38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit ini ditandai dengan disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit menular tertua yang dikenal di Indonesia. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus dan famili Rhabdoviridae. Genus Lyssavirus sendiri terdiri dari 80 jenis virus dan virus rabies merupakan prototipe dari genus ini. Sejarah penemuan rabies bermula 2000 tahun SM ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies pada tahun 1885, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut, menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak tersebut tidak menderita rabies. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana pengertian dari Rabies? 1.2.2 Bagaimana etiologi penyakit rabies ? 1.2.3 Bagaimana Tanda dan Gejala penyakit rabies ? 1

askep rabies.docx

  • Upload
    inirian

  • View
    14

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang

dapat menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit

ini ditandai dengan disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu

berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit menular

tertua yang dikenal di Indonesia. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus

dan famili Rhabdoviridae. Genus Lyssavirus sendiri terdiri dari 80 jenis virus dan

virus rabies merupakan prototipe dari genus ini. Sejarah penemuan rabies

bermula 2000 tahun SM ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat

menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Ketika seorang anak

laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies pada tahun 1885, Louis

Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut,

menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak

tersebut tidak menderita rabies.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengertian dari Rabies?

1.2.2 Bagaimana etiologi penyakit rabies ?

1.2.3 Bagaimana Tanda dan Gejala penyakit rabies ?

1.2.4 Bagaimana Tanda rabies pada hewan rabies ?

1.2.5 Bagaimana Patofisiologi penyakit rabies ?

1.2.6 Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies ?

1.2.7 Bagaimana Masa Inkubasi penyakit rabies ?

1.2.8 Bagaimana Cara Penularan penyakit rabies ?

1.2.9 Bagaimana Penanganan penyakit rabies ?

1.2.10 Bagaimana Pencegahan penyakit rabies ?

1.2.11 Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies ?

1.2.12 Bagaimana Komplikasi penyakit rabies ?

1

1.3 Tujuan Penulisan

Aapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi

tugas perkuliahan juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis

mengenai :

1.3.1 Mengetahui Bagaimana pengertian dari Rabies

1.3.2 Mengetahui Bagaimana etiologi penyakit rabies

1.3.3 Mengetahui Bagaimana Tanda dan Gejala penyakit rabies

1.3.4 Mengetahui Bagaimana Tanda rabies pada hewan rabies

1.3.5 Mengetahui Bagaimana Patofisiologi penyakit rabies

1.3.6 Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies

1.3. 7 Mengetahui Bagaimana Masa Inkubasi penyakit rabies

1.3.8 Mengetahui Bagaimana Cara Penularan penyakit rabies

1.3.9 Mengetahui Bagaimana Penanganan penyakit rabies

1.3.10 Mengetahui Bagaimana Pencegahan penyakit rabies

1.3.10 Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies

1.3.11 Mengetahui Bagaimana Komplikasi penyakit rabies

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini

adalah dengan mengunakan pendekatan normative yaitu metode kepustakaan

dengan menggunakan teknik pencatatan dari berbagai sumber yang kemudian

dirangkum dalam sebuah makalah

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada

susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui

gigitan hewan penular rabies.Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk

lewat luka gigitan, selama dua minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk

dan dekatnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut

saraf posterios tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa

inkubasi virus ini bervariasi, berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tapi

umumnya 3-8 minggu, tergantung jarak tempuh virus sebelum mencapai otak.

Sesampainya di otak, virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam

semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap

sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri

dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke arah perifer dalam

serabut saraf eferen, volunter dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang

hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam

jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Sekalinya virus

rabies masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan hewan maka virus ini akan

menyebar ke seluruh otot tubuh. Puncaknya virus ini akan mencapai otak dan

menyerang banyak bagian penting otak yang akhirnya dapat menyebabkan

kematian.

3

2.2 Etiologi

Adapun penyebab dari rabies adalah :

• Virus rabies.

• Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.

• Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.

Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman

yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan

menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah

anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat

ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur

binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi,

umumnya penularan melalui gigitan. Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini

dapat ditularkan ketika air liur hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir

seseorang seperti kelopak mata atau mulut atau kontak melalui kulit yang

terbuka. (penyakit anjing gila) yang biasanya dibawa oleh anjing, kucing,

kelelewar, kera, musang dan serigala, bisa mempengaruhi sistem saraf pusat.

Hewan-hewan itu termasuk berdarah panas, termasuk juga manusia (pria),

sehingga mudah sekali terkena penyakit ini. Tapi, penyebaran penyakit antar

manusia jarang sekali terjadi.

2.3 Tanda dan Gejala

Secara klinis, gejala rabies dibedakan menjadi:

1. Stadium Prodromal.

Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit tulang,

kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk dan

kelelahan luar biasa selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala-gejala ini

merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies

yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan pembawa virus rabies.

4

2. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat

bekas luka gigitan. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi

yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.

3. Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala

hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.

Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya

yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobia,

yang sangat sering diantaranya hidrofobi (takut air). Kontraksi otot-otot

faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang

sensorik seperti meniupkan udara ke muka penderita atau

menjatuhkan sinar ke mata atau dengan menepuk tangan di dekat

telinga penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis,

konvulsan dan takikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional

kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala

eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal,

tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot

melemas, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.

4. Stadium paralisis

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.

Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,

melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena

gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala

paresis otot-otot yang bersifat asendens, yang selanjutnya meninggal

karena kelumpuhan otot-otot pernapasan. Tanpa perawatan serius,

kematian dapat terjadi 4-20 hari setelah gejala-gejala muncul. Inkubasi

dari infeksi rabies ini umumnya terjadi dalam waktu 1-2 bulan setelah

kejadian, walau rentang waktunya 10 hari sampai satu tahun.

5

2.4 Tanda rabies pada hewan

Ada dua macam gejala rabies yaitu rabies ganas dan rabies tenang.

Tanda-tanda rabies ganas:

•Tidak menurut lagi perintah pemilik

•Air liur keluar berlebihan

•Hewan menjadi ganas, menyerang/menggigit apa saja yang ditemui

dan ekor dilengkungkan ke bawah perut diantara paha

•Kejang-kejang kemudia lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari timbul

gejala atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

Tanda-tanda rabies tenang:

•Bersembunyi ditempat gelap dan sejuk

•Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat

•Kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar

berlebihan

•Kematian terjadi dalam waktu singkat.

2.5 Patofisiologi

Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini

menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan

kadang melalui jilatan.Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui

saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka

berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju

ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Banyak hewan yang bisa

menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari

rabies adalah anjing.

6

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi,

tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun.

Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala,

tempat yang tertutup celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak

tempat.Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai

bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai

dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak

badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang

tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot

tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang

ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses

menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air

bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak

dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga

disebut hidrofobia (takut air).

2.7 Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya

gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang

lebih 2 minggu (10 hari - 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1

tahun. Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi bias bervariasi

antara 7 hari - 7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena

lamanya inkubasi kadang-kadang pasien tidak dapat mengingat kapan terjadinya

gigitan. Pada anak-anak masa inkubasi biasanya lebih pendek dari pada orang

dewasa. Lamanya inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya gigitan, lokasi

gigitan (jauh dekatnya kesistem saraf pusat), derajat pathogenesis virus dan

persarafan daerah luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari, dan pada

ekstremitas 46-78 hari.

7

2.8 Cara Penularan

Setelah virus rabies masuk ke tubuh manusia, selama dua minggu virus menetap

pada tempat masuk dan jaringan otot didekatnya. Virus berkembang biak atau

lansung mencapai ujung-ujung serabut saraf perifer tampa menunjukan perubahan-

perubahan fungsinya. Selubung virus menjadi satu dengan membrane plasma dan

protein ribonukleus dan memasuki sitoplasma. Beberapa tempat pengikatan adalah

reseptor asetil-kolin post-sinaptik pada neuromuscular junction di susunan saraf

pusat (SSP). Dari saraf perifer virus menyebar secara sentripetal melalui

endoneurium sel-sel Schwan dan melalui aliran aksoplasma mencapai ganglion

dorsalis dalam waktu 60-72 jam dan berkembang biak. Selanjutnya virus menyebar

dengan kecepatan 3 mm/jam kesusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak).

