12
ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR Mukhlisah*), Suhaimah*), Salama Manjang**), Yusran**) *) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin **) Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ABSTRAK Penyedia jasa listrik dituntut harus dapat meningkatkan kualitas produk dan layanannya. Salah satu hal yang dapat menurunkan kualitas produk adalah susut yang timbul di jaringan tenaga listrik. Salah satu penyebab susut energi tersebut karena menurunnya kualitas peralatan listrik yang membuat terganggunya keandalan pelayanan pasokan listrik ke pelanggan. Pemeliharaan yang tepat untuk peralatan listrik dapat meningkatkan kualitas sistem kelistrikan. Penelitian ini membahas pengaruh pemeliharaan terhadap penekanan susut energi pada transformator, konektor dan isolator pada penyulang Polda GI Bontoala Makassar dan perbandingan biaya pemeliharaan terhadap nilai susut pada peralatan listrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode analitik deskiptif. Hasil perhitungan menunjukkan susut konektor buruk dalam sebulan sebesar 937,152 kWh namun dengan pemeliharaan susut dapat ditekan hingga 851,922 kWh. Susut transformator dalam sebulan sebesar 31.173 kWh. Susut isolator dapat ditekan hingga mencapai 11,51 MWh untuk tipe pin type dan 15,29 MWh untuk pin post per-bulan dengan dilakukannya. Total susut konektor, transformator dan isolator penyulang Polda tanpa pemeliharaan dalam waktu satu bulan adalah 61.280,152 kWh dan dengan pemeliharaan sebesar 33.627,23 kWh. Perbandingan total biaya pemeliharaan peralatan SUTM terhadap susut pada penyulang Polda per-tahun dengan pemeliharaan sebesar Rp 673.371.060,- sedangkan tanpa pemeliharaan sebesar Rp 2.730.411.996,- Kata Kunci: Susut, Pemeliharaan, Transformator, Konektor, Isolator I. PENDAHUUAN Suatu sistem distribusi listrik yang baik diharapkan memenuhi kriteria teknis antara lain faktor keandalan dan faktor ekonomis. Adapun permasalahan utama paling mendasar pada distribusi daya listrikyaitu mencakup kontinuitas dan ketersedian daya listrik untuk pelanggan. PT PLN (Persero) selaku penyedia jasa listrik dituntut harus dapat meningkatkan kualitas produk dan layanannya sesuai dengan 1

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

  • Upload
    yuacha

  • View
    97

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penyedia jasa listrik dituntut harus dapat meningkatkan kualitas produk dan layanannya. Salah satu hal yang dapat menurunkan kualitas produk adalah susut yang timbul di jaringan tenaga listrik. Salah satu penyebab susut energi tersebut karena menurunnya kualitas peralatan listrik yang membuat terganggunya keandalan pelayanan pasokan listrik ke pelanggan. Pemeliharaan yang tepat untuk peralatan listrik dapat meningkatkan kualitas sistem kelistrikan. Penelitian ini membahas pengaruh pemeliharaan terhadap penekanan susut energi pada transformator, konektor dan isolator pada penyulang Polda GI Bontoala Makassar dan perbandingan biaya pemeliharaan terhadap nilai susut pada peralatan listrik.

Citation preview

Page 1: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG

MAKASSAR

Mukhlisah*), Suhaimah*), Salama Manjang**), Yusran**)*) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

**) Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Penyedia jasa listrik dituntut harus dapat meningkatkan kualitas produk dan layanannya. Salah satu hal yang dapat menurunkan kualitas produk adalah susut yang timbul di jaringan tenaga listrik. Salah satu penyebab susut energi tersebut karena menurunnya kualitas peralatan listrik yang membuat terganggunya keandalan pelayanan pasokan listrik ke pelanggan. Pemeliharaan yang tepat untuk peralatan listrik dapat meningkatkan kualitas sistem kelistrikan. Penelitian ini membahas pengaruh pemeliharaan terhadap penekanan susut energi pada transformator, konektor dan isolator pada penyulang Polda GI Bontoala Makassar dan perbandingan biaya pemeliharaan terhadap nilai susut pada peralatan listrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode analitik deskiptif. Hasil perhitungan menunjukkan susut konektor buruk dalam sebulan sebesar 937,152 kWh namun dengan pemeliharaan susut dapat ditekan hingga 851,922 kWh. Susut transformator dalam sebulan sebesar 31.173 kWh. Susut isolator dapat ditekan hingga mencapai 11,51 MWh untuk tipe pin type dan 15,29 MWh untuk pin post per-bulan dengan dilakukannya. Total susut konektor, transformator dan isolator penyulang Polda tanpa pemeliharaan dalam waktu satu bulan adalah 61.280,152 kWh dan dengan pemeliharaan sebesar 33.627,23 kWh. Perbandingan total biaya pemeliharaan peralatan SUTM terhadap susut pada penyulang Polda per-tahun dengan pemeliharaan sebesar Rp 673.371.060,- sedangkan tanpa pemeliharaan sebesar Rp 2.730.411.996,-

Kata Kunci: Susut, Pemeliharaan, Transformator, Konektor, Isolator

I. PENDAHUUANSuatu sistem distribusi listrik yang

baik diharapkan memenuhi kriteria teknis antara lain faktor keandalan dan faktor ekonomis. Adapun permasalahan utama paling mendasar pada distribusi daya listrikyaitu mencakup kontinuitas dan ketersedian daya listrik untuk pelanggan. PT PLN (Persero) selaku penyedia jasa listrik dituntut harus dapat meningkatkan kualitas produk dan layanannya sesuai dengan UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan pasal 28.

Susut energi pada suatu sistem tenaga listrik sebagian besar terjadi pada sistem jaringan distribusinya. Salah satu penyebab susut energi tersebut karena memburuknya peralatan listrik yang membuat terganggunya keandalan pelayanan pasokan listrik ke pelanggan.

Susut energi pada sistem kelistrikan berpengaruh terhadap faktor ekonomis. Susut energi yang besar berarti pemborosan dan dapat menyebabkan kerugian energi listrik. Menekan susut energi merupakan salah satu langkah meningkatkan kualitas sistem kelistrikan. Salah satu upaya meningkatkat kualitas sistem kelistrikan dengan cara pemeliharaan peralatan listrik secara berkala. Kurangnya pemeliharaan akan mengakibatbatkan memendeknya umur dari peralatan yang bersangkutan.

Pemeliharaan merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pengoperasian sistem tenaga listrik, karena dengan sistem pemeliharaan peralatan-peralatan yang baik pada sistem tenaga dapat beroperasi dengan baik, sehingga kebutuhan energi listrik ke

1

Page 2: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

konsumen dapat terlayani dengan baik dengan tingkat keandalan yang tinggi, selain itu harga peralatan sistem tenaga listrik yang mahal dan investigasi yang besar dalam sistem ketenaga listrikan juga mendorong perlunya pemeliharaan peralatan sistem tenaga listrik. Salah satu hal yang melatarbelakangi perlunya pemeliharaan terhadap peralatan listrik adalah karena perlatan listrik mempunyai peran yang menentukan dalam operasi suatu sistem. Di kota Makassar misalnya tidak jarang gangguan listrik diakibatkan karena gangguan pada peralatan.

Dari permasalahan diatas penulis berusaha menghitung secara ekonomi pada pemeliharaan peralatan listrik saluran udara tegangan menengah (SUTM). Dipilihnya jaringan distribusi sebagai kasus karena pada jaringan ini susut energi relatif tinggi dan pemeliharaan akan berdampak besar terhadap penekanan susut energi dan peningkatan keandaan sistem.

