :
Hx1 : harga barang semula
Hx2 : harga barang setelah berubah
X1 : jumlah barang semula
X2 : jumlah barang setelah berubah
Elastistas Harga Silang
Elastisitas harga silang yaitu merupakan derajat kepekaan
permintaan barang X terhadap perubahan harga barang lain. Secara
matematis sebagai berikut :
dimana :
Hy : Harga barang lain
ΔHy : perubahan harga barang lain.
33
Ada tiga macam hubungan antara barang X dengan barang lain:
1. EHx < 0 : hubungan komplementer
2. EHx > 0 : hubungan substitusi
3. EHx = 0 : hubungan netral
Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan yaitu merupakan derajat kepekaan
permintaan barang X terhadap perubahan pendapatan atau anggaran
belanja konsumen. Secara matematis elastisitas titik pendapatan
sebagai berikut :
dimana :
ΔM : perubahan pendapatan konsumen
M : Pendapatan konsumen
Sedang elastisitas busur pendapatan sebagai berikut:
bila Ep > 0 : barang normal
bila Ep < 0 : barang inferior
bila Ep < 1 : barang-barang kebutuhan pokok
bila Ep > 1 : barang-barang tidak pokok (barang mewah)
34
2.9.2 Analisis Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran (Elasticity of Supply) adalah elastisitas harga
untuk penawaran (price elasticity of supply), namun lebih sering disebut
singkat tanpa mengurangi artinya dengan elastisitas penawaran. Dapat
disimpulkan bahwa elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan
penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan karena adanya
perubahan harga barang dan jasa tersebut.
Jika harga pasar tinggi, para penjual akan bersedia menjual lebih
banyak daripada harga rendah. Tetapi tidak setiap barang dapat segera
ditambah jumlahnya. Untuk mengukur cepat lambatnya jumlah yang
ditawarkan(Qs) disesuaikan dengan perubahan harga dan menggunakan
pengertian elastisitas penawaran (Elasticity of Supply).
Makin besar angka elastisitas makin besar elastisitas penawaran,
artinya perubahan harga yang relatif kecil mengakibatkan perubahan
jumlah yang ditawarkan relatif besar. Elastisitas harga atau harga yang
ditawarkan adalah nol bila kurva penawaran merupakan garis vertikal
(harga tidak berpengaruh pada jumlah yang ditawarkan), tak terhingga bila
kurva penawaran berbentuk horisontal yang berarti bahwa jumlah yang
ditawarkan tidak terbatas pada harga tertentu.
Elastisitas penawaran mengukur sensitivitas dari penawaran produk
oleh produsen terhadap perubahan harga produk itu di pasar dengan
mengasumsikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran produk
dianggap konstan dan didefinisikan sebagai rasio persentase perubahan
35
kuantitas produk yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga
produk itu di pasar. Elastisitas harga dari penawaran dikatakan elastis jika
nilai koefisien elastisitas (Es) harga tersebut lebih besar dari 1, elastis
unitary jika Es sama dengan 1, dan inelastis jika Es lebih kecil dari satu
(Gaspersz, 2000 dalam Alifianto, 2009).
Elastisitas penawaran menggambarkan pengaruh dari harga suatu
barang terhadap jumlah yang akan dijual. Jika kenaikan harga barang
dibarengi dengan peningkatan barang yang ditawarkan maka kejadian
penawaran ini disebut dengan elastis. Akan tetapi pada sebaliknya, jika
peningkatan harga tidak diikuti dengan adanya peningkatan barang yang
ditawarkan maka kejadian penawarannya disebut dengan inelastis.
Seperti dalam permintaan, elastisitas penawaran dapat dibedakan
menjadi 5 macam, yaitu:
a) Penawaran elastisitas sempurna
Penawaran elastisitas sempurna terjadi jika harga suatu barang tidak
berubah, akan tetapi penyediaan dari barang berubah, atau dengan kata
lain, penawaran elastis sempurna terjadi jika perubahan penawaran tidak
dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga, sehingga nilai
kooefisiennya = ~ (tidak terhingga).
Barang-barang yang bersifat elastis sempurna adalah barang yang
pada harga tertentu penawarannya terus mengalami perubahan. Ini terjadi
karena pertambahan jumlah produsen, penggunaan mesin-mesin modern
dan lain-lain contohnya: VCD, buku gambar, dan lain-lain
36
b) Penawaran Elastis
Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah
penawaran yang lebih besar. Atau dengan kata lain, penawaran elastis
terjadi jika persentase perubahan penawaran barang lebih besar dari
persentase perubahan harga atau apabila nilai koofisiennya >1.
Contoh barang yang memiliki sifat penawaran elastis adalah barang-
barang produksi pabrik yang tidak bergantung pada masa panen dan
musim. Contohnya adalah produk mie instan yang dapat diproduksi tanpa
bergantung pada musim.
c) Penawaran dengan elastisitas uniter
Penawaran elastis uniter terjadi jika perubahan harga sebanding
dengan perubahan jumlah penawaran. Atau bisa dikatakan elastisitas
uniter jika persentase perubahan harga sama dengan persentase
perubahan penawaran atau jika nilai koofisiennya =1.
Penawaran bisa terjadi pada berbagai macam barang yang terjadi
pada saat tertentu saja (secara kebetulan). Contoh: cabe, tomat, dan
barang sejenisnya yang bisa dipanen atau dijual meski belum siap panen
dan disimpan dalam waktu tertentu. Jika terjadi kenaikan harga, maka
produsen akan menyegerakan panen walaupun produk tersebut belum
siap panen.
d) Penawaran tidak elastis (Inelastic)
Penawaran inelastic terjadi jika perubahan harga kurang
berpengaruh pada perubahan penawaran. Atau dengan kata lain
37
penawaran tidak elastis terjadi jika persentase perubahan penawaran
barang lebih kecil dari persentase perubahan harga atau jika nilai
koofisiennya <1.
Barang-barang hasil pertanian memiliki sifat penawaran inelastis
karena produk pertanian dibatasi oleh masa panen dan musim.
Contohnya buah durian dimana penawaran untuk produk tersebut sangat
bergantung musim panennya.
e) Penawaran inelastic sempurna
Penawaran inelastic sempurna dapat terjadi jika perubahan harga
tidak dapat mempengaruhi jumlah penawaran atau jika nilai kofisiennya
adalah 0. Barang yang sifat penawarannya inelastis sempurna adalah
barang yang jumlahnya tidak bisa ditambah walau harga mengalami
kenaikan, contohnya tanah. Ini terjadi pada barang yang kapasitas
produksinya sudah optimum.
Cara Pengukuran Elastisitas Penawaran (Supply)
Rumus koefisien elastisitas penawaran adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Es : Elastisitas Supply
Qs : Jumlah Barang Penawaran
P : Harga
38
ΔQs : Selisih Jumlah barang penawaran
ΔP : Selisih Harga
Penafsiran terhadap elastisitas penawaran adalah sebagai berikut :
Besaran Elastisitas
Kategori Elastisitas
Pengaruh bila harga Turun
Pengaruh bila harga naik
Es > 1 Elastisitas Jumlah yang ditawarkan turun dengan % yang lebih besar
Jumlah yang ditawarkan naik dengan persentase yang lebih besar dibandingkan persentase kenaikan harga
Es < 1 Inelastis Jumlah yang ditawarkan turun dengan % yang lebih kecil
Jumlah yang ditawarkan naik dengan persentase yang lebih kecil dibandingkan persentase kenaikan harga
Es = 1 Unitary elastis Jumlah yang ditawarkan turun dengan % yang sama
Jumlah yang ditawarkan turun dengan % yang sama dengan persentase kenaikan harga
2.10 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairia (2015)
dengan judul Analisis Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Provinsi
Sumatera Utara, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak
harga cabai merah tingkat konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan
per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara. Dan secara serempak harga cabai merah tingkat
produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi, dan luas panen
39
cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara. Penawaran dan permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara adalah konvergen (menuju keseimbangan).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Itsnan
Kurniawan (2014) dengan judul Analisis Pemasaran Cabai Merah di
Kabupaten Bantul, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola Saluran
pemasaran cabai merah di Kabupaten Bantul yang terbentuk terdiri dari
tiga saluran. Kinerja Pemasaran pada saluran I lebih efisien secara teknis
dibandingkan kinerja pemasaran pada saluran lainya. Kinerja pemasaran
saluran III lebih efisien secara ekonomis dibandingkan kinerja pemasaran
pada saluran lainya, dan berdasarkan presentase farmer’s share yang
terbentuk, kinerja pemasaran saluran I lebih efisien daripada saluran II
dan Saluran III. Sehingga kinerja pemasaran yang efisien, lebih banyak
diperoleh pada saluran I.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asnidar (2015)
dengan judul Analisis Pengaruh Permintaan dan Penawaran Beras di Kota
Medan, hasil penelitian menunjukkan bahwa Harga beras, PDRB
perkapita dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap permintaan beras di Kota Medan. Kemampuan
variabel harga beras, PDRB perkapita dan jumlah penduduk secara
bersama-sama memberi penjelasan variasi variabel permintaan beras di
Kota Medan sebesar 99,98 persen. Harga beras, jumlah penduduk dan
indeks curah hujan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap
40
penawaran beras di Kota Medan. Kemampuan variabel harga beras,
jumlah penduduk dan indeks curah hujan secara bersama-sama memberi
penjelasan variasi variabel penawaran beras di Kota Medan sebesar
93,30 persen.
2.11 Kerangka Pemikiran
Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai cenderung
terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-
rata konsumsi. Potensi pasar cabai juga dapat dilihat dari segi harga, naik
turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya
terhadap barang yang diminta. Permintaan cabai dapat dipengaruhi
oleh harga cabai.
Penawaran adalah jumlah barang dan atau jasa yang ingin dan
dapat ditawarkan produsen di pasar pada berbagai tingkat harga. Jika
harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah
jumlah barang yang dihasilkan. Kenaikan jumlah penawaran yang
dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan
konsumen terhadap barang tersebut. Penawaran cabai dapat dipengaruhi
oleh harga cabai.
41
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat dalam
Gambar 3 berikut ini :
Gambar 3. Kerangka Pikir
Komoditas Cabai
Harga Pasar
Penawaran Permintaan
42
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tradisional Kota Makassar,
tepatnya di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan
bahwa lokasi tersebut merupakan sentra konsumen Komoditas Cabai,
sehingga peneliti dapat mengamati permintaan dan penawaran Komoditas
Cabai di Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan,
yaitu bulan Juli 2017.
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2009), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti hanya menentukan dan
menggunakan populasi dari hasil survey secara langsung di pasar-pasar
tempat penelitian maupun instansi terkait. Populasi pada penelitian ini
sebanyak 375 pedagang cabai di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng
dan Pasar Daya di Kota Makassar.
43
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa “ teknik sampling merupakan
teknik pengambilan sampel”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah “Simple Random Sampling”. Metode Simple
Random Sampling adalah metode pengambilan responden yang
dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada responden.
Menurut Arikunto (2010), “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang akan diteliti”. Pengambilan sampel untuk penelitian jika
subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau
20-25% atau lebih. Maka digunakan rumus sebagai berikut:
N = 20
100 x 375
N = 7500
100
N = 75
Jadi jumlah responden yang ambil dari populasi yang ada sebanyak
75 pedagang cabai dari 375 populasi pedagang cabai di Pasar Terong,
Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar yang
digunakan untuk mengetahui besar pengaruh variabel harga terhadap
permintaan dan penawaran. Sampel yang digunakan untuk dianalisis
pada penelitian ini adalah pedagang cabai di Pasar Terong, Pasar
Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar. Adapun sampel dan
populasi penelitian di Pasar Tradisional Kota Makassar dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut :
44
Tabel 3. Populasi dan Sampel Penelitian di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017.
No Pasar Tradisional Jumlah populasi (pedagang)
Jumlah sampel (pedagang)
1 Pasar Terong 150 30
2 Pasar Pa’baeng-Baeng 100 20
3 Pasar Daya 125 25
Jumlah 375 75
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara
langsung dengan responden yang menggunakan kuisioner yang
telah disiapkan sebelumnya dan observasi langsung di lapangan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kota
Makassar, BPS (Badan Pusat Statistik) serta lembaga atau instansi
lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder tersedia
dalam bentuk laporan-laporan tertulis dan dokumen resmi lainnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung dilapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
objek penelitian. Observasi dilakukan secara langsung di Pasar
Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar;
45
Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya, dapat diberikan secara langsung. Kuesioner ini
ditujukan kepada pedagang Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit
yang ada di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya
di Kota Makassar;
Dokumentasi dengan mengambil gambar/foto-foto berkaitan dengan
objek penelitian. Dokumentasi ini dilakukan untuk dijadikan sebagai
bukti dari penelitian yang dilakukan.
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian pertama diuji dengan menggunakan Analisis
elastisitas permintaan untuk menganalisis berapa besar pengaruh
variabel harga cabai merah besar dan cabai rawit terhadap
permintaan cabai merah besar dan cabai rawit di Kota Makassar.
Elastisitas permintaan adalah tingkat kepekaan (reaksi) perubahan
jumlah barang atau jasa yang diminta terhadap perubahan harga. Untuk
menentukan besarnya elastisitas harga permintaan bisa dilakukan dengan
membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan
persentase perubahan harga barang tersebut. secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
46
𝐸𝑝 =Persentase jumlah barang atau jasa yang diminta
Persentase perubahan harga
Atau
Keterangan :
Ep : Koefisien elastisitas permintaan
ΔP : Perubahan harga
P : Harga awal
ΔQd : Perubahan jumlah yang diminta
Q : Jumlah yang diminta mula-mula (awal)
Jika nilai yang diperoleh adalah negative. Ini merupakankeadaan
yang selalu akan terjadi. Nilai yang negative disebabkan karena harga dan
jumlah barang yang diminta mengalami perubahan kearah yang
berbalikan. Penurunan harga menaikkan permintaan, manakala kenaikan
harga menurunkan permintaan. Dalam menghitung koefisien elastisitas,
tanda negative itu biasanya diabaikan.
Ada lima macam elastisitas permintaan, yaitu :
a. Permintaan elastis (Es > 1)
Permintaan suatu barang dikatakan elastis jika perubahan harga
suatu barang mengakibatkan perubahan permintaan yang besar.
Jika diperoleh Ep > 1 maka sifat permintaan dikatakan elastis, yang
artinya konsumen sensitive terhadap perubahan harga barang, jika
47
perubahan harga sebesar 1% maka akan terjadi perubahan jumlah
barang yang diminta lebih dari 1%.
b. Permintaan Elastis Sempurna (Es = ~)
Apabila suatu barang atau jasa memiliki koefisien elastisitas tak
terhingga maka barang atau jasa tersebut dikatakan elastisitas
sempurna. Artinya pada harga tetap besarnya permintaan konsumen
tak terhingga atau dengan kata lain berapapun persediaan barang
yang tersedia akan habis diminta oleh konsumen.
c. Permintaan Inelastis (Es < 1)
Dalam permintaan ini konsumen kurang sensitive terhadap
harga, artinya meskipun harga barang naik, masyarakat akan tetap
membelinya, biasanya terjadi pada barang-barang kebutuhan pokok
masyarakat dan barang-barang yang tidak mempunyai pengganti.
d. Permintaan Inelastis Sempurna (Es = 0)
Dalam permintaan inelastis sempurna berapapun harga tidak
akan berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta
oleh konsumen.
e. Permintaan Elastisitas Satuan (Es = 1)
Elastisitas ini menyatakan bahwa perubahan harga sebesar 1%
mengakibatkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta
konsumen sebesar 1%.
