Upload
builiem
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHANKEBIDANAN
UMUR 4,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
i
ASUHANKEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK H
UMUR 4,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Merry Megawati
NIM B13117
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
BALITA SAKIT PADA ANAK H
UMUR 4,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHANKEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK H
UMUR 4,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
Diajukan Oleh :
Merry Megawati
NIM B13117
Telah diperiksa dan disetujui
pada tanggal …………………….
Pembimbing
Muthiah Rissa Pratiwi, S.ST, M.Kes
NIK. 201487131
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHANKEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK H
UMUR 4,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Merry Megawati
NIM B13117
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program III Kebidanan
Pada tanggal ………………...
PENGUJI 1
Wijayanti, S.ST,MKes
NIK. 201284105
PENGUJI 2
Muthiah Rissa Pratiwi, S.ST, M.Kes
NIK. 201487131
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Tugas Akhir Pendidikan D III Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb
NIK. 201188093
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Anak H umur
4,5 Tahun dengan Demam Tifoid di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Muthiah Rissa Pratiwi, S.ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Wijayanti, S.ST, M.Kes selaku penguji.
5. dr. Pursito, Sp.A selaku Direktur RSUD.dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang
telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam mengambil data.
6. Orang tua dari Anak H umur H tahunanaknya yang bersedia menjadi
responden dalam pengambilan studi kasus.
7. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi perbaikan. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Merry Megawati
B13117
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK H
UMUR 4,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
xii + 92 halaman + 1 tabel + 12 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2012
demam tifoid juga menempati urutan ke-3 dari data 10 besar penyakit pasien
rawat inap di RS tahun 2010 sebesar 55.098 kasus setelah kolitis infeksi (Diare
dan Gastroentritis) dan DBD. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 Angka Kematian Balita akibat demam tifoid antara 20%-30%
dan diperkirakan 10%-20% per tahun balita yang meninggal karena perdarahan
usus yang merupakan komplikasi dari demam tifoid. Angka kejadian balita sakit
dengan demam tifoid di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen bulan Oktober
2014 – Oktober 2015 yaitu sebesar 97 balita dari 501 balita sakit (19%).
Tujuan : Melakukan pengkajian pada balita sakit dengan Demam Tifoid dengan
menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan manajemen 7 langkah Varney,
menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
Metodologi :Jenis studi yang digunakan adalah deskriptif, studi kasus dilakukan
di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan dilaksanakan tanggal 28 Maret – 1
April 2016. Subjek studi kasus ini dilakukan pada balita sakit Anak H Umur 4,5
tahun dengan demam tifoid. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, Pemeriksaan fisik dan observasi.
Hasil Studi Kasus : Pada kasus balita sakit pada An. H umur 4,5 tahun dengan
demam tifoid semua tindakan dilakukan dengan baik dan berhasil dan pasien
sembuh dalam waktu6 hari. Dilakukan pemberian obat secara teratur sesuai
jadwal dan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, kebersihan anak yang selalu
terjaga dan pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan dirumah untuk
mencegah penyakit demam tifoid. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan
umum baik,tidak demam, mata tidak cekung, turgor kulit kembali normal, bibir
tidak kering, pecah dan lidah normal tidak kotor, BAB normal 2 kali sehari
dengan konsistensi lembek.
Kesimpulan : Pada kasus balita sakit An. H umur 4,5 tahun dengan demam tifoid
asuhan dilakukan dengan menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan 7
langkah Varney sehingga pasien sembuh dalam waktu 6 hari. Setelah dilakukan
evaluasi pada hari kelima didapatkan keadaan umum baik dan hasil pemeriksaan
fisik dalam batas normal.
Kata kunci :Asuhan Kebidanan, Balita, Demam Tifoid
Kepustakaan : 30 literatur (2007 – 2015)
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. AL- insyiroh :6)
Jadikanlah ilmu sebagai penuntunmu, karena dengan ilmu dapat mewujudkan
impianmu laksana seorang raja penguasa dunia, jika berhenti menimba ilmu akan
menjadi pemilik masa lalu ( Penulis )
Apa yang telah berlalu, sudah berlalu apa yang telah pergi tidak akan kembali.
Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia
telah pergi dan tidak akan kembali ( Kahlil Gibran )
Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan dalam setiap peluang. Sebaliknya
orang optimis selalu melihat peluang dalam setisp kesulitan ( Winston Churchill )
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan :
1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat,
hidayah dan kesehatan sehingga Karya Tulis
ini dapat terselesaikan.
2. Bapak dan ibu tercinta yang paling aku
sayangi yang menjadikan semangat hidup
terima kasih atas doa dan restunya dan
pengorbanannya demi kesuksesan anknya.
3. Teman – teman tercinta di STIKes Kusuma
Husada Surakarta Program DIII Kebidanan
kelas 3C
4. Sahabat terbaikku Jane’s Fam yang selalu
mengajariku tentang arti kedewasaan dan
solidaritas ( Farida, Heni, Nurwinda,
Nurwindi, Susanti, Yesi)
5. Almamaterku tercinta
Nama
Tempat/ Tanggal Lahir
Agama
Jenis Kelamin
Alamat
Riwayat Pendidikan
1. SDNegeri5 Masaran
2. SMP Negeri 1 Masaran
3. SMA Negeri Kebakkramat
4. Prodi DIII Keb
viii
CURICULUM VITAE
: Merry Megawati
Tempat/ Tanggal Lahir : Sragen, 19 Juli 1995
: Islam
: Perempuan
: Pandak Rt 02 Rw 01 Krikilan, Masaran, Sragen.
egeri5 Masaran LULUS TAHUN 200
Negeri 1 Masaran LULUS TAHUN 20
Negeri Kebakkramat LULUS TAHUN 201
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2013/2014
: Pandak Rt 02 Rw 01 Krikilan, Masaran, Sragen.
LULUS TAHUN 2007
LULUS TAHUN 2010
LULUS TAHUN 2013
2013/2014
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………... vii
CURICULUM VITAE………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Studi Kasus................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 5
E. KeaslianStudi Kasus ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis ......................................................................... 8
1. Balita ................................................................................. 8
2. Demam Tifoid ................................................................... 12
B. Teori Majemen Kebidanan ....................................................... 19
C. Landasan Hukum ...................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi ................................................................................ 43
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................... 43
C. Subjek Studi Kasus ................................................................... 44
D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 44
E. Instrumen Studi Kasus .............................................................. 44
x
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 44
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ...................................................... 48
H. Jadwal Studi Kasus ................................................................... 49
BAB IVTINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 50
B. Pembahasan ............................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 94
B. Saran .......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan
darah ............................................................................................ 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Survey Penelitian / Pengambilan data dari
Bappeda
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dalam rangka
pembuatan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian
Lampiran 9. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. Lembar Observasi (KU, Kesadaran, TTV, Pemeriksaan Sistematis)
Lampiran 10. Lembar Observasi Intake Output
Lampiran 10. Lembar Observasi Pemberian Obat
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet Cuci tangan
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Indonesia merupakan negara endemik
demam tifoid, demam tifoid menyerang semua usia, namun golongan terbesar
tetap pada usia kurang dari 20 tahun (Widoyono, 2011).
Angka Kematian Balita (AKABA) menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012) merupakan jumlah angka kematian balita
0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka
Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2012 yaitu 40 / 1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian balita disebabkan oleh diare sebesar 96.278 kasus,
demam berdarah dengue (DBD) sebesar 79.239 kasus dan demam tifoid
sebesar 55.098 kasus. Menurut data 10 besar penyakit pasien rawat inap di
RS tahun 2010 menduduki peringkat ketiga setelah kolitis infeksi (Diare dan
Gastroentritis) dan DBD (Kemenkes RI, 2012).
AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 / 1.000
kelahiran hidup. Kematian balita akibat demam tifoid antara 20%-30% dan
diperkirakan 10%-20% per tahun balita yang meninggal karena perdarahan
usus yang merupakan komplikasi dari demam tifoid (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2012). Selain itu komplikasi demam tifoid meliputi
Perdarahan usus,Perforasi usus Peritonotis dan perdarahan di luar usus
2
(Susilaningrum, 2013). AKABA menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA / Posyandu, tingkat keberhasilan
program KIA / Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan.
Penyakit demam tifoid merupakan penyakit yang mengancam
kesehatan masyarakat di Indonesia, oleh karenanya dalam meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat sejak usia dini perlu dilaksanakan
pengendalian demam tifoid dengan pemeriksaan berkala, pengobatan,
pengamatan penyakit dan penyuluhan kesehatan.Selain itu pencegahan
terhadap demam tifoid dapat dilakukan dengan meningkatkan personal
hygiene, memperhatikan sanitasi lingkungan rumah dan kebersihan makanan
dan minuman (Kepmenkes No 364, 2006).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di RSUD
drSoehadi PrijinegoroSragen diperoleh angka kejadian seluruh balita sakit
bulan Oktober 2014 – Oktober 2015 yaitu sebesar 501 balita sakit,angka
kejadian balita sakit dengan penyakit penyakit infeksi meliputi ISPA sebesar
147 balita (28,8%), Diare sebesar 144 balita (28,2%), DHF sebesar 87 balita
(17%) dan lain lainsebesar 35 balita (6,9%).Angka kejadian balita sakit
dengan demam tifoid 97 balita (19%).
Seorang bidan berperan dalam melakukan deteksi dini serta
memberikan asuhan pada bayi dan balita sesuai kebutuhan dengan melakukan
kolaborasi dengan dokter anak. Selain itu, demam tifoid merupakan penyakit
yang mengancam kesehatan.Sehingga penulis tertarik untuk mengambil studi
3
kasus dengan judul ”Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada Anak H Umur 4,5
Tahun dengan Demam Tifoid di RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimanakah
penerapan Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit anak H umur 4,5 tahun
dengan demam tifoid di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen tahun 2016
dengan menggunakanpendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut 7
langkah varney?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada anak H umur 4,5 tahun dengan demam tifoid di RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sesuai denganmanajemen 7 langkah
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu:
1) Melaksanakan pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif
pada kasus balita sakit anak H umur 4,5 tahun dengan demam
tifoid di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada kasus balita sakit anak H umur 4,5
4
tahun dengan demam tifoid di RSUDdr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada balita sakit anak H umur
4,5 tahun dengan demam tifoid di RSUDdr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.
4) Mengantisipasi serta melakukan penangan segera pada balita
sakit anak H umur 4,5 tahun dengan demam tifoid di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen.
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada balita sakit anak H umur
4,5 tahun dengan demam tifoid di RSUDdr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien asuhan kebidanan
pada balita sakit anak H umur 4,5 tahun dengan demam tifoid di
RSUDdr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
7) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada balita
sakit anak H umur 4,5 tahundengan demam tifoid di RSUDdr.
Soehadi Prijonegoro Sragen.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan pada balita sakit anak H umur 4,5 tahun dengan
demam tifoid di RSUDdr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
5
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana bagi penulis
dalam menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek
dilahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
2. Bagi Profesi
Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada balita sakit dengan
demam tifoid.
3. Bagi Klien dan masyarakat
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
tentang demam tifoid khususnya pada balita.
4. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan referensi pada kasus balita
sakit dengan demam tifoid sehingga dapatmeningkatkan mutu
pelayanankesehatan terutama pada balita sakit dengan demam tifoid.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah sumber
bacaan atau refrensi mengenai penatalaksanaan pada balita sakit dengan
demam tifoid.
6
E. Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan kebidanan pada balita sakit dengan
demam tifoid pernah dilakukan oleh:
1. Rita Maharani (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita
sakit anak D dengan sakit demam Tifoid Di BPS Kiran Klaten
Tengah”.Asuhan yang di berikan adalah pemberian terapi obat penurun
panas (parasetamol) secara teratur 3x1, obat kloramfenikol syrup 1 botol
125 ml 1 sendok makan, pemenuhan nutrisi.Setelah di berikan asuhan
selama 5 hari keadaan umum balita baik kelopak mata sudah tidak
cekung, turgor kembali normal,mulut dan lidah tidak kering dan tidak
ada nyeri tekan pada abdomen dan BAB 1 kali dengan konsistensi lunak.
