ARTHUR JEFFERY DAN PEMIKIRANNYA TENTANG QUR'AN.doc

Embed Size (px)

Citation preview

ARTHUR JEFFERY

ARTHUR JEFFERY DAN PEMIKIRANNYA TENTANG TEKS AL-QURANA. Pendahuluan

Orientalime, yang merupakan studi atas dunia timur memiliki bidang garap yang luas. Islam, sebagai bagian dari timur tentu merupakan bagian dari kajian mereka. Hal ini tentu saja dengan berbagai motif dan kepentingan yang melatari. Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam, sebagai sumber utama agama, juga menjadi bidikan kajian para orientalis seperti Theodor Noldeke, Edward Swll, Christoph Luxenberg, Alphonso Mingana, John Wansbrough, Arthur Jeffery juga yang lainnya.

Kajian seorang tokoh orientalis tidak terlepas dari kecenderungan yang ada pada masanya. Abad 18-19 dikenal sebagai masa orientalis yang cenderung melakukan studi dengan pendekatan kritik historis. Arthur Jeffery, sebagai salah seorang orientalis yang hidup di abad 19 juga menggunakan kajian kritik historis dalam melakukan kajian terhadap teks al-Quran. Oleh karenanya, tulisan ini hendak menelusuri bagaimanakah pemikiran-pemikiran yang dihasilkan Jeffery dari studi dan pendekatan yang ia gunakan tersebut. B. Biografi dan Latar Belakang Historis Arthur Jeffery.Arthur Jeffery adalah salah seorang orientalis berasal dari Australia. Lahir di Melbourne pada 18 Oktober 1892. Dari Universitas Melbourne, Jeffery menyelesaikan dan mendapatkan gelar BA tahun 1918 dan MA tahun 1920 dan satu studi lagi bidang teologi (B.Th) ia dapatkan di tahun 1926. Gelar Ph.D, ia peroleh dari Universitas Edinburgh pada tahun 1929 dan Doktor pada tahun 1938 dengan predikat D.Lit (summa cum laude). Jeffery dikenal sangat brilliant dan tak kenal lelah dalam mengembangkan kemampuan akademiknya hingga ia diposisikan sebagai peringkat pertama orientalis barat.

Karir Jeffery dimulai pada tahun 1921 sebagai pengajar di S.O.S (School of Oriental Studies), sebuah pusat studi ketimuran; merupakan hasil pengembangan dari pusat studi bahasa dari missionaris Amerika yang melatih para calon misionaris untuk bertugas di Mesir. Lembaga ini kemudian oleh Universitas Amerika di Kairo dianggap sebagai bridge of understangding antara dunia muslim dan Barat.

Jeffery sangat berminat dan menaruh perhatian pada studi linguistik dan filologi bahasa-bahasa dunia timur. Ia dinilai mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap S.O.S; terlebih dengan hasil karyanya Materials for the History of the Text of the Quran yang dipublikasikan pada tahun 1937 di Leiden juga karyanya The Foreign Vocabulary of the Quran yang dipublikasikan di India oleh Oriental Institut Baroda. Kedua karya ini merupakan kritiknya terhadap Al-Quran dengan berdasarkan studi kritik teks.

Pemikiran tentang kritik historis adalah gagasan yang ia geluti sejak 1926; pemikiran ini bermaksud membuat Al-Quran tandingan edisi kritis. Gagasannya untuk mengkaji sejarah al-Quran secara kritis ini, diakui sendiri oleh Jeffery berasal dari pendeta Edmund Sell, misionaris sekaligus dosen Jeffery. Dalam usaha ini, Jeffery pernah bekerjasama dengan professor Gotthelf Bergstrasser untuk mengumpulkan segala sumber yang ada mengenai al-Quran, baik dari karya-karya tafsir, hadis, kamus, qiraah, karya-karya filologis serta manuskrip-manuskrip. Akan tetapi usahanya ini gagal dengan musnahnya semua bahan yang ia miliki karena bom pada perang dunia ke-dua.