48
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi elastisitas harga
permintaan yaitu :
a. Ketersediaan barang substitusi atas suatu barang, semakin tinggi
nilai barang substitusi maka permintaan barang tersebut akan
semakin elastis.
b. Intensitas kebutuhan. Desakan kebutuhan konsumen terhadap suatu
barang akan mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang
tersebut. Meskipun harga naik tetapi permintaan terhadap barang
tersebut tetap akan tinggi karena dipengaruhi oleh desakan
kebutuhan konsumen.
c. Pendapatan konsumen. Ketika pendpatan konsumen relatif besar
dibandingkan dengan harga barang bersangkutan, permintaan akan
inelastis. Sebaliknya, jika pendapatan konsumen relatif kecil,
perubahan harga sedikitpun terhadap barang akan membuat
perubahan terhadap permintaan barang sehingga permintaan
bersifat elastis.
d. Tradisi. Ada beberapa orang yang menjadikan suatu barang menjadi
sebuah tradisi, jadi meskipun barang tersebut mengalami kenaikan
harga, permintaan terhadap barang tersebut tetap akan tinggi
sehingga permintaan cenderung bersifat inelastis.
49
2. Tujuan penelitian kedua diuji dengan menggunakan Analisis
elastisitas penawaran untuk menganalisis berapa besar pengaruh
variabel harga cabai merah besar dan cabai rawit terhadap
penawaran cabai merah besar dan cabai rawit di Kota Makassar.
Elastisitas penawaran adalah tingkat kepekaan (reaksi) perubahan
jumlah barang atau jasa yang ditawarkan terhadap perubahan harga.
Besarnya pengaruh perubahan jumlah yang ditawarkan terhadap
perubahan harga dapat diukur dengan koefisien elastis penawaran,
dengan menggunakan rumus :
𝐸𝑠 =Persentase perubahan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
Persentase perubahan harga
Atau
Keterangan:
Es : Koefisien elastisitas penawaran
ΔP : Perubahan harga
P : Harga awal
ΔQ : Perubahan jumlah yang ditawarkan
Q : Jumlah yang ditawarkan mula-mula
50
Ada lima macam elastisitas penawaran, yaitu :
a. Penawaran elastis (Es > 1)
Penawaran elastis dapat diartikan bahwa penjual sensitif atau peka
terhadap perubahan harga, yaitu perubahan harga sebesar
1% dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang atau
jasa yang ditawarkan lebih dari 1 %.
b. Penawaran Elastis Sempurna (Es = ~)
Penawaran yang elastis sempurna terjadi ketika harga tertentu
jumlah barang yang ditawarkan tidak terbatas atau perubahan harga
0% menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang
ditawarkan lebih dari 0%.
c. Penawaran Inelastis (Es < 1)
Penawaran inelastis ditandai oleh penjual yang kurang sensitif
terhadap perubahan harga. Perubahan harga sebesar 1%
menyebabkan terjadinya perubahan kuantitass barang yang
ditawarkan kurang dari 1%.
d. Penawaran Inelastis Sempurna (Es = 0)
Penawaran inelastis sempurna ditandai oleh perubahan harga yang
tidak berpengaruh terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Pada
tingkat harga berapapun, jumlah barang yang ditawarkan tetap.
51
e. Penawaran Elastisitas Satuan (Es = 1)
Jenis elastisitas ini ditandai oleh persentase perubahan harga
berbanding lurus dengan persentase perubahan jumlah barang
yang ditawarkan.
3.6 Konsep Operasional
Untuk memudahkan dalam pengambilan persepsi dalam penelitian
ini, maka disusun konsep operasional sebagai berikut:
1. Cabai merupakan salah satu jenis sayuran hortikultura yang
digunakan sebagai penyedap masakan dan penambah selera
makan. Cabai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cabai
merah besar dan cabai rawit.
2. Pedagang adalah orang yang menjual Cabai Merah Besar dan Cabai
Rawit untuk memperoleh suatu keuntungan dan dilakukan di Pasar
Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar
dan pembentuk penawaran.
3. Pembeli adalah orang yang membeli Cabai Merah Besar dan Cabai
Rawit dari pedagang Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit yang
dilakukan di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya
di Kota Makassar dan pembentuk permintaan.
4. Harga cabai merah besar dan cabai rawit yang diteliti adalah harga
cabai merah besar dan cabai rawit di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-
Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar pada tingkat pedagang
kepada pembeli yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.
52
5. Permintaan adalah jumlah barang yang dibeli/diinginkan oleh
konsumen pada suatu pasar tertentu, pada berbagai tingkat
harga dan pada waktu tertentu. Permintaan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah permintaan yang dilakukan oleh
konsumen kepada pedagang terhadap cabai merah besar dan cabai
rawit di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya
di Kota Makassar.
6. Penawaran adalah jumlah barang yang disiapkan/ditawarkan
oleh pedagang pada suatu pasar tertentu, pada periode
tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Penawaran yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penawaran yang dilakukan oleh
pedagang kepada konsumen terhadap cabai merah besar dan cabai
rawit di Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya
di Kota Makassar.
7. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Juli
2017. Periode waktu yang digunakan untuk menghitung nilai
elastisitas permintaan dan penawaran adalah Minggu Awal dan
Minggu Akhir. Minggu awal yang dimaksud adalah minggu pertama
dalam penelitian tepatnya Minggu I di bulan Juli 2017. Sedangkan
Minggu akhir yang dimaksud adalah minggu terakhir dalam
penelitian tepatnya Minggu IV di bulan Juli 2017.
53
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya
di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi
daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh segi astronomis,
geologis, fisiografis dan sosial budaya (Samhis Setiawan, 2016).
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan
terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Secara astronomis, Kota Makassar
terletak antara 119o24’17’38” Bujur Timur dan 5o8’6’19” Lintang Selatan.
Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km2 yang meliputi 14
kecamatan, yaitu: Kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, Rappocini,
Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, Ujung Tanah, Tallo,
Panakukkang, Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea. Jumlah
Kelurahan di Kota Makassar tercatat memiliki 153 Kelurahan, 1.002 RW
dan 4.965 RT (BPS, 2017).
Adapun batas-batas Kota Makassar sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Maros
Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
Sebelah Timur : Kabupaten Maros
Sebelah Barat : Selat Makassar
54
4.2 Keadaan Iklim
Suhu udara di Kota Makassar tahun 2016 maksimum 34,130C,
minimum 24,140C, dan rata-rata 28,390C. Kelembaban udara rata-rata
81%, kecepatan angin rata-rata 4,4 knots, dan penyinaran matahari rata-
rata 73.25%. Kota Makssar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo
yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara
pada bagian selatan kota.
4.3 Topografi Wilayah
Kota Makassar merupakan dataran rendah dengan ketinggian
yang bervariasi antara 1-25 meter di atas permukaan laut. Pada akhir
tahun 2016, wilayah administrasi Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan,
luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu: Mariso (1,82 km2),
Mamajang (2,25 km2), Tamalate (20,21 km2), Rappocini (9,23 km2),
Makassar (2,52 km2), Ujung Pandang (2,63 km2), Wajo (1,99 km2),
Bontoala (2,10 km2), Ujung Tanah (5,94 km2), Tallo (5,83 km2),
Panakkukang (17,05 km2), Manggala (24,14 km2), Biringkanaya
(48,22 km2), serta Tamalanrea (31,84 km2).
4.4 Keadaan Penduduk
Penduduk adalah orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah
tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk
tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di
55
daerah lain. Untuk mengetahui keadaan penduduk pada suatu wilayah
maka dapat dilihat dari setiap desa/kelurahan, jenis kelamin, tingkat usia
serta agama.
4.4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Penduduk merupakan salah satu aset dalam hal sumber daya
manusia yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas pada berbagai aspek
kehidupan. Melalui kegiatan dan peran penduduk maka menentukan arah
pembangunan. Adapun jumlah penduduk menurut kecamatan di Kota
Makassar dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Makassar, 2016.
Kecamatan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Mariso 59.292 4.03
Mamajang 61.007 4.15
Tamalate 194.493 13.23
Rappocini 164.563 11.20
Makassar 84.758 5.77
Ujung Pandang 28.497 1.94
Wajo 30.933 2.10
Bontoala 56.536 3.85
Ujung Tanah 49.223 3.35
Tallo 139.167 9.47
Panakkukang 147.783 10.06
Manggala 138.659 9.44
Biringkanaya 202.520 13.78
Tamalanrea 112.170 7.63
TOTAL 1.469.601 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2017.
Tabel 4 dapat dilihat bahwa, jumlah penduduk menurut kecamatan di
Kota Makassar sebanyak 1.469.601 jiwa. Dari keseluruhan penduduk
yang ada di Kota Makassar, kelurahan yang paling banyak penduduknya
56
adalah Kelurahan Biringkanaya sebanyak 202.520 jiwa dengan
persentase sebanyak 13,78 % sedangkan kelurahan yang paling sedikit
penduduknya adalah kelurahan Ujung Pandang sebanyak 28.497 jiwa
dengan persentase sebanyak 1,94 %.
4.4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan kerja dan juga sangat menentukan dalam
klasifikasi pembagian kerja. Penduduk berdasarkan jenis kelamin
dibedakan atas jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.
Adapun jumlah penduduk menurut jenis kelamin berdasarkan kecamatan
di Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Di Kota Makassar, 2016.
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Mariso 29.856 29.436 59.292
Mamajang 29.884 31.123 61.007
Tamalate 96.516 97.977 194.493
Rappocini 79.660 84.903 164.563
Makassar 42.048 42.710 84.758
Ujung Pandang 13.453 15.044 28.497
Wajo 15.164 15.769 30.933
Bontoala 27.579 28.957 56.536
Ujung Tanah 24.794 24.429 49.223
Tallo 69.739 69.428 139.167
Panakkukang 73.114 74.669 147.783
Manggala 69.541 69.118 138.659
Biringkanaya 100.978 101.542 202.520
Tamalanrea 54.988 57.182 112.170
TOTAL 727.314 742.287 1.469.601
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2017.
57
Tabel 5 dapat dilihat bahwa, jumlah penduduk menurut
jenis kelamin berdasarkan kecamatan di Kota Makassar pada
tahun 2016 terdiri atas 727.314 jiwa penduduk laki-laki dan 742.287 jiwa
penduduk perempuan dengan jumlah keseluruhan penduduk sebanyak
1.469.601 jiwa.
4.4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir
sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan
menggunakan hitungan tahun. Berdasarkan umur penduduk dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok usia, yaitu usia belum produktif (0-14),
usia produktif (15-59) dan usia non produktif (60 tahun keatas). Adapun
jumlah penduduk menurut kelompok umur berdasarkan jenis kelamin di
Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kota Makassar, 2016.
Umur Laki-laki Perempuan JUMLAH
0-4 70.626 67.503 138.129
5-9 63.647 61.087 124.734
10-14 59.704 56.957 116.661
15-19 79.016 81.117 160.133
20-24 97.986 95.241 193.227
25-29 69.180 67.707 136.887
30-34 55.959 58.771 114.730
35-39 48.957 52.927 101.884
40-44 47.053 51.121 98.174
45-49 41.816 43.511 85.327
50-54 31.661 31.932 63.593
55-59 23.543 25.364 48.907
60-64 15.956 17.597 33.553
65+ 22.210 31.452 53.662
TOTAL 727.314 742.287 1.469.601
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2017.
58
Tabel 6 dapat dilihat bahwa, jumlah penduduk menurut kelompok
umur berdasarkan jenis kelamin di Kota Makassar tahun 2016 yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak pada umur 20-24 tahun dengan
jumlah laki-laki sebanyak 97.986 jiwa dan perempuan sebanyak 95.241
jiwa dengan jumlah keseluruhan sebanyak 193.227 jiwa.
4.5 Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan seperangkat alat yang digunakan
dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan
peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi
untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Adapun sarana dan
prasarana yang biasa dijumpai pada masyarakat antara lain sarana
pendidikan, sarana peribadatan dan fasilitas kesehatan. Suatu wilayah
dapat dikatakan mengalami perkembangan jika wilayah tersebut
mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, sehingga penduduk
dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Sarana dan prasarana di Kota Makassar antara lain sarana pendidikan,
sarana kesehatan dan sarana peribadatan.
4.5.1 Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam
proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak
agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif, efisien (Suharsimi Arikunto dalam Kurniawati, 2006).
59
Adapun keadaan sarana pendidikan di Kota Makassar dapat dilihat
pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Sarana Pendidikan Di Kota Makassar, 2016.
Kecamatan Jumlah
TK SD/
Sederajat SMP/
Sederajat SMA/
Sederajat SMK/
Sederajat
Mariso 94 19 6 5 2
Mamajang 50 25 10 11 4
Tamalate 50 44 15 9 18
Rappocini 52 50 20 16 9
Makassar 37 39 18 10 6
Ujung Pandang
42 33 19 11 2
Wajo 22 13 6 4 1
Bontoala 22 24 13 7 6
Ujung Tanah 20 21 11 5 1
Tallo 16 46 15 4 3
Panakkukang 15 51 18 12 14
Manggala 7 39 16 13 6
Biringkanaya 9 51 24 10 11
Tamalanrea 7 35 13 9 5
TOTAL 443 490 204 126 88
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2017.
Tabel 7 dapat dilihat bahwa, sarana pendidikan yang ada di Kota
Makassar terdapat sebanyak 443 unit Taman Kanak-Kanak (TK), 490 unit
Sekolah Dasar/sederajat, 204 unit Sekolah Menengah Pertama/sederajat,
126 unit Sekolah Menengah Atas/sederajat dan 88 unit Sekolah
Menengah Kejuruan/sederajat. Taman Kanak-Kanak (TK) terbanyak
berada di Kecamatan Mariso sebanyak 94 unit sekolah, Sekolah Dasar
terbanyak berada di Kecamatan Biringkanaya dan Panakkukang
sebanyak 51 unit sekolah, Sekolah Menengah Pertama terbanyak berada
di Kecamatan Biringkanaya sebanyak 24 unit sekolah, Sekolah Menengah
60
Atas terbanyak berada di Kecamatan Manggala sebanyak 13 unit sekolah
dan Sekolah Menengah Kejuruan terbanyak berada di Kecamatan
Tamalate sebanyak 18 unit sekolah.
4.5.2 Sarana Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan
ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan, dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan dan
lainnya. Adapun sarana kesehatan yang ada di Kota Makassar dapat
dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Sarana Kesehatan Di Kota Makassar, 2016.
Kecamatan RS Umum/
Khusus RS Ibu
dan Anak Puskes-
mas Posyandu Klinik
Mariso 1 - 3 52 8
Mamajang 2 1 2 60 8
Tamalate 3 4 89 18
Rappocini 4 4 4 119 24
Makassar 1 4 3 92 5
Ujung Pandang 3 3 1 32 15
Wajo 2 - 2 35 3
Bontoala - - 2 55 -
Ujung Tanah 1 - 4 50 5
Tallo 1 - 3 84 3
Panakkukang 2 1 5 108 19
Manggala - 2 4 52 9
Biringkanaya 4 2 4 107 18
Tamalanrea 2 - 5 65 13
TOTAL 27 17 46 1.000 148
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2017.
Tabel 8 dapat dilihat bahwa, sarana kesehatan yang ada di Kota
Makassar terdapat Rumah Sakit Umum/Khusus sebanyak 27 unit, Rumah
Sakit Ibu dan Anak sebanyak 17 unit, Puskesmas sebanyak 46 unit,
Posyandu sebanyak 1.000 unit dan Klinik sebanyak 148 unit.
