13
ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BOLU KERING OLEH MARIA DESIDERIA GLORIANI J1A012076 FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2019

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

1

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN TEPUNG TERIGU

TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BOLU KERING

OLEH MARIA DESIDERIA GLORIANI

J1A012076

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

2019

Page 2: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

2

Page 3: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

1

THE EFFECT OF ADDITION OF RICE BEAN FLOUR AND WHEAT FLOUR ON CHEMICAL PROPERTIES AND ORGANOLEPTIC DRY BOLU

Maria Desideria Gloriani1 Agustono Prarudiyanto2 Ahmad Alamsyah3

1)Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA UNRAM 2)Staf Pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA UNRAM

[email protected]

ABSTRACT

Rice bran is a by-product of rice or grain milling process formed from the outer layer of broken rice in ignition to produce white rice or head rice. Bran includes part of the husk of rice which is separated during the second rounding. This study aims to determinite the effect of the ratio of bran flour and wheat flour to the chemical and organoleptic properties of dried sponge cake. This study uses a completely randomized design (RAL) with a single factor experiment/trial, namely bran concentration (b) with six treatment units and 3 replications. Treatment ratio of bran flour and wheat flour be used was b0 (100%), b1 (90%: 10%), b2 (80 %: 20%), b3 (70%: 30%), b4 (60%: 40%) and b5 (50%: 50%). The parameters observed included chemical parameters (moisture content, ash content and protein content) and parameter organoleptic (color, flavour and taste). Data on the results of the study were analyzed using diversity analysis and if significantly different were further tested by orthogonal polynomial method (MOP) for chemical parameters and further honest real difference test (BNJ) for organoleptic parameters. The results showed that the treatment ratio rice bran flour and wheat flour have significantly different effects on water content, ash content and protein content and organoleptic color, flavour and taste. The best treatment is treatment b5 (50%: 50%) gives the best results in terms of chemical parameters (moisture content 25.16%, ash content 2.45% and protein content 8.13%) for organoleptic parameters (color 2.8, flavour 2.95 and taste3.1) with the level of preference of the panelist rather like.

Keywords: Sponge cake, Rice Bran Flour, Wheat Flour.

ABSTRAK

Bekatul merupakan hasil samping proses penggilingan padi atau gabah yang terbentuk dari lapisan luar beras

pecah kulit dalam penyosohan untuk menghasilkan beras putih atau beras kepala. Bekatul termasuk bagian kulit ari beras yang terpisah selama penyosohan kedua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik bolu kering. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan percobaan faktor tunggal yaitu konsentrasi bekatul (b) dengan 6 unit perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan rasio tepung bekatul dan tepung terigu yang digunakan yakni b0 (100%), b1 (90% : 10%), b2 (80% : 20%), b3 (70% : 30%), b4 (60% : 40%) dan b5 (50% : 50%).

Parameter yang diamati meliputi parameter kimia (kadar air, kadar abu dan kadar protein) dan parameter organoleptik (warna, aroma dan rasa). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis keragaman dan jika berbeda nyata diuji lanjut dengan metode orthogonal polinomial (MOP) untuk parameter kimia dan uji

lanjut beda nyata jujur (BNJ) untuk parameter organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rasio tepung bekatul dan tepung terigu memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu dan kadar protein serta organoleptik warna, aroma dan rasa. Perlakuan terbaik adalah perlakuan b5 (50% :

50%) memberikan hasil terbaik dari segi parameter kimia yaitu (kadar air 25.16%, kadar abu 2.45% dan kadar protein 8.13%) untuk parameter organoleptik yaitu (warna 2.8, aroma 2.95 dan rasa 3.1) dengan tingkat kesukaan panelis agak suka.

Kata Kunci : Bolu Kering, Tepung Bekatul, Tepung Terigu

Page 4: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

2

PENDAHULUAN

Bolu kering adalah kue yang umumnya

berbahan dasar tepung terigu, gula dan telur

dengan cara pengolahan dipanggang di dalam

oven. Bolu dikonsumsi oleh berbagai kalangan dari

anak-anak sampai orang tua. Bolu kering biasanya

memiliki tekstur yang renyah dan rasa manis.

Keistimewaan lain dari bolu kering adalah tidak

menggunakan bahan pengawet dalam

pengolahannya. Dalam proses pembuatan bolu,

tepung yang biasa digunakan adalah tepung

terigu.

