24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal yang nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut perlu diperbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan drastis dalam tempo singkat, karena itu diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek (Sarwono, 2006). Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman. Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan. Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang

Bab 1 Miniriset

Embed Size (px)

DESCRIPTION

minres

Citation preview

BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal yang nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut perlu diperbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan drastis dalam tempo singkat, karena itu diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek (Sarwono, 2006).

Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.

Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan. Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.

Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini, 1986).

Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat Kartono (1986) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartono, 1986).

Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-negara berkembang, sehingga ibu hamil sering merasa cemas terhadap kehamilannya.Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara garis besar angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup. "Pada tahun 2007 laporan Balai Pengobatan Swasta (BPS) menyebutkan AKI menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal. Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes Kaltim, 2008).

Peran seorang ibu sangat besar dalam pertumbuhan, perkembangan bayi dan anak. Ibu hamil yang mengalami gangguan kesehatan bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya nanti. Bila dibandingkan dengan target nasional 90 % menunjukkan bahwasanya Sumatera Utara sampai saat ini belum mencapai target. Dari kondisi tersebut di atas didapatkan keadaan kesehatan masyarakat dengan indikator kematian ibu sebesar 307/100.000 KH (SKKT 2001) dan kematian bayi 35/1000 KH (SDKI 2002- 2003).Masyarakat masih menganggap paradigma persalinan merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini, 1986).

Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 6-19 Oktober 2014 di RSD dr. Haryoto Lumajang terdapat 10 ibu hamil dalam trimester III yang akan bersalin, 8 diantaranya primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di RSD Dr. Haryoto Lumajang.B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di RSD Dr. Haryoto Lumajang?.C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di RSD Dr. Haryoto Lumajang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan .b. Untuk mengetahui faktor dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan .D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan.2. Bagi Ibu Hamil

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengetahuan

1.1.1. Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003).

Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awarenes (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu, di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik buruknya stimulus terhadap bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik sekali.

4. Trial (Mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption (Adaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.1.1.2. Domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2002) Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif pada manusia mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Materi tersebut secara benar. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian-penelitian terhadap suatu objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri dengan menggunakan kriteria yang telah ada, pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau respon dan ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut 1.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Umur

Umur adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi, yaitu pada angka kesulitan ataupun angka kematian (Notoatmodjo, 2003).

Umur seseorang dapat mengetahui perubahan selama kehamilan wanita hamil banyak membutuhkan dukungan dari lingkungan keluarga, suami untuk meningkatkan dukungan kesehatan secara optiomal. Masing-masing wanita hamil harus dikaji secara teliti, misalnya perkembangan fisik dan perhatian serta kemampuan untuk memeriksakan kesehatan ibu hamil (Depkes RI, 2000).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam kehidupannya. Pengalaman dan pendidikan seseorang dari sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan seseorang. Hurlock mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan dalam diri seseorang memberikan kesan dan pengetahuan tersendiri (Hurlock, 2002).4. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh si ibu atau jumlah anak yang dikandung yang berpengaruh pada kesehatan ibu dan anak. Paritas adalah jumlah ibu hamil yang akan melahirkan anak. Semakin sering ibu melahirkan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh tentang metode merawat bayi (Hurlock, 1998).

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dimensi interaksi dukungan keluarga bersifat reprokasitas atau timbal balik, dan keterlibatan emosional atau kedalaman intimasi dan kepercayaan. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga. Dukungan keluarga dapat bersifat mendukung dan memberikan pertolongan kepada setiap anggota keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan internal seperti dukungan dari suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dukungan eksternal misalnya dukungan dari sanak keluarga dan masyarakat. Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosional. Pengaruh positif dari dukungan ini akan dapat mudah menyesuaikan terhadap kejadian dalam kehidupan dalm kondisi stres. (Friedmen, 1998)

2.2.2 Jenis-Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Caplan (dalam Friedman 1998), baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai pendukung bagi anggota-anggotanya. Keluarga memiliki beberapa fungsi suportif, yaitu:

1. Dukungan informasional dimana keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia.

2. Dukungan penilaian, keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota.

3. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.

