Upload
others
View
13
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL AKU LUPA
BAHWA AKU PEREMPUAN KARYA IHSAN ABDUL QUDDUS
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapat Gelar Sarjana
Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan satra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhamadiyah Makassar
Oleh
Aldy Arief Setiawan
105331110416
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aldy Arief Setiawan
NIM : 105331110416
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Analisis Tokoh dan Penokohan Dalam Novel Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri,
bukan merupakan jiplakan atau dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2021
Yang Membuat Pernyataan,
Aldy Arief Setiawan
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aldy Arief Setiawan
NIM : 105331110416
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Analisis Tokoh dan Penokohan Dalam Novel Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat dalam penyusunan skripsi
saya).
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2021
Yang Membuat Perjanjian,
Aldy Arief Setiawan
MOTTO
Hampir setiap manusia pernah merasakan fase paling rendah dalam hidupnya. Diterjang
badai, berselimut kegelapan abadi, terhantam ombak, dan tergores bebatuan tajam.
Mereka yang bertahan dari semua itu adalah mereka yang keluar sebagai pemenang. Dan,
Petanda hidup yang bernilai adalah seberapa banyak jumlah tangis kesedihan dari
kepergianmu.
ABSTRAK
Aldy Arief Setiawan. 2021. Analisis Tokoh dan Penokohan Dalam Novel Aku
Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Quddus. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana tokoh dan penokohan
dalam novel “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan” karya Ihsan Abdul Quddus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tokoh dan penokohan dalam novel
“Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan” karya Ihsan Abdul Quddus. Jenis penelitian
ini yakni analisis deskripif kualitatif dengan menggunakan metode pembacaan
berulang pada novel dan menandai bagian-bagian yang sesuai dengan masalah
utama. Data penelitian ini berupa novel “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan”
karya Ihsan Abdul Quddus. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori
strukturalisme.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tokoh dan
penokohan dalam novel “Aku Lupa Bhawa Aku Perempuan” karya Ihsan Abdul
Quddus ini peneliti menemukan 12 tokoh meliputi tokoh utama Suad dan tokoh
tambahan Kakak Suad, Ibu Suad, Ayah Suad,Abdul Hamid, Ibu Abdul Hamid,
Samirah, Faizah, Adil, Husnain, Dokter Kamal, dan Rifat Habbasi.
Selain itu, tokoh yang tergambar dalam novel ini memiliki karakter yang
berbeda-beda. Tokoh utama Suad yang digambarkan sebagai tokoh utama yang
sangat ambisius terhadap kehidupannya. Sedangkan, tokoh tambahan lainnya
yakni, kakak Suad yang digambarkan dengan karakter baik dan memiliki karakter
tokoh keibuan, ibu Suad yang digambarkan dengan karakter yang tegas dan
perhatian, ayah Suad yang digambarkan dengan karakter yang pengertian dan
orang yang gigih, Abdul Hamid yang digambarkan dengan karakter percaya diri
dan sosok seorang yang sabar, Samirah yang digambarkan dengan karakter yang
baik, Adil digambarkan dengan karakter yang cerdas serta sopan dalam
mengungkapkan pendapatnya, Husain juga salah satu tokoh yang digambarkan
dengan karakter yang cerdas dan orang yang memiliki banyak uang, dokter Kamal
yang digambarkan dengan karakter lembut, rajin, dan kosisten, serta tokoh Faizah
yang digambarkan dengan karakter perempuan pemalas.
Kata kunci : Tokoh dan Penokohan dan Novel
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Serta tidak lupa
pula salawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad saw. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S-1 pada
jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Begitu banyak pengalaman-pengalaman yang menjadi sebuah pelajaran
bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Tidak sedikit kendala dan hambatan
yang penulis hadapi, namun berkat ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan serta
kemauan dan kerja keras diserta bantuan dan do’a dari berbagai pihak yang
memberikan dukungan baik moril maupun material sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua yang sangat berjasa dalam hidup saya, yang selalu
memberi apapun yang anaknya inginkan.
2. Prof. Dr. Muhammad Rapi Tang, MS., sebagai pembimbing I yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
untuk memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh
kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Anzar S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberi waktu
iii
serta ilmu pengetahuan dengan penuh kebijaksanaan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Munirah, M.Pd, sebagai ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.
6. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
.Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga saran dan kritik pembaca tetap kami butuhkan. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penulis
secara pribadi.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, Januari 2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KARTU KONTROL I........................................................................................... ii
KARTU KONTROL II ......................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... v
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 7
1. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 7
2. Pengertian Sastra .................................................................................. 8
3. Pengertian Prosa Fiksi .......................................................................... 11
4. Pengertian Novel .................................................................................. 13
5. Ciri-ciri Novel....................................................................................... 14
6. Unsur Pembangun Novel ...................................................................... 15
a. Tema ................................................................................................ 15
b. Tokoh ............................................................................................... 17
c. Penokohan ........................................................................................ 18
d. Perwatakan ....................................................................................... 19
7. Teori Struktural..................................................................................... 22
B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31
B. Data dan Sumber Data .............................................................................. 31
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 32
D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 36
B. Pembahasan ............................................................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 58
B. Saran .......................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Selain bagian dari kebudayaan, sastra merupakan suatu bentuk karya seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Sastra sebagai suatu bentuk hasil karya seni kreatif manusia, di dalamnya terkandung nilai-nilai
atau ide dari manusia. Segala gagasan dan angan-angan, pandangan, keinginan atau cita-cita
manusia terefleksi ke dalam hasil karya sastra mereka yang disebut dengan karya sastra. Nilai-
nilai atau ide yang terdapat dalam suatu karya sastra terbentuk secara sangat manusiawi dan
pribadi sifatnya.
Oleh karena itu, setiap karya sastra memiliki nilai-nilai tertentu yang menunjukkan maksud
dan gagasan penciptanya. Karya sastra merupakan ungkapan pribadi pengarang berupa pemikiran,
perasaan, ide, keyakinan dan segala isi hatinya dalam suatu gambaran kehidupan. Dalam
hubungan ini sastra adalah fenomena yang menggunakan bahasa khas, untuk menyampaikan
sebuah kebenaran.Endraswara (2012:2). Sastra terbagi menjadi dua yaitu sastra tulis dan sastra
lisan. Sastra yang termasuk dalam sastra tulis adalah naskah-naskah dan karya-karya yang
dianggap berharga dan bernilai, sedangkan sastra lisan adalah sastra yang pewarisnya dengan cara
lisan dan disampaikan secara turun-temurun dari generasi kegenarasi berikutnya dalam
masyarakat pemiliknya.
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan salah satu media
yang dapat menjadi sumber pengalaman estetik yang akan mengantarkan seseorang untuk
mencapai pengalaman keberagaman. Keberagaman masalah hidup dan kehidupan dalam
kaitannya dengan karya sastra tentu tidak terlepas dari faktor gambaran manusia itu sendiri,
baik kodratnya sebagai pria maupun wanita. Yudiono ( 1986:5) menyatakan Novel sebagai
karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui wujud penggambaran pengalaman manusia
dalam bentuk cerita yang cukup panjang. Dengan demikian novel merupakan usaha
menggambarkan, mewujudkan, menyatakan pengalaman subjektif seorang pengarang. Nilai
sebuah novel ditentukan berdasarkan kesanggupan mewujudkan pengalaman-pengalaman
apakah karya secara ringan dan dangkal ataukah secara mendalam, baru, segar, penting dan
otentik.
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa tokoh. Kosasih (2012: 60). “ Menurut Nurgiyantoro
(2007:4) menjelaskan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,
dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun
melalui berbagi unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (penokohan), latar, sudut
pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif”.
Sastra novel merupakan bagian dari kesusastraan nasional, tumbuh dan berkembang
di tengah-tengah masyarakat sebagai salah satu wujud hasil karya seni kreatif pemiliknya.
Sastra novel memiliki peranan penting dalam penciptanya yakni sebagai media untuk
meyampaikan isi hati,ide-ide, pandangan, fenomena kehidupan serta pemikiran tentang
berbagai permasalahan hidup manusia dan kehidupan yang mengungkapkan masalah sosial,
politik, budaya, agama, penokohan dan perwatakan tokoh dan sebagainya. Mengingat
pentingnya peranan sastra novel di dalam kehidupan masyarakat, maka sastra novel harus
dijaga dan dilestarikan kebudayaannya.
Novel merupakan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku. Abrams (Nurgiyantoro,1995:2). Novel dibangun oleh dua unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun novel dari dalam seperti alur,
tema, tokoh dan penokohan, plot, latar dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah yang
membangun novel dari luar. Novel merupakan sastra tulis yang berfungsi untuk menghibur,
di dalamnya terkandung nilai-nilai kehidupan yang digambarkan melalui penokohan dan
perwatakan tokoh utama.
Dengan adanya nilai dari penokohan dan perwatakan tokoh utama, maka novel ini
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam masyarakat. Setiap karya sastra
yang baik selalu mengungkap nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat. Kedudukan
novel sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting dan perlu diapresiasi. Novel
sebagai bagian sastra seharusnya diapresiasi masyarakat untuk memperluas budi dan
memperkaya spitural juga sebagai hiburan. Kedudukan novel bagi suatu masyarakat
memang sangat penting karena novel mampu mengutarakan pikiran seseorang dimana
mereka dapat mengambil pelajaran dan dapat membentuk suatu sikap tertentu melalui pesan
yang terkandung dalam novel tersebut.
Penokohan dan perwatakan tokoh dalam karya sastra memiliki pesan yang positif,
baik berperan sebagai seorang protagonis maupun mereka yang` berperan sebagai tokoh
antagonis. Tindakan seperti ini merupakan model atau contoh untuk pembaca agar dapat
mengambil hikmah atau pelajaran dari novel tersebut, yaitu mencontoh penokohan dan
perwatakan yang bernilai positif dan dengan tidak mencontoh penokohan dan perwatakan
yang bernilai negatif. Setiap tokoh dalam novel memiliki peranan penokohan dan
perwatakan yang berbeda-beda. Contohnya penokohan dan perwatakan tokoh bisa saja baik,
penyabar, penyayang, penolong, rendah hati, berbakti pada orang tua, cantik, gagah, anggun
atau sebaliknya.
Peneliti tertarik meneliti novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul
Quddus ini karena 1.) di dalam cerita begitu banyak membahas tokoh dan penokohan yang
sangat menarik untuk diteliti karena banyak terdapat kisah-kisah yang membuat para
pembaca novel terbawa oleh suasana hati para tokoh cerita, 2). Tutur kata yang membuat
para pembaca ikut merasakan alur ceritanya dan memudahkan para pembaca memahami inti
ceritanya.
3). Novel ini bukan sekadar bacaan yang menginspirasi tetapi, sekaligus contoh bagi
perjuangan perempuan melawan dominasi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ analisis tokoh dan penokohan dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan
Abdul Quddus ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah” Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus ?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui atau mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam
novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan mengenai tokoh dan
penokohan yang terdapat dalam novel Aku Lupa bahwa Aku Perempuan karya
Ihsan Abdul Quddus.
b. Sebagai perbandingan bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang ingin melakukan penelitian
mengenai tokoh dan penokohan dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan
karya Ihsan Abdul Quddus.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan pada penelitian lain
yang sejenis, selain itu, untuk membantu pemahaman masyarakat pecinta sastra atau
peserta sastra dan menambah referensi mengenai tokoh dan penokohan dalam novel
Aku Lupa bahwa Aku Perempuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang sama telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,
diantaranya adalah yang dilakukan oleh Adi Setiawan pada tahun 2019 yang berjudul
“Analisis Tokoh Utama Dalam Novel Rose In The Rain Karya Wahyu Sujiani”. Hasil
penelitian ini dikemukakan beberapa data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian.
Data yang disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat tokoh dan sebagai salah
satu unsur pembentuk novel tersebut. Dilihat dari peran tokoh-lokoh dalam
pengembangan cerita dibedakan atas tokoh-tokoh utama dan tokoh tambahan, sedangkan
jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat digolongkan ke dalam tokoh protagonis
(tokoh yang kita kagumi), dan tokoh antagonis (tokoh yang menyebabkan terjadinya
konflik). Tokoh utama dalam novel ini adalah Mashira Alexandra.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khoirun Nisak pada tahun 2019 yang berjudul
“Analisis Perwatakan Tokoh Utama Pada Novel Anak-Anak Tukang Karya Baby Ahnan
Dalam Molar Molekular: Tinjauan Psikologi Sastra.” Hasil penelitian ini membahas
tentang (1) perwatakan tokoh utama seorang ibu dalam novel AnakAnak Tukang karya
Baby Ahnan dan (2) wujud konflik psikis tokoh utama seorang ibu dalam novel Anak-
Anak Tukang karya Baby Ahnan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mukhlis pada tahun 2016 berjudul
“Analisis Tokoh dan Penokohan Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara”.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran, watak dan teknik penokohan yang
7
terdapat dalam novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara. Adapun hasil penelitian.