Penggunaan tepung sebagai bahan baku

industri pangan cenderung meningkat setiap

tahunnya. Berbagai produk makanan seperti roti,

cake dan biskuit umumnya menggunakan tepung

terigu sebagai bahan baku, padahal Indonesia

bukan negara penghasil terigu. Bahan baku terigu

yaitu gandum, dimana gandum tidak dapat

tumbuh di Indonesia. Itu sebabnya, Indonesia

masih mengimpor terigu. Upaya untuk mengurangi

ketergantungan terhadap terigu perlu dicari

sumber tepung dari bahan baku lokal (Fathullah,

2013). Untuk mengurangi biaya produksi yang

meningkat akibat kenaikan harga tepung terigu,

maka perlu dicari bahan lain hasil produksi lokal

yang dapat menjadi alternatif pengganti tepung

terigu, seperti bekatul.

Bekatul merupakan hasil samping dari proses

penggilingan padi yang termasuk bagian kulit ari

beras yang terpisah selama penyosohan ke-II.

Menurut Widowati (2001), mengemukakan proses

penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh

hasil samping berupa (1) sekam (15-20%), yaitu

bagian pembungkus/kulit luar biji, (2) dedak atau

bekatul (8-12%) yang merupakan kulit ari

dihasilkan dari penyosohan, dan (3) menir (± 5%)

merupakan bagian beras yang hancur.

Berdasarkan data BPS, data Angka Tetap (ATAP)

tahun 2015, produksi gabah kering giling nasional

mencapai 75,397 juta ton sehingga estimasi sekam

yang dihasilkan sebanyak 11,30-19 juta ton,

dedak/bekatul 6-9 juta ton dan menir 3,8 juta ton.

Pemanfaatan hasil samping terutama

dedak/bakatul dan menir masih terbatas padahal

hasil samping tersebut mempunyai nilai guna dan

ekonomi yang baik apabila ditangani dengan benar

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah.Hasil

samping tersebut diketahui cukup potensial untuk

dikembangkan menjadi bahan pangan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang

pembuatan bolu kering dari campuran tepung biji

kecipir 10% dan tepung terigu 90% yang

dilakukan oleh Sulaemah (2016) dalam skripsinya

yaitu tingkat kesukaan yang paling disukai dari

segi organoleptik (aroma, rasa dan warna).

Sedangkan hasil penelitian Nataliningsih (2011)

mengenai pemanfaatan bekatul pada pembuatan

cookies menunjukkan bahwa substitusi tepung

bekatul 6% menghasilkan mutu organoleptik

cookies yang paling disukai oleh panelis dimana

semakin tinggi jumlah bekatul maka tingkat

kesukaan panelis semakin menurun. Hal ini

disebabkan karena semakin tinggi jumlah bekatul

pangan yang ditambahkan maka akan

menghasilkan aroma yang kurang enak, tekstur

yang keras, warna semakin coklat dan

menghasilkan rasa pahit.

Subsitusi tepung bekatul yang diterapkan

pada produk pangan seperti roti, cookies, kue

basah, kripik, minuman berserat, dan sereal.

Page 5: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

3

Substitusi 5-15% bekatul dalam terigu, dilaporkan

memberikan hasil yang optimal penerimaan

konsumen pada produk cookies dan roti manis

(Suzana, 1992). Kombinasi antara tepung bekatul

dan tepung terigu ini bertujuan untuk

memanfaatkan bekatul sebagai pangan fungsional,

meningkatkan nilai tambah, dan mengurangi

ketergantungan terhadap konsumsi gandum,

sehingga dapat menurunkan impor gandum, serta

penganekaragaman produk bolu kering.

Informasi mengenai penggunaan tepung

bekatul sebagai campuran dalam pembuatan bolu

kering masih belum tersedia. Kajian yang lebih

mendalam tentang penggunaan bekatul sebagai

bahan diversifikasi produk bolu kering sangat

penting. Oleh karena itu, dilakukan penelitian

untuk mengetahui pengaruh rasio tepung bekatul

dan tepung terigu terhadap sifat kimia (kadar air,

kadar abudan kadar protein) dan organoleptik

(warna, aroma dan rasa) bolu kering.

