44
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MYELOPHATY Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Disusun oleh : kelompok 2 Devi Novitasari Didi Nugraha Eko Jaya Pratama Elda Triwulandari Elsa Yudha Pragustama Erna Rachmawati Rafael B L Riana Martina Risma Andriani Rizky Aulia J Rochman Taufik Sani Nopianti

Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MYELOPHATY

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun oleh : kelompok 2

Devi Novitasari

Didi Nugraha

Eko Jaya Pratama

Elda Triwulandari

Elsa Yudha Pragustama

Erna Rachmawati

Rafael B L

Riana Martina

Risma Andriani

Rizky Aulia J

Rochman Taufik

Sani Nopianti

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA

CIMAHI

2013

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty ” tepat pada

waktunya. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

keperawatan medikal bedah III

Dalam pembuatan makalah ini, kami dibantu berbagai pihak, oleh karena

itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ade Sari, S.Kep, Ners selaku dosen mata kuliah keperawatan

Medikal Bedah

2. Orang tua kami, yang mendukung secara material maupun moril .

3. Rekan rekan tingkat II B angkatan XIII D-III Keperawatan

AKPER RS DUSTIRA

Semoga dengan dibuatnya makalah ini, dapat bermanfaat bagi kami

khususnya dan umumnya bagi para pembaca. Kami menyadari, bahwa makalah

ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan sumbang

saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang

Akhir kata kami beharap agar makalah ini dapat diterima sebagaimana adanya .

Cimahi, juni 2013

Kelompok 2

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Myelophaty atau Spondilosis servikal merupakan suatu penyakit

yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan

tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi).

Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri servikal, nyeri tengkuk

atau cervical syndrome merupakan keluhan yang sering di jumpai di

praktik klinik. Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh rasa tidak

enak di leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat.

Incidence nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering

mengenai pria daripada Wanita dengan perbandingan 1,67:1. Meskipun

dapat sebagai akibat adanya proses patologis pada jaringan lunak, namun

lebih sering akibat kondisi yang berhubungan dengan cervical spine.

Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan cervical spine antara lain

cervical spondylosis, radiculapathy atau kompresi pada radix saraf,

myelopathy atau kompresi pada medulla spinalis cervical, cedera, iritasi

pada otot-otot paraspinal.

Spondilosis servikal disebabkan karena proses penuaan. Perubahan

radiologis ditemukan pada 75% pasien diatas 50 tahun yang tidak

mempunyai keluhan spontan yang berkaitan dengan leher. Karena

perubahan tampaknya lebih dini pada pria, diperkirakan sebagian

berhuhungan dengan cedera kerja, namun jarang ditemukan adanya

kejadian yang berhubungan langsung. Namun cedera jelas merupakan

faktor yang mempresipitasi gejala pada pasien penderita spondilosis.

Pengobatan atau perawatan pada spondilosis servikalis biasanya

konservatif, yang yang paling sering digunakan adalah obat anti inflamasi

(NSAIDs), modalitas fisik, dan modifikasi gaya hidup. Untuk tindakan

pembedahan kadang- kadang dilakukan. Tindakan pembedahan dianjurkan

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

untuk radikulopaty servikal pasien dengan klinis yang berat, gejala

progresif, atau kegagalan dengan terapi konservatif.

B. Rumusan Masalah

Pasien dengan hidrosefalus akan mengalami peningktan intra

karnial sebelum pembedahan. Pada saat pembedahan pasien mengalami

resiko infeksi, kekurangan volume cairan, resiko cedera dan mungkin juga

terjadi kelebihan cairan. Sedangkan pada pasca operasi pasien dan

keluarga kemungkinan mengalami ansietas dan difisit pengetahuan.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ingin mengetahui apa itu

hidrosefalus.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa yang pengertian dari hidrosefalus

b. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari hidrosefalus

c. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari hidrosefalus

d. Untuk mengetahui bagaimana data penunjang dari hidrosefalus

e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan medikal bedah dengan

gangguan hidrosefalus

D. Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini agar keluaraga pasien

memahami tanda dan gejala yang darurat pasien dengan gangguan

hidrosefalus yang harus segera dilaporkan pada perawat.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Spondilosis servikalis merupakan suatu penyakit yang menyerang

usia pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan tulang belakang di

leher mengalami kemunduran (degenerasi).

Cervical spondylosis merupakan perubahan degenerasi dari

bantalan (disk) tulang belakang leher, hipertrofi hyperplasia tulang

belakang leher dan cedera leher yang menyebabkan hyperplasia tulang

belakang leher atau slipped disk tulang belakang, penebalan ligament,

iritasi atau kompresi saraf tulang belakang leher, saraf leher, pembuluh

darah sehingga menimbulkan berbagai gejala sindrom klinis.

B. ANATOMI

                          .                     

Cervical spine terdiri atas 7 vertebra dan 8 saraf servikal. Fungsi

utama leher adalah menghubungkan kepala dengan tubuh. Stabilitas kepala

tergantung pada 7 buah vertebra servikal. Hubungan antara vertebra

servikal melalui suatu susunan persendian yang cukup rumit. Gerakan

leher dimungkinkan karena adanya berbagai pensendian, facet joint yang

ada di posterior memegang peranan penting.Sepertiga gerakan fleksi dan

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

ekstensi dan setengah dari gerakan laterofleksi terjadi pada sendi

atlantooccipitalis (dasar tengkorak dengan VC1).Sendi atlantoaxialis

(VC1-VC2) memegang peranan pada 50% gerakan rotational. VC2 hingga

VC7 memegang peranan pada dua per tiga gerakan fleksi dan ekstensi,

50% gerakan rotasi dan 50% gerakan laterofleksi.