Dahlan memiliki watak pekerja keras, suka membantu, sederhana dan patuh pada orang
tua. Bukti Dahlan memiliki Watak pekerja keras. Kegiatan yang selalu Dahlan lakukan,
dia tidak mengenal kata lelah. Bahkan setelah pulang sekolah pun dia tetap pergi untuk
menyabit rumput. Setelah salat subuh Dahlan menyabit rumput, lalu belajar mengaji,
nangondomba, dan kadang membantu itu membatik. (hlm.19). Peneliti juga
menggunakan penokohan dan perwatakan dalam menganalisis dan menemkan wujud
konflik psikis terhadap tokoh utama dalam novel tersebut.,
2. Teori Sastra
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sastra yang berarti mengarahkan, mengajar,
memberi petunjuk, atau instruksi. Sedangkan tra yang berarti alat atau sarana. Sastra dapat
berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Teeuw (2017:20).
Suatu hasil imajinasi dari seorang, jika dituangkan ke dalam sebuah karya sastra yang
mediumnya bahasa, dapat dikatakan bahwa hasil imajinasi tersebut merupakan karya sastra.
Pikiran dan gagasan dari seorang pengarang yang diluapkan dengan segala perasaannya,
kemudian disusun menjadi sebuah cerita yang mengandung makna dari pengarang juga
merupakan karya sastra. Karya sastra itu sendiri menceritakan berbagai masalah dalam
kehidupan manusia, apa yang dialami oleh pengarang dan apa yang dilihat pengarang.
Pembaca memberi makna pada sebuah teks menurut harapannya dan pemahamannya,
begitupun sebaliknya dengan pengarang, pengarang juga memberi makna pada sebuah teks
menurut harapan dan pemahamannya.
Northrop Frye (Teeuw, 2017:91) berpendapat bahwa sastra bukanlah hal yang mustahil,
hanya ada sejumlah karya sastra saja yang kebetulan atau sembarangan, yang tidak berkaitan
satu sama lain, sastra bukanlah tumpukan karya, melainkan tata kata. Pengarang ataupun
sastrawan itu ingin agar pembacanya dapat merasakan apa yang dirasakannya. Mengundang
para pembaca dan penikmat memasuki dunia nyata maupun dunia imajinatifnya, yang
diperoleh dari pengalaman dari indra, dituang, dilampiaskan dalam bentuk karya sastra dan
didalamnya menggambarkan keserasian antara bentuk dan isi. Karya sastra menarik dan
disukai pembaca jika terungkap nilai estetika dan nilai moral.
Karya sastra bukanlah dunia yang nyata, tokoh ataupun kejadian yang ada bukanlah
realitas, tetapi hasil imajinasi ataupun daya khayal dari penciptanya. Dwi (2016:6). Tokoh
hanyalah ciptaan dari pengarang, tokoh tidak memiliki latar sejarah. Pandangan seperti ini
semakin menguatkan bahwa karya sastra adalah karya kreatif dan bermediumkan bahasa
yang tidak absolut. Bahasa yang ada dalam karya sastra merupakan bahasa model kedua,
khusus dalam karya sastra itu, yang merupakan ciptaan pengarang. Pendapat tersebut diperkuat
dengan pandangan Schleiermarcher (Hadi, 2014:20) mengatakan bahwa sastra adalah
penjelmaan pribadi seniman atau pengarang, sehingga membaca teks sebenarnya sama dengan
berdialog dengan si pengarang.
Membaca karya sastra berarti ibaratkan berusaha menyelami diri pengarang
(Sastrawan). Hal ini tentu bergantung pada kemampuan mengartikan makna kalimat serta
ungkapan dalam karya sastra itu sendiri. Mesti menempatkan diri sebagai sastrawan yang
menciptakan karya sastra tersebut,Jadi dituntut adanya hubungan timbal balik antara seorang
pencipta dan penikmatnya. Seseorang dalam membaca karya sastra mencoba bertindak seolah-
olah menjadi pribadi sastrawan agar dapat dengan mudah membayangkan kembali situasi yang
melatarbelakangi penciptaan serta bisa merasakan, menghayati, dan mencerna kata demi kata
bahasa karya sastra itu. Goldmann (Susanto, 2016:122) mengemukakan dua hal mengenai
karya sastra. Pertama, karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner.
Kedua, dalam mengekspresikan pandangan dunia tersebut, pengarang menghasilkan semesta
tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner.
Penghayatan karya sastra merupakan suatu usaha menghidupkan kembali dalam jiwa
suatu pengalaman, sebagaimana sastrawan menghidupkan pengalaman itu melalui karyanya.
Karya sastra juga digunakan pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang sesuatu yang
ada dalam realitas yang dihadapinya. Realitas ini adalah salah satu faktor penyebab pengarang
menciptakan karya, di samping unsur imajinasi.
3. Pengertian Prosa Fiksi
Sebagai salah satu karya sastra, genre prosa merupakan yang sering dikaji di lingkungan
akademik. Yang dalam istilah prosa sebenarnya memiliki cakupan yang luas tidak hanya
tulisan yang bersifat seni yang digolongkan dalam karya sastra tapi juga mencakup berbagai
bentuk karya tulis yang berbentuk kajian. Maka harus diperjelas dengan menambahinya
dengan istilah karya prosa fiksi, dengan kata lain hal ini mengkhususkan pada bentuk karya
yang imajiner dan estetis. Kata “fiksi” atau fiction diturunkan dari bahasa Latin fictio, fictum
yang berarti “membentuk, membuat, mengadakan, meciptakan”. Menurut Aminuddin,
“2002:66” Prosa fiksi ialah kisahan atau ceritera yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya, sehingga menjalin suatu ceritra. Prosa adalah karangan bebas yang
dapat berupa cerita atau kisah berplot hingga ke pembahasan suatu gagasan atau pertanyaan
yang berasal dari cerminan kenyataan dan atau dari informasi dan data yang sesungguhnya
berdasarkan fakta ilmiah. Muliadi (2017:1) berpendapat bahwa prosa adalah salah satu jenis
dari genre sastra, di samping genre lainya seperti puisi dan drama.
Namun sebetulnya prosa memiliki makna yang lebih luas. Prosa diambil dari kata
bahasa Inggris, prose yang mengacu pada pengertian luas dan tidak hanya merujuk pada salah
satu genre tulisan sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti esai, artikel, rubrik eksposisi, dan
sebagainya. Sementara prosa dalam artian suatu kisah yang merangkai berbagai peristiwa
berdasarkan imajinasi seperti novel, cerpen dan novelet lebih tepat disebut dengan istilah
prosa fiksi, atau cerita fiksi. Untuk kemudian menjadi salah satu dari dua jenis prosa menurut
isinya, yaitu: prosa fiksi dan prosa nonfiksi.
Menurut Aminuddin dalam Djuanda dan Iswara (2006: 158) Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita
yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian
cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Intinya, prosa fiksi adalah kisah yang memiliki pemeran, latar serta tahapan rangkaian peristiwa
yang dihasilkan oleh imajinasi penulisnya sehingga menjalin suatu kesatuan kisah. Imajinasi disini
dapat berarti cerminan kenyataan dari berbagai pengalaman, pengetahuan dan literasi penulisnya.
Seperti pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra memiliki kemampuan untuk merekam
pengalaman yang empiris-natural maupun pengalaman yang non empiris-supernatural. Herman J.
Waluyo (2006) Menurutnya, Prosa Fiksi adalah karya sastra dibagi menjadi tiga yaitu roman,
novel dan cerita pendek atau cerpen. H.B. Jassin (dalam Suroto, 1989), mengungkapkan bahwa
prosa ialah pengucapan seorang
penyair dengan pikiran yang berbeda dengan puisi yang merupakan pengucapan penyair
dengan perasaan. Teeuw (1984), memberikan pemahaman bahwa prosa ialah suatu bentuk kisah
fiksi yang mencoba membeberkan suatu kenyataan.
Hanya nama-nama pemeran, nama tempat dan kisahnya saja yan dikarang. Sementara
latar umumnya bisa jadi merupakan kenyataan. Namun perlu digaris bawahi bahwa cara
pandang dan sikap penulis juga akan ikut tercurahkan, sehingga tulisannya akan tetap
memiliki karakteristik yang unik dan subjektif berdasarkan pendapat penulis.
4. Pengertian Novel
Camus dkk (2017:10) membedakan antara sastra persetujuan dan sastra penentangan.
Sastra persetujuan yang kira-kira bersamaan waktunya dengan abad-abad antik dan klasik tidak
berkaitan dengan sejarah, melainkan dengan fantasi, yaitu berbentuk dongeng bukan novel.
Sedangkan dalam sastra penentangan sebaliknya, novel sebagai suatu genre berkembang seiring
dengan gerakan kritisme dan revolusi, yang semakin kaya dan meluas sampai zaman kita
sekarang ini. Novel dilahirkan bersamaan dengan semangat pemberontakan, dan ia
menerjemahkan semangat itu pada tatanan estetika.
Novel merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab kreatif
sebagai karya seni yang berunsur estetik dengan menawarkan model-model kehidupan yang
diidealkan pegarang. (Al-ma’ruf, 2017:74). Nurgiyantoro (Irmayanti, 2018: 504)
mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia
yang berisi sebuah model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut
pandang, dan lain-lain.
Sudjiman (Baharuddin, 2018:23) menyatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang
menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel
sebagai karya imajinatif mengungkapkan aspek-aspek kemanusian yang mendalam dan
menyajikan secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk
seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral)
dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.
5. Ciri-ciri Novel
Hendy (1993:225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut :
a. Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman.
Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
b. Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan
ramuan fiksi pengarangnya.
c. Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang
tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat
otonom ( mempunyai latar sendiri).
d. Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan
yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.
e. Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian juga
karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan
tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap
sejak awal hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai
beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.
Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel adalah cerita yang
lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara
fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel tersebut dapat
menarik pembaca atau penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di dalamnya
akan menjadikan lebih hidup.
6. Unsur Pembangun Novel
Novel sebagai karya fiksi dibangun atas beberapa unsur intrisik dan unsur ekstrinsik.
Nurgiyantoro (1995:2003) mengemukakan bahwa “unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri”. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan
dijumpai jika orang membaca karya sastra. Kepaduan antar berbagai unsur intrisik inilah
yang membuat sebuah novel terwujud.
Unsur yang dimaksud adalah tema, amanat, alur/plot, latar/setting, tokoh/penokohan,
sudut pandang dan gaya bahasa. Namun untuk meneliti penokohan dan perwatakan
tokoh dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus, tidak
semua unsur digunakan. Adapun unsur yang digunakan adalah tema, tokoh dan
penokohan.
a. Tema
Tema dapat menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun
bersifat menjiwai seluruh bagian cerita tersebut. Hal ini juga sesuai menurut
pendapat Nurgiyantoro (1995:68)” Tema walaupun sulit ditentukan secara pasti,
bukanlah makna yang “ disembunyikan’ walau belum tentu juga dilukiskan secara
eksplisit”. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak disembunyikan
karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca.
Sudjiman ( Rokhmansyah, 2014: 33) menyatakan “ tema adalah gagasan, ide
atu pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra itu”. Menurut kosasih (2012:60)
“ tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita”. Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan,
kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya.
Baldic ( Nurgiyantoro, 2013 : 155) berpendapat bahwa “ tema adalah
gagasan abstrak utama yang terdapat dalam sebuah karya sastra atau yang secara
berulang-ulang dimunculkan, baik secara eksplisit maupun implisit lewat
pengulangan motif”.
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita.Ia selalu berkaitan dengan
berbagai pengalaman hidup, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut,
religious, dan sebagainya. Dalam hal tertentu, sering tema disinonimkan dengan ide
atau tujuan utama cerita( Nurgiyantoro,1995:25)” Tema dapat ditafsirkan melalui
pelacakan dari apa yang ditimpakan kepada tokoh. Alasan pengarang hendak
menyajikan cerita ialah hendak mengemukakan suatu gagasan. Gagasan ide atau
pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra itu yang disebut tema.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema
adalah pokok permasalahan atau ide pokok yang ada dalam sebuah cerita.
b. Tokoh
Tokoh menurut Abram ( Nurgiyantoro, 2013:165) adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Nurgiyantoro (2013:247)
menambahkan “ istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Menurut
Sumardjo ( 1991:144), tokoh adalah “ orang yang mempunyai karakter jelas, turut
mengambil bagian dan mengalami peristiwa sebagai penentu plot maupun
memberikan kekuatan dalam irama menanjak, dan mengalami peristiwa atau
sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam “plot”. Tokoh merupakan
kepribadian fiksi yang mewakili suatu figure dengan predikat penelitian tertentu
secara fisik maupun mental.