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Tepung Bekatul dari Desa

Labuapi Lombok Barat, tepung terigu merk Segi

Tiga Biru, gula pasir merk Rose Brand, garam cap

Kapal, susu bubuk, margarine merk Sania Royale,

vanili, baking powder dan telur ayam.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah cetakan bolu, oven merk Maspion, mixer

roti merk Philips, kompor gas merk Rinnai, blender

merk Phillips, timbangan analitik, erlenmeyer, pipet

tetes, pipet volume, corong, saringan, tabung

reaksi, piring, ember, desikator, sendok, gelas

ukur, loyang, pisau stainless steel, pisau, talenan,

baskom, nampan dan ayakan.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tahapan

pengerjaan yaitu tahapan pertama meliputi proses

pembuatan tepung bekatul dan tahapan kedua

yaitu proses pembuatan bolu kering.

1. Proses Pembuatan Tepung Bekatul

Bekatul beras putih varietas C64 yang

digunakan diambil dari pabrik penggilingan gabah

di Desa Labuapi Lombok Barat. Bekatul yang telah

diambil kemudian diayak dengan menggunakan

ayakan 60 mesh agar bekatul terpisah dari dedak

dan menir. Setelah itu dilakukan penimbangan dan

penyangraian selama 3-5 menit. Setelah itu

dilakukan penggilingan dengan menggunakan

blender dan diayak kembali dengan ayakan 80

mesh untuk mendapatkan tepung bekatul yang

lebih halus.

2. Proses Pembuatan Bolu Kering

Pembuatan adonan bolu kering dilakukan

dengan mencampur bahan pertama yaitu telur 150

g, gula pasir 100 g, baking powder 2 g, vanili 3 g

dan garam 2 g dan diaduk menggunakan mixer

dengan kecepatan tinggi selama 7 menit sampai

adonan telur mengembang. Kemudiaan

dimasukkan bahan kedua yaitu tepung terigu

sesuai perlakuan yaitu 100 g, 90 g, 80 g, 70 g, 60

g dan 50 g dan tepung bekatul sesuai perlakuan

yaitu 10 g, 20 g, 30 g, 40 g dan 50 g. Lalu

ditambahkan margarine yang sudah dilelehkan

sebanyak 80 g dan diaduk kembali menggunakan

mixer dengan kecepatan rendah. Selanjutnya

dilakukan pembagian adonan ke dalam cetakan

bolu dan dimasukkan ke dalam oven yang sudah

Page 6: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

4

dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu 1700C

dalam waktu 35 menit.

Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan di

dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan percobaan factor tunggal,

yaitu rasio tepung bekatul dan tepung terigu (b)

dengan 6 aras perlakuan yaitu sebagai berikut:

b0= tepung terigu 100% (kontrol)

b1= tepung terigu 90% : tepung bekatul 10%

b2= tepung terigu 80% : tepung bekatul 20%

b3= tepung terigu 70% : tepung bekatul 30%

b4= tepung terigu 60% : tepung bekatul 40%

b5= tepung terigu 50% : tepung bekatul 50%

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak

3 kali ulangan, sehingga diperoleh 18 unit

sampel.Analisis data pengamatan diamati dengan

menggunakan analisis keragaman ANOVA (Analisis

of Variance) menggunakan Software Costat.

Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka

dilanjutkan dengan menggunakan Ujilanjut dengan

Polynomial Orthogonal taraf 5% untuk uji kimia

dan menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf

5% untuk uji organoleptik pada taraf nyata yang

sama (Hanafiah, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

MUTU KIMIA

Hasil pengamatan terhadap mutu kimia dari

beberapa parameter yaitu parameter kadar air,

parameter kadar abu, dan parameter kadar

protein bolu kering dapat dilihat pada Tabel 1.

sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Purata Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Protein

Bolu Kering

Perlakuan

Parameter

Kadar Air (%)

Kadar Abu

(%)

Kadar Protein

b0 31.0143 1.5039 5.9549

b1 27.9364 1.5804 6.4039

b2 27.2473 1.6650 6.7223

b3 27.0589 1.7953 6.7563

b4 25.9287 2.1209 7.6379

b5 25.1692 2.4523 8.1396

Keterangan :

b0 = Tepung Terigu 100% (kontrol)

b1 = Tepung Terigu 90% : Tepung Bekatul 10%

b2 = Tepung Terigu 80% : Tepung Bekatul 20%

b3 = Tepung Terigu 70% : Tepung Bekatul 30%

b4 = Tepung Terigu 60% : Tepung Bekatul 40%

b5 = Tepung Terigu 50% : Tepung Bekatul 50%

Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu sifat kimia

dari bahan pangan yang menunjukkan banyaknya

air yang terkandung di dalamnya. Peningkatan

kandungan air dalam beberapa bahan pangan

olahan dapat menjadi indikasi penurunan mutu.

