Upload
others
View
35
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN
SPIRITUAL DENGAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PSIK
STIKES A. YANI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
Azmirul Rufaida
NPM: 3207007
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
YOGYAKARTA
2011
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
THE CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE, SPIRITUAL INTELLIGENCE AND THE POINT OF AVERAGE OF STUDENTS IN NURSING STUDY PROGRAM OF STIKES A. YANI
YOGYAKARTA
Azmirul Rufaida1, Nuryandari2, Sulistyaningsih3
ABSTRACT
Background: The education system in Indonesian always considers a smart student as having high point of average. Success in life is not only assessed from high point of average but also a combination of some intelligence such as emotional intelligence and spiritual intelligence. Initial study done with unstructured interview to 21 students of nursing study program of STIKES A. Yani found out that 60% students confirmed their disability in controlling emotion. For spiritual intelligence, 72% students revealed that they were able to face and solve problems based on meanings and values of life. Objective: The purpose of this research is to identify the correlation between emotional intelligence, spiritual intelligence and the point of average of students in nursing study program of STIKES A. Yani Yogyakarta. Method: Method used in this study was descriptive correlation with cross sectional design. Samples were selected with proportionate simple random sampling technique. They were students of nursing study program of STIKES A. Yani Yogyakarta with enrolment years of 2007-2010 amounting to 198 persons. The instrument of research was questionnaire and its results were analyzed with Kendal tau correlation pattern and double linear regression. Result: Emotional intelligence in most students of nursing study program of STIKES A. Yani were good, 74 persons (37,4%). Spiritual intelligence in most student of nursing study program of STIKES A. Yani Yogyakarta were good, 68 persons (34,3%). Point of average of students of nursing study program of STIKES A. Yani Yogyakarta were mostly good, 89 persons (44,9%). Result of Kendal tau correlation test in the EQ variable was significant with p-value 0,000 (<0,05), strongly correlated with r = 0,662. In the Spiritual Intelligence variable, p-value was 0,003 (<0,05), fairly correlated with r = 0,598. Conclusion: There was a significant correlation between Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, and the point of average of students in nursing study program of STIKES A. Yani Yogyakarta. Keywords: Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, The Point of Average of Students. 1Student of Nursing Study Programme STIKES A.Yani Yogyakarta 2Lecturer of STIKES A. Yani Yogyakarta 3Lecturer of Nursing Study Programme STIKES A.Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA
PSIK STIKES A.YANI YOGYAKARTA
Azmirul Rufaida1, Nuryandari2, Sulistyaningsih3
INTISARI
Latar Belakang: Sistem pendidikan di Indonesia selalu menilai siswa yang cerdas adalah siswa yang nilai-nilai raport sekolah atau Indeks Prestasinya (IP) tinggi. Kesuksesan hidup tidak hanya ditentukan dengan IP yang tinggi melainkan adanya gabungan dari beberapa kecerdasan diantaranya kecerdasan Emosional dan kecerdasan spiritual. Studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur kepada 21 mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa 60% mahasiswa mengaku kurang mampu mengelola emosinya. Sedangkan untuk kecerdasan spiritual, ada 72% mahasiswa mengaku mampu menghadapi dan memecahkan persoalan sesuai dengan makna dan nilai-nilai kehidupan. Tujuan:.Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta. Metode: Metode dalam penelitian ini adalah korelasi deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik proportionate simple random sampling yaitu mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta angkatan 2007-2010 sebanyak 198 orang. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan hasil penelitian dianalisis dengan rumus korelasi Kendal tau dan regresi linier berganda. Hasil: Kecerdasan emosional (EQ) pada sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A. Yani adalah baik sebanyak 74 orang (37,4%). Kecerdasan spiritual (SQ) pada sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta adalah baik sebanyak 68 orang (34,3%). Nilai indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta sebagian besar adalah baik sebanyak 89 orang (44,9%). Hasil uji korelasi Kendal tau pada variabel kecerdasan emosional bermakna dengan nilai p-value sebesar 0,000 (< 0,05), berkorelasi kuat dengan nilai r = 0,662 sedangkan pada variabel kecerdasan spiritual p-value sebesar 0.003 (< 0,05), berkorelasi sedang dengan nilai r = 0,598. Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta.
Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Indeks Prestasi
mahasiswa
1 Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta 3 Dosen PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:
“Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta”
Dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan A. Yani Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi ataupun Institusi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, Agustus 2011
Penulis
Azmirul Rufaida
NPM : 3207007
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
8
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta”. Rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh derajat sarjana keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu:
1. dr. I. Edy Purwoko, Sp.B, selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta . 2. Wenny Savitri, S.Kep.,Ns., MNS selaku Puket I Stikes A. Yani
Yogyakarta, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di institusi tersebut dan selaku Dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan serta saran terhadap skripsi ini.
3. Nuryandari, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingannya kepada penulis.
4. Sulistyaningsih, S.Kep., Ns selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, saran dan pendapat yang sangat berharga.
5. Seluruh dosen keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
6. Teman-teman PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta angkatan 2007-2010 yang telah bersedia membantu menjadi responden demi lancarnya penelitian ini dan telah memberikan masukan serta mau untuk berbagi pengetahuannya pada penulis.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi. Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi keperawatan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Agustus 2011
Azmirul Rufaida
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................... iii INTISARI ..................................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... v MOTTO........................................................................................................ vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7 E. Keaslian Penelitian ................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori. ......................................................................... 12
1. Indeks Prestasi................................................................. 12 a. Pengertian prestasi ...................................................... 12 b. Pengertian Indeks Prestasi .......................................... 12 c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Prestasi Belajar ........................................................................ 13
2. Kecerdasan ...................................................................... 17 a. Pengertian ................................................................... 17 b. Macam-macam Kecerdasan ........................................ 18
1) Kecerdasan Intelektual ........................................... 18 2) Kecerdasan Emosional ........................................... 19 a) Pengertian ......................................................... 19
b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ......................................................... 22 c) Kecerdasan Emosional (EQ) Mempengaruhi Peningkatan Kecerdasan Intelektual (IQ) ........... 23 3) Kecerdasan Spiritual .............................................. 24 a) Pengertian ......................................................... 24 b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ............................................................ 26 c) Kecerdasan Spiritual Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan ................................ 28
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
10
B. Landasan Teori ...................................................................... 29 C. Kerangka Teori ..................................................................... 32 D. Kerangka Konsep .................................................................. 33 E. Pertanyaan Penelitian ............................................................ 34 F. Hipotesis ............................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.................................................................... 35 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 35 C. Variabel Penelitian ................................................................. 35 D. Definisi Operasional ............................................................... 37 E. Populasi dan Sampel .............................................................. 39 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................... 41 G. Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 44 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 47 I. Etika Penelitian ...................................................................... 51 J. Jalannya Penelitian ................................................................. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ........................................................................ 54
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 54 2. Karakteristik Responden.................................................. 55 3. Tingkat Kecerdasan Emosional Mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani Yogyakarta .......................................... 57 4. Tingkat Kecerdasan Emosional Mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani Yogyakarta .......................................... 58 5. Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani
Yogyakarta ..................................................................... 59 6. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Indeks Prestasi
Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .............. 60 7. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi
Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .............. 61 8. Uji Multivariat Hubungan Kecerdasan Emosional dan
Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .......................................... 62
B. Pembahasan Penelitian ............................................................. 63 1. Kecerdasan Emosional ................................................... 63 2. Kecerdasan Spiritual........................................................ 65 3. Indek Prestasi .................................................................. 67 4. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .. 69
5. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .............. 71
6. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .......................................... 73
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
11
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 76 BAB V PENUTUP A. Simpulan .................................................................................. 77 B. Saran ........................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 32
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................ 33
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-kisi kuesioner dari kecerdasan emosional mahasiswa PSIK 42 Tabel 1.2 Kisi-kisi kuesioner dari kecerdasan spiritual mahasiswa PSIK .. 43 Tabel 1.3 Kisi-kisi daftar IP mahasiswa PSIK angkatan 2007 – 2010 ....... 43 Tabel 2 Pedoman Koefisien Korelasi..................................................... 50 Tabel 3.1 Karakteristik responden ........................................................... 55 Tabel 3.2 Tingkat Kecerdasan Emosional Mahasiswa PSIK STIKES A.