Tokoh adalah pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi
merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari
orang-orang yang hidup di dalam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh
hendaknya dihadirkan secara alamiah.
Sudjiman (1991: 43) menyatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa. Sementara itu, Sayuti (1996 : 43) menegaskan bahwa tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita itu. Aminuddin
(1995:
79) berpendapat bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
fiksi sehingga pelaku itu mampu menjalin suatu cerita.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku
cerita yang memegang peranan dalam suatu cerita .
1.Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting/terpenting dalam cerita.
Dialah yang menjadi pendukung ide/tema utama dalam cerita. Ia merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian, Tokoh utama dalam beberapa
novel tertentu senantiasa hadir dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan, namun
ada juga novel yang tidak selalu menampilkan tokoh utamanya dalam setiap kejadian, tapi
setiap kejadian itu tetap berkaitan erat dengan tokoh utama. Tokoh utama itu mungkin
hanya seorang, mungkin pula lebih dari seorang. Tokoh utama yang aling penting
dinamakan tokoh inti atau toko pusat.
Sementara tokoh tambahan atau figuran merupakan yang hanya dimunculkan sekali atau
beberapa kali dalam cerita, dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif
pendek. Tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung cerita dan perwatakkan tokoh
utama. Dia diperlukan untuk mempertajam dan menonjolkan peranan dan perwatakkan
tokoh utama serta memperjelas tema pokok atau tema mayor yang disampaikan. Tokoh
pembantu itu mungking seorang,mungkin pula lebih dari seorang sesuai dengan keterlibatan
serta sumbangan mereka dalam menampilkan tokoh utama dan jalannya cerita.
1) Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis merupakan pemeran atau pemain pertama/utama yang mendukung
ide prinsipal dalam cerita dan biasanya mempunyai rencana dan maksud tertentu. Ia
menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca.
Dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain, waktu yang digunakan untuk mengisahkan
pengalaman protagonis. Tokoh ini mewakili yang baik dan yang terpuji, karena itu
biasanya menarik simpati pembaca.
2) Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis berarti peran lawan atau pemain kedua yang biasanya menentang
atau berusaha menggagalkan rencana dan keinginan pemain pertama. Tokoh
antagonis biasanya mewakili pihak yang jahat atau yang salah. Oleh karena itu,
tokoh antagonis seringkali disebut sebagai penyebab terjadinya konflik dalam
sebuah cerita. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroperasi dengan tokoh
protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
c. Penokohan
Menurut Kosasih (2012:36) penokohan merupakan cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut
penggambaran karakteristik tokoh:
1) Teknik analitik atau penggambaran langsung
2) Teknik dramatik melalui :
a) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
b) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
c) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
d) Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Aminuddin (2000:7) menyatakan bahwa penokohan adalah
cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku.
Selanjutnya cara menentukan tokoh dan penokohan yang
dijelaskan oleh Aminudin ( 2011:80) adalah sebagai berikut :
Dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dapat
menelusuri lewat (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik
pelakunya, (2) gambar yang diberikan pengarang lewat gambaran
lingkungan kehidupannya maupun cara berpakaian, (3)
menunjukkan bagaimana perilakunya, (4) melihat bagaimana cara
tokoh bercerita tentang dirinya sendiri, (5) memahami bagaimana
jalan pikirannya, (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara
tentangnya, (7) melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain
memberikan reaksi terhadapnya, dan (8) melihat bagaimana tokoh
itu dalam mereaksi tokoh lainnya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
penokohan adalah pemberian watak atau karakter pada masing-
masing pelaku dalam cerita. Adapun teori yang peneliti gunakan
dalam penelitian adalah teori penokohan menurut Kosasih.
d. Perwatakan
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan
penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan kepada pembaca ( Nurgiyantoro, 1995 : 167). Untuk itu
tokoh dalam cerita digambarkan seperti halnya manusia dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari, selalu memiliki ( watak
) tertentu. Menurut Sudjiman ( 1991 : 23 ) karakter ( watak ) adalah
kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya
dengan tokoh lain. Selanjutnya Zaidan dkk ( 2004 : 134)
menegemukakan bahwa karakter ( watak ) adalah sikap dan perilaku
tokoh yang menjadi dasar penampilan tokoh dalam cerita rekaan.
Perwatakan adalah teknik atau cara-cara menampilkan
tokoh.Untuk mengenali karakter (watak) tokoh dapat dilihat dari apa
yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Identifikasi tersebut
didasarkan konsistensinya. Cara mengenali watak tokoh dapat
diperlukan teknik untuk menampilkan tokoh dalam suatu cerita
disebut teknik penokohan. Menurut Lajos Egri ( Sukada, 1987 : 62)
untuk menentukan karakteristik tokoh-tokoh dapat dilihat dari tiga
dimensi, yaitu :
1) Analisis fisiologi adalah ciri-ciri badan atau ragawi ,
misalnya usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri muka,
serta ciri fisik yang lain.
2) Analisis psikologi adalah ciri-ciri rohani atau jiwa,
misalnya mentalitas, tempramen, cipta, rasa, karsa, sikap,
serta rohani yang lain.
3) Analisis sosiologi adalah ciri kehidupan di dalam
masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan atau
jabatan dalam masyarakat, jenjang pendidikan,
pandangan hidup, agama, ideologi, aktivitas sosial dan
ciri sosiologis yang lain.
Sumardjo (1991:56) melukiskan watak tokoh dalam cerita
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: “ (1) melalui
perbuatan tokoh, terutama dalam menghadapi situai kritis, (2)
melaui ucapan-ucapannya, (3) melalui gambran fisik, dan (4)
melalui keterangan langsung yang ditulis pengarang “.
Semi (1988:31) Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi
gambaran mengenai tindak tanduk, ucapan tidak sejalan tidaknya
antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Perilaku
tokoh dapat di ukur dari tindak tanduk ucapan kebiasaan, dan
sebagainya. Karakter itu sendiri dapat dipahami oleh pengarang
melalui pengalaman langsung maupun tidak dengan pengembangan
imajinasinya yang kreatif.
Semi (1988) Ada dua cara untuk mengenalkan tokoh dan
perwatakan tokoh dalam fiksi.
a) Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan
tentang watak atau karakter tokoh , pengarang menyebutkan
bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang
dan sebagainya.
b) Secara dramatis yaitu penggambaran watak yang tidak
diceritakan secara langsung oleh pengarang, tetapi
disampaikan melalui, nama tokoh, penggambaran fisik tokoh
dan melalui dialog.
Menurut Baribin (1985: 54-57),cara memperkenalkan tokoh
dan perwatakannya dalam cerita fiksi itu ada dua macam yaitu:
a) Cara analitik (cara singkap) yaitu pengarang langsung
memaparkan watak atau karakter tokoh-tokoh, pengarang
menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala,
penyayang, dan sebagainya.
b) Cara dramatik (cara lukis) yaitu penggambaran perwatakan
tidak diceritakan secara langsung tetapi hal itu disampaikan
melalui (1) pilihan nama tokoh (misalnya nama Sarinem
untuk babu, Mince untuk gadis yang agak genit, Bonar untuk
nama tokoh yang garang ataugesit); (2) melalui
penggambaran fisik atau postur tubuh misalnya cara
berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain,
lingkungannya, dan sebagainya; (3) melalui dialog tokoh
yang bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh
lainnya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa perwatakan adalah sifat atau sikap yang
dimiliki oleh seorang pelaku dalam cerita. Teori yang
peneliti gunakan untuk melakukan penelitian tentang
perwatakan adalah dengan menggunakan teori tiga dimensi
yaitu dimensi fisiologi tokoh, dimensi psikologi tokoh, dan
dimensi sosiologi tokoh.
7. Teori Struktural
Teori struktural dalam penelitian ini merupakan salah satu teori
yang terdapat dalam bidang sastra. Menurut Semi (1989: 44) “ Teori
struktural membatasi dari pada penelaahan karya sastra itu sendiri,
terlepas dari soal pengarang dan pembaca”. Dalam hal ini kritikus
memandang karya sastra sebagai suatu kebulatan makna, akibat
perpaduan isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata
lain, teori ini memandang dan menelaah dari segi intrinsik yang
membangun karya sastra. Karya sastra itu sendiri dengan kemungkinan
membebaskannya dari dunia pengarang, publik pembaca dan situasi
jaman yang melahirkan karya sastra itu.
Dalam teori struktural karya sastra dipandang sebagai suatu dunia
sendiri, karena untuk mencari makna yang tepat dalam teori struktural
ini, harus dilihat terlebih dahulu unsur-unsur yang ada dalam teori
struktural. Teori struktural dalam menganalisisnya, dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antara unsur intrinsik yang bersangkutan. Mula-mula
diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya bagaimana fungsi masing-
masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya dan
bagaimana hubungan antara unsur itu sehingga secara bersama sebuah
totalitas kemaknaan yang padu.
Dengan demikian pada dasarnya teori struktural bertujuan untuk
memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai
unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah
kemenyeluruhan ( Nurgiyantoro, 1995 : 37).
Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur,
yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak
antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain
hubungan antara unsur (unsur) dengan totalitasnya. Hubungan tersebut tidak
semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman,
tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Istilah struktur sering
dikacaukan dengan sistem. Definisi dan ciri-ciri sruktur sering disamakan
dengan definisi dan ciri-ciri sistem. Secara etimologis struktur berasal dari
kata structura (Latin), berati bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari
kata systema (Latin), berarti cara. Struktur dengan demikian menunjuk pada
kata benda, sedangkan sistem menunjuk pada kata kerja. Pengertian-pengertian
struktur yang telah digunakan untuk menunjuk unsur-unsur yang membentuk
totalitas pada dasarnya telah mengimplikasikan keterlibatan sistem. Artinya,
cara kerja sebagaimana ditunjukan oleh mekanisme antar hubungan sehingga
terbentuk totalitas adalah sistem. Dengan kalimat lain, tanpa keterlibatan sistem
maka unsur-unsur hanyalah agregasi.
Sejak ditemukannya hukum-hukum formal yang berhubungan dengan
hakikat karya sekitar tahun 1940-an, bahkan sejak formalisme awal abad ke-20,
model analisis terhadap karya sastra telah membawa hasil yang gilang-
gemilang. Bahasa sebagai sistem model pertama telah dieksploitasi semaksimal
mungkin dalam rangka menemukan aspek-aspek estetikanya. Perkembangan
ilmu pengetahuan, setelah mencapai klimaks akan mengalami stagnasi sebab
akan timbul konsep dan paradigma baru, sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang mendukungnya. Klimaks strukturalisme dianggap sebagai
involusi, tidak memberikan arti yang memadai terhadap hakikat kemanusiaan.
Strukturalisme dinggap sebagai mementingkan objek, dengan konsekuensi
menolak,bahkan ‘mematikan’ sebjek pencipta. Oleh karena itulah,
strukturalisme dianggap sebagai anti humanis. Strukturalisme juga dianggap
melepaskan karya dari sejarah sastra dan sosial budaya yang justru merupakan
asal-usulnya.
Lahirnya strukturalisme dinamik didasarkan atas kelemahan-kelemahan
strukturalisme sebagaimana yang dianggap sebagai perkembangan kemudian
formalisme di atas. Strukturalisme dinamik dimaksudkansebagai
penyempurnaan strukturalisme yang semata-mata memberikan intensitas
terhadap struktur intrinsik, yang dengan senirinya melupakan aspek-aspek
ekstrinsiknya. Strukturalisme dinamis mula-mula dikemukakan oleh
Mukarovsky dan Felik Vodicka (Fokkema, 1977: 31). Menurutnya, karya
sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas tanda, struktur, dan
nilai-nilai. Karya seni adalah petanda yang memperoleh makna dalam
kedadaran pembaca. Oleh karena itulah, karya seni harus dikembalikan pada
kompetensi penulis, masyarakat yang menghasilkannya, dan pembaca sebagai
penerima.
Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis
unsur-unsur karya. Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang
sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Di samping
sebagai akibat ciri-ciri inheren tersebut, perbedaan unsur juga terjadi sebagai
akibat dari perbedaan proses resepsi pembaca. Dalam hubungan inilah karya
sastra dikatakan sebagai memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa
digeneralisasikan. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda.
Meskipun demikian perlu dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung
dalam ketiga jenis karya, yaitu: prosa, puisi, dan drama. Unsur-unsur prosa,
diantaranya: tema, peristiwa atau kejadian, latar atau seting, penokohan atau
perwatakan, alut atau plot, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur-unsur puisi,
diantaranya: tema, stilistika atau gaya bahasa, imajinasi atau daya bayang,
ritme atau irama, rima atau persajakan, diksi atau pilihan kata, simbol, nada,
dan enjambemen. Unsur-unsur drama, dalam hubungan ini drama teks, di
antaranya: tema, dialog, peristiwa
Secara persis sama sebagaimana dikemukakan oleh para penemunya.