Jeffery dikenal sebagai sarjana yang memiliki reputasi yang sangat bagus. Seorang pengajar yang tidak kenal lelah dan selalu semangat dalam memberikan dorongan kepada para mahasiswanya untuk meningkatkan standar akademis mereka. Pengalaman bersamanya adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Subyek-subyek akademik yang sulit menjadi sesuatu yang mudah difahami ketika di tangannya. Sebagai seorang sarjana peneliti, selain karya di atas, Jeffery juga telah menghasilkan karya-karya lain, baik dalam bentuk buku, artikel maupun review.

The Quran as Scripture, Muqaddimataani fi Ulum al-Quran wa huma muqaddimah Kitab al-Mabaani wa Muqaddimah ibn Athiyyah, The Koran Selected Suras; Translated from the Arabic, The Textual History of the Quran, The Mystic Letters of the Koran, A Variant Text of the Fatiha, The Orthography of the Samarqand Codex, Was Muhammad a Prophet From His Infancy?, The Quest of the Historical Muhammad adalah beberapa di antara karya-karyanya. Selain sebagai intelektual, Jeffery juga seorang agamawan yang taat. Sebagai seorang pendeta di gereja Methodist, Jeffery memberikan pengabdiannya kepada kristen. Berbagai kegiatan misionaris ia lakukan sebagai perhatian mendalamnya kepada kristen.

Sebagai seorang pribadi, Jeffery dikenal sebagai seorang yang ramah dan hangat. Bagi murid-muridnya, Jeffery tidak hanya dikenal sebagai akademisi yang handal tapi juga seorang sarjana yang memiliki kehormatan yang tinggi, selalu baik dan penuh simpati serta tidak pernah sentimental. Kediaman Jeffery kemudian menjadi tempat berkumpul para intelektual dari berbagai kalangan, baik murid-muridnya, tokoh-tokoh cendekiawan dalam bidang Islamic studies serta tamu-tamunya yang lain. Meninggalny Jeffery pada 2 Agustus 1959 membawa duka yang sangat mendalam bagi para murid dan koleganya. Sehingga beberapa di antara mereka menuliskan artikel sebagai penghormatan kepadanya yang dimuat dalam jurnal Muslim World. Tentu tulisan-tulisan ini sangat memuji dan menghargai Jeffery.C. Pemikiran Arthur Jeffery tentang Al-Quran

Sebelum melihat hasil-hasil pemikirannya, nampaknya perlu terlebih dahulu melihat metode yang digunakan Jeffery dalam mengkaji al-Quran. Dapat dikatakan bahwa Arthur Jeffery dalam melakukan studi terhadap al-Quran menggunakan framework kritik historis (historical criticism), merupakan sebuah pendekatan yang poluler dan menjadi kecenderungan di dunia Barat pada masa Jeffery. Metode ini berasal dari studi kritis terhadap Bibel. Metode ini digunakan terhadap Bibel karena Bibel memiliki banyak persoalan mendasar seperti persoalan teks, banyaknya naskah asal, versi teks yang berbeda-beda, redaksi teks, gaya bahasa teks dan bentuk awal teks (kondisi oral sebelum teks disalin). Problem-problem inilah yang melahirkan kajian Bibel yang kritis historis yang kemudian melahirkan kajian kritis Bibel yang lebih mendetail, seperti kajian filologi (philological study), kritik sastra (literary criticism), kritik bentuk (form criticism), kritik redaksi (redaction criticism) dan kritik teks (textual criticism).

Berbagai jenis kritik inilah yang kemudian digunakan oleh kaum orientalis dalam studi al-Quran. Kajian filologis (phylological study) misalnya, dianggap sangat penting untuk menetukan makna yang diinginkan pengarang. Kajian filologis tidak hanya mencakup kosa kata, morfologi, tata bahasa tapi juga mencakup studi bentuk-bentuk, signifikansi, makna bahasa dan sastra.

Tidak cukup hanya pada kajian filologis, analisa teks (textual criticism) juga digunakan untuk mengkaji al-Quran. Tujuan dari analisa ini adalah untuk menetapkan akurasi teks al-Quran. Analisa teks melibatkan dua proses, yaitu (1) revisi (recension) dan (2) amandemen (emendation). Revisi adalah memilih setelah memeriksa segala material yang ada dari bukti yang paling dapat dipercaya, yang menjadi dasar sebuah teks. Sedangkan amandemen adalah menghapuskan kesalahan-kesalahan yang ditemukan meskipun dalam manuskrip-manuskrip yang terbaik. Dan hal ini pulalah yang dilakukan Jeffery dalam melihat al-Quran.Dengan framework Jeffery ini, beberapa poin pemikiran yang ia hasilkan dari kajiannya dapat disebutkan antara lain:

1. Berkaitan dengan Sejarah al-QuranDengan menggunakan kritik sejarahnya ini, Jeffery mengaggap bahwa sejarah al-Quran tidaklah berbeda dengan kitab-kitab suci yang lain, yaitu bahwa al-Quran berkembang melalui berbagai tahap sejarah teks hingga dianggap sebagai sesuatu yang suci oleh komunitasnya. Dengan lain kata, menurut Jeffery, sebagaimana kitab-kitab yang lain, sucinya kitab tersebut adalah karena suatu komunitas sepakat menganggapnya suci atau tindakan masyarakatlah (the action of community) yang menyebabkan sebuah kitab itu dianggap suci.

Hal ini, menurut Jeffery terjadi dalam lintas agama. Komunitas kristen misalnya, memilih 4 dari sekian banyak Gospel, mengumpulkan sebuah korpus yang terdiri dari 21 surat dan menggabungkan dengan perbuatan-perbuatan dan apokalipse yang kesemuanya membentuk perjanjian baru. Menurut Jeffery, ini sama halnya dengan penduduk Kufah yang menganggap mushaf Abdullah bin Masud sebagai al-Quran edisi mereka, penduduk Basra dengan mushaf Abu Musa. Dalam pandangan Jeffery juga, ketika Rasulullah wafat, teks al-Quran belumlah tetap seperti yang diyakini kaum muslimin. Menurut Jeffery, sampai pada kewafatan Rasulullah tidak ada teks al-Quran yang telah disusun, dihimpun dan diedit dan menjadi tetap. Dengan kata lain, bahwa penghimpunan materi al-Quran tidaklah dimaksudkan oleh Nabi saw. Al-Quran disusun karena generasi sesudahnya yang membutuhkan teks al-Quran dalam menghadapi problem-problem yang berbeda dengan ketika Nabi saw. masih hidup. Pada masa Abu Bakar, teks yang dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit dianggapnya bukanlah teks resmi akan tetapi sebagai teks pribadi yang disusun untuk Abu Bakar. Padahal teks tersebut merupakan teks resmi yang kemudian dibukukan menjadi 4 eksemplar pada masa Usman.Periode yang cukup monumental dalam sejarah al-Quran, ketika berbagai rasm di standarkan oleh khalifah Usman pada satu mushaf resmi atau yang kemudian disebut sebagai rasm Usmani, mushaf resmi untuk seluruh kaum muslim di manapun wilayahnya, oleh Arthur Jeffery dinilai sebagai sarat dengan kepentingan dan alasan politik. Interes politik ini dikaitkan Jeffery dengan menyebutkan bahwa selain Zaid bin Tsabit juga terdapat para qurra yang mengumpulkan qiraah dalam berbagai mushaf. Di antara mereka adalah Salim bin Muqib, Ali bin Abi Thalib, Anas bin Malik, Abu Musa al-Asyari (beredar di Basrah), Ubay bin Kaab (beredar di Syiria), juga Abdullah ibn Masud (beredar di Damaskus). Dari sini, kemungkinan motif politik Usman yang ia maksudkan adalah utuhnya kekuasaannya dengan menjadikan standar bacaan al-Quran mengingat adanya berbagai macam bacaan dengan imam dan pengikutnya masing-masing yang mungkin dianggap dapat membahayakan posisinya. Jeffery juga menyatakan bahwa para qurra tidak setuju dengan tindakan Usman sehingga mereka bersikap memusuhi terhadap Usman. Masa pemusnahan mushaf-mushaf yang lain, berdasarkan data yang Jeffery peroleh disebut dengan The year of the destruction of the Codices. Beberapa waktu setelah pemusnahan itu, menurut Jeffery terdengar gema permusuhan oleh para Qurra terhadap Usman. Selain itu, keberadaan naskah awal al-Quran yang tidak memiliki tanda baca juga tidak lepas dari bidikan serangannya. Jeffry mengatakan bahwa: The text that Uthman canonized, however, was a bare consonantal text with marks to show verse endings, but with no points to ditinguish consonant, no marks of vowels and no orthographic signs of any kind.