61
4.5.3 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan atau tempat ibadah merupakan bagian penting
dan tidak bisa dipisahkan dari pembangunan secara keseluruhan.
Pembangunan tempat ibadah memiliki posisi dan peran strategis
sebagai landasan moral, spiritual serrta etika dalam berkehidupan.
Tempat peribadatan memiliki peranan penting sebagai tempat
berlangsungnya penyampaian ajaran sebuah agama ataupun
kepercayaan, dimana agama memliki pengaruh dalam mendidik
manusia agar berbuat baik dan mencegah perbuatan buru (Janti, 2013).
Adapun jumlah sarana peribadatan di Kota Makassar dapat dilihat
pada Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Sarana Peribadatan Di Kota Makassar, 2016.
Kecamatan Jumlah
Mesjid Gereja Pura Wihara Klenteng
Mariso 4 4 - 1 -
Mamajang 35 8 - - -
Tamalate 171 8 - 1 -
Rappocini 143 6 - - -
Makassar 39 11 - 1 -
Ujung Pandang 33 19 - 7 -
Wajo 38 3 - 7 8
Bontoala 31 - - - -
Ujung Tanah 39 1 - - -
Tallo 81 4 - - -
Panakkukang 105 34 - - -
Manggala 111 4 - - -
Biringkanaya 222 22 - - -
Tamalanrea 133 10 1 - -
TOTAL 1.185 134 1 17 8
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2017.
62
Tabel 9 dapat dilihat bahwa, sarana peribadatan yang ada
di Kota Makassar terdapat Mesjid sebanyak 1.185 unit, Gereja sebanyak
134 unit, Pura sebanyak 1 unit, Wihara sebanyak 17 unit dan Klenteng
sebanyak 8 unit.
4.6 Pasar Tradisional Kota Makassar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya. Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau
proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual)
dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan
harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan
(Ni Made Winda, 2013).
Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara
langsung, bangunannya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran
terbuka yang dibuka penjual maupun suatu pengelola pasar. Pada pasar
tradisional ini sebagian besar menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,
kain, barang elektronik dan lain-lain. Sistem yang terdapat pada pasar ini
dalam proses transaksi adalah pedagang melayani pembeli yang datang
63
ke stan mereka, dan melakukan tawar menawar untuk menentukan kata
sepakat pada harga dengan jumlah yang telah disepakati sebelumnya
(Ni Made Winda, 2013).
Adapun Pasar Tradisional di Kota Makassar dapat dilihat pada
Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Pasar Tradisional Di Kota Makassar, 2017.
No Pasar Tradisional
1 Pasar Makassar Mall
2 Pasar Terong
3 Pasar Butung
4 Pasar Kampung Baru
5 Pasar Pannampu
6 Pasar Pa’baeng-Baeng Barat
7 Pasar Pa’baeng-Baeng Timur
8 Pasar Sambung Jawa
9 Pasar Parang Tambung
10 Pasar Cendrawasih
11 Pasar Panakukkang
12 Pasar Maricaya
13 Pasar Kalimbu
14 Pasar Kerung-Kerung
15 Pasar Niaga Daya
16 Pasar Mandai
17 Pasar Sawah
18 Pasar Mamajang
Sumber : PD. Pasar Makassar Raya, 2017.
Tabel 10 dapat dilihat bahwa, terdapat 18 unit pasar tradisional yang
ada di Kota Makassar yang terdaftar secara resmi oleh Perusahaan
Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar. Dari 18 unit pasar tersebut
yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 3 pasar tradisional. Pasar
tersebut adalah Pasar Pa’baeng-baeng, Pasar Terong dan Pasar Daya.
64
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas responden menggambarkan kondisi atau keadaan serta
status orang tersebut. Identitas seorang responden akan sangat membantu
dalam proses penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang
Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit yang berada di Pasar Terong, Pasar
Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya di Kota Makassar. Adapun jumlah
reponden pada penelitian ini sebanyak 75 pedagang Cabai Merah Besar
dan Cabai Rawit yang terbagi dalam 3 Pasar Tradisional yang ada di Kota
Makassar, yaitu Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya.
Jumlah pedagang responden pada Pasar Terong sebanyak 30 pedagang
Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit, pada Pasar Pa’baeng-Baeng
sebanyak 20 pedagang Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit dan pada
Pasar Daya sebanyak 25 pedagang Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit.
5.1.1 Usia
Usia merupakan salah satu faktor penting dalam mengukur aktivitas
seseorang. Banyaknya kegiatan yang dilakukan seseorang tergantung
pada umur yang dia miliki. Usia sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tenaga kerja. Dalam batas-batas tertentu, semakin bertambah umur
seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin
produktif dan setelah umur tertentu produktivitas tersebut akan menurun.
65
Adapun identitas responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Identitas Responden Berdasarkan Umur di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017.
No Umur Responden
(Tahun) Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 <30 15 20
2 31-40 38 51
3 41-50 15 20
4 >51 7 9
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 11 dapat dilihat bahwa, responden yang memiliki umur <30
tahun sebanyak 15 orang dengan tingkat persentase sebesar 20%,
responden yang memiliki umur 31-40 tahun sebanyak 38 orang responden
dengan tingkat persentase sebesar 51%, responden yang memiliki umur
41-50 tahun sebanyak 15 orang responden dengan tingkat persentase
sebesar 20% dan responden yang memiliki umur >51 tahun sebanyak
7 orang responden dengan tingkat persentase sebesar 9%.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk
membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi peserta didik agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian,
memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara (Rini, 2015).
66
Adapun identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017.
No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden
(orang) Persentase
(%)
1 SD 21 28
2 SMP 23 31
3 SMA 22 29
4 Perguruan Tinggi 9 12
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 12 dapat dilihat bahwa, responden yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir yang paling banyak adalah ditingkat SMP sebanyak 23
orang dengan persentase sebesar 31% dan yang paling sedikit berada
ditingkat Perguruan Tinggi sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar
12%. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurdin (2013) bahwa lamanya
sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap
kecakapannya dalam pekerjaan tertentu yang akan mengakibatkan
kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan.
5.1.3 Lama Berdagang
Adapun identitas responden berdasarkan lama berdagang dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut :
67
Tabel 13. Identitas Responden Berdasarkan Lama Berdagang di Pasar Tradisional Kota Makassar, 2017.
No Lama Berdagang (Tahun) Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 <9 15 20
2 10-18 20 27
3 19-27 16 21
4 >28 24 32
Jumlah 75 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 13 dapat dilihat bahwa, responden yang berdagang selama <9
tahun sebanyak 15 orang dengan persentase sebanyak 20%, 10-18 tahun
sebanyak 20 orang dengan persentase sebanyak 27%, 19-27 tahun
sebanyak 16 orang dengan persentase sebanyak 21% dan >28 tahun
sebanyak 24 orang dengan persentase sebanyak 32%.
5.2 Pengaruh Harga Cabai Terhadap Permintaan Cabai Merah Besar
dan Cabai Rawit di Kota Makassar
5.2.1 Cabai Merah Besar
1. Pasar Terong
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Merah Besar
serta nilai elasitisitas permintaan di Pasar Terong dapat dilihat pada
Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Merah Besar serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Terong, 2017.
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 15.900 201 -0,36
Minggu Akhir 19.000 187
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
68
Tabel 14 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang diminta oleh
konsumen Cabai Merah Besar di Pasar Terong pada minggu awal
penelitian sebesar Rp 15.900/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak
201Kg, sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 19.000/Kg dengan
jumlah yang diminta sebanyak 187Kg. Dengan nilai koefisien elastisitas
permintaan Cabai Merah Besar di Pasar Terong
diatas adalah -0,36.
Dari hasil hitungan tersebut, mendapatkan hasil yang negatif sebesar
-0,36. Didalam menghitung koefisien elastisitas, tanda negatif biasanya
diabaikan. Sesuai dengan pendapat Sadono (2013), nilai negatif
disebabkan karena harga dan jumlah barang yang diminta mengalami
perubahan kearah yang berbalikan. Penurunan harga menaikkan
permintaan, manakala kenaikan harga menurunkan permintaan.
Artinya, nilai koefisien elastisitas permintaan Cabai Merah Besar di
Pasar Terong diatas adalah 0,36. Nilai tersebut termasuk dalam permintaan
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas
permintaan tersebut adalah diantara nol dan satu. Koefisien permintaan
mempunyai nilai yang demikian apabila persentasi perubahan harga adalah
lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang diminta.
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
69
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Merah Besar
serta nilai elasitisitas permintaan di Pasar Pa’baeng-Baeng dapat dilihat
pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Merah Besar serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Pa’baeng-Baeng, 2017.
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 16.150 125,7 -0,12
Minggu Akhir 17.400 124,5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 15 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang diminta oleh
konsumen Cabai Merah Besar di Pasar Pa’baeng-Baeng pada minggu awal
penelitian sebesar Rp 16.150/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak
125,7Kg, sedangkan harga pada minggu akhir sebesar
Rp 17.400/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak 124,5Kg. Dengan nilai
koefisien elastisitas permintaan Cabai Merah Besar di Pasar Pa’baeng-
Baeng diatas adalah -0,12.
Dari hasil hitungan tersebut, mendapatkan hasil yang negatif sebesar
-0,12. Didalam menghitung koefisien elastisitas, tanda negatif biasanya
diabaikan. Sesuai dengan pendapat Sadono (2013), nilai negatif
disebabkan karena harga dan jumlah barang yang diminta mengalami
perubahan kearah yang berbalikan. Penurunan harga menaikkan
permintaan, manakala kenaikan harga menurunkan permintaan.
Artinya, nilai koefisien elastisitas permintaan Cabai Merah Besar di
Pasar Pa’baeng-Baeng diatas adalah 0,12. Nilai tersebut termasuk dalam
70
permintaan inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang
menyatakan bahwa suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien
elastisitas permintaan tersebut adalah diantara nol dan satu. Koefisien
permintaan mempunyai nilai yang demikian apabila persentasi perubahan
harga adalah lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang
diminta.
3. Pasar Daya
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Merah Besar
serta nilai elasitisitas permintaan di Pasar Daya dapat dilihat pada
Tabel 16 berikut :
Tabel 16. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Merah Besar serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Daya, 2017.
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 18.600 138,72 0,12
Minggu Akhir 23.800 143,24
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 16 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang diminta oleh
konsumen Cabai Merah Besar di Pasar Daya pada minggu awal penelitian
sebesar Rp 18.600/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak 138,72Kg,
sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 23.800/Kg dengan jumlah
yang diminta sebanyak 143,24Kg. Dengan nilai koefisien elastisitas
permintaan Cabai Merah Besar di Pasar Daya diatas adalah 0,12.
Artinya, nilai koefisien elastisitas permintaan Cabai Merah Besar di
Pasar Daya diatas adalah 0,12 yang termasuk dalam elastisitas permintaan
71
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas
permintaan tersebut adalah diantara nol dan satu. Koefisien permintaan
mempunyai nilai yang demikian apabila persentasi perubahan harga adalah
lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang diminta.
5.2.2 Cabai Rawit
1. Pasar Terong
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Rawit
serta nilai elasitisitas permintaan di Pasar Terong dapat dilihat pada
Tabel 17 berikut :
Tabel 17. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Rawit serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Terong, 2017.
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 14.900 220 -0,47
Minggu Akhir 16.500 209
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 17 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang diminta oleh
konsumen Cabai Rawit di Pasar Terong pada minggu awal penelitian
sebesar Rp 14.900/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak 220Kg,
sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 16.500/Kg dengan jumlah
yang diminta sebanyak 209Kg. Dengan nilai koefisien elastisitas
permintaan Cabai Rawit di Pasar Terong diatas adalah -0,47.
Dari hasil hitungan tersebut, mendapatkan hasil yang negatif sebesar
-0,47. Didalam menghitung koefisien elastisitas, tanda negatif biasanya
diabaikan. Sesuai dengan pendapat Sadono (2013), nilai negatif
72
disebabkan karena harga dan jumlah barang yang diminta mengalami
perubahan kearah yang berbalikan. Penurunan harga menaikkan
permintaan, manakala kenaikan harga menurunkan permintaan.
Artinya, nilai koefisien elastisitas permintaan Cabai Rawit di Pasar
Terong diatas adalah 0,47. Nilai tersebut termasuk dalam permintaan
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas
permintaan tersebut adalah diantara nol dan satu. Koefisien permintaan
mempunyai nilai yang demikian apabila persentasi perubahan harga adalah
lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang diminta.
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Rawit serta nilai
elasitisitas permintaan di Pasar Pa’baeng-Baeng dapat dilihat pada
Tabel 18 berikut :
Tabel 18. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Rawit serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Pa’baeng-Baeng, 2017.
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 17.650 124,3 0,13
Minggu Akhir 22.600 128,8
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 18 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang diminta oleh
konsumen Cabai Rawit di Pasar Pa’baeng-Baeng pada minggu awal
penelitian sebesar Rp 17.650/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak
124,3Kg, sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 22.600/Kg
dengan jumlah yang diminta sebanyak 128,8Kg. Dengan nilai koefisien
73
elastisitas permintaan Cabai Rawit di Pasar Pa’baeng-Baeng diatas adalah
0,13.
Artinya, nilai koefisien elastisitas permintaan Cabai Rawit di Pasar
Daya diatas adalah 0,13 yang termasuk dalam elastisitas permintaan
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas
permintaan tersebut adalah diantara nol dan satu. Koefisien permintaan
mempunyai nilai yang demikian apabila persentasi perubahan harga adalah
lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang diminta.
3. Pasar Daya
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Rawit
serta nilai elasitisitas permintaan di Pasar Daya dapat dilihat pada
Tabel 19 berikut :
Tabel 19. Rata-Rata Permintaan Harga dan Jumlah Cabai Rawit serta Nilai Elastisitas Permintaan di Pasar Daya, 2017.
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 21.120 147 0,31
Minggu Akhir 23.000 151
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 19 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang diminta oleh
konsumen Cabai Rawit di Pasar Daya pada minggu awal penelitian sebesar
Rp 21.120/Kg dengan jumlah yang diminta sebanyak 147Kg, sedangkan
harga pada minggu akhir sebesar Rp 23.000/Kg dengan jumlah yang
diminta sebanyak 151Kg. Dengan nilai koefisien elastisitas permintaan
Cabai Rawit di Pasar Daya diatas adalah 0,31.
74
Artinya, nilai koefisien elastisitas permintaan Cabai Rawit di Pasar
Daya diatas adalah 0,31 yang termasuk dalam elastisitas permintaan
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas
permintaan tersebut adalah diantara nol dan satu. Koefisien permintaan
mempunyai nilai yang demikian apabila persentasi perubahan harga adalah
lebih besar daripada persentasi perubahan jumlah yang diminta.
5.2.3 Pembahasan
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa nilai elastisitas permintaan
Cabai Merah Besar pada Pasar Terong adalah 0,36 (inelastis), Pasar
Pa’baeng-baeng adalah 0,12 (inelastis) dan Pasar Daya adalah
0,12 (inelastis). Sedangkan nilai elastisitas permintaan Cabai Rawit pada
Pasar Terong adalah 0,47 (inelastis), Pasar Pa’baeng-baeng adalah
0,13 (inelastis) dan Pasar Daya adalah 0,31 (inelastis).
Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-Baeng dan Pasar Daya memiliki
nilai inelastis dikarenakan harga tersebut tidak berpengaruh
terhadap permintaan dan rata-rata konsumen Cabai Merah Besar
dan Cabar Rawit di pasar ini adalah pedagang-pedagang kecil dan
konsumen rumah tangga. Harga tidak mempengaruhi permintaan cabai
merah besar dan cabai rawit di kota Makassar, dikarenakan cabai
merupakan salah satu bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat.
75
5.3 Pengaruh Harga Cabai Terhadap Penawaran Cabai Merah Besar
dan Cabai Rawit di Kota Makassar
5.3.1 Cabai Merah Besar
1. Pasar Terong
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Merah Besar
serta nilai elasitisitas penawaran di Pasar Terong dapat dilihat pada
Tabel 20 berikut :
Tabel 20. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai Merah Besar serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar Terong, 2017.
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 12.700 215 0,07
Minggu Akhir 16.100 219
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 20 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang ditawarkan oleh
pedagang Cabai Merah Besar di Pasar Terong pada minggu awal penelitian
sebesar Rp 12.700/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 215Kg,
sedangkan harga pada minggu akhir sebesar
Rp 16.100/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 219Kg. Dengan
nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar di Pasar Terong
diatas adalah 0,07.
Artinya, nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar di
Pasar Terong diatas sebesar 0,07 yang termasuk dalam elastisitas
penawaran inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang
76
menyatakan bahwa apabila perubahan harga menimbulkan perubahan
yang relatif kecil terhadap penawaran.
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Merah Besar
serta nilai elasitisitas penawaran di Pasar Pa’baeng-Baeng dapat dilihat
pada Tabel 21 berikut :
Tabel 21. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai Merah Besar serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar Pa’baeng-Baeng, 2017.
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 12.750 142 0,36
Minggu Akhir 13.500 145
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 21 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang ditawarkan oleh
pedagang Cabai Merah Besar di Pasar Pa’baeng-Baeng pada minggu awal
penelitian sebesar Rp 12.750/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak
142Kg, sedangkan harga pada minggu akhir sebesar
Rp 13.500/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 145Kg. Dengan
nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar di Pasar Pa’baeng-
Baeng diatas adalah 0,36.
Artinya, nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar
di Pasar Pa’baeng-baeng diatas sebesar 0,36 yang termasuk dalam
elastisitas penawaran inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono
(2013) yang menyatakan bahwa apabila perubahan harga menimbulkan
perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
3. Pasar Daya
77
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Merah Besar
serta nilai elasitisitas penawaran di Pasar Daya dapat dilihat pada
Tabel 22 berikut :
Tabel 22. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai Merah Besar serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar Daya, 2017.
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 15.600 155,0 0,19
Minggu Akhir 18.160 159,8
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 22 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang ditawarkan oleh
pedagang Cabai Merah Besar di Pasar Daya pada minggu awal penelitian
sebesar Rp 15.600/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 155,0Kg,
sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 18.160/Kg dengan jumlah
yang ditawarkan sebanyak 159,8Kg. Dengan nilai
koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar di Pasar Daya
diatas adalah 0,19.
Artinya, nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar di
Pasar Daya diatas sebesar 0,19 yang termasuk dalam elastisitas
penawaran inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013)
yang menyatakan bahwa apabila perubahan harga menimbulkan
perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
5.3.2 Cabai Rawit
1. Pasar Terong
78
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Rawit
serta nilai elasitisitas penawaran di Pasar Terong dapat dilihat pada
Tabel 23 berikut :
Tabel 23. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai Rawit serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar Terong, 2017.
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 11.000 245 0,16
Minggu Akhir 12.400 250
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 23 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang ditawarkan oleh
pedagang Cabai Rawit di Pasar Terong pada minggu awal penelitian
sebesar Rp 11.000/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 245Kg,
sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 12.400/Kg dengan jumlah
yang ditawarkan sebanyak 250Kg. Dengan nilai koefisien elastisitas
penawaran Cabai Merah Besar di Pasar Terong diatas
adalah 0,16.
Artinya, nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Rawit di Pasar
Terong diatas sebesar 0,16 yang termasuk dalam elastisitas penawaran
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa apabila perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran.
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Rawit serta
nilai elasitisitas penawaran di Pasar Pa’baeng-Baeng dapat dilihat pada
Tabel 24 berikut :
79
Tabel 24. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai Rawit serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar Pa’baeng-Baeng, 2017.
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 13.600 138,25 0,10
Minggu Akhir 17.050 141,75
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 24 dapat dilihat bahwa, rata-rata harga yang ditawarkan oleh
pedagang Cabai Rawit di Pasar Pa’baeng-Baeng pada minggu awal
penelitian sebesar Rp 13.600/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak
138,25Kg, sedangkan harga pada minggu akhir sebesar
Rp 17.050/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 141,75Kg.
Dengan nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Merah Besar di Pasar
Pa’baeng-Baeng diatas adalah 0,10.
Artinya, nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Rawit di Pasar
Pa’baeng-Baeng diatas sebesar 0,10 yang termasuk dalam elastisitas
penawaran inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang
menyatakan bahwa apabila perubahan harga menimbulkan perubahan
yang relatif kecil terhadap penawaran.
3. Pasar Daya
Adapun rata-rata perhitungan harga dan jumlah Cabai Rawit
serta nilai elasitisitas penawaran di Pasar Daya dapat dilihat pada
Tabel 25 berikut :
80
Tabel 25. Rata-Rata Penawaran Harga dan Jumlah Cabai Rawit serta Nilai Elastisitas Penawaran di Pasar Daya, 2017.
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 15.320 167,6 0,47
Minggu Akhir 17.520 179,0
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 25 dapat dilihat bahwa, harga yang ditawarkan oleh pedagang
Cabai Rawit di Pasar Daya pada minggu awal penelitian sebesar
Rp 15.320/Kg dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 167,6Kg,
sedangkan harga pada minggu akhir sebesar Rp 17.520/Kg dengan jumlah
yang ditawarkan sebanyak 179,0Kg. Dengan nilai koefisien elastisitas
penawaran Cabai Merah Besar di Pasar Daya diatas
adalah 0,47.
Artinya, nilai koefisien elastisitas penawaran Cabai Rawit di Pasar
Daya diatas sebesar 0,47 yang termasuk dalam elastisitas penawaran
inelastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono (2013) yang menyatakan
bahwa apabila perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran.
5.3.3 Pembahasan
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa nilai elastisitas penawaran
Cabai Merah Besar pada Pasar Terong adalah 0,07 (inelastis),
Pasar Pa’baeng-baeng adalah 0,36 (inelastis) dan Pasar Daya adalah 0,19
(inelastis). Sedangkan nilai elastisitas penawaran Cabai Rawit
pada Pasar Terong adalah 0,16 (inelastis), Pasar Pa’baeng-baeng adalah
0,10 (inelastis) dan Pasar Daya adalah 0,47 (inelastis).
81
Pasar Terong, Pasar Pa’baeng-baeng dan Pasar Daya memiliki nilai
inelastis dikarenakan perubahan harga menyebabkan perubahan yang
relatif kecil terhadap penawaran. Perubahan harga yg relatif kecil terhadap
penawaran cabai merah besar dan cabai rawit di kota Makassar,
dikarenakan cabai merupakan salah satu bahan pokok yang dikonsumsi
oleh masyarakat.
82
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Rata-rata nilai elastisitas permintaan terhadap cabai merah besar
dan cabai rawit di pasar tradisional Kota Makassar yaitu inelastis.
Harga tersebut tidak berpengaruh terhadap permintaan terhadap
cabai merah besar dan cabai rawit.
2. Rata-rata nilai elastisitas penawaran terhadap cabai merah besar
dan cabai rawit di pasar tradisional Kota Makassar yaitu inelastis.
Perubahan harga tersebut menyebabkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran cabai merah besar dan cabai rawit.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :
1. Sebaiknya pemerintah mempertahankan kestabilan harga Cabai
Merah Besar dan Cabai Rawit di Pasar Tradisional.
2. Sebaiknya pihak pengelola pasar lebih mengatur tata letak
pedagang-pedagang yang ada di tiap pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Alifianto, Hendry. 2009. Analisis Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Anggipora, Marius P. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Antara. 2009. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut?. Arti Foundation, Denpasar.
Arfani, Aisyah. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen dalam Mengkonsumsi Cabai Merah. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kota Makassar dalam Angka. Makassar: BPS Kota.
Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: PT Refika Aditama.
Ditjen Hortikultura. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Hortikultura Tahun 2012, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian.
Gitosudarmo, Indriyo. 1984. Manajemen Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Herpanes, Asep dan Dermawan, R. 2014. Budi Daya Cabai Unggul. Jakarta. Penebar Swadaya. 214 hal.
Janti. 2013. Tempat Ibadah. http://www.jantixixii.com/p/tempat-ibadah.html. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2017 Pukul 17.20 WITA. Makassar.
Kotler dan Amstrong. 2006. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kurniawati. 2016. Sarana Pendidikan. http://digilib.uinsby.ac.id/6027/5/Bab%202.pdf. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2017 Pukul 15.11 WITA. Makassar.
Lakitan, B. 1995. Hortilkultura. Teori, Budaya, dan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Madjid, Abdul. 1998. Bunga Rampai Agribisnis Kebangkitan Kemandirian Dan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan Menuju Abad 21. Kumpulan Majalah. Jakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Sosial Ekonomi (LP3ES), Jakarta.
Ni Made Winda. 2013. Pasar. http://e-journal.uajy.ac.id/3402/3/2TA13285.pdf. Diakses Pada Tanggal 11 September 2017 Pukul 20.22 WITA. Makassar.
Notodimedjo. 1997. Strategi Pengemangan Hortikultura Khususnya Buah-Buahan Dalam Menyongsong Era Pasar Bebas. Universitas Brawijaya, Malang.
Nurdin. 2013. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengambilan Keputusan. Skripsi diterbitkan. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Rini. 2015. Pendidikan. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131644620/penelitian/PENDIDIKAN+HAKEKAT,+TUJUAN,+DAN+PROSES+Makalah.pdf. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2017 Pukul 19.53 WITA. Makassar.
Risnandar, Cecep. 2014. Jenis Cabai. https://alamtani.com/jenis-cabe/. Diakses Pada Tanggal 10 Januari 2017 Pukul 17.00 WITA. Makassar.
Said, EGumbira dan Intan, AH. 2001. Manajemen Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia.
Samuelson, P.A. & Nordhaus, W.D. 2003. Ilmu Mikroekonomi (Edisi 17).
Jakarta: PT. Media Global edukasi.
Santika, A. 1999. Agribisnis Cabai. Cetakan IV, Penebar Swadaya, Jakarta.
Santika, A. 2002 . Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya: Jakarta.
Saragih, B. 1997. Pembangunan Sektor Agribisnis dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi Indonesia. BAPENAS, Jakarta.
Saragih, B. 2001. Suara Dari Bogor Membangun Sistim Agribisnis. Penerbit Yayasan USESE bekerjasama dengan Sucofindo.
Setiadi. 2004. Bertanam Cabai, Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.
Setiadi. 2008. Bertanam cabai, Cetakan XXV, Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, Samhis. 2016. Letak Geografis. http://www.gurupendidikan.co.id/letak-geografis-indonesia-pengertian-pengaruh-keuntungan-kerugian/. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2017 Pukul 13.00 WITA. Makassar.
Setyaningrum, H.D dan Cahyono. 2014. Panen Sayur secara rutin di lahan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Stanton, William J. 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2009. Ekonomi 1. Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Cabai. Cetakan II, Yrama Widya, Bandung.
Analisis Supply Demand Komoditas Cabai Merah Besar dan Cabai Rawit
(Studi Kasus Pasar Tradisional Kota Makassar) Oleh :
Nur Indah Waliyanti
No. Responden :
Lokasi Responden :
Daftar Pertanyaan (Kuisioner Penelitian)
Nama Responden :
Umur : tahun
Pendidikan Terakhir : SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi
1. Jenis cabai yang dijual (satu dipilih atau dua-duanya dipilih) :
a. Cabai merah besar
b. Cabai rawit
2. Harga cabai yang dibeli :
2.1 Cabai merah besar : ………...….. (rupiah/kg)
2.2 Cabai rawit : …………….……….. (rupiah/kg)
3. Harga cabai yang dijual :
3.1 Cabai merah besar : ………...….. (rupiah/kg)
3.2 Cabai rawit : …………….……….. (rupiah/kg)
4. Jumlah cabai yang ditawarkan :
4.1 Cabai merah besar : ………….. (kg)
4.2 Cabai rawit : ……………….…... (kg)
5. Jumlah cabai yang terjual :
5.1 Cabai merah besar : ………….. (kg)
5.2 Cabai rawit : ……………….…... (kg)
6. Jika cabai tersisa, diapakan cabainya
………………………….……………………
7. Darimana cabai di dapatkan
……………………………..…………………
8. Berapa lama menjadi pedagang cabai
……………………….………… (tahun)
Lampiran 2. Identitas Responden di Pasar Tradisional Kota
Makassar, 2017.