Melalui cairan serebrospinal.

Diotak virus menyebar secara luas dan memperbanyak diri  dalam semua bagian

neuron, kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf

volunter maupun pada saraf otonom. Penyebaran selanjutnya dari SSP ke saraf

perifer termasuk saraf otonom, otot skeletal, otot jantung, kelenjar adrenal (medula),

ginjal, mata, dan pankreas. Pada tahap berikutnya virus akan terdapat pada kelenjar

ludah, kelenjar lakrimalis, sistem respirasi. Virus juga tersebar pada air susu dan

urin. Pada manusia hanya dijumpai kelainan pada midbrain dan medula spinalis

pada rabies tipe furious (buas) dan pada medula spinalis pada tipe paralitik.

Perubahan  patolgi berupa degenerasi sel ganglion, infiltrasi sel mononuklear dan

perivaskular, neuronovagia dan pembentukan nodul pada glia pada otak dan medula

spinalis.

Dijumpai Negri bodies yaitu benda intrasitoplasmik yang berisi komponen virus

terutama protein ribonuklear dan fragmen organela seluler seperti ribosomes. Negri

bodies dapat ditemukan pada seluruh bagian otak, terutama pada korteks serebri,

batang otak, hipothalamus, sel purkinje serebrum, ganglia dorsalis dan medula

spinalis.  Pada 20% kasus rabies tidak ditemukan Negri bodies. Adanya miokarditis

menerangkan terjadinya aritmia pada pasien rabies.

8

2.9 Penanganan

Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat

dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang

masuk pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan

dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15

menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau

lainnya). Tapi, walau pencucian luka gigitan sudah dilakukan, penderita harus

kembali dicuci lukanya di Puskesmas atau rumah sakit.

Luka gigitan tidak dibenarkan dijahit, kecuali jahitan situasi. Jika memang

perlu sekali untuk dijahit (jahitan situasi), harus diberikan serum anti rabies

(SAR) sesuai dosis yang disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak

mungkin dan sisanya disuntikkan secara intramuskuler. Selain itu, harus

dipertimbangkan pula perlu tidaknya pemberian serum atau vaksin anti tetanus,

anti biotik mencegah infeksi dan pemberian analgetik.

Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai dengan serum anti

rabies (SAR) harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan

hasil-hasil penemuan di bawah ini:

1. Anamnesis:

- kontak/jilatan/gigitan

- kejadian di daerah tertular/terancam/bebas

- didahului tindakan provokatif/tidak

- hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies

- hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies

- penderita luka gigitan pernah di VAR

- hewan yang menggigit pernah di VAR

2. Pemeriksaan fisik:

- identifikasi luka gigitan (status lokalis)

3. Lain-lain:

- temuan pada waktu observasi hewan

- hasil pemeriksaan spesimen dari hewan

9

Biasanya, binatang pembawa rabies akan mempunyai gejala, seperti hewan

menjadi garang atau ganas (furious rabies) atau hewan menjadi tenang.

Penangannya:

A. Hewan yang telah menggigit manusia harus diusahakan tertangkap dan jangan

dibunuh, laporkan kepada petugas Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan

atau diserahkan langsung kepada Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan

observasi selama 14 hari.

B. Hewan yang telah menggigit manusia dan tertangkap tetapi terpaksa dibunuh

atau mati, kepalanya harus diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat

sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.

Ada juga beberapa tips yang bisa dilakukan, jika kita terkena gigitan hewan:

Kompres dengan es

Gigitan nyamuk bisa dirawat dengan kompres es, menurut seorang dokter.

Ia mengatakan, es mengurangi bengkak yang terjadi dan menghilangkan

rasa sakit dan gatal. Ia menyarankan mengompres gigitan itu selama 20

menit setiap beberapa jam. Saran yang sama juga berlaku bagi gigitan

laba-laba yang tidak beracun, yang juga bisa menyebabkan gatal.