Yani Yogyakarta ...................................................................... 58 Tabel 3.3 Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa PSIK STIKES A.
Yani Yogyakarta ...................................................................... 58
Tabel 3.4 Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta . 59 Tabel 3.5 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Kecerdasan
Emosional terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .................................................................. 60
Tabel 3.6 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta .................................................................. 61
Tabel 3.7 Uji Multivariat Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa STIKES A.Yani Yogyakarta ..................................................... 62
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. PernyataanKesediaan Menjadi Responden
Lampiran 5. Kuesioner Kecerdasan Emosional
Lampiran 6. Kuesioner Kecerdasan Spiritual
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 9. Tabulasi Data
Lampiran 10. Jadwal Penelitian
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pendidikan kita selama ini selalu menekankan pentingnya nilai
akademik saja. Mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke bangku kuliah,
jarang sekali dijumpai pendidikan tentang kecerdasan emosi yang mengajarkan
integritas, kejujuran, komitmen, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan,
keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi (Agustian, 2010).
Selama menjalani pendidikan tinggi tersebut, prestasi belajar merupakan
tolok ukur penguasaan kompetensi mahasiswa di bidang ilmunya. Selama ini
banyak yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi
diperlukan kecerdasan intelektual yang tinggi juga. Dalam situasi belajar yang
sifatnya kompleks dan menyeluruh serta melibatkan interaksi beberapa
komponen, sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi
akademik yang setara dengan kemampuan intelegensinya, karena pada
dasarnya prestasi akademik merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang
berbeda antara satu individu dengan individu lainnya (Baiquni, 2007 cit.
Sahputra, 2009). Robert Cooper mengatakan bahwa kecerdasan rapor atau IQ
itu hanya menyumbangkan sekitar 4%, sedangkan 90% keberhasilan hidup
ditentukan oleh kecerdasan-kecerdasan yang lainnya (Pasiak, 2008:166-167).
1
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
Penelitian terbaru di bidang psikologi tahun 2009 membuktikan bahwa IQ
bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang,
tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu
kecerdasan emosional (Goleman, 2009). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence (2009)
mengatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu
kesuksesan seseorang, sedangkan 20% yang lain ditentukan oleh IQ
(Intelligence Quotient).
Mahasiswa yang berprestasi tidak hanya dilihat dari hasil indeks prestasi
yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri
serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan
tersebut oleh Goleman disebut dengan Emotional Intelligence atau kecerdasan
emosi, karena kecerdasan tidak berarti apabila emosi yang berkuasa dalam diri
manusia. Pengembangan kecerdasan emosional akan membantu individu
mendapatkan pekerjaan, karena dapat meningkatkan soft skill mereka, seperti
komunikasi, public relation dan keterampilan interaktif. Selain itu, mereka
tidak akan menghadapi kesulitan dalam hubungan dengan teman mereka, selalu
berperilaku dengan cara yang positif, serta berkontribusi terhadap prestasi
akademik yang lebih baik. Keterampilan ini penting dalam memhasilkan
individu yang sehat dan tenaga kerja di masa depan (Goleman, 2009).
Seseorang yang cerdas secara emosi mengetahui cara untuk memotivasi diri
sendiri, mampu bertahan menghadapi frustasi, mampu mengendalikan hati dan
suasana hati serta mampu menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Itu sebab itu diperlukan
keseimbangan antara kemampuan intelektual dan kemampuan mengenali
emosi. Penemuan baru tentang kecerdasan emosional akan terus berkembang
pada abad 21 dan akan berimplikasi besar bagi segi kehidupan terutama pada
pendidikan (Goleman, 2009).
Salah satu bentuk kecerdasan lain yang saat ini tengah popular adalah
kecerdasan spiritual (SQ). kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna
yang ada dibalik kenyataan apa adanya ini (Prasetyo, 2010). Kecerdasan
spiritual merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang akan menjadi pondasi
utama untuk lebih mengefektifkan kecedasan intelektual (IQ) dan kecerdasan
emosional (EQ). SQ memberikan tujuan hidup yang jelas serta dapat
memberikan makna dalam pengalaman hidup. Kecerdasan spiritual
memungkinkan seseorang untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh, membuat
atau bahkan mengubah jalan hidup seseorang lebih bermakna sehingga
membuat orang tersebut dapat berprestasi lebih baik. Secara singkat kecerdasan
spiritual mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang sebelumnya telah
disebutkan yaitu IQ dan EQ. Kecerdasan spiritual mampu menjadikan manusia
sebagai makhluk yang lengkap secara intelektual, emosional dan spiritual
(Agustian, 2010). Hal tersebut juga ditulis oleh Pasiak (2008) bahwa
kesuksesan hidup tidak dapat ditentukan dengan nilai IPK (indeks prestasi
komulatif) yang tinggi melainkan adanya gabungan dari beberapa kecerdasan
diantaranya kecerdasan spiritual.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
Kecerdasan emosional dan spiritual menjadi sangat penting bagi semua
tenaga kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan, hal ini sesuai dengan
beberapa penelitian yang dapat disimpulkan oleh Goleman (2009) adalah
adanya nilai yang lebih pada lingkungan medis bila dokter atau perawat mau
berempati, menyesuaikan diri dengan pasien-pasiennya, jadi pendengar dan
penasehat yang baik. Ini berarti telah mengembangkan perawatan yang
berpusat pada hubungan sosial. Hubungan semacam itu akan lebih mudah
ditingkatkan apabila pendidikan ilmu kedokteran memasukkan beberapa
perangkat dasar kecerdasan emosional, terutama kesadaran diri dan seni
berempati serta seni mendengarkan (Goleman, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holida (2009) tentang
pengaruh pelatihan emosional spiritual quotient (ESQ) terhadap kecerdasan
emosional pada mahasiswa menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional
mahasiswa sebelum mengikuti pelatihan ESQ masih rendah dengan rata-rata
sebesar 55,29% dengan kemampuan mengenali emosi diri (49,59%),
mengelola emosi (54,08%), memotivasi diri sendiri (59,76%), mengenali emosi
orang lain (57,95%) dan membina hubungan (56,67%). Setelah mengikuti
pelatihan ESQ tergolong tinggi dengan rata-rata sebesar 66,29% dengan
kemampuan mengenali emosi diri (59,18%), mengelola emosi (62,14%),
memotivasi diri sendiri (74,4%), mengenali emosi orang lain (69,14%) dan
membina hubungan (64,48%).
Konteks pendidikan di Indonesia saat ini masih lebih menghargai kecer-
dasan intelektual (Intellegence Quotient) daripada kecerdasan-kecerdasan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
lainnya. Peserta didik lebih sering dites IQ, namun tidak pernah diberi tes-tes
kecerdasan yang lain seperti EQ (Emotional Quotient) atau SQ (Spiritual
Quotient). Dalam sistem pendidikan di Indonesia, siswa yang cerdas adalah
siswa yang nilai-nilai raport sekolah atau Indeks Prestasinya (IP) tinggi.