Teori pun dapat ditafsirkan sesuai dengan kemampuan peneliti. Teori adalah
alat, kapasitasnya berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu
memahami objek secara maksimal. Teori memiliki fungsi statis sekaligus
dinamis. Aspek statisnya adalah konsep-konsep dasar yang membangun
sekaligus membedakan suatu teori dengan teori yang lain. Dalam
strukturalisme, misalnya, konsep-konsep dasarnya adalah unur-unsur,
anatrhubungan, dan totalitasnya. Aspek-aspek dinamisnya adalah konsep-
konsep dasar itu sendiri sesudah dikaitkan dengan hakikat objeknya. Konsep
inilah yang berbah secara terus-menerus, sehingga penelitian yang satu berbeda
dengan penelitian yang lain.
Selama lebih kurang setengah abad perkembangan strukturalime telah
memberikan hasil yang memadai yang meliputi berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Sebagai suatu cara pemahaman, baik sebagai teori maupun
metode, ciri-ciri yang cukup menonjol adalah lahirnya berbagai kerangka dan
model analisis, khususnya analisis fiksi. Dalam kerangka strukturalisme, di
mana diperlukan adanya suatu keteraturan, suatu pusat yang pada gilirannya
akan melahirkan saluran-saluran komunikasi, kerangka dan model-model
analisis yang dikemukakan oleh para kritikus sastra, sesuai dengan tujuannya
masing-masing, dapat diterima secara positif. Sebaliknya, dalam kerangka
analisis sastra kontemporer jelas model yang dimaksudkan tidak sesuai dan
tidak diperlukan sebab prinsip-prinsip postrukturalisme memprasyaratkan
pemahaman yang tidak harus dilakukan melalui suatu kerangka analisis yang
sudah baku.
Dalam strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting.
Artinya, unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperanan secara
maksimal semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukan
antarhubungan unsur-unsur yang terlibat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa
struktur lebih dari sekedar unsur-unsur dan totalitasnya, karya sastra lebih dari
sekedar pemahaman bahasa sebagai medium, karya sastra lebih dari sekedar
penjumlahan bentuk dan isinya. Antarhubungan dengan demikian merupakan
kualitas energetis unsur. Unsur-unsur memiliki fungsi yang berbeda-beda,
dominasinya tergantung pada jenis, konvensi, dan tradisi sastra. Unsur-unsur
pada gilirannya memiliki kapasitas untuk melakukan reorganisasi dan regulasi
diri, membentuk dan membina hubungan antarunsur. Sesuai dengan proposisi
Durkheim (Johnson, 1988: 168) mengenai masyarakat, maka dalam karya,
totalitas selalu lebih besar dan lebih berarti dari jumlah unsurnya. Kualitas
karya dinilai dalam totalitasnya, bukan akumulasi unsurnya.
1. Prinsip Antarhubungan Strukturalisme
Unsur tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, unsur dapat dipahami
semata-mata dalam proses antarhubungannya. Makna total setiap entitas dapat
dipahami hanya dalam integritasnya terhadap totalitasnya. Dunia kehidupan
merupakan totalitas fakta sosial, buka totalitas benda. Antarhubungan
mengandaikan pergeseran nilai-nilai substansial ke arah struktural, nilai dengan
kualitas bagian ke arah kualitas totalitas. Hubungan yang terbentuk tidak
semata-mata bersifat positif, melainkan juga negatif, seperti konflik dan
pertentangan. Menurut Craib (1994: 177), variasi unsur dalam suatu komunitas
hubungan bisa sama, tetapi variasi hubungan akan menghasilkan sesuatu yang
sama sekali berbeda.
Marvin Haris (1979: 166-167), asal-usul strukturalisme adalah ide
sebagaimana dikemukakan oleh Durkheim. Sejajar dengan penjelasannya
mengenai hakikat suatu masyarakat, totalitas yang tediri atas kesadaran
kolektif, maka pikiran pun terdiri atas cetakan-cetakan yang memungkinkan
untuk memahami totalitas benda-benda. Dengan cara yang sama maka setiap
kebudayaan terdiri atas pola-pola, dengan isi yang berbeda-beda. Di sinilah
tugas analisis struktur yaitu membongkar unsur-unsur yang tersembunyi yang
berada di baliknya. Berbeda dengan paradigma sosiologi sebelumnya yang
disebut sebagai teori-teori individualistis, yang menyatakan masyarakat
dibentuk oleh individu, sebaliknya, menurut Durkheim, justru individulah yang
dibentuk masyarakat. Sejajar dengan konsep ini, naka dalam strukturalisme,
unsur memiliki arti hanya dalam totalitasnya.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan bentuk kerangka yang dianalogikan oleh peneliti
untuk melakukan penelitian berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin di
capai, selain itu juga berfungsi sebagai peta konsep dalam penelitian ini. Kerangka
pikir ini untuk membantu agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dibuat oleh penulis maka, diharapkan
dalam menganalisis novel dapat mengetahui tokoh dan penokohan. Terlebih lagi
penulis memilih teori struktualisme dalam penelahaan novel. Dengan demikian
penulis akan lebih mudah memahami tokoh dan penokohan dalam novel ‘’Aku
Lupa Bahwa Aku Perempuan’’.
SASTRA
Prosa Fiksi
Aku Lupa bahwa
Aku perempuan
Tokoh dan
Puisi Drama
Cerpen Novel
1.1 bagan kerangka pikir.
Analisis
Strukturalisme
Temuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode yang bersifat analisis deskriptif kualitatif. Analisisnya
mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam. Jenis penelitian ini juga
berupa metode penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk
diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa
individu atau kelompok.
Bogdan dan Taylor (Sujarweni, 2014:19) menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan
kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan,
tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,
masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
B. Definisi Istilah
Setiap istilah mengandung setiap pengertian, namun kita sering salah
menafsirkan istilah tersebut. Guna mencegah penafsiran tersebut, penulis perlu
memberi pengertian dan batasan atas istilah-istilah yang dipakai dalam judul
33
penelitian ini, agar ruang lingkup pembahasan dapat diketahui dengan jelas, istilah-
istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.
1.Karya sastra merupakan media untuk mengungkapkan pikiran-pikiran pengarang.
Karya sastra bersifat imajinatif, estetik dan menyenangkan pembaca.
2. Istilah novel berasal dari bahasa Itali novelia yang mengandung makna harfiah
sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam
bentuk prosa. Menambahkan bahwa dewasa ini novel dideskripsikan sebagai sebuah
karya prosa fiksi yang cukup panjang tidak terlalu panjang namun tidak terlalu
pendek.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data diambil dari teks tentang tokoh dan penokohan dalam novel Aku Lupa
Bahwa Aku Perempuan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari novel Aku Lupa
Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus. Novel ini diterbitkan oleh
Alvabet pada Maret 2012 (cetakan ke-1) dengan tebal halaman 221.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan membaca novel
tersebut secara berulang-ulang, kemudian menandai bagian-bagian kalimat
menggunakan pensil yang dianggap termasuk dalam kajian penelitian ini yaitu
penokohan dan perwatakan tokoh.
34
E. Teknik Analisis Data
Data yang ditemukan pada proses pengumpulan data, selanjutnya dianalisis
menggunakan teori strukturalisme yang dipopulerkan oleh Semi yang terbagi atas dua
bagian yaitu penokohan dan perwatakan tokoh dalm novel tersebut. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan penulis untuk menganalisis data penelitian sebagai berikut.
1. Identifikasi data hasil dari pengumpulan data dalam novel tersebut agar
memudahkan dalam proses meneliti
2. Klasifikasi data dalam novel Aku Lupa bahwa Aku Perempuan karya Ihsan
Abdul Quddus
3. Menelaah /menganalisis kumpulan data yang telah diperoleh berupa kata,
ungkapan, frase, kalimat dalam novel yang diklarifikasikan sesuai dengan
analisis yang dikaji yaitu tindakan tokoh dan bagaimana perwatakan dalam
novel tersebut
4. Mendeskripsikan isi dari novel tersebut dan memahami bagian-bagian yang
termasuk dalam tujuan penelitian tokoh dan penokohan dalam novel Aku
Lupa bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setiap karya sastra yang baik selalu mengungkap nilai-nilai yang bermanfaat
bagi masyarakat. Kedudukan novel sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting
dan perlu diapresiasi. Novel sebagai bagian sastra seharusnya diapresiasi masyarakat
untuk memperluas budi dan memperkaya spitural juga sebagai hiburan. Kedudukan
novel bagi suatu masyarakat memang sangat penting karena novel mampu
mengutarakan pikiran seseorang dimana mereka dapat mengambil pelajaran dan
dapat membentuk suatu sikap tertentu melalui pesan yang terkandung dalam novel
tersebut.
Penokohan dan perwatakan tokoh dalam karya sastra memiliki pesan yang
positif, baik berperan sebagai seorang protagonis maupun mereka yang berperan
sebagai tokoh antagonis. Tindakan seperti ini merupakan model atau contoh untuk
pembaca agar dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari novel tersebut.
Pemaparan pada bab ini akan diuraikan secara lengkap hasil penelitian
berdasarkan pada rumusan masalah pada bab sebelumnya yaitu bagaimanakah Tokoh
dan Penokohan dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul
Quddus. Adapun hasil yang dimaksudkan sebagai berikut.
1). Suad
Sebagai perempuan yang telah menggapai ambisinya. Sebagai politisi
sukses, kiprahnya di parlemen dalam berbagai organisasi pergerakan
perempuan yang menempatkan dirinya dalam lingkar elit kekuasaan. Tetapi,
kekuasaan menyelimuti kehidupan pribadinya dan hampir membuat jiwanya
tercabut. Masalah demi masalah mendera, bahkan anak semata wayangnya
yang dia anggap sebagai harta paling berharga justru lebih akrab dengan sang
ibu tiri. Hingga suatu kala, ia memutuskan lari dari kehidupan pribadinya,
bahkan berusaha lari dari tabiat perempuannya.
“Prestasiku dalam pelajaran selalu kuimbangi dengan prestasi
dalam kegiatan-kegiatan di sekolah. Aku selalu terlibat dalam
aktivitas hingga dalam karakter dan berbagai perkumpulan.
Aku juga sering menjadi ketua panitia pelaksana kegiatan
sekolah.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan, 2020:7)
“Aku tidak sudi menjadi pembantu, Bila pernikahan dan
menjadi ibu dianggap sebagai sebuah pengabdian, tapi aku
tidak mau menggunakan konsep pengabdian yang sempit dan
memenjarakan.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan, 2020:5)
“ Pada masa ketika sekolah laki-laki belum memulai gerakan
memulai gerakan, aku mengumpulkan teman-temanku para
siswi untuk melakukan pemogokan unjukrasa.Kepala sekolah
dan para guru mendukungku. Mereka tidak melarangku
karena mereka telah memiliki asumsi bahwa au tidak pernah
main-main dengan semua yang kulakukan.
(PEMBERONTAK)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan, 2020:9)
37
“Tiba-tiba seorang Polisi Mesir bersama seorang perwira
Inggris mendatangiku dan meminta agar demonstrasi
dibubarkan. Aku tidak takut dengan polisi. Pemuda dan orang
dewasa yang menyaksikan demonstrasi kami, sedikit demi
sedikit mulai bergabung dalam gelombang demonstrasi.”
(BERANI)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan, 2020: 10)
“Kini, jadilah aku malaikat bagi sebagian kelompok, dan
setan bagi kelompok lain yang berseberangan. Mulai saat itu,
aku tidak mau merenda hidup dalam gelombang biasa. Aku
mulai menjalani hidup dalam konsep yang tidak lumrah. Aku
ingin menjadi manusia yang luar biasa.” (HEROIK DAN
AMBISIUS)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan, 2020:11)
“Aku menolak mereka mungkin juga karena mereka, laki-laki
yang datAng, tidak ada yang mampu membawaku menjadi
manusia yang luar biasa seperti keinginanku.” (TEGUH
PADA PENDIRIAN)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:12)
“Penolakanku kepada setiap pemuda tidak pernah melahirkan
bibit permusuhan. Semua kata-kata sanjung dan pujian
kuterima dengan senyum ceria, hingga kata-kata Itu malah
membangkitkan rasa percaya diriku.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:12)
“Ambisiku telah membuatku melupakan segala sesuatu,
hingga aku lupa bahwa aku perempuan. Bahkan kebutuhanku
untuk menjadi perempuan lebih mendesak daripada
kebutuhanku untuk menjadi pemimpin negeri ini.
(AMBISIUS)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:22)
“Aku selalu gelisah memikirkan cita-cita dan ambisiku untuk
menjadi pemimpin setiap kali berduaan dengan suamiku. “
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:25)
“Darah kepemimpinanku masih berusaha memberontak.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:32)
“Aku selalu gelisah memikirkan cita-cita dan ambisiku untuk
menjadi pemimpin setiap kali berduaan dengan suamiku.