No Nama
Responden Umur (Thn)
Pend. Terakhir Lokasi Responden
1 Hasniati 44 SMA Pasar Terong
2 Tatti 32 Perguruan Tinggi Pasar Terong
3 Bunga 36 Perguruan Tinggi Pasar Terong
4 Tiara 23 SMP Pasar Terong
5 Amir Dg. Sirua 63 SMA Pasar Terong
6 Adi 40 SMP Pasar Terong
7 Nengsih 25 SMP Pasar Terong
8 Saddu 39 SMA Pasar Terong
9 Dahlia 30 Perguruan Tinggi Pasar Terong
10 Nawir 37 SMP Pasar Terong
11 Rasyid 44 SD Pasar Terong
12 Fajar 36 SMA Pasar Terong
13 Ari 40 SD Pasar Terong
14 Dg. Ngai 55 SD Pasar Terong
15 Ancu 46 SMP Pasar Terong
16 Tati 29 SMP Pasar Terong
17 Sibali 35 SD Pasar Terong
18 Anwar 47 SMA Pasar Terong
19 Muktar 49 SD Pasar Terong
20 Dg. Tojeng 49 SMP Pasar Terong
21 Lebang 38 SMP Pasar Terong
22 Abd. Kahar 37 SD Pasar Terong
23 Ahmad 48 SMA Pasar Terong
24 Salma 29 SMP Pasar Terong
25 Nurhaedah 27 SMP Pasar Terong
26 Harlina 37 SMP Pasar Terong
27 Hamzah 36 SMA Pasar Terong
28 Ansar 39 SMP Pasar Terong
No Nama Responden
Umur (Thn)
Pend. Terakhir Lokasi Responden
29 Haeruddin 33 SD Pasar Terong
30 Dg. Nanring 57 SD Pasar Terong
31 Dewi 32 SMA Pasar Pa’baeng-Baeng
32 Saldi 32 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
33 Ilham 23 SMA Pasar Pa’baeng-Baeng
34 Ana 35 SMP Pasar Pa’baeng-Baeng
35 Idrus Samsi 32 Perguruan Tinggi Pasar Pa’baeng-Baeng
36 Dg. Santang 50 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
37 Ahmad 37 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
38 Rosi 45 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
39 Nurdin 59 SMA Pasar Pa’baeng-Baeng
40 Husain Halid 40 SMP Pasar Pa’baeng-Baeng
41 Khaeruddin 33 SMA Pasar Pa’baeng-Baeng
42 Nurbaya 42 Perguruan Tinggi Pasar Pa’baeng-Baeng
43 Askar 29 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
44 Nursiah 31 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
45 Burhan 26 SMP Pasar Pa’baeng-Baeng
46 Haniah 29 SMA Pasar Pa’baeng-Baeng
47 Salma 38 SMP Pasar Pa’baeng-Baeng
48 Mariani 41 SMA Pasar Pa’baeng-Baeng
49 Ida 46 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
50 Syahrir 32 SD Pasar Pa’baeng-Baeng
51 Arifuddin 60 SD Pasar Daya
52 Bae 38 SD Pasar Daya
53 Lina 27 Perguruan Tinggi Pasar Daya
54 Rimang 35 SMP Pasar Daya
55 Kusnadi 33 SMP Pasar Daya
56 Ngai 46 SMA Pasar Daya
57 Firman 35 SMA Pasar Daya
58 Mul 23 SMP Pasar Daya
59 Nuraeni 28 Perguruan Tinggi Pasar Daya
No Nama Responden
Umur (Thn)
Pend. Terakhir Lokasi Responden
60 Sunniati 34 SMA Pasar Daya
61 Saturia 37 SMA Pasar Daya
62 Dg. Mantang 40 SD Pasar Daya
63 Mustamin 37 SMP Pasar Daya
64 Hapsah 36 SMP Pasar Daya
65 Muhtar 39 SMA Pasar Daya
66 Ramallah 29 Perguruan Tinggi Pasar Daya
67 Yusri 27 SMA Pasar Daya
68 Yusuf 33 SMP Pasar Daya
69 Usman 57 SMA Pasar Daya
70 Basse 48 SD Pasar Daya
71 Nasir 41 SMA Pasar Daya
72 Nurhaedah 38 Perguruan Tinggi Pasar Daya
73 Ibrahim 35 SMP Pasar Daya
74 Dg. Beta 59 SD Pasar Daya
75 Samsir 39 SMA Pasar Daya
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 3. Perhitungan Elastisitas Permintaan Cabai Merah
Besar dan Cabai Rawit di Kota Makassar, 2017
CABAI MERAH BESAR
1. Pasar Terong
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 15.900 201 -0,36
Minggu Akhir 19.000 187
Adapun perhitungan elastisitas permintaannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐩 =𝚫𝐐𝐝
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=−14
3.100 x
15.900
201 =
−222.600
623.100 = −0,36
= |0,36|
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 16.150 125,7 -0,12
Minggu Akhir 17.400 124,5
Adapun perhitungan elastisitas permintaannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐩 =𝚫𝐐𝐝
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=−1,2
1.250 x
16.150
125,7 =
−19.380
157.125 = −0,12
= |0,12|
3. Pasar Daya
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 18.600 138,72 0,12
Minggu Akhir 23.800 143,24
Adapun perhitungan elastisitas permintaannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐩 =𝚫𝐐𝐝
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=4,52
5.200 x
18.600
138,72 =
84.072
721.344
= 0,12
CABAI RAWIT
1. Pasar Terong
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 14.900 220 -0,47
Minggu Akhir 16.500 209
Adapun perhitungan elastisitas permintaannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐩 =𝚫𝐐𝐝
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=−11
1.600 x
14.900
220 =
−163.900
352.000 = −0,47
= |0,47|
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 17.650 124,3 0,13
Minggu Akhir 22.600 128,8
Adapun perhitungan elastisitas permintaannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐩 =𝚫𝐐𝐝
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=4,5
4.950 x
17.650
124,3 =
79.425
615.285
= 0,13
3. Pasar Daya
Keterangan Rata-Rata Permintaan Elastisitas
Permintaan Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 21.120 147 0,31
Minggu Akhir 23.000 151
Adapun perhitungan elastisitas permintaannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐩 =𝚫𝐐𝐝
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=4
1.880 x
21.120
147 =
84.480
276.360
= 0,31
Lampiran 4. Perhitungan Elastisitas Penawaran Cabai Merah
Besar dan Cabai Rawit di Kota Makassar, 2017
CABAI MERAH BESAR
1. Pasar Terong
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 12.700 215 0,07
Minggu Akhir 16.100 219
Adapun perhitungan elastisitas penawarannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐬 =𝚫𝐐
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=4
3.400 x
12.700
215 =
50.800
731.000
= 0,07
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 12.750 142 0,36
Minggu Akhir 13.500 145
Adapun perhitungan elastisitas penawarannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐬 =𝚫𝐐
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=3
750 x
12.750
142 =
38.250
106.500
= 0,36
3. Pasar Daya
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 15.600 155,0 0,19
Minggu Akhir 18.160 159,8
Adapun perhitungan elastisitas penawarannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐬 =𝚫𝐐
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=4,8
2.560 x
15.600
155 =
74.880
396.800
= 0,19
CABAI RAWIT
1. Pasar Terong
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 11.000 245 0,16
Minggu Akhir 12.400 250
Adapun perhitungan elastisitas penawarannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐬 =𝚫𝐐
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=5
1.400 x
11.000
245 =
55.000
343.000
= 0,16
2. Pasar Pa’baeng-Baeng
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 13.600 138,25 0,10
Minggu Akhir 17.050 141,75
Adapun perhitungan elastisitas penawarannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐬 =𝚫𝐐
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=3,5
3.450 x
13.600
138,25 =
47.600
476.962,5
= 0,10
3. Pasar Daya
Keterangan Rata-Rata Penawaran Elastisitas
Penawaran Harga (Rp/Kg) Jumlah (Kg)
Minggu Awal 15.320 167,6 0,47
Minggu Akhir 17.520 179,0
Adapun perhitungan elastisitas penawarannya, dapat dilihat pada
perhitungan berikut :
𝐄𝐬 =𝚫𝐐
𝚫𝐏 𝐱
𝐏
𝐐
=11,4
2.200 x
15.320
167,6 =
174.648
368.720
= 0,47
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
95
14
.00
013
30
.00
08
417
.00
014
28
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
75
13
.00
097
5.0
00
75
16
.00
012
00
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
55
012
.00
066
00
.00
05
50
15
.00
082
50
.00
0
4T
iara
23
SM
P8
511
.00
093
5.0
00
73
15
.00
010
95
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A5
00
10
.00
050
00
.00
04
75
14
.00
066
50
.00
0
6A
di
40
SM
P9
010
.00
090
0.0
00
76
15
.00
011
40
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P5
015
.00
075
0.0
00
34
17
.00
057
8.0
00
8S
ad
du
39
SM
A6
50
12
.00
078
00
.00
06
25
14
.00
087
50
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
11
510
.00
011
50
.00
09
816
.00
015
68
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
90
14
.00
012
60
.00
07
117
.00
012
07
.00
0
11
Rasyid
44
SD
10
514
.00
014
70
.00
08
617
.00
014
62
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
47
512
.00
057
00
.00
04
46
16
.00
071
36
.00
0
13
Ari
40
SD
75
15
.00
011
25
.00
05
817
.00
098
6.0
00
14
Dg. N
ga
i5
5S
D9
014
.00
012
60
.00
08
116
.00
012
96
.00
0
15
Ancu
46
SM
P8
515
.00
012
75
.00
06
917
.00
011
73
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
05
14
.00
014
70
.00
09
717
.00
016
49
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
30
510
.00
030
50
.00
02
92
14
.00
040
88
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
75
12
.00
021
00
.00
01
57
16
.00
025
12
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D6
015
.00
090
0.0
00
60
17
.00
010
20
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P2
25
14
.00
031
50
.00
02
00
16
.00
032
00
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P3
10
12
.00
037
20
.00
02
95
15
.00
044
25
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
75
14
.00
010
50
.00
06
917
.00
011
73
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A4
60
10
.00
046
00
.00
04
55
14
.00
063
70
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
37
513
.00
048
75
.00
03
40
16
.00
054
40
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P8
014
.00
011
20
.00
07
817
.00
013
26
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
11
012
.00
013
80
.00
01
10
15
.00
016
50
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
25
10
.00
092
0.0
00
11
515
.00
018
75
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
05
12
.00
045
00
.00
09
216
.00
016
80
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
39
014
.00
055
16
.00
03
75
17
.00
066
30
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
42
014
.00
034
3.0
00
39
416
.00
067
20
.00
0
21
512
.70
025
40
.80
02
01
15
.90
031
22
.56
7
Lam
pira
n 5
. Tab
el H
arg
a B
eli d
an
Harg
a J
ua
l Cab
ai
RA
TA
-RA
TA
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U I)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
80
16
.00
012
80
.00
06
519
.00
012
35
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
75
16
.00
012
00
.00
05
918
.00
010
62
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
50
014
.00
070
00
.00
04
75
16
.00
076
00
.00
0
4T
iara
23
SM
P1
05
13
.00
013
65
.00
08
716
.00
013
92
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A4
25
14
.00
059
50
.00
03
90
17
.00
066
30
.00
0
6A
di
40
SM
P9
015
.00
013
50
.00
08
418
.00
015
12
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P7
515
.00
011
25
.00
05
917
.00
010
03
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A6
00
12
.00
072
00
.00
05
24
16
.00
083
84
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
10
512
.00
012
60
.00
09
415
.00
014
10
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
11
014
.00
015
40
.00
01
01
16
.00
016
16
.00
0
11
Rasyid
44
SD
12
014
.00
016
80
.00
01
06
18
.00
019
08
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
40
012
.00
048
00
.00
03
76
16
.00
060
16
.00
0
13
Ari
40
SD
10
014
.00
014
00
.00
09
418
.00
016
92
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D9
515
.00
014
25
.00
08
917
.00
015
13
.00
0
15
Ancu
46
SM
P9
516
.00
015
20
.00
08
218
.00
014
76
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
05
14
.00
014
70
.00
09
817
.00
016
66
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
27
514
.00
038
50
.00
02
56
18
.00
046
08
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
50
12
.00
018
00
.00
01
37
15
.00
020
55
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D7
014
.00
098
0.0
00
59
17
.00
010
03
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P2
20
15
.00
033
00
.00
02
01
17
.00
034
17
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P3
05
14
.00
042
70
.00
02
89
18
.00
052
02
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
95
14
.00
013
30
.00
08
218
.00
014
76
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A4
25
15
.00
063
75
.00
03
92
18
.00
070
56
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
35
013
.00
045
50
.00
03
15
17
.00
053
55
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P1
00
14
.00
014
00
.00
08
318
.00
014
94
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
11
512
.00
013
80
.00
01
10
16
.00
017
60
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
15
12
.00
010
80
.00
01
15
15
.00
017
25
.00
0
28
Ansar
39
SM
P9
014
.00
052
50
.00
07
818
.00
014
04
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
37
515
.00
060
00
.00
03
15
17
.00
053
55
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
40
013
.00
032
8.2
50
36
516
.00
058
40
.00
0
20
5.5
13
.90
027
81
.94
21
86
17
.00
031
28
.83
3R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U II)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
75
17
.00
012
75
.00
05
319
.00
010
07
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
10
515
.00
015
75
.00
09
819
.00
018
62
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
35
015
.00
052
50
.00
02
96
17
.00
050
32
.00
0
4T
iara
23
SM
P8
516
.00
013
60
.00
06
918
.00
012
42
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A3
55
14
.00
049
70
.00
02
98
17
.00
050
66
.00
0
6A
di
40
SM
P1
00
16
.00
016
00
.00
08
318
.00
014
94
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P9
015
.00
013
50
.00
07
217
.00
012
24
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A4
00
13
.00
052
00
.00
03
57
16
.00
057
12
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
10
014
.00
014
00
.00
08
617
.00
014
62
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
90
16
.00
014
40
.00
08
118
.00
014
58
.00
0
11
Rasyid
44
SD
11
014
.00
015
40
.00
01
02
17
.00
017
34
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
37
513
.00
048
75
.00
03
16
16
.00
050
56
.00
0
13
Ari
40
SD
95
15
.00
014
25
.00
08
419
.00
015
96
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D1
25
15
.00
018
75
.00
01
02
18
.00
018
36
.00
0
15
Ancu
46
SM
P1
00
17
.00
017
00
.00
08
419
.00
015
96
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
15
14
.00
016
10
.00
01
02
17
.00
017
34
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
25
014
.00
035
00
.00
01
90
16
.00
030
40
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
25
12
.00
015
00
.00
01
07
15
.00
016
05
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D9
014
.00
012
60
.00
06
218
.00
011
16
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P2
10
15
.00
031
50
.00
01
94
18
.00
034
92
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P2
80
15
.00
042
00
.00
02
16
17
.00
036
72
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
10
514
.00
014
70
.00
08
218
.00
014
76
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A3
65
15
.00
054
75
.00
02
98
17
.00
050
66
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
26
513
.00
034
45
.00
02
00
16
.00
032
00
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P9
016
.00
014
40
.00
07
218
.00
012
96
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
10
014
.00
013
30
.00
08
318
.00
014
94
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A9
515
.00
015
75
.00
07
018
.00
012
60
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
05
15
.00
045
00
.00
09
818
.00
017
64
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
30
015
.00
041
25
.00
02
89
18
.00
052
02
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
27
515
.00
037
8.7
50
25
618
.00
046
08
.00
0
17
7.5
14
.70
025
26
.45
81
50
17
.50
025
80
.06
7R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U III)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
90
18
.00
016
20
.00
06
020
.00
012
00
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
10
517
.00
017
85
.00
06
720
.00
013
40
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
50
016
.00
080
00
.00
04
25
19
.00
080
75
.00
0
4T
iara
23
SM
P1
00
17
.00
017
00
.00
07
820
.00
015
60
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A3
50
16
.00
056
00
.00
03
10
19
.00
058
90
.00
0
6A
di
40
SM
P1
05
15
.00
015
75
.00
09
318
.00
016
74
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P1
00
16
.00
016
00
.00
07
319
.00
013
87
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A3
75
15
.00
056
25
.00
03
24
18
.00
058
32