(Kusnandar, 2010) (Mainaliza, 2003) dalam

(Gultom dkk, 2012) menjelaskan bahwa

pengukuran kadar air pada setiap bahan pangan

sangatlah penting.

Tinggi atau rendahnya kandungan air dalam

bahan pangan akanmenentukan mutu akhir dari

suatu produk. Kadar air merupakan parameter

yang umum disyaratkan dalam standar mutu suatu

bahan pangan karena kadar air dalam kandungan

bahan pangan sangat menentukan kemungkinan

terjadinya reaksi-reaksi biokimia (Dewi, 2008).

Page 7: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

5

Gambar 1. Pengaruh Rasio Tepung Bekatul dan Tepung Terigu Terhadap

Kadar Air Bolu Kering

Berdasarkan Gambar 1. Terjadi pola

penurunan nilai kadar air bolu kering dengan

persamaan y = -1.012x + 30.936 dengan koefisien

determinasi R2 = 0,869. Nilai -1.012x menentukan

arah regresi linier dan bernilai negatif yang berarti

semakin banyak penambahan tepung bekatul

maka kadar air semakin menurun. Koefisien

determinasi sebesar 0,869 menunjukan bahwa

86,9% kadar air bolu kering dipengaruhi oleh

penambahan tepung bekatul dan sisa nya

dipengaruhi oleh hal-hal lain.

Kadar air tertinggi tedapat pada perlakuan b0

(tepung terigu 100%) yaitu 31,0143 dan kadar air

terendah terdapat pada perlakuan b5 (tepung

terigu 50% : tepung bekatul 50%) yaitu 25, 1692.

Kadar air bolu kering yang diperoleh pada

penelitian berkisar antara 31.0143% sampai

25.1692% sehingga dari semua perlakuan

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) kadar

air bolu kering yaitu 40%.

Terjadinya penurunan kadar air disebabkan

karena bekatul mampu mengendalikan kandungan

air pada bahan. Tingginya daya serap air

dikarenakan air yang terserap dalam molekul

sehingga meningkatkan daya serap air pada suatu

bahan pangan dan terputusnya ikatan hidrogen

antar molekul sehingga air lebih mudah masuk

kedalam suatu bahan pangan (Sipayung, 2018).

Menurut Damayanti (2006), tepung bekatul

diketahui memiliki kadar air lebih rendah

dibandingkan dengan kadar air terigu yaitu

sebesar 1,69%, sedangkan terigu sebesar 9,80%.

Kadar air mengalami perubahan yang disebabkan

oleh adanya penyerapan air dari bahan adonan

selama pemanggangan roti (Desrosier, 1998).

Selain itu Menurut Ainah (2004), kadar air

yang tinggi akan menyulitkan pada saat

penyimpanan, karena tepung pada kondisi

tersebut mudah diserang mikroba dan tidak dapat

disimpan dalam waktu yang lama. Selain itu,

dengan semakin rendahnya kadar air maka

konsentrasi komponen-komponen kering seperti

protein, lemak, karbohidrat dan mineral akan lebih

tinggi.

Kadar Abu

Sebagian besar makanan, yaitu sekitar 96%

terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri

dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal

sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam

proses pembakaran, bahan-bahan organik

terbakar namun zat anorganiknya tidak, karena

itulah disebut abu. Mineral terdiri dari kalsium,

natrium, klor, fosfor, belerang, magnesium, dan

komponen lain dalam jumlah kecil (Ainah, 2004).

Kadar abu merupakan residu anorganik dari

proses pembakaran atau oksidasi komponen

organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu

bahan menunjukkan kandungan mineral yang

31.0143 27.9367

27.2473 27.0589 25.9287 25.1692

y = -1.0125x + 30.936 R² = 0.8696

0

5

10

15

20

25

30

35

b0 b1 b2 b3 b4 b5

kad

ar a

ir (

%)

Perlakuan

Page 8: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

6

terdapat dalam bahan tersebut (Andarwulan,

Kusnandar dan Herawati, 2011).

Gambar 2. Pengaruh Rasio Tepung Bekatul dan Tepung Terigu Terhadap Kadar Abu Bolu Kering

Berdasarkan Gambar 2. Terjadi pola

peningkatan nilai kadar abu bolu kering dengan

persamaan y = 0.185x + 1.203 dengan koefisien

determinasi R2 = 0,904. Nilai 0.185x menentukan

arah regresi linier dan bernilai positif yang berarti

semakin banyak penambahan tepung bekatul

maka kadar abu semakin meningkat. Koefisien

determinasi sebesar 0,904 menunjukan bahwa

90,4% kadar abu bolu kering dipengaruhi oleh

penambahan tepung bekatul dan sisa nya

dipengaruhi oleh hal-hal lain.