2. Rina Candrawati (2015), denganjudul ”AsuhanKebidanan Balita Sakit
pada anak R umur 3 tahun dengan demam Tifoid di Puskesmas Tangen
Sragen”.Asuhan yang di berikanpemberian air putih atau syrup,
tehmanis,nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah
serat, istirahat,kebersihan lingkungan dan pemberian obat- obatan
kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan,puyer paracetamol
500 mg, Ceftriaxon injeksi 75 mg setiap 6 jam.Setelah dilakukan
perawatan selama 5 harimulai dari tanggal 11 Mei 2015 -15 Mei 2015
keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal mulut
dan lidah tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari pada
tanggal 15 Mei 2015 pukul 06.00 WIB konsistensi warna hitam
kecoklatan dan buang air kecil 1 kali warna kuning jernih
7
3. Sri Tanjung (2014), dengan judul“Asuhan Kebidanan Pada Balita A
Umur 3,5 Tahun Dengan Demam Tifoid Di Rsud Surakarta”.Asuhan
yang diberikan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak untuk
pemberian terapi berupa infus D5 ¼ NS 10 tpm makro, Ondansetron
2mg/8 jam per IV, Chloramfenikol 325 mg/6 jam per IV, Solvita syrup
2x1 sendok takar dan Paracetamol syrup 4x1 ½ sendok takar.Selain itu
observasi keadaan umum dan tanda –tanda vital (vital sign), motivasi
orang tua untuk pemberian makan berupa bubur dalam porsi kecil tetapi
sering, motivasi orang tua untuk pemberian banyak minum, dan
menganjurkanistirahat tirah baring selama demam. Setelah dilakukan
perawatan selama 5 harimulai tanggal 1 juni 2014 – 5 juni 2014 keadaan
umum membaikdan anak lebih bersemangat, sehingga berdasarkan gejala
klinis anak sudah dinyatakan sembuh.
Persamaan dari laporan studi kasus ini dengan studi kasus diatas
terdapat pada topik studi kasus yaitu AsuhanKebidanan balita sakit
dengan Deman Tifoid, sedangkan perbedaan laporan studi kasus ini
terdapat pada subyek, waktu dan tempat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak dibawah lima tahun.Balita merupakansalah
satu periode usia manusia setelahbayi sebelum anak awal yaitu usia
dua tahun sampai lima tahun (Putra, 2012).Pada masa ini dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu usia 1-3 tahun (masa kanak –kanak /
toddler) dan usia 3-5 tahun ( Susilaningrum dkk, 2013).
Dimana perkembangan anak balitayaituusia 2-5 tahun
merupakan usia pra sekolah (Istiany dan Rusilanti, 2013). Pada masa
balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas dan
emosional berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan selanjutnya.
b. Tahap Perkembangan Balita
Tahap perkembangan balita menurut Dewi (2013) adalah
sebagai berikut :
1) Sejak Usia 12 sampai 18 bulan, kemampuan yang harus dimilliki
adalah
a) Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
b) Menyusun 2 atau 3 kotak
9
c) Dapat mengatakan 5 – 10 kata
2) Sejak usia 18 sampai 24 bulan kemampuan yang harus dimilliki
adalah
a) Naik turun tangga
b) Menyusun 6 kotak
c) Menunjuk mata dan hidungnya
d) Menyusun dua kata
e) Belajar makan sendiri
3) Sejak usia 2 sampai 3 tahun, kemampuan yang harus dimilliki
adalah
a) Belajar meloncat, memanjat. Serta melompat dengan satu
kaki.
b) Membuat jembatan dengan 3 kotak
c) Mampu menyusun kalimat
4) Sejak usia 3 sampai4 tahun, kemampuan yang harus dimilliki
adalah
a) Berjalan – jalan sendiri mengunjungi tetangga.
b) Berjalan pada jari kaki (berjinjit).
c) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri.
d) Menggambar garis silang
e) Mengenal 2 atau 3 warna
f) Berbicara dengan baik
10
5) Sejak usia 4 sampai 5 tahun, kemampuan yang harus dimilliki
adalah
a) Melompat dan menari
b) Menggambar orang yang terdiri atas kepala, lengan, dan
badan
c) Menggambar segi empat dan segi tiga.
d) Pandai berbicara.
e) Dapat menghitung jari – jarinya.
c. Tahap Pertumbuhan Fisik Balita
1) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antopometri
yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi
anak(Susilaningrum dkk, 2013).Berat badan balita dapat dihitung
dengan rumus menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :
(a) Usia 3 – 12 bulan
BB =n + 9
2
(b) Usia 1 – 6 tahun
BB =2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak dalam bulan / tahun.
11
2) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antopometri kedua
terpenting (Susilaningrum dkk, 2013).Tinggi badan juga bisa
diperkirakan berdasarkan rumus dari Behrman (1992) menurut
Susilaningrum (2013) adalah :
Perkiraan tinggi badan usia 2 – 12 tahun = 6n + 77
Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun.
3) Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menaksir
pertumbuhan otak (Susilaningrum dkk, 2013). Normalnya pada
bayi dan balita yaitu 34 – 35 cm. Pada tahun pertama lingkar
kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm / tahun.
4) Lingkar Lengan Atas (LLA, lila )
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukanuntuk
menunjukkan status gizi balita (Matondang dkk, 2013).
Normalnya saat lahir yaitu 11 cm, dan pada tahun pertama lingkar
lengan atas menjadi 16 cm, selanjutnya tidak banyak berubah
sampai usia 3 tahun (Susilaningrum, 2013).
12
2. Demam Tifoid
a. Pengertian
Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan
yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Widoyono, 2013).
Tipes atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan
bakteri Salmonella tifosa (Novel, 2011).
b. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella
para typhi A, B,C.Ada dua sumber penularan salmonella typhi
yaitu pasien dengan demam tifoid dan pasien carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam tifoiddan masih terus
mengekskresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun (Padila, 2013).
Sekitar 95 % kasus demam tifoid di Indonesia
disebabkan oleh S.typhi. Masainkubasi sekitar 10 – 14 hari
(Rahmani dkk, 2014).
c. Manifestasi Klinik
Masa tunas tifoid10 -14 hari
1) Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari
dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri
otot, nyeri kepala,mual, batuk, obstipasi / diare, perasaan
tidak enak di perut.
13
2) Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya
hiperemi),hepatomegali, penurunan kesadaran
(Padila, 2013).
Dalam minggu kedua gejala- gejalaterjadi lebih jelas
berupa demam, bradikardi relatif, lidah kotor di tengah, tepi
dan ujung merah dan tremor(Ridha, 2014).
d. Patofisiologi
Salmonella thypi dari mulut manusia yang baru
terinfeksi selanjutnya menuju lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung (HCL) dan sebagian lagi
lolos masuk ke usus halus bisa terjadi iritasi dan mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri
(bakterimia), selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan
limpoid menuju limfa dan hati.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darah dan mencapai usus halus sehingga
terjadi peradangan yang menyebabkan malabsorbsi nutrient
dan hiperistaltikusus sehingga terjadi diare.
Semula disangka munculnya demam dan gejala
toksemia (darah yang beracun) pada penderita tipes disebabkan
oleh endotoksemia, tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
14
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab
utama demam pada tifoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis tifoid, karena membantu proses inflamesi lokal
pada usus halus (Zulkoni, 2011).
e. Komplikasi
Menurut Susilaningrum (2013) komplikasi dari demam
tifoid meliputi :
1) Perdarahan usus suatu keadaan bila perdarahan sedikit,
hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin.Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena
yang dapat disertai nyeri perut
2) Perforasi usus suatu keadaan timbul biasanya pada minggu
ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
3) Peritonotis suatu keadaan biasanya menyertai perforasi,
tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.Ditemukan
gejalanyeri perut yang hebat dan nyeri tekan.
4) Komplikasi di luar usus suatu keadaan terjadi karena
lokalisasi peradangan akibatsepsis.
f. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam tifoid
adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum
makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu
15
mentah, hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas (Padila, 2013).
g. Penatalaksanaan
Menurut Susilaningrum (2013) dalam mengatasi
permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
1) Kebutuhan nutrisi/cairan elektrolit.
a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan,
rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan
gas.
b) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan
lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging) dan
sayuran labu siam / wortel yang dimasak lunak
sekali.Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang
atau matang direbus. Susu diberikan 2 kali sebanyak 1
gelas atau lebih. Jika makanan tidak habis, diberikan
susu ekstra.
c) Berikan makanan cair personde jika kesadarannya
menurun. Berikan kalori sesuai
kebutuhannya.Pemberiannya diatur setiap tiga jam
termasuk makanan ekstra, seperti sari buah atau bubur
kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran
16
membaik, makanan beralih secara bertahap (dari air
ke lunak).
d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika
pasien payah (memburuk), seperti menderita
delirium.Jika keadaan sudah tenang, berikan makanan
personde dan infus masih diteruskan. Makanan
personde biasanya merupakan setengah dari jumlah
kalori, setengahnya masih per infus.Secara bertahap
dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan
beralih ke makanan biasa.
e) Observasi masukan (intake) dan (output).
2) Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
secara adekuat.
b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu
tubuh turun dan diteruskan sampai dua minggu.
c) Atur ruangan agar cukup ventilasi.
d) Berikan kompres dingin dengan air kran.
e) Anjurkan pasien banyak minum (sirup, teh manis,
atau apa yang disukai anak).
f) Berikan pakaian yang tipis.
g) Observasi suhu tubuh
17
3) Gangguan rasa aman
a) Lakukan perawatan mulut dua kali sehari, oleskan
boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering dan
sering berikan minum.
b) Jika pasien dipasang sonde, perawatan mulut tetap
dilakukan dan sekali – kali juga berikan minum agar
selaput lendir mulut dan tenggorokan tidak kering.
c) Selain itu, sebagai akibat lama berbaring setelah mulai
berjalan mula – mula akan terasa kesemutan.Oleh
karena itu, sebelum mulai berjalan harus mulai
dengan menggoyang – goyangkan kakinya dahulu
sambil duduk di pinggir tempat tidur, kemudian
berjalan di sekitar tempat tidur sambil
berpegangan.Katakan bahwa gangguan itu akan
hilang setelah 2 – 3 hari mobilisasi.
4) Risiko terjadi komplikasi
Penyakit tifus abdominalis menyebabkankelainan pada
tukak tukak pada mukosa usus halus dan dapat menjadi
penyebab timbulnya komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus jika tidak mendapatkan pengobatan, diet,
18
dan perawatan yang adekuat.Hal yang perlu diperhatikan
untuk mencegah komplikasi adalah sebagai berikut :
a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Menurut
pedoman dari Laboratorium UPT Ilmu Kesehatan
Anak RSU Dr.Soetomo (1994), obat yang dapat
diberikan adalah kloramfenikol dengan dosis 100 mg /
kg BB / hari diberikan 4x sehari. Agar berhasil baik,
obat harus diberikan setiap 6 jam. Buatlah daftar yang
mudah diingat, misalnya pukul 6, 12, 18, 24, dan
berikan tanda bila obat telah dierikan. Selain
klomramfenikol, mungkin alternatif obat obat lain
adalah sebagai berikut:
(1) Amoksilin 100 mg / kg BB / hari secara oral 3x
sehari selama 14 hari.
(2) Kotrimoksasol 8 - 10 mg / kg BB / hari secara
oral 2-3 x per hari selama 10 -14 hari.
b) Istirahat
Pasien yang menderita tifus abdominalis perlu
istirahat mutlak selama demam, kemudian diteruskan
dua minggu lagi setelah suhu turun menjadi normal.
Setelah satu minggu suhu normal, tiga hari kemudian
pasien dilatih duduk, jika tidak timbul demam lagi,
boleh duduk di pinggir tempat tidur sambil kakinya
19
digoyang –goyangkan. Pada akhir minggu kedua jika
tidak timbul demam, boleh belajar jalan mulai
mengelilingi tempat tidur. Selama masa istirahat
pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3x sehari.
Jika terdapat suhu tinggi melebihi suhu biasanya, ukur
suhu ekstra dan catat pada catatan perawatan. Berikan
kompres dingin intensif lagi satu jam kemudian.Bila
tidak turun, hubungi dokter.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerpakan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
2. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik
(Yulifah dan Surachmindari, 2013).
a. Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien (Sulistyawati, 2009).