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
17
514
.00
024
50
.00
01
62
16
.00
025
92
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
90
16
.00
014
40
.00
09
019
.00
017
10
.00
0
11
Rasyid
44
SD
10
517
.00
017
85
.00
07
020
.00
014
00
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
40
016
.00
064
00
.00
03
26
19
.00
061
94
.00
0
13
Ari
40
SD
90
16
.00
014
40
.00
07
520
.00
015
00
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D1
50
15
.00
022
50
.00
01
12
18
.00
020
16
.00
0
15
Ancu
46
SM
P1
00
18
.00
018
00
.00
08
820
.00
017
60
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
75
17
.00
029
75
.00
01
56
19
.00
029
64
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
25
015
.00
037
50
.00
02
50
18
.00
045
00
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A2
00
15
.00
030
00
.00
01
80
17
.00
030
60
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D1
05
17
.00
017
85
.00
08
519
.00
016
15
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P3
00
16
.00
048
00
.00
02
67
19
.00
050
73
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P3
50
15
.00
052
50
.00
03
40
18
.00
061
20
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
10
018
.00
018
00
.00
06
520
.00
013
00
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A5
25
16
.00
084
00
.00
04
45
19
.00
084
55
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
41
515
.00
062
25
.00
03
75
19
.00
071
25
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P9
517
.00
016
15
.00
07
020
.00
014
00
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
10
516
.00
020
00
.00
08
720
.00
017
40
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
25
16
.00
018
40
.00
01
15
18
.00
020
70
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
15
17
.00
085
00
.00
08
020
.00
016
00
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
50
015
.00
056
25
.00
04
40
19
.00
083
60
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
37
516
.00
036
8.0
00
30
220
.00
060
40
.00
0
21
916
.10
034
33
.43
31
87
19
.00
035
18
.40
0
Pen
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
Pas
ar T
ero
ng
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U IV
)
RA
TA
-RA
TA
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
ir
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Min
gg
u 1
215
12.7
00
201
15.9
00
Min
gg
u 2
205.5
13.9
00
186
17.0
00
Min
gg
u 3
177.5
14.7
00
150
17.5
00
Min
gg
u 4
219
16.1
00
187
19.0
00
Rata
-Rata
204.2
514.3
50
181
17.3
50
Pasar T
ero
ng
CA
BE
ME
RA
H B
ES
AR
(RA
TA
-RA
TA
BU
LA
NA
N)
Kete
ran
gan
Pen
aw
ara
nP
erm
inta
an
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
70
15
.00
010
50
.00
05
318
.00
095
4.0
00
2S
ald
i3
2S
D1
10
12
.00
013
20
.00
01
10
17
.00
018
70
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A1
00
14
.00
014
00
.00
08
616
.00
013
76
.00
0
4A
na
35
SM
P9
013
.00
011
70
.00
08
915
.00
013
35
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
17
511
.00
019
25
.00
01
37
15
.00
020
55
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D4
50
11
.00
049
50
.00
04
29
14
.00
060
06
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
12
512
.00
015
00
.00
01
09
15
.00
016
35
.00
0
8R
osi
45
SD
10
512
.00
012
60
.00
09
016
.00
014
40
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
70
14
.00
098
0.0
00
53
17
.00
090
1.0
00
10
Husain
Halid
40
SM
P8
513
.00
013
00
.00
06
817
.00
011
56
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
00
13
.00
033
15
.00
08
916
.00
014
24
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
25
512
.00
012
60
.00
02
16
16
.00
034
56
.00
0
13
Askar
29
SD
10
513
.00
091
0.0
00
77
17
.00
013
09
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
70
14
.00
045
50
.00
06
917
.00
011
73
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P3
25
12
.00
010
80
.00
03
14
16
.00
050
24
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A9
013
.00
097
5.0
00
80
16
.00
012
80
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
75
14
.00
014
70
.00
06
817
.00
011
56
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A1
05
13
.00
032
50
.00
09
616
.00
015
36
.00
0
19
Ida
46
SD
25
011
.00
093
5.0
00
22
515
.00
033
75
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D8
513
.00
018
46
.00
05
617
.00
095
2.0
00
14
212
.75
018
22
.30
012
5.7
16
.15
019
70
.65
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-B
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
em
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U I)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
85
16
.00
013
60
.00
06
918
.00
012
42
.00
0
2S
ald
i3
2S
D1
25
10
.00
012
50
.00
01
13
15
.00
016
95
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A9
013
.00
011
70
.00
07
517
.00
012
75
.00
0
4A
na
35
SM
P8
512
.00
010
20
.00
06
417
.00
010
88
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
15
015
.00
022
50
.00
01
16
17
.00
019
72
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D5
60
14
.00
078
40
.00
04
13
17
.00
070
21
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
13
513
.00
017
55
.00
01
17
16
.00
018
72
.00
0
8R
osi
45
SD
12
013
.00
015
60
.00
08
817
.00
014
96
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
12
515
.00
018
75
.00
09
019
.00
017
10
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P8
514
.00
015
40
.00
07
518
.00
013
50
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
10
12
.00
030
00
.00
09
717
.00
016
49
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
25
011
.00
011
00
.00
02
13
16
.00
034
08
.00
0
13
Askar
29
SD
10
010
.00
075
0.0
00
82
15
.00
012
30
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
75
13
.00
048
75
.00
06
016
.00
096
0.0
00
15
Burh
an
26
SM
P3
75
10
.00
080
0.0
00
31
015
.00
046
50
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A8
014
.00
024
50
.00
06
818
.00
012
24
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
17
512
.00
015
00
.00
01
40
16
.00
022
40
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A1
25
15
.00
045
00
.00
09
718
.00
017
46
.00
0
19
Ida
46
SD
30
013
.00
091
0.0
00
23
916
.00
038
24
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D7
015
.00
024
15
.00
05
218
.00
093
6.0
00
16
113
.00
021
96
.00
012
8.9
16
.80
021
29
.40
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-B
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U II)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
75
18
.00
013
50
.00
05
423
.00
012
42
.00
0
2S
ald
i3
2S
D1
05
15
.00
015
75
.00
01
05
20
.00
021
00
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A8
516
.00
013
60
.00
07
821
.00
016
38
.00
0
4A
na
35
SM
P7
018
.00
012
60
.00
05
622
.00
012
32
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
11
518
.00
020
70
.00
09
722
.00
021
34
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D5
00
16
.00
080
00
.00
03
24
20
.00
064
80
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
12
518
.00
022
50
.00
09
623
.00
022
08
.00
0
8R
osi
45
SD
90
18
.00
016
20
.00
07
224
.00
017
28
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
10
020
.00
020
00
.00
07
525
.00
018
75
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P7
019
.00
016
15
.00
05
723
.00
013
11
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A8
518
.00
040
50
.00
06
422
.00
014
08
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
22
515
.00
013
50
.00
01
94
20
.00
038
80
.00
0
13
Askar
29
SD
90
15
.00
010
50
.00
08
120
.00
016
20
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
70
18
.00
054
00
.00
05
324
.00
012
72
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P3
00
15
.00
011
25
.00
02
59
19
.00
049
21
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A7
518
.00
018
90
.00
06
921
.00
014
49
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
10
517
.00
015
30
.00
08
522
.00
018
70
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A9
020
.00
055
00
.00
06
325
.00
015
75
.00
0
19
Ida
46
SD
27
516
.00
011
20
.00
02
17
20
.00
043
40
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D7
019
.00
025
84
.00
06
124
.00
014
64
.00
0
13
617
.35
024
34
.95
01
08
22
.00
022
87
.35
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-B
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U III)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
85
13
.00
011
05
.00
09
617
.00
016
32
.00
0
2S
ald
i3
2S
D9
015
.00
013
50
.00
05
518
.00
099
0.0
00
3Ilh
am
23
SM
A1
05
13
.00
013
65
.00
09
016
.00
014
40
.00
0
4A
na
35
SM
P9
014
.00
012
60
.00
05
619
.00
010
64
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
10
512
.00
012
60
.00
08
816
.00
014
08
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D4
15
14
.00
058
10
.00
03
45
19
.00
065
55
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
11
512
.00
013
80
.00
09
217
.00
015
64
.00
0
8R
osi
45
SD
10
513
.00
013
65
.00
07
919
.00
015
01
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
12
512
.00
015
00
.00
01
25
15
.00
018
75
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P7
015
.00
016
50
.00
06
818
.00
012
24
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
10
14
.00
045
50
.00
09
517
.00
016
15
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
32
513
.00
016
25
.00
02
98
17
.00
050
66
.00
0
13
Askar
29
SD
12
514
.00
014
70
.00
01
13
17
.00
019
21
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
10
515
.00
046
50
.00
09
319
.00
017
67
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P3
10
13
.00
013
65
.00
02
41
17
.00
040
97
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A1
05
14
.00
017
50
.00
09
817
.00
016
66
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
12
513
.00
011
05
.00
01
25
16
.00
020
00
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A8
515
.00
030
00
.00
07
619
.00
014
44
.00
0
19
Ida
46
SD
20
012
.00
012
60
.00
01
59
18
.00
028
62
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D1
05
14
.00
020
30
.00
09
817
.00
016
66
.00
0
14
513
.50
020
42
.50
012
4.5
17
.40
021
67
.85
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-B
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U IV
)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Min
gg
u 1
142
12.7
50
125.7
16.1
50
Min
gg
u 2
161
13.0
00
128.9
16.8
00
Min
gg
u 3
136
17.3
50
108
22.0
00
Min
gg
u 4
145
13.5
00
124.5
17.4
00
Rata
-Rata
146
14.1
5121.7
75
18.0
88
Pasar P
a'b
aen
g-B
aen
g
CA
BE
ME
RA
H B
ES
AR
(RA
TA
-RA
TA
BU
LA
NA
N)
Kete
ran
gan
Pen
aw
ara
nP
erm
inta
an
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
10
517
.00
017
85
.00
08
620
.00
017
20
.00
0
2B
ae
38
SD
17
516
.00
028
00
.00
01
34
18
.00
024
12
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
32
516
.00
052
00
.00
03
00
19
.00
057
00
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
12
015
.00
018
00
.00
01
02
18
.00
018
36
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P4
50
14
.00
063
00
.00
03
97
18
.00
071
46
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
85
17
.00
014
45
.00
06
419
.00
012
16
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
25
16
.00
020
00
.00
01
12
18
.00
020
16
.00
0
8M
ul
23
SM
P1
05
16
.00
016
80
.00
09
619
.00
018
24
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
10
015
.00
015
00
.00
08
419
.00
015
96
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
25
014
.00
035
00
.00
02
31
19
.00
043
89
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
70
15
.00
010
50
.00
07
018
.00
012
60
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D3
00
16
.00
048
00
.00
02
74
18
.00
049
32
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
75
15
.00
026
25
.00
01
55
19
.00
029
45
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P9
015
.00
013
50
.00
09
018
.00
016
20
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A7
516
.00
012
00
.00
06
319
.00
011
97
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
60
16
.00
096
0.0
00
60
18
.00
010
80
.00
0
17
Yusri
27
SM
A7
017
.00
011
90
.00
06
419
.00
012
16
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P8
516
.00
013
60
.00
07
619
.00
014
44
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
10
16
.00
017
60
.00
01
06
18
.00
019
08
.00
0
20
Basse
48
SD
15
015
.00
022
50
.00
01
34
18
.00
024
12
.00
0
21
Nasir
41
SM
A3
50
15
.00
052
50
.00
03
24
18
.00
058
32
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
75
17
.00
012
75
.00
06
720
.00
013
40
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P1
05
15
.00
015
75
.00
08
218
.00
014
76
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
22
514
.00
031
50
.00
02
28
18
.00
041
04
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A9
516
.00
015
20
.00
06
920
.00
013
80
.00
0
15
515
.60
023
73
.00
013
8.7
218
.60
025
60
.04
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U I)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
90
17
.00
015
30
.00
07
421
.00
015
54
.00
0
2B
ae
38
SD
15
015
.00
022
50
.00
01
37
18
.00
024
66
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
27
015
.00
040
50
.00
02
41
18
.00
043
38
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
10
016
.00
016
00
.00
08
419
.00
015
96
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P3
65
15
.00
054
75
.00
03
38
17
.00
057
46
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
95
17
.00
016
15
.00
08
120
.00
016
20
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
00
16
.00
016
00
.00
01
00
19
.00
019
00
.00
0
8M
ul
23
SM
P9
017
.00
015
30
.00
09
020
.00
018
00
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
10
515
.00
015
75
.00
09
818
.00
017
64
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
22
514
.00
031
50
.00
02
11
19
.00
040
09
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
10
016
.00
016
00
.00
08
920
.00
017
80
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D2
80
16
.00
044
80
.00
02
63
18
.00
047
34
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
55
15
.00
023
25
.00
01
29
18
.00
023
22
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P1
00
16
.00
016
00
.00
08
319
.00
015
77
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A9
016
.00
014
40
.00
08
518
.00
015
30
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
95
17
.00
016
15
.00
08
719
.00
016
53
.00
0
17
Yusri
27
SM
A9
018
.00
016
20
.00
07
421
.00
015
54
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P1
00
16
.00
016
00
.00
08
919
.00
016
91
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
00
17
.00
017
00
.00
07
521
.00
015
75
.00
0
20
Basse
48
SD
12
516
.00
020
00
.00
01
03
19
.00
019
57
.00
0
21
Nasir
41
SM
A2
75
14
.00
038
50
.00
02
28
18
.00
041
04
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
80
18
.00
014
40
.00
06
822
.00
014
96
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P1
00
16
.00
016
00
.00
08
320
.00
016
60
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
20
015
.00
030
00
.00
01
78
18
.00
032
04
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A9
017
.00
015
30
.00
07
521
.00
015
75
.00
0
14
2.8
16
.00
022
31
.00
012
6.5
219
.20
023
68
.20
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U II)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
85
18
.00
015
30
.00
07
320
.00
014
60
.00
0
2B
ae
38
SD
12
516
.00
020
00
.00
01
08
21
.00
022
68
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
25
016
.00
040
00
.00
02
17
20
.00
043
40
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
11
017
.00
018
70
.00
09
622
.00
021
12
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P3
20
15
.00
048
00
.00
02
90
19
.00
055
10
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
85
17
.00
014
45
.00
07
122
.00
015
62
.00
0
7F
irman
35
SM
A9
018
.00
016
20
.00
07
722
.00
016
94
.00
0
8M
ul
23
SM
P8
018
.00
014
40
.00
05
924
.00
014
16
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
95
17
.00
016
15
.00
07
822
.00
017
16
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
20
015
.00
030
00
.00
01
72
19
.00
032
68
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
90
18
.00
016
20
.00
09
020
.00
018
00
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D2
