16
APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS PRODUK UNGGULAN AGROlNDUSTRl Oleh : Yani Iriani, MT. ABSTRAK Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan tools pendukung keputusan yang banvak digunakan pada berbagai organisasi, baik dunia bisnis maupun pemerintahan di seluruh dunia. AHP yang diperkenalkan oleh Dr. Thomas L. Saaty adalah teori yang bersifat umum. Hal ini dibuktikan dengan penggunaannya di berbagai bidang. Makalah ini akan menjelaskan aplikasinva pada proyek agroindustri komoditi hortikultura buah-buahan. Proyek agroindustri ini mempunyai keunikan yang disebabkan karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, mudah rusak, variabilitas dalam kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada proyek agroindustri, bahan baku masih merupakan biaya yang terbesar, sehingga pengadaannya sangat mempengaruhi ekonomi perusahaan terutama pada saat keadaan pasokan bahan baku tidak menentu yang mengakibatkan harga berfluktuasi. Formulasi permasalahan dalam makalah ini menggunakan AHP dengan berbagai kriteria yang dikembangkan. Adapun kriteria yang digunakan terhadap produk unggulan tersebut meliputi ketersediaan bahan baku, prospek pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk, kondisi produk saat ini, teknologi pengolahan produk, dampak lingkungan yang mungkin terjadi dan penerimaan masyarakat. Analisis prioritas produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan informasi bahwa produk rambutan dan mangga mempunyai prioritas utama.

APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

  • Upload
    buinhi

  • View
    239

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

PENENTUAN PRIORITAS PRODUK UNGGULAN AGROlNDUSTRl

Oleh : Yani Iriani, MT.

ABSTRAK

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan tools pendukung

keputusan yang banvak digunakan pada berbagai organisasi, baik dunia

bisnis maupun pemerintahan di seluruh dunia. AHP yang diperkenalkan

oleh Dr. Thomas L. Saaty adalah teori yang bersifat umum. Hal ini

dibuktikan dengan penggunaannya di berbagai bidang. Makalah ini akan

menjelaskan aplikasinva pada proyek agroindustri komoditi hortikultura

buah-buahan. Proyek agroindustri ini mempunyai keunikan yang

disebabkan karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, mudah

rusak, variabilitas dalam kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada

proyek agroindustri, bahan baku masih merupakan biaya yang terbesar,

sehingga pengadaannya sangat mempengaruhi ekonomi perusahaan

terutama pada saat keadaan pasokan bahan baku tidak menentu yang

mengakibatkan harga berfluktuasi.

Formulasi permasalahan dalam makalah ini menggunakan AHP dengan

berbagai kriteria yang dikembangkan. Adapun kriteria yang digunakan

terhadap produk unggulan tersebut meliputi ketersediaan bahan baku,

prospek pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk,

kondisi produk saat ini, teknologi pengolahan produk, dampak lingkungan

yang mungkin terjadi dan penerimaan masyarakat. Analisis prioritas

produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan informasi bahwa

produk rambutan dan mangga mempunyai prioritas utama.

Page 2: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

1. PENDAHULUAN

Era otonomi daerah rnerupakan era kemandirian untuk rnengelola dan

memanfaatkan sumber daya yang dirniliki daerah sehingga rnarnpu

rneningkatkan pembangunan tanpa harus tergantung pada pernerintah

pusat.

Dengan rnengembangkan potensi yang sesuai dengan daerah rnasing-

rnasing rnaka pemerintah daerah akan rnarnpu rnernberikan nilai tarnbah

terhadap potensi daerahnya,rnernberdayakan kernarnpuan

loka1,rnenciptakan struktur ekonorni yang tangguh, efisien dan fleksibel,

rneningkatkan penerirnaan devisa negara,rneningkatkan pendapatan dan

taraf hidup petani, rnenciptakan lapangan kerja serta mendorong

peningkatan pernbangunan pedesaan.