Delapan saraf servikal berasal dari medulla spinalis segmen

servikal, 7 saraf servikal keluar dari medula spinalis di atas vertebra yang

bersangkutan, namun saraf servikal ke 8 keluar dari medulla spinalis di

bawah VC7 dan di atas VTh1 serta costa pertama. Saraf-saraf ini

memberikan layanan saraf sensorik pada tubuh bagian atas dan ekstremitas

superior berdasarkan pola dermatom. Sedangkan layanan motoris dan

refleks dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 1. Layanan innervasi motorik dan refleks dari akar saraf servikal

Saraf Innervasi motorik Refleks

VC 3-5 Diafragma

VC5 otot deltoid, biceps

VC6 ekstensor wrist, abduktor dan

ekstensor thumb

VC 5-6 biceps, brachioradialis

VC7 triceps, fleksor wrist, ekstensor jari

VC 6-7 Tricpes

VC8 fleksor jari

VTh1 otot-otot intrinsik tangan

Cervical spine dalam kehidupan sehari-hari bekerja sangat berat,

tidak terhitung jumlah gerakan yang harus dilakukan dalam proses

menunjang fungsi kepala. Fungsi kepala antara lain berbicara, melihat,

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

membau, mendengar, makan / minum dan menahan keseimbangan

sewaktu tubuh bergerak. Setiap gerakan dari bagian tubuh tertentu harus

diimbangi gerakan servikal, maka tidak mengherankan nyeri servikal

sering timbul.

C. PENYEBAB NYERI SERVIKAL

Struktur ini bila terkena proses penyakit dapat menimbulkan rasa

nyeri termasuk di antaranya adalah otot, ligamentum, facet joint,

periosteum, jaringan fibrous, discus intervertebralis, osteofit. Penyakit

yang mendasarinya (underlying disease) antara lain : rheumatoid arthritis,

spondyloarthritis, polymyalgia rheumatica, metastasis tumor ke tulang,

diffuse idiopahtic skeletal hyperostosis, ankylosing spondylitis, reactive

cervical strain, osteoporosis, diabetes mellitus, alergi. infeksi oleh virus

atau bakteri, stress psikologis, kebiasaan tidur yang jelek.

 Selain itu dapat pula berhubungan dengan salah sikap :

hiperekstensi pada usia lanjut, trauma akut : whiplash injury akibat

tabrakan mobil, olahraga kontak badan. trauma menahun : tukang cat

plafon, overuse / penyalahgunaan : menoleh terlalu lama saat

memundurkan mobil.

Beberapa kondisi yang berhubungan dengan nyeri servikal :

1. Degeneratif arthritis

Merupakan salah satu kondisi yang sangat sering mengenai leher

pada orang setelah umur pertengahan dan menimbulkan rasa nyeri,

dikenal juga sebagai CERVICAL SPONDYLOSIS. Termasuk di

antaranya adalah OA pada facet joint, degenerasi discus

intervertenralis. Keluhan yang sangat sering diungkapkan pada

kondisi ini adalah kaku kuduk (neck stiffness) atau rasa nyeri, yang

timbul akibat kapsul sendi yang mengandung serabut saraf sangat

sensitif terhadap peregangan atau distorsi, selain itu ligamentum dan

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

tendon di leher sensitif juga terhadap regangan dan torsi oleh gerakan

yang keras atau overuse leher atau bagian atas punggung, juga osteofit

dapat menekan akar saraf atau medulla spinalis.

Radiologis tampak perubahan discus intervertebralis, pembentukan

osteofitparavertebral dan facet joint serta perubahan arcus laminalis

posterior.Osteofit yang terbentuk seringkali menonjol ke dalam

foramen intervertebrale dan mengadakan iritasi atau menekan akar

saraf. Ekstensi servikal dapat meningkatkan intensitas rasa nyeri.

Perubahan-perubahan ini sering tampak di antrara VC5 dan VTh1,

yang menyebabkan timbulnya gejala kaku (stiffness) pada cervical

spine bawah dan tidak jarang menimbulkan hipermobilitas

kompensatorik cervical spine atas..

2. Cervical radiculopathy

Merupakan nyeri neurogenik. Nyeri terasa tajam dengan intensitas

tinggi atau terasa panas seperti terbakar. Pasien mengatakan seperti

terkena setrom listrik yang menjalar ke lengan sesuai dengan

dermatom akar saraf.

Disebabkan oleh adanya kompresi satu atau lebih akar saraf, 70 –

90% akibat penyempitan foramen intervertebralis, sisanya akibat

kompresi oleh HNP, 0,1% radiculopathy akibat spinal stenosis

kongenital. Foramen intervertebrale menyempit akibat membesarnya

osteofit paravetebral dan facet joint. Bila ukuran lubang foramen

perlahan-lahan mengecil, hanya butuh strain cervical yang ringan saja

sudah dapat membangkitkan gejala radikuler berapa nyeri atau rasa

kebas, yang menjalar dari lateral leher, turun menuju bahu, lengan dan

pergelangan tangan. Tergantung akar saraf mana yang mengalami

kompresi, tangan sisi radial atau ulnar juga dapat merasakan. Biasanya

gejala berlangsung singkat dan dapat muncul pada posisi tertentu.