20
1) Identitas pasien
a) Nama
Diperlukan untuk mengetahui nama klien. Nama jelas
dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari – hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Umur
Untukmengingat periode usia anak balita dan untuk
menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak
tersebut normal sesuai dengan umurnya
(Matondang dkk, 2013).
c) Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jenis kelamin pasien (Sondakh dan
Mid, 2013).
d) Nama Orang tua
Untuk memudahkan memanggil / menghindari
kekeliruan (Sondakh dan Mid, 2013).
e) Agama
Untuk mengetahui keyakinan tersebut untuk
membimbing pasien dalam berdoa (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
21
f) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
g) Pekerjaan :
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
h) Alamat :
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Anamnesa (Data Subjektif)
a) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa
berobat (Matondang dkk, 2013). Pada pasien demam
tifoid keluhan utama berupa demam berangsur naik,
terutama sore hari dan malam hari, mual, batuk,
obstipasi / diare, lidah putih, kotor di tengah, tepi dan
ujung merah (Ridha, 2014) dan perasaan tidak enak,
22
lesu, nyeri kepala, pusing, kurang bersemangat, dan
nafsu makan kurang(Susilaningrum, 2013).
b) Riwayat Kesehatan, meliputi :
(1) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan khususnya yang
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis
B. Untuk mengetahui angka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan,
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderita
(Putra, 2012).
(2) Riwayat penyakit lalu
Penyakit yang pernah diderita anak sebelumnya
untuk mengetahui apakah ada hubungannya
dengan penyakit sekarang, atau setidaknya
memberikan informasi untuk membantu
pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya
sekarang (Matondang dkk, 2013). Jika penderita
diobati dengan benar, maka kuman tidak akan di
temukan pada tinja dan urin pada minggu ke-
4.Akan tetapi, jika masih terdapat kuman pada
minggu
ke -4 melalui pemeriksaan kultur tinja maka
penderita dinyatakan sebagai carrierjadi selain
23
penderita tifoid, sumber penularan utama berasal
dari carrier (Widoyono, 2011).
(3) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanyapenyakit
yang diderita pada saat ini (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Padapasien demam tifoid pasien
mengeluh demam, tidak enak badan, nafsu makan
berkurang,kurang bersemangat, pusing, dan lesu
(Susilaningrum, 2013)
(4) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).Riwayat
penyakit demam tifoid karena bakteri Salmonella
typhi ini hanya menginfeksi manusia. Prinsip
penularan penyakit ini adalah melalui fekal –
oral.Kuman berasal dari tinja atau urin penderita
atau bahkan carrier (pembawa penyakit yang tidak
sakit)yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
air dan makanan (Widoyono, 2011).
3) Riwayat sosial
a) Siapa yang mengasuh balita.
b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu
24
dengan ibu, ayah, serta anggota keluarga yang lain.
c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar
rumah.Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya
masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa
masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga
diperlukan kebijakan dan kearifan tersendiri dalam
pendekatannya (Matondang dkk, 2013).
4) Riwayat Kebiasaan Sehari – hari
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari – hari menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010) meliputui : nutrisi,
istirahat / tidur, Personal hygiene, dan aktivitas.
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada demam tifoid
terjadi penurunan nafsu makan (Susilaningrum, 2013).
b) Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Pada demam tifoid perlu
istirahat mutlak selama demam sampai suhu menjadi
normal (Susilaningrum, 2013).
c) Personal hygiene
25
Dikaji untuk mengetahui tingkat perawatan kebersihan
dirinya yang akan berpengaruh terhadap kesehatan
pasien, meliputi mandi, keramas, ganti baju dan celana
dalam serta kebersihan kuku (Sulistyawati, 2013)
d) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi
dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Menurut Ridha (2014) eliminasi pada kasus
balita sakit dengan demam tifoid yaitu terjadi obstipasi
/ diare. Selain itu balita sakit dengan demam tifoid
mengalami perut kembung, merasa tidak enak dan diare
karena terjadi peradangan yang menyebabkan
malabsorbsi nutrient danhiperistaltik usus, namun
beberapa kasus terjadisembelit (sulit buang air besar)
(Zulkoni, 2011).
5) Pemeriksaan fisik (Data objektif)
Data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan
(Sulistyawati, 2009).
a) Keadaan umum
26
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan
(Sulistyawati, 2013). Keadaan umum anak dengan
demam tifoid yaitu kurang baik (sedang)
(Susilaningrum, 2013).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien dengan melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam
keadaan sadar) (Sulistyawati, 2013).
Menurut Astuti (2012) tingkat kesadaranmeliputi:
(1) Composmentisyaitu kesadaran normal.
(2) Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
(3) Somnolen yaitu kesadaran menurun, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Pada balita yang sakit demam tifoidkesadarannya
menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen (Susilaningrum, 2013).
27
c) Tanda – tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi denyut jantung,
suhu, nadi, dan pernafasan (Muslihatun, 2010).
a) Pemeriksaan Nadi
Untuk menilai kecepatan dan frekuensi nadi, irama
dan kualitas nadi (Muslihatun, 2010). Normal 70 –
110x/menit. Pada pasien demam tifoid kenaikan
denyut nadi tersebut relatif sedikit apabila
dibandingkan dengan kenaikan suhu (Matondang
dkk, 2013).
b) Pernafasan
Untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan
tipe atau pola pernafasan (Muslihatun dkk, 2009).
Pernafasannormal usia anak 1 – 2 tahun rentang
nya yaitu 25 – 50 x / menit, usia 3 – 4 tahun 20 –
30 x / menit (Matondang dkk, 2013). Pada balita
yang sakit demam tifoid mengalami penurunan
(Matondang dkk, 2013).
c) Suhu
Dalam keadaan normal suhu aksila adalah
360Csampai 37
0C(Matondang dkk, 2013)
28
Pada kasus balita sakit dengan demam
tifoid mengalami peningkatan suhu (Matondang
dkk, 2013).
d) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis pada balita sakit dengan
demamtifoid biasanya terdapat perut kembung
padaabdomen Bisa terjadi konstipasi dapat juga diare
atau normal, sedangkan pada hati dan limfa membesar
disertai nyeri pada perabaan (Susilaningrum, 2013).
Pemeriksaan sistematis meliputi :
(1) Kepala
Menilai lingkar kepala dan ubun – ubun
(Muslihatun, 2010). Pada balita demam tifoid
biasanya ubun ubunya cekung jika mengalami
dehidrasi (Susilaningrum, 2013).
(2) Muka
Menilai kesimestrisan wajah, adakah paralisis
wajah, dan pembengkakan (Muslihatun, 2010).
Pada balita sakit dengan demam tifoid muka
tampak kemerahan karena demam (Padila, 2013).
(3) Mata
29
Pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva,
tanda – tanda infeksi (pus) (Sondakh dan Mid,
2013). Pada balita sakit demam tifoid bila
mengalami dehidrasi ringan / sedang kelopak mata
cekung (Susilaningrum, 2013).
(4) Telinga
Menilai telinga bagian luar dan fungsi pendengaran
(Muslihatun, 2010).
(5) Hidung
Menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
(Muslihatun, 2010).
(6) Mulut
Menilai adakah trismus (kesukaran membuka
mulut), labioskisis, edema dan peradangan gusi,
kelainan pada lidah, ukuran dan adanya tremor
lidah, keadaan gigi dan pengeluaran saliva
(Muslihatun, 2010). Pada balita demam tifoid bibir
kering, dan pecah – pecah, lidah tertutup selaput
putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan, jarang
disertai tremor (Susilaningrum, 2013).
(7) Leher
Menilai adanya massa pada leher atau tidak dan
pembesaran kelenjar tiroid(Muslihatun, 2010).
30
(8) Dada
Untuk menilai bentuk dan besardada, kesimetrian,
gerakan dada, pembekakakan dan kelainan lain
(Muslihtaun, 2010). Pada kasus balita dengan
demam tifoid biasanya karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertama demam (Suslaningrum, 2013).
(9) Perut
Dengan inspeksi ukuran dan bentuk perut,
auskultasi peristaltik usus dan suara bising, palpasi
dinding abdomen, nyeri tekan, pembesaran organ
dan perkusi abdomen (Muslihatun, 2010). Pada
balita sakit demam tifoid keadaan perut kembung,
hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan
(Susilaningrum, 2013).
(10) Ekstremitas
Menilaiadanya kelainan pada tulang, otot, sendi,
nyeri tekan, gaya berjalan dan atropi / hipertropi
(Muslihatun, 2010). Pada balita sakit demam tifoid
turgor kulit memburuk bila mengalami dehidrasi
(Susilaningrum, 2013).
(11) Anogenital
31
Pemeriksaan genetalia pada anak dilakukan cara
inspeksi dan palpasi untuk mendeteksi dini adanya
kelainan (Matondang dkk, 2013).
e) Pemeriksaan Antropometri
Untuk menentukan pertumbuhan fisik anak dilakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Pengukuran antropometri yang sering didigunakan
dilapangan untuk memantau tumbuh kembang anak
meliputi berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala
(Susilaningrum, 2013).
f) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Perkembangan anak tergolong normal apabila
umur anak dan kemampuan / kepandaian anak sesuai
dengan patokan yang berlaku (Susilaningrum, 2013).
g) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada balita sakit demam tifoid
menurut Susilaningrum (2013) adalah :
(1) Darah tepi terdapat gambaran leukopenia
(kekurangan sel darah putih / leukosit ) normal sel
darah putih (leukosit) pada balita adalah rata – rata
5700 – 18000 sel/ mm3,limfositosis (peningkatan
limfosit dalam darah) dimana jumlah normal
limfosit yaitu 20 – 35% dari seluruh jumlah
32
leukosit, dan aneosinofilia (hilangnya eosinofil dari
darah tepi) pada permukaan sakit, normal eosinofil
yaitu 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit.
(2) Darah untuk kultur (biakan, empedu)
(3) Biakan empedu basil Salmonella typhosa dapat
ditemukan dalam urine dan feses.
(4) Pemeriksan widal
Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah
titer zat anti terhadap antigen o.Titer yang bernilai
1 / 200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang
progresif
b. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.Rumusandiagnosa dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
tetap membutuhkan penanganan.Masalah sering berkaitan
dengan hasil pengkajian(Walyani, 2015).
1) Diagnosa kebidanan
Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang
ditegakkan oleh bidan (Aticeh dkk, 2014).
33
Pada kasus balita sakit dengan Demam Tifoid diagnose
kebidanan yang dapat ditegakkan yaitu :Anak X umur X
tahun Jenis kelamin X dengan Demam Tifoid
Data dasar
Data subjektif :
a) Ibu mengatakan umur balita X tahun
b) Ibu mengatakan anaknya demam, pusing, mual muntah
dan batuk
c) Ibu mengatakan nafsu makan anaknya turun
d) Ibu mengatakan anaknya diare / obstipasi / konstipasi
e) Ibu mengatakan anaknya rewel dan kurang bersemangat
Data objektif :
a) Keadaan Umum : Keadaan umum kurang
baik(Susilaningrum, 2013).
b) Kesadaran : Apatis sampai
somnolen(Susulaningrum,
2013)
c) Pemeriksaan vital sign :
(1) Pemeriksaan Nadi : Normal 70 –
110x/menit(Matondang dkk,
2013).
34
(2) Pernafasan : Mengalami
percepatan(Matondang dkk,
2013).
(3) Suhu : Mengalami peningkatan
suhu(Matondang dkk, 2013).
(4) Kepala : Ubun – ubun cekung
jikamengalami dehidrasi
(Susilaningrum, 2013).
(5) Muka : Tampak kemerahan karena
demam (Padila, 2013).
(6) Mata : Kelopak mata
cekung(Susilaningrum,
2013).
(7) Mulut : Bibir kering, dan pecah
pecah, lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung
dan tepinya kemerahan,
jarang disertai
tremor(Susilaningrum,
2013).
(8) Dada : Terdapat Roseola
(Susilaningrum, 2013).
35
(9) Perut : Terjadi pembesaran hati
danlimfa (Susilaningrum
2013).
(10) Ekstremitas : Turgor kulit memburuk
bilamengalami
dehidrasi(Susilaningrum,
2013).
d) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susilaningrum (2013) sebagai berikut:
(1) Darah tepi : Terdapat gambaran
leukopenia (kekurangan
seldarah putih) normal sel
darah putih (leukosit) pada
balita adalah rata – rata 5700
– 18000 sel / mm3
(Chernecky dan Berger,
2008)limfositosis dan darah
untuk kultur
(biakan,empedu).
(2) Biakan empedu : basil Salmonella
typhosadapat ditemukan
dalam urinedan feses.
36
(3) Pemeriksan widal : Titer yang bernilai 1 / 200
atau lebih
menunjukkankenaikan yang
progresif.
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyatan
pasien(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus balita
sakit dengan demam tifoid adalah kebutuhan nutrisi atau
cairan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman
dan nyaman dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit (Susilaningrum, 2013).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisa data (Yulifah dan Surachmindari,
2013). Pada kasus balita sakit dengan demam tifoid
kebutuhannya adalah penggantian cairan tubuh, pencegahan
kenaikan suhu, edukasi emosi pada orang tua
(Susilaningrum, 2013).
c. Langkah 3 : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi masalah potensialatau diagnosispotensial
berdasarkan diagnosis / masalah yang sudah diidentifikasi.