Selain itu Jeffery juga menyatakan bahwa:

moreover, the pointing that is in the text of all our copies is a relatively recent addition to the text, and at least three verieties of this pointing are known. When we come to the Quran, we find that our early MSS are invariably without points or vowels signs, and are in Kufic script very different from the script used in our modern copies. This modernizing of the script and the orthography, and the supplying the text with the points and vowels signs were, it is true, well intentioned, but they did involve a tampering with the text. That precisely is our problem. It is not, however, a facsimile of the earliest Quran, but a text which is the result of various processes of alteration as it passed down from generation to generation in transmission within the community.

Dari kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa menurut Jeffery pada awalnya, mushaf Usmani adalah naskah yang kosong tidak memiliki tanda baca. Tidak ada titik atau tanda baca ortografis lain yang dapat membedakan antara konsonan atau vokal. Pemberian tanda baca adalah sesuatu yang baru yang merusak teks. Apa yang ada bukanlah salinan dari al-Quran yang paling awal akan tetapi merupakan hasil dari sebuah proses perubahan yang kemudian ditransmisikan secara turun temurun di kalangan umat muslim. Menurut Jeffery pula, ketidakadaan tanda baca ini merupakan penyebab adanya berbagai macam qiraah. Hal ini karena dengan teks yang kosong tersebut, seorang muslim harus membaca kitab sucinya. Membedakan berbagai huruf yang ada, seperti antara sin syin, shad atau dlad, fa atau qaf juga membedakan mana kata kerja atau kata benda, mana yang berbentuk pasif atau aktif dan sebagainya. Adanya beragam bacaan ini, menurut Arthur Jeffery menunjukkan akan adanya ketidakkonsistenan dalam proses transmisinya.

Padahal seperti dikemukakan oleh Adnin Armas bahwa ilmu qiraah muncul bukanlah karena ketidakadaan tanda baca dalam teks, akan tetapi memang bersumber dari Nabi sendiri. Qiraah muncul bertujuan memfasilitasi qiraah al-Quran bagi mereka yang tidak terbiasa dengan dialek Quraish. 2. Tentang al-Fatihah dan MuawizatainiDalam pandangan Arthur Jeffery surat al-fatihah bukanlah bagian dari al-Quran, akan tetapi semacam doa pembukaan yang disusun oleh Nabi saw sendiri dan kemudian oleh generasi setelahnya diletakkan di al-Quran sehingga nampak seperti menjadi bagian dari al-Quran.

Pendapatnya ini dikemukakan dengan argumen bahwa karakteristik al-Quran, sebagaimana diketahui dari permulaan sampai pada akhirnya adalah bahwa Allah menyeru kepada manusia, bukan manusia yang berbicara kepada Allah. Sedangkan di dalam surat al-fatihah berisi manusia yang berbicara kepada Tuhan, bukan sebaliknya. Berdasarkan pengujian Jeffery, ia mengatakan bahwa ide-ide dan ekspresi yang ada dalam al-Fatiha berasal dari bagian lain dari al-Quran

Bahwa al-fatihah bukan merupakan bagian dari al-Quran, menurut Jeffery telah diakui pula oleh sarjana barat yang lain, seperti Noldeke. Akan tetapi hal ini tidak hanya melulu dari pendapat permusuhan dari sarjana Barat akan tetapi juga diakui oleh intelektual muslim sendiri seperti dikemukakan oleh Abu Bakar al-Asamm yang disebutkan oleh Fakhruddin al-Razi.

Dalam hal ini Adnin Armas telah mengemukakan bahw Jeffery dalam kasus ini telah mengabaikan pendapat yang diyakini mayoritas kaum muslimin. Fakhruddin al-Razi sendiri mengakui bahwa al-fatihah adalah bagian dari al-Quran. Nama lain dari al-fatihah adalah al-asas hal ini karena al-fatihah adalah awal surat dalam al-Quran. Selain itu, Jeffery juga menyatakan bahwa al-fatihah mamiliki berbagai macam variasi teks. Di antaranya adalah:Nuhammidu 'llaha, Rabba 'l-alamina,'r-rahmana 'r-rahi ma,Mallaka yaumi'd - dini,Hayyaka na'budu wa wiyyaka nasta i nu,Turshidu sabi la'l - mustaqi mi,Sabi la 'lladhi na na' 'amta 'alaihim,Siwa 'l - maghdu bi 'alaihim, wa la'd - dall i na,