Banyak pasien merasakan peredaan keluhan bila tangan yang terkena

diletakkan di belakang kepala (the arm abduction sign).

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Gejala yang timbul akibat iritasi atau kompresi pada akar saraf

akan berbeda-beda sesuai dengan akar saraf mana yang terkena :

a. VC1 & VC2 : menimbulkan nyeri kepala oksipital. Nyeri terasa

tumpul dan difus.   Nyeri dapat sangat hebat sampai kepala

dipegang dengan dua tangan, hal ini disebabkan goyangan kepala

sedikit saja akan menambah rasa nyeri.

b. VC3 : terasa tebal / kesemutan di pipi posterior dan daerah

temporal.                                   VC4   : nyeri meliputi tengah

sevikal ke bahu, spina scapula, tengah  deltoid dan  clavicula.

c. VC3 & VC4 : nyeri terasa tumpul dan dalam, merujuk ke bahu.

Rasa nyeri bertambah karena gerakan spinal atau perubahan

cairan serebrospinal sewaktu batuk atau bersin.

d. VC5: nyeri servikal yang berasal dari iritasi akar saraf VC5 hanya

5%

e. VC5 - VTh1 : dapat melibatkan traktus piramidal.

f. VC6 - VC8 : paling sering terjadi dan umumnya dicetuskan oleh

keadaan tertentu    berdasarkan adanya spondilosis. Rasa nyeri

dapat merujuk ks dada depan dan disangka nyeri akibat adanya

iskemia miokard.

3. Cervical disk herniation (HNP cervical)

Biasanya ditemukan pada usia muda. Herniasi terjadi akibat adanya

kelainan diskus intervertebralis, nucleus pulposus yang berupa

material gelatinous yang ada di bagian dalam mengalami prolaps

melalui lapisan annulus fibrosus yang serupa ligamentum yang ada di

luarnya. Protrusi ini dapat menekan akar saraf dan menimbulkan

inflamasi (melibatkan interleukin dan substance P) yang mendasari

terjadinya radiculopathy. Herniasi terjadi melalui lesi yang timbul

pada annulus posterior di samping kanan dan kiri ligamentum

longitudinale posterior. Herniasi ke anterior dan lateral jarang terjadi.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Penyebab HNP umumnya karena trauma. Kelainan bawaan annulus

jarang ditemukan.

Rasa nyeri terasa tumpul dan dalam atau ngilu.dirujuk ke scapula

medial, bahu atas / belakang, bagian posterior lengan bawah, siku,

hingga pergelangan tangan. Fleksi servekal ke depan menambah rasa

nyeri. Rasa nyeri dapat unilateral atau bilateral tergantung lokasi dan

luasanya protrusi. Sebagian besar HNP cervical timbul di antara VC5

dan VTh1, akar saraf VC7 yang paling sering terkena. Khas

ditemukan kelemahan otot triceps dan penurunan atau hilangnya

refleks disertai nyeri pada sisi medial lengan bawah, serta rasa kebas

pada dua jari sisi ulnar.

Pada beberapa kasus, gejala radikuler dapat disertai rasa berat pada

kedua tungkai, kesulitan berjalan melalui garis lurus (barefoot heel-to-

toe walking), gangguan fine motor skills (memasang kancing baju,

memanipulasi benda-benda kecil), Lhermitte phenomenon (fleksi –

ekstensi leher diikuti timbulnya rasa nyeri tajam seperti tersengat

listrik turun melalui spinal menuju ke lengan dan tungkai). Dapat pula

ditemukan penurunan tonus otot-otot tungkai, hiperrefleksi, clonus

pergelangan kaki dan refleks patologis (Hoffmann sign dan Babinsky

sign), gejala-gejala ini mirip dengan gejala-gejala akibat adanya spinal

stenosis yang disertai myelopathy.

Tabel 2. Temuan klinik pada HNP sesuai dengan letaknya

Level HNP Temuan klinik

VC 5 – 6 Nyeri : puncak bahu; otot trapezius,

dengan radiasi ke bagian anterior lengan

atas; sisi radial lengan bawah; ibu jari

tangan.

Gangguan sensorik : area yang sama di

atas.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Kelemahan : fleksi lengan bawah

Refleks : menurun atau hilangnya

refleks biceps dan supinator

VC 6 – 7 Nyeri : scapula; area pectoral, medial

axilla, dengan radiasi ke posterolateral

lengan atas; dorsal siku dan lengan

bawah; jari telunjuk dan jari tengah

(atau seluruh jari-jari).

Gangguan sensorik : area sama di atas.

Kelemahan : ekstensi lengan bawah,

kadang-kadang pergelangan tangan.

Refleks : menurun atau hilangnya

refleks triceps.

VC7 – VTh1 (saraf ke 8) Nyeri : sisi medial lengan bawah.

Gangguan sensorik : medial lengan

bawah dan sisi ulnar tangan.

Kelemahan : otot-otot intrinsic tangan.

4. Myelopathy

Menimbulkan nyeri mielogenik. Rasa nyeri terasa seperti

gelombang shock merujuk ke bagian bawah spinal, adakalanya

merujuk ke keempat ekstremitas. Myelopathy timbul akibat adanya

HNP dan servikal spondylosis yang menekan medulla spinalis.