Salah satu hasil pertanian yang pernanfaatan dan pengolahannya belum

optimal adalah proyek agroindustri. Peningkatan pembangunan

agroindustri diharapkan rnampu rnenjamin pemanfaatan hasil pertanian

secara optimal dengan rnemberikan nilai tarnbah yang tinggi rnelalui

pernanfaatan, pengernbangan dan penguasaan teknologi pengolahan

dan rnelalui keterkaitan yang saling rnenguntungkan antara petani

produsen dengan industri kornoditi hortikultura buah - buahan telah

ditetapkan sebagai salah satu komoditi andalan yang akan

dikernbangkan ke arah agroindustri, karena dipandang sebagai surnber

perturnbuhan baru yang rnempunyai keterkaitan produksi ke hulu

rnaupun ke hilir. Untuk rnengernbangkan agroindustri hortikultura buah-

buahan yang kornpetitif perlu direncanakan lokasi dan produk-produk

unggulan yang marnpu bersaing di pasar dornestik dan internasional.

Produk unggulan mencakup pengertian rnemenuhi keinginan konsurnen,

Page 3: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

nilai tambah yang tinggi, dan memenuhi kelayakan tekno-ekonomi serta

mampu meningkatkan produktivitas pertanian.

Penetapan produk unggulan akan membawa konsekuensi pada penentu

kebijakan dari instansi yang terkait (DEPTAN, DEPERIND, DEPERDAG,

BKPM, BAPENAS) dan pelaku ekonomi yang terlibat dalam pengem-

bangan agroindustri hortikultura (Pengusaha, Koperasi dan BUMN).

Untuk pemecahan masalah yang kompleks ini, oleh karena itu diperlukan

suatu metodologi pengambilan keputusan yang menggunakan instrumen

metodologik yang mampu mengakomodasikan masalah yang

multikompleks dengan begitu banyak pihak terkait yang masing-masing

mempunyai persepsi dan kepentingan yang berbeda.mengenai

pengembangan produk unggulan agroindustri buah-buahan.

Sistem pengambilan keputusan (SPK) digunakan untuk menyediakan

informasi-informasi atau keputusan-keputusan yang diperlukan pengguna

untuk :

1. Memberikan alternatif daerah pemasaran ekspor yang berpotensi.

2. Memberikan alternatif produk-produk agroindustri yang mempunyai

prospek untuk dikembangkan.

3. Mengetahui potensi persediaan bahan baku buah segar

4. Mengetahui kelayakan usaha tani kebun

5. Mengetahui kelayakan finansial dari agroindustri yang mempunyai

prospek.

Pendekatan sistem yang diterapkan dalam sistem pengambilan

keputusan ini dilakukan dengan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan

pengguna yang berkepentingan dengan pengembangan agroindustri

(DEPERIND, BKPM, PEMDA, DEPERDAG, DEPTAN, Koperasi Petani ),

Page 4: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

Perbankan, Investor dan Pengusaha yang selanjutnya diformulasikan

dengan model-model keputusan integratif yang menyangkut aspek

pernasaran, produksi dan bahan baku.

Formulasi Masalah

Rancang Bangun sistern pengarnbilan keputusan produk unggulan

dimaksudkan sebagai salah satu jalan keluar untuk rnengatasi kendala-

kendala teknis dan manajernen dalarn upaya rnemanfaatkan

potensikornoditi hortikultura buah-buahan secara optimal. Permasalahan

dalam merancang bangun SPK ini adalah sebagai berikut:

1. Memodelkan pola dan kecenderungan permintaan pasar dalam dan

luar negeri terhadap produk agroindustri buah-buahan.

2. Memodelkan prioritas pengembangan produk agroindustri buah-

buahan.

3. Mernodelkan potensi persiapan bahan baku buah segar pada suatu

kawasan atau sentrasentra produksi.