Bacaan lain yang ditemukan Jeffery dari seorang yang tidak mau disebut identitasnya di Mesir adalah:Bismi' llahi 'r - rahmani 'r - rahimi.Al-hamdu li 'llahi, Sayyidi 'l - alamina,'r - razzaqi 'r - rahimi,Mallaki yaumi 'd - dini,Inna laka na' budu was inna laka nasta' I nu.Arshidna sabi la 'l - mustaqi mi,Sahi la 'lladhi na mananta 'alaihim,Siwa 'l - maghdubi 'alaihim, wa ghaira'd - dallina.

Sedangkan yang Jeffery anggap sebagai doa penutup al-Quran adalah dua surat terakhir dari al-Quran yaitu, surat al-Naas dan al-Falaq atau yang biasa disebut dengan muawizatain. Hal ini menurutnya sebagaimana yang ada dalam mushaf Abdullah ibn Masud. Dua surat ini menurut Jeffery bukan merupakan bagian dari al-Quran tetapi semacam doa penutup dari al-Quran.

Dalam hal ini, Muhammad Musthafa al-Azami telah menyebutkan bahwa murid-murid Ibn Masud, seperti Alqamah, al-Aswad, Masruq, al-Sulami, Abu Wail, al-Syaibani, al-Hamadani dan Zirr meriwayatkan al-Quran dari Ibn Masud secara keseluruhan 114 surat yang meriwayatkan berbeda hanya satu orang murid Zirr, Asim sendiri. 3. Al-Quran Edisi KritisTidak terima dengan al-Quran yang telah ada, Jeffery ingin membuat semacam al-Quran edisi kritis. Sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Yusuf bahawa proyek pembuatan al-Quran edisi kritis ini dipelopori oleh tiga orientalis, yaitu Gotthelf Bergstasser, Arthur Jeffery dan Otto Pretzl pada tahun 1926. Usaha ini diwujudkan salah satunya menerbitkan al-Quran dengan apparatus critus yang memberikan informasi tentang himpunan berbagai macam varian tekstual yang dikumpulkan dari karya-karya tafsir, leksika, kitab-kitab qiraah dan sumber-sumber lainnya.

Selanjutnya, al-Quran yang menurut Jeffery mengandung banyak kelemahan hendak diedit kemudian disusun al-Quran versi baru dan inilah yang ia sebut sebagai edisi kritis. Al-Quran versi baru ini dalam bentuk empat jilid. Jilid pertama, mencetak teks Hafs yang dinilai sebagai textus receptus. Teks ini akan direkonstruksi menurut sumber-sumber terlama yang berkaitan dengan tradisi Hafs. Segala varian bacaan dari tafsir-tafsir, hadis, kamus, filologi akan dihimpun yang kemudian diberi berbagai simbol yang dapat menunjukkan nama qurra. Ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah para qurra yang dikutip lebih dulu atau akhir dari pada qiraah sabah. Jilid kedua, merupakan semacam pengenalan untuk para pembaca yang berbahasa Inggris, sepertti geschichte des koran untuk bahasa Jermannya. Jilid ketiga, dilengkapi komentar-komentar terhadap apparatus criticus. Varian bacaan ini diberi penjelasan tentang asal mula, derivasi dan qiraah. Jilid keempat, merupakan kamus al-Quran yang dimaksudkan Jeffery memuat tentang makna asal kosa kata al-Quran.

D. CatatanMengutip pendapat Sahiron Syamsuddin dan Nur Kholis Setiawan bahwa ditinjau dari tujuannya, kajian orientalis terhadap al-Quran dan hadis dapat dibedakan menjadi tiga (1) kajian apologetik (2) kajian yang bernuansa politis dan (3) kajian akademis, sikap kritis terhadap hasil pemikiran orientalis nampaknya tetap perlu untuk dikedepankan. Hal ini didorong akan kemungkinan adanya sikap mereka yang tidak komprehensif dalam memaparkan data yang berkaitan dengan topik pembahasan tertentu, kemungkinan terjadinya ketidaktepatan interpretasi mereka terhadap data-data obyektif serta kemungkinan adanya inkonsistensi metodologis yang merupakan prasyarat dalam kajian ilmiah.