Sementara sikap, kreativitas, kemandirian, emosi dan spiritualitas belum
mendapat penilaian yang proporsional (Efendi, 2005 cit Hapsari, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
5-13 Februari 2011, peneliti memperoleh data sekunder dari Bagian
Administrasi Akademik (BAA) STIKES A. Yani Yogyakarta mengenai indeks
prestasi (IP) seluruh mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta tahun
akademik 2007-2010 yang berjumlah 390 mahasiswa dimana terdapat nilai IP
yang bervariasi yaitu IP 3,50 – 4,00 sebesar 7,88%, IP 2,76 – 3,50 sebesar
47,55%, IP 2,00 – 2,75 sebesar 35,33% dan IP < 2,00 sebesar 8,70% adapun IP
tertinggi setiap angkatan berbeda-beda, IP tertinggi diraih oleh angkatan 2007
pada semester VII yaitu 4,00 sedangkan IP terendah pada angkatan 2010 yaitu
1,13 selain melihat dari nilai IP, peneliti melakukan wawancara tidak
terstruktur kepada 21 mahasiswa PSIK STIKES A. Yani untuk mendapatkan
data primer dari setiap angkatan mengenai kecerdasan emosional, Peneliti
mendapatkan hasil bahwa 60% mahasiswa mengaku kurang mampu mengelola
emosinya disaat mendapatkan tugas kuliah yang banyak dan jam kuliah yang
padat membuat mahasiswa menjadi stres menghadapi keadaan tersebut
sehingga akan berdampak pada indeks prestasinya karena kurangnya perbaikan
dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri serta tidak mampu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
memanfaatkan emosinya secara produktif, 25% mahasiswa masih merasa
kesulitan bekerjasama dengan teman-temannya, hal ini dapat dirasakan pada
saat mendapatkan tugas kelompok, sebagian mahasiswa yang mengerjakan
tugas kelompok tidak berdiskusi dengan teman-teman satu kelompok
sebagaimana mestinya karena kurangnya keterampilan didalam membina
hubungan dan komunikasi yang baik dan 5% mahasiswa masih ada yang tidak
peduli terhadap perasaan orang lain sedangkan untuk kecerdasan spiritual, ada
72% mahasiswa mengaku mampu menghadapi dan memecahkan persoalan
sesuai dengan makna dan nilai-nilai kehidupan. Kegiatan yang berhubungan
dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang telah dilakukan
oleh pihak institusi STIKES A. Yani Yogyakarta adalah seminar tentang soft
skill dan seminar pendidikan lainnya, memfasilitasi kegiatan kemahasiswaan
seperti BEM, HIMIKA dan HIMABI, memfasilitasi kegiatan keagamaan
dengan yang diijinkan untuk menggunakan masjid kampus maupun sarana dan
prasarana lainnya. Pihak kampus juga mengadakan remedi bagi mahasiswa
yang mendapatkan nilai kurang pada setiap ujian tengah semester maupun
ujian akhir semester dan semester pendek (SP) setiap setahun sekali, hal ini
dilakukan guna meningkatkan nilai indeks prestasi mahasiswa tersebut.
Dengan melihat pentingnya kecerdasan emosional dan spiritual dalam
proses pendidikan yang nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar terhadap
indeks prestasi mahasiswa di STIKES A. Yani Yogyakarta ini belum pernah
diteliti, maka peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul “Hubungan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi
mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta”
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang permasalahan tersebut maka peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut “Adakah Hubungan Kecerdasan Emosional
dan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A.
Yani Yogyakarta?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional
dan kecerdaan spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES
A. Yani Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan:
a. Mengetahui tingkat kecerdasan emosional mahasiswa PSIK STIKES
A. Yani Yogyakarta.
b. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa PSIK STIKES
A. Yani Yogyakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
8
c. Mengetahui nilai indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani
Yogyakarta.
d. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan indeks
prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta.
e. Mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan indeks prestasi
mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta.
f. Mengetahui keeratan hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani
Yogyakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan yang
berkaitan dengan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan indeks
prestasi.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Mahasiswa keperawatan
Memberikan masukan tentang pentingnya meningkatkan kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual untuk meraih indeks prestasi yang
sempurna.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9
b) Bagi Institusi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi
institusi pendidikan keperawatan, bahwa kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual perlu diperhatikan dalam proses belajar.
c) Bagi Peneliti Lain
Menambah khasanah keilmuan yang dapat dijadikan sebagai referensi
bagi penelitian selanjutnya.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Hubungan
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi
Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta” belum pernah dilakukan,
akan tetapi penelitian yang serupa telah banyak dilakukan diantaranya:
1. Estherlitta, A. (2004). Skripsi. Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual
dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Kepala Ruang Perawatan
Rawat Inap di RS. Sardjito Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dan tingkat
kecerdasan emosional terhadap kinerja kepala ruang perawatan rawat inap
di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif non eksperimental dengan rancang deskriptif
corelation dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah kepala ruang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
10
rawat inap. Hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional terhadap kinerja kepala
ruang. Persamaan penelitian ini terletak pada: a) variabel bebas, yaitu
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. b) metode penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional. c) jenis penelitian kuantitatif non
eksperimental dengan rancangan deskriptif corelation. Adapun perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada: a) variabel terikat, variabel terikat dalam
penelitian tersebut adalah kinerja kepala ruang. b) subjek dan lokasi
penelitian, penelitian ini dilakukan pada kepala ruang perawatan rawat inap
di RS Dr. Sardjito Yogyakarta sedangkan pada penelitian yang dilakukan
peneliti, variabel terikat adalah indeks prestasi mahasiswa, peneliti
melakukan penelitian terhadap mahasiswa PSIK STIKES A. Yani
Yogyakarta dan lokasi penelitian dilakukan di institusi STIKES A. Yani
Yogyakarta.
2. Sahputra, N. (2009). Skripsi. Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi
Akademik Mahasiswa SI Keperawatan Semester III Kelas Ekstensi PSIK
FK USU MEDAN. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi
hubungan konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa dengan
menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif. Sampelnya : semua
mahasiswa SI keperawatan semester III kelas ekstensi sebanyak 50 orang,
penentuan jumlah sampel ini dengan metode total sampling. Hasilnya :
antara konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa terdapat hubungan
yang bermakna. Persamaan penelitian ini terletak pada: a) variabel terikat,
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
11
yaitu prestasi akademik. b) metode penelitian menggunakan pendekatan
cross sectional. c) jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif
korelatif. d) subjeknya juga menggunakan mahasiswa SI keperawatan.