Dukungan emosional, keluarga sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi2.2.3 Kategori dukungan

Dukungan keluarga telah didefinisikan dan digunakan diberbagai bidang. Menurut Glanz (1996 dalam Enita 2004), dukungan keluarga adalah makna dari hubungan akrab yang dapat dikategorikan menjadi empat tipe perilaku yaitu:

1. Dukungan emosional meliputi empati, cinta, hubungan saling percaya dan perhatian.

2. Dukungan instrumental meliputi pemberian bantuan nyata dan pelayanan langsung yang dibutuhkan oleh seseorang.

3. Dukungan informasi meliputi pemberian nasehat atau saran, sugesti dan informasi yang diperlukan seseorang dalam mengenali masalah.

4. Dukungan penghargaan adalah pemberian informasi yang sangat dibutuhkan untuk evaluasi diri yang bertujuan untuk membuat umpan balik.

2.2.4 Konseptual sehat sakit

Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat baik masyarakat sehat atau sakit. Peran atau tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu keperawatan dalam hal ini adalah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas) sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran atau tugas keluarga itu sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga (Effendi, 1998).

Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien.(Friedman, 2001). Kasih sayang keluarga akan menyebabkan penderita yang sakit merasa bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan, merasa dihargai dan dibutuhkan (Ahmadi, 2002).

2.2.5 Bentuk partisipasi keluarga

Bentuk partisipasi keluarga dalam perawatan klien dengan terapi holistic meliputi:

1. Dukungan fisik

Keluarga membantu dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari (ADL) yaitu aktifitas perawatan diri yang harus klien lakukan untuk memenuhu kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari. ADL meliputi mandi, berpakaian, makan, toileting, kontinensia, berpindah. (Smeltzer dalam Huda, 2004). Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan misalnya membantu anggota keluarga yang sakit dengan cara mengontrol dalam mengkonsumsi obat, membantu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, membantu personal hygine apabila anggota yang sakit tidak mampu melakukan secara mandiri. (Friedman, 1998)

2. Dukungan psikologis

Dukungan psikis dapat diartikan menjadi peran informasi keluarga. Menurut Kievit (1998 dalam Friedman, 1998) peran informasi lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga dengan memberikan hiburan, keceriaan dan humor untuk mengurasi stress klien. Keluarga memjadi seorang spesialis dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan untuk memahami kasih sayang. Menurut Effendi (1998) fungsi psikologis keluarga adalah memberikan kasih saying, rasa aman dan memberikan perhatian diantara anggota keluarga yang meliputi empati, cinta, kepercayaan dan perhatian.

3. Dukungan sosial

Sosial adalah keadaan atau kondisi lingkungan masyarakat sekitar dimana klien beradaptasi. Tujuan sosialisasi adalah agar klien mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri dan tidak tergantuk kepada orang lain. Bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga misalnya membantu berkomunikasi atau berinteraksi antara klien dengan lingkungan tempat tinggal. (Potter dan Perry, 2006).

2.3. Kecemasan

1.1.1. Defenisi

Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering bergabung atau disertai gejala jasmani.2.3.2 Macam/diagnosa Kecemasan

1. Kecemasan Akut

Definisi Pada keadaan ini perasaan sakit berat, dan takut bisa berjalan beberapa menit atau beberapa jam. Mungkin penderita sadar, sebelumnya punya pengalaman emosi (biasa terdapat pada Ibu yang akan bersalin).

Gejala-gejala :

Perasaan takut

Mudah berdebar-debar

Hyperventilasi

Perasaan payah (lemah, lesu)

Tachy cardi Hyperhyrosis Pernafasan kasar

Hypertensi sifatnya sistolik

Diarrhee Polyuri (sering kencing)

Perasaan tersumbat di tenggorokan dsb.

2. Kecemasan Kronis

Definisi : Kecemasan timbul untuk sebab yang tidak diketahui (tidak di sadari)

Mungkin karena penderita tidak tahu sebab maka justru kecemasannya akan bertambah, sehingga fisik makin bertambah pula.

Gejala-gejala :

Sakit kepala

Keluhan-