Pendapat ini sesuai dengan Desrosier (1988)

bahwa bahan pangan akan kehilangan kadar air

yang menyebabkan naiknya kadar zat gizi didalam

massa yang tertinggal. Jumlah kadar abu pada

penelitian ini diduga karena penambahan tepung

bekatul pada setiap perlakuan yang berbeda-beda

serta seperti yang telah dikemukakan sebelumnya

bahwa kadar abu yang dimiliki tepung bekatul

juga termasuk tinggi. Menurut SNI 1995 kadar abu

pada produk bolu kering maksimal 1% b/b,

sehingga hasil kadar abu bolu kering pada semua

perlakuan tidak memenuhi SNI dikarenakan kadar

abu yang diperoleh melebihi standar yang

ditentukan oleh SNI.

Kadar abu tepung bekatul sebesar 9.2% Nilai

kadar abu tepung bekatul lebih tinggi

dibandingkan kadar abu tepung terigu untuk

bahan makanan yang diisyaratkan oleh SNI 01-

3751-1995 yaitu maksimal 0.6% (b/b) (Indrasti,

2004). Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya

kandungan mineral dalam tepung bekatul.

Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan

kandungan mineral yang terdapat dalam bahan.

Adapun tujuan penentuan kadar abu yaitu

untuk memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal. Eksternal dipanaskan pada

suhu tinggi hingga senyawa organik dan turunnya

terdestruksi dan menguap hingga tersisa unsur

anorganik saja. Mineral yang terdapat suatu bahan

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu garam

organik dan garam anorganik.

Kadar Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang

paling penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi

sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno,

2004). Menurut Anonim (2007), protein pangan

terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu moderat

60-900C selama satu jam atau lebih. Denaturasi

merupakan perubahan struktur protein dimana

pada keadaan terdenatrasi penuh hanya struktur

primer saja yang tersisa.

1.504 1.5804 1.665

1.7953

2.1209 2.4523

y = 0.1855x + 1.2037 R² = 0.9048

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

b0 b1 b2 b3 b4 b5

kad

ar a

bu

(%

)

Perlakuan

Page 9: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

7

Gambar 3. Pengaruh Rasio Tepung Bekatul

dan Tepung Terigu Terhadap

Kadar Protein Bolu Kering

Berdasarkan Gambar 3. Terjadi pola

peningkatan nilai kadar protein bolu kering dengan

persamaan y = 0.418x + 5.469 dengan koefisien

determinasi R2 = 0,940. Nilai 0.418x menentukan

arah regresi linier dan bernilai positif yang berarti

semakin banyak penambahan tepung bekatul

maka kadar protein semakin meningkat. Koefisien

determinasi sebesar 0,940 menunjukan bahwa

94,0% kadar protein bolu kering dipengaruhi oleh

penambahan tepung bekatul dan sisa nya

dipengaruhi oleh hal-hal lain.

Kadar protein terendah terdapat pada

perlakuan b0 (tepung terigu 100%) yaitu 5,9549

dan kadar protein tertinggi terdapat pada

perlakuan b5 (tepung terigu 50% : tepung bekatul

50%) yaitu 8,1396. Kadar protein yang diperoleh

pada penelitian berkisar antara 5.9549% sampai

8.1396%. Tingginya kadar protein pada perlakuan

b5 disebabkan karena penambahan tepung bekatul

50%, dimana bekatul itu sendiri kaya akan

kandungan protein.

Menurut Anonim (2007), protein pangan

terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu moderat

60-900C selama satu jam atau lebih. Denaturasi

merupakan perubahan struktur protein dimana

pada keadaan terdenatrasi penuh hanya struktur

primer saja yang tersisa.

MUTU ORGANOLEPTIK

Warna

Warna merupakan salah satu atribut mutu

yang sangat penting pada bahan dan produk

pangan. Peranan warna sangat nyata karena

umumnya konsumen akan mendapat kesan

pertama dari warna produk tersebut, baik suka

maupun tidak suka terhadap warna tersebut.

Warna juga mempunyai arti dan peranan yang

sangat penting pada produk pangan sebagai

penciri jenis, tanda-tanda pematangan buah,

tanda-tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu dan

pedoman proses pengolahan (Andarwulan,

Kusnandar dan Herawati, 2011).