4. Mernodelkan kelayakan usaha tani dan agroindustri yang telah

diprioritaskan

Tujuan Penelitian

Tujuan dari pernbuatan karya ilmiah ini adalah :

1. Menentukan prioritas lokasi dan produk unggulan unggulan

agroindustri buah-buahan.

2. Merancang bangun model SPK untuk pengembangan produk

unggulan agroindustri khususnya kornoditi buah-buahan.

Page 5: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

2. Tinjauan Pustaka

Menurut Turban (1993) Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah

suatu sistem Komputerisasi informasi yang menggunakan aturan-aturan

keputusan, basis model serta basis data yang diakoriadasikan dengan

pandangan atau kebutuhan pengguna.

Menurut Sparague et a/. (1989) konsep SPK pertama kali diperkenalkan

oleh Michael Scoot Moifon pada awal tahun 1970 an. Sistem ini dicirikan

dengan adanya aplikasi sistern interaktif berbasis komputer yang dapat

membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model

untuk memecahkan rnasalah-masalah yang tidak berstruktur.

Struktur dasar SPK adalah merupakan gambaran hubungan abstrak

antara tiga komponen utama penunjang keputusan, rneliputi (1)

pengambil keputusan atau pihak pengguna, (2) model, dan (3) data.

Ketiga komponen tersebut dihubungkan dalam suatu sistem transformasi

yang terdiri dari subsistem :

1. Sistem Manajemen Basis Data, mengatur aliran data dari berbagai

sumber yang dapat diubah clan dikendalikan serta dikreasikan.

2. Sistem Manajemen Basis Model, berfungsi memberikan fasilitas

pengelolaan komputasi pengembilan keputusan.

3. Sistem Manajemen Dialog, merupakan subsistem yang

berkomunikasi dengan pengguna Fungsinya adalah menerima

masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna.

4. Sistem Pengolahan Terpusat berfungsi mengkoordinasikan dan

mengendalikan operasi sistem penunjang keputusan. Sistem ini

menerirna masukan dari ketiga sub sistem lainnya dalam bentuk

baku dan menghasilkan keluaran yang dikehendaki dalam bentuk

yang baku pula.

Page 6: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

2.1 Metode AHP (Proses Hirarki Analitik)

Salah satu teknik yang dapat digunakan dalarn pengambilan keputusan

adalah proses hierarkhi analitik (Analitic Hierarchy Process) atau AHP.

Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini ditujukan

untuk memodelkan problema-problema tidak terstruktur dalam bidang

ekonomi, sosial maupun sains manajernen. Di samping itu pula, baik

digunakan dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-

pendapat sedemikian rupa, dirnana permasalahan yang ada telah

dinyatakan secara jelas, dievaluasi diperbincangkan dan diprioritaskan

untuk dikaji.

Hierarkhi adalah struktur suatu sistem, dimana fungsi hierarkhi antar

kornponen dan darnpaknya pada sistem secara keseluruhan dapat

dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan,

semuanya tersusun ke bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), turun ke

suatu sub tujuan (sub objektif), kemudian faktor-faktor pendorong yang

mempengaruhi sub tujuan tersebut, kemudian pelaku yang memberikan

dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku aktor dan kemudian kebijakan-

kebijakannya, lebih lanjut turun ke strategi-strateginya yang akhirnya

hasil dari strategi ini. Kemudian timbul pertanyaan yang berkaitan dengan

hierarkhi ini, antara lain bagaimana dan berapa besar suatu faktor

individu dari tingkat yang lebih rendah pada hierarkhi itu mempengaruhi

faktor puncak, yaitu tujuan utama (ultimate objective).

2.2 Agroindustri Hortikultura Buah- buahan

Definisi untuk istilah agroindustri, masih terdapat perbedaan persepsi

terutama bila dibincangkadengan agribisnis yang menurut L.Aziz (1993)

diartikan sebagai suatu sistem rneliputi kegiatan prapanen, panen. pasca

panen danpemasaran.