Myelopathy pada umumnya berkembang lambat dan gejala memburuk

secara perlahan-lahan. Namun pada beberapa kasus dapat berkembang

progresif cepat. Tanpa pembedahan, dua per tiga akan memburuk,

secara bertahap akan terjadi gangguan BAB dan BAK, pasien akan

hidup di atas kursi roda akibat gangguan koordinasi, kelemahan dan

sering jatuh. Adanya HNP, osteofit, sklerosis dan hipertrofi kapsul,

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

jaringan lunak dan ligamentum flavum dapat menyempitkan kanalis

servikalis, hal ini dapat menekan medulla spinalis secara langsung

atau menekan arteri spinalis anterior dan posterior dengan akibat

timbul mielopati.

D. PATOFISIOLOGI

Spondilosis servikal merupakan hasil dari degenerasi diskus

intervertebralis. Umur diskus, fragmen dan fraktur. Awalnya terjadi dalam

nucleus pulposus yang menyebabkan lamella annular pusat tekuk kedalam

sedangkan band luar konsentris tonjolan luar annulus fibrosis. Hal ini

menyebabkan peningkatan stress mekanik pada kartilago vertebral.

Pembentukan tulang subperiosteal terjadi berikutnya, membentuk

bar osteofit yang memperpanjang aspek ventral dari kanal tulang belakang

kadang dapat juga melewati batas jaringan saraf. Ini kemungkinan besar

untuk menstabilkan vertebra yang berdekatan, yang pergerakkannya

berlebihan sebagai hasil dari hilangnya material diskus. Selain itu

hipertropi dari proses uncinate terjadi, sering melewati dibagian

ventrolateral dari foramina intervertebralis. Iritasi saraf dapat juga terjadi

sebagai proteoglikan diskus intervertebralis yang terdegradasi.

Patologi

yang mengenai Lesi  primer mungkin kolapsnya diskus  dengan 

protrusi anuler  sekitar  kelilingnya.  Ligamen  terdorong  dari 

perlekatannya  pada  tepi badan ruas  tulang  belakang, terbentuk  osteofit 

reaktif, dan  ligamennya  sendiri menebal. Bersamaan dengan protrusi

anuler, osteofit dan ligament megurangi diameter anteroposterior kanal

spinal. Perubahan  osteoartritik pada sendi neuro-sentral, yang berdekatan

dengan foramina C3 hingga C7, menyebabkan proliferasi tulang

selanjutnya, yang  mempersempit foramina intervertebral yang sudah

sempit oleh protrusi diskus dan osteofit. Mobilitas tulang belakang sendiri

juga  terganggu,  terbatas karena perubahan diskus memberat dan meluas

pada tingkat  yang  tidak terkena diatas dan dibawahnya. Beberapa  faktor

berperan pada terbentuknya  tanda dan  gejala. Kord spinal, terletak terikat

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

pada kanal spinal yang menyempit, terancam akan tambahan  kompresi

bahkan saat gerak leher normal. Misalnya pada ekstensi, ligamen  flava 

melipat  dan  dapat menjadi penyebab kompresi posterior.  Karena gerakan

ekstrem yang mencapai kord  merupakan bahaya yang besar, gejala

mendadak bisa terjadi setelah fleksi atau ekstensi  berlebihan  akibat 

kecelakaan  atau  endoskopi  dengan anesthesia

Myelopathy spondylotik servikal terjadi akibat dari beberapa faktor

patofisiologi penting. Ini merupakan statis-mekanis, dinamis-mekanis,

iskemia saraf tulang belakang. Pada osteofit, saraf servikal menjadi

menyempit yang cenderung untuk mengembangkan terjadinya myelopathy

spondylotic servikal.

E. GEJALA

Spondilosis servikalis menyebabkan menyempitnya kanal spinalis

(tempat lewatnya medula spinalis) di leher dan menekan medula spinalis

atau akar saraf spinalis, sehingga menyebabkan Kelainan fungsi.

Gejalanya bisa menggambarkan suatu penekanan medula spinalis maupun

kerusakan akar sarafnya. Jika terjadi penekanan medula spinalis, maka

pertanda awalnya biasanya adalah

1. perubahan pada cara berjalan.

2. Gerakan kaki menjadi kaku dan penderita berjalan dengan goyah.

3. Leher terasa nyeri, teutama jika akar sarafnya terkena.

4. Abnormalitas reflex

5. Mati rasa dan kelemahan pada lengan, tangan, dan kaki

6. Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus atau retensi urin

Kelemahan dan penciutan otot pada salah satu atau kedua lengan

bisa terjadi sebelum maupun sesudah timbulnya gejala penekanan medula

spinalis. Pasien biasanya berumur 40 tahun, mengeluh nyeri leher dan

kekakuan. Gejala timbul perlahan – lahan dan sering semakin buruk pada

saat bangun tidur. Nyeri dapat menjalar luas kebelakang kepala, otot

scapula dan turun kesalah satu atau kedua lengan. Parestesia, kelemahan

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

dan kekakuan kadang- kadang timbul. Secara khas terjadi eksaserbasi

gangguan yang semakin berat, dan terdapat periode reda yang relatif lama.

Penampilan pasien adalah normal. Nyeri tekan terasa pada otot leher

posterior dan daerah scapula, semua gerakan terbatas dan nyeri. Pada salah

satu atau kedua lengan kadang-kadang dapat ditemukan baal atau

kelemahan dan salah satu refleknya dapat tertekan.

F. TANDA-TANDA RADIOLOGIS

                                   

1. Penyempitan ruang diskus, hanya mengenai satu ruang pada 40%, dua

ruang pada 40 %, dan lebih dari pada sisanya. Lebih sediikit dari

sepertiga mengenai C5/C6 dan sedikit kurang dari sepertiganya

mengenai C6/C7 atau C4/C5, jarang pada C3/C4 terkena dan C7/T1

jarang terjadi.