Gambar 4. Pengaruh Rasio Tepung Bekatul dan Tepung Terigu Terhadap Warna Bolu Kering

Berdasarkan hasil analisa parameter warna

(hedonik) pada produk bolu kering menunjukkan

bahwa perlakuan dengan penambahan tepung

bekatul pada setiap perlakuan memberikan

5.9549 6.4039

6.7223 6.7563 7.6379 8.1396

y = 0.4188x + 5.4699 R² = 0.9403

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

b0 b1 b2 b3 b4 b5

kad

ar p

rote

in (

%)

Perlakuan

4.25 3.75

3.45 3.2

2.9 2.8

0

1

2

3

4

5

b0 b1 b2 b3 b4 b5

War

na

(Hed

on

ik)

Perlakuan

Hedonik Warna

Page 10: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

8

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

kesukaan panelis terhadap warna bolu kering yang

dihasilkan. Hasil purata uji hedonik warna

didapatkan dengan perlakuan b0, b1, b2, b3, b4 dan

b5 yaitu 4.25%, 3.75%, 3.45%, 3.2%, 2.9% dan

2.8% dengan kriteria paling disukai hingga agak

suka. Penilaian panelis terhadap nilai warna

berada pada rentang 2,8-4,25. Nilai terendah

terdapat pada perlakuan b5 yaitu 2,8 (agak suka)

sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan

b0 yaitu 4,25 (sangat suka).

Pada perlakuan b0 panelis cenderung sangat

menyukai warna bolu kering yang kuning cerah hal

ini disebabkan tidak ada penambahan tepung

bekatul pada perlakuan tersebut. Sedangkan pada

perlakuan b5 panelis agak suka dengan warna bolu

kering yang kecoklatan hal ini disebabkan karena

adanya penambahan tepung bekatul pada

perlakuan tersebut.

Aroma

Aroma merupakan salah satu sifat sensoris

yang menentukan penerimaan konsumen pada

suatu produk. Aroma dapat didefinisikan sebagai

sesuatu yang dapat diamati dengan indra pembau.

Aroma khas yang dirasakan oleh indera penciuman

tergantung dari bahan yang digunakan atau

ditambahkan dalam proses pembuatan suatu

produk.

Berdasarkan hasil analisa parameter aroma

(hedonik) pada produk bolu kering menunjukkan

bahwa perlakuan dengan penambahan tepung

bekatul pada setiap perlakuan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

kesukaan panelis terhadap warna bolu keringyang

dihasilkan. Hasil purata uji hedonik aroma

didapatkan dengan perlakuan b0, b1, b2, b3, b4 dan

b5 yaitu 3.8%, 3.6%, 3.5%, 3.35%, 3.3% dan

2.95% dengan kriteria paling disukai hingga agak

suka.

Gambar 5. Pengaruh Rasio Tepung Bekatul

dan Tepung Terigu Terhadap Aroma Bolu Kering

Hasil analisa parameter aroma (hedonik) pada

produk bolu kering menunjukkan bahwa perlakuan

dengan penambahan tepung bekatul pada setiap

perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap warna

bolu kering yang dihasilkan.

Berdasarkan gambar 5. bahwa perlakuan

penambahan tepung bekatul yang berbeda

memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap aroma secara hedonik. Penilaian panelis

terhadap nilai aroma berada pada rentang 2,95-

3,8. Nilai terendah terdapat pada perlakuan b5

yaitu 2,95 (agak suka) sedangkan nilai tertinggi

terdapat pada perlakuan b0 yaitu 3,8 (suka).

Pada perlakuan b5 panelis agak suka dengan

aroma bolu kering karena adanya penambahan

tepung bekatul sehingga aroma bolu kering sangat

beraroma bekatul. Pada perlakuan b0 panelis suka

dengan aroma bolu kering hal ini disebabkan pada

3.8 3.6 3.5 3.35 3.3

2.95

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

b0 b1 b2 b3 b4 b5

Aro

ma (

Hed

on

ik)

Perlakuan

Hedonik Aroma

Page 11: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

9

perlakuan tersebut tidak ada penambahan tepung

bekatul sehingga aroma bolu kering pada

umumnya berbau khas kue bolu. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin banyak tepung

bekatul yang ditambahkan maka tingkat kesukaan

aroma panelis semakin menurun.

