Upload
iradatul-hasanah
View
152
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
1
3.1.2 Teknik Anastesi Blok
pada maksila :
a. Injeksi Zigomatik
Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar kedua atas.
Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20 mm. ujung jarum harus
tetap menempel pada periosteum untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus venosus
pterygoideus.
Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar mesiobukal molar
pertama atas. Karena itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk prosedur operatif atau
ekstraksi, harus dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk ekstraksi satu
atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi n.palatinus major.
b. Injeksi Infraorbital
Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini terletak tepat
dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan pupil mata apabila pasien
memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang mempalpasi jangan dirubah dan tusukkan
jarum dari seberang gigi premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan bukal. Arahkan
jarum sejajar dengan aksis panjang gigi premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam
foramen infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc anestetikum
dideponir perlahan-lahan.
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini, bagian yang di tusuk
adalah pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa antara incisivus sentral dan lateral. Dengan
cara ini, jarum tidak perlu melalui otot-otot wajah.
Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula sebaiknya mengukur
dulu jarak dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi premolar ke dua atas. Kemudian
ukuran ini dipindahkan ke jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik
perbatasan antara bagian yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum diinsersikan
sejajar dengan aksis gigi premolar kedua, ujungnya akan terletak tepat pada foramen infraorbitale
jika garis batas tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua. Jika foramen diraba perlahan,
pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan. (3)
c. Injeksi N. Nasopalatinus
Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang, di
posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju canalis
palatina anterior. Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit
pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di
anjurkan juga untuk melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
2
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu dari kaninus satu ke
kaninus yang lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi daerah kaninus, injeksi ini biasanya
lebih dapat diandalkan daripada injeksi palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud
menganestesi setiap cabang n.palatinus major yang bersitumpang.
d. Injeksi Nervus Palatinus Major
Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang
akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan anestetikum sedikit mesial dari titik
tersebut dari sisi kontralateral.
Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen palatinum majus (foramen
palatinum posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen.
Injeksi ke foramen atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan
menyebabkan teranestesinya n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini
akan menyebabkan timbulnya gagging.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber maxillae sampai ke regio kaninus dan
dari garis tengah ke crista gingiva pada sisi bersangkutan.
e. Injeksi Sebagian Nervus Palatinus
Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini digunakan bersama
dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.
Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk prosedur dentistry
operatif pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih tetap terasa sakit. Disini, anestesi
bila dilengkapi dengan mendeponir sedikit anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan
n.palatinus major.
2. Teknik-teknik anastesi blok pada mandibula :
a. Anestesi blok n.mentalis
Nervus mentalis merupakan cabang dari N.Alveolaris Inferior yang berupa cabang sensoris yang
berjalan keluar melalui foramen mentale untuk menginervasi kulit dagu, kulit dan membrana
mukosa labium oris inferior.
Teknik Anestesi Blok N.Mentalis
Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak di dekat salah satu apeks
akar gigi premolar tersebut.
3
Ketika blok nervus maxilaris atau alveolaris inferior sukses, maka tidak perlu dilakukan injeksi.
Jarum pendek yang berukuran 25 gauge dimasukkan (setelah jaringan yang akan dipreparasi
diberikan antiseptik) dalam mucobuccal fold di dekat foramen mentale dengan bevel di arahkan ke
tulang. Foramen dapat diraba atau dapat terlihat dengan menggunakan sinar x dan biasanya berada
di antara gigi premolar. Pasien mungkin saja merasakan sakit ketika nervus telah teraba pada
foramen.5 Lakukan penembusan jaringan dengan kedalaman 5 mm, lakukan aspirasi dan injeksikan
anestetikum sebanyak 0,6 cc. Teknik ini menyebabkan efek anestesi pada jaringan buccal bagian
anterior di depan foramen, bibir bagian bawah, dan dagu.
Tariklah pipi ke arah bukal dari gigi premolar. Masukkan jarum ke dalam membrana mukosa di
antara kedua gigi premolar kurang lebih 10 mm eksternal dari permukaan bukal mandibula. Posisi
syringe membentuk sudut 45¬¬¬0 terhadap permukaan bukal mandibula, mengarah ke apeks akar
premolar kedua. Tusukkan jarum tersebut sampai menyentuh tulang. Kurang lebih ½ cc
anestetikum dideponir, ditunggu sebentar kemudian ujung jarum digerakkan tanpa menarik jarum
keluar, sampai terasa masuk ke dalam foramen, dan deponirkan kembali ½ cc anestetikum dengan
hati-hati.
Selama pencarian foramen dengan jarum, jagalah agar jarum tetap membentuk sudut 45o terhadap
permukaan bukal mandibula untuk menghindari melesetnya jarum ke balik periosteum dan untuk
memperbesar kemungkinan masuknya jarum ke foramen.
Injeksi ini dapat menganestesi gigi premolar dan kaninus untuk prosedur operatif. Untuk
menganestesi gigi insisivus, serabut saraf yang bersitumpang dari sisi yang lain juga harus di blok.
Untuk ekstraksi harus dilakukan injeksi lingual.
b. Teknik Anestesi Blok N. Bucalis
Teknik Injeksi N.Buccalis
Nervus buccal tidak dapat dianestesi dengan menggunakan teknik anaestesi blok nervus alveolaris
inferior. Nervus buccal menginervasi jaringan dan buccal periosteum sampai ke molar, jadi jika
jaringan halus tersebut diberikan perawatan, maka harus dilakukan injeksi nervus buccal. Injeksi
tambahan tidak perlu dilakukan ketika melakukan pengobatan untuk satu gigi. Jarum panjang
dengan ukuran 25 gauge digunakan (karena injeksi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan
injeksi blok nervus alveolaris inferior, jadi jarum yang sama dapat digunakan setelah anestetikum
terisi). Jarum disuntikan pada membran mukosa bagian disto bucal sampai pada molar terakhir
dengan bevel menghadap ke arah tulang setelah jaringan telah diolesi dengan antiseptik. Jika
jaringan tertarik kencang, pasien lebih merasa nyaman. Masukkan jarum 2 atau 4 mm secara
perlahan-lahan dan lakukan aspirasi.4 Setelah melakukan aspirasi dan hasilnya negatif, maka
depositkan anestetikum sebanyak 2 cc secara perlahan-lahan.
Masukkan jarum pada lipatan mukosa pada suatu titik tepat di depan gigi molar pertama. Perlahan-
4
lahan tusukkan jarum sejajar dengan corpus mandibulae, dengan bevel mengarah ke bawah, ke
suatu titik sejauh molar ketiga, anestetikum dideponir perlahan-lahan seperti pada waktu
memasukkan jarum melalui jaringan.
Pasien harus berada dalam posisi semisupine. Operator yang menggunakan tangan kanan berada
dalam posisi searah dengan jarum jam delapan sedangkan operator yang kidal berada pada posisi
searah dengan jarum jam empat.
Injeksi ini menganestesi jaringan bukal pada area molar bawah. Bersama dengan injeksi lingual,
jika diindikasikan, dapat melengkapi blok n.alveolaris inferior untuk ekstraksi semua gigi pada sisi
yang diinjeksi. In jeksi ini tidak selalu diindikasikan dalam pembuatan preparasi kavitas kecuali jika
kavitas bukal dibuat sampai di bawah tepi gingival.