2.10 Pencegahan

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan

rabies adalah:

1.Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus

didaftarkan ke Kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas

Dinas Peternakan setempat.

2. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh

lebih dari 2 meter.

3. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan

rantai tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus

menggunakan berangus (beronsong).

4. Pemilik anjing wajib untuk menvaksinasi rabies.

10

5. Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan

kepada petugas Dinas Peternakan atau Pos Kesehatan Hewan

untuk diberantas / dimusnahkan.

6. Kurangi sumber makanan di tempat terbuka Untuk mengurangi

anjing liar atau anjing yang diliarkan.

7. Daerah yang terbebas dari penyakit rabies, harus mencegah

masuknya anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya dari daerah

tertular rabies.

8. Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan

segera melaporkannya kepada Petugas Dinas Peternakan atau

Posko Rabies.

2.11 Manifestasi Klinis

Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam

keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu:

1. Gejala prodromal non spesifik

2. Ensefalitis akut

.      3. Disfungsi batang otak

4. Koma dan kematian

STADIUM LAMANYA (% KASUS) MANIFESTASI KLINIS

Inkubasi       < 30 hari (25%)

      30-90 hari (50%)

      90 hari-1 tahun (20%)

      >1 tahun (5%)

Tidak ada

11

Prodromal 2-10 hari Parestesia, nyeri pada luka

gigitan, demam, malaise,

anoreksia, mual dan muntah,

nyeri kepala, letargi, agitasi,

ansietas, depresi.

Neurologik

  Akut Furious (80%)

Paralitik

  Koma

2-7 hari

2-7 hari

0-14 hari

Halusinasi, bingung, delirium,

tingkah laku aneh, takut,

agitasi, menggigit, hidropobia,

hipersaliva, disfagia, avasia,

hiperaktif, spasme faring,

aerofobia, hiperfentilasi,

hipoksia, kejang, disfungsi

saraf otonom, sindroma

abnormalitas ADH.

Paralisis flagsid

Autonomic instability,

hipoventilasi, apnea, henti

nafas, hipotermia, hipetermia,

hipotensi, disfunsi pituitari,

aritma, dan henti jantung.

12

2.12      Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbul

pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra

cranial: kelainan pada hypothalamus berupa diabetes insipidus, sindrom

abnormalitas hormone anti diuretic (SAHAD); disfungsi otonomik yang menyebabkan

hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia, aritmia dan henti jantung. Kejang

dapat local maupun generalisata, dan sering bersamaan dengan aritmia dan

gangguan respirasi. Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi

dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik. Hipotensi terjadi karena gagal

jantung kongestif, dehidrasi dan gangguan saraf otonomik.

Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara Penanganan

JENIS KOMLIKASI PENANGANANNYA

Neurologi

          Hiperaktif

          Hidrofobia

          Kejang fokal

          Gejala neurologi local

          Edema serebri

          Aerofobia

Fenotiazin, benzodiazepine

Tidak diberi apa-apa lewat mulut

Karbamazepine, fenitoin

Tak perlu tindak apa-apa

Mannitol, galiserol

Hindari stimulasi

Pituitary

          SAHAD

          Diabetes insipidus

Batasi cairan

Cairan, vasopressin

13

Pulmonal

          Hiperventilasi

          Hipoksemia

          Atelektasis

          Apnea

         

Pneumotoraks

Tidak ada

Oksigen, ventilator, PEEP

Ventilator

Ventilator

Dilakukan ekspansi paru

Kardiovaskular

          Aritmia

          Hipotensi

          Gagal jantung kongestif

          Thrombosis arteri/vena

          Obstruksi vena kava superior

          Henti jantung

Oksigen, obat anti aritmia

Cairan, dopamine

Batasi cairan, obat-obatan

Oksigen, obat anti aritmia

Cairan, dopamine

Batasi cairan, obat-obatan

          Anemia

          Perdarahan gastrointestinal

          Hipertermia

          Hipotermia

Transfuse darah

H2 blockers, transfusi darah

Lakukan pendinginan

14

          Hipooalemia

          Ileus paralitik

          Retensio urine

          Gagal ginjal akut

Pneumomediastinum

Selimut panas

Pemberian cairan

Cairan paranteral

Kateterisasi

Hemodialisa

Tidak dilakukan apa-apa

15

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RABIES

I. PENGKAJIAN

Pengkajian mengenai:

a. Status Pernafasan

- Peningkatan tingkat pernapasan

- Takikardi

- Suhu umumnya meningkat (37,9º C)