Page 7: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

Di Indonesia istilah agroindustri mulai populer pada tahun 1992 dan

sering dianggap sebagai salah satu sub sistem dari agribisnis secara

keseluruhan. Menurut Austin (1992) pada dasarnya agroindustri adalah

operasi-opersai pengolahan yang memproses bahan baku yang berasal

dari tumbuhan atau hewan. Proses pengolahan meliputi transformasi

cdan pengawetan secara fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan,

dan distribusi. Sifat proses clan tingkat transformasi dapat bervariasi

mulai dari pencucian, sortasi,pemotongan atau penggilingan,

pencampuran, pemasakan, hingga proses yang menyebabkan

perubahan kimia atau terstruktur.

Proyek agroindustri mempunyai keunikan yang disebabkan karakteristik

bahan baku yang bersifat musiman, mudah rusak, variabilitas: dalam

kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada proyek agroindustri, bahan

baku masih merupakan biaya yang terbesar, terutama pada saat

keadaan pasokan bahan baku tidak menentu.

Sebagai suatu sistem, agrodustri harus dipandang sebagai suatu sistem

yang mempunyai keterkaitan produksi, makro-mikro, institusional dan

internasional (Austin. 1992).

a. Keterkaitan produksi

Terdiri dari tahapan operasional yang diawali aliran bahan mulai dari

pemasok buah segar, kemudian diolah di pabrik, selanjutnya disalurkan

oleh distributor kepada pedagang besar dan eceran.

b. Keterkaitan Makro-mikro

Kebijakkan makro yang digulirkan oleh Pemerintah melalui berbagai

instrumen seperti pajak, kredit,subsidi, deregulasi, dan preteksi akan

Page 8: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

berdampak terhadap kegiatan pada tingkat mikro atau operasional

agroindustri dalam pernilihan teknologi, penetapan jurnlah produksi,

harga, dan kualitas. Kebijakkan makro harus didukung dengan peraturan

dan pelaksanaannya yang konsisten.

c. Keterkaitan lnstitusi

Meliputi keterkaitan antara organisasi agroindustri dengan instansi

pernerintah (PEMDA, DEPTAN, DEPPERIN, DEPDAG, BKPM), institusi

ekonomi (pe-masok, pembeli, penyalur) yang bentuk lernbaganya bisa

berupa. Koperasi Petani, Asosiasi Produsen, BUMN, Perusahaan

Multinasional, Pedagang Perantara, dan Lembaga Keuangan.

Keterkaitan tersebut sangat penting dalam pelaksanaan strategi

pengembangan dan pernbinaan agroindustri buahbuahan.

d. Keterkaitan lnternasional

Di tingkat internasioanal agroindustri akan dipengaruhi oleh perjanjian

internasional seperti WTO. kartel internasional regional clan peqanjian

bilateral yang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola

perdagangan internasional dan pasar domestik.

2.3. Pernodelan Sistern

Model dapat dipandang sebagai abstraksi dari suatu sistem yang

rnerupakan suatu prosedur yang diekspresikan dengan sirnbol atau

fungsi tertentu. Abstraksi sistem dapat diwakili berbagai model, tetapi

pada penelitian ini akan digunakan model rnatematik dalarn bentuk

program kornputer. Simulasi model rnerupakan suatu usaha untuk

mendapatkan ukuran kinerja suatu sistem dengan rnelakukan sampling

experiment pada model sistem selama periode waktu tertentu (Lee at al.,

1985 ).

Page 9: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

2.3 Sistem Penunjang Keputusan

Suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dibangun melalui tahapan

perancangan dan tahap konstruksi (Turban, 1993).

Perancangan awal sistem penunjang keputusan meliputi kegiatan:

1. Forrnulasi masalah dan penetapan tujuan sistem penunjang

keputusan

2. Menyelidiki kebutuhan pengguna dan sumber-sumber yang tersedia

(data, perangkat

lunak dan keras).