II. TINJAUAN PUSTAKASistem tenaga listrik memiliki

pengertian yaitu, suatu kesatuan dari unit pembangkit listrik dari produsen kepada konsumen dengan dilengkapi sistem proteksi pada kesatuan tersebut. Secara umum skema sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Skema Umum Sistem Tenaga Listrik

Sumber: Whittaker, J.C. (2007)

Sistem tenaga listrik dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu pembangkitan, transmisi dan distribusi. (Whittaker, 2007) Pembangkitan Transmisi Distribusi

2.1 Jaringan Distribusi Sistem Tenaga ListrikJaringan distribusi adalah jaringan

yang terhubung langsung ke konsumen. Pada umumnya struktur jaringan

distribusi dapat dibagi menjadi empat topologi antara lain:1. Jaringan Radial2. Jaringan Lingkaran3. Jaringan Spindel4. Jaringan Anyaman

2.2 Susut Energi JaringanSusut energi merupakan besar energi

yang hilang dalam penyaluran daya listrik akibat berbagai macam sebab. Susut energi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu susut teknis dan susut non-teknis.

Susut teknis adalah energi yang hilang sebagai panas di sepanjang penghantar pada jaringan, transformator, serta peralatan lain pada jaringan yang mengandung unsur resistif dan reaktif. Susut non-teknis adalah energi yang hilang akibat faktor-faktor non-teknis seperti pencurian listrik, kesalahan pembacaan alat ukur, jaringan tersentuh pohon dan karena kesalahan administrasi.

Rumusan dari susut teknis secara umum berasal dari rumus berikut:Psusut = I2

saluran x Rpenghantar (2.1)I = Arus yang mengalir di jaingan

(Ampere)R = Besar hambatan dalam penghantar (Ω)

Besar hambatan untuk kabel tersebut didefinisikan dengan persamaan:

R=ρ×lA

(2.2)

R = Hambatan dalam penghantar (Ω)ρ = Hambatan jenis penghantar (Ω meter)l = Panjang penghantar (meter)A = Luas penampang (meter2)

2.2.1 Susut Energi pada Jaringan Tegangan MenengahSusut jaringan tegangan menengah

merupakan susut yang terjadi pada jaringan distribusi primer.

2

Page 3: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

Gambar 2.21 Model Perhitungan Susut JTM

Selanjutnya susut teknis JTM 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut:

Swatt =( (I2 r1 )+ ((2I )2 r2 )+( (3I)2 r3 )+…+ (( nI)2 rn ))(2.3)

Psusut 3 fasa =3×∑1

n

n ×Itb2×R JTM ×pf×10-3

(2.4)Dimana: Swatt = Susut tiap fasa (watt)Psusut = Susut jaringan (kWh)n =Jumlah titik beban (transformator

distribusi atau khusus) atau diasumsikan jarak antar beban L (km)

Itb = Besar arus yang masuk ke titik beban (A)RJTM = Besar resistansi penghantar pada JTM (Ω/km)pf = Power factor

2.2.2 Susut Energi pada Transformator Distribusi

Susut transformator merupakan susut yang terjadi akibat rugi-rugi di transformator. Susut transformator terdiri dari rugi besi (inti) dan rugi tembaga dan rugi isolasi. Rugi tembaga disebabkan oleh perubahan arus beban, sedangkan rugi besi disebabkan oleh fluksi pada inti dan bersifat konstan. Susut dari transformator dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

P trafo =[Pbesi + Ptembaga ×(kVA load

kVA rated)

2] (2.5)

Susut total transformator dalam kVA

Strafo =Ptrafo

pf(2.6)

Dimana:Ptrafo = Susut transformator (kW)Pbesi = Susut akibat bahan besi (kW)

Ptembaga = Susut akibat lilitan tembaga di transformator (kW)

kVAload = Beban yang diterima transforator (kVA)

kVArated = Kapasitas transformator (kVA)Strafo = Susut total transformator (kVA)pf = Faktor daya

2.2.3 Susut Energi pada SaluranSusut daya pada penghantar

berbanding lurus dengan hambatan dan kuadrat arus yang mengalir. Susut daya ini sering disebut daya disipasi pada penghantar. Nilai tegangan jatuh pada penghantar adalah hasil kali hambatan dan arus yang mengalirinya. Secara matematis jatuh tegangan dan disipasi per fasa pada penghantar dirumuskan sebagai berikut:Vdrop = I × Rkabel