- Menggigil

b. Status Nutrisi

- kesulitan dalam menelan makanan

-berapa berat badan pasien

- mual dan muntah

- porsi makanan dihabiskan

- status gizi

c. Status Neurosensori

-Adanya tanda-tanda inflamasi

d.Keamanan

-kejang

-kelemahan

e. Integritas Ego

- Klien merasa cemas

- Klien kurang paham tentang penyakitnya

Pengkajian Fisik Neurologik :

1. Tanda – tanda vital

Suhu

Pernapasan

Denyut jantung

Tekanan darah

Tekanan nadi

16

2. Hasil pemeriksaan kepala

Fontanel : menonjol, rata, cekung

Bentuk Umum Kepala

3. Reaksi pupil

Ukuran

Reaksi terhadap cahaya

Kesamaan respon

4. Tingkat kesadaran

Kewaspadaan : respon terhadap panggilan

Iritabilitas

Letargi dan rasa mengantuk

Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Afek

Alam perasaan

Labilitas

6. Aktivitas kejang

Jenis

Lamanya

7. Fungsi sensoris

Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap suhu

8. Refleks

Refleks tendo superfisial

Reflek patologi

II. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia

2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan

3. Demam berhubungan dengan viremia

4. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi

5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan

6.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka

17

III. Intervensi

NO DX TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1 Gangguan pola nafas

berhubungan dengan

afiksia

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan pasien bernafas

tanpa ada gangguan, dengan

kriteria hasil :

-pasien bernafas,tanpa ada

gangguan.

-pasien tidak menggunakan

alat bantu dalam bernafas

-respirasi normal (16-20

X/menit)

1. Obsevasi tanda- tanda

vital pasien terutama

respirasi.

2. Beri pasien alat bantu

pernafasan seperti O2.

3. Beri posisi yang nyaman.

1. Tanda vital merupakan

acuan untuk melihat

kondisi pasien.

2. O2 membantu pasien

dalam bernafas.

3. posisi yang nyaman akan

membantu pasien dalam

bernafas.

2 Gangguan pola nutrisi

berhubungan dengan

penurunan refleks

menelan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi,

1. Kaji keluhan mual, sakit

menelan, dan muntah

yang dialami pasien.

2. Kaji cara / bagaimana

makanan dihidangkan.

1. Untuk menetapkan cara

mengatasinya.

2. Cara menghidangkan

makanan dapat

mempengaruhi nafsu

18

dengan kriteria hasil :

    - pasien mampu menghabiskan

makanan sesuai dengan porsi

yang diberikan /dibutuhkan.

3. Berikan makanan yang

mudah ditelan seperti

bubur.

4. Berikan makanan dalam

porsi kecil dan frekuensi

sering.

5. Catat jumlah / porsi

makanan yang

dihabiskan oleh pasien

setiap hari.

6. Kaloboras pemberian

obat-obatan antiemetik

sesuai program dokter.

7. Ukur berat badan pasien

setiap minggu.

makan pasien

3. Membantu mengurangi

kelelahan pasien dan

meningkatkan asupan

         makanan.

4. Untuk menghindari mual.

5. Untuk mengetahui

pemenuhan kebutuhan

nutrisi.

6. Antiemetik membantu

pasien mengurangi mual

dan muntah dan

diharapkan nutrisi pasien

meningkat.

7. Untuk mengetahui status

gizi pasien

3 Demam berhubungan

dengan viremia

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan demam pasien

teratasi,

1. Kaji saat timbulnya

demam

2. Observasi tanda vital

(suhu, nadi, tensi,

pernafasan) setiap 3 jam

1. untuk mengidentifikasi

pola demam pasien.