75
16
.00
044
00
.00
02
19
20
.00
043
80
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
20
17
.00
020
40
.00
01
04
21
.00
021
84
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P1
00
19
.00
019
00
.00
08
322
.00
018
26
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A9
017
.00
015
30
.00
07
621
.00
015
96
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
10
017
.00
017
00
.00
08
721
.00
018
27
.00
0
17
Yusri
27
SM
A8
018
.00
014
40
.00
06
922
.00
015
18
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P8
519
.00
016
15
.00
06
723
.00
015
41
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A9
018
.00
016
20
.00
07
821
.00
016
38
.00
0
20
Basse
48
SD
12
017
.00
020
40
.00
01
13
20
.00
022
60
.00
0
21
Nasir
41
SM
A2
50
15
.00
037
50
.00
02
19
19
.00
041
61
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
85
18
.00
015
30
.00
06
421
.00
013
44
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P9
517
.00
016
15
.00
07
821
.00
016
38
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
20
515
.00
030
75
.00
01
76
20
.00
035
20
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A1
00
17
.00
017
00
.00
08
922
.00
019
58
.00
0
13
317
.00
021
95
.80
011
4.1
221
.00
023
41
.48
0
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U III)
RA
TA
-RA
TA
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
11
019
.00
020
90
.00
09
825
.00
024
50
.00
0
2B
ae
38
SD
18
020
.00
036
00
.00
01
64
24
.00
039
36
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
35
016
.00
056
00
.00
03
50
23
.00
080
50
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
13
517
.00
022
95
.00
01
22
25
.00
030
50
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P4
25
20
.00
085
00
.00
04
15
24
.00
099
60
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
95
17
.00
016
15
.00
07
924
.00
018
96
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
45
18
.00
026
10
.00
01
29
23
.00
029
67
.00
0
8M
ul
23
SM
P1
20
19
.00
022
80
.00
01
12
26
.00
029
12
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
13
519
.00
025
65
.00
01
20
24
.00
028
80
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
27
517
.00
046
75
.00
02
35
24
.00
056
40
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
95
16
.00
015
20
.00
08
523
.00
019
55
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D2
25
19
.00
042
75
.00
02
15
24
.00
051
60
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
50
18
.00
027
00
.00
01
35
24
.00
032
40
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P7
520
.00
015
00
.00
05
025
.00
012
50
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A1
30
18
.00
023
40
.00
01
19
25
.00
029
75
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
10
519
.00
019
95
.00
08
922
.00
019
58
.00
0
17
Yusri
27
SM
A9
520
.00
019
00
.00
07
623
.00
017
48
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P1
00
18
.00
018
00
.00
07
925
.00
019
75
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
25
19
.00
023
75
.00
01
14
25
.00
028
50
.00
0
20
Basse
48
SD
15
020
.00
030
00
.00
01
36
25
.00
034
00
.00
0
21
Nasir
41
SM
A3
00
17
.00
051
00
.00
02
39
22
.00
052
58
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
75
16
.00
012
00
.00
06
422
.00
014
08
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P1
05
18
.00
018
90
.00
09
523
.00
021
85
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
20
016
.00
032
00
.00
01
75
22
.00
038
50
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A9
518
.00
017
10
.00
08
623
.00
019
78
.00
0
15
9.8
18
.16
028
93
.40
014
3.2
423
.80
033
97
.24
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I ME
RA
H B
ES
AR
(MIN
GG
U IV
)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Min
gg
u 1
155
15.6
00
138.7
218.6
00
Min
gg
u 2
142.8
16.0
00
126.5
219.2
00
Min
gg
u 3
133
17.0
00
114.1
221.0
00
Min
gg
u 4
159.8
18.1
60
143.2
423.8
00
Rata
-Rata
147.6
516.6
90
130.6
520.6
50
Kete
ran
gan
Pen
aw
ara
nP
erm
inta
an
Pasar N
iag
a D
aya
CA
BE
ME
RA
H B
ES
AR
(RA
TA
-RA
TA
BU
LA
NA
N)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
15
012
.00
018
00
.00
01
35
15
.00
020
25
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
10
512
.00
012
60
.00
09
516
.00
015
20
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
55
010
.00
055
00
.00
05
20
14
.00
072
80
.00
0
4T
iara
23
SM
P1
25
12
.00
015
00
.00
09
916
.00
015
84
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A6
00
9.0
00
54
00
.00
05
75
13
.00
074
75
.00
0
6A
di
40
SM
P1
00
12
.00
012
00
.00
08
715
.00
013
05
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P1
30
11
.00
014
30
.00
01
14
15
.00
017
10
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A6
75
11
.00
074
25
.00
06
00
14
.00
084
00
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
13
511
.00
014
85
.00
01
25
14
.00
017
50
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
12
012
.00
014
40
.00
01
09
16
.00
017
44
.00
0
11
Rasyid
44
SD
12
512
.00
015
00
.00
01
08
15
.00
016
20
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
50
012
.00
060
00
.00
04
86
15
.00
072
90
.00
0
13
Ari
40
SD
13
010
.00
013
00
.00
01
12
14
.00
015
68
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D1
50
11
.00
016
50
.00
01
26
15
.00
018
90
.00
0
15
Ancu
46
SM
P1
00
11
.00
011
00
.00
09
115
.00
013
65
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
25
10
.00
012
50
.00
01
13
14
.00
015
82
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
40
010
.00
040
00
.00
03
75
15
.00
056
25
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
20
12
.00
014
40
.00
01
07
16
.00
017
12
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D1
15
11
.00
012
65
.00
01
04
15
.00
015
60
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P3
00
10
.00
030
00
.00
02
86
15
.00
042
90
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P3
50
10
.00
035
00
.00
03
24
14
.00
045
36
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
90
11
.00
099
0.0
00
79
16
.00
012
64
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A5
50
10
.00
055
00
.00
05
06
15
.00
075
90
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
27
010
.00
027
00
.00
01
97
15
.00
029
55
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P1
00
12
.00
012
00
.00
09
416
.00
015
04
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
13
510
.00
013
50
.00
01
05
14
.00
014
70
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
50
12
.00
018
00
.00
01
23
15
.00
018
45
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
75
12
.00
021
00
.00
01
30
16
.00
020
80
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
45
010
.00
045
00
.00
03
75
14
.00
052
50
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
32
512
.00
039
00
.00
03
00
15
.00
045
00
.00
0
24
511
.00
026
16
.16
72
20
14
.90
032
09
.63
3R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U I)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
15
511
.00
017
05
.00
01
34
16
.00
021
44
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
11
012
.00
013
20
.00
09
017
.00
015
30
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
47
511
.00
052
25
.00
03
98
16
.00
063
68
.00
0
4T
iara
23
SM
P1
05
12
.00
012
60
.00
09
517
.00
016
15
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A3
50
11
.00
038
50
.00
02
79
16
.00
044
64
.00
0
6A
di
40
SM
P1
00
12
.00
012
00
.00
09
117
.00
015
47
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P1
25
12
.00
015
00
.00
01
04
16
.00
016
64
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A4
50
11
.00
049
50
.00
03
82
15
.00
057
30
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
12
511
.00
013
75
.00
01
14
15
.00
017
10
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
13
512
.00
016
20
.00
01
28
17
.00
021
76
.00
0
11
Rasyid
44
SD
10
513
.00
013
65
.00
09
518
.00
017
10
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
37
512
.00
045
00
.00
03
21
17
.00
054
57
.00
0
13
Ari
40
SD
10
512
.00
012
60
.00
09
917
.00
016
83
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D1
00
13
.00
013
00
.00
08
618
.00
015
48
.00
0
15
Ancu
46
SM
P9
512
.00
011
40
.00
07
817
.00
013
26
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
00
12
.00
012
00
.00
08
418
.00
015
12
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
30
011
.00
033
00
.00
02
61
17
.00
044
37
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
10
12
.00
013
20
.00
01
02
17
.00
017
34
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D1
05
11
.00
011
55
.00
08
815
.00
013
20
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P2
50
10
.00
025
00
.00
02
17
15
.00
032
55
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P3
25
11
.00
035
75
.00
02
70
16
.00
043
20
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
10
012
.00
012
00
.00
08
716
.00
013
92
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A4
40
11
.00
048
40
.00
04
04
15
.00
060
60
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
23
511
.00
025
85
.00
02
18
15
.00
032
70
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P1
10
12
.00
013
20
.00
09
716
.00
015
52
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
10
012
.00
012
00
.00
08
816
.00
014
08
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
50
11
.00
016
50
.00
01
37
15
.00
020
55
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
60
12
.00
019
20
.00
01
23
16
.00
019
68
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
37
511
.00
041
25
.00
03
28
15
.00
049
20
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
32
012
.00
038
40
.00
03
09
15
.00
046
35
.00
0
20
311
.60
023
10
.00
017
6.9
16
.20
028
17
.00
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U II)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
12
511
.00
013
75
.00
01
03
15
.00
015
45
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
13
011
.00
014
30
.00
01
16
16
.00
018
56
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
35
512
.00
042
60
.00
03
26
17
.00
055
42
.00
0
4T
iara
23
SM
P9
512
.00
011
40
.00
07
517
.00
012
75
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A2
75
13
.00
035
75
.00
02
36
18
.00
042
48
.00
0
6A
di
40
SM
P8
012
.00
096
0.0
00
68
17
.00
011
56
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P1
00
11
.00
011
00
.00
08
515
.00
012
75
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A3
35
11
.00
036
85
.00
02
96
16
.00
047
36
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
11
012
.00
013
20
.00
09
817
.00
016
66
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
12
510
.00
012
50
.00
01
05
15
.00
015
75
.00
0
11
Rasyid
44
SD
10
012
.00
012
00
.00
08
916
.00
014
24
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
32
013
.00
041
60
.00
02
58
19
.00
049
02
.00
0
13
Ari
40
SD
11
510
.00
011
50
.00
01
06
15
.00
015
90
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D1
20
10
.00
012
00
.00
01
12
16
.00
017
92
.00
0
15
Ancu
46
SM
P9
011
.00
099
0.0
00
78
16
.00
012
48
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
05
11
.00
011
55
.00
01
05
15
.00
015
75
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
26
512
.00
031
80
.00
02
23
16
.00
035
68
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
00
11
.00
011
00
.00
08
916
.00
014
24
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D9
016
.00
014
40
.00
06
720
.00
013
40
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P2
00
12
.00
024
00
.00
01
88
18
.00
033
84
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P2
90
13
.00
037
70
.00
02
48
17
.00
042
16
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
80
13
.00
010
40
.00
08
018
.00
014
40
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A3
70
15
.00
055
50
.00
03
29
19
.00
062
51
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
20
011
.00
022
00
.00
01
75
15
.00
026
25
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P9
516
.00
015
20
.00
05
520
.00
011
00
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
90
13
.00
011
70
.00
07
617
.00
012
92
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
55
11
.00
017
05
.00
01
38
16
.00
022
08
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
60
11
.00
017
60
.00
01
42
15
.00
021
30
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
32
511
.00
035
75
.00
02
98
15
.00
044
70
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
28
013
.00
036
40
.00
02
56
16
.00
040
96
.00
0
17
612
.00
021
33
.33
31
54
16
.60
025
64
.96
7R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U III)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1H
asnia
ti4
4S
MA
17
514
.00
024
50
.00
01
67
18
.00
030
06
.00
0
2T
atti
32
Perg
uru
an T
ing
gi
11
513
.00
014
95
.00
01
04
17
.00
017
68
.00
0
3B
un
ga
36
Perg
uru
an T
ing
gi
45
013
.00
058
50
.00
04
03
16
.00
064
48
.00
0
4T
iara
23
SM
P1
10
13
.00
014
30
.00
09
017
.00
015
30
.00
0
5A
mir D
g. S
irua
63
SM
A5
00
10
.00
050
00
.00
04
80
15
.00
072
00
.00
0
6A
di
40
SM
P1
00
13
.00
013
00
.00
08
818
.00
015
84
.00
0
7N
en
gsih
25
SM
P1
20
13
.00
015
60
.00
01
13
17
.00
019
21
.00
0
8S
ad
du
39
SM
A5
50
12
.00
066
00
.00
05
10
16
.00
081
60
.00
0
9D
ah
lia3
0P
erg
uru
an T
ing
gi
11
513
.00
014
95
.00
08
918
.00
016
02
.00
0
10
Naw
ir3
7S
MP
11
014
.00
015
40
.00
09
918
.00
017
82
.00
0
11
Rasyid
44
SD
12
512
.00
015
00
.00
01
12
15
.00
016
80
.00
0
12
Faja
r3
6S
MA
45
012
.00
054
00
.00
04
30
16
.00
068
80
.00
0
13
Ari
40
SD
17
511
.00
019
25
.00
01
19
16
.00
019
04
.00
0
14
Dg. N
ga
i5
5S
D1
45
13
.00
018
85
.00
01
39
17
.00
023
63
.00
0
15
Ancu
46
SM
P1
00
14
.00
014
00
.00
08
717
.00
014
79
.00
0
16
Tati
29
SM
P1
40
13
.00
018
20
.00
01
15
16
.00
018
40
.00
0
17
Sib
ali
35
SD
40
010
.00
040
00
.00
03
10
15
.00
046
50
.00
0
18
Anw
ar
47
SM
A1
10
13
.00
014
30
.00
09
617
.00
016
32
.00
0
19
Mukta
r4
9S
D1
05
13
.00
013
65
.00
08
417
.00
014
28
.00
0
20
Dg. T
oje
ng
49
SM
P4
20
11
.00
046
20
.00
02
98
16
.00
047
68
.00
0
21
Le
ba
ng
38
SM
P4
50
10
.00
045
00
.00
03
40
15
.00
051
00
.00
0
22
Abd
. Kah
ar
37
SD
10
013
.00
013
00
.00
06
717
.00
011
39
.00
0
23
Ahm
ad
48
SM
A4
75
12
.00
057
00
.00
03
89
17
.00
066
13
.00
0
24
Salm
a2
9S
MP
50
010
.00
050
00
.00
03
50
15
.00
052
50
.00
0
25
Nurh
aed
ah
27
SM
P1
00
14
.00
014
00
.00
07
518
.00
013
50
.00
0
26
Harlin
a3
7S
MP
15
012
.00
018
00
.00
01
20
15
.00
018
00
.00
0
27
Ham
zah
36
SM
A1
10
14
.00
015
40
.00
08
517
.00
014
45
.00
0
28
Ansar
39
SM
P1
30
13
.00
016
90
.00
01
06
17
.00
018
02
.00
0
29
Hae
rud
din
33
SD
47
012
.00
056
40
.00
03
90
16
.00
062
40
.00
0
30
Dg. N
an
ring
57
SD
50
012
.00
060
00
.00
04
15
16
.00
066
40
.00
0
25
012
.40
029
54
.50
02
09
16
.50
033
66
.80
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar T
ero
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U IV
)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Min
gg
u 1
245
11.0
00
220
14.9
00
Min
gg
u 2
203
11.6
00
176.9
16.2
00
Min
gg
u 3
176
12.0
00
154
16.6
00
Min
gg
u 4
250
12.4
00
209
16.5
00
Rata
-Rata
218.5
11.7
50
189.9
75
16.0
50
Pasar T
ero
ng
CA
BE
RA
WIT
(RA
TA
-RA
TA
BU
LA
NA
N)
Kete
ran
gan
Pen
aw
ara
nP
erm
inta
an
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
10
514
.00
014
70
.00
09
518
.00
017
10
.00
0
2S
ald
i3
2S
D1
30
12
.00
015
60
.00
01
14
16
.00
018
24
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A1
40
12
.00
016
80
.00
01
09
17
.00
018
53
.00
0
4A
na
35
SM
P8
015
.00
012
00
.00
06
219
.00
011
78
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
95
15
.00
014
25
.00
07
620
.00
015
20
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D2
55
12
.00
030
60
.00
02
40
15
.00
036
00
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
10
513
.00
013
65
.00
09
817
.00
016
66
.00
0
8R
osi
45
SD
10
015
.00
015
00
.00
07
919
.00
015
01
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
11
014
.00
015
40
.00
01
06
18
.00
019
08
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P9
515
.00
014
25
.00
08
119
.00
015
39
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
30
13
.00
016
90
.00
01
06
17
.00
018
02
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
27
512
.00
033
00
.00
02
56
16
.00