(2.7)Dan adapun rumus diipasi per fasa

dapat dilihat pada persamaan (2.1)Untuk suatu kabel terdapat suatu

nilai hambatan dalam yang bisa dipengaruhi oleh suhu, dengan persamaan berikut sesuai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000: (PUIL, 2000)

R t = R20 × 234,5+t254,5

× L1000

Untuk Tembaga

(2.8)

R t = R20 × 228+t248

× L1000

Untuk Aluminium

(2.9)

Dimana:Rt = Resistansi L meter kabel pada suhu t

oC (Ohm)R20=Resistansi pada 20 oC (Ohm/Km)T = Suhu penghantar (oC)L = Panjang penghantar (meter)

2.2.4 Susut Energi pada Sambungan Tidak Baik

Susut ini terjadi karena disepanjang jaringan tegangan rendah terdapat beberapa sambungan, antara lain:1. Sambungan saluran jaringan tegangan

rendah dengan kabel NYFGBY2. Percabangan sambungan tegangan

rendah

3

Page 4: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

3. Percabangan untuk sambungan pelayanan

Besarnya rugi-rugi daya pada sambungan dapat dilihat pada persamaan (2.1). Tahanan konektor Rk adalah ekivalen dengan 1 meter panjang konduktor Rt (pada kondisi baik) dan sekitar 11 meter panjang konduktor Rt

(pada kondisi buruk), sesuai dengan hasil pengukuran di laboratorium. (Pakpahan,1997)

2.2.5 Susut Akibat Faktor Daya RendahMisalkan daya sebesar P disalurkan

melalui saluran dengan penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus fasa dalam keadaan seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai

P = 3 [V] [I] Cos φ .......... (2.10)DenganP = Daya pada ujung kirimV = Tegangan pada ujung kirimCos φ = faktor daya

Gambar 2.23. Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal

2.2.6 Susut Energi pada IsolatorSusut energi pada isolator terjadi

akibat fungsi isolator yang tidak dapat menahan stress listrik secara sempurna. Hal ini ditandai dengan adanya arus bocor (leakage current). Besar arus bocor yang terjadi pada suatu isolator dipengaruhi terutama oleh:1. Tingkat polusi dan kondisi

basah/kering permukaan isolator.2. Bentuk/ type isolatorPada isolator normal, dalam keadaan bersih dan kering, arus bocor dapat diabaikan, namun bila permukaan terpolusi terlebih dalam kondisi basah, arus bocor naik dengan sangat drastis.

2.5 Pemeliharaan Peralatan JaringanPemeliharaan instalasi peralatan

sistem tenaga listrik dimaksudkan sebagai upaya untuk mempertahankan kondisi-ideal peralatan tersebut (keandalan, efisiensi dan umur ekonomis).

2.5.1 Pemeliharaan Gardu DistribusiProgram pemeliharaan trafo dengan

sendirinya tidak boleh dilepaskan dari penyiapan program pemeliharaan gardu (sipil, peralatan switching dan proteksi).

2.5.2 Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Menengah

Saluran udara berada di alam bebas yang cukup tinggi, menyebabkan gangguan cenderung berasal dari lingkungan, yang diantaranya adalah, petir, binatang, manusia, tumbuhan, jumper putus , isolator retak atau pecah.

2.6 Jadwal Pelaksanaan PemeliharaanUmumnya pemeliharaan peralatan

dapat dilakukan secara prefentif atas dasar waktu (routine-maintenance), atau secara prediktif atas dasar evaluasi hasil pengukuran/pengamatan (predictive-maintenance). Kadang-kadang tindakan perbaikan (repair) untuk peralatan yang mengalami foreed-outage karena kerusakan dalam operasi juga dikategorikan sebagai pemeliharaan secara korektif.