Bersamanya ambisiku terhalangi.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:36)
“Tidak, tidak mungkin aku mengkhususkan diri mendidik
anak dan meninggalkan berbagai peluang sukses yang sangat
mungkin kuraih.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:38)
“Dalam masyarakat, pengajar perguruan tinggi menempati
strata sosial yang tinggi . Aku ingin lebih tinggi dari itu. Aku
ingin menjadi dosen yang bergelar doktor.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:39)
“Aku bahagia dengan janin dalam rahimku meski kehendak
untuk menjadikan anak sebagai pengikat hubunganku dengan
Abdul Hamid lebih kuat dibanding naluri seorang wanita
untuk mengasuh anaknya.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:69)
“Seringkali aku sengaja bermanja dan membuatnya sibuk
dengan bermacam-macam permintaan.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:71)
“Aku tetap menyampaiakan orasi secukupnya dan kuletakkan
tanganku diatas perutku tetap dalam semangat orator.”Aku
ingin bayi dalam kandungan ini lahir di tanah merdeka.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:76)
“Aku benar-benar mengkhawatirkan anakku tanpaku
disisinya.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:80)
Melalui kutipan-kutipan tersebut, secara tegas pengarang ingin
membuktikan karakter tokoh Suad merupakan tokoh yang sangat ambisius dalam
menjalani kehidupannya. Hal ini tergambarkan melalui kutipan-kutipan yang
menceritakan tentang sosoknya yang ambisius menjadi seorang pemimpin
padahal ia adalah seorang perempuan. Tergambarkan pada kutipan “Darah
kepemimpinanku masih berusaha memberontak” dalam kutipan tersebut terlihat
jelas bahwa Suad memiliki ambisi yang sangat tinggi untuk menjadi pemimpin
agar mampu mencapai cita-cita yang diinginkannya. Disisi lain, Suad merasa
ketika ia berusaha menggapai apa yang diinginkannya, ia kehilangan jati dirinya
sebagai perempuan. Suad melupakan kodratnya, hal ini tergambarkan di
beberapa kutipan yang memunculkan karakter lain yakni karakter yang tetap
memikirkan dirinya. Kemunculan beberapa karakter Suad dalam Novel ini cukup
menarik perhatian. Bahkan karakter, keibuan seorang Suad pun tergambarkan
dalam novel ini. Di mana Suad sangat mengkhawatirkan anaknya yang tidak
berada di sisinya. Hal ini menandakan bahwa Suad memiliki hati yang baik dan
menggambarkan karate seorang ibu yang sayang kepada anaknya.
Di samping itu, dipahami bahwa kehidupan di luaran sana juga banyak
terjadi seperti apa yang digambarkan oleh Suad. Kehidupan saat ini, sering sekali
kita jumpai sosok seroang perempuan yang menggunakan segala cara untuk
mencapai apa yang mereka inginkan. Bahkan hal-hal seperti itu, sudah sering di
tampilkan di layar kaca pertelevisian. Sikap ambisius seorang perempuan bukan
hanya terdapat pada novel “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan” namun di
kehidupan nyatapun banyak.
Sikap ambisius sendiri merupakan sikap yang wajar-wajar saja, selagi tidak
melebihi batasnya. Pada dasarnya kita diharuskan memiliki karakter ambisius
agar mampu mencapai hal yang diingin. Namun, hal itu tidak mesti keluar dari
rana melupakan jati diri sendiri. Seperti halnya yang dialami oleh tokoh Suad
yang memiliki karakter ambisius yang berlebihan hingga melupakan dirinya
sendiri.
2. KAKAK SUAD
“Kakakku adalah wanita biasa yang berusaha menjadi besar
dan menampilkan bayangan ibu. Ia menyelesaikan semua
pekerjaan rumah dan mengerjakannya dengan detail.Ia
mempersiapkan diri seutuhnya untuk menjadi istri bagi
suaminya kelak .Sejak kecil ia telah mempersiapkan diri
untuk menjadi ibu yang baik dan memanfaatkan waktu-waktu
luangnya untuk urusan rumah tangga. Mungkin kakakku
menggunakan logikanya sebagai istri. Dia selalu ada
setiapkali suaminya meminta berdansa daripada wanita lain
yang berdansa bersama suaminya.Dia menginginkan aku
menjadi seperti dirinya atau setidaknya dia menginginkan
agar aku sekadar memenuhi keinginan Abdul Hamid sebentar
saja.”
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:31)
Melalui kutipan tersebut, dapat dilihat secara tegas pengarang ingin
menyampaikan tokoh Kakak Suad ini memiliki karakter baik dan memiliki karakter
keibuan. Hal ini tergambarnya melalui cerita Suad yang mengatakan bahwa kakaknya
sangat berusaha baik dan menampilkan bayangan ibunya untuk menjaga Suad.
Selain itu, dipahami kehidupan sekarang ini banyak kita jumpai di dunia
nyata bahkan di sekitar kita sosok seorang kakak yang ingin melindungi adiknya dan
menjadi sosok seorang ibu. Karakter ini sangat baik untuk dijadikan panutan bagi
yang membacanya. Pengarang sangat baik menampakkan karakter tersebut melalui
cerita langsung seorang adik hingga mampu membuat pembaca percaya bahwa tokoh
kakaknya Suad ini benar-benar bijaksana dan baik hati.
3. IBU SUAD
“Ibu membelalak dan bibirnya terbuka menunjukkan
keheranan yang dalam seakan tengah menyaksikan musibah,
“Hei, orang gila! Apa kamu tidak mencintainya?” (Tegas)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:40)
“Kamu sekarang memang telah bersamanya, tetapi
sebenarnya kamu belum hidup bersamanya dalam satu rumah,
dalam satu ranjang.” (Perhatian)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:40)
Melalui kutipan tersebut, pengarang ingin menggambarkan sosok seorang
ibu yang baik hati dan perhatian kepada anaknya. Namun karena perhatiannya
menjadikan sikapnya tegas. Hal ini tergambarkan di mana terdapat kutipan yang
menerangkan ibu Suad ini memberikan pengertian mengenai apa yang akan
dilakukan Suad. Dengan kata lembutnya menjelaskan kepada Suad.
Di samping itu, hal tersebut bukan hal baru lagi kita jumpai. Dalam
kehidupan nyata bahkan di sekitar kita pasti akan menemukan sosok seorang ibu
yang sangat menyayangi anaknya. Dan selalu memberikan arahan-arahan yang baik
untuk anakanya. Sosok ibu Suad menjelaskan kepada pembaca bahwa seperti inilah
seorang ibu selalu mengkhawatirkan anaknya.
4. AYAH SUAD
“Ayah lebih memahamiku dibanding ibu.” (PENGERTIAN)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:17)
“Ayah sangat mengharapkan anak laki-laki baginya. Ayah
sangat mengharapkan anak laki-laki yang meneruskan cita-
cita dan idealismenya, bukan anak perempuan. Maka ia begitu
gigih menolak kehendak ibu untuk menikahkanku sampai aku
menjadi sarjana.” (GIGIH)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:77)
Melalui kutipan tersebut, secara tegas pengarang menggambarkan karakter
ayah yang perhatian namun gigih dalam mendidik dan mendukung anaknya. Sosok
seorang ayah yang begitu pengertian dan memahami anaknya dibandingkan ibu. Hal
tersebut membuat kita sebagai pembaca merasa ingin memiliki sosok seorang ayah
yang mudah memahami anaknya. Karena yang sering kita jumpai sosok seorang
ayah yang sangat tegas dalam mendidik anak. Cukup berbeda dengan ayah Suad,
tetapi tak dipungkiri sosok ayah Suad ini juga ada didunia nyata meskipun mungkin
tidak banyak.
Selain itu, karakter kegigihan ayah Suad ini mewarnai karakter
pengertiannya. Seorang ayah yang gigih dalam menyekolahkan anaknya hingga
menolak kehendak istrinya sendiri. Namun hal seperti ini, sangat banyak kita jumpai
di kalangan sekarang seorang ayah yang rela bekerja apapun demi menyekolahkan
anaknya hingga sarjana.
5. ABDUL HAMID, istri pertama Suad sekaligus ayah Faizah
“Aku belum puas dengan jawabannya. Semua adalah logika-
logika sederhana. Tetapi anehnya, ia begitu optimis dan
bahagiadengan logikanya yang sangat sederhana itu. Padahal
kriteria yang kuletakkan untuk menjadi suamiku adalah
seorang optimis. Dan Abdul Hamid sangat optimis.”
(OPTIMIS)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:21)
“Dia tidak marah atau kecewa seakan tidak tejadi apa-apa .
Seakan dia memberiku kebebasan sepenuhnya untuk
melakukan apa saja yang kumau.”(SABAR)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:23)
“Kemalasan itu bukan buah dari kemampuannya yang rendah
dan kapasitas yang lemah, melainkan-justru-karena dia sangat
percaya diri.” (PERCAYA DIRI)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:48)
Melalui kutipan tersebut, dapat dilihat pengarang sangat tegas
memperlihatkan karakter tokoh Abdul Hamid yakni seorang yang optimis dan
percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di atas. Tokoh Abdul Hamid ini
sangat sering kita jumpai di kalangan masyarakat bahkan di sekitar kita. Bahkan
dengan menampakkan sosok percaya diri dalam novel ini, mampu menjadi
pelajaran bagi pembaca dan bisa menjadi panutan kita selagi tidak berlebihan.
Di samping sikap percaya diri seorang Abdul Hamid, ia juga memiliki sikap
sabar yang bisa kita jadikan pelajaran juga. Dengan adanya karakter sabar yang di
miliki oleh Abdul Hamid ini mewarnai jati diri tokoh tersebut.
6. SAMIRAH, ia adalah isteri dari Abdul Hamid dan ibu tiri Faizah
“Setelah kepergian Abdul Hamid dan Istrinya, ibuku berkata,
“Samirah baik yah!”.” (BAIK)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:97)
Melalui kutipan tersebut, terlihat jelas pengarang menggambarkan karakter
seorang Samirah yakni sosok istri yang baik. Terlihat jelas diakhir kutipan,
karakter samirah ini menjelaskan karakter seorang istri kebanyakan yang sayang
terhadap suaminya. Di dunia nyata bahkan disekitar kita pasti kita jumpai seorang
istri yang baik dan sayang kepada suami. Hal ini mampu kita jadikan pelajaran
bagi yang membacanya agar selalu menjadi orang yang baik kepada orang-orang.
7. ADIL, teman Suad dalam cerita, seorang yang cerdas dalam percaturan
politik berpaham Marxisme dan sempat ingin menikahi Suad
“Kemampuan dan keleluasan pengetahuannya sungguh
menakjubkan.” (CERDAS)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:101)
“Dia sopan dan caranya mengemukakan pendapat sangat
santun.” (SOPAN DAN SANTUN).
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:101)
“Dia adalah seorang pemuda yang menarik dan terlihat
sebagai pemuda yang bersungguh-sungguh dalam melakukan
aktivitas.” (ULET)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:101)
Melalui kutipan tersebut, pengarang secara tegas ingin menggambarkan
karakter tokoh Adil sosok yang disukai oleh Suad ini yakni cerdas. Seorang laki-
laki yang begitu cerdas sangat banyak kita jumpai dikalangan saat ini. Pengarang
ingin menampakan banyak karakter di dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan. Dengan adanya sosok seorang Adil yang cerdas mampu memberikan
kesan yang menarik dalam novel ini.
Di samping karakter cerdas yang di miliki Adil, sosoknya juga digambarkan
sebagai seorang yang sopan. Ketika kita membaca novel ini, pasti kita akan merasa
kagum kepada sosok Adil dikarenakan sosoknya yang cerdas ditambah lagi ia
memiliki karakter yang sabar.
Hal ini mungkin atau bahkan jarang kita jumpai di dunia nyata atau di
sekitar kita. Sosok seorang laki-laki yang cerdas dan sabar. Namun, bukan berarti
tidak ada, sosok seperti ini ada tetapi sulit ditemukan. Dengan menggambarkan
karakter tokoh Adil seperti itu, pengarang sangat baik dalam menentukan karakter-
karakter tokoh yang akan membuat pembaca tertarik dalam membaca novel
tersebut.
8. HUSAIN, seorang anggota dalam organisasi yang netralis dalam
kancah perpolitikan Mesir
“Aku terima tawaran itu terutama karena di dalam organisasi
itu terdapat sosok Husain, seorang netralis dalam kancah
pemikiran politik tetapi sangat cerdas dan cerdik
menempatkan diri dalam peta perpolitikan Mesir. Terlebih
lagi, dia seorang milyuner.” (CERDAS CERDIK dan
SEORANG MILYUNER)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:127)
Melalui kutipan tersebut, dapat diketahui sosok seorang Husain yang cerdas.