Adapun perbedaan dengan penelitian ini terletak pada: a) variabel bebas,
variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri. b) lokasi penelitian,
penelitian ini dilakukan di FK USU MEDAN. sedangkan pada penelitian
yang dilakukan peneliti, variabel bebas adalah kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual, adapun lokasi penelitian dilakukan di Institusi STIKES
A. Yani Yogyakarta.
3. Wahyuningsih, A.S. (2004). Skripsi. Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II SMU Lab School
Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II
SMU Lab School Jakarta Timur. Sampel penelitian adalah 148 siswa,
menggunakan metode proporsional random sampling. Hasil penelitian ini
yaitu ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
pada siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Persamaan penelitian
ini terletak pada: a) variabel terikat, yaitu prestasi belajar. b) metode
penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. c) jenis penelitian
kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelatif. Adapun perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada: a) variabel bebas, variabel bebas dalam
penelitian ini hanya menggunakan kecerdasan emosional. b) subjek dan
lokasi penelitian, penelitian ini dilakukan pada siswa kelas II di SMU Lab
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
12
School Jakarta Timur. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti,
variabel bebas selain menggunakan kecerdasan emosional juga
menggunakan kecerdasan spiritual, adapun subjek penelitian dilakukan
pada mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta dan lokasi penelitian
dilakukan di Institusi STIKES A. Yani Yogyakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kilas balik lahirnya STIKES A. Yani Yogyakarta diawali dari
berdirinya UNJANI (Universitas Jenderal Ahmad Yani) Cimahi Bandung
pada tahun 1984 dan diikuti dengan berdirinya AKPER (Akademi
Keperawatan) Jenderal Ahmad Yani Cimahi pada tahun 1984 dan
meleburkan diri menjadi STIKES A.Yani Cimahi pada tahun 2002
Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP) berkeinginan memberikan pengabdian
kepada masyarakat lebih diperluas lagi bukan hanya mencakup wilayah
Jawa Barat tapi Jawa Tengah , Nasional bahkan Internasional untuk
membawa perubahan dalam peningkatan kualitas, profesionalitas dan
akuntabilitas manajemen sesuai dengan tuntutan zaman. Kemudian
berdirilah Sekolah STIKES A.Yani Yogyakarta pada tanggal 15 juni 2006.
YKEP menngembangkan melalui dunia pendidikan khususnya pendidikan
kesehatan.
STIKES A. Yani Yogyakarta terletak di Jalan Ringroad Barat,
Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta, berdiri diatas lahan
seluas 12.000 m2 dengan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar.
STIKES A.Yani memiliki 2 program studi yaitu program studi S-1
60
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
61
keperawatan dan D-III kebidanan.
Mengembangkan tenaga perawat yang professional melalui
peningkatan kemampuan soft skill, komunikasi terapeutik, berkomunikasi
bahasa inggris secara aktif, penguasaan IPTEK dan pengembangan jiwa
kepemimpinan dan patriotisme merupakan salah satu dari misi STIKES A.
Yani Yogyakarta. Untuk mewujudkannya STIKES A. Yani tidak hanya
memberikan pendidikan kesehatan melainkan adanya berbagai pelatihan,
seminar maupun kuliah umum untuk menambah kecerdasan emosional
dan spiritualnya.
2. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa STIKES A. Yani
Yogyakarta yang mempunyai karakteristik berbeda-beda dari jenis
kelamin, umur dan agama. Karakteristik responden tersebut diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Agama Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
No Karakter Responden Frekuensi Persentasi (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
85
113
42.9
57.1
Total 198 100
2 Umur
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
62
18 – 21
22 – 25
80
118
40,4
59,6
Total 198 100
3 Agama
Islam
Kristen
Katholik
Budha
Hindu
176
17
-
3
2
88,9
8,6
0
1,5
1,0
Total 198 100
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa jenis kelamin sebagian
besar responden adalah perempuan sebanyak 57,1% ( 113 responden). Hal
ini memungkinkan mempengaruhi hasil penelitian mengenai kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual dan indeks prestasinya. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Brody dan Hall yang dimuat dalam
bukunya goleman (2009) menyatakan bahwa anak perempuan lebih cepat
terampil berbahasa dari pada anak laki-laki didalam memanfaatkan
kematangan emosinya seperti menghindari perkelahian fisik yang biasa
dilakukan oleh anak laki-laki dan sebaliknya anak laki-laki sebagian besar
mempunyai perasaan yang kurang peka akan keadaan emosinya baik pada
diri sendiri maupun dalam diri orang lain. Selanjutnya Carol dan Harvard
menyatakan bahwa kunci utama perbedaan laki-laki dan perempuan adalah
laki-laki lebih lebih bangga dengan kemandirian dan kebebasannya
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
63
berpikir logis sedangkan perempuan lebih menyukai membina hubungan
sosial dengan orang lain (Goleman, 2009). Hal ini dapat disimpulkan
perempuan memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik dari pada laki-
laki terutama dalam hal membina hubungan sosialnya sehingga dalam
penelitian ini akan didapatkan kecerdasan emosional dengan hasil yang
baik karena jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Umur responden sebagian besar adalah kelompok dewasa awal (22 –
25 tahun) sebanyak 59,6% (118 responden). Masa dewasa awal biasanya
dimulai pada akhir umur belasan atau permulaan umur 20-an dan
berlangsung sampai 30-an, kemandirian pribadi akan terbentuk pada masa
dewasa awal. Pada usia remaja akhir maupun dewasa awal kematangan
individu mulai berkembang, sifat yang lebih mementingkan diri sendiri
berubah menjadi lebih mementingkan orang lain. Perubahan yang terjadi
pada masa tersebut adalah adanya perubahan bilogis, kognitif dan sosial
emosional seiring dengan berkembangnya fungsi seksual, proses berpikir
abstrak sampai pada kemandirian (Santrock, 2003). Sehingga semakin
bertambahnya umur seseorang akan semakin bertambah tingkat
kematangan emosinya karena adanya peningkatan proses berpikir dan
kemandiriannya.
Karakteristik agama responden sebagian besar adalah beragama islam
sebanyak 88,9% (176 responden). Sesuai dengan teori Ary Ginanjar
(2010) tentang pentingnya kecerdasan spiritual didalam mencapai
kesuksesan hidup seseorang yaitu apabila seseorang ingin mencapai
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
64
keberhasilan hidup dengan seutuhnya maka seorang individu harus
memiliki kecerdasan spiritual yang direalisasikan dari setiap agama yang
dianutnya selain memiliki kecerdasan emosional dan intelektual. Seluruh
responden memiliki agama/ keyakinannya untuk dapat menjalani hidup
lebih bermakna dan bernilai. Perbedaan keyakinan yang dimiliki
responden pada intinya tetap sama yaitu selalu mengajarkan kebaikan
dalam memaknai sebuah kehidupan. Hal ini ditunjukkan bahwa semua
responden memiliki agama seseuai dengan kepercayaannya masing-
masing. Sehingga pada penelitian ini akan didapatkan kecerdasan spiritual
yang baik karena semua respondennya beragama walaupun berbeda-beda.
3. Tingkat Kecerdasan Emosional Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani
Yogyakarta
Tingkat kecerdasan emosional mahasiswa PSIK STIKES A.Yani
Yogyakarta diukur dengan menggunakan kuesioner yang dapat disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecerdasan Emosional Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
Tingkat kecerdasan emosional Frekuensi Prosentase (%) Sangat baik 26 13,1 Baik 74 37,4 Cukup 65 32,8 Kurang 33 16,7
Jumlah 198 100 Sumber: Data Primer Tahun 2011
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
65
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta memiliki tingkat kecerdasan
emosional baik sebanyak 74 orang (37,4%) dan mahasiswa yang memiliki
kecerdasan emosional sangat baik jumlahnya paling sedikit sebanyak 26
orang (13,1%).
4. Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani
Yogyakarta
Hasil pengukuran tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa PSIK
STIKES A.Yani Yogyakarta diketahui melalui penilaian kuesioner yang
diisi oleh responden, jawaban kuesioner kemudian dijumlahkan dan
dikategorikan pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
Tingkat kecerdasan spiritual Frekuensi Prosentase (%)
Sangat baik 29 14,6
Baik 68 34,3
Cukup 59 29,8
Kurang 42 21,2
Jumlah 198 100
Sumber: Data Primer Tahun 2011
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa PSIK
STIKES A.Yani Yogyakarta memiliki tingkat kecerdasan spiritual baik
sebanyak 68 orang (34,3%) dan mahasiswa yang memiliki kecerdasan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
66
emosional sangat baik jumlahnya paling sedikit sebanyak 29 orang
(14,6%).
5. Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
Hasil penelitian terhadap indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES
A.Yani Yogyakarta dilihat dari nilai indeks prestasi komulatif responden
disajikan pada semester genap yang didapatkan dari BAA STIKES A.
Yani Yogyakarta, kemudian dijumlah dan dikategorikan pada tabel
berikut:
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
Indeks prestasi Frekuensi Prosentase (%)
Sangat baik 23 11,6
Baik 89 44,9
Cukup 68 34,3
Kurang 18 9,1
Jumlah 198 100
Sumber data: Bagian Administrasi Akademik Tahun 2011
Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta memiliki indeks prestasi yang baik
sebanyak 89 orang(44,9%) dan mahasiswa yang memiliki indeks prestasi
kurang jumlahnya paling sedikit sebanyak 18 orang (9,1%) dari total
sampel 198 orang.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
67
6. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Indeks Prestasi Mahasiswa
PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan kecerdasan emosional
dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.5. Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta
Kecerdasan Indeks prestasi mahasiswa Total R p-
Emosional Sangat baik
Baik Cukup Kurang Value
F % F % F % F % F % 0,662 0,000
Sangat baik 17 8,6 7 3,5 2 1 - 0 26 13,1
Baik 5 2,5 61 30,8 6 3 2 1 74 37,4
Cukup 1 0,5 14 7,2 49 24,7 1 0,5 65 32,8
Kurang - 0 7 3,5 11 5,6 15 7,6 33 16,7
Total 23 11,6 89 44,9 68 34,9 18 9,1 198 100
Sumber: Data Primer Tahun 2011 Tabel 3.5 diketahui bahwa mahasiswa dengan kecerdasan emosional
sangat baik sebagian besar memiliki indeks prestasi sangat baik sebanyak
17 orang (8,6%). Mahasiswa dengan kecerdasan emosional baik sebagian
besar memiliki indeks prestasi baik sebanyak 61 orang (30,8%).
Mahasiswa dengan kecerdasan emosional cukup sebagian besar memiliki
indeks prestasi cukup sebanyak 49 orang (24,7%). Sedangkan mahasiswa
dengan kecerdasan emosional kurang sebagian besar memiliki indeks
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
68
prestasi kurang sebanyak 15 orang (7,6%). Hal tersebut menunjukkan arah
hubungan yang positif.
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi Kendal tau
seperti disajikan pada tabel 3.5, diperoleh p-value sebesar 0,000 < (0,05)
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional terhadap indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES
A.Yani Yogyakarta.
7. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa
PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan kecerdasan spiritual
dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta
Kecerdasan Indeks prestasi mahasiswa Total R p-
Spiritual Sangat baik
Baik Cukup Kurang value
F % F % F % F % F % 0,598 0,000
Sangat baik 17 8,6 9 4,5 3 1,5 - 0 29 14,6
Baik 6 3 50 25,3 11 5,6 1 0,5 68 34,3
Cukup - 0 20 10,1 39 19,7 0 0 59 29,8
Kurang - 0 10 5,1 15 7,6 17 8,6 42 21,2
Total 23 11,6 89 44,9 68 34,3 18 9,1 198 100
Sumber: Data Primer Tahun 2011
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
69
Tabel 3.6 mengetahui bahwa mahasiswa dengan kecerdasan spiritual
sangat baik sebagian besar memiliki indeks prestasi sangat baik sebanyak
17 orang (8.6%). Mahasiswa dengan kecerdasan spiritual baik sebagian
besar memiliki indeks prestasi baik sebanyak 50 orang (25,3%).
Mahasiswa dengan kecerdasan spiritual cukup sebagian besar memiliki
indeks prestasi cukup sebanyak 39 orang (19,7%). Sedangkan mahasiswa
dengan kecerdasan spiritual kurang sebagian besar memiliki indeks
prestasi kurang sebanyak 18 orang (9,1%). Hal tersebut menunjukkan arah
hubungan yang positif.
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi Kendal tau
seperti disajikan pada tabel 3.6, diperoleh p-value sebesar 0,000 < (0,05)
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES
A.Yani Yogyakarta.
8. Uji Multivariat Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan
Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A.Yani
Yogyakarta
Hasil uji multivariat hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa STIKES A. Yani disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Uji Multivariat Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi Mahasiswa STIKES A. Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
70
Variabel p-value Beta
Kecerdasan emosional 0,000 0,494
Kecerdasan spiritual 0,003 0,258
Sumber: Data Primer Tahun 2011
Hasil perhitungan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Variabel kecerdasan emosional memiliki p-value 0,000 < 0,05, berarti
kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan
indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani.
b. Variabel kecerdasan spiriual memiliki p-value 0,003 < 0,05, berarti
kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan
indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani.
Berdasarkan table 3.7 dengan melihat nilai koefisien beta diketahui
bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks prestasi
mahasiswa PSIK STIKES A Yani adalah kecerdasan emosional.
Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap tingginya nilai indeks prestasi
walaupun tidak sebesar pengaruhnya pada kecerdasan emosional.
B. Pembahasan
1. Kecerdasan Emosional
Hasil analisis dari kecerdasan emosional mayoritas responden
memiliki kecerdasan emosional (EQ) baik sebanyak 74 orang (37,4%),
sesuai dengan hasil penelitian Salovey dan Mayer yang mengatakan bahwa
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
71
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan,
meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran memahami
perasaan dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam
sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Steven dan
Howard, 2004). Kecerdasan emosional yang baik pada mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani kemungkinan besar adalah pengaruh dari beberapa faktor
meliputi faktor bawaan/genetik (temperamen) dan faktor lingkungan
(keluarga) (Goleman, 2001). Lingkungan merupakan pengalaman bagi
individu dan faktor genetik atau bawaan sebagai faktor pendukung bagi
individu untuk mencapai kematangan berpikir atau emosinya. Banyaknya
mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, diharapkan
dapat meningkatkan indeks prestasi yang lebih baik dari mahasiswa. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Goleman, dalam bukunya
Emotional Intelligence (2009) mengatakan bahwa kecerdasan emosi
menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan seseorang, sedangkan
20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient) dengan arti lain
memiliki EQ tinggi mungkin lebih penting dalam pencapaian keberhasilan
ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap
kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal.
Hasil analisis kecerdasan emosional juga didapatkan beberapa
responden yang memiliki kecerdasan emosional dalam kategori kurang
yaitu 16,7% (33 responden) dari total sampel 198 responden. Hal ini
menunjukkan masih banyak responden yang tidak dapat mengelola
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
72
emosinya dengan baik didalam mengenali emosi dirinya, mengelola emosi,
memanfaatkan emosi secara produktif, berempati atau mengenali emosi
orang lain dan membina hubungan sosial secara baik. Kurangnya
kecerdasan emosional yang dimiliki responden kemungkinan karena faktor
lingkungan terutama lingkungan didalam keluarga dengan latar belakang
keluarga yang berbeda-beda.