III. METODOLOGI PENELITIAN

4

Page 5: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

Gambar 3.1. Flowchart Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Susut4.1.1 Perhitungan Susut Konduktor dan

Konektor Dari data penghantar Penyulang Polda

dapat dihitung besarnya nilai susut konduktor dan susut konektor yang baik dengan menggunakan persamaan (2.1). Untuk perhitungan konektor baik, digunakan persamaan tahanan konektor Rk

adalah ekivalen dengan 1 meter panjang konduktor Rt (1m/1000m x Rt ) sesuai dengan hasil pengukuran di laboratorium. Hasil perhitungan susut konduktor dan konektor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Perhitungan Susut Konduktor dan Konektor Baik

Daya yang disalurkan melalui penghantar sesuai data penghantarapabila konduktor dibebani dengan faktor daya 0,85 adalah:= √3 x Vl-l x I x cosφ= √3 x 20 kV x 8.272,8 A x 0,85= 243.592,3 kWatt

Kondisi beban seperti diatas menghasilkan susut sebesar 118.327,57

Watt pada konduktor dan sebesar 118,327 Watt pada konektor. Nilai susut pada konduktor maupun konektor dipengaruhi oleh arus dan suhu, ini sesuai dengan persamaan (2.9) yang menerangkan bahwa nilai hambatan suatu kawat penghantar dapat dipengaruhi oleh suhu. Semakin besar nilai arus yang melewati penghantar maka semakin besar pula nilai susutnya. Sesuai dengan teori bahwa besar nilai susut berbanding lurus dengan kuadrat arus dan tahanan suatu penghantar.

4.1.2 Perhitungan Susut Konektor Baik dan Buruk

Perhitungan susut konektor buruk digunakan persamaan nilai tahanan konektor Rk adalah ekivalen dengan 11 meter panjang konduktor Rt(11m/1000m x Rt) sesuai dengan hasil pengukuran di laboratorium. Hasil perhitungan susut konektor buruk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Perhitungan Susut Konektor Baik dan Buruk

4.1.3 Perhitungan Susut TransformatorSusut transformator dihitung

berdasarkan persamaan (2.5) dan (2.6) dengan menggunakan data susut besi dan susut tembaga serta data beban transformator. Perhitungan susut transformator dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Perhitungan Susut Transformator

5

Page 6: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

4.1.4 Perhitungan Susut Isolator4.1.4.1 Isolator Terpolusi

Besar susut energi akibat arus bocor pada isolator selama periode satu bulan (30 hari) adalah:

Type pin type

= 1,51×20 kV

√3×30×24

= 12,55 M Wh Type pin post

= 2 ×20 kV

√3×30×24

= 16,62 M WhNilai susut isolator terpolusi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4. Susut Isolator Terpolusi

Jenis Isolator

Susut Isolator MWh

Type pin type 12,55Type pin post 16,62

4.1.4.2 Isolator BersihBesar susut energi akibat arus bocor

pada isolator selama periode satu bulan (30 hari) adalah:

Type pin type

= 0.125 ×20 kV

√3×30×24

= 1,039 M Wh Type pin post

= 0,1 6 ×20 kV

√3×30×24

= 1,33 M Wh

Nilai susut isolator terpolusi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5. Susut Isolator BersihJenis

IsolatorSusut Isolator

MWh% Susut Isolator

Type pin type 1,33 0,99

Type pin post 1,33 0,99

4.2 Perbandingan Pemeliharaan dengan Susut Energi

4.3.1 Perbandingan Susut Energi Konektor

Perbandingan susut energi konektor diasumsikan disetiap penghantar terdapat konektor buruk ditiap percabangan. Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kondisi konektor mempengaruhi nilai susutnya. Apabila konduktor dibebani maka dengan adanya kontak yang buruk akan mengakibatkan penambahan rugi-rugi sebesar 1183,27 Watt. Apabila kondisi kontak tersebut dibiarkan maka dalam satu bulan akan mengalami penambahan rugi-rugi sebesar:

Rugi-rugi perbulan =(1183,27 Watt )× (24 Jam ) × (30 hari )1000

= 851,954 kWh

Apabila diasumsikan harga tarif listrik rata-rata sebesar Rp 840 / kWh [12], maka PLN akan mengalami kerugian per-bulan sebesar Rp 715.641 dari total semua konektor buruk. Berikut akan ditinjau situasi apabila konektor dalam kondisi buruk dibiarkan (tanpa pemantauan dan pemeliharaan) dengan apabila dilakukan pemeliharaan sebagaimana terlihat pada Tabel (4.6) Dari hasil analisa terlihat bahwa terdapat selisih yang berupa keuntungan yaitu sebesar Rp 711.838.662 - Rp 60.180.000 = Rp 651.658.662. Perbandingan nilai susut konektor dengan biaya pemeliharaan konektor penyulang polda dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6. Perbandingan Nilai Susut Konektor dengan Biaya Pemeliharaan Penyulang Polda

6

Page 7: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

4.3.2 Perbandingan Susut Energi Transformator dengan Pemeliharaan

Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan susut transformator penyulang Polda. Data tersebut memperlihatkan bahwa susut energi pada trafo gardu distribusi penyulang Polda berkisar antara 0,2 % sampai dengan 1,3 %. Besar susut transformator total dalam penyulang Polda dalam 1 hari adalah sebesar 1.039,1 kWh. Besarnya energi tak tersalurkan akibat gangguan transformator:= √3 x Vl-l x I x cosφ= √3 x 20 kV x 8.272,8 A x 0,85= 243.592,3 kWatt

Bila harga energi sebesar Rp. 840/kWh maka besarnya susut energi selama satu hari dalam rupiah adalah Rp. 872.844,- dan 50% dari biaya energi listrik ini merupakan biaya tetap sebesar Rp. 473,-. Susut energi yang disebabkan oleh inti dan konduktor relatif sulit ditekan. Dengan manajemen beban yang baik susut energi inti dan konduktor dapat dikurangi.

Transformator distribusi juga berpengaruh terhadap keandalan sistem. Suatu transformator yang tidak berfungsi atau mengalami kerusakan berakibat terhentinya penyaluran energi listrik. Terhentinya penyaluran energi listrik berarti losses dan kerugian untuk PLN. Berikut akan ditinjau situasi apabila transformator dibiarkan (tanpa pemantauan dan pemeliharaan) dengan apabila dilakukan pemeliharaan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.7. Hasil analisa

menunjukkan bahwa terdapat selisih yang berupa keuntungan yaitu sebesar Rp 1.136.472.534– Rp 541.552.500 = Rp 594.920.034. Perbandingan nilai susut Transformator dengan biaya pemeliharaan transformator penyulang Polda dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.7. Perbandingan Nilai Rugi-Rugi Transformator dengan Biaya Pemeliharaan Penyulang Polda

4.3.3 Perbandingan Susut IsolatorPerbandingan susut isolator dalam

rupiah untuk tiap feeder dalam 3 fasa per-bulannya bila harga energi Rp. 840/kWh adalah:

Kondisi Terpolusi Pin Type:

12,55 MWh x Rp 840 = Rp 31.626.000,-

Pin Post Type:16,62 MWh x Rp 840 = Rp 41.882.400,-

4.3.3.1 Kondisi Bersih Pin Type

1,039 MWh x Rp 840 = Rp 2.618.280,-

Pin Post Type:1,33 MWh x Rp 840 = Rp 3.351.600,-

Tabel 4.8 Susut Energi pada Isolator dalam Rupiah

Jenis Isolator

KondisiTerpolusi (Rp)

Kondisi Bersih (Rp)

Pin Type 31.626.000,- 2.618.280,-Pin Post

Type41.882.400,- 3.351.600,-

Pemeliharaan isolator 20 kV dapat menekan susut energi sekitar 1% dan pada

7

Page 8: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

saat yang sama resiko kegagalan akibat isolator tidak berfungsi (misalnya flash over) dapat dikurangi sehingga susut akibat energi listrik tak tersalurkan semakin kecil.

Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Susut Peralatan Terhadap Pemeliharaan

Peralatan Listrik

Dengan Pemelihaaraan

Tanpa Pemeliharaan

Nilai Susut/ bulan

Biaya Ekonomis/

Tahun

Nilai Susut/b

ulan

Biaya Ekonomis/

TahunKonektor 85,23

kWh/bulan

Rp 60.180.000

937,152 kWh

Rp 711.838.662,-

Transformator

31.173 kWh

Rp 541.552.500

31.173 kWh

Rp 1.136.472.534,-

Isolator Type pin type 1,039 MWhType pin post 1,33 MWh

Rp 31.419.360,-

Rp 40.219.200,-

Type pin type 12,55 MWhType pin post 16,62 MWh

Rp 379.512.000,-

Rp 502.588.800,-

Total 33.627,23 kWh

Rp 673.371.060

61.280,152 kWh

Rp 2.730.411.996

V. KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Susut konektor buruk dalam sebulan sebesar 937,152 kWh. Susut transformator pada Penyulang Polda GI Bontoala Makassar dalam satu bulan sebesar 31,173 kWh. Susut energi isolator untuk tipe pin type dan pin post kondisi terpolusi sebesar 12,55 MWh dan 16,62 MWh per-bulan. Susut total peralatan tanpa pemeliharaan per-bulan sebesar 61.280,152 kWh.

2. Susut energi pada konektor dapat ditekan hingga mencapai 851,22 kWh per-bulan ketika dilakukan pemeliharaan. Sedangkan untuk susut energi pada isolator dapat ditekan hingga mencapai 11,511 MWh dan 15,29 MWh masing-masing untuk tipe pin type dan pin post per-bulan. Susut total peralatan yang dapat ditekan per-bulan ketika dilakukan pemeliharaan sebesar 27.652,92 kWh .

3. PLN dapat menghemat biaya sebesar Rp 651.658.662 per-tahun dari pemeliharaan konektor. Untuk pemeliharaan transformator, PLN dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 594.920.034 per-tahunnya. Sedangkan untuk pemeliharaan isolator PLN dapat menghemat biaya sebesar Rp 348.092.640 untuk isolator tipe pin type dan Rp 462.369.600,- untuk isolator tipe pin post per-tahunnya. Total keuntungan yang didapatkan PLN dengan melakukan pemeliharaan terhadap peralatan SUTM per-tahunnya sebesar Rp 2.057.040.936,-

DAFTAR PUSTAKA

[1] Jerry C. Whittaker, AC System Power Handbook, California 2007

[2] Gonen, Turan. Electric Power Distribution System Engineering.McGraw-Hill Singapore, 1986

[3] Chapman, Stephen J., Electric Machinery and Power System Fundamentals International Edition, McGraw Hill, Singapore, 2002

[4] Sianipar, S. 2011. “Analisis jatuh Tegangan dan Rugi-Rugi pada Penyulang dengan Menggunakan ETAP”. Universitas Sumatera Utara

[5] Standar Nasional Indonesia (SNI 04-0225-2000) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

[6] Buku 5 Standar Konstruksi PLN 2010

[7] Komari. 1992. “Pedoman Perhitungan Susut Teknis jaringan”, Lokakarya XI Pembakuan PLN

[8] SPLN D3.002-1 tahun 2007[9] Adabuddin, 2011. www.kca.co.id[10] Surat edaran Direksi PT PLN

(Persero) Nomor: 040.E/152/DIR/1999

[11] UU NO. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan

[12] TUL III-09

8

Page 9: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMELIHARAAN PERALATAN SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) PADA PT PLN (PERSERO) CABANG MAKASSAR

[13] Pakpahan, Parouli M. dkk, 1997.Seminar Manajemen Perawatan Peralatan Listrik, Semarang 1997

9