Pengarang menyampaikan karakter Husain hamper sama dengan karakter Adil.
Tetapi, bedanya sosok Husain sendiri yakni seorang yang milyarder. Dengan
adanya karakter Husain ini menambahkan warna dalam novel tersebut. Di samping
itu, karakter seperti Husain ini di lingkungan atau di dunia nyata jarang kita
jumpai.
9. DOKTER KAMAL, teman kecil Suad sekaligus suami kedua Suad
“Dia memang begitu. Lembut dan cenderung pendiam sesuai
dengan kepribadiannya yang mengagumkan dan sejalan
dengan profesinya sebagai dokter.” (LEMBUT DAN
CENDERUNG PENDIAM).
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:134)
“Kamal bukan pemalas. Dia tidak selalu menghambur-
hamburkan waktu luang sebagaimana dilakukan Abdul
Hamid.” (RAJIN)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:142)
“Suamiku menolak untuk memberi bantuan kepada pembawa
memo itu. Bahkan dia menolak dengan kasar ketika suami
istri itu bersikeras.” (KONSISTEN)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:155)
Melalui kutipan tersebut, pengarang secara tegas menggambarkan karakter
tokoh Dokter Kamal yakni seorang yang rajin, konsisten dan lembut. Karakter
tersebut merupakan karakter yang dimiliki dokter-dokter pada umumnya. Namun
tak dapat dipungkiri tidak semua dokter yang ada memiliki ketiga karakter tersebut
seperti yang dimilki oleh dokter Kamal.
10. RIFAT ABBASY, sahabat dekat Dokter Kamal sekaligus sekretaris
pribadi setia Suad
“Dia selalu ada ada untuk mendengar keluhanku tentang apa
saja. Tentang masalah pribadiku, pekerjaan, dewan, dan apa
saja.” (SETIA)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:198)
“Dia seorang periang. Dia bisa menjadikan dua kalimat
sebagai bahan pembicaraan selama dua jam. Suasana selalu
ceria dengan keberadaannya.” (PERIANG dan ASIK)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:169)
“Dia tidak mengharap apa-apa sebagai imbalan
pengabdiannya kepadaku. Dia hanya ingin orang tahu bahwa
dia adalah salah satu temanku.” (TULUS)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:169)
“Dia tidak pernah menyinggung kehidupan pribadiku . Aku
selalu tampil didepannya sebagai doktor, dosen, anggota
parlemen dan pimpinan berbagai organisasi. Rifat tidak
pernah melihatku sebagai Suad,sebagai seorang perempuan.”
(LOYAL)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:217)
Melalui kutipan tersebut, dapat dilihat pengarang ingin menggambarkan
sosok karakter Rifat Abbassy ini yakni seorang yang periang, loyal dan asik.
Sosok seorang laki-laki yang memiliki karakter tersebut jarang kita jumpai saat ini.
Hal ini terbukti saat ini banyak laki-laki yang bisa di bilang cuek dan arogan
kepada orang sekitarnya. Dengan di gambarkannya sosok Rifat Abbassy seperti
itu, dapat menarik perhatian pembaca untuk membacanya.
11. FAIZAH, adalah anak dari pernikahan Suad dengan Abdul Hamid
“Faizah cenderung pemalas seperti ayahnya.’ (PEMALAS)
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan 2020:188)
Melalui kutipan tersebut, sangat jelas pengarang menggambar satu sosok
karakter lagi di dalam nove Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan yakni tokoh yang
memilki karakter pemalas. Dengan adanya karakter ini, pengarang sangat baik
dalam memilih karakter untuk setiap tokohnya. Tergambarkan jelas seorang
Faizah sosok perempuan pemalas yang mengikuti karakter ayahnya. Di samping
itu, hal seperti ini sering kita jumpai di sekitar kita sosok seorang perempuan yang
pemalas.
B. PEMBAHASAN
Setiap karya sastra yang baik selalu mengungkap nilai-nilai yang
bermanfaat bagi masyarakat. Kedudukan novel sesungguhnya merupakan hal
yang sangat penting dan perlu diapresiasi. Novel sebagai bagian sastra
seharusnya diapresiasi masyarakat untuk memperluas budi dan memperkaya
spiritual juga sebagai hiburan. Kedudukan novel bagi suatu masyarakat memang
sangat penting karena novel mampu mengutarakan pikiran seseorang dimana
mereka dapat mengambil pelajaran dan dapat membentuk suatu sikap tertentu
melalui pesan yang terkandung dalam novel tersebut.
Menurut Aminuddin dalam Djuanda dan Iswara (2006: 158) Prosa fiksi
adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan
pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Intinya, prosa fiksi
adalah kisah yang memiliki pemeran, latar serta tahapan rangkaian peristiwa
yang dihasilkan oleh imajinasi penulisnya sehingga menjalin suatu kesatuan
kisah. Imajinasi disini dapat berarti cerminan kenyataan dari berbagai
pengalaman, pengetahuan dan literasi penulisnya. Seperti pendapat Saryono
(2009: 18) bahwa sastra memiliki kemampuan untuk merekam pengalaman yang
empiris-natural maupun pengalaman yang non empiris-supernatural. Herman J.
Waluyo (2006) Menurutnya, Prosa Fiksi adalah karya sastra dibagi menjadi tiga
yaitu roman, novel dan cerita pendek atau cerpen. H.B. Jassin (dalam Suroto,
1989), mengungkapkan bahwa prosa ialah pengucapan seorang penyair dengan
pikiran yang berbeda dengan puisi yang merupakan pengucapan penyair dengan
perasaan.
Teeuw (1984), memberikan pemahaman bahwa prosa ialah suatu bentuk
kisah fiksi yang mencoba membeberkan suatu kenyataan.
Hanya nama-nama pemeran, nama tempat dan kisahnya saja yan
dikarang. Sementara latar umumnya bisa jadi merupakan kenyataan. Namun
perlu digaris bawahi bahwa cara pandang dan sikap penulis juga akan ikut
tercurahkan, sehingga tulisannya akan tetap memiliki karakteristik yang unik dan
subjektif berdasarkan pendapat penulis.
Penokohan dan perwatakan tokoh dalam karya sastra memiliki pesan
yang positif, baik berperan sebagai seorang protagonis maupun mereka yang
berperan sebagai tokoh antagonis. Tindakan seperti ini merupakan model atau
contoh untuk pembaca agar dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari novel
tersebut.
Dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dapat menelusuri lewat
(1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) gambar yang
diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun cara
berpakaian, (3) menunjukkan bagaimana perilakunya, (4) melihat bagaimana
cara tokoh bercerita tentang dirinya sendiri, (5) memahami bagaimana jalan
pikirannya, (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, (7) melihat
bagaimana tokoh-tokoh yang lain memberikan reaksi terhadapnya, dan (8)
melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh lainnya.
Menurut Semi (1998) Ada dua cara untuk mengenalkan tokoh dan
perwatakan tokoh dalam fiksi.
a) Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang
watak atau karakter tokoh , pengarang menyebutkan bahwa
tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan
sebagainya.
Dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus
pengarang tidak menyebutkan penokohan semua tokoh.
b) Secara dramatis yaitu penggambaran watak yang tidak
diceritakan secara langsung oleh pengarang, tetapi disampaikan
melalui, nama tokoh, penggambaran fisik tokoh dan melalui
dialog.
Berikut kutipan dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan pada
tokoh utama “Suad”,
“Jadilah aku malaikat bagi sebagian kelompok, dan setan bagi
kelompok lain yang berseberangan. Mulai saat itu, aku tidak mau
merendah hidup dalam gelombang biasa. Aku mulai menjalani
hidup dalam konsep yang tidak lumrah. Aku ingin menjadi
manusia yang luar biasa.”
Dapat dilihat ketika kita menentukan sebuah karakter dalam tokoh, kita
harus mengetahui kedudukan tokoh tersebut dalam sebuah novel. Seperti yang kita
ketahui tokoh “Suad” ini sendiri berada pada tokoh utama dalam novel “Aku Lupa
Bahwa Aku Perempuan”. Tokoh utama menurut ( Nurgiyantoro, 2013:165) adalah
orang-orang yang di tampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh
pembaca ditafsiran memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang
mengekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Secara garis
besar, tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting/terpenting dalam
cerita. Dialah yang menjadi yang menjadi pendukung ide /tema utama dalam cerita
cerita.
Dalam novel “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan” ini menempatkan “Suad”
sebagai tokoh utama dalam novel. Dengan menggambarkannya menjadi sosok
perempuan yang ambisius. Dalam penjelasannya ini tokoh dengan memerankan
karakter tersebut dapat dikategorikan kedalam jenis tokoh protagonis. Namun, tidak
menutup kemungkinan dapat juga di kategorikan delam tokoh antagonis. Tokoh
protagonist adalah pemeran atau pemain utama/tokoh utama yang mendukung ide
prinsipal dalam cerita dan biasanya mempunyai rencana dan maksud tertentu.
Sedangkan tokoh antagonis adalah peran lawan atau pemain kedua yang biasanya
menentang atau berusaha menggagalkan rencana keinginan pemain pertama.
Menurut Kosasih (2012:36) penokohan merupakan cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Selain itu
penggambaran tokoh lain dalam novel ini tergambar dari beberapa tokoh seperti
tokoh kakaknya Suad, ibu Suad, Ayah Suad, Abdul Hamid, Ibu Abdul Hamid,
Zamira, Faizah, Adil, dan Dokter Kamal. Pengarang memunculkan banyak tokoh dan
berbagai karakter yang dibangunnya.
Teori struktural membatasi dari pada penelaahan karya sastra itu
sendiri, terlepas dari soal pengarang dan pembaca”. Dalam hal ini kritikus
memandang karya sastra sebagai suatu kebulatan makna, akibat perpaduan
isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata lain, teori ini
memandang dan menelaah dari segi intrinsik yang membangun karya sastra.
Karya sastra itu sendiri dengan kemungkinan membebaskannya dari dunia
pengarang, publik pembaca dan situasi jaman yang melahirkan karya sastra
itu.
Penentuan tokoh dan penokohan dalam novel “Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan” menggunakan teori struktural karya sastra dipandang sebagai
suatu dunia sendiri, karena untuk mencari makna yang tepat dalam teori
struktural ini, harus dilihat terlebih dahulu unsur-unsur yang ada dalam teori
struktural. Teori struktural dalam menganalisisnya, dapat dilakukan dengan
cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan
antara unsur intrinsik yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan
dideskripsikan, misalnya bagaimana fungsi masing- masing unsur itu dalam
menunjang makna keseluruhannya dan bagaimana hubungan antara unsur
itu sehingga secara bersama sebuah totalitas kemaknaan yang padu.
Adapun untuk menentukan karakteristik untuk menentukan karakteristik
tokoh-tokoh dapat dilihat dari 3 dimensi menurut Sukada ( 1987:62 ) yakni sebagai
berikut.
1) Analisis fisiologi adalah ciri-ciri badan atau ragawi , misalnya
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri muka, serta ciri fisik
yang lain.
2) Analisis psikologi adalah ciri-ciri rohani atau jiwa, misalnya
mentalitas, tempramen, cipta, rasa, karsa, sikap, serta rohani
yang lain.
3) Analisis sosiologi adalah ciri kehidupan di dalam
masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan atau jabatan
dalam masyarakat, jenjang pendidikan, pandangan hidup,
agama, ideologi, aktivitas sosial dan ciri sosiologis yang
lain.
Tokoh tambahan atau figuran merupakan yang hanya dimunculkan
sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek. Tokoh tambahan adalah tokoh yang
mendukung cerita dan perwatakkan tokoh utama. Dia diperlukan untuk
mempertajam dan menonjolkan peranan dan perwatakkan tokoh utama serta
memperjelas tema pokok atau tema mayor yang disampaikan. Tokoh
pembantu itu mungking seorang,mungkin pula lebih dari seorang sesuai
dengan keterlibatan serta sumbangan mereka dalam menampilkan tokoh
utama dan jalannya cerita.
1) Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis merupakan pemeran atau pemain pertama/utama
yang mendukung ide prinsipal dalam cerita dan biasanya mempunyai
rencana dan maksud tertentu. Ia menampilkan sesuatu yang sesuai
dengan pandangan dan harapan pembaca. Dibandingkan dengan tokoh-
tokoh lain, waktu yang digunakan untuk mengisahkan pengalaman
protagonis. Tokoh ini mewakili yang baik dan yang terpuji, karena itu
biasanya menarik simpati pembaca.
2) Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis berarti peran lawan atau pemain kedua yang biasanya
menentang atau berusaha menggagalkan rencana dan keinginan pemain pertama.