3.1.3 Instrumen Untuk Anastesi Lokal
A. Syringe Anastesi (Syringe, Cartridge)
Syringe obat bius (gambar 1-15) dirancang untuk mendukung dan mengusir solusi anestesi dari
tabung kaca komersial yang disusun disebut carpuletm. (nama merek dagang, carpule). Jarum
cartridge yang tersedia untuk anestesi lokal memiliki cincin yang menangani ibu jari pada akhir luar
dan tombak pada akhir cartridge dari plunger. Seruit ini dirancang untuk melibatkan plunger karet
penyumbat cartridge. Cincin-ibu jari digunakan untuk menarik kembali plunger serta menentukan
apakah jarum telah menembus pembuluh darah. Prosedur ini disebut "aspirating" dan syringenya
adalah syringe aspirating.
Gambar 2. Syringe anastesi (aspirating).
B. Disposable Needles (Needles, Disposable)
Jarum sekali pakai dikemas untuk menjaganya dalam kondisi steril. Setelah digunakan, jarum akan
dibuang. Jarum ini melekat pada syringe yang dihubungkan oleh plastic-hub yang merupakan
bagian dari jarum sekali pakai. Umumnya jarum tersedia dalam ukuran 13/16 inci dan 1 3 / 8 inci.
Jarum sekali pakai selalu steril, selalu tajam, dan cenderung mudah patah daripada yang lain jarum.
Jarum hipodermik harus dibuang agar tidak dapat melukai operator maupun menguhindari
kejadianlain yang tidak diinginkan.
3.1.4 Persiapan Instrument Anastesi
A. Sterilisasi Instrumen
Seperti dalam pemeriksaan dasar, anestesi juga memerlukan persiapan tertentu. Salah satu
instrumen dalam persiapan yang selalu membutuhkan, yaitu penyterilan syringe. Item lainnya
5
disterilisasi oleh produsen dan dikemas dalam kondisi steril.
B. Anastesi Topical
Item pertama saat persiapan adalah topikal xylocaine. Anastesi ini diproduksi dalam bentuk jelly
atau salep. Hal ini paling sering digunakan untuk menganastesi daerah tempat suntikan yang
sebenarnya harus dilakukan. Dua kasa 1-2 inci atau cotton tip aplicator akan diperlukan bila
menggunakan topikal xylocaine. Sejumlah kecil ditempatkan pada aplikator dan diaplikasikan di
atas area yang akan disuntikkan. Tujuan anestesi topikal adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada pasien selama injeksi berlangsung.
C. Syringe.
Syringe (sisi-loading jarum suntik cartridge) adalah satu-satunya item dalam persiapan yang
memerlukan penyterilan setelah digunakan pada setiap pasien. Syringe ini digunakan untuk
mengaplikasikan anestesi lokal. Jarum syringe merupakan jenis sekali pakai. Panjang dan jarum
gauge yang digunakan akan bervariasi, tergantung kebutuhan operator. Operator akan menangani
dua jarum yang berbeda: sebuah infiltrasi dan jarum konduktif. Jarum infiltrasi memiliki panjang
13/16 inci dan digunakan untuk injeksi maksilaris, untuk membius daerah kecil sekitar dua hingga
tiga gigi. Sedangkan, jarum konduktif memiliki panjang 1 3 / 8 inci panjang. Injeksi blok dibuat
dengan menggunakan jarum tersebut, anastesi daerah menyeluruh.
D. Anastesi Lokal.
Saat ini, dua jenis obat bius lokal yang banyak tersedia, yaitu lidokain hidroklorida (xylocaine)
dengan epinefrin (1:50.000 hingga 1:100.000) dan mepivacaine hidroklorida (carbocaine) tanpa
epinefrin. Jenis ini dapat diidentifikasi dengan warna tutup dan dengan warna wadah. Sebagai
contoh: lidokain hidroklorida dengan epinefrin (1:50.000), ditandai dengan tutup hijau dan garis
hijau di wadah; lidokain hidroklorida dengan epinephrine (1:100.000) memiliki tutup merah dan
bergaris-garis merah; dan hidroklorida mepivacaine memiliki tutup putih dan wadah cokelat.
Epinefrin adalah faktor pengendali untuk berapa lama anestesi akan berlangsung. Penambahan
epinefrin mengakibatkan semakin lama daerah tersebut akan teranastesi. Epinefrin adalah
vasokonstriktor yang menyebabkan jaringan di sekitar kapiler membengkak, sehingga akan
mengkonstriksi kapiler dan memperlambat aliran darah. Aliran darah yang menurun menyebabkan
lambatnya difusi anastesi di seluruh tubuh, sehingga memperpanjang aksinya. Hal ini juga dapat
membantu dalam mengontrol pendarahan.
E. Aspirasi
Perakitan dan penggunaan syringe aspirasi cukup sederhana. Syringe ini dilengkapi dengan
perangkat yang memungkinkan operator untuk menentukan apakah operator telah menginjeksi ke
dalam aliran darah. Penginjeksian agen ke dalam sistem peredaran darah dapat menimbulkan gejala
yang tidak diinginkan atau kematian. Perhatikan cincin jempol dan plunger berpentil. Pentil itu
6
menembus tutup karet cartridge anestesi, yang memungkinkan aspirasi ketika operator menarik
plunger melalui jarum suntik pada cincin jempol.
F. Instrument
Untuk instrumen yang biasa digunakan pada anastesi lokal, dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Instrumen untuk anastesi (lokal).
3.1.5 Prosedur
A. Pengisian Tabung Syringe
Ketika jarum sekali pakai digunakan, hub plastik berulir ke syringe tanpa merusak segel atau
memindahkan silinder plastik pelindung luar. Langkah pertama adalah memasukkan jarum yang
tepat. Langkah berikutnya adalah untuk menarik plunger dari jarum suntik dan masukkan carpuletm
(cartridge) dari obat bius. Setelah memasukkan carpuletm, lepaskan plunger dan amankan pentil
pada stopper karet dengan menyolok cincin jempol di telapak tangan. Pelindung silinder dapat
dilepas tergantung kebutuhan dan kenyamanan operator dalam bekerja. Hal ini biasanya akan
dilakukan setelah carpuletm larutan anestesi telah dan disisipkan tepat sebelum injeksi diberikan.
Hub dan jarum dan dibuang setelah digunakan, berikut pencegahan standar, dan sesuai dengan
kebijakan lokal.
B. Injeksi.
Ketika operator siap menyuntikkan larutan anestesi, daerah injeksi/ kerja harus dikeringkan dengan
kain kasa. Operator dapat mengaplikasikan antiseptik ke daerah tersebut dengan aplikator, sehingga
jaringan tersebut siap untuk di injeksi.
Anestesi lokal tidak diragukan lagi adalah obat yang paling sering digunakan dalam praktek
kedokteran gigi. Jarum anestesi tersedia dalam ukuran (gauge) yang berbeda dan panjang. Jarum
dengan ukuran panjang biasanya digunakan terutama untuk injeksi "blok" dan jarum pendek untuk
tipe injeksi infiltrasi. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jarum panjang pada
kedua jenis injeksi. Gauge 25 merupakan jarum panjang yang disediakan dalam bidang gigi.