(Yulifah dan Surachmindari, 2013). Bidan diharapkan dapat
37
bersiap – siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar –
benar terjadi.
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita
sakit dengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi
menurut Susilaningrum (2013)yang berupa :
1) Perdarahan usus
2) Perforasi
3) Peritonitis
d. Langkah 4 : Tindakan Segera Atau Antisipasi
Mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat.Kondisi darurat
merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera
untuk menangani diagnosis maupun masalah darurat yang
terjadi dan apabila tidak segera dilakukan tindakan segera akan
dapat menyebabkan kematian ibu maupun anak (Yulifah dan
Surachmindari, 2013).Berdasarkan diagnosa potensial yang
mungkin terjadi pada kasus balita sakit dengan demam tifoid
maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan menurut
Susilaningrum (2013) adalah :
1) Berkolaborasi dengantim medis untuk pemberian obat
secara adekuat.
2) Berkolaborasi dengan tim laboratorium diperlukan dalam
menegakkan diagnosis yang tepat.
38
e. Langkah 5 : Rencana Tindakan
Langkah ini merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Yulifah dan
Surachmindari, 2013).
Dalam kasus balita sakit dengan demam tifoid, rencana asuhan
menurut Susilaningrum (2013) yang diperlukan meliputi :
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit.
a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan,
rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan
gas.
b) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan
lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging) dan
sayuran labu siam / wortel yang dimasak lunak sekali.
c) Berikan makanan cair personde jika kesadarannya
menurun.
d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika
pasien payah (memburuk).
e) Observasi masukan (intake) dan (output).
2) Gangguan suhu tubuh.
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
secara adekuat.
39
b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu
tubuh turun
c) Atur ruangan agar cukup ventilasi dan berikan kompres
dingin.
d) Berikan pakaian yang tipis dan observasi suhu tubuh
3) Gangguan rasa aman
a) Lakukan perawatan mulut dua kali sehari.
b) Lakukan mobilisasi dini
4) Risiko terjadi komplikasi
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah komplikasi
adalah sebagai berikut :
a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang
dapat diberikankloramfenikol dengan dosis 100 mg /kg
BB / hari diberikan 4x sehari.Selain klomramfenikol,
mungkin alternatif obat obat lain adalah sebagai
berikut:
(1) Amoksilin 100 mg / kg BB / hari secara oral 3x
sehari selama 14 hari.
(2) Kotrimoksasol 8 -10 mg / kg BB / hari secara oral
2-3 x per hari selam 10 -14 hari.
b) Istirahat
40
Anjurkanistirahat mutlak selama demam, kemudian
diteruskan dua minggu lagi setelah suhu turun menjadi
normal.
f. Langkah 6 : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara
efisien dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian bidan atau anggota tim kesehatan lainnya.
Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul
tanggung jawab dalam pelaksanaannya (Yulifah dan
Surachmindari, 2013). Pelaksanaan tindakan pada kasus balita
sakit dengan Demam Tifoid disesuaikan dengan perencanaan
yang telah dibuat.
g. Langkah 7 : Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan yang telah diberikan kepada pasien (Sulistyawati,
2013)Menurut Ngastiyah (2014) Mortalitas pada balita sakit
dengan demam tifoid yang dirawat di rumah sakit prognosisnya
menjadi lebih baik apabila : Demam menurun, pulih kembali
kondisinya dan tidak terjadi komplikasi yang berat.
DATA PERKEMBANGAN KONDISI PASIEN
41
4 langkah yang dinamakan SOAP ini dirumuskan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan.Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan
pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan.Pada balita
sakit dengan demam tifoid meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumemntasian haisl pengumpulan data
klien melalui anamnesis (langkah 1 varney) (Yulifah dan
Surachmindari, 2013).
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney
(Yulifah dan Surachmindari, 2013).Membantu menegakkan diagnosis
demam tifoid dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yang terdiri
dari : Pemeriksaan Leukosit, Biakan darah dan Uji widal (Padila,
2013).
A : Assessment / Pengkajian
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosis / masalah.
2. Antisipasi diagnosis / masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan / dokter / konsultasi /
42
kolaborasi dan atau rujukan (langkah II, III, IV Varney).
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assessment dan(langkah V, VI dan VII
Varney) (Yulifah dan Surachmindari, 2013).
C. Landasan Hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan
atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum (mal
praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita
sakit demam tifoid, landasan hukum yang digunakan yaitu : Peraturan
Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 1464/Menkes /Per/X/2010
1. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana
2. Pasal 11 ayat (1)
Bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi baru
lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
3. Pasal 11 ayat (2)
43
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c. Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan.
g. Pemberian surat keterangan kelahiran.
h. Pemberian surat keterangan kematian.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode observasional deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif yaitu suatu metode yang
bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang
terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,
ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup, dan lain-lain. Atau
dengan kata lain, rancangan ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau
kondisi populasi saat itu (Hidayat, 2010).
Studi kasus ini menggambarkan tentang Asuhan Kebidanan Balita
sakit Anak H Umur 4,5 dengan demam tifoid dengan menggunakan asuhan
kebidanan menurut tujuh langkah Varney.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut
dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan di RSUD dr
Soehadi Prijonegoro Sragen.
45
C. Subjek Studi Kasus
Subjek merupakan orang yang dituju untuk diteliti atau yang menjadi
pusat perhatian dan sasaran peneliti (Arikunto, 2013).Subjek pada studi kasus
ini yaitu pada Anak H Umur 4,5 dengan demam tifoid.
D. Waktu Studi Kasus
Suatu penelitian sering kalimemerlukan waktuyang lebih lamadari
yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua penelititerutama
peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan (Nursalam,
2013). Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan 28 Maret –
1 April 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan oleh peneliti untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus yang dilakukan ini
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah format asuhan
kebidanan balita sakit menurut manajemen tujuh langkah varney dan SOAP
sebagai data perkembangan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder :
46
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono,
2012).Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat teknik yaitu :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi dengan menggunakan mata.
Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik (Priharjo, 2006). Pada kasus
Balita Sakit pada Anak H umur 4,5 tahun dengan Demam Tifoid
dilakukan pemeriksaan inspeksi untuk mengetahui kecekungan
pada ubun – ubun, kelopak mata, kemerahan pada wajah karena
demam, mulutmengetahui bibir kering, dan pecah – pecah, lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan,
dan menilai adanya bercak ross (roseola) pada dada.
2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dikerjakan
untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ
(Priharjo, 2006).Pada kasus Pada kasus Balita Sakit pada Anak
H umur 4,5 tahun dengan Demam Tifoid dilakukan pemeriksaan
47
palpasiuntuk mengetahui kelembaban kulit serta memastikan
perut jika dicubit kembalinya cepat atau lambat.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi untuk menentukan batas-batas organ atau bagian
tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat
adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan
(Priharjo, 2006). Pada kasus Balita Sakit pada Anak H umur 4,5
tahun dengan Demam Tifoid dilakukan pemeriksaan perkusi
yaitu pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita kembung
atau tidak.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang di teliti untuk menggali
informasi dari responden (Hidayat, 2014).Pada studi kasus ini
wawancaradilakukan pada tenaga medis dengan orang tua balita
sakit Anak H umur 4,5 tahun dengan demam tifoid dan keluarga
dengan menggunakan pedoman manajemenasuhan kebidanan
menurut tujuh langkah varney.
48
c. Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada Responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010).
Pada kasus ini balita sakit Anak H umur 4,5 tahun dengan demam
tifoid yang diobservasi adalah tanda tanda vital, keadaan
umum,suhu tubuh, intake, outtake serta terapi pada dehidrasi
meliputi mata dan turgor kulit.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh peneliti (Saryono, 2011).
Data sekunder diperoleh dengan cara :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013).Dalam studi kasus ini
diperolehdi dapatkan dari buku rekam medik di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitian (Hidayat, A 2014).
49
Pada kasus ini studi kepustakaan berupa buku-buku referensi, artikel
internet, karya ilmiah yang terdahulu, dan sumber pustaka lainnya dari
tahun 2005-2015.
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengumpulan data antara lain :
1. Alat pengambilan data :
a. Format asuhan kebidananBalita sakit dan lembar observasi
b. Buku tulis
c. Pulpen
2. Alat untuk melakukan pemeriksaan dan observasi
a. Stetoskop
b. Thermometer
c. Timbangan berat badan
d. Pengukur tinggi badan
e. Spatel lidah
f. Pita LILA
g. Jam tangan
h. Metlin
i. Sarung tangan
50
H. Jadwal Studi Kasus
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
Karya Tulis Ilmiah penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
Jadwal studi kasus terlampir
51
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Ruang : Anggrek
Tanggal Masuk :28 Maret 2016
No. Register :458708
I. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Tanggal : 28 Maret 2016 Pukul:13.00 WIB
A. Identitas
1. Identitas Anak
a. Nama anak : An. H
b. Umur : 4,5 Tahun
c. Anak ke : 2 (kedua)
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Tanggal Lahir : 22 Agustus 2011
f. Alamat : Bagan Rt 02 /Rw 01,Nglorog, Sragen.
2. Identitas Ibu Identitas Ayah
a. Nama : Ny. S Nama : Tn. A
b. Umur : 38 Tahun Umur : 41Tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
e. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
f. Alamat : Bagan Rt 02 /Rw 01,Nglorog, Sragen.
52
B. Anamnesa (Data Subyektif) :
1. Alasan datang ke RB / RS : Ibu mengatakan ini rujukan dari
klinik Aisyah Sragen demam sejak hari Selasa 22 Maret 2016 pukul
18.00 WIB disertai batuk, pilek dan sembelit sudah 4 hari tidak
buang air besar dan terlihat kurang bersemangat selama 4 hari
dengan rawat jalan dan mendapatkan obat berupa Paracetamol sirup
botol 60 ml 3 x 1 sendok makan setelah makan dan puyer batuk 3 x 1
setelah makan tidak ada perubahan dan suhunya tidak turun
kemudian ibu memeriksakan kembali ke klinik Aisyiah Sragen pada
hari Selasa 27 Maret 2016 pukul 19.00WIB tetapi belum sembuh dan
demamnya tidak turun turun di bawa ke RSUD Sragen Pada sekitar
jam 21.00 WIB
2. Riwayat Kesehatan
a) Imunisasi
1) BCG : Tanggal 20 September 2011
2) DPT I : Tanggal 20 Oktober 2011
3) DPT 2 : Tanggal 21 November 2011
4) DPT 3 : Tanggal 20 Desember 2011
5) Polio 1 : Tanggal 20 September 2011
6) Polio 2 : Tanggal 21 Oktober 2011
7) Polio 3 : Tanggal 21 November 2011
8) Polio 4 : Tanggal 20 Desember 2011
9) Campak : Tanggal20 April 2011
53
b) Riwayat Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah menderita sakit demamtinggi
sampai kejang saat berumur 2 tahun sebanyak satu kali tidak
diobati hanya diberikan alternatif peberian minum kopi.
Sebelumnya anaknya pernah demam batuk, pilek dan
dipeirksakan ke bidan dan sembuh pada tanggal 21 Januari 2016
c) Riwayat Penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya demam, pusing, batuk, pilek,
nafsu makan menurun, kurang bersemangat sejak 1 minggu yang
lalu dansembelit sudah 4 hari belum buang air besar
d) Riwayat Penyakit keluarga / menurun
Ibu mengatakan keluarga nya baik pihak ibu maupun ayah tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti
Hipertensi, stroke, TBC, Hepatitis, Jantung dan tidak ada riwayat
penyakit demam tipoid ataupun penyakit menular seperti
HIV/AIDS
3) Riwayat Sosial
a. Yang Mengasuh
Ibu mengatakan anaknya diasuh kedua orang tua kandungnya
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan keluarga baik
54
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebaya baik
dan sering bermain.
d. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih dan rapi,
jendela rumah dibuka setiap hari
4) Pola Kebiasaan sehari – hari ( Sebelum sakit dan selama sakit)
a) Nutrisi
Nutrisi yang diberikan :
1) Pagi : Ibu mengatakan sebelum anaknya sakitpagi
jam 07.00 WIB jenis Nasi, sayur, lauk,
porsi banyak dan minum susu 1 gelas.