Berkaitan dengan pemikiran Arthur Jeffery terhadap al-Quran, nampaknya hal di atas juga telah dilakukan oleh Arthur Jeffery. Ketidak komprehensif-an dalam memaparkan data ia lakukan seperti ketika memaparkan tentang sejarah kodifikasi mushaf Usmani. Jeffery menyatakan bahwa kebijakan Usman ini ditentang oleh para ahli qiraah. Sikap ini telah mengabaikan realitas sejarah bahwa semua sahabat menerima dengan senang hati kebijakan Usman untuk menstandarisasi al-Quran ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Musab ibn Sad bahwa tidak seorangpun dari Muhajirin maupun Anshar serta ahli ilmu yang mengingkari keputusan Usman.

Hal serupa juga dilakukan Jeffery ketika menilai surat al-fatihah dan dua surat terakhir atau muawizatain. Menurut Jeffery ketiga surat ini bukanlah bagian dari al-Quran tetapi merupakan doa pembuka dan penutup dalam membaca al-Quran. Menurut Jeffery dalam mushaf Ibn Masud tidak ditemukan adanya ketiga surat tersebut. Dalam hal ini al-Baqillani berkesimpulan bahwa Ibn Masud tidak pernah menolak bahwa al-Fatihah dan muawizatain adalah bagian dari al-Quran, hal ini dinilainya kemungkinan orang lain yang berpendapat salah dan diatas namakan Ibn Masud. Dipaparkan pula oleh al-Azami, banyak para sahabat seperti Aisyah, Fatimah, Ibn Abbas juga Ibn Masud yang meriwayatkan bahwa Rasul saw selalu membaca al-Quran dengan malaikat Jibril tiap Ramadhan dalam satu tahun sekali dan dua kali dalam tahun sebelum Nabi wafat. Dalam tahun terakhir pembacaan itu, Ibn Masud juga turut serta dan membaca kitab itu dua kali bersama Nabi dan dipuji bahwa bacaannya bagus. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Nabi telah mengetahui bacaan Ibn Masud dan tidak ada masalah di dalamnya.

Melihat pada apa yang dihasilkan oleh Jeffery, nampaknya disebabkan karena berangkat dari asumsi yang berbeda dengan kaum muslim. Asumsi Jeffry dalam hal ini adalah bahwa al-Quran merupakan dokumen tertulis atau teks bukan sebagai hafalan yang dibaca atau recitatio. Dengan asumsi ini Jeffery menerapkan metode-metode filologi yang lazim digunakan dalam penelitian Bibel, seperti historical criticism, source criticism, form criticism dan textual criticism.

Padahal dalam sejarahnya, al-Quran pada awalnya bukanlah tulisan (rasm atau writing) tetapi merupakan bacaan (qiraah atau recitation) dalam arti ucapan. Proses pewahyuannya maupun cara penyampaian, pengajaran dan periwayatannya dilakukan melalui lisan dan hafalan, bukan tulisan. Pada masa dahulu, yang dinamakan membaca al-Quran adalah membaca dari ingatan (qaraa an zhahri qalbin atau to recite from memory). Fungsi tulisan pada masa itu merupakan penunjang. Tulisan yang ada; baik yang ditulis di atas tulang, kayu, kertas daun dan sebagainya adalah berdasarkan pada hafalan yang ada dalam ingatan para sahabat. Berbeda dengan Bibel, dimana tulisan, manuskrip memiliki peran utama sebagai acuan dan landasan bagi testamentum.

Sehingga apabila Jeffery berdasarkan studinya mengaggap bahwa al-Quran yang ada ini adalah tidak lengkap dan berbeda dengan aslinya adalah memang anggapan yang bukan pada tempatnya, tidak sesuai apabila dinisbatkan pada al-Quran karena kasusnya tidaklah sama sebagaimana yang terjadi dalam Bibel. Seperti anggapan bahwa teks yang gundul merupakan penyebab dari variant reading adalah kurang tepat. Rasm Usmani yang memang mengalami perkembangan mengenai tanda bacanya, tapi sistem vokalisasi dan tanda baca tidaklah menimbulkan masalah; karena kaum muslimin belajar al-Quran langsung dari para sahabat dengan cara menghafal bukan dari tulisan.