2. Tanda vital merupakan

acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

19

dengan criteria hasil :

- Suhu tubuh normal (36 -

370C).

- Pasien bebas dari demam.

3. Berikan kompres hangat

4. Berikan terapi cairan

intravena dan obat-

obatan sesuai program

dokter.

3. dengan vasodilatasi dapat

meningkatkan penguapan

dan mempercepat

penurunan suhu tubuh.

4. Pemberian cairan sangat

penting bagi pasien

dengan suhu tinggi.

4 Cemas (keluarga)

berhubungan kurang

terpajan informasi tentang

penyakit.

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tingkat kecemasan

keluarga pasien menurun

/hilang, dengan kriteria hasil :

-Melaporkan cemas berkurang

sampai hilang

-Melaporkan pengetahuan yang

cukup terhadap penyakit pasien

-Keluarga menerima keadaan

panyakit yang dialami pasien.

1. Kaji tingkat kecemasan

keluarga.

2. Jelaskan kepada

keluarga tentang penyakit

dan kondisi pasien.

3. Berikan dukungan dan

support kepada keluarga

pasien.

1. Untuk mengetahui tingkat

cemas,dan mengambil

cara apa yang akan

digunakan

2. informasi yang benar

tentang kondisi pasien

akan mengurangi tingkat

kecemasan keluarga.

3. Dengan dukungan dan

support,akan mengurangi

rasa cemas

4. keluarga pasien.

20

5 Resiko cedera

berhubungan dengan

kejang dan kelemahan

Setelah diberikan tindakan

keperawatan, selama 3x24jam

diharapkan pasien tidak

mengalami cedera,dengan

kriteria hasil :

- Klien tidak ada cedera akibat

serangan kejang

- klien tidur dengan tempat tidur

pengaman

- Tidak terjadi serangan kejang

ulang.

- Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-

80x/menit, Respirasi 16-20

x/menit.

- Kesadaran composmentis

1. Identifikasi dan hindari

faktor pencetus

2. Tempatkan klien pada

tempat tidur yang

memakai pengaman di

ruang yang tenang dan

nyaman.

3. Anjurkan klien istirahat

4. Lindungi klien pada saat

kejang dengan :

- longgarakn pakaian

- posisi miring ke satu sisi

- jauhkan klien dari alat

yang dapat melukainya

- kencangkan pengaman

tempat tidur

- lakukan suction bila

banyak secret

5. Catat penyebab mulainya

kejang, proses berapa

lama, adanya sianosis dan

inkontinesia, deviasi dari

1. Penemuan factor

pencetus untuk

memutuskan rantai

penyebaran virus.

2. Tempat yang nyaman

dan tenang dapat

mengurangi stimuli atau

ransangan yang dapat

menimbulkan kejang.

3. Efektivitas energi yang

dibutuhkan untuk

metabolism.

4. Tindakan untuk

mengurangi atau

mencegah terjadinya

cedera fisik.

5. Dokumentasi untuk

pedoman dalam tindakan

berikutnya,

6. Tanda-tanda vital

indicator terhadap

perkembangan

21

mata dan gejala-hgejala

lainnya yang timbul.

6. sesudah kejang observasi

TTV setiap 15-30 menit

dan obseervasi keadaan

klien sampai benar-benar

pulih dari kejang.

7. Observasi efek samping

dan keefektifan obat.

8. Observasi adanya depresi

pernafasan dan gangguan

irama jantung.

9. Kerja sama dengan tim :

- pemberian obat

antikonvulsan dosis tinggi

- pemeberian antikonvulsan

(valium, dilantin,

phenobarbital)

- pemberian oksigen

tambahan

- pemberian cairan

penyakitnya dan

gambaran status umum

pasien.

7. Efeksamping dan

efektifnya obat diperlukan

motitorng untuk tindakan

lanjut.

8. Komplikasi kejang dapat

terjadi depresi

pernapasan dan kelainan

irama jantung.