Sedangkan selama sakit makan pagi sekitar
jam 07.00 WIB2-3 sendok makan berupa
bubur tim, Sayur, lauk dan minum air putih
1 gelas sesuai diet dari rumah sakit.
2) Siang : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
makan siangsekitar jam 11.00 WIB
sepulang sekolah jenis Nasi, sayur, lauk
dengan porsi sedang, kadang makan buah
jeruk, apel dan minum air putih1
gelas.Sedangkan selama sakit 2 sendok
bubur tim, sayur, lauk dan minum 1/2 gelas
55
jus jambu merah dan minum air putih
1/2gelas
3) Malam : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
makan malamsekitar jam 18.00 WIB jenis
Nasi, Sayur, lauk dengan porsi sedang, dan
minum air putih1 gelas.Sedangkan selama
sakit 1- 2 sendok bubur tim, Sayur,lauk
danminum air putih 1 gelas.
b) Istirahat / Tidur
1) Tidur Siang : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
tidur siang pukul 13.00 WIB lamanya 1
jam.Sedangkan selama sakit anaknya tidur
siang pukul 11.00 WIB lamanya 1 jam dan
rewel, sering terbangun dan harus di dekat
ibunya
2) Tidur Malam : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
tidur malam pukul 20.00 WIB lamanya 7 –
8 jam. Sedangkan selama sakit anaknya
tidur malam pukul 20.00 WIB lamanya 6
jam, anaknya sering terbangun di tengah
malam karena rewel ingin pulang.
56
c) Mandi
1) Pagi jam : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi pukul
06.30 WIB.Sedangkan selama sakit
anaknya mandi pagi hanya disibin dengan
air hangat pukul 07.00 WIB
2) Sore jam : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam
16.30 WIB. Sedangkan selama sakit
anaknya hanya disibin dengan air hangat
pukul 16.00 WIB.
d) Aktifitas :Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya aktif dalam
bermain. Sedangkan selama sakit anaknya tampak lemah, rewel,
malas bermain dan kurang bersemangat.
e) Eliminasi :
1) BAK : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
BAK 3 kali sehari, berwarna kuning, pekat,
lancar. Sedangkan selama sakit anaknya
BAK 4-5 kali sehari warna kuning pekat,
bau khas urine.
2) BAB : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya
BAB 1-2kali sehari konsistensi lembek.
Sedangkan selama sakit sudah 4 hari belum
BAB.
57
5) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan :
Ibu mengatakan tingkat perkembangan anaknya sesuai dengan
usianya anak sudah bisamelompat, menari, menggambar orang,
menggambar segi empat, menggambar segi tiga, pandai berbicara
dan dapat menghitung jari jarinya.
C. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Apatis
c. TTV :
1) Suhu : 38,80C
2) Nadi : 110 x/menit
3) Respirasi : 38x/menit
d. BB / TB : 17 kg / 104 cm
e. Tanggal Lahir : 22 Agustus 2011
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala : Rambut hitam, bersih, ikal tidak
rontok,ubun ubun cekung, tidak ada
kelainan di kepala
b) Muka : Tampak kemerahan karena demam
c) Mata : Simetris, Kelopak mata cekung,
conjungtiva agak pucat, sklera putih
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
58
e) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, ada secret
karena pilek
f) Mulut : Bibir berwarna merah muda, kering, agak
pecah – pecah, lidah kotor,warna putih
semua ujung dan tepinya kemerahan
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
normal
h) Dada : Simetris tidak ada tarikan dada ke dalam,
tidak ada bercak roseolapada dada
i) Perut : Tidak ada pembesaran hati dan limfa,
tidak kembung, bising usus normal 10
x/menit
j) Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak
oedema, akral hangat, turgor pada kulit
jika dicubit kembalinya lambat (± 4
detik), terpasang infus KAEN 3A 15 tpm
di tangan kiri.
k) Genetalia : Lengkap, Labia mayora menutupi labia
minora,uretra berlubang,normal.
l) Anus : Normal, tidak ada haemoroid
59
3) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.1 Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan
darah pada tanggal : 27 Maret 2016. Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Rutin 1
Hemoglobin 10,1 g/dL 11,5 -15,5
Eritrosit 4,90 Juta/µL 4.0 – 4,2
Hematokrit 34,1 % 35- 45
Leukosit 8,23 Ribu/ µL 4,5 -14,5
Trombosit 367 Ribu/ µL 150 – 450
Hitung Jenis
Neutrofil 60,7 % 40 – 70
Limfosit 21,7 % 19 -48
Monosit 16,4 % 1-6
Eosinofil 0,1 % 0 – 5
Basofil 1,1 % 0 – 1
Total Neutrofil 5 Ribu/ µL 1,5 – 7
Total Lymphosit 2 Ribu/ µL 1 – 3,7
Total Monosit 1,35 Ribu/ µL
Total Eosinofil 0,0 Ribu/ µL
Total Basofil 0,09
IMUNOSEROLOGI
Widal
S. Typhi – H Positif (+)1/160 Negatif <1/80
S. Typhi – O Positif (+)1/160 Negatif <1/80
S. Paratyphi A – O Positif (+)1/160 Negatif <1/80
S. Paratyphi B – O Negatif (-) Negatif <1/80
2. Interpretasi Data
Tanggal 28 Maret 2016 Pukul 13.00 WIB
a. DIAGNOSA KEBIDANAN
An. H umur 4,5 Tahun jenis kelamin perempuan dengan demam tifoid
Data Dasar
Data Subjektif :
1) Ibu mengatakan anaknya bernama An.H berumur 4,5 Tahun yaitu
lahir pada tanggal 12 Agustus 2011
2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan
60
3) Ibu mengatakan saat ini anaknya demam, pusing, batuk, pilek, nafsu
makan menurun, kurang bersemangat sejak 1 minggu yang lalu
dansembelit sudah 4 hari belum buang air besar
4) Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang , anaknya makan
dengan porsi sangat sedikit sehari 3 kali, jenis bubur tim, sayur, lauk
hanya 2 – 3 sendok makan, minum air putih 21/2 gelas dan½gelas jus
jambu merah perhari
Data Objektif :
1) Keadaan Umum : Sedang
2) Kesadaran : Apatis
3) TTV : Suhu : 38,80C
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 38x/menit
4) Kepala : Rambut hitam, bersih, ikal tidak rontok,
ubun ubun cekung, tidak ada kelainan di
kepala
5) Muka : Tampak kemerahan karena Demam
6) Mata : Simetris, kelopak mata
cekung,conjungtiva agak pucat, sklera
putih
7) Mulut : Bibir berwarna merah muda, kering,
agak pecah – pecah, lidah kotor, warna
61
putih semua ujung dantepinya
kemerahan
8) Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap,
tidakoedema, akral hangat, turgor pada
kulit jika dicubit kembalinya lambat (± 4
detik), terpasang infuse KAEN 3A 15
tpm di tangan kiri.
9) Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
IMUNOSEROLOGI
Widal
S. Typhi – H Positif (+) 1 / 160
S. Typhi O Positif (+) 1 / 160
S. Paratyphi A – O Positif (+) 1 / 160
S. Paratyphi B – O Negatif (-)
b. Masalah
Rewel ingin pulang
c. Kebutuhan
Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya
3. Diagnosa Potensial
Tanggal : 28 Maret 2016 Pukul : 13.25 WIB
Perdarahan usus, Perforasi usus dan Peritonitis
4. Tindakan Segera / Antisipasi
Tanggal 28 Maret 2016 Pukul 13.20 WIB
62
Berkolaborasi dengan dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi obat.
Obat yang diberikan adalah :
a Obat Oral :
1) Ambroxol sirup 1 botol 60 ml3 x ¾ sendok makan setelah makan.
2) Paracetamol sirup 1 botol 60 ml 4 x 1 sendok makan setelah makan.
b Obat Parenteral :
1) Ceftriaxone injeksi 2 x 350 mg melalui IV
2) Ranitidin injeksi 3 x 8,3 mg melalui IV
3) Dexametasone 3 x 1,4 mg melalui IV
4) Norages 150 mg bila suhu > 390C melalui IV
c Cairan infus KAEN 3A 15 tpm.
5. Rencana Tindakan
Tanggal 28 Maret 2016 Pukul 13.30 WIB
a. Beritahu tentang hasil pemeriksaan dan keadaan anaknya
b. Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan anak
c. Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian anaknya yang tipis dan yang
dapat menyerap keringat
d. Atur ruangan agar cukup Ventilasi
e. Kaji Pola BAB dan BAK
f. Anjurkan ibu untuk mengkompres dengan air hangat jika demamnya
tidak turun
g. Berikanterapi sesuai Program dokter Spesialis Anak
h. Lakukan observasi keadaan umum dan TTV anak setiap 8 jamdan
63
observasi intake output setiap hari
6. Pelaksanaan
Tanggal : 28 Maret 2016
a. Pukul 13.30 WIB Memberitahu tentang hasil pemeriksaan dan
keadaananaknya bahwa pernafasannya mengalami percepatan disebabkan
kondisi hidung yang tersumbat selain itu, anaknya menderita sakit tifus
yaitu penyakit yang disebabkan oleh masuknya bakteri ke tubuh anak
yang berasal dari makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi
bakteri Salmonella typhiyang ditandai dengan demam, nyeri kepala,
mual, batuk diare / sembelit, lidah yang khas kotor berwana putih dan
ujung dan tepinya kemerahan. Namun, ibu tidak perlu khawatir karena
sudah diberikan terapi obat sesuai dari dokter Spesialis Anak dan selalu
dipantau keadaanya oleh perawat.
b. Pukul 15.15 WIB Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan anak dengan
menu gizi seimbang diet tinggi protein seperti bubur, telur ayam
kampung, wortel, daging dicincang, dan memberikan minum air putih
yang banyak atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak sedikit
sedikit tapi sering.
c. Pukul 16.00 WIB Menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian anaknya
yangtipis dan yang dapat menyerap keringat seperti kain berbahan katun.
d. Pukul 16.20 WIB Mengatur ruangan agar cukup ventilasi dengan
membuka jendela setiap pagi agar udara diruangan segar danmemberikan
64
kipas angin di ruangan anaknya agar anaknya merasa nyaman.
e. Pukul 16.45 WIBMengkaji pola BAB dan BAK dengan cara
memberitahu kepada orang tuanya apabila anaknya BAB atau BAK harus
menghubungi perawat di ruangan agar bisa dikaji BAB atau BAK
anaknya.
f. Pukul 17.00 WIB Meganjurkan ibu untuk mengkompres dengan air
hangat jika demamnya tidak turun. Pengompresan dapat dilakukan di
daerah ketiak, lipatan paha.
g. Pukul 18.00 WIB Memberikanterapi sesuai program dokterSpesialis
Anak.
h. Melalukan observasi keadaan umum dan TTV anak setiap 8 jam dan
observasi intake output
7. Evaluasi
Tanggal : 28 Maret 2016
a. Pukul : 13.35 WIB Orang tua sudah mengerti tentang penyakit anaknya.
b. Pukul : 15.20 WIB Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
anaknya. Pukul 13.00 WIB – pukul 19.00 WIB anak sudah minum 3
gelas air putih dan sudah makan bubur tim 2- 3 sendok, sayur, telur ayam
kampung dan anak tidak muntah.
c. Pukul : 16.05 WIB Ibu sudah memakaikan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat pada anaknya.
d. Pukul : 16.22 WIB Ruangan sudah cukup ventilasi.
e. Pukul : 17.00 – 19.00 WIB BAK 3x warna urine kuning pekat, bau khas
65
urine dan belum BAB.
f. Pukul : 17.03 WIB Ibu bersedia untuk mengkompres dengan air
hangatjika demamnya tidak turun di daerah ketiak, lipatan paha. Masih
demam yaitu 380C.
g. Terapi obat sudah diberikan sesuai jadwal.