C. Komplikasi
Meskipun telah mengikuti teknik, dan obat-obatan yang digunakan memiliki batas keselamatan
yang sangat tinggi, dan peralatan yang digunakan efisien dan mudah disterilkan, komplikasi masih
dapat terjadi. Komplikasi paling umum adalah sinkop (pingsan) yang disebabkan oleh anemia otak
(yang biasanya psikogenik di alam) dan biasanya berlangsung dari 30 detik sampai 2 menit.
Kadang-kadang, reaksi alergi terhadap obat yang dipakai mungkin timbul, tetapi ini sangat jarang.
7
3.1.6 Perbedaan Dosis Pada Anak-Anak Dan Dewasa
jenis injeksi jarum Nervus yang di anastesi dosis
dewasa anak
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. -25 gauge-hub.pendek
1 in-27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior posterior
1-2 cc
0,5-1 cc
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. -25 gauge-hub.pendek
1 in-27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior medius
1-2 cc 0,5-1 cc
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. - 25 gauge-hub.pendek
1 in - 27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior anterior
1-2 cc
0,5-1 cc
Injeksi blok
*injeksi zigomatik
1 7/8 in. - 25 gauge-hub panjang
1 7/8 in. - 23 gauge-hub pendek Blok nervus alveolaris superior posterior sebelum masuk ke
maksila di atas molar ketiga
11/2 - 2 cc
0,75-1 cc
8
Injeksi blok
Injeksi infraorbital
1 7/8 in. – 23 gauge – hub panjang
1 7/8 in – 25 gauge - hub pendek Blok n.infraorbitalis melalui deponir anastetikum ke dalam canalis
infraorbitalis agar nervus cabang seperti n.alveolaris superior medius n anterior teranastesi
2 cc
1 cc
Injeksi blok
*injeksi mandibular
1 7/8 in. – 23 gauge – hub panjang
1 7/8 in. – 25 gauge – hub pendek Blok n.alveolaris inferior dengan deponir anastetikum sebelum
masuk ke canalis mandibula 2 cc 1 cc
Injeksi blok
*injeksi mentalis
1 7/8 in. – 25 gauge – hub panjang Blok n.alveolaris inferior dengan deponir anastetikum ke dalam
canalis mandibula melalui foramen mentale 1 cc 0,5 cc
jenis injeksi jarum Nervus yang di anastesi dosis
dewasa anak
Injeksi bukalis longus
17/8 in. – 23 gauge – hub panjang
17/8 in. – 25 gauge – hub pendek
Nervus bukalis longus 0,75 cc 0.375 cc
Injeksi lingual
17/8 in. – 25 gauge – hub panjang Nervus lingualis 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi n. nasopalatinus 1 in. – 25 gauge - hub pendek
9
1 in. – 27 gauge - hub pendek Nervus nasopalatinus 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi nervus palanus mayor
17/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. – 25 gauge – hub pendek
1 in. – 27 gauge – hub pendek Nervus palatines mayor 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi intraseptal
17/8 in. gauge – hub panjang
13/4 in. – hub pendek Nervus yg berkontak langsung dengan anastetikum yang mengalir masuk ke
dalam apicis dentis dan membrane periodontium 0,5 cc 0,25 cc
3.1.7 Faktor Penyebab Keefektifan Dan Kegagalan Dalam Anastesi Lokal
Faktor Penyebab Keefektifan dan Kegagalan Anestesi Lokal:
kadar obat dan potensinya
jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan local
kecepatan metabolisme
perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi anatomis saraf.
Adanya perbedaan sensitifitas serabut saraf
Pada umumnya serabut saraf kecil lebih peka terhadap anestesi local.
Serabut saraf terkecil yang tidak bermielin pada umumnya lebih cepat dihambat daripada serabut
bermielin.
Kepekaan serabut sasraf tidak tergantung dari fungsi serabut, dengan demikian serabut sensorik
maupun motorik yang sama besar tidak berbeda kepekaannya.
Serabut halus bermielin melebihi kepekaan serabut besar bermielin.
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi dibanding jaringan normal,
karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis metabolik lokal, dan menurunkan pH.
Anomali serabut saraf antar individu
Psikologis pasien
3.2 EKSODONSIA
3.2.1 Tehnik Pencabutan
Pada dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan . Metode pertama yang cukup memadai dalam
sebagian besar kasus biasanya disebut “forceps extraction” (pencabutan dengan tang) dan terdiri
dari pencabutan gigi atau akar dengan menggunakan tang atau bein atau kedua-duanya. Blade
10
instrument-instrumen ini ditekan masuk ke dalam membrane periodontal antara akar gigi dan
dinding tulang soket. Metode ini biasa disebut sebagai pencabutan “intraalveolar”
Metode pencabutan yang lain adalah memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya dengan tulang.
Pemisahan ini dilakukan dengan mengambil sebagian tulang penyanngga akar gigi itu yang mana
kemudian dikeluarkan dengan bein dan/tang. Teknik ini lazimnya disebut “surgical method”
(metode pembedahan), tetapi karena semua pencabutan yang dilakukan merupakan prosedur bedah,
maka nama yang lebih baik dan lebih akurat adalah pencabutan “trans-alveolar”.
Prinsip-prinsip Mekanik pencabutan
Ekspansi dinding tulang soket, untuk memungkinkan pengambilan gigi yang terdapat di dalamnya.
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan gigi sebagi instrument yang dapat melebarkan dan ini
merupakan factor terpenting dalam pencanutan dengan tang.
Penggunaan sebuah pengungkit dan titik tumpu , untuk mendesak gigi atau akar keluar dari
soketnya sepanjang lintasan dengan hambatan terkecil. Ini merupakn factor dasar yang menentukan
penggunaan bein untuk mencabut gigi geligi serta akar0-akar dan penggunaan instrument .
Penggunaan sebuah penjepit, antara akar gigi dan dinding tulang soket, yang mana menyebabkan
gigi terangkat dari soketnya.
Pencabutan Intra-Alveolar
Pencabutan gigi geligi rahang atas
Insisivus sentral sering memilki akar yang berbentuk konis dan dapat dapat diatasi dengan hanya
melakukan pergerakan rotasi.
Insisisvus lateral memilki akar-akar yang ramping dan seringkali permukaan mesial maupun
distalnya rata. Pilihlah tang blade yang kecil dan pegang akarnya dengan baik sebelum memberikan
tekanan pada gigi tersebut.
Caninus memilki akar yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang berbentuk segitiga.
Beberapa tang gigi caninus memilki ujung yang terlalu lebar sehingga membentuk kontak 2 titik
jika digunakan. Dengan benar dengan akarnya. Dalam sebagian kasus gigi ini lebih baik
dipecah.Bila akan melakukan pencabutan berganda, maka kemungkinan terjadinya fraktur pada
lapisan tulang labial pada saat caninus di cabut dapat berkurang dengan mencabut gigi ini sebelum
gigi insisivus lateral dan premolar pertamanya, karena pencabutan terlebih dahulu pada gigi
insisivus lateral dan premolar akan melemahkan lapisan tulang labial.