2. Perubahan kurva normal, umumnya hilangnya lordosis normal,

mungkin terbatas hingga dua tulang belekang berdekatan, dan

mobilitas yang terbatas harus dibandingkan saat pengambilan posisi

fleksi dan ekstensi.

3. Osteofit lebih nyata dianterior, namun pertumbuhan berlebihan

diposterior lebih penting, penyempitan foraminal tampak hanya pada

tampilan oblik.

4. Indentasi mielografik dura anterior tidak selalu mendukung tingkat

maksimal kolaps diskus dan osteofit. Indentasi posterior akibat

ligament flava tampak bila film diiambil saat ekstensi. Blok total

jarang, naamun bila terjadi bisa berarti proolaps diskus akut.

5. CT scan yang dilakukan dalam beberapa jam setelah mielogram bisa

lebih tepat menentukan tempat dan perluasan kompresi. Perubahan

serupa  dapat tampak pada MRI scan sagital.

Pada pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri leher, tanda-tanda

radicular, dan tanda-tanda myelopathi. Pasien dengan nyeri leher dari

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

spondilosis sering hadir dengan leher kaku. Ini merupakan tanda spesifik

dan penyebab lain dari nyeri leher dan kekakuan (misalnya nyeri

miopasial, patologi bahu intrinsik) harus dipertimbangkan.

1. Uji kompresi leher, jika positif sangat berguna untuk menilai pasien

dengan radikulopati servikal. Tes ini sebaiknya dilakukan dengan

memiliki pasien aktif, mengikuti intruksi untuk menegakkan leher,

lateral fleksi, dan memutar ke sisi yang sakit.selanjutnya pada

kompresi perlu kehati-hatian dalam memberikan beban aksial.

Maneuver ini bekerja dengan mempersempit foramina syaraf

ipsilateral selama fleksi dan rotasi sedangkan ekstensi menyebabkan

awal diskus posterior menonjol.

2. Dalam myelopathy spondilosis servikal, temuan pemeriksaan yang

paling khas adalah disfungsi motorik atas, termasuk hiperaktif reflex

tendon dalam, pergelangan kaki dan atau klonus patella, kelenturan

( terutama bagiab bawah kaki), tanda babizki, tanda tanda Hoffman

3. Sebuah tes lain kadang – kadang berguna seperti tes otot pectoralis

reflexs. Hal ini dilakukan dengan menekan tendon pectoralis dialur

deltopektoralis, yang menyebabkan adduksi dan internal rotasi bahu

jika hiperaktif. Hasil yang positif menunjukkan kompresi ditulang

belakang leher bagian atas (C2-C4).

G. FAKTOR RISIKO

Penuaan dan keausan pada tulang belakang adalah faktor risiko

utama untuk spondylosis servikal. Selain usia dan jenis kelamin, beberapa

faktor risiko untuk spondilosis servikalis adalah Trauma yang berulang –

ulang ( membawa beban aksial, menari professional,senam dll)

H. PEMERIKSAAN PENCITRAAN

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Poto polos tulang belakang leher yang paling sering dilakukan untuk

mendiagnosa adanya spondilosis servikal namun pencitraan pilihan tetap

MRI karena MRI membantu menunjukkan lokasi penyempitan kanalis

spinalis, beratnya penekanan dan penyebaran akar saraf yang terlibat.

1. Foto polos dapat membantu menilai kontribusi aligment tulang

belakang dan spondylolisthesis degeneratif stenosis kanal.

2. MRI adalah prosedur non – invasive dan bebas radiasi yang

menyediakan pencitraan yang sangat baik dari sumsum tulang

belakang dan ruang subarachnoid dan merupakan metode yang sangat

sensitive untuk menentukan keterlibatan patologi extradural.

I. KOMPLIKASI

spondilosis servikal merupakan penyebab paling umum dari

disfungsi saraf tulang belakang pada orang dewasa yang lebih tua. Pada

sejumlah kecil kasus, spondilosis servikal dapat memampatkan satu atau

lebih saraf tulang belakang - sebuah kondisi yang disebut radikulopati

servikal. Taji tulang dan penyimpangan lain yang disebabkan oleh

spondilosis servikal juga dapat mengurangi diameter kanal yang saraf

tulang belakang. Ketika saluran spinalis menyempit ke titik yang

menyebabkan cedera tulang belakang, kondisi yang dihasilkan disebut

sebagai myelopathy serviks. Kedua radikulopati servikalis dan myelopathy

serviks dapat mengakibatkan cacat permanen.

1.Radikulopati Spondilotik Servikal

               Nyeri  merupakan keluhan utama,tumpul dan sakit pada

leher dan bahu dengan nyeri menjalar dari lengan kesiku atau

pergelangan. Walau hanya satu akar terkena, nyeri menyebar kesekitar

distribusi dermatom, mungkin karena nyeri  juga terjadi didalam otot

yang dicatu akar bersangkutan. Nyeri  mungkin juga timbul dari

diskus sendiri, menyebabkan nyeri pada leher, daerah trapezius  dan

skapuler. Spasme  dan nyeri otot menambah  penyebaran nyeri

sekunder, terutama kedaerah oksipital, yang dikeluhkan sebagai nyeri

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

kepal. Parestesia  sering dialami pada lengan  dan ujung jempol (akar

C6 akibat lesi C5/6) atau pada jari tengah(C7  akibat  lesi C6/7).