Oleh karenanya, maka tidak mengherankan ketika melihat usaha dan hasil pemikiran Jeffry ini, Adnin Armas menilai bahwa pendekatan historis yang dilakukan Jeffery bukan pada tempatnya dan banyak diwarnai dengan pemanipulasian data.

E. Penutup

Demikian apa yang dapat disampaikan dalam tulisan ini. Pemikiran Jeffery tentang al-Quran nampaknya banyak sekali yang bertentangan dengan keyakinan muslim. Apa yang dilakukan dalam penelitiannya ternyata juga kurang memenuhi syarat kajian ilmiah, seperti tidak dikemukakannya data secara obyektif komprehensif.

Oleh karenanya, sikap kritis terhadap pemikiran Orientalis merupakan hal perlu dikedepankan dalam menghadapi berbagai hasil pemikiran mereka. Sikap kritis yang diarahkan pada studi orientalis ini hendaknya tidak hanya didasarkan karena perbedaan agama tapi juga dan lebih pada- semangat mencari kebenaran ilmiah sehingga kajian yang dihasilkan tidak bersifat emosional, tapi akademis. Wallahualam bi al-sawaabDAFTAR PUSTAKA

al-Razi, Fakhruddin. Al-Tafsir al-Kabir (Beirut:Dar Ihya al-Turath al-Arabiy, 1999 Arif, Syamsuddin. Keaslian al-Quran dan Kesalahan Orientalis www.hidayatullah.comArmas, Adnin. Kritik Arthur Jeffery terhadap Al-Quran Jurnal ISLAMIA. Vol.I edisi Juni-Agustus 2004___________., Pengaruh Metodologi Bibel terhadap Studi al-Quran, dari http://www.insistnet.com.

Azami, Muhammad Musthafa. The History of the Quranic Text from Revelation to Compilation, (terj) Sohirin Sholihin, dkk . Jakarta: Gema Insani, 2005

Grant, Frederick C. The Muslim World, Vol.50, thn.1960

Jeffery, Arthur Jeffery. The Textual History of the Quran, dari http://answering-islam.org.uk/books/jeffery/htm

__________________ The Quran as Scripture, The Muslim World, Vol.40, thn. 1950 dari http://answering-islam.org.uk/books/jeffery/htm__________________ A Variant Text of the Fatiha, The Muslim World, Vol.29., thn 1939. dari http://answering-islam.org.uk/books/jeffery/htmSyamsuddin, Sahiron dan Nur Kholis Setiawan, Sejarah Perkembangan Kajian Orientalis tentang Al-Quran-Hadis dan Respon PTAI, Kata Pengantar dalam Orientalisme Al-Quran dan Hadis. Yogyakarta: Nawesea, 2007

Syamsuddin, Sahiron. Memahami dan Menyikapi Metode Orientalis dalam Kajian Al-Quran dalam Hermeneutika Al-Quran Mazhab Yogya. Yogyakarta: Studis Islamika, 2003

Yusuf, Muhammad. Sejarah dan Kritik terhadap Al-Quran: Studi Pemikiran Arthur Jeffery dalam M. Nurkholis Setiawan, dkk., Orientalisme Al-Quran dan Hadis. Yogyakarta: Nawesea Press, 2007 http://answering-islam.org.uk/books/jeffery/htm

Penulis menemukan dua versi, berasal dari Australia seperti yang dinyatakan oleh Muhammad Yusuf dalam Sejarah dan Kritik terhadap Al-Quran lihat M.Nur Kholis Setiawan, dkk., Orientalisme Al-Quran dan Hadis (Yogyakarta: Nawesea Press, 2007), hlm. 100. Versi lain berasal dari Inggris seperti yang dinyatakan oleh Adnin Armas, lihat Adnin Armas, Kritik Arthur Jeffery terhadap Al-Quran Jurnal ISLAMIA. Vol.I edisi Juni-Agustus 2004, hlm.7

Berdasar data yang tertulis di batu makamnya. www.answeringislam.homepage.

John S Badeau, Arthur Jeffery a Tribut. Lihat pula Muhammad Yusuf, Sejarah dan Kritik, hlm. 100.

Ibid.,

John S.Badeau, Arthur JefferyIbid.