Premolar pertama rahang atas memilki dua akra kecil yang mungkin membengkok dan meregang.
Dan selama pencabutan sering terjadi fraktur.
Pencabutan Gigi geligi Rahang Bawah
11
Incisivus rahang bawah memiliki akar-akar yang kecil dan rata pada bagian sampingnya(pipih).Gigi
geligi ini mungkin sangat mudah untuk dicabut tapi kadang-kadang juga sangat rapuh, sehingga
harus digunakan tang dengan blade yang kecil.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, sering dapat di permudah dengan menggoyangkannya
dengan bein lurus.
Akar dari caninus rahang bawah lebih panjang dan lebih kokoh daripada akar gigi tetangganya.
Apeknya sering memiliki inklinasi ke distal. Harus dgnkan sbh tang dengan blade yang lebih lebar
dan penggunaannya pada gigi memerlukan kecermatan yang tinggi.
Premolar rahang bawah memiliki akar” yang berbentuk runcing dan apeknya mungkin memiliki
inklinasi ke distal. Akar-akar premolar rahang bawah sering tertanam dalam tulang yang padat dan
jika terjadi fraktur selama pencabutan, biasanya harus dikeluarkan dengan jalan pembedahan.
Sepasang tang dengan blade yang cukup kecil untuk mendapatkan kontak dengan dua titik pada
akar harus digunakan secara hati-hati pada gigi tersebut.
Molar rahang bawah paling tepat dicabut dengan tang molar tapi banyak operator yang tidak
menggunakan tang ini oleh karena mereka menjumpai banyak kesulitan dalam memasukkan blade
yang lebar itu ke dalam membrane periodontal. Jika ia tidak bertindak hati-hati dalam mendorong
masuk blade ke dalam membrane periodontal sehingga massa akar dapat dipegang, maka mahkota
gigi itu akan hancur di dalam tang.
Pencabutan gigi geligi susu
Sementara pencabutan gigi geligi aanterior ini biasanmya sangatlah mudah bila menggunakan
tehnik dasar, tapi pencabutan terhadap gigi molar pertama san molar kedua susu kadang-kadang
lebih sulit daripada gigi permanen penggantinya. Kesulitan ini ditimbulkan oleh gabungan dari
beberapa factor.mulut yang kecil dan memberikan jalan masuk terbatas, dan gigi premolar yang
sedang di bentuk terdapat diantara akar-akar gigi susu pendahulunya
Tehnik pencabutan gigi geligi susu ini pada dasarnya sama dengan tehnik yang digunakan dalam
pencabutan terhadap gigi geligi permanen. Yang penting terutama bila menggunakan tang, adalah
memastikan bahwa bladenya cukup kecil agar dapat masuk ke dalam membrane periodontal dan
blade ini digunakan pada akar.
Pencabutan Trans-Alveolar
Metode pencabutan ini terdiri dari pemisahan gigi atau akar dari perlekatannya dengan tulang.
Metode ini sering disebut dengan metode “terbuka” atau metode “pembedahan”. Namun karena
semua pencabutan yang dilakukan merupakan suatu prosedur bedah, maka nama yang lebih baik
dan lebih akurat adalah pencabutan :trans-alveolar”, dan metode ini harus digunakan bila terdapat
12
salah satu dari indikasi-indikasi berikut ini :
Setiap gigi yang tidak dapat dicabut dengan pencabutan intra-alveolar dengan menggunakan gaya
yang cukup besar.
Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar
yang berhubungan dengan sinus maksilaris
Riwayat pencabutan-pencabutan yang sulit
Setiap gigi dengan restorasi yang cukup besar , terutama bila akarnya telah diisi atau tak berpulpa
Gigi geligi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
Gigi geligi yang m,engalami geminasi atau dilaserasi
Gigi geligi yang secara roentgenologis menunjukkan pola-pola akar yang rumit, atau akar –akar
dengan arah lintasan pengeluaran yang tidak menguntungkan atau rumit.
Bila akan dicabut pemasangan gigi tiruan segera atau sesaat setelah pencabutan.
Setelah memutuskan akan menggunakan metode “trans-alveolar” untuk mencabut sebuah gigi atau
akar, jenis anastesi yang akan digunakan harus ditetapkan, dan rencana secara keseluruhan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan serta menghindari atau menghadapi setiap komplikasi-komplikasi
yang mungkin terjadi harus disusun.komponen-komponen yang penting dari rencana semacam ini
adalah bentuk flap mukopeiostealnya, metode yang akan digunakanuntuk mengeluarkan gigi atau
akar-akar dari soketnya , dan pengambilan tulang yang dibutuhkan untuk memudahkannya.
3.2.2 Instrumen Untuk Eksodonsia
Tiap dokter gigi memiliki instrument favorit dan ini menyebabkan kesulitan dalam penyusunan alat-
alat yang dipergunakan . Mahasiswa yang sedang belajar melakukan pencabutan gigi, harus dilatih
menggunakan instrument yang terbatas pada tahap pertama. Untuk itu amatlah baik bila digunakan
instrument dasar dan meskipun para pembimbing mungkin memiliki pandangan yang berbeda
tentang komposisi satu perangkat instrument, kebanyakan menyetujui penggunaan instrument baja
tahan karat karena kepraktisannya.
Peralatan modern yang dianjurkan untuk tujuan ini secara mudahnya digolongkan menjadi dua
golongan yaitu tang dan elevator,
Tang Pencabut Gigi
Untuk Gigi Tetap Nomor
Tang akar gigi bawah (kecil) 74n
Tang akar gigi bawah (besar) 137
Tang mahkota gigi molar bawah 73
Tang atas lurus (kecil) 29
Tang atas lurus (besar) 2
13
Tang premolar atas (read) 76s
Tang premolar atas (kecil) 147
Tang mahkota gigi molar atas (kiri dan kanan) 94 dan 95
Tang bayonet atas 101
Untuk Gigi Sulung
Tang atas lurus 163
Tang akar gigi atas lurus 159
Tang mahkota gigi molar atas 157
Tang akar gigi bawah 162
Tang mahkota gigi molar atas 160
Elevator
Bentuk Warwick James (kiri dan kanan)
Bentuk Cryer 30/31 (kiri dan kanan)
Bentuk Lindo Levien (besar, sedang dan kecil)
Mouth gag dengan lidah Ferguson
Pengganjal gigi McKesson (1 set terdiri dari 3 buah)
3.2.3 Indikasi, Kontraindikasi Dan Komplikasi Eksodonsia
Indikasi
Beberapa Indikasi pencabutan gigi :
1. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh secara
tidak normal.
2. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.
3. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan gigi yang tidak sehat dapat
menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
4. Gigi yang tidak dapat dirawat secara endodontik/restorasi, gigi yang tidak bisa lagi dirawat
misalnya; tambal, perawatan saluran akar.
5. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi ini jelas akan membuat
rasa sakit berkelanjutan pada penderita hingga gigi tersebut menjadi non vital atau mati.
14
6. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya jaringan ikat seperti
pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.
7. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis fraktur tulang alveolar,
kondisi ini sama dengan gigi pada fraktur pada akar.
8. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik, biasanya hal ini merupakan
perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan pencabutan gigi untuk
mendapatkan ruangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.
9. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan pasien untuk dicabut giginya, dengan pertimbangan
'langsung' menghilangkan keluhan sakit giginya, walaupun gigi tersebut masih dirawat secara utuh.
Kontraindikasi
Untuk mendukung diagnosa yang benar dan tepat serta menyusun rencana perawatan yang tidak
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan, maka sebelum dilakukan tindakan eksodonsi atau
tindakan bedah lainnya harus dipersiapkan dahulu suatu pemeriksaan yang teliti dan lengkap. Yaitu
dengan pertanyaan adakah kontra indikasi eksodonsi atau tindakan bedah lainnya yang disebabkan
oleh faktor lokal atau sistemik.
Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter spesialis akan memberi ijin atau menanti
keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi
yang membahayakan bagi jiwa penderita.
Kontra Indikasi Sistemik
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk
dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi
pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut,
eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter
ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk
menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah
pencabutan gigi.
Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar insulin yang
mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus digolongkan menjadi:
Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).
Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang predisposisi antigen
HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di bawah 40 tahun.
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih sering terjadi
pada umur di atas 40 tahun.
15
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan menggunakan
anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau hipoglikemik oral. Pasien diabetes
tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian insulin seperti biasanya sebelum dilakukan
pembedahan; dan makan karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk
pasien ini adalah pagi hari sesudah makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang
sering disebabkan oleh karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu
sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan kemungkinan pasien harus
rawat inap.
Diabetes dan Infeksi
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk
pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami
penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian
antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat defisiensi leukosit
polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis
karena hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan
pengontrolan diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat
kehilangan berat badan yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan
kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita
diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia) lebih sering
terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang sering terlihat adalah hipoglikemia, yang dapat timbul
sangat cepat apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin dengan asupan karbohidrat
yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya berkembang setelah beberapa hari. Pasien yang
menderita hipoglikemia menunjukkan tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah.
Dengan pemberian glukosa secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan mudah
membaik. Kegagalan untuk merawat kondisi ini akan mengakibatkan kekejangan, koma, dan
mungkin menyebabkan kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan
cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).
Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena tidak
ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin
merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon selama
16
pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus yang
meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup dapat
menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan
dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud untuk scaling
kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah,
dan kadar gula darahnya. Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi
dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi, pencabutan
gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu kontraindikasi waktu
hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari saja kecuali kasus akut
(politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius dan antibiotic, (ada daftarnya mana
yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA) sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak
dianjurkan). Kalau memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan
posisi tidurnya jangan terlalu baring, karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus, maka
sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau tim
resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa dilakukan dengan baik dan aman di
praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan psikologisnya yang
biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di konsulkan
dulu ke dokter obsgin-nya.
Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui riwayat
kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan pasien. Jika
ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan
vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena itu,
diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini
dimaksudkan untuk mendukung diagnosa sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang
tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di
sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam
penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan
17
berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu
yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang
membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah
dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan
sesudah eksodonsi dilakukan.
Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi merupakan
keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya tahan kapiler
abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah
keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau pengalaman
pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan
waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam
darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
• tanda2 anemia à pucat, jantung berdesir, tknn drh rendah
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
18
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki
kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer
yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan
karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah.
Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade
dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya
membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B
(penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi
kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan
seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita
Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga
terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung
vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat
antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan
perdarahan.
Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut bronzed
19
skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat
pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu
perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan gigi
sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan
premediksi dahulu dengan vitamin K.
AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati, sering
lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-macam
manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan
neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi
berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada jaringan
mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah.Bila pasien sudah terinfeksi dan
memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila
belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini pada
pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion
(waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker, kacamata, penutup
wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV.
Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya
tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.
Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan nefritis
bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli
sebelum melakukan eksodonsi.
Malignansi Oral
Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan mempunyai aktivitas yang
rendah sehingga daya resisten kurang terhadap suatu infeksi. Eksodonsia yang dilakukan di daerah
ini banyak yang diikuti osteoradionekrosis rahang ( Archer, 1966 ). Apabila perawatan rad iasi
memang terpaksa harus dikerjakan sehubungan dengan malignansi tersebut maka sebaiknya semua
gigi pada daerah yang akan terkena radiasi dicabut sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang
berpendapat bahwa semua gigi yang masih ada di daerah itu, dibuang bersih dahulu sebelum
20
penderita menerima radiasi yang berat.
Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan alveolektomi seluruh processus alveolaris
sejauh sepertiga dekat apeks lubang alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar pada daerah yang
akan dikerjakan operasi dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan mukobukal atau lipatam labial.
Semua tulang labial atau bukal diambil dengan menggunakan chisel dan mallet. Pengambilan tulang
tersebut meliputi daerah akar dan interseptal, dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai
bone rongers, chisel, bone burs yang besar , kikir bulat. Semua tulang alveolus yang tinggal dan
tulang kortikal bagian lingual diambil dengan meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus.
Kemudian flaps yang berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps dapat bertemu dengan
baik, tanpa terdapat teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan perawatan radiasi dapat dimulai
dalam waktu seminggu.
Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock anafilaksis apabila
diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang dokter gigi perlu melakukan
anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan pemicu alergi.
Toxic Goiter
Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan palpitasi , keringat keluar
berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata
melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan
menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.
Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-tandanya
yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan eksodonsi,
karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
Kontra Indikasi Lokal
Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut jaringan
di sekitar gigi.
Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau
fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau
streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
21
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang terpendam
(gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul
sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan
menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di
sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi,
leher, dan rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari gigi
di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus)
terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami
pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga
hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di dalam
sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut :
¨ Nyeri, sakit di sekitar wajah
¨ Hidung tersumbat
¨ Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
¨ Kurang peka terhadap bau dan rasa
¨ Eritem di sekitar lokasi sinus
¨ Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
Radiasi
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang
berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan
septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan tanda-
tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah. Infeksi
dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk
terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan
sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
22
Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak cukupnya perfusi
jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas kadangkala
disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome =
SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua
atau lebih keadaan sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3
Komplikasi
Pendarahan (individu dengan penyakit hati pasien yang menrima terapi antikoagulan, pasien yang
minum aspirindosis tinggi: cek lab dan kerja sama dengan dokter spesialis
penanganan : menghindari pembuluh darah, mengetahui anatomi
regio resiko tinggi: palatum, a. Palatina mayor, vestikulum bukal M bawah, a.fasialis, regio
mandibula anterior, vaskularisasi melimpah
tekanan dan klem: penanganan awal perdarahan arteri adalah dengan penekanan langsung dengan
jari kasa darah deras , diklem dengan mehostat
Fraktur: disebabkan oleh tekanan berlebihan dan tidak terkontrol (fraktur ujung akar / foramen,
fraktur minor / mayor procalupolaris fraktur mandi bula)
Cedera jaringnan lunak
lecet : kesalahan teknik flap
luka besar bibir yang teranestasi tertekan handpiece: aplikas salip antibiotik / strtoid
empiseme sulokutan
Cidera saraf
ex: N linguasi paling sering cidera karena pencabutan m3 bawah yang implikasi
terapi: dekompresi, eksisi den anastomosis ulang
3.2.4 Perbedaan Eksodonsia Pada Gigi Sulung Dan Gigi Permanen
Pencabutan Gigi Susu
Pencabutan gigi susu atas : Gigi susu bisa dicabut dengan menggunakan tang (#150 atau #151
(#150 S atau # 151 S). Gigi molar susu atas mempunyai akar yang memancar,yang menyulitkan
pencabutannya. Apabila masalah tersebut ditambah dengan adanya resorpsi maka tekanan
berlebihan sebaiknya dihindari. Seperti pada pencabutan semua gigi atas, digunakan pinch grasp
dan telapak menghadap keatas.