040
96
.00
0
13
Askar
29
SD
10
014
.00
014
00
.00
08
418
.00
015
12
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
90
15
.00
013
50
.00
07
819
.00
014
82
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P3
25
13
.00
042
25
.00
03
15
17
.00
053
55
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A9
014
.00
012
60
.00
08
318
.00
014
94
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
85
15
.00
012
75
.00
07
819
.00
014
82
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A1
05
13
.00
013
65
.00
09
817
.00
016
66
.00
0
19
Ida
46
SD
22
514
.00
031
50
.00
02
11
17
.00
035
87
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D1
25
12
.00
015
00
.00
01
17
17
.00
019
89
.00
0
13
8.2
513
.60
018
37
.00
012
4.3
17
.65
021
38
.20
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-b
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U I)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
10
016
.00
016
00
.00
08
720
.00
017
40
.00
0
2S
ald
i3
2S
D1
20
12
.00
014
40
.00
09
816
.00
015
68
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A1
25
12
.00
015
00
.00
01
03
16
.00
016
48
.00
0
4A
na
35
SM
P1
00
18
.00
018
00
.00
07
722
.00
016
94
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
95
18
.00
017
10
.00
07
022
.00
015
40
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D2
25
15
.00
033
75
.00
02
01
18
.00
036
18
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
10
514
.00
014
70
.00
01
00
18
.00
018
00
.00
0
8R
osi
45
SD
85
18
.00
015
30
.00
06
722
.00
014
74
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
95
18
.00
017
10
.00
07
523
.00
017
25
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P9
019
.00
017
10
.00
07
023
.00
016
10
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
05
18
.00
018
90
.00
09
521
.00
019
95
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
35
016
.00
056
00
.00
03
24
19
.00
061
56
.00
0
13
Askar
29
SD
90
17
.00
015
30
.00
06
921
.00
014
49
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
85
18
.00
015
30
.00
06
920
.00
013
80
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P3
25
15
.00
048
75
.00
02
98
18
.00
053
64
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A8
516
.00
013
60
.00
07
819
.00
014
82
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
95
16
.00
015
20
.00
08
818
.00
015
84
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A1
05
15
.00
015
75
.00
09
619
.00
018
24
.00
0
19
Ida
46
SD
22
514
.00
031
50
.00
01
87
17
.00
031
79
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D1
75
13
.00
022
75
.00
01
58
18
.00
028
44
.00
0
13
915
.90
021
57
.50
012
0.5
19
.50
022
83
.70
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-b
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U II)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
85
17
.00
014
45
.00
05
922
.00
012
98
.00
0
2S
ald
i3
2S
D1
00
15
.00
015
00
.00
08
721
.00
018
27
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A1
10
15
.00
016
50
.00
09
920
.00
019
80
.00
0
4A
na
35
SM
P9
019
.00
017
10
.00
08
324
.00
019
92
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
95
18
.00
017
10
.00
07
823
.00
017
94
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D2
00
16
.00
032
00
.00
01
69
21
.00
035
49
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
10
015
.00
015
00
.00
08
520
.00
017
00
.00
0
8R
osi
45
SD
95
18
.00
017
10
.00
08
923
.00
020
47
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
90
18
.00
016
20
.00
06
923
.00
015
87
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P9
517
.00
016
15
.00
07
622
.00
016
72
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
00
19
.00
019
00
.00
08
924
.00
021
36
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
30
016
.00
048
00
.00
02
48
20
.00
049
60
.00
0
13
Askar
29
SD
10
017
.00
017
00
.00
08
522
.00
018
70
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
90
18
.00
016
20
.00
06
923
.00
015
87
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P2
85
16
.00
045
60
.00
02
13
21
.00
044
73
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A9
517
.00
016
15
.00
07
722
.00
016
94
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
10
017
.00
017
00
.00
06
922
.00
015
18
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A9
516
.00
015
20
.00
08
721
.00
018
27
.00
0
19
Ida
46
SD
15
515
.00
023
25
.00
01
25
20
.00
025
00
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D1
35
16
.00
021
60
.00
01
24
21
.00
026
04
.00
0
12
5.7
516
.75
020
78
.00
01
04
21
.75
022
30
.75
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-b
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U III)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1D
ew
i3
2S
MA
11
017
.00
018
70
.00
01
01
24
.00
024
24
.00
0
2S
ald
i3
2S
D1
20
17
.00
020
40
.00
01
13
23
.00
025
99
.00
0
3Ilh
am
23
SM
A1
35
15
.00
020
25
.00
01
32
20
.00
026
40
.00
0
4A
na
35
SM
P9
018
.00
016
20
.00
08
424
.00
020
16
.00
0
5Id
rus S
am
si
32
Perg
uru
an T
ing
gi
10
018
.00
018
00
.00
09
225
.00
023
00
.00
0
6D
g. S
an
tan
g5
0S
D2
25
15
.00
033
75
.00
02
10
19
.00
039
90
.00
0
7A
hm
ad
37
SD
95
18
.00
017
10
.00
09
123
.00
020
93
.00
0
8R
osi
45
SD
80
19
.00
015
20
.00
07
124
.00
017
04
.00
0
9N
urd
in5
9S
MA
75
19
.00
014
25
.00
06
725
.00
016
75
.00
0
10
Husain
Halid
40
SM
P1
00
18
.00
018
00
.00
09
324
.00
022
32
.00
0
11
Kha
eru
ddin
33
SM
A1
15
17
.00
019
55
.00
01
07
24
.00
025
68
.00
0
12
Nurb
aya
42
Perg
uru
an T
ing
gi
35
516
.00
056
80
.00
03
11
20
.00
062
20
.00
0
13
Askar
29
SD
12
515
.00
018
75
.00
01
25
21
.00
026
25
.00
0
14
Nurs
iah
31
SD
11
516
.00
018
40
.00
01
09
22
.00
023
98
.00
0
15
Burh
an
26
SM
P3
50
16
.00
056
00
.00
02
94
19
.00
055
86
.00
0
16
Han
iah
29
SM
A9
518
.00
017
10
.00
08
724
.00
020
88
.00
0
17
Salm
a3
8S
MP
12
016
.00
019
20
.00
01
15
22
.00
025
30
.00
0
18
Maria
ni
41
SM
A1
05
17
.00
017
85
.00
09
824
.00
023
52
.00
0
19
Ida
46
SD
22
517
.00
038
25
.00
01
81
20
.00
036
20
.00
0
20
Syah
rir3
2S
D1
00
19
.00
019
00
.00
09
525
.00
023
75
.00
0
14
1.7
517
.05
023
63
.75
012
8.8
22
.60
028
01
.75
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar P
a'b
aen
g-b
ae
ng
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U IV
)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Min
gg
u 1
138.2
513.6
00
124.3
17.6
50
Min
gg
u 2
139
15.9
00
120.5
19.5
00
Min
gg
u 3
125.7
516.7
50
104
21.7
50
Min
gg
u 4
141.7
517.0
50
128.8
22.6
00
Rata
-Rata
136.1
875
15.8
25
119.4
20.3
75
Pasar P
a'b
aen
g-b
aen
g
CA
BE
RA
WIT
(RA
TA
-RA
TA
BU
LA
NA
N)
Kete
ran
gan
Pen
aw
ara
nP
erm
inta
an
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
10
517
.00
017
85
.00
08
023
.00
018
40
.00
0
2B
ae
38
SD
90
18
.00
016
20
.00
07
224
.00
017
28
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
23
516
.00
037
60
.00
02
15
22
.00
047
30
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
95
15
.00
014
25
.00
08
520
.00
017
00
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P2
60
14
.00
036
40
.00
02
90
20
.00
058
00
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
10
015
.00
015
00
.00
08
021
.00
016
80
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
20
15
.00
018
00
.00
09
821
.00
020
58
.00
0
8M
ul
23
SM
P1
35
15
.00
020
25
.00
01
04
20
.00
020
80
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
11
014
.00
015
40
.00
09
920
.00
019
80
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
28
514
.00
039
90
.00
02
75
20
.00
055
00
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
11
016
.00
017
60
.00
09
221
.00
019
32
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D4
00
15
.00
060
00
.00
03
80
20
.00
076
00
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
25
15
.00
018
75
.00
09
820
.00
019
60
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P1
10
16
.00
017
60
.00
08
821
.00
018
48
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A1
35
15
.00
020
25
.00
01
04
21
.00
021
84
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
12
016
.00
019
20
.00
08
821
.00
018
48
.00
0
17
Yusri
27
SM
A1
10
15
.00
016
50
.00
08
320
.00
016
60
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P9
014
.00
012
60
.00
06
920
.00
013
80
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
25
15
.00
018
75
.00
08
721
.00
018
27
.00
0
20
Basse
48
SD
11
517
.00
019
55
.00
07
923
.00
018
17
.00
0
21
Nasir
41
SM
A3
90
14
.00
054
60
.00
03
60
21
.00
075
60
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
14
015
.00
021
00
.00
01
26
22
.00
027
72
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P1
10
17
.00
018
70
.00
08
524
.00
020
40
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
42
015
.00
063
00
.00
04
15
21
.00
087
15
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A1
55
15
.00
023
25
.00
01
23
21
.00
025
83
.00
0
16
7.6
15
.32
025
28
.80
014
7.0
021
.12
030
72
.88
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U I)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
12
519
.00
023
75
.00
09
023
.00
020
70
.00
0
2B
ae
38
SD
11
019
.00
020
90
.00
08
523
.00
019
55
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
32
517
.00
055
25
.00
02
67
21
.00
056
07
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
10
518
.00
018
90
.00
08
722
.00
019
14
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P2
75
17
.00
046
75
.00
02
16
22
.00
047
52
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
12
016
.00
019
20
.00
01
01
22
.00
022
22
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
35
16
.00
021
60
.00
01
17
21
.00
024
57
.00
0
8M
ul
23
SM
P1
30
15
.00
019
50
.00
01
21
20
.00
024
20
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
95
18
.00
017
10
.00
07
622
.00
016
72
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
35
015
.00
052
50
.00
03
16
20
.00
063
20
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
12
517
.00
021
25
.00
01
02
21
.00
021
42
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D4
75
16
.00
076
00
.00
03
89
20
.00
077
80
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
15
18
.00
020
70
.00
09
822
.00
021
56
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P1
20
16
.00
019
20
.00
01
08
21
.00
022
68
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A1
30
15
.00
019
50
.00
01
13
20
.00
022
60
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
12
516
.00
020
00
.00
01
02
21
.00
021
42
.00
0
17
Yusri
27
SM
A1
00
15
.00
015
00
.00
01
00
20
.00
020
00
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P1
05
15
.00
015
75
.00
08
020
.00
016
00
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
35
16
.00
021
60
.00
01
04
21
.00
021
84
.00
0
20
Basse
48
SD
12
518
.00
022
50
.00
09
423
.00
021
62
.00
0
21
Nasir
41
SM
A4
00
16
.00
064
00
.00
03
26
20
.00
065
20
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
10
016
.00
016
00
.00
08
720
.00
017
40
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P9
518
.00
017
10
.00
07
923
.00
018
17
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
37
015
.00
055
50
.00
03
07
21
.00
064
47
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A1
20
16
.00
019
20
.00
01
01
22
.00
022
22
.00
0
17
6.4
16
.52
028
75
.00
014
6.6
421
.24
030
73
.16
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U II)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
13
018
.00
023
40
.00
01
02
23
.00
023
46
.00
0
2B
ae
38
SD
11
517
.00
019
55
.00
09
423
.00
021
62
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
27
015
.00
040
50
.00
02
18
20
.00
043
60
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
95
18
.00
017
10
.00
06
523
.00
014
95
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P2
25
17
.00
038
25
.00
01
96
22
.00
043
12
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
12
517
.00
021
25
.00
01
06
22
.00
023
32
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
25
16
.00
020
00
.00
01
02
21
.00
021
42
.00
0
8M
ul
23
SM
P1
10
15
.00
016
50
.00
09
120
.00
018
20
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
90
18
.00
016
20
.00
07
323
.00
016
79
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
30
015
.00
045
00
.00
02
18
21
.00
045
78
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
10
518
.00
018
90
.00
09
222
.00
020
24
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D3
80
15
.00
057
00
.00
03
14
21
.00
065
94
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
10
18
.00
019
80
.00
09
823
.00
022
54
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P1
05
16
.00
016
80
.00
08
820
.00
017
60
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A1
00
15
.00
015
00
.00
08
721
.00
018
27
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
11
016
.00
017
60
.00
09
823
.00
022
54
.00
0
17
Yusri
27
SM
A9
015
.00
013
50
.00
07
020
.00
014
00
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P8
517
.00
014
45
.00
06
322
.00
013
86
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
05
16
.00
016
80
.00
09
120
.00
018
20
.00
0
20
Basse
48
SD
12
018
.00
021
60
.00
01
10
23
.00
025
30
.00
0
21
Nasir
41
SM
A2
75
17
.00
046
75
.00
02
10
21
.00
044
10
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
10
016
.00
016
00
.00
08
822
.00
019
36
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P9
518
.00
017
10
.00
07
822
.00
017
16
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
30
016
.00
048
00
.00
02
74
21
.00
057
54
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A1
00
18
.00
018
00
.00
08
624
.00
020
64
.00
0
15
0.6
16
.60
024
60
.20
012
4.4
821
.72
026
78
.20
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U III)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
1A
rifud
din
60
SD
75
20
.00
015
00
.00
06
425
.00
016
00
.00
0
2B
ae
38
SD
10
517
.00
017
85
.00
09
822
.00
021
56
.00
0
3Lin
a2
7P
erg
uru
an T
ing
gi
32
516
.00
052
00
.00
02
75
21
.00
057
75
.00
0
4R
iman
g3
5S
MP
11
017
.00
018
70
.00
01
03
23
.00
023
69
.00
0
5K
usna
di
33
SM
P3
75
16
.00
060
00
.00
03
15
22
.00
069
30
.00
0
6N
ga
i4
6S
MA
75
19
.00
014
25
.00
06
924
.00
016
56
.00
0
7F
irman
35
SM
A1
15
17
.00
019
55
.00
01
08
23
.00
024
84
.00
0
8M
ul
23
SM
P9
019
.00
017
10
.00
08
225
.00
020
50
.00
0
9N
ura
eni
28
Perg
uru
an T
ing
gi
11
017
.00
018
70
.00
01
01
22
.00
022
22
.00
0
10
Sun
nia
ti3
4S
MA
40
017
.00
068
00
.00
03
40
22
.00
074
80
.00
0
11
Satu
ria3
7S
MA
10
018
.00
018
00
.00
09
524
.00
022
80
.00
0
12
Dg. M
an
tan
g4
0S
D4
05
16
.00
064
80
.00
03
75
20
.00
075
00
.00
0
13
Musta
min
37
SM
P1
15
18
.00
020
70
.00
01
10
24
.00
026
40
.00
0
14
Hap
sah
36
SM
P1
05
17
.00
017
85
.00
09
823
.00
022
54
.00
0
15
Muh
tar
39
SM
A1
00
19
.00
019
00
.00
09
124
.00
021
84
.00
0
16
Ram
alla
h2
9P
erg
uru
an T
ing
gi
14
517
.00
024
65
.00
01
14
23
.00
026
22
.00
0
17
Yusri
27
SM
A1
05
18
.00
018
90
.00
09
924
.00
023
76
.00
0
18
Yusuf
33
SM
P1
25
17
.00
021
25
.00
09
122
.00
020
02
.00
0
19
Usm
an
57
SM
A1
90
16
.00
030
40
.00
01
22
21
.00
025
62
.00
0
20
Basse
48
SD
10
519
.00
019
95
.00
01
01
25
.00
025
25
.00
0
21
Nasir
41
SM
A4
25
17
.00
072
25
.00
03
15
23
.00
072
45
.00
0
22
Nurh
aed
ah
38
Perg
uru
an T
ing
gi
10
519
.00
019
95
.00
09
025
.00
022
50
.00
0
23
Ibra
him
35
SM
P1
50
17
.00
025
50
.00
01
12
23
.00
025
76
.00
0
24
Dg. B
eta
59
SD
35
017
.00
059
50
.00
02
85
23
.00
065
55
.00
0
25
Sam
sir
39
SM
A1
70
18
.00
030
60
.00
01
22
22
.00
026
84
.00
0
17
917
.52
030
57
.80
01
51
23
.00
033
99
.08
0R
AT
A-R
AT
A
Pas
ar N
iag
a D
aya
No
Nam
a R
esp
on
den
Um
ur (T
hn
)P
en
d. T
era
kh
irP
en
aw
ara
nT
ota
lP
erm
inta
an
To
tal
CA
BA
I RA
WIT
(MIN
GG
U IV
)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Ju
mla
h (K
g)
Harg
a (R
p/K
g)
Min
gg
u 1
167.6
15.3
20
147
21.1
20
Min
gg
u 2
176.4
16.5
20
146.6
421.2
40
Min
gg
u 3
150.6
16.6
00
124.4
821.7
20
Min
gg
u 4
179
17.5
20
151
23.0
00
Rata
-Rata
168.4
16.4
90
142.2
821.7
70
Pasar N
iag
a D
aya
CA
BE
RA
WIT
(RA
TA
-RA
TA
BU
LA
NA
N)
Kete
ran
gan
Pen
aw
ara
nP
erm
inta
an
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
CABAI MERAH BESAR CABAI RAWIT
RESPONDEN DI PASAR TERONG
RESPONDEN DI PASAR PA’BAENG-BAENG RESPONDEN DI PASAR DAYA