Dalam penelitian ini, karena belum adanya skala kecerdasan
emosional yang baku di Indonesia, maka peneliti berusaha membuat
sendiri skala kecerdasan emosional sebanyak 25 item pernyataan yang
valid berdasarkan faktor-faktor yang diadaptasi dari teori Daniel Goleman
yang meliputi 5 wilayah utama yaitu: mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri, empati dan membina hubungan. Sebagian besar
responden menjawab pernyataan selalu pada pernyataan tentang
kemampuan memahami perasaan diri sendiri, mampu mengelola emosinya
sehingga mampu memusatkan perhatiannya pada tugas-tugas kuliah,
mampu menerima perbedaan karakteristik orang lain, dan mampu
demokratis dalam bergaul dengan orang lain sehingga tingkat kecerdasan
emosional yang dimiliki responden sebagian besar adalah baik. Selain itu,
kecerdasan emosi juga didukung dengan kematangan usia responden
sebagian besar adalah dewasa muda dan sebagian besar mahasiswa adalah
perempuan sehingga hal ini yang memungkinkan juga tingkat kecerdasan
emosional responden dapat dihasilkan sebagian besar kategorinya baik.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
73
2. Kecerdasan Spiritual
Hasil penelitian terhadap kecerdasan spiritual pada mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani sebagian besar adalah baik sebanyak 68 orang (34,3%).
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mengangkat internal diri
yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada
dibalik kenyataan apa adanya ini (Prasetyo, 2010). Kecerdasan spiritual
(SQ) merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang akan menjadi pondasi
utama untuk lebih mengefektifkan kecedasan intelektual (IQ) dan
kecerdasan emosional (EQ). SQ memberikan tujuan hidup yang jelas serta
dapat memberikan makna dalam pengalaman hidup. Mahasiswa memiliki
kecerdasan spiritual baik ditunjukkan dengan kesadaran diri, mempunyai
visi, fleksibilitas, berpandangan holistik, melakukan perubahan, sumber
inspirasi dan refleksi diri yang baik. Hal ini sesuai pendapat Agustian
(2010) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual
adalah inner value (nilai-nilai spiritual dari dalam) yang berasal dari dalam
diri (suara hati), seperti transparency (keterbukaan), responsibilities
(tanggung jawab), accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan
social wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua adalah drive yaitu
dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan.
Sedangkan Taufik Pasiak (2008) dalam beberapa penelitiannya
menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual juga dipengaruhi oleh otak
manusia. Banyaknya mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual baik
diharapkan dapat meningkatkan indeks prestasi dari mahasiswa. Hal ini
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
74
sesuai pendapat Agustian (2010) bahwa kecerdasan spiritual mampu
menjadikan manusia sebagai makhluk yang lengkap secara intelektual,
emosional dan spiritual.
Dari hasil analisis juga didapatkan mahasiswa dengan kecerdasan
spiritualnya yang masih kurang yaitu 21,2% (42 orang) dari total sampel
198 orang. Hal ini menunjukkan masih banyak responden yang kurang
mempunyai kesadaran dirinya, kurang mempunyai visi atau tujuan
hidupnya, kurang mampu bersikap fleksibel dalam bersikap, tidak
berpandangan holistik terhadap diri sendiri maupun orang lain, tidak
mampu melakukan perubahan, tidak dapat menjadi sumber inspirasi dan
tidak mampu merefleksi terhadap keadaan yang ada, semua itu dapat
diketahui dari jawaban kuesioner yang meliputi komponen tersebut diatas
dengan jawaban kadang-kadang dan tidak pernah dilakukan oleh
responden.
Penelitian tentang kecerdasan spiritual tersebut bukan merupakan
penelitian tentang kecerdasan pada agama tertentu melainkan tentang
pencerahan jiwa yang dimiliki setiap individu yang artinya individu yang
memilki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai penderitaan hidup
dengan memberi makna yang positif dan melakukan perbuatan/ tindakan
yang positif. Sebagian besar responden menjawab selalu pada pernyataan
yang positif sehingga didapatkan hasil yang baik pada tingkat kecerdasan
spiritual responden tersebut.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
75
3. Indeks Prestasi Mahasiswa
Sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A. Yani memiliki indeks
prestasi yang baik sebanyak 89 orang (44,9%). Indeks prestasi menurut
Kamus Besar Indonesia (2005) adalah angka yang menunjukkan prestasi
seseorang dalam belajar. Menurut Sunaryo (2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat di kelompokkan menjadi faktor
internal atau endogen dan faktor eksternal atau eksogen. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu terdiri dari faktor
fisiologis (kematangan fisik, keadaan indra, dan keadaan kesehatan),
peneliti telah mengendalikannya dengan menentukan mahasiswa PSIK
kelas regular angkatan 2007 – 2010 dan faktor psikologis (motivasi, emosi,
sikap, minat, bakat, kecerdasan dan kreativitas). Faktor eksternal atau
eksogen adalah faktor yang berasal dari luar individu terdiri dari faktor
sosial (orang tua, manusia yang hadir dan bukan manusia yang hadir),
faktor non sosial (alat bantu belajar mengajar yang lengkap, metode
pengajaran yang memadai) dan faktor udara, cuaca, waktu, tempat, sarana,
dan prasarana.
Indeks prestasi yang dimiliki responden dapat dikategorikan baik, hal
ini sesuai dengan teori menurut sobur (2006) bahwa prestasi akademik
merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun
kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak
disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar tersebut
dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan maupun
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
76
pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dapat dinilai dengan
menggunakan tes yang terstandar.
Selanjutnya menurut Sarwono (2000) yang diambil dalam bukunya
Sunaryo (2002), mengatakan inteligensi adalah kemampuan individu
untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir secara rasional. Inti
kecerdasan intelektual ialah aktifitas sebagian kecil otak. Sehingga indeks
prestasi yang baik pada responden merupakan hasil dari proses belajar
mengajar yang didapatkan dari dosen maupun sumber yang lainnya.
Setelah itu mahasiswa akan menjalani berbagai tes yang diadakan
dikampusnya untuk memperoleh nilai indeks prestasi setiap semesternya
4. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Indeks Prestasi
Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta
Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional terhadap indeks prestasi mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani Yogyakarta dengan nilai koefisien korelasi sebesar
0,662 menunjukkan tingkat hubungan antara kecerdasan emosional
dengan indeks prestasi mahasiswa adalah kuat. Seseorang yang cerdas
secara emosi mengetahui cara untuk memotivasi diri sendiri, mampu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
77
bertahan menghadapi frustasi, mampu mengendalikan hati dan suasana
hati serta mampu menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, berempati dan berdoa karena pengendalian rasa
marah, sedih, gembira, takut, membantu seseorang untuk berhasil dalam
bidang tertentu. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Goleman (2009) bahwa kecerdasan intelektual (IQ) bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu
kecerdasan emosional (Goleman, 2009). Terdapat beberapa korelasi
antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual yaitu
individu yang mempunyai IQ yang rendah cenderung memiliki EQ
rendah, pada saat IQ meningkat EQ umumnya juga meningkat.
Kecerdasan intelektual (IQ) tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi
akademiknya. Tidak setiap individu dapat mewujudkan kecerdasan emosi
dalam perilakunya, karena tidak sedikit individu yang mempunyai
kecerdasan intelektual tinggi namun mempunyai kecerdasan emosi yang
rendah. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan kecerdasan emosi
individu maka sangatlah diperlukan melalui latihan dan bimbingan sejak
dini baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sekolah.