Pukul : 19.00 WIB Ambroxol sirup ¾ sendok makan setelah makan dan
Paracetamol 1 sendok makan setelah makan secara oral telah diberikan
Pukul : 23.00 WIB Injeksi Ranitidin 8,3 mg melalui IV, Injeksi
Dexametasone 1,4 mg melalui IV telah diberikan
h. Hasil Observasi
Pukul 20.00 WIB :
1) Keadaan Umum : Sedang
2) TTV :
a) Suhu : 38,10C
b) Nadi : 110 x/menit
c) Respirasi : 37x/menit
Hasil intake output terlampir
66
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 29 Maret 2016 Pukul : 08.10 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya masih batuk, pilek, demamnya sudah mulai
turun
2. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 1 kali pukul 06.00 WIB,
konsintensi keras, berwarna coklat dan buang air kecil 3 kali warna
kuning jernih, bau khas urine
3. Ibu mengatakan anaknya makan 3 – 4 sendok makan bubur tim, sayur,
lauk pukul 07.00 WIB
4. Ibu mengatakan aktivitas anaknya masih menurun dan anaknya semalam
rewel ngajakin pulang
O : Data Objektif
1. Keadaan umum :Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 38,10C
Nadi : 90x/menit
Respirasi : 32x/menit
4. Ubun – ubun : Cekung
5. Mata : Cekung, conjungtiva merah muda, sklera putih
6. Mulut : Bibir merah muda, kering, agak pecah – pecah, lidah
kotor, warna putih semua ujung dan tepinya
kemerahan.
67
7. Ekstremitas : Cubitan kulit kembalinya pelan pelan – pelan.
Masih terpasang infus KAEN 3A 15 tpm di tangan
kiri
A : Assesment
An. H umur 4,5 Tahun jenis kelamin perempuan dengan demam tifoid
perawatan hari kedua
Diagnosa Potensial : Perdarahan usus, Perforasi usus dan Peritonitis
Tindakan Segera : Advis dr. Spesialis Anak pemberian terapi obat
tetap dilanjutkan.
P: Planing
Tanggal : 29 Maret 2016
1. Pukul 08.10 WIB Menjelaskan keadaan anaknya demamnya sudah
mulai turun.
2. Pukul 08.15 WIB Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dan cairan anaknya dengan menu gizi
seimbang tinggi protein seperti bubur, telur ayam
kampung, wortel, daging dicincang dan
memberikan minum air putih yang banyak atau
sirup, teh manis atau apa yang disukai anak
sedikit sedikit tapi sering.
3. Pukul 08.20 WIB Menganjurkan ibu tetap memakaikan pakaian
anaknya yangtipis dan yang dapat menyerap
keringat seperti kain berbahan katun.
68
4. Pukul 08.25 WIB Mengkaji pola BAB dan BAK dengan cara
memberitahu kepada orang tuanya apabila
anaknya BAB atau BAK harus menghubungi
perawat di ruangan agar dapatdikaji BAB atau
BAK anaknya.
5. Pukul 08.30 WIB Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan
anaknya terutama kebersihan mulut anaknya.
6. Pukul 08.32 WIB Meneruskan terapi obat sesuai jadwal.
Evaluasi :
Tanggal : 29 Maret 2016
1. Pukul : 08.12 WIB Ibu sudah mengetahui keadaan anaknya,
demamnya sudah mulai turun.
2. Pukul : 08.17 WIB Ibu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
anaknya, anaknya sudah makan3 – 4 sendok makan
bubur tim, sayur, lauk pukul 07.00 WIB.
3. Pukul : 08.23 WIB Ibu sudah memakaikan baju anaknya yang tipis
4. Pukul : 08.30 WIB Anak sudah buang air besar 1 kali pukul 06.00
WIB, konsintensi keras,berwarna coklat dan buang
air kecil 3 kali warna kuning jernih, bau khas urine.
5. Pukul : 08.32 WIB Ibu bersedia menjaga kebersihan diri anaknya
terutama kebersihan mulut, anaknya sudah gosok
gigi pada saat mandi pagi.
69
6. Terapi obat telah diberikan sesuai jadwal
Pukul : 08.35 WIB Ambroxol sirup ¾ sendok makan setelah makan
dan Paracetamol1 sendok makan setelah makan
secara oral telah diberikan
Pukul : 09.00 WIB Injeksi Dexametasone 1,4 mg melalui IV telah
diberikan.
Pukul : 12.00 WIB Injeksi Ceftriaxone 350 mg secara IV, Injeksi
Ranitidin 8,3 mg secara IV telah diberikan.
70
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 30 Maret 2016 Pukul : 08.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas sejak jam 05.00 WIB , tetapi
masih batuk, pilek.
2. Ibu mengatakan sudah buang air besar 2 kali tanggal 29 Maret 206 Pukul
22.00 – tanggal 30 Maret 2016 Pukul : 08.00 WIB, konsintensi lunak,
berwarna coklat dan buang air kecil2 kali warna kuning jernih, bau khas
urine.
3. Ibu mengatakan anaknya hanya disibin setiap pagi dan sore.
4. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya mulai meningkatdengan porsi
sedang jenis nasi, sayur, lauk 5 – 6 sendok makan pukul 07.00 WIB.
5. Ibu mengatakan anaknya semalam rewel ngajakin pulang.
O : Data Objektif
1. Keadaan umum :Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 37,10C
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 32x/menit
4. Ubun – ubun : Cekungan pada ubun – ubun mulai berkurang
5. Mata : Cekungan pada mata mulai berkurang,
conjungtivamerah muda, sklera putih
71
6. Mulut : Bibir berwarna merah muda, kering, agak pecah –
pecah, lidah kotor, warna putih semua ujung dan
tepinya kemerahan
7. Ekstremitas : Masih terpasang infus KAEN 3A 15 tpm
ditangankiri, turgor kulit mulai membaik
A : Assesment
An. H umur 4,5 Tahun jenis kelamin perempuan dengan demam tifoid
perawatan hari ketiga
Diagnosa Potensial : Perdarahan usus,Perforasi usus dan Peritonitis
Tindakan Segera : Advis, visite dr Spesialis Anak Lepas Infus, Injeksi
stop, Obat Oral lanjutakan
P : Planing
Tanggal : 30 Maret 2016
1. Pukul 08.10 WIB Memantau keadaan anak dan suhu anak.
2. Pukul 08.15 WIB Menganjurkan ibu tetap memberikan anaknya
banyak minum 5 – 6 gelas / hari dan memenuhi
kebutuhan nutrisi anaknya dengan gizi seimbang
meliputi nasi, sayur, lauk,buah buahan dan susu.
3. Pukul 08.20 WIB Menganjurkan keluarga untuk tetap mengompres
pada daerah ketiak, lipatan paha jika suhunya naik
kembali.
4. Pukul 08.25 WIB Menganjurkan Ibu untuk tetap memakaikan pakaian
pada anaknya yang bahannya dapat menyerap
72
keringan seperti kaain katun dan kaos.
5. Pukul 08.30 WIB Meneruskan terapi obat sesuai advis dokter Spesialis
Anak.
6. Pukul 12.00 WIB Melakukan pelepasan infus sesuai dengan advis
dokter Spesialis Anak.
Evaluasi :
Tanggal : 30 Maret 2016
1. Pukul 08.12 WIB Keadaan anak sudah mulai membaik selalu dipantau
perawat dan keluarga, suhunya sudah normal yaitu
37,10C.
2. Pukul 08.17 WIB Anak sudah banyak minum air putih 5 gelas tidak
kekurangan cairan lagi, dan nafsu makan anak
meningkat sudah makan dengan porsi banyak jenis
nasi 1 piring, sayur bayam, lauk daging ayam,
buahjerukdan susu 1 gelas.
3. Pukul 08.25 WIB Ibu bersedia mengompres anaknya jika suhu
badannya naik lagi.
4. Pukul 08.26 WIB Anak sudah memakai baju berbahan katun.
5. Obat telah diberikan sesuai jadwal.
Pukul 09.00 WIB Ambroxol sirup ¾ sendok makan setelah makan dan
Paracetamol1 sendok makan setelah makan
secara oral telah diberikan, Puyer batuk
73
(Glyceryl Guaiacolate)
Pukul 12.00 WIB Injeksi Ceftriaxone 350 mg melalui IV telah
diberikan, Ranitidin 8,3 mg secara IV telah
diberikan
Pukul 16.30 WIB Injeksi Dexametasone 1,4 mg secara IV
6. Pukul 18.00 WIB Infus telah di lepas
74
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 31 Maret 2016 Pukul : 16.30 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas dalam satu hari ini, tetapi
masih batuk, sudah tidak pilek.
2. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya meningkatdengan porsi
banyaksudah makan 3 kalijenis nasi, sayur, lauk, buah dan 4 gelas air
putih.
3. Ibu mengatakan Anak BAB pada jam 10.00 WIB dan 16.30 WIB
konsistensi lunak, berwarna coklat dan BAK 2 kali warna kuning jernih,
bau khas urine.
4. Ibu mengatakan anaknya sudah tidakrewel.
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 36,90C
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 32x/menit
4. Ubun – ubun : Tidak cekung ( normal )
5. Mata : Kelopak mata sudah tidak cekung,
conjungtivamerah muda, sklera putih
6. Mulut : Bibir merah muda, tidak pecah – pecah, lidah
75
tidak kotor dan kembali normal
7. Ekstremitas : Sudah tidak terpasang infus, turgor kulit baik
A : Assesment
An. H umur 4,5 Tahun jenis kelamin perempuan post demam tifoid perawatan
hari keempat
Diagnosa Potensial : Perdarahan usus, Perforasi usus dan Peritonitis
Tindakan Segera : Advis dokter Spesialis Anak Terapi Obat Oral
lanjutkan dan Pemberian Obat Kloramfenikol sirup
1 botol 125 ml 3 x 1 sendok makan setelah makan.
P :Planing
Tanggal : 31 Maret 2016
1. Pukul 16.35 WIB Memberitahu ibu bahwa keadaan anaknya normal
dan baik, suhu badan anaknya normal yaitu 36,90C.
2. Pukul 17.00 WIB Menganjurkan ibu tetap menjaga pola makan
anaknya.
3. Pukul 17.10 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
anaknya dalam hal mencuci tangan, mandi dan
gosok gigi.
4. Pukul 17.20 WIB Memberikan obat sesuai advis dokter Spesialis
Anak
5. Pukul 17.30 WIB Menganjurkan ibu agar anaknya tetap istirahat
selama perawatan untuk mempercepat proses
penyembuhannya.
76
77
Evaluasi
Tanggal : 31 Maret 2016
1. Pukul : 16.40 WIB Ibu sudah mengetahui keadaan anaknya sudah sehat.
2. Pukul : 17.05 WIB Ibu sudah menjaga pola makan anaknya,
anaknyasudah makan 3 x dengan porsi banyak jenis
nasi, sayur, lauk, buah, 2 gelas susu dan 2 gelas air
putih.
3. Pukul 17.15 WIB Ibu tetap menjaga kebersihan anaknya, anaknya
sudah mandi, keramas dan gosok gigi.
4. Obat telah diberikan sesuai jadwal.
Pukul : 17.30 WIB Kloramfebikol sirup 1 sendok makan setelah makan,
Puyer batuk 1 bungkus, Ambroxol sirup ¾ sendok
makan setelah makan.
Pukul 17.35 WIB Anak sudah istirahat yang cukup tidur siang 2 jam
dan tidur malam 8 - 9 jam.
78
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 1 April 2016 Pukul 08.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakansudah 2 hari anaknya tidak demam sejak kemarin
2. Ibu mengatakan nafsu makan anak meningkat dengan porsi banyak sudah
makan 3 kali sehari nasi, sayur, lauk dan minum 4 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya sudah BAB teratur 2 kali sehari konsistensi
lunak, berwarna coklat dan BAK 3 kali sehari warna kuning jernih, bau
khas urine
4. Ibu mengatakananaknya tidak rewel dan aktif jika diajak bermain
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 370C
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 21x/menit
4. Ubun – ubun : Normal, tidak cekung
5. Mata : Kelopak mata sudah tidak cekung,
conjungtivamerah muda, sklera putih
6. Mulut : Bibir merah muda, lembab, lidah normal tidak
kotor
7. Ekstremitas : Sudah tidak terpasang infus, turgor kulit baik
79
A : Assesment
An. H umur 4,5 Tahun jenis kelamin perempuanpost demam tifoid
Diagnosa Potensial : Perdarahan usus, Perforasi usus dan Peritonitis
Tindakan Segera : Advis, visite Obat oral tetap dilanjutkan dan
pasien diperbolehkan pulang.
P : Planing
1. Pukul 09.00 WIB Memberitahu penjelasan kepada ibutentang
hasilvisit dokter bahwa keadaan anaknya sehat dan
sudah diperbolehkan untuk pulang.
2. Pukul 09.20 WIB Memberikan pendidikan kesehatan
tentangperawatan dirumah untuk mencegah
penyakit demam tifoid meliputi mencuci tangan
adalah proses yang mekanis melepaskan kotoran
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air. Mencuci tangan yang baik dan benar
setelah dari toilet, sebelum makan maupun sesudah
makan dan setelah bermain dengan 6 langkah.