3. Mencari solusi bagaimana cara memenuhi kebutuhan pengguna.

4. Menganalisis pendekatan terbaik (optimal) antara kebutuhan sumber,

dan model normatif yang tersedia dengan kebutuhan pengguna.

Rancang bangun model sistem penunjang keputusan meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1. Perancangan manajemen dialog, basis model dan basis data.

2. Konstruksi paket model atau penggabungan dari manajemen dialog,

basis model dan basis data.

3. Uji coba teknis dari konstruksi paket model, untuk mengetahui apakah

konstruksi tersebut telah memenuhi spesifikasi teknis atau masih

memerlukan perbaikan dan penyempurnaan.

4. lmplementasi perangkat lunak yang siap dievaluasi dan di-

demostrasikan kepada pengguna.

Diagram alir dari fase rancang bangun model sistem penunjang

keputusan dapat dilihat pada gambar 1.

Page 10: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

PERENCANAAN : . - kobutuhan pong- Ounaan - formulael masnlah tujuan SPK

PERANCANGAN : manajemen dlalog - baslo model - basis data

KONSTRUKSI :

)

1 , 4 - y;;t program I

RISET : - pemenuhan ke. buluhan - rumber-number yeng tersedla

I - ujl coba teknis

tldak

lerlma

L

IMPLEMENTASI : - ull vaiidasl mods1 - demondrasl - evaluasi I

)

Gambar 1. Fase rancang bangun Slstern Penunjang Keputuaan (turban 1993)

ANALIBIS : J - pendekatan terbaik kebuluhen number - rnodsi normatif

Page 11: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

3. Pembahasan

3.1. Model Penentuan Lokasi Agroindustri

Penentuan lokasi industri dalam pengembangan agroindustri komoditi

hortikultura buah-buahan merupakan sebuah model yang dikembangkan

untuk menentukan prioritas lokasi industri komoditi hortikultura buah-

buahan. Model ini menggunakan perangkat lunak pendukung Team

Expert Choice 95, yaitu sebuah aplikasi yang digunakan untuk

penerapan teori penunjang keputusan proses hierarki analitik.

Tahap pertama penggunaan model ini adalah penentuan desain hierarki

yaitu dengan menentukan tujuan, kriteria dan alternatif. Hierarki terdiri

dari hierarki manfaat, hirarkhi kesempatan serta hirarkhi biaya dan resiko.

Tahap kedua yaitu memasukkan penilaian pendapat untuk menentukan

bobot kriteria dan bobot alternatif bagi masing-masing hierarki. Tahapan

akhir pada model ini adalah sintesis keseluruhan model dengan

menghitung rasio untuk keseluruhan hierarki.

Daerah pengembangan adalah daerah yang telah dipilih berdasarkan

beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan adalah kedekata'n dengan

bahan baku, kedekatan dengan daerah pemasaran, sarana dan

prasarana, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha (meliputi keamanan

dan penerimaan masyarakat) dan rencana ke depan perusahaan.

Penilaian pendapat menggunakan skala dalam proses hierarki analitik

yaitu menggunakan skala dari 1 sampai dengan 9.

Page 12: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

Tabel 1 : Hasil perhitungan analisa prioritas lokasi pengembangan

agroindustri untuk komoditi buah-buahan

Analisis selanjutnya adalah analisis yang menunjukkan pengambil

keputusan akan menghilangkan faktor resiko, ha1 ini pengambil

keputusan dalam kondisi optimistis. Hasil perhitungan pada kondisi

optimistis menunjukkan bahwa Kecamatan A yang pada kondisi normal

mempunyai urutan kedua menjadi urutan pertama dengan nilai 0,513722,

sedangkan daerah B dengan nilai 0,250184 berada pada urutan kedua.