23
Pencabutan gigi susu bawah : Untuk pencabutan gigi molar susu, digunakan tang #151 dengan sling
grasp, seperti pada gigi molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar resopsi yang divergen.
Pertimbangan utama pada pencabutan gigi susu adalah menghindari cedera pada gigi permanen
yang sedang berkembang. Misalnya tang #23 (crownHorn), bukan merupakan pilihan yang cocok
untuk molar bawah susu. Apabila diperkirakan akan terjadi cedera selama pencabutan dengan tang,
sebaiknya direncanakan pembedahan dan pemotongan gigi susu. Resorpsi akar menimbulkan
masalah dalam apakah akar ini sudah keluar semuanya atau belum. Apabila ada keraguan,
sebaiknya dilakukan foto rontgen. Sedangkan apabila pengambilan fraktur akar dianggap
membahayakan gigi permanen penggantinya, pencabutan gigi sebaiknya ditunda karena rasio
manfaat / resiko tidak menguntungkan.
Meskipun pencabutan gigi anterior susu biasanya amat mudah dilakukan dengan teknik dasar
pencabutan gigi. Gigi posterior susu terkadang lebih sulit dicabut daripada gigi tetap penggantinya.
Beberapa faktor berkombinasi menyebabkan kesulitan ini. Mulut anak kecil dan akses terbatas serta
gigi premolar yang sedang terbentuk terletak dikitari akar gigi susu sehingga dapat rusak bila gigi
molar susu diatasnya dicabut. Gigi molar susu tidak memiliki massa akar dan karies yang kadang
meluas hingga ke akar gigi membuatnya sulit untuk dipegang dengan tang. Resorpsi akar gigi pada
gigi geligi campuran tidak terjadi dalam pola yang teratur dari apeks ke mahkota gigi. Sering bagian
samping dari akar gigi teresopsi dan secara tidak sengaja menahan fragmen akar gigi.
Teknik pencabutan gigi susu pada dasarnya dalah sama seperti teknik yang dipergunakan untuk
mencabut gigi tetap. Yang amat penting adalah ketika mengaplikasikan tang harus yakin bahwa
bilah tang cukup kecil untuk melewati membrane periodontal dan bahwa bilah benar diaplikasikan
pada akar gigi. Bila tang hanya ditempatkan pada sisi bukal dan lingual dari gigi dan dipaksakan
masuk kedalam jaringan benih gigi tetap pengganti dapat menjadi rusak. Gerakan kearah lingual
yang kuat biasanya menyebabkan gigi muncul dari soketnya dan dapat dicabut dengan gerakan
kebukal dan rotasi kedepan. Lebih baik meninggalkan patahan fragmen akar gigi susu yang kecil
yang akan mengalami resopsi atau eksfoliasi daripada merusak atau mengubah posisi benih gigi
tetap pengganti dalam upaya menenemukan lokasi dan mengambil fragmen akar gigi susu tadi.
Keputusan untuk mengambil akar gigi tersebut, jaringan lunak harus cukup terbuka sehingga
operator dapat melihat jelas hubungan benih gigi tetaP pengganti dan memmungkinkan operator
mengeluarkan fragmen akar gigi tadi dengan melihat langsung.
Sewaktu mengaplikasikan bilah tang pada akar yang mengalami karies didaerah gusi harus
disadaribahwa gusi cenderung untuk tumbuh masuk ke dalam gigi tersebut, sehingga bagian tepi
akar gigi tersebut sebaiknya benar-benar terlihat. Akar gigi susu yang tidak dpat dipegang dengan
tang, harus digoyangkan kedalam kearah gigi tetap yang sedang bertumbuh menggunakan elevator
Warwick James, dengan memakai dinding soket sebagai tumpuan. Akar gigi susu yang dicabut
24
harus diperiksa untuk memeriksa bahwa pencabutan telah sempurna. Permukaan gigi yang patah
terasa rata dan mengkilap dengan tepi yang tajam, akar yang mengalami resopsi biasanya kasar
dengan tepi tidak berbentuk tidak teratur.
Pencabutan Gigi Permanen
Pencabutan gigi geligi atas
Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan hanya dengan
gerakan rotasi saja. Insisivus kedua memiliki akar gigi yang yang lebih ramping dan sering datar
pada permukaan distal dan mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus benar-
benar masuk ke dalam akar gigi sebelum memberikan tekanan pada gigi.
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang berbentuk
segitiga. Beberapa tang kaninus memiliki bilah tang yang terlalu lebar untuk membentuk ’ kontak
dua titik’, jika diaplikasikan dengan benar pada akar gigi.
Premolar pertama atas memiliki dua akar gigi yang kecil, yang melengkung atau divergen dan
fraktur dapat terjadi selama pencabutan.
Pada mulut dengan gigi yang berjejal, gigi premolar kedua atas sering keluar dari lengkung gigi.
Pada beberapa kasus gigi tersebut dipegang dalam arah mesiodistal dengan tang yang dipegang
menyilang lengkung gigi dan pencabutan dilakukan, berarti pencabutan gigi ini harus dengan
pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan, haruslah
hati-hati untuk memastikan bahwa bilah tangbenar-benar masuk kemembran periodontal sehingga
dapat memegang masa akar gigi. Pada beberapa kasus, diindikasikan pencabutan transalveolar
dengan pemecahan akar gigi.
Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota gigi
terletak lebih posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi tang.dan bila mulut pasien
membuka terlalu lebar, prosesus koronoid dapat mengganggu masuknya tang dan menambah
kesulitan. Namun, bila pasien menutup separuh mulut dan tang bayonet atau tang
premolardigunakan, biasanya gigi dapat dipegang dengan benar, dan dengan tekanan kearah bukal
sudah dapat mengeluarkannya. Gerakan kearah bukal ini dapat dilakukan apabila pasien
menggerakan mandibulanya kesisi pencabutan, sehingga menggerakan procesus koronoid keluar
dari daerah operasi. Pada banyak kasus, akar gigi ini memiliki bentuk konus yang sederhana , tapi
terkadang bentuk akar menjadi lebih rumit sehingga menghambat pencabutan dengan tang dan
25
untuk kasus ini diindikasikan pencabutan dengan pembedahan.
Pencabutan gigi geligi bawah
Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat dengan
mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh. Tang dengan bilah kecil harus digunakan. Pencabutan
dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya menggunakan
elevator atau bein lurus.
Akar gigi dari kaninus bawah lebih panjang dan lebih besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya
terkadangmiring kedistal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus digunakan dan diaplikasikan
dengan cermat pada gigi.
Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil kebawah dan apeksnyadapat miring
kedistal. Akar gigi premolar bawah akarnya sering tertanam pada tulang yang padat dan apabila
fraktur selama pencabutan gigi biasanya dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Tang
dengan bilah kecil dengan menghasilkan ‘ kontak 2 titik’ pada akar, harus diaplikasikan dengan
hati-hati. Gerakan pertama harus kuat tapi perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi premolar
kedua saja, gerakan pertama yang harus dilakukan adalah rotasi. Bila terasa ada tahanan pada rotasi.
Bila terasa ada tahanan pada’rotasi pertama’ jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang lebih
klasik yaitu gerakan kelateral. Bila pencabutan drngan gerakan rotasi tetap diteruskan, fraktur akar
berbentuk spiral dapat terjadi dan meninggalkan patahan akar gigi yang sulit dikeluarkan.
Gigi molar bawah paling bagus dicabut dengan tang molar, tapi banyak operator tidak
menggunakan tang ini karena mereka ,erasa lebih sulit memasukkan bilah tang membrane
periodontal tidak dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi dapat hancur akibat terjepit oleh tang.
Pada pencabutan gigi dengan karies gigi yang amat besar, banyak dokter gigi lebih suka
mengaplikasikan tang pada akar gigi daripada bagian mahkota gigi yang lebih sehat. Gigi ini sering
digoyangkan dengan tekanan kearah bukolingual dan paling baik dicabut dengan tambahan gerak
rotasi. Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga bawah, terkadang dapat dibantu dengan aplikasi
elevator pada sebelah mesial sebelum aplikasi tang. Teknik ini seharusnya tidak dilakukan selama
pencabutan dengan tang gigi molar pertama tetap bawah karena dengan pola akar berbeda premolar
kedua, perlekatan gigi premolar kedua dapat rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui septum
interdental. Bentuk akar dari gigi molar ketiga bawahtetap amat bervariasi sehingga harus dibuat
pemotretan radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun gigi tersebut erupsi penuh. Dalam
banyak kasus, gigi ini lebih baik dibedah dari perlekatannya.
3.2.5 Perbedaan Tindakan Eksodonsi pada Mandibula dan Maksila serta Regio-regionya
Pengaturan Umum
26
Posisi Operator. Untuk mencabut semua gigi kecuali gigi molar kanan bawah, premolar dan
kaninus, operator berdiri pada samping tangan pasien, seperti gambar A. Untuk pencabutan gigi
kanan bawah dengan metode intra-alveolar, operator harus di belakang pasien seperti gambar C.
Terkadang operator harus berdiri lebih tinggi dengan menginjak suatu kursi kecil supaya
memperoleh posisi kerja optimal.
Tinggi Kursi Pasien. Ini adalah pertimbangan penting yang terkadang diabaikan. Bila daerah
pencabutan terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi operator, berarti operator bekerja pada keadaan
mekanis yang tidak menguntungkan dan dalam posisi yang melelahkan serta tidak nyaman.
Bila hendak dilakukan pencabutan gigi atas, kursi pasien harus disesuaikan sehingga daerah kerja
lebih kurang 8 cm di bawah bahu operator (gambar A). Selama pencabutan gigi bawah, tinggi kursi
pasien harus diatur sehingga gigi yang akan dicabut lebih kurang 16 cm di bawah siku operator
(gambar B). Bila operator berdiri di belakang pasien (gambar C), kursi pasien harus direndahkan
secukupnya agar dokter gigi dapat melihat jelas daerah kerja dan memperoleh posisi kerja yang
nyaman. Hal ini dapat diperoleh bila dokter gigi menggunakan kotak pijakan khususnya untuk
pasien yang tinggi.
Lampu. Walaupun agak berlebihan untuk mnegatakan bahwa pencahayaan yang baik pada daerah
kerja adalah mutlak untuk keberhasilan pencabutan gigi, kegagalan memperoleh penerangan yang
cukup pada daerah kerja adalah kesalahan yang biasa terjadi, dan merupakan alasan utama
kegagalan sejumlah pencabutan gigi.
Dokter gigi harus mencoba untuk melakukan pekerjaan dalam suasana yang tenang, efisien, tidak
terburu-buru, dan sesuai dengan metode. Ini, bersamaan dengan dorongan yang simpatik, akan
banyak berpengaruh dalam memperoleh kerjasama dan kepercayaan dari pasien. Operator harus
mencegah timbulnya kekhawatiran dari pihak pasien dengan hanya menunjukkan instrumen bila
tidak lagi dapat disembunyikan. Ia harus berpijak stabil selama prosedur perawatan dan harus yakin
bahwa sepatu maupun lantai yang dipijaknya tidak mengganggu keseimbangan tubuh.
Pencabutan dengan Tang
Pencabutan Gigi Geligi Atas
Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan hanya dengan
gerakan rotasi saja.
Insisivus kedua memiliki akar gigi yang lebih ramping dan sering datar pada permukaan distal dan
mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus benar-benar masuk ke dalam akar
gigi sebelum memberikan tekanan pada gigi.
27
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat dengan potongan melintang berbentuk segitiga.
Beberapa tang kaninus memiliki bilah yang terlalu lebar untuk membentuk ‘kontak dua titik’, jika
diaplikasijan dengan benar pada akar gigi. Pada banyak kasus, gigi ini lebih baik dibelah. Bila
pencabutan multipel dilakukan, kemungkinan patahnya pelat tulang alveolar sebelah labial sewaktu
mencabut gigi kaninus dapat dikurangi dengan mencabut gigi ini sebelum pencabutan gigi insisivus
kedua dan gigi premolar pertama akan melemahkan pelat tulang alveolar sebelah labial.
Premolar pertama atas memiliki dua akar yang kecil, yang melengkung atau divergen, dan fraktur
dapat terjadi selama pencabutan. Pada beberapa kasus, sumbu panjang gigi semakin ke atas semakin
miring ke medial, apeksnya lebih dekat dengan gigi kaninus daripada apeks gigi premolar kedua.
Inklinasi gigi perlu diperhatikan dan berhati-hatilah ketika menempatkan bilah tang yang kecil
sepanjang sumbu panjang gigi.
Sering dianjurkan agar gigi ini ditarik, tapi pada praktiknya gerakan ke lateral sering diperlukan
untuk mengeluarkan gigi dengan akar pipih yang divergen. Bila lebih dominan dilakukan gerakan
lateral dalam arah ke bukal dan terjadi fraktur akar gigi, akar palatal biasanya dapat dikeluarkan
semuanya, meninggalkan akar bukal yang lebih mudah untuk dikeluarkan dengan pembedahan. Bila
gigi telah nekrosis atau memiliki restorasi yang besar, atau bila pasien mempunyai riwayat kesulitan
dalam pencabutan gigi, teknik transalveolar merupakan indikasi. Bila molar pertama atas tetap telah
hilang, gigi premolar atas dapat miring ke distal dan rotasi pada akar palatalnya. Rotasi ini, dan juga
kemiringan, harus dipertimbangkan dengan cermat bila mengaplikasikan bilah tang pada gigi.