Langkah cuci tangan yang baik dan benar adalah :
1. Langkah pertama menggosok telapak tangan.
2. Langkah kedua menggosok punggung tangan
kanan dan sebaliknya.
3. Langkah ketiga menggosok kedua telapak
tangan dan sela sela jari.
80
4. Langkah keempat menggosok jari- jari sisi
dalam posisi tangan saling mengunci.
5. Langkah kelimamenggosok ibu jari kiri secara
berputar menggunakan ibu jari.
6. Langkah keenam menggosok dengan memutar
ujung jari kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
Selain itu, An. H dianjurkan untuk menghindari
minum susu mentah atau minum air mentah,
merebus air sampai mendidih dan tetap menjaga
kebersihan lingkungan.
3. Pukul 09.30 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan obat
sesuai jadwal dan secara teratur.
4. Pukul 10.00 WIB Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
atau jika ada keluhan pada anaknya.
81
Evaluasi
Tanggal : 1 April 2016
1. Pukul : 09.10 WIB Ibu mengetahui keadaan anaknyadan sudah
mempersiapkan untuk pulang setelah pengurusan
biaya administrasi selesai.
2. Pukul : 09.30 WIB Ibu sudah mengetahui cara mencegah penyakit
demam tifoid dan akan menerapkannya kepada
anaknya di rumah.
3. Pukul : 09.35 WIB Obat telah diberikan sesuai jadwalKloramfebikol
sirup 1 sendok makan setelah makan, Puyer batuk
1 bungkus, Ambroxol sirup ¾sendok makan
setelah makan dan ibu bersedia memberikannya
kepada anaknya sampai habis.
4. Pukul 10.10 WIB Ibu bersedia Kontrol 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan. Tanggal 1 April Pukul 13.00
WIBibu dan anaknya telah pulang.
82
DATA PERKEMBANGAN V
KONTROL PERTAMA
Tanggal : 8 April 2016 Pukul : 08.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakanini kontrol pertamaanaknya setelah pulang dari rumah
sakit
2. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya meningkat Ibu mengatakan nafsu
makan anak meningkatdengan porsi banyak sudah makan 3 kali sehari
nasi, sayur, lauk dan minum 5 gelas air putih dan pagi hari minum 1 gelas
susu
3. Ibu mengatakan anaknya sudah BAB teratur 2 kali sehari konsistensi
lunak, berwarna coklat dan BAK 3 kali sehari warna kuning jernih, bau
khas urine
4. Ibu mengatakan sudah mandi sendiri
5. Ibu mengatakan kebersihan anaknya selalu terjaga dan aktivitasnya aktif
kembali
6. Ibu mengatakan sudah menerapkan cara mencuci tangan yang baik dan
benar pada anaknya
7. Ibu mengatakan obat dari rumah sakit masih sedikit
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
83
3. TTV : Suhu : 36,90C
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 25x/menit
4. Ubun – ubun : Normal, tidak cekung
5. Mata : Kelopak mata sudah tidak cekung, conjungtivamerah
muda, sklera putih
6. Mulut : Bibir merah muda, lembab, lidah normal tidak kotor,
normal
7. Ekstremitas : Normal, turgor kulit baik
A : Assesment
An. H umur 5 Tahun 4 bulan 14 hari jenis kelamin perempuan denganriwayat
demam tifoid
Tindakan Segera : Tidak Perlu Kontrol lagi.
P :Planing
Tanggal : 8 April 2016
1. Pukul 08.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaannya bahwa anaknya
sehat, kodisinya baik dan dinyatakan sembuh.
2. Pukul 08.15 WIB Menganjurkan ibu agar tidak memberikan makanan
ringan sembarangan pada anaknya.
3. Pukul 08.30 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan.
4. Pukul 08.45 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menghabiskan obat
yang sudah diberikan dari rumah sakit apabila
obatnya masih.
84
5. Pukul 09.00 WIB Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu tidak perlu
kontrol lagi karena kondisi anaknya sudah sembuh.
Evaluasi
Tanggal : 8 Maret 2016
1. Pukul 08.20 WIB Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan ibu
senang anaknya sudah sembuh.
2. Pukul 08.25 WIB Ibu bersedia untuk tidak memberikan makanan
ringan sembarangan pada anaknya.
3. Pukul 08.32 WIB Ibu sudah menjaga kebersihan anaknya.
4. Pukul 08.50 WIB Ibu akan tetap memberikan obatnya sampai habis.
5. Pukul 09.10 WIB Ibu mengerti dan tidak perlu untuk kontrol kembali
karena anaknya sudah sembuh.
85
B. Pembahasan Kasus
Pada langkah ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori
dengan praktek mengenai asuhan kebidanan balita sakit pada An. H Umur 4,5
tahun dengan demam tifoid menggunakan manajemen kebidanan menurut
Varney yang terdiri dari tujuh langkah yaitu Pengkajian, Interpretasi data,
Diagnosa potensial, Tindakan segera / Antisipasi, Rencana tindakan,
Pelaksanaan dan Evaluasi.Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Pengkajian
Menurut Susilaningrum (2013), Pada pasien demam tifoid
keluhan utama berupa demam, perasaan tidak enak, lesu, nyeri kepala,
pusing, kurang bersemangat, dan nafsu makan kurang. Menurut
Matondang (2013) suhu dan pernafasan mengalami peningkatan,
kesadarannya Apatis sampai Somnolen. Menurut Susilaningrum (2013)
pada pemeriksan sistematis meliputi Ubun ubun, kelopak mata cekung
dan turgor kulit memburuk apabila mengalami dehidrasi. Untuk
menegakkan diagnosa pada balita sakit demam tifoiddilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan darah tepi, darah untuk
kultur (biakan, empedu), biakan empedu basil Salmonella typhosa dapat
ditemukan dalam urine, feses dan pemeriksaan widal.
Pada kasus Anak H umur 4,5 tahun dengan deman tifoid setelah
dilakukan pengkajian berdasarkan data subjektif, Ibu mengatakan saat ini
anaknya demam, pusing, batuk, pilek, nafsu makan menurun, kurang
bersemangat sejak 1 minggu yang lalu dansembelit sudah 4 hari belum
86
buang air besar. Data objektifnya didapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran, ApatisTTV : suhu :38.80C; respirasi : 38 x / menit; nadi : 110
x / menit; ubun ubun cekung, muka tampak kemerahan karena demam,
kelopak mata cekung, conjungtiva agak pucat, sklera putih, bibir
berwarna merah muda, kering, agak pecah – pecah, lidah kotor, warna
putih semua ujung dan tepinya kemerahan, dada simetris tidak ada
tarikan dada ke dalam, tidak ada bercak roseola pada dada, perut tidak
ada pembesaran hati dan limfa, tidak kembung, bising usus normal 10
x/menit, turgor pada kulit jika dicubit kembalinya lambat (± 4 detik),
terpasang infuse KAEN 3A 15 tpm di tangan kiri. Pemeriksaan
penunjang (Pemeriksaan Hematologi) dengan hasil monositnya tinggi
16,4% dan Pemeriksaan Imunoserologi (Widal) dengan hasil S. Typhi –
H Positif (+) 1/160, S. Typhi O Positif (+) 1/160, S. Paratyphi A – O
Positif (+) 1/160.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek
yaitu pada kasus An. H umur 4,5 tahun dengan demam tipoid di RSUD
dr Soehadi Prijonegoro Sragen pemeriksaan penunjang hanya dilakukan
dengan pemeriksaan imunoserologi dan hematologi karena dengan
pemeriksaan tersebut sudah mewakili semua pemeriksaan penunjang.
Sehingga sudah didapatkan diagnosa demam tifoid dan tidak perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
87
2. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik (Walyani, 2015).
Diagnosa kebidanan adalah hasil dari perumusan masalah dan
merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan (Aticeh dkk, 2014)
Pada kasus balita sakit dengan Demam Tifoid diagnosa kebidanan yang
dapat ditegakkan yaitu Anak X Umur X Tahun jenis kelamin X dengan
Demam Tifoid.
Masalah yang sering terjadi pada anak dengan demam tifoid
adalah kebutuhan nutrisi atau cairan elektrolit, gangguan suhu tubuh,
gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua
tentang penyakit (Susilaningrum, 2013). Pada kasusbalita sakit dengan
demam tifoid kebutuhannya adalah penggantian cairan tubuh,
pencegahan kenaikan suhu, edukasi emosi pada orang tua
(Susilaningrum, 2013).
Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah balita An. H umur 4,5
tahun dengan demam tifoid. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah
balita rewel ingin pulang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa pada anak dengan demam tifoid dapat mengalami gangguan rasa
nyaman.
88
Kebutuhan yang diperlukan adalah Menganjurkan ibu untuk
selalu mendampingi anaknya. Hal ini kebutuhan pada kasus balita sakit
dengan demam tifoid sesuai teori.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita
sakitdengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi menurut
Susilaningrum (2013) yaitu berupa Perdarahan usus, Perforasi,
Peritonittis.
Pada kasus balita sakit An. H umur 4,5 tahun dengan demam
tifoid diagnosa potensial adalah perdarahan usus, perforasi dan peritonitis
tetapi tidak muncul karena balita mendapat antisipasi dan penanganan
yang baik dan tepat. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori
denganpraktek.
4. Tindakan segera / Antisipasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus
balita sakit dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan
bidan menurut Susilaningrum (2013) meliputi berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian obat secara adekuat.
Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada balita sakit An. H
umur 4,5 tahundengan demam tifoid yaitu berkolaborasi dengan dokter
Spesialis Anak untuk pemberian terapi obat.
89
Pada langkah ini tidak terdapatkesenjangan antara teori dengan
praktek
5. Rencana tindakan
Dalam kasus balita sakit dengan demam tifoid, rencana asuhan
menurut Susilaningrum (2013) yang diperlukan meliputi :
a. Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit.
1) Berikanmakanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat,
tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas.
2) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan lunak
dengan lauk pauk dicincang (hati, daging) dan sayuran labu siam /
wortel yang dimasak lunak sekali.
3) Berikan makanan cair personde jika kesadarannya menurun.
4) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika pasien payah
(memburuk).
5) Observasi masukan (intake) dan (output).
b. Gangguan suhu tubuh.
1) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara
adekuat.
2) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh turun
3) Atur ruangan agar cukup ventilasi dan berikan kompres dingin.
4) Berikan pakaian yang tipis dan observasi suhu tubuh
90
c. Gangguan rasa aman
1) Lakukan perawatan mulut dua kali sehari.
2) Lakukan mobilisasi dini
d. Risiko terjadi komplikasi
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah komplikasi adalah
sebagai berikut :
1) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat
diberikankloramfenikol dengan dosis 100 mg /kg BB / hari
diberikan 4x sehari.Selain klomramfenikol, mungkin alternatif
obat obat lain adalah sebagai berikut: Amoksilin 100 mg / kg BB /
hari secara oral 3x sehari selama 14 hari, Kotrimoksasol 8 -10 mg
/ kg BB / hari secara oral 2-3 x per hari selama 10 -14 hari.
2) Istirahat
Anjurkanistirahat mutlak selama demam, kemudian diteruskan dua
minggu lagi setelah suhu turun menjadi normal.
Perencanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit An. H umur
4,5 tahun dengan demam tifoid yaitu beritahu tentang hasil pemeriksaan
dan keadaan anaknya, anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dan cairan anaknya, anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian anaknya
yang tipis dan yang dapat menyerap keringat, atur ruangan agar cukup
ventilasi, kaji pola BAB dan BAK, anjurkan ibu untuk mengkompres
dengan air hangat jika demamnya tidak turun, berikan terapi sesuai
Program dokter Spesialis Anak meliputi : Obat Oral yang diberikan
91
antara lain : Ambroxol sirup 1 botol 60 ml3 x ¾ sendok makan,
Paracetamol sirup 1 botol 60 ml 4 x 1 sendok makan. Obat Parenteral
yang diberikan antara lain : Ceftriaxone injeksi 2 x 350 mg, Ranitidin
injeksi 3 x 8,3 mg, Dexametasone 3 x 1,4 mg, Kloramfenikol syrup 1
botol 125 ml 3 X 1 sendok makan dan Norages 150 mg bila suhu > 390C.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Susilaningrum (2013).
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek. Pada teori dalam pemberian kompres dilakukan menggunakan
kompres dingin, sedangkan pada lahan pemberian kompres dilakukan
menggunakan kompres hangat.