Pada penelitian ini menunjukkan semakin baik memiliki kecerdasan
emosi maka semakin baik juga indeks prestasinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Wahyuningsih (2004), analisis data penelitian menunjukkan korelasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
78
(rxy) sebesar 0,248 dengan p = 0.002 < 0.05 maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU
Lab School Jakarta Timur. Pada penelitian tersebut didapatkan korelasi
yang lemah karena peneliti disaat melakukan penelitian menggunakan
kuesioner kecerdasan emosional dengan jumlah pertanyaan 100 item
sehingga responden terlihat malas untuk mengisinya dan akhirnya
didapatkan hasil yang kurang maksimal. Pada hasil penelitian ini juga
menunjukkan korelasi arah hubungan yang positif dan nilai p = 0,000
yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta.
Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian tentang
kecerdasan emosional di 36 negara yang mengungkapkan adanya
hubungan positif antara kecerdasan emosional dan kesuksesan dalam
kehidupan pribadi dan prestasi (Stein dan Book, 2004). Namun dari hasil
penelitian tersebut terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan teori,
hal ini terbukti pada penelitian ini terdapat 3,5% (7 orang) dengan
kecerdasan emosional kurang memiliki indeks prestasi baik dan
sebaliknya 1% (2 orang) dengan kecerdasan emosional baik memiliki
indeks presatasi kurang, hal ini kemungkinan besar adalah individu
tersebut memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritualnya
sangat baik walaupun mereka kurang memilki kecerdasan emosional.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
79
Karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa untuk mendapatkan nilai IP
tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya.
5. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Indeks Prestasi
Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta.
Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara kecerdasan spiritual terhadap indeks prestasi mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani Yogyakarta dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,598
menunjukkan tingkat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan indeks
prestasi mahasiswa adalah sedang. Kecerdasan spiritual memungkinkan
seseorang untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh, membuat atau bahkan
mengubah jalan hidup seseorang lebih bermakna sehingga membuat orang
tersebut dapat berprestasi lebih baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Prasetyo (2010) bahwa penerapan prinsip kecerdasan spiritual yaitu
perbaikan sikap hati dapat digunakan sebagai alternatif peningkatan
produktifitas mahasiswa untuk mencapai prestasinya di dalam pendidikan.
Nilai-nilai SQ juga berperan penting didalam pembentukan prestasi belajar
secara umum. Kesalahan selama ini adalah pendewaan akan IQ walau
sebenarnya terdapat kecerdasan lain yang perlu diseimbangkan untuk
sebuah kesuksesan (Pasiak, 2008). Pada sebagian besar pemikiran
masyarakat mengarahkan orang-orang untuk mengejar kesuksesan secara
fisikal dan material, seperti karier, jabatan, kekuasaan, dan uang. Orientasi
materi dan pemisahan seperti ini dapat menjadi sebab tumbuhnya
pemikiran pesimisme bagi mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata, lalu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
80
melakukan tindakan tidak etis untuk meraih sebuah kesukesan material.
Kesombongan dapat terjadi bagi mereka yang berintelektual tinggi atau
mereka yang pintar, tidak mampu menghargai teman yang akhirnya
membatasi hubungan sosialnya. Kondisi lain, mereka yang terlibat dalam
kehidupan material baik bagi yang pintar ataupun tidak adalah kemudahan
untuk tidak bisa bertahan terhadap permasalahan pribadi, mudah frustasi,
stress akibat tidak adanya keseimbangan spiritual di dalam diri manusia-
manusia modern. Untuk itu kecerdasan spiritual perlu ada di dalam diri
seseorang dalam meraih kesuksesan hidup (Pasiak, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hidayat, A. F. (2007) menunjukkan adanya hubungan antara kecerdasan
spiritual dengan motivasi belajar melalui optimisme masa depan pada
Siswa SMP N 2 Jenawi. Pola hubungan Kecerdasan Spiritual dengan
Motivasi Belajar yang sebenarnya adalah secara langsung melalui
optimisme masa depan. Sehingga penelitian tersebut, didalam pelaksanaan
manajemen sekolah dapat dilakukan berbagai upaya dan kegiatan untuk
menumbuh kembangkan kecerdasan spiritual maupun optimisme masa
depan siswa dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP N
2 Jenawi, diantaranya adalah pengenalan dan pemahaman siswa tentang
kecerdasan spiritual melalui pembinaan oleh guru Bimbingan Konseling.
Pembinaan tentang pentingnya sikap optimisme siswa terhadap masa
depan mereka oleh guru saat memberikan pelajaran, mengembangkan
kegiatan-kegiatan keagamaan diharapkan mampu menumbuh kembangkan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
81
kecerdasan spiritual siswa, mengadakan pelatihan untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual dan optimisme masa depan bagi siswa.
Hubungan kecerdasan spiritual dengan indeks prestasi yang dimiliki
mahasiswa PSIK STIKES A.Yani tidak semuanya dikategorikan baik
namun ada yang tingkat kecerdasan spiritualnya kurang dengan indeks
prestasi yang kurang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila mahasiswa
tersebut dapat meningkatkan kecerdasan spiritualnya dengan baik maka
akan menghasilkan indeks prestasi yang baik juga. Dari hasil penelitian
tersebut juga didapatkan mahasiswa dengan kecerdasan spiritual kurang
memiliki indeks prestasi baik sebesar 5,1% (10orang) hal ini menunjukkan
bahwa kecerdasan spiritual hanya merupakan pelengkap dari kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelektual, sehingga kemungkinan besar
responden tersebut memiliki kecerdasan emosional dan intelektualnya
sangat baik walaupun kurang memiliki kecerdasan spiritual. Analisis
tersebut sama halnya dengan responden yang kecerdasan spiritual cukup
namun memiliki nilai indeks prestasi yang baik sebesar 10,1% (20 orang).
Ada pula yang sebaliknya, responden dengan kecerdasan spiritual baik
namun nilai indeks prestasinya cukup yaitu sebesar 5,6% (11 orang).
Tetapi keadaaan yang tidak sesuai dengan teori tersebut hanyalah terjadi
sebagian kecil saja.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
82
6. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan
Indeks Prestasi Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta
Hasil uji multivariat diketahui adanya hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan indeks
prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta. Hasil perhitungan
dari regresi ganda tersebut mempunyai arah hubungan yang positif artinya
semakin baik kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual maka
semakin baik indeks prestasi mahasiswa. Kcerdasan emosional sangat
berperan besar didalam mempengaruhi indeks prestasi mahasiswa
dibandingkan dengan kecerdasan spiritual hal ini ditunjukkan dari nilai
beta yang jauh berbeda, kecerdasan emosional memiliki nilai β = 0, 494
sedangkan kecerdasan spiritual memiliki nilai β = 0,258. Didalam teori
Ary Ginanjar (2010) disebutkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) sebagai
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual
terhadap pemikiran perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ,
EQ dan SQ. Ketiga bentuk kecerdasan yang dibahas di atas (IQ, EQ, dan
SQ), mempunyai akar neurobiologis di otak manusia. Fakta menyatakan
bahwa otak menyediakan komponen anatomisnya untuk aspek rasional
(IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Ini artinya secara kodrat,
manusia telah disiapkan dengan tiga aspek tersebut (Pasiak, 2008).
Kecerdasan emosional ada di sistem limbik yang terdiri dari thalamus,
hypothalamus dan hippocampus. Kecerdasan intelektual ada di korteks
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
83
serebrum atau otak besar. Sedangkan kecerdasan spiritual mempunyai
dasar neurofisiologis pada osilasi frekuensi gamma 40 Hz yang bersumber
pada integrasi sensasi menjadi persepsi beberapa obyek dalam pikiran
manusia (Zohar dan Marshall, 2000: Pasiak, 2002).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Estherlitta, A.