Fenomena ini menunjukkan faktor resiko yang dihadapi di Kecarnatan A

lebih besar daripada di daerah B . Hasil perhitungan pesimistis

menunjukkan wilayah kecarnatan B tetap pada urutan pertama dalarn

pengembangan agroindustri komoditi hortikultura buah-buahan dengan,

nilai 0,487848, sedangkan daerah A mempunyai nilai 0,202878. Dengan

demikian pengambil keputusan akan mempertimbangkan apakah

memperhatikan faktor resiko dalam pengambilan keputusan atau dalam

keadaan normal, dengan demikian nilai ini akan membantu manajemen

memperkirakan keberhasilan pengembangan agroindustri horikultura

buah-buahan

No.

1.

2.

3.

4.

5.

Alter

natif

A

B

C

D

E

Nilai prioritas

Benefit

0.264

0.222

0.200

0.190

0.124

Opportunity

0.294

0.224

0.166

0.165

0.145

B*C/O*R

0.274

0.504

0.107

0.038

0.077

Cost

0.109

0.144

0.253

0.317

0.177

Risk

0.374

0.099

0.174

0.374

0.188

Page 13: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

3.2. Model Penentuan Produk Unggulan Agroindustri

Model penentuan produk akhir agroindustri komoditi hortikultura buah-

buahan rnerupakan sebuah model yang digunakan untuk rnenentukan

urutan prioritas produk unggulan buah-buahan yang potensial untuk

dikembangkan menjadi sebuah produk berbasis industri. Model ini

'rnenggunakan metode pemilihan proses hierarki analitik.

Berdasarkan kriteria yang diberikan setiap produk akan dilakukan

perbandingan berpasangan, dengan demikian pemilihan proses

pernilihan akan lebih rnendekati objektif. Masukan model berupa

penilaian pendapat menggunakan perbandingan berpasangan dengan

dua tahap penilaian yaitu pernbobotan pada kriteria dan pembobotan

pada alternatiflproduk akhir sesuai dengan kriteria masing-masing.

Pembobotan kriteria digunakan untuk rnengetahui kriteria yang paling

berpengaruh dalam pernilihan produk akhir. Kriteria yang digunakan

adalah ketersediaan bahan baku, prospek pernasaran yang akan datang

pada masing-masing produk, kondisi produk saat ini, teknologi

pengolahan produk, dampak lingkungan yang rnungkin terjadi dan

penerimaan masyarakat.

Penilaian pendapat dilakukan dalam ernpat jenis yaitu dilihat berdasarkan

manfaat, kesempatan mengembangkan produk, biaya yang akan

dikeluarkan, dan resiko dalam pengembangan produk akhir buah-buahan

ini. Hasil keluaran akhir merupakan kombinasi dari rasio penilaian

masing-masing hierarki terhadap produk unggulan.

Penilaian terhadap produk unggulan buah-buahan berdasarkan kriteria

seperti telah disebutkan di atas yaitu ketersediaan bahan baku, prospek

Page 14: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk, kondisi

produk saat ini, teknologi pengolahan produk, darnpak lingkungan yang

mungkin terjadi dan penerimaan rnasyarakat.

Tabel 2 : Hasil perhitungan analisa prioritas produk unggulan agroindustri

untuk kornoditi buah-buahan

4. Kesimpulan

Rangkaian kesatuan perencanaan industri rneliputi kesatuan tahapan

yang diterjemahkan dalam model-model pendukung keputusan industri

komoditi hortikulutura buah-buahan. Rangkaian ini meliputi penentuan

prioritas lokasi industri, penentuan prioritas produk unggulan buah-

buahan, penentuan perkiraan harga, penentuan perkiraan produksi,

penentuan kelayakan finansial, dan penentuan prioritas alternatif

pengembangan agroindustri buah-buahan. Di dalam tulisan yang dibahas

meliputi penentuan prioritas lokasi industri, penentuan prioritas produk

unggulan buah-buahan.