6. Implementasi / Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah 5 secara efisien dan
aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya
(Yulifah dan Surachmindari, 2013). Pelaksanaan tindakan pada kasus
balita sakit dengan Demam Tifoid disesuaikan dengan perencanaan yang
telah dibuat.
Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit pada An. H
umur 4,5 tahun dengan demam tifoid meliputi : Memberitahu tentang
hasil pemeriksaan dan keadaan anaknya; menganjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan anaknya; menganjurkan ibu
92
untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat; Mengatur
ruangan yang nyaman; mengkaji pola BAB dan BAK; meganjurkan ibu
untuk mengkompres dengan air hangatjika demamnya tidak turun;
menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan anaknya terutama
kebersihan mulut anaknya; memberikanterapi obatsesuai program
dokterSpesialis Anak. Obat yang diberikan adalah : Obat Oral yang
diberikan antara lain : Ambroxol sirup 1 botol 60 ml 3 x ¾ sendok
makan, Paracetamol sirup 1 botol 60 ml 4 x 1 sendok makan. Obat
Parenteral yang diberikan antara lain : Ceftriaxone injeksi 2 x 350 mg,
Ranitidin injeksi 3 x 8,3 mg, Dexametasone 3 x 1,4 mg, Kloramfenikol
syrup 1 botol 125 ml1 sendok makandan Norages 150 mg bila suhu >
390C. Memberikan pendidikan kesehatan tentangperawatan dirumah
untuk mencegah penyakit demam tifoid; menganjurkan ibu agar tidak
memberikan makanan ringan sembarangan pada anaknya.; menganjurkan
ibu agar anaknya tetap istirahat.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek. Pada teori dalam pemberian kompres dilakukan menggunakan
kompres dingin, sedangkan pada lahan pemberian kompres dilakukan
menggunakan kompres hangat.
7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan yang telah diberikan kepada pasien (Sulistyawati, 2013). Menurut
Ngastiyah (2014) mortalitas pada balita sakit dengan demam tifoid yang
93
dirawat Prognosisnya menjadi lebih baik apabila : Demam menurun,
pulih kembali kondisinya dan tidak terjadi komplikasi yang berat.
Pada kasus balita sakit pada An. H umur 4,5 tahun dengan demam
tifoid semua tindakan dilakukan dengan baik dan berhasil dan pasien
sembuh dalam waktu 6 hari.
Pada data perkembangan 1, pada tanggal : 29 maret 2016 pukul :
08.10 WIB diperoleh hasil keadaan umum pasien sedang, TTV : Suhu :
38,10C; nadi : 90x/menit; respirasi : 32x/menit. Kemudian dilakukan
tindakan pengompresan di daerah ketiak dan lipatan paha menggunakan
air hangat dan memberikan terapi obat sesuai sesuai program
dokterSpesialis Anak. Obat yang diberikan adalah : Obat Oral yang
diberikan antara lain : Ambroxol sirup 1 botol 60 ml3 x ¾ sendok makan,
Paracetamol sirup 1 botol 60 ml 4 x 1 sendok makan. Obat Parenteral
yang diberikan antara lain : Ceftriaxone injeksi 2 x 350 mg, Ranitidin
injeksi 3 x 8,3 mg, Dexametasone 3 x 1,4 mg, Kloramfenikolsyrup 1
botol 125 ml1 sendok makandan Norages 150 mg bila suhu > 390C .
Pada data perkembangan II, tanggal : 30 maret 2016 pukul : 08.00
WIB diperoleh hasil keadaan umum pasien sedang, TTV : Suhu : 37,10C;
nadi : 100x/menit; respirasi : 32x/menit. Kemudian dilakukkan tindakan
mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan, memakaikan pakaian yang
dapat menyerap keringat dan tetap memberikan terapi obat sesuai
jadwalnya.
94
Pada data perkembangan III, tanggal : 31 maret 2016 pukul :
16.30 WIB diperoleh hasil keadaan umum pasien baik, TTV : TTV :
Suhu : 36,90C; nadi : 80x/menit; respirasi : 32x/menit. Kemudian
dilakukan tindakan mejaga pola makan anak dan menjaga kebersihan
anaknya dalam hal mencuci tangan, mandi dan gosok gigi, melanjutkan
terapi obat oral yang diberikan kloramfenikol sirup 1 botol 125 ml 3 x 1
sendok makan setelah makan, puyer batuk tetap diminumkan setelah
makan, ambroxol sirup 1 botol 60 ml 3 x ¾ sendok makan setelah makan
dan mengnajurkan untuk istirahat selama perawatan.
Pada data perkembangan IV, tanggal : 1 april 2016 pukul : 08.00
WIB diperoleh hasil keadaan umum pasien baik, TTV : Suhu : 370C;
nadi: 84x/menit; respirasi :21x/menit. Kemudian dilakukan tindakan
memberikan pendidikan ksehatan tentang perawatan dirumah untuk
mencegah penyakit demam tifoid meliputi mencuci tangan yang baik dan
benar, menghindari minum susu mentah atau minum air mentah,
menganjurkan untuk merebus air sampai mendidih dan tetap menjaga
kebersihan lingkungan, tetap memberikan obat sesuai jadwal.
Pada data perkembangan V, tanggal : 8 maret 2016 pukul :08.00
WIB diperoleh hasil keadaan umum baik, TTV : Suhu : 36,90C; nadi :
80x/menit; respirasi : 25x/menit. Kemudian dilakukan tindakan
menganjurkan ibu agar tidak memberikan makanan ringan sembarangan
pada anaknya, menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan anaknya,
95
menghabiskan obat yang sudah diberikan sebelumnya dan menjelaskan
pada ibu tidak perlu kontrol ulang karena anaknya sudah sembuh.
Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan umum baik,tidak
demam, mata tidak cekung, turgor kulit kembali normal, bibir tidak
kering, pecah dan lidah normal tidak kotor, BAB normal 2 kali sehari
dengan konsistensi lembek.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek.
96
BAB V
PENUTUP
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit demam tifoid, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada balita sakit demam tifoid.
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian pada kasus An. H Umur 4,5 tahun dengan demam
tifoid didapatkan data subjektif ibu mengatakan Ibu mengatakan saat ini
anaknya demam, pusing, batuk, pilek, nafsu makan menurun, kurang
bersemangat sejak 1 minggu yang lalu dansembelit sudah 4 hari belum
buang air besar. Data objektifnya didapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran composmentis, TTV: suhu :38.80C. Pemeriksaan penunjang
(Pemeriksaan Hematologi) dengan hasil monositnya tinggi 16,4% dan
Pemeriksaan Imunoserologi (Widal) dengan hasil S. Typhi – H Positif (+)
1/160, S. Typhi O Positif (+) 1/160, S. Paratyphi A – O Positif (+) 1/160.
2. Dari hasil interpretasi data diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah
balitaAn. H umur 4,5 tahun dengan demam tifoid. Masalah yang muncul
pada kasus ini adalah balita Rewel ingin pulang. Kebutuhan yang
diperlukan adalah Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya.
3. Dari hasil diagnosa potensial Pada kasus ini adalah potensial terjadi
perdarahan usus, perforasi dan peritonitis tetapi pada kasus ini tidak
terjadi perdarahan usus dikarenakan tenaga medis dapat menangani kasus
demam tifoid dengan tepat.
97
4. Dari hasil antisipasi yang dilakukan pada kasus ini yaitu berkolaborasi
dengan dokter Spesialis Anak untuk pemberiain terapi obat. Obat yang
diberikan adalah :
a Obat Oral :
1) Ambroxol sirup 1 botol 60 ml3 x ¾ sendok makan setelah
makan.
2) Paracetamol sirup 1 botol 60 ml 4 x 1 sendok makan setelah
makan.
3) Puyer batuk (Gliceryl Guaiacolate) 3x1
4) Kloramfenikol sirup 1 botol 125 ml 3x1 sendok makan setelah
makan
b Obat Parenteral :
1) Ceftriaxone injeksi 2 x 350 mg melalui IV
2) Ranitidin injeksi 3 x 8,3 mg melalui IV
3) Dexametasone 3 x 1,4 mg melalui IV
4) Norages 150 mg bila suhu > 390C melalui IV
c Cairan infus KAEN 3A 15 tpm.
5. Dari hasil rencana tindakan pada An. H umur 4,5 tahun dengan demam
tifoid meliputi : Beritahu hasil pemeriksaan, anjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan anaknya, anjurkan ibu untuk
memakaikan pakaian yang menyerap keringat pada anaknya, atur
ruangan agar cukup ventilasi, kaji pola BAB dan BAK, anjurkan ibu
98
untuk mengkompres dengan air hangat jika demamnya tidak turun,
berikan terapi sesuai Program dokter Spesialis Anak.
6. Dari hasil pelaksanaan pada kasus balita sakit An. H umur 4,5 tahun
dengan demam tifoid disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pada kasus ini, pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan.
7. Dari hasil evaluasi pada kasus balita sakit An. H umur 4,5 tahun dengan
demam tifoid yaitu semua tindakan dilakukan dengan tepat sehingga
pasien sembuh dalam waktu 6 hari. Setelah dilakukan evaluasi pada hari
kelima didapatkan keadaan umum baik,tidak demam, mata tidak cekung,
turgor kulit kembali normal, bibir tidak kering, pecah dan lidah normal
tidak kotor, BAB normal 2 kali sehari dengan konsistensi lembek. Pasien
sudan diperbolehkan pulang.
8. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini terdapat kesenjangan antara
teori dengan praktek yaitu pada teori Menurut Susilaningrum (2013).
Pada langkah pengkajian khususnya pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan dareah tepi, darah untuk kultur (biakan empedu) dan
pemeriksaan widal, sedangkan pada lahan pemeriksaan penunjang hanya
dilakukan dengan pemeriksaan widal. Pada langkahrencana dan
pelaksanaan tindakanterdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.
Pada teori dalam pemberian kompres dilakukan menggunakan kompres
dingin, sedangkan pada lahan pemberian kompres dilakukan
menggunakan kompres hangat. ‘
99
B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuanya dan
keterampilanya dalam menangani kasus terutama pada balita sakit
dengan demam tifoid.
2. Bagi Profesi
Bidan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
khususnya pada balita sakit dengan demam tifoid
3. Bagi Keluarga Pasien dan masyarakat
Ibu balita dan keluarga diharapkan dapat mengetahui lebih awal tanda
gejala demam tifoid, cara perawatan dirumah dan melakukan pertolongan
pertama pada balita sakit demam tifoid dengan datang ke tenaga
kesehatan sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang berlanjut.
4. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan adanya kolaborasi dan koordinasi yang lebih baik antara tim
tenaga kesehatan dengan petugas laboratorium untukmeningkatkan mutu
dalam pelayanan kesehatan khususnya pada kasus balita sakit dengan
demam tifoid.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan khususnya Stikes Kusuma Husada Surakarta
diharapkan dapat memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada kasus
100
balita sakit dengan demam tifoid sehingga dapat meningkatkan kualitas
lulusan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Aticeh. Nirwala, G. Follona, W. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Candrawati, R. 2015.AsuhanKebidanan Balita Sakit pada anak R umur 3 tahun
dengan demam Tifoid di Puskesmas Tangen Sragen
Dewi, V, N, L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2012 : http : //www.dinkesjatengprov.go.id
diakses tanggal 25 November 2015.
Hidayat, A. A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Medika.
Istiany, A, Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung : PT.Remaja Rasdakarya.
Maharani, R. 2012. Asuhan Kebidanan pada Balita sakit anak D dengan sakit
demam Tifoid Di BPS Kiran Klaten Tengah. Thesis
Matondang, G. Wahidiyat, I. Sastroasmoro, S. 2013. Diagnosis Fisis Pada Anak.
Jakarta : CV Sagung Seto.
Muslihatun, W, N. Mufdlilah, Setiyawati, N. 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya.
Muslihatun, W. N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Bailta. Yogyakarta :
Fitramaya.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Novel, S. S. 2011. Ensiklopedi Penyakit Menular dan Infeksi. Yogyakarta :
Familia.
Nursalam, Susilaningrum, R, Utami, S. 2008. Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk
Perwata dan Bidan ). Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Profil Kesehatan. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2012.
Putra, S. R. 2012.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta : Medika.
Ridha, N. H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Press.
Sondakh, J, J, S. Mid, M, C. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Jakarta : Erlangga.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Tanjung, S. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Balita A Umur 3,5 Tahun Dengan
Demam Tifoid Di Rsud Surakarta. Thesis.
Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : PT
Pustaka Baru Press.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemologi, Penularan, Pencegahan
&Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
Yulifah, R. Surachmindari. 2013. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.