Aroma juga dipengaruhi oleh kandungan

lemak pada bekatul tergolong tinggi sehingga

mudah menyebabkan aroma tengik. Aroma tengik

pada bekatul disebabkan karena kerusakan

hidrolituk dan oksidatif pada minyak bekatul

adalah penyebab munculnya aroma tengik

(Damayanti,dkk, 2007).

Rasa

Rasa merupakan salah satu faktor penting

untuk menentukan tingkat penerimaan suatu

bahan pangan atau makanan. Meskipun warna

dan aroma baik, jika tidak diikuti rasa yang enak

maka makanan tersebut tidak akan diterima oleh

konsumen. Rasa suatu bahan makanan

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti senyawa

kimia, temperature, konsistensi dan interaksi

dengan komponen rasa yang lain serta jenis dan

lama pemasakan (Winarno, 1997).

Rasa merupakan salah satu faktor penting

dalam menentukan cita rasa makanan. Rasa suatu

makanan merupakan faktor yang turut

menentukan penerimaan konsumen terhadap

suatu produk. Demikian dengan rasa bolu kering

semakin tinggi tingkat penambahan bekatul maka

rasa bolu kering cenderung menjadi kurang

disukai oleh panelis karena rasa bekatul yang agak

pahit semakin kuat dan dapat memberikan after

taste yang kurang menyenangkan.

Gambar 6. Pengaruh Rasio Tepung Bekatul

dan Tepung Terigu Terhadap

Rasa Bolu Kering

Berdasarkan Gambar 6. bahwa perlakuan

penambahan tepung bekatul yang berbeda

memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap rasa secara hedonik. Dapat dilihat bahwa

pada diagram tersebut, perlakuan b0 tidak bebeda

nyata dengan perlakuan b1, b2, b3 dan b4 tapi

berbeda nyata dengan perlakuan b5. Hasil purata

uji hedonik rasa didapatkan dengan perlakuan b0,

b1, b2, b3, b4 dan b5 yaitu 4%, 3.8%, 3.65%,

3.55%, 3.5% dan 3.1% dengan kriteria paling

disukai hingga agak suka. Penilaian panelis

terhadap nilai rasa berada pada rentang 3,1-4.

Nilai terendah terdapat pada perlakuan b5 yaitu

3,1 (agak suka) sedangkan nilai tertinggi terdapat

pada perlakuan b0 yaitu 4 (suka).

Pada perlakuan b0 panelis menyukai rasa bolu

kering hal ini disebabkan pada perlakuan tersebut

tidak ada penambahan tepung bekatul sehingga

rasa bolu kering seperti kue bolu pada umumnya.

Pada perlakuan b5 panelis agak suka dengan rasa

bolu kering hal ini disebabkan pada perlakuan

tersebut ada penambahan tepung bekatul

sebanyak 50% sehingga rasa bolu kering kurang

4 3.8 3.65 3.55 3.5 3.1

0

1

2

3

4

5

b0 b1 b2 b3 b4 b5

Ras

a (H

edo

nik

)

Perlakuan

Hedonik Rasa

Page 12: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

10

disukai karena terasa sedikit pahit. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin banyak tepung

bekatul yang ditambahkan maka tingkat kesukaan

rasa panelis terhadap bolu kering semakin

menurun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

yang dipaparkan pada penelitian ini, maka dapat

dibuat suatu kesimpulan bahwa rasio tepung

bekatul dan tepung terigu memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap parameter kimia

yaitu (kadar air, kadar abu dan kadar protein) dan

parameter organoleptik yaitu (warna, aroma dan

rasa). Kadar air bolu kering dari semua perlakuan

telah memenuhi syarat mutu berdasarkan SNI 01-

3840-1995 sedangkan untuk kadar abu dan kadar

protein dari semua perlakuan tidak memenuhi

persyaratan.

Semakin tinggi penambahan tepung bekatul,

dilihat dari parameter kimia maka kadar abu dan

kadar protein bolu kering semakin meningkat

sedangkan kadar air semakin menurun. Untuk

parameter organoleptik, semakin tinggi

penambahan bekatul maka tingkat kesukaan

warna, aroma dan rasa semakin menurun.

Berdasarkan hasil penelitian pada perlakuan b5

(tepung terigu 50% : tepung bekatul 50%)

memberikan hasil terbaik dari segi parameter

kimia yaitu (kadar air 25.16%, kadar abu 2.45%

dan kadar protein 8.13%) serta parameter

organoleptik yaitu (warna 2.8, aroma 2.95 dan

rasa 3.1) dengan tingkat kesukaan anelis agak

suka.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, K dan Estiasih, T. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. PT. Bumi Aksara. Malang.