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Metode ini dapat dikembangkan dengan mengambil studi kasus wilayah

Provinsi Jawa Barat. Di daerah ini komoditas buah-buahan mempunyai

Alternatif

Mangga

Rambutan

Pepaya

Jeruk

Nenas

Pisang

Nilai prioritas

Benefit

0.403

0.238

0.141

0.076

0.075

0.068

Opportunity

0.31 8

0.125

0.146

0.127

0.208

0.076

Cost

0.079

0.144

0.162

0.170

0.203

0.223

Risk

0.190

0.122

0.142

0.251

0.133

0.163

B*C/O*R

0.461

0.258

0.137

0.034

0.088

0.0217

Page 15: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

prospek dengan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif

khususnya di bidang pertanian. Analisis prioritas lokasi industri

menunjukkan wilayahlalternatif B memberikan tingkat prioritas wilayah

yang paling potensial untuk pendirian agroindustri buah-buahan .

Analisis prioritas produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan

informasi bahwa prod& rambutan dan mangga mempunyai prioritas

utama. Hal ini dapat diupayakan lebih lanjut dalam peningkatan

diversifikasi produk akhir buah-buahan. Pengembangan produk juga

diimbangi dengan kajian kelayakan produk agroindustri buah-buahan,

yang meliputi kajian analisis kelayakan finansial mangga, rambutan,

jeruk pepaya, nenas dan pisang .

5. Saran

Dalam pemodelan sistem ini dan implementasinya memerlukan

pengkajian lebih lanjut, utamanya adalah kesatuan basis data dan basis

model. Penentuan berbagai prioritas baik pengembangan industri,

penentuan prioritas produk akhir dan penentuan prioritas lokasi

agroindustri menggunakan berbagai kriteria yang bersifat makro dan

memanfaatkan pendapat intuitif pakar, maka perlu dikaji lebih lanjut dan

mendalam mengenai kriteria yang lebih detail dan spesifik walaupun

dengan waktu analisis yang lebih detail. Penentuan pendapat dengan

metode Proses Hirarki Analitik yang mempunyai karakter umpan balik

dapat diperinci lebih lanjut dengan melakukan analisis dan wawancara

serta kemampuan mengontrol konsistensi dan dialog dengan pakar yang

lebih intensif. Tingkat keintensifan ini yang akan memberikan nilai

berbagai bentuk saling ketergantungan antar elemen dan ketergantungan

antar komponen menjadi lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya

pada dunia nyata.

Page 16: APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM

Metode ini perlu dilengkapi dengan model analisis sensitivitas dan model

perencanaan kapasitas industri. Model analisis sensitivitas industri. Model

analisis sentivitas dapat digunakan untuk penyusunan peringkat kelayakan

yang didasarkan atas tingkat resiko usaha.

DAFTAR PUSTAKA

1. Austin, J.E. (1991), Agroindustrial Project Analysis. Ctirical Design

Factors. ED1 Series in Economic Development. The Johns Hopkins

Univers Press. Baltimore and Londor

2. Aziz M.A. (1993), Perdagangan hasil Pertanian. Pangan 17 L= V. Juli

1993. Majalah Pangan Bulog, Jakarta.

3. Gaspersz, B. (1 992), Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pen-

dekatan Teknik Industri. Edis ke 1. Tarsito, Bandung.

4. Lee, S.M. Laurence J.M. dan Bernard W.T. (1985), Management

Science. Second Edition Wm. C. Brown Publisher. Dubuque, Iowa.

5. Marimin, (2004), "Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

Kriteria Majemuk, Grassindo, Jakarta.

6. Saaty, T. L, (1996), "Decision Making with Dependence and

Feedback: The Analitic Network Process", RWS Publication,

Pittsburgh.

7. Soekartawi, (2000), "Penganfar Agroindustn", Rajawali Press,

Jakarta:

8. Suryadi, K dan M. A. Ramdhani. (1998), "Sistem Penunjang

Keputusan", PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

9. Turban Efraim (1993). Decision Suportt and Expert System. Mac-

millan Publishing Com-pany. New York.