Tokoh antagonis biasanya mewakili pihak yang jahat atau yang salah. Oleh
karena itu, tokoh antagonis seringkali disebut sebagai penyebab terjadinya konflik
dalam sebuah cerita. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroperasi dengan
tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun
batin.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Objek penelitian ini adalah novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan
karya Ihsan Abdul Quddus. Penelitian ini sesuai dengan teori struktural Semi
yang memandang dan menelaah dari segi instrinsik yang membangun karya
sastra. Namun penelitian ini terfokus pada tokoh dan penokohan dengan
memakai teori Semi , yang mengenalkan tokoh dan watak tokoh secara
analitik dan dramatik.
Adapun hasil penelitian ini peneliti menemukan 12 tokoh meliputi
tokoh utama Suad dan tokoh tambahan Kakak Suad, Ibu Suad, Ayah
Suad,Abdul Hamid, Ibu Abdul Hamid, Samirah, Faizah, Adil, Husnain,
Dokter Kamal, dan Rifat Habbasi.
Selain itu, tokoh yang tergambar dalam novel ini memiliki karakter
yang berbeda-beda. Tokoh utama Suad yang digambarkan sebagai tokoh
utama yang sangat ambisius terhadap kehidupannya. Sedangkan, tokoh
tambahan lainnya yakni, kakak Suad yang digambarkan dengan karakter baik
dan memiliki karakter tokoh keibuan, ibu Suad yang digambarkan dengan
karakter yang tegas dan perhatian, ayah Suad yang digambarkan dengan
karakter yang pengertian dan orang yang gigih, Abdul Hamid yang
digambarkan dengan karakter percaya diri dan sosok seorang yang sabar,
Samirah yang digambarkan dengan karakter yang baik, Adil digambarkan
58
dengan karakter yang cerdas serta sopan dalam mengungkapkan pendapatnya,
Husain juga salah satu tokoh yang digambarkan dengan karakter yang cerdas
dan orang yang memiliki banyak uang, dokter Kamal yang digambarkan
dengan karakter lembut, rajin, dan kosisten, serta tokoh Faizah yang
digambarkan dengan karakter perempuan pemalas. Dalam penelitian ini
peneliti menemukan data perwatakan tokoh tersebut pada halaman 5, 7, 9, 10,
11, 12, 13, 17, 21, 22, 23, 27, 31, 32, 36, 37, 39, 40, 48, 49, 50, 53, 69, 71, 76,
80, 97, 101, 125, 127, 134, 142, 151, 155, 169, 172, 181, 198, 217.
B. SARAN
Masih banyak kemungkinan-kemungkinan tokoh dan penokohan salah
dalam novel tersebut, namun dengan segala keterbatasan peneliti hanya
memfokuskan pada teori strukrualisme. Untuk itu peneliti memberi
kesempatan kepada siapa saja untuk melengkapi penelitian-penelitian
selanjutnya.
Adapun penelitian yang telah dilakukan peneliti pada novel “Aku
Lupa Bahwa Aku Perempuan” karya Ihsan Abdul Quddus sebenarnya masih
banyak kekurangan maka dari itu penulis sangat mengharapkan kepada
peneliti selanjutnya untuk memperbanyak referensi terkait dengan tokoh dan
penokohan menggunakan teori struktural.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Setiawan. 2019. Analisis Tokoh Utama Dalam Novel Rose In The Rain Karya
Wahyu Suani. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni Bengkulu. 12-22
Alfian Rokhmansyah. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal
Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu
Aminuddin. 2000 Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru Algesindo
2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo
2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra: Sinar Baru Algesindo
A, Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra. Surabaya: Usaha Nasional.
Baribin. 1985. Intisari Kesustraan Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Craib, Ian. 1994. Teori-teori Sosial Modern: dari Parsons Sampai Habermas. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi dan Teori.
Yogyakarta: Layar Kata.
Fokkema.D.W and Elrud Kunne Ibach.1997. Theories of Literature in The Twentieth
Century Structuralism-Marxism-Aesthetics of Reception-Semiotics. London;
C.Hurst&Co
Hendy, Zaidan. 1993. Kesustraan Indonesia. Bandung: Angkasa
Hadi, Abdul. 2014. Hermeneutika Sastra Barat & Timur. Jakarta: Sadra Press
Herman J. Waluyo. 2006. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
H.G. Tarigan. 1993. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa Badudu.
60
Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Khoirun Nisak. 2019. Analisis Perwatakan Tokoh Utama Pada Novel Anak-Anak
Tukang Karya Baby Ahnan Dalam Moral Molekular: Tinjauan Psikologi
Sastra. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Malang. 10-22
Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bndung: Yrama Widya.
Mulyadi, Yadi dkk. (2017). Bahasa Indonesia untuk siswa SMP-MTs Kelas VIII.
Bandung; Yrama Widya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada. University Press.
2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Saryono. (2009). Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sayuti, A. Suminto. 1996. Apreasiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Semi Atar. 1989. Kritik Sastra. Angkasa Bandung.
1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Jaya.
Sudjiman, Panuti. 19991. Memahami Cerita Rekaan, Jakarta. Pustaka Jaya
Sumardjo dan Saini K.M. 1998. Apresiasi Kesustraan. Jakarta: PT. Gramedia
Sumardjo, Jakob. 1984. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Jakarta: Nur Cahaya.
Sukada, Made. 1987. Beberapa Aspek Tentang Sastra. Denpasar: Kayumas &
Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.
Susanto, D. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta: CAPS
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Bandung.
Teeuw, A. 2017. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.
Wellek, Renne dan Austin Werren. 1990. Teori Kesustraan (Diterjemahkan Oleh
Melani Budianta). Jakarta: Pustaka Jaya.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo
Yudiono, K.S. 1986. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
2013. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gasjah Mada
University Press.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka
KORPUS DATA
SUMBER
NOVEL “AKU LUPA BAHWA AKU PEREMPUAN KARYA IHSAN ABDUL
QUDDUS”
PENOKOHAN
TOKOH KUTIPAN HALAMAN PENOKOHAN
SUAD
• “Prestasiku dalam
pelajaran selalu
kuimbangi dengan
prestasi dalam
kegiatan-kegiatan di
sekolah. Aku selalu
terlibat dalam
aktivitas hingga
dalam karakter dan
berbagai
perkumpulan. Aku
juga sering menjadi
ketua panitia
pelaksana kegiatan
sekolah.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:7)
• “Aku tidak sudi
menjadi pembantu,
Bila pernikahan dan
menjadi ibu dianggap
sebagai sebuah
pengabdian, tapi aku
tidak mau
menggunakan konsep
pengabdian yang
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:7)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:5)
Melalui kutipan-kutipan
tersebut, secara tegas
pengarang ingin
membuktikan karakter
tokoh Suad merupakan
tokoh yang sangat ambisius
dalam menjalani
kehidupannya. Hal ini
tergambarkan melalui
kutipan-kutipan yang
menceritakan tentang
sosoknya yang ambisius
menjadi seorang pemimpin
padahal ia adalah seorang
perempuan. Tergambarkan
pada kutipan “Darah
kepemimpinanku masih
berusaha memberontak”
dalam kutipan tersebut
terlihat jelas bahwa Suad
memiliki ambisi yang
sangat tinggi untuk menjadi
pemimpin agar mampu
mencapai cita-cita yang
diinginkannya. Disisi lain,
Suad merasa ketika ia
berusaha menggapai apa
yang diinginkannya, ia
kehilangan jati dirinya
sebagai perempuan. Suad
melupakan kodratnya, hal
ini tergambarkan di
sempit dan
memenjarakan.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:5)
• “ Pada masa ketika
sekolah laki-laki
belum memulai
gerakan memulai
gerakan, aku
mengumpulkan
teman-temanku para
siswi untuk
melakukan
pemogokan
unjukrasa.Kepala
sekolah dan para guru
mendukungku.
Mereka tidak
melarangku karena
mereka telah
memiliki asumsi
bahwa au tidak
pernah main-main
dengan semua yang
kulakukan.
(PEMBERONTAK)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:9)
• “Tiba-tiba seorang
Polisi Mesir bersama
seorang perwira
Inggris mendatangiku
dan meminta agar
demonstrasi
dibubarkan. Aku
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:9)
(Aku Lupa
Bahwa Aku
Perempuan,
2020: 10)
beberapa kutipan yang
memunculkan karakter lain
yakni karakter yang tetap
memikirkan dirinya.
Kemunculan beberapa
karakter Suad dalam Novel
ini cukup menarik perhatian.
Bahkan karakter, keibuan
seorang Suad pun
tergambarkan dalam novel
ini. Di mana Suad sangat
mengkhawatirkan anaknya
yang tidak berada di sisinya.
Hal ini menandakan bahwa
Suad memiliki hati yang
baik dan menggambarkan
karate seorang ibu yang
sayang kepada anaknya.
tidak takut dengan
polisi. Pemuda dan
orang dewasa yang
menyaksikan
demonstrasi kami,
sedikit demi sedikit
mulai bergabung
dalam gelombang
demonstrasi.”
(BERANI)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020: 10)
• “Kini, jadilah aku
malaikat bagi
sebagian kelompok,
dan setan bagi
kelompok lain yang
berseberangan. Mulai
saat itu, aku tidak
mau merenda hidup
dalam gelombang
biasa. Aku mulai
menjalani hidup
dalam konsep yang
tidak lumrah. Aku
ingin menjadi
manusia yang luar
biasa.” (HEROIK
DAN AMBISIUS)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan,
2020:11)
• “Aku menolak
mereka mungkin juga
karena mereka, laki-
laki yang datAng,
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:11)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:12)
tidak ada yang
mampu membawaku
menjadi manusia
yang luar biasa
seperti keinginanku.”
(TEGUH PADA
PENDIRIAN)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:12)
• “Penolakanku kepada
setiap pemuda tidak
pernah melahirkan
bibit permusuhan.
Semua kata-kata
sanjung dan pujian
kuterima dengan
senyum ceria, hingga
kata-kata Itu malah
membangkitkan rasa
percaya diriku.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:12)
• “Ambisiku telah
membuatku
melupakan segala
sesuatu, hingga aku
lupa bahwa aku
perempuan. Bahkan
kebutuhanku untuk
menjadi perempuan
lebih mendesak
daripada
kebutuhanku untuk
menjadi pemimpin
negeri ini.
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:12)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:22)
(AMBISIUS)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:22)
• “Aku selalu gelisah
memikirkan cita-cita
dan ambisiku untuk
menjadi pemimpin
setiap kali berduaan
dengan suamiku. “
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:25)
• “Darah
kepemimpinanku
masih berusaha
memberontak.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:32)
• “Aku selalu gelisah
memikirkan cita-cita
dan ambisiku untuk
menjadi pemimpin
setiap kali berduaan
dengan suamiku.
Bersamanya
ambisiku terhalangi.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:36)
• “Tidak, tidak
mungkin aku
mengkhususkan diri
mendidik anak dan
meninggalkan
berbagai peluang
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:25)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:32)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:36)
(Aku Lupa
Bahwa Aku
Perempuan
2020:38)
sukses yang sangat
mungkin kuraih.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:38)
• “Dalam masyarakat,
pengajar perguruan
tinggi menempati
strata sosial yang
tinggi . Aku ingin
lebih tinggi dari itu.
Aku ingin menjadi
dosen yang bergelar
doktor.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:39)
• “Aku bahagia dengan
janin dalam rahimku
meski kehendak
untuk menjadikan
anak sebagai pengikat
hubunganku dengan
Abdul Hamid lebih
kuat dibanding naluri
seorang wanita untuk
mengasuh anaknya.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:69)
• “Seringkali aku
sengaja bermanja dan
membuatnya sibuk
dengan bermacam-
macam permintaan.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
(Aku Lupa
Bahwa Aku
Perempuan
2020:39)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:69)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:71)
2020:71)
• “Aku tetap
menyampaiakan orasi
secukupnya dan
kuletakkan tanganku
diatas perutku tetap
dalam semangat
orator.”Aku ingin
bayi dalam
kandungan ini lahir di
tanah merdeka.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:76)
• “Aku benar-benar
mengkhawatirkan
anakku tanpaku
disisinya.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:80)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:76)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:80)
KAKAK
SUAD
• “Kakakku adalah
wanita biasa yang
berusaha menjadi besar
dan menampilkan
bayangan ibu. Ia
menyelesaikan semua
pekerjaan rumah dan
mengerjakannya
dengan detail.Ia
mempersiapkan diri
seutuhnya untuk
menjadi istri bagi
suaminya kelak .Sejak
kecil ia telah
mempersiapkan diri
untuk menjadi ibu yang
(Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan
2020:31)
Melalui kutipan tersebut, dapat dilihat secara tegas
pengarang ingin
menyampaikan tokoh
Kakak Suad ini memiliki
karakter baik dan memiliki
karakter keibuan. Hal ini
tergambarnya melalui cerita
Suad yang mengatakan
bahwa kakaknya sangat
berusaha baik dan
menampilkan bayangan
ibunya untuk menjaga Suad.