Gangguan  sensori,  kelemahan, pengecilan otot dan perubahan refleks

biasanya ringan.Keluhan mungkin tampil relatif mendadak, terkadang

dipresipitasi oleh trauma, atau dapat terjadi perlahan- lahan;  serangan 

berulang  nyeri  akut terjadi pada beberapa  pasien. Terkadang nyeri 

berhubungan dengan pergerakan dan posisi. Keadaan ini harus

dibedakan dari neuritis  brakhial  postviral, kompresi  pintu  torasik

terhadap  pleksus brakhial, dan jeratan  perifer  saraf median  atau

ulnar. Yang terakhir ini terkadang tampak bersamaan dengan

spondilosis, sindroma 'double crush'.

Tindakan

Mengistirahatkan bagian yang terkena merupakan dasar dari

semua metoda.  Gerakan yang memperparah harus dicegah, walaupun

ini.merupakan kasus yang  individual. Lengan harus disangga dari

bahu yang sehat dengan saling disertai dengan analgesik; pemanasan

lokal dan diatermi gelombang pendek mungkin cukup memberikan

perbaikan. Fisioterapi aktif dikontra-indikasikan, selain  latihan 

penguatan gelang bahu. Anti-inflamatori non- steroidal mungkin

bermanfaat. Kolar memberikan immobilisasi yang lebih efektif,

terbaik menggunakan kolar jenis  Philadelphia dengan penyangga

oksipital dan mental. Kolar cincin sederhana dapat dipakai, namun

kolar lembut hanya membuang waktu. Agar efektif, kolar harus

dipakai  dengan  benar  dan konsisten. Bila terjadi perbaikan,

pemakaian kolar bisa dihentikan secara bertahap. Pasien  bisa 

dianjurkan  kembali  bekerja dengan kolar terpasang, dan ini akan

bermanfaat karena immobilisasi harus diteruskan  hingga  3  atau 4

minggu setelah nyeri berkurang; pergerakaan normal yang dilakukan

secara prematur sering  berakibat kambuhnya penyakit.

2. Mielopati Spondilotik Servikal

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

 Timbulnya spastisitas tungkai secara perlahan adalah bentuk

onset yang paling sering, diketahui pertama-tama bisa berupa

kelambatan atau kekakuan  dalam  berjalan. Kelemahan kurang parah

bila dibanding peninggian  tonus dan peninggian refleks dalam. Lebih

dari duapertiga mengalami gangguan sensori, namun kecuali mielopati

memburuk, jarang  mencapai  tingkat  yang  jelas,  dan sering terjadi 

pada torasik sebelah atas dari pada servikal;  defisit  lain adalah  jenis

radikuler, dan terkadang dijumpai kelainan yang menyerupai  siringo- 

mielia.  Banyak yang mengeluh nyeri dan kaku leher, dengan

kekakuan tangan serta parestesia pada  osteofit C3/4. Perburukan

mendadak mielopati servikal, atau bahkan tampilnya sindroma kord

spinal mendadak untuk pertama kalinya, mungkin timbul setelah

trauma.  Cedera hiperekstensi   yang  tidak  cukup  untuk  

menyebabkan fraktura atau dislokasi adalah yang paling bertanggung

jawab untuk mempresipitasi lesi spinal transversa  pada pasien dengan

spondilosis servikal, bahkan walau  tetap asimtomatis. Tergelincir atau

jatuh pada kepala (dengan akibat abrasi frontal) adalah mekanisme

yang umum, tapi juga  hiperekstensi  pada saat tindakan  bedah 

seperti tonsilektomi,  bronkhoskopi  dan  esofagoskopi;  bahkan

manipulasi untuk memasang pipa endotrakheal oleh ahli anestesi

dapat membahayakan kord, terutama ketika semua spasme  otot

protektif dihilangkan oleh obat  relaksan. Sindroma  kord  sentral yang

terjadi  menimbulkan  lesi neuron  motor  bawah  pada  tangan  serta  

spastisitas tungkai.  Setelah  berjalan  18  bulan,  sekitar   50 % 

membaik.

Tindakan

Riwayat sebenarnya, tidak akan mengarahkan  perjalanan

biasanya lambat. Sekali gejala tampil, dekompresi beda harus 

dipertimbangkan,  baik mewlalui  jalur anterior maupun posterior.

Pada pendekatan anterior dilakukan pengangkatan disk bersangkutan

bersama dengan  batang  osteofit. Dekompresi harus diperluas 

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

kelateral yaitu keproksimal kanal akar. Pasak  tulang  allograf  atau

tulang  yang  disterilkan  dengan  cara  radiasi  serta  diliofilisasi 

dipakai  menggantikan lubang jaringan dengan ukuran yang sama,

mengisi badan ruas tulang belakang  berseberangan dan disk yang

berdegenerasi diantaranya (operasi Cloward). Ini bisa dilakukan  pada

dua atau tiga tingkat bila diperlukan. Terkadang fiksasi  anterior

tambahan dengan memakai  pelat  metal diperlukan. Dengan seleksi

yang teliti, 70-80 % pas membaik.

J. PENATALAKSANAAN

Tanpa pengobatan, tanda-tanda dan gejala spondilosis servikalis

biasanya menurun atau stabil. Kadang –kadang ada yang memburuk.

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi nyeri, membantu untuk

mempertahankan kegiatan yang biasa dilakukan dan mencegah ke sumsum

tulang belakang dan saraf.