9. untuk mengantisipasi

kejang, kejang berulang

dengan menggunakan

obat antikonvulsan baik

berupa bolus, syringe

pump.

22

parenteral

- pembuatan CT scan

6 Resiko infeksi

berhubungan dengan luka

terbuka

Setelah diberikan tindakan

keperawatan 3X24 jam

diharapkan tidak terjadi tanda-

tanda infeksi.

Kriteria Hasil:

-Tidak terdapat tanda tanda

infeksi seperti:

Kalor,dubor,tumor,dolor,dan

fungsionalasia.

-TTV dalam batas normal

1. Kaji tanda – tanda infeksi

2. Pantau TTV,terutama suhu

tubuh.

3. Ajarkan teknik aseptik pada

pasien

4. Cuci tangan sebelum

memberi asuhan

keperawatan ke pasien.

5. Lakukan perawatan luka

yang steril.

1. Untuk mengetahui

apakah pasian

mengalami infeksi. Dan

untuk menentukan

tindakan keperawatan

berikutnya.

2. Tanda vital merupakan

acuan untuk

mengetahuikeadaan

umum pasien.

3. Perubahan suhu menjadi

tinggi merupakan salah

satu tanda – tanda

infeksi.

4. Meminimalisasi

terjadinya infeksi

d.Mencegah terjadinya

infeksi nosokomial.

5. Perawatan luka yang

23

steril meminimalisasi

terjadinya infeksi

24

IV. IMPLMENTASI

Diesuaikan dengan intrvensi yang telah di buat

V. Evaluasi

NO

DX

EVALUASI

DX 1 a. pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas.

b. pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.

DX 2 a. Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum.

b. Pasien bisa menelan dengan baik

c. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.

DX 3 a. Suhu pasien normal (36-370C)

b. Pasien tidak mengeluh demam

DX 4 a. Keluarga pasien tidak cemas lagi.

b. Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut membantu

dalam pemberian pengobatan.

DX 5 a. Pasien tidak mengalami cedera.

b. Pasien tidak mengalami kejang

DX 6 a.Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti : kalor,dolor,tumor,dubor,dan

fungsionalasia.

b.Luka pasien terjaga dan terawat.

25

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies. Adapun penyebab dari rabies adalah : Virus rabies, Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies dan Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies. Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau lainnya). Tapi, walau pencucian luka gigitan sudah dilakukan, penderita harus kembali dicuci lukanya di Puskesmas atau rumah sakit.

Diagnose yang muncul pada asuhan keperawatan rabies yaitu

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia

2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan

3. Demam berhubungan dengan viremia

4. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi

5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan

6.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka

3.2 Saran

Sperti yang kkita ketahui bahwa penyakit rabies merupaan penyakit yang

mmatikan serta proses perjalanannya cepat. Maka dari itu,kita sebagai perawat

ksehatan sebaiknya bisa memberikan pnyuluhan kpada masyarakat awam dan

pedalaman agar penyebaran penyakit rabies bisa dicegah.

26

DAFTAR PUSTAKA

Auerbach, P.. 2006. Rabies Virus, Symptoms, Vaccine, and Treatment [online]. [cited March 6th, 2008] ; [3 screens]. Available from : http://www.surviveoutdoors.com/reference/rabies.html/ Diakses tanggal 26b maret 2012 pada pukul 16.00 wita

Ganiswarna, S.G. dkk.. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gompf, S.G.. 2007. Rabies [online]. [cited March 5th, 2008] ; [28 screens]. Available from : http://www.emedicine.com/med/topic1374.htm/ Diakses tanggal 26b maret 2012 pada pukul 16.00 wita

Jameson R.. 2006. Rabies [online]. [cited March 6th, 2008] ; [6 screens]. Available from : http://www.bio.davidson.edu/courses/immunology/Studentsspring2006/Jameson/Rabies.html/ Diakses tanggal 26b maret 2012 pada pukul 16.00 wita

Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Cetakan ke-7. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan Standar Pelayanan Operasional Neurologi. Jakarta : PERDOSSI.

27