Selain itu, dipahami
kehidupan sekarang ini
banyak kita jumpai di dunia
baik dan memanfaatkan
waktu-waktu luangnya
untuk urusan rumah
tangga. Mungkin
kakakku menggunakan
logikanya sebagai istri.
Dia selalu ada
setiapkali suaminya
meminta berdansa
daripada wanita lain
yang berdansa bersama
suaminya.Dia
menginginkan aku
menjadi seperti dirinya
atau setidaknya dia
menginginkan agar aku
sekadar memenuhi
keinginan Abdul
Hamid sebentar saja.”
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:31)
nyata bahkan di sekitar kita
sosok seorang kakak yang
ingin melindungi adiknya
dan menjadi sosok seorang
ibu. Karakter ini sangat baik
untuk dijadikan panutan
bagi yang membacanya.
Pengarang sangat baik
menampakkan karakter
tersebut melalui cerita
langsung seorang adik
hingga mampu membuat
pembaca percaya bahwa
tokoh kakaknya Suad ini
benar-benar bijaksana dan
baik hati.
IBU SUAD • “Ibu membelalak dan
bibirnya terbuka
menunjukkan
keheranan yang dalam
seakan tengah
menyaksikan musibah,
“Hei, orang gila! Apa
kamu tidak
mencintainya?”
(Tegas)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:40)
• “Kamu sekarang
memang telah
bersamanya, tetapi
sebenarnya kamu
belum hidup
bersamanya dalam satu
rumah, dalam satu
ranjang.” (Perhatian)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:40)
Melalui kutipan tersebut,
pengarang ingin
menggambarkan sosok
seorang ibu yang baik hati
dan perhatian kepada
anaknya. Namun karena
perhatiannya menjadikan
sikapnya tegas. Hal ini
tergambarkan di mana
terdapat kutipan yang
menerangkan ibu Suad ini
memberikan pengertian
mengenai apa yang akan
dilakukan Suad. Dengan
kata lembutnya
menjelaskan kepada Suad.
Di samping itu, hal
tersebut bukan hal baru
lagi kita jumpai. Dalam
kehidupan nyata bahkan di
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:40)
sekitar kita pasti akan
menemukan sosok seorang
ibu yang sangat
menyayangi anaknya. Dan
selalu memberikan arahan-
arahan yang baik untuk
anakanya. Sosok ibu Suad
menjelaskan kepada
pembaca bahwa seperti
inilah seorang ibu selalu
mengkhawatirkan
anaknya.
AYAH
SUAD
• “Ayah lebih
memahamiku
dibanding ibu.”
(PENGERTIAN)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:17)
• “Ayah sangat
mengharapkan anak
laki-laki baginya. Ayah
sangat mengharapkan
anak laki-laki yang
meneruskan cita-cita
dan idealismenya,
bukan anak
perempuan. Maka ia
begitu gigih menolak
kehendak ibu untuk
menikahkanku sampai
aku menjadi sarjana.”
(GIGIH)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:77)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:17)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:77)
Melalui kutipan tersebut,
secara tegas pengarang
menggambarkan karakter
ayah yang perhatian
namun gigih dalam
mendidik dan mendukung
anaknya. Sosok seorang
ayah yang begitu
pengertian dan memahami
anaknya dibandingkan ibu.
Hal tersebut membuat kita
sebagai pembaca merasa
ingin memiliki sosok
seorang ayah yang mudah
memahami anaknya.
Karena yang sering kita
jumpai sosok seorang ayah
yang sangat tegas dalam
mendidik anak. Cukup
berbeda dengan ayah
Suad, tetapi tak dipungkiri
sosok ayah Suad ini juga
ada didunia nyata
meskipun mungkin tidak
banyak.
Selain itu, karakter
kegigihan ayah Suad ini
mewarnai karakter
pengertiannya. Seorang
ayah yang gigih dalam
menyekolahkan anaknya
hingga menolak kehendak
istrinya sendiri. Namun hal
seperti ini, sangat banyak
kita jumpai di kalangan
sekarang seorang ayah
yang rela bekerja apapun
demi menyekolahkan
anaknya hingga sarjana.
ABDUL
HAMID
• “Aku belum puas
dengan jawabannya.
Semua adalah logika-
logika sederhana.
Tetapi anehnya, ia
begitu optimis dan
bahagiadengan
logikanya yang sangat
sederhana itu. Padahal
kriteria yang
kuletakkan untuk
menjadi suamiku
adalah seorang optimis.
Dan Abdul Hamid
sangat optimis.”
(OPTIMIS)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:21)
• “Dia tidak marah atau
kecewa seakan tidak
tejadi apa-apa . Seakan
dia memberiku
kebebasan sepenuhnya
untuk melakukan apa
saja yang
kumau.”(SABAR)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:23)
• “Kemalasan itu bukan
buah dari
kemampuannya yang
rendah dan kapasitas
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:21)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:23)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:48)
Melalui kutipan tersebut,
dapat dilihat pengarang
sangat tegas
memperlihatkan karakter
tokoh Abdul Hamid yakni
seorang yang optimis dan
percaya diri. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan di atas.
Tokoh Abdul Hamid ini
sangat sering kita jumpai di
kalangan masyarakat
bahkan di sekitar kita.
Bahkan dengan
menampakkan sosok
percaya diri dalam novel ini,
mampu menjadi pelajaran
bagi pembaca dan bisa
menjadi panutan kita selagi
tidak berlebihan.
Di samping sikap percaya
diri seorang Abdul Hamid,
ia juga memiliki sikap sabar
yang bisa kita jadikan
pelajaran juga. Dengan
adanya karakter sabar yang
di miliki oleh Abdul Hamid
ini mewarnai jati diri tokoh
tersebut.
yang lemah,
melainkan-justru-
karena dia sangat
percaya diri.”
(PERCAYA DIRI)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:48)
SAMIRAH
• “Setelah kepergian
Abdul Hamid dan
Istrinya, ibuku berkata,
“Samirah baik yah!”.”
(BAIK)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:97)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:97)
Melalui kutipan tersebut,
terlihat jelas pengarang
menggambarkan karakter
seorang Samirah yakni
sosok istri yang baik.
Terlihat jelas diakhir
kutipan, karakter samirah
ini menjelaskan karakter
seorang istri kebanyakan
yang sayang terhadap
suaminya. Di dunia nyata
bahkan disekitar kita pasti
kita jumpai seorang istri
yang baik dan sayang
kepada suami. Hal ini
mampu kita jadikan
pelajaran bagi yang
membacanya agar selalu
menjadi orang yang baik
kepada orang-orang.
ADIL
• “Kemampuan dan
keleluasan
pengetahuannya
sungguh
menakjubkan.”
(CERDAS)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:101)
• “Dia sopan dan caranya
mengemukakan
pendapat sangat
santun.” (SOPAN
DAN SANTUN).
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:101)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:101)
Melalui kutipan tersebut,
pengarang secara tegas
ingin menggambarkan
karakter tokoh Adil sosok
yang disukai oleh Suad ini
yakni cerdas. Seorang laki-
laki yang begitu cerdas
sangat banyak kita jumpai
dikalangan saat ini.
Pengarang ingin
menampakan banyak
karakter di dalam novel Aku
Lupa Bahwa Aku
Perempuan. Dengan adanya
sosok seorang Adil yang
• “Dia adalah seorang
pemuda yang menarik
dan terlihat sebagai
pemuda yang
bersungguh-sungguh
dalam melakukan
aktivitas.” (ULET)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:101)
cerdas mampu memberikan
kesan yang menarik dalam
novel ini.
Di samping karakter cerdas
yang di miliki Adil,
sosoknya juga digambarkan
sebagai seorang yang sopan.
Ketika kita membaca novel
ini, pasti kita akan merasa
kagum kepada sosok Adil
dikarenakan sosoknya yang
cerdas ditambah lagi ia
memiliki karakter yang
sabar.
HUSAIN
• “Aku terima tawaran itu
terutama karena di
dalam organisasi itu
terdapat sosok Husain,
seorang netralis dalam
kancah pemikiran politik
tetapi sangat cerdas dan
cerdik menempatkan diri
dalam peta perpolitikan
Mesir. Terlebih lagi, dia
seorang milyuner.”
(CERDAS CERDIK dan
SEORANG
MILYUNER)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:127)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:127)
Melalui kutipan tersebut,
dapat diketahui sosok
seorang Husain yang cerdas.
Pengarang menyampaikan
karakter Husain hamper
sama dengan karakter Adil.
Tetapi, bedanya sosok
Husain sendiri yakni
seorang yang milyarder.
Dengan adanya karakter
Husain ini menambahkan
warna dalam novel tersebut.
Di samping itu, karakter
seperti Husain ini di
lingkungan atau di dunia
nyata jarang kita jumpai.
DOKTER
KAMAL
• “Dia memang begitu.
Lembut dan cenderung
pendiam sesuai dengan
kepribadiannya yang
mengagumkan dan
sejalan dengan
profesinya sebagai
dokter.” (LEMBUT
DAN CENDERUNG
PENDIAM).
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:134)
Melalui kutipan tersebut,
pengarang secara tegas
menggambarkan karakter
tokoh Dokter Kamal yakni
seorang yang rajin,
konsisten dan lembut.
Karakter tersebut
merupakan karakter yang
dimiliki dokter-dokter pada
umumnya. Namun tak dapat
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:134)
• “Kamal bukan pemalas.
Dia tidak selalu
menghambur-
hamburkan waktu luang
sebagaimana dilakukan
Abdul Hamid.” (RAJIN)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:142)
• “Suamiku menolak
untuk memberi bantuan
kepada pembawa memo
itu. Bahkan dia menolak
dengan kasar ketika
suami istri itu
bersikeras.”
(KONSISTEN)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:155)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:142)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:155)
dipungkiri tidak semua
dokter yang ada memiliki
ketiga karakter tersebut
seperti yang dimilki oleh
dokter Kamal.
RIFAT
ABBASY
• “Dia selalu ada ada
untuk mendengar
keluhanku tentang apa
saja. Tentang masalah
pribadiku, pekerjaan,
dewan, dan apa saja.”
(SETIA)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:198)
• “Dia seorang periang.
Dia bisa menjadikan dua
kalimat sebagai bahan
pembicaraan selama dua
jam. Suasana selalu ceria
dengan keberadaannya.”
(PERIANG dan ASIK)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:169)
• “Dia tidak mengharap
apa-apa sebagai imbalan
pengabdiannya
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:198)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:169)
Melalui kutipan tersebut,
dapat dilihat pengarang
ingin menggambarkan
sosok karakter Rifat
Abbassy ini yakni seorang
yang periang, loyal dan
asik. Sosok seorang laki-
laki yang memiliki karakter
tersebut jarang kita jumpai
saat ini. Hal ini terbukti saat
ini banyak laki-laki yang
bisa di bilang cuek dan
arogan kepada orang
sekitarnya. Dengan di
gambarkannya sosok Rifat
Abbassy seperti itu, dapat
menarik perhatian pembaca
untuk membacanya.
kepadaku. Dia hanya
ingin orang tahu bahwa
dia adalah salah satu
temanku.” (TULUS)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:169)
• “Dia tidak pernah
menyinggung kehidupan
pribadiku . Aku selalu
tampil didepannya
sebagai doktor, dosen,
anggota parlemen dan
pimpinan berbagai
organisasi. Rifat tidak
pernah melihatku
sebagai Suad,sebagai
seorang perempuan.”
(LOYAL)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:217)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:217)
FAIZAH
• “Faizah cenderung
pemalas seperti
ayahnya.’ (PEMALAS)
(Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan 2020:188)
(Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan
2020:188)
Melalui kutipan tersebut,
sangat jelas pengarang
menggambar satu sosok
karakter lagi di dalam nove
Aku Lupa Bahwa Aku
Perempuan yakni tokoh
yang memilki karakter
pemalas. Dengan adanya
karakter ini, pengarang
sangat baik dalam memilih
karakter untuk setiap
tokohnya. Tergambarkan
jelas seorang Faizah sosok
perempuan pemalas yang
mengikuti karakter ayahnya.
Di samping itu, hal seperti
ini sering kita jumpai di
sekitar kita sosok seorang
perempuan yang pemalas.
RIWAYAT HIDUP
ALDY ARIEF SETIAWAN. Dilahirkan di Mangkoso
pada tanggal 11 Februari tahun 1999, dari pasangan Abdul
Kalam dan Dahliyah Danial. Penulis masuk sekolah dasar
pada tahun 2004 di MIM Kampung Baru dan tamat pada
tahun 2010, penulis masuk sekolah menengah pertama pada
tahun 2010 di SMP Negeri 1 Soppeng Riaja dan tamat pada
tahun 2013, dan masuk di sekolah menengah atas pada tahun 2013 di SMA Negeri 1
Soppeng Riaja, dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang sama 2016, penulis
melanjutkan jenjang pendidikan di tingkat universitas pada program Strata 1 (S1).
Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2021.