Apriyanto, A., 2006. Bahan Pembuat Bakery dan Kue. http://dunia.pelajar-islam.or.id. Akses tanggal 6 desember 2017.Makassar.

Astawan, M., dan Kasih, A. L. 2008.Khasiat Warna-Warni Makanan.Gramedia. Jakarta.

Astawan, M., dan Febrinda, A. E. 2010.PotensiDedak dan Bekatul Beras sebagai Ingredient Pangan dan Produk Pangan Fungsional.Jurnal Pangan 19 (1) :14-21.

Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet danR.D. Applemen, 1987.Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Damayanthi dan Listyorini. 2006. Pemanfaatan Tepung Bekatul Rendah Lemak Pada Pembuatan Keripik Simulasi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

Desrosier, N. W. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjmah M. Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.Gude.Skripsi.Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian.

Djuanda, V. 2003.Optimasi Formulasi Cookies Ubi Jalar (Ipomea batatas) Berdasarkan Kajian Preferensi Konsumen.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Dwiani, A. 2009.Pengaruh Komposisi Tepung Ubi Jalar Orange (Ipomea batatas L.) dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.) Sebagai Substitusi Tepung Terigu Terhadap Beberapa Komponen Mutu Biskuit. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Faridah, A., 2008. Patiseri Jilid 3 untuk SMK. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Page 13: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BEKATUL DAN …eprints.unram.ac.id/11894/1/ARTIKEL ILMIAH DESI.pdfrasio tepung bekatul dan tepung terigu terhadap sifat kimia dan organoleptik

11

Fathullah, A. 2013.Perbedaan Brownies Tepung Ganyong Dengan Brownies Tepung Terigu Ditinjau Dari Kualitas Inderawi Dan Kandungan Gizi.Skripsi.Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Hanafiah, K.A., 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Janathan.2007. Karakteristik Fisikokimia Tepung Bekatul Serta Optimasi Formulasi Dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Campuran Susu Skim Dan Tepung Bekatul.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusuma, Renny Widya. 2013. Pemanfaatan Biji Kluwih (Arthocarpus altilis) dalam Pembuatan Susu Organik dengan Penambahan Pewarna Alami.[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mudjayanto, E. S., dan L.N. Yulianti, 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya. Jakarta.

Orthoefer, F. T. 2001. Rice bran oil.di dalam. Champagne, E. T. (Ed). Rice Chemistry and Technology 3th edition.American Association of Cereal Chemists. Inc, St. Paul.

Pratomo, A. 2013.Studi Eksperimental Pembuatan Bolu Kering Substitusi Tepung Pisang Ambon.Skripsi Teknologi Jasa dan Produksi.Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Putri, Y, U., 2010. Studi Pembuatan Tepung Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L) DC) Dengan Metode Penggilingan Basah Dan Analisis Sifat Fisiko-Kimia Serta Karakteristik Fungsionalnya. Skripsi Teknologi Pangan. IPB. Bogor.

Rahayu, W, P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rohimah, E, 2008. Bolu Kukus. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/ JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/196005041986012-ADE_JUWAEDAH/Bolu_kukus.pdf.

Sandi, N.N., 2017. Pengaruh Perbandingan Tepung Terigu dan Tepung Bekatul Beras Putih Terhadap Beberapa Komponen Mutu Brownies. Skripsi. Universitas Mataram. Mataram.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1984.Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Sudaryani, 2003.Kualitas Telur.Penebar Swadaya, Jakarta.

Sulaemah. 2016. Pengaruh Rasio Tepung Biji Kecipir Dengan Tepung Terigu Terhadap Beberapa Komponen Gizi Dan Organoleptik Bolu Kering. Universitas Mataram. Mataram

Suzana, L, 1992. Mempelajari Subtitusi Parsial Dedak Padi (Bekatul) terhadap Tepung Terigu sebagai Sumber DietaryFiber dan Niasin dalam Pembuatan Roti dan Biskuit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarno, 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Cetakan kesebelas.Jakakrta.

Winarno, F.G., F. Srikandi dan F. Dedi. 1986. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yasa, I W. S., A. Prarudiyanto dan Zainuri., 2014. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensoris. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram. Mataram.

Yuwono, S.Y., dan Susanto, T. 2010. Pengujian Fisik Pangan, Unesa Press, Surabaya.