Ada 3 jenis penanganan :

-          Ringan

-          Serius

-          Operasi

1.Penanganan kasus – kasus ringan

a. Memakai penjepit leher ( collar neck) untuk membantu membatasi

gerakan leher dan mengurangi iritasi saraf.

b. Minum obat penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen, (advil,

Motrin) atau asetaminofen.

c. Melakukan latihan yang diintruksi oleh ahli terapi fisik untuk

merengangkan leher dan bahu. Latihan oerobik juga dapat dilakukan

seperti berjalan dll.

2. Pengobatan kasus yang lebih serius

Untuk kasus yang lebih berat, perawatan nonsurgical mungkin

termasuk:

a. Traksi pada leher untuk satu atauu dua minggu untuk mengurangi

tekanan pada saraf tulang belakang.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

b. Modifikasi latihan dengan istirahat berselang. Orang- orang yang

tetap aktif dianjurkan tetap istirahat dalam posisi yang nyaman agar

tidak memperburuk rasa sakit dan pulih lebih cepat.

c. Mengambil relaksan otot, saraf atau pil penghilang rasa sakit

(methocarbaamol/ robaxin  atau cyslobenzaprine terutama jika

terjadi kekejangan otot leher.

d. Penyuntikan obat kortikosteroid di sekitar diskus dan saraf antara

tulang belakang. Injeksi kortikosteroid mengkombinasikan  obat

dengan obat bius local untuk mengurangi rasa sakit dan

perandangan. Obat- obat ini dapat membantu mencegah kebutuhan

operasi.

e. Rawat inap untuk mengontrol rasa nyeri intravena mungkin

diperlukan dalam kasus-kasus yang jarang terjadi ketika perawatan

nonsurgigal lain gagal.

3. Operasi

Jika pengobatan konservatif gagal atau jika tanda-tanda dan gejala

neurologis ada seperti kelemahan di lengan atau kaki yang semakin

memburuk, perlu pembedahan. Prosedur bedah akan tergantung pada

kondisi yang mendasari seperti tulang menonjol atau stenosis tulang

belakang. Pilihan bedah yang paling umum mencakup:

a. Pendekatan frontal (anterior).

Dokter bedah akan membuat sebuah irisan di bagian depan leher dan

bergerak kesamping tenggorokan (trakea) dan kerongkongan untuk

mengekpos tulang belakang leher. Ini dilakukan agar dapat mencabut

diskus hernia atau tonjolan tulang, tergantung masalah yang

mendasarinya.

b. Pendekatan posterior

Dokter bedah dapat melakukan pembedahan dari belakang, terutama

jika beberapa bagian sarat telah menyepit. Operasi ini disebut

laminectomy, untuk mrnghilangkan bagian tulang belakang diatas

kanal tulang belakang melalui insisi belakang leher.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Risiko operasi

Resiko dari prosedur ini termasuk infeksi, pendarahan, gumpalan

darah di vena kaki dan kerusakan saraf. Selain itu, operasi tidak

mungkin menghilangkan semua masalah yang terkait dengan

kondisi, karena beberapa saraf pada medulla spinalis mengalami

kerusakan yang menetap.

K. PENGKAJIAN

1. Identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usia

muda), jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat

mengendarai motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor

register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan

kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,

inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri tekan otot,

hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada daerah trauma.

3. Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang

akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri,

jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena

tali pengaman (fraktur chance), dan kejatuhan benda keras. Pengkajian

yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas, paralisis (dimulai dari

paralisis layu disertai hilangnya sensibilitas secara total dan

melemah/menghilangnya refleks alat dalam) ileus paralitik, retensi urine,

dan hilangnya refleks-refleks.

4. Riwayat kesehatan dahulu. Merupakan data yang diperlukan untuk

mengetahui kondisi kesehatan klien sebelum menderita penyakit

sekarang , berupa riwayat trauma medula spinalis. Biasanya ada trauma/

kecelakaan.

5. Riwayat kesehatan keluarga. Untuk mengetahui ada penyebab herediter

atau tidak

6. Masalah penggunaan obat-obatan adiktif dan alkohol.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

7. Riwayat penyakit dahulu. Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi

adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang belakang, seperti

osteoporosis dan osteoartritis.

8. Pengkajian psikososiospiritual.

9. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data

pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem

(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) yang

terarah dan dihubungkan dengan keluhan klien.

a. Pernapasan.

Perubahan sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok

saraf parasimpatis (klien mengalami kelumpuhan otot otot

pernapasan) dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatik

desenden akibat trauma pada tulang belakang sehingga jaringan

saraf di medula spinalis terputus. Dalam beberapa keadaan

trauma sumsum tulang belakang pada daerah servikal dan toraks

diperoleh hasil pemeriksaan fisik sebagai berikut.

Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi

sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas,

peningkatan frekuensi pemapasan, retraksi interkostal, dan

pengembangan paru tidak simetris. Respirasi paradoks (retraksi

abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot-otot

interkostal tidak mampu mcnggerakkan dinding dada akibat adanya

blok saraf parasimpatis.

Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi

yang lain akan didapatkan apabila trauma terjadi pada rongga

toraks.

Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak

apabila trauma terjadi pada toraks/hematoraks.

Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas

berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

sekret, dan kemampuan batuk menurun sering didapatkan pada klien

cedera tulang belakang yang mengalami penurunan tingkat

kesadaran (koma).

b. Kardiovaskular

Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang

belakang didapatkan renjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas

sedang dan berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskular klien cedera

tulang belakang pada beberapa keadaan adalah tekanan darah

menurun, bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan

perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.

c. Persyarafan

Tingkat kesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons

terhadap Iingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi

sistem persarafan. Pemeriksaan fungsi serebral. Pemeriksaan

dilakukan dengan mengobservasi penampilan, tingkah laku, gaya

bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Klien yang

telah lama mengalami cedera tulang belakang biasanya

mengalami perubahan status mental.

Pemeriksaan Saraf kranial:

1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang

belakang dan tidak ada kelainan fungsi penciuman.

2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam

kondisi normal.

3) Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat

kelopak mata dan pupil isokor.

4) Saraf V. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami

paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada

kelainan

5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah

simetris.

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli

persepsi.

7) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan

trapezius. Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan

kaku kuduk

8) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan

tidak ada fasikulasi, Indra pengecapan normal.

d. Pemeriksaan refleks:

1) Pemeriksaan refleks dalam. Refleks Achilles menghilang dan

refleks patela biasanya melemah karena kelemahan pada otot

hamstring.

2) Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks

fisiologis akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks

fisiologis akan muncul kembali yang didahului dengan refleks

patologis.

3) Refleks Bullbo Cavemosus positif

4) Pemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma pada

kaudaekuina, mengalami hilangnya sensibilitas secara me-

netap pada kedua bokong, perineum, dan anus. Pemeriksaan

sensorik superfisial dapat memberikan petunjuk mengenai

lokasi cedera akibat trauma di daerah tulang belakang

e. Perkemihan

Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan

karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah

urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat

menurunnya perfusi pada ginjal.

f. Pencernaan.

Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering dida-

patkan adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya

bising usus serta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini

merupakan gejala awal dari syok spinal yang akan berlangsung

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

beberapa hari sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi

berkurang karena adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi.

g. Muskuloskletal.

Paralisis motor dan paralisis alat-alat dalam bergantung

pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik

sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena

L. Diagnosa Keperawatan

Menurut Arif Muttaqim, (2005, hlm. 14-15) diagnosa keperawatan

yang muncul pada Cedera Medula Spinalis adalah sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kelemahan

otot-otot pernapasan atau kelumpuhan otot diafragma.

2. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas yang berhubungan dengan

penumpukan sputum, peningkatan sekresi sekret, dan penurunan

kemampuan batuk (ketidakmampuan batuk/batuk efektif).

3. Penurunan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan

penurunan curah jantung akibat hambatan mobilitas fisik.

4. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, cedera neuromuskular,

dan refleks spasme otot sekunder.

5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhu-

bungan dengan kemampuan mencerna makanan dan peningkatan

kebutuhan metabolism

6. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan penurunan kesadaran

dan hambatan mobilitas fisik.

7. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuro-

muskular.

8. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan kelumpuhan

saraf perkemihan.

9. Gangguan eliminasi alvi/konstipasi yang berhubungan dengan gangguan

persarafan pada usus dan rektum.

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

10. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik

ekstremitas bawah.

11. Risiko infeksi yang berhubungan dengan penurunan sistem imun

primer (cedera pada jaringan paru, penurunan aktivitas silia bronkus),

malnutrisi, dan tindakan invasif.

12. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi

dan tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

13. Perubahan persepsi sensori yang berhubungan dengan disfungsi

persepsi spasial dan kehilangan sensori.

14. Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan prognosis kondisi

sakit, program pengoba tan, dan lamanya tirah baring.

15. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasional, ancaman terhadap

konsep diit, dan perubahan status kesehatan/status ekonomi/ fungsi

peran.

16. Ansietas keluarga yang berhubungan dengan keadaan yang kritis

pada klien.

17. Risiko ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan

dengan ketegangan akibat krisis situasional.

M. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan

a. Kaji nyeri yang dialami klien

b. kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri

c. kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri

d. Pantau tanda- tanda vital

e. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi

f. Kolaborasi dalam pemberian obat Analgetik

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur lumbalis

a. Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal

b. Tingkatkan mobilitas ekstremitas atau Latih rentang pergerakan

sendi pasif

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

c. Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi

d. Anjurkan keluarga untuk memandikan klien dengan air hangat.

e. Ubah posisi minimal setiap 2 jam sekali

f. inspeksi kulit terutama yang bersentuhan dengan tempat tidur

3. Inkontinensia defekasi bd kerusakan saraf motorik bawah

a. Kaji adanya gangguan pola eliminasi (BAB)

b. observasi adanya peses di pampers klien

c. Anjurkan kepada klien untuk memberi tahu perawat atau keluarga

kalau terasa BAB

d. Anjurkan kepada keluarga untuk sering mengawasi klien

e. Jelaskan kepada klien tentang adanya gangguan pola eliminasi

4. Defisit perawatan diri: mandi

a. Kaji keadaan umm klien

b. Kaji pola kebersihan klien

c. Lakukan personal hygiene (mandi) pada klien

d.   Libatkan keluarga pada saat memandikan

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi

a. Kaji tingkat pengetahuan klien

b. Kaji latar belakang pendidikan klien

c. Berikan penkes kepada klien dan keluarga tentang penyakit dan diit

makanan yang dapat mempercepat penyembuhan

d. Berikan kesempatan klien untuk bertanya

e. Evaluasi dari apa yang telah disampaikan 

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Myelophaty

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Persyarafan.

Jakarta : Salemba Medika

http://kuliahitukeren.blogspot.com