Adnin Armas, Kritik Arthur Jeffery terhadap Al-Quran,Ibid., hlm.7-8

Ibid.,

Books and Articles by Arthur Jeffery, http://www.answering islam.homepage.

Ibid.,

Frederick C. Grant, The Muslim World, Vol.50, thn.1960. hlm.230-247.

Ibid.,

John S. Badeau, Arthur Jeffery.., Ibid.

Ibid

Adnin Armas, Bahaya Orientalisme terhadap Pemikiran Islam: Studi Kasus Al-Quran, HYPERLINK "http://www.insistnet.com" http://www.insistnet.com. Tanggal akses 20 November 2008

Ibid.,

Adnin Armas, Pengaruh Metodologi Bibel terhadap Studi al-Quran, dari HYPERLINK "http://www.insistnet.com" http://www.insistnet.com. Akses tanggal 20 Nov 2008.

Like other scriptures, the Quran passed through various stages of textual history till there emerged a standard text which came to be regarded as sacrosanct.. Arthur Jeffery, The Quran as Scripture, Muslim World, Vol.40, thn. 1950., hlm.41

Arthur Jeffery, The Textual History of the Quran, dari http://answering-islam.org.uk/books/jeffery/htm

Ibid.,

Ibid. hlm.3

Ibid., hlm.4

Ibid., hlm.4-5

Ibid., hlm.4

Ibid., hlm1

Ibid., hlm.4

Ibid., hlm.6

Sebagaimana dinyatakan oleh Jeffery: But actually the enormous body of variant readings that has been recorded proves that there was no consistent tradition on this matter transmitted. Ibid.,

Lihat Adnin Armas, Kritik Arthur Jeffery terhadap al-Quran, Op.Cit., hlm.11-12

Hal ini karena sebagaimana diketahui bahwa setelah hijrahnya Nabi ke Madinah, masyarakat yang memeluk Islam dari berbagai daerah yang berbeda dialeknya dan sebagian kesulitan menggunakan dialek Quraish.

Arthur Jeffery, A Variant Text of the Fatiha, The Muslim World, Vol.29., thn 1939.

Ibid.,

Ibid.,

Adnin Armas, Kritik Arthur Jeffery, Op.Cit., hlm.15. Hal ini dinyatakan Adnin Armas dengan berdasarkan pada Fakhruddin al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir (Beirut:Dar Ihya al-Turath al-Arabiy, 1999), Jld. I, hlm.158.b

Artyhur Jeffery, A Variant Text of the Fatiha, Op.Cit.

Ibid.,

Muhammad Yusuf, Sejarah dan Kritik terhadap al-Quran Op.Cit., hlm.107

Muhammad Musthafa al-Azami, The History of the Quranic Text from Revelation to Compilation, (terj) Sohirin Sholihin, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.222-223.

Ibid.,

Ibid.,108-109

Sahiron Syamsuddin dan Nurkholis Setiawan, Sejarah Perkembangan Kajian Orientalis tentang Al-Quran-Hadis dan Respon PTAI, Kata Pengantar dalam Orientalisme Al-Quran dan Hadis (Yogyakarta: Nawesea, 2007), hlm.v

Sahiron Syamsuddin, Memahami dan Menyikapi Metode Orientalis dalam Kajian Al-Quran dalam Hermeneutika Al-Quran Mazhab Yogya (Yogyakarta: Studis Islamika, 2003), hlm.80

Sebagaimana diungkapkan oleh Adnin Armas dengan berdasarkan penelitiannya dari Fadlailul Quran karya Abu Ubayd al-Qasim. Lihat Adnin Armas, Kritik Arthur Jeffery terhadap Al-Quran, Op.Cit., hlm.11

Arthur Jeffery, A Variant Text of the Fatiha,Op.Cit.

Muhammad Musthafa al-Azami, The History of the Quranic Teks,Op.Cit., hlm.220.

Ibid., hlm.222-223

Syamsuddin Arif, Keaslian al-Quran dan Kesalahan Orientalis HYPERLINK "http://www.hidayatullah.com" www.hidayatullah.com. Tanggal akses 20 November 2008.

Ibid.,

Adnin Armas, Kritik Arthur Jeffery terhadap Al-Quran, Op.Cit., hlm.19

PAGE 11