(2004) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional terhadap kinerja kepala
ruang rawat inap di RS. Sardjito Yogyakarta. Pada penelitian tersebut
antara kecerdasan emosional dengan spiritual saling berkaitan didalam
kinerja kepala ruang rawat inap, hanya dari variabel dependennya berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu indeks prestasi mahasiswa.
Sehingga ada korelasi yang positif apabila kecerdasan emosional dengan
kecerdasan spiritual diteliti secara bersamaan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Peneliti memiliki keterbatasan didalam melakukan penelitian ini sehingga
peneliti mengukur tingkat kecerdasan emosional dan spiritual hanya
menggunakan kuesioner tertutup (angket) yang kemungkinan besar
responden akan menjawab kuesioner tersebut tidak jujur. Penelitian ini
akan lebih akurat apabila peneliti juga melakukannya dengan observasi
dan wawancara.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
84
2. Indeks prestasi mahasiswa dipengaruhi oleh banyak faktor, sedangkan
peneliti hanya mengendalikan faktor fisiologisnya saja. Peneliti tidak
meneliti terlalu dalam tentang faktor internal dan faktor eksternal karena
adanya keterbatasan waktu.
3. Penelitian ini tidak dapat dilakukan pada saat mahasiswa aktif kuliah
didalam kelas karena disaat dilakukan penelitian tersebut mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani sedang menjalani semester pendek (SP) namun
respondennya sebagian tidak semuanya mahasiswa yang SP melainkan
mahasiswa yang sedang melakukan regestrasi ataupun ada kepentingan
lainnya dikampus.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
85
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kecerdasan emosional (EQ) pada sebagian besar mahasiswa PSIK
STIKES A. Yani adalah baik.
2. Kecerdasan spiritual pada sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A.
Yani adalah baik.
3. Nilai indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta
sebagian besar adalah baik.
4. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A Yani Yogyakarta.
5. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan indeks
prestasi mahasiswa PSIK STIKES A Yani Yogyakarta.
6. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual dengan indeks prestasi mahasiswa PSIK STIKES A
Yani Yogyakarta.
85
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
86
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan diatas , maka
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa keperawatan / organisasi mahasiswa (BEM)
a. Tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki mahasiswa PSIK STIKES
A. Yani Yogyakarta yang dikategorikan baik masih kurang dari 50 %
maka penulis menyarankan untuk lebih ditingkatkan lagi kecerdasan
emosionalnya yang meliputi: inisiatif, optimis, dan kemampuan
beradaptasi/ hubungan sosial yang baik dalam bentuk kegiatan sosial
yang pernah dan rutin dilaksanakan oleh mahasiswa PSIK STIKES A.
Yani Yogyakarta melalui organisasi BEM adalah kegiatan Ospek
mahasiswa, latihan dasar kepemimpinan (LDK), pemilu BEM dan
HIMIKA secara demokratis, donor darah, outbond dan lain-lain.
Mahasiswa supaya meningkatkan kegiatan yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional yaitu melakukan kegiatan seminar yang belum
pernah diadakan oleh mahasiswa dan dapat selalu mengadakan
kegiatan secara rutin setiap tahun seperti donor darah, outbond dan lain
sebagainya.
b. Tingkat kecerdasan spiritual yang dimiliki mahasiswa PSIK STIKES
A. Yani Yogyakarta yang dikategorikan baik masih kurang dari 50 %
maka penulis menyarankan untuk lebih ditingkatkan lagi kecerdasan
spiritualnya yang meliputi: perbaikan sikap hati dari manusia selaku
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
87
individu dalam bentuk kegiatan keagamaan yang telah ada dikampus
seperti UKI Birohmah, Maulid Nabi, Sholat idul Adha, Buka bersama
di bulan Ramadhan dan lain-lain. Mahasiswa PSIK pernah
melaksanakan pengajian kelompok rutin pada semua agama seminggu
sekali yang sudah lama tidak aktif, supaya diadakan kembali kegiatan
pengajian tersebut agar dapat menambah kecerdasan spiritual pada
individu khususnya mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta.
c. Perlu meningkatkan indeks prestasi (IP) pada mahasiswa yang masih
mempunyai IP kurang yaitu dengan cara mengikuti remedi ataupun
semester pendek (SP) yang disediakan oleh kampus tersebut.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan khususnya STIKES A. Yani
Yogyakarta.
Hendaknya institusi dapat mengembangkan dan mengoptimalkan
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang berperan dalam
keberhasilan prestasi mahasiswa baik di kampus maupun di lingkungan
sekitarnya, maka disarankan kepada pihak institusi terutama dosen agar
memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosioal dan kecerdasan spiritual
dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi mahasiswa dalam
proses pembelajaran. Sehingga didalam memberikan penilaian prestasi
belajar kepada mahasiswa hendaknya memasukkan juga unsur sikap,
kreativitas, kemandirian, emosi dan spiritualitas.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
88
3. Bagi Peneliti Lain
a. Perlu penelitian lebih lanjut didalam mengukur tingkat kecerdasan
emosional dan spiritual tidak hanya dilakukan dengan mengisi
kuesioner saja melainkan diperlukan observasi dan wawancara
terhadap responden agar didapatkan hasil yang lebih baik.
b. Peneliti yang akan datang diharapkan menyempurnakan hasil
penelitian ini dengan menganalisis faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap indeks prestasi belajar seperti: faktor internal
dan faktor eksternal.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
89
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. (2010). Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga Publishing. Alwi, H. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, B. (2004). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Estherlitta, A. (2004). Hubungan Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Kepala Ruang Perawatan Rawat Inap di RS DR. Sardjito Yogyakarta. IKM UGM. Goleman, D. (2009). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ______. (2001). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Prestasi Puncak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hapsari, R.P. (2010). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa D Iv Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. [cited 2011 Februari 04 21.00]. Available from: http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/150891808201003091.pdf Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. F. (2007). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar melalui optimisme masa depan pada Siswa SMP N 2 Jenawi.[cited 2011 Agustus 08 09.20]. Available from: http://digilib.ums.ac.id/8743/ Holida, R.A. (2009). Pengaruh Pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Terhadap Kecerdasan Emosional pada Mahasiswa. [cited 2011 juni 20 19.00]. Available from: http://lib.unnes.ac.id/2114/ Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Edisi Revisi Rineka Cipta: Jakarta. ______. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
90
Pasiak, T. (2008). Revolusi IQ, EQ, SQ. Jakarta: Mizan Media Utama. Prasetyo, S. (2010). Edisi Lengkap IQ, EQ, SQ. Jakarta: Flash Books. Purwanto, N. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riyanto, A. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogayakarta: Nuha Medika. Sahputra, N. (2009). Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Akademik Mahasiswa SI Keperawatan Semester III Kelas Ekstensi PSIK FK USU MEDAN. [cited 2010 Desember 24 11.00]. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14291/1/09E00579.pdf. Stein, S., Book, H. (2004). Ledakan EQ. Bandung: Kaifa. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitattif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. ______. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmanidinata, S. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Susanto, N. (2010). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Digibooks. Wahyuningsih, A. (2004). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur.[cited 2011 Januari 5 12.30] Available from:http: //skripsi.umm.ac.id/files/disk1/355/jiptummpp-gdl-s1-2010sairamusta- 17734-pendahul-n.PDF. Yasril. (2009). Analisis Multivariat untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia. ______. (2010). Panduan Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Tahun Akademik 2010/2011. ______. (2010). Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Dan Persepsi Mahasiswa. [cited 2011 Januari 20 13.30]. Available from: http://www.baak.unikom. ac.id/evaluasi/ip.html.repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/4072/1/ 047017016.pdf.