Gigi premolar kedua sering keluar dari lengkung rahang pada mulut dengan gigi yang berjejal. Pada
beberapa kasus gigi tersebut dapat dipegang dalam arah mesiodistal dengan tang yang dipegang
menyilang lengkung gigi, dan pencabutan gigi ini harus dengan pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan, haruslah
hati-hati untuk memastikan bahwa bilah tang benar-benar masuk ke membran periodontal sehingga
dapat memegang massa akar gigi. Pada beberapa kasus, diindikasikan pencabutan transalveola
dengan pemecahan akar gigi.
Bila gigi molar pertama telah hilang, dan gigi molar atas lainnya migrasi, gigi tersebut cenderung
rotasi pada akar palatal dan miring ke mesial. Atau pada beberapa kasus, posisi massa akar molar
kedua atas oblik terhadap mahkota gigi, sehingga disebut ‘akar molar oblik’. Pada kedua keadaan
tersebut, dapat massa akar sulit atau tidak mungkin dipegang dengan tang molar; maka tang
premolar atas harus digunakan, dengan bilah bukal ditempatkan hati-hati pada akar mesiobukal atau
distobukal, tetapi jangan di antaranya.
Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota gigi
terletak lebih posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi tang, dan bila mulut pasien
membuka terlalu melebar, prosesus koronoid dapat mengganggu masuknya tang dan menambah
28
kesulitan. Namun, bila pasien menutup separuh mulut dan tang bayonet atau tang premolar
digunakan, biasanya gigi dapat dipegang dengan benar, dan dengan tekanan ke arah bukal sudah
dapat mengeluarkannya. Gerakan ke arah bukal ini dapat dilakukan bila pasien menggerakkan
mandibulanya ke sisi pencabutan, sehingga menggerakkan prosesus koronoid keluar dari daerah
operasi. Pada banyak kasus, akar gigi ini memiliki konus yang sederhana, tapi terkadang bentuk
akar menjadi lebih rumit, sehingga menghambat pencabutan dengan tang, dan untuk kasus ini
diindikasikan pencabutan dengan pembedahan.
Jangan mencoba mengaplikasikan tang pada gigi molar ketiga atas yang erupsi sebagian atau pada
akar gigi posterior atas kecuali bila kedua permukaan bukal dan lingual terlihat jelas. Bila tekanan
diaplikasikan ke arah atas, gigi atau akar gigi dapat masuk ke dalam sinus maksilaris.
Pencabutan Gigi Geligi Bawah
Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat dengan
mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh. Tang dengan bilah kecil harus digunakan.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya
menggunakan elevator/bein lurus.
Akar dari kaninus bawah lebih panjang dab lebih besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya
terkadang miring ke distal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus digunakan dan diaplikasikan
dengan cermat pada gigi.
Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil ke bawah dan apeksnya dapat miring ke
distal. Akar gigi premolar bawah sering tertanam dalam tulang yang padat dan bila fraktur selama
pencabutan gigi biasanya diperlukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Tang dengan bilah kecil
yang menghasilkan ‘kontak dua titik’ pada akar, harus diaplikasikan dengan hati-hati. Gerakan
pertama harus kuat tapi perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi premolar kedua saja, gerakan
pertama adalah rotasi. Bila terasa tekanan pada rotasi pertama , jangan dipaksakan dan cobalah
gerakan yang lebih klasik, yaitu gerakan ke lateral. Bila usaha pencabutan dengan gerakan rotasi
tetap diteruskan, fraktur akar berbentuk spiral dapat terjadi, dan meninggalkan patahan akar gigi
yang sulit dikeluarkan.
Gigi molar bawah paling baik dicabut dengan menggunakan tang molar, tatapi banyak operator
tidak menggunakan tang ini karena mereka lebih sulit memasukkan bilah tang yang lebih lebar ke
dalam membran periodontal. Jika penekanan bilah tang ke dalam membran periodontal tidak
dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi dapat hancur akibat terjepit oleh tang. Pada pencabutan
gigi dengan karies yang amat besar, banyak dokter gigi lebih suka mengaplikasikan tang pada aka
gigi daripada bagian mahkota gigi yang lebih sehat. Gigi ini sering digoyangkan dengan tekanan ke
arah bukolingal dan paling baik dicabut dengan tambahan gerak rotasi. Pencabutan gigi molar
kedua dan ketiga bawah terkadang dapat dibantu dengan aplikasi elevator pada sebelah mesial
29
sebelum aplikasi tang. Teknik ini seharusnya tidak dilakukan selama pencabutan gigi molar pertama
bawah tetap karena dengan pola akar yang berbeda dengan gigi premolar kedua, perlekatan gigi
premolar kedua dapat rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui septum interdental. Bentuk akar
dari gigi molar ketiga bawah tetap amat bervariasi sehingga harus dibuat pemotretan radiografi
sebelum pencabutan gigi, meskipun gigi tersebut erupsi penuh. Dalam banyak kasus, gigi ini lebih
baik dibedah dari perlekatannya.
3.2.6 Penatalaksanaan Bedah
Diagnosis dan Rencana Perawatan
Anamnesis untuk memperoleh riwayat secara lengkap dan pemeriksaan klinis yang didukung oleh
metode pemeriksaan tertentu bila perlu, memungkinkan diduganya kesulitan yang bakal terjadi, dan
komplikasi serta menetapkan pilihan teknik pencabutan yang tepat.
Keputusan yang perlu diambil sehubungan dengan pembedahan
Pasien rawat jalan atau rawat inap, ditentukan oleh
Kondisi pasien
Kemungkinan lamanya operasi
Indikasi jenis anastesi
Apakah perlu kesiapan khusus?
–instruksi kepada pasien
- apakah perlu pemberian pramedikasi?
- apakah perlu pemberian nantibotik terlebih dahulu ?
- apakah dipetlukan bentukk perawatan medis yang lain (seperti antikonvulsi, insulin, antikoagulan
atau terapi steroid?
Pada saat operasi
Yakin bahwa semua instrument yang mungkin diperlukan sudah tersedia dan sudah steril (dengan
cara memikirkan tiap tahap prosedur dan mencatat daftar intrumen yang diperlukan untuk
melakukan tahap prosedur tadi)
Letakkan instrument dalam urutan seperti biasa pada baki steril atau pada trolley yang telah
didesinfeksi kering dengan bagian atasnya ditutup dengan lap steril.
Bila instrument yang dipergunakan mempunyai satu ujung, hanya tangkai instrument ygang boleh
disentuh.
Setelah digunakan, instrument harus dikembalikan ke tempat semula pada baki atau trolley. Bahan-
bahan yang kotor harus ditempatkan pada tempat yang terpisah.
Keperluan lain, penerangan yang cukup, asisten yang terampil, gambaran radiografis daerah
operasi, anastesi yg efektif, dan rencana operasi yang disusun untuk mengatasi kesulitan dan
30
menghindari komplikasi.
Pasca operasi
Resepkan analgesic seperlunya
Memberikan instruksi yang jelas sehubungan dengan
Kebersihan mulut,termasuk penggunaan kumur-kumur larutan saline hangat
Perdarahan, rasa sakit setelah dioperasi dan pembengkakan pasca operasi
Indikasi untuk perawatan darurat serta hal-hal yang perlu dilakukan
Buat janji untuk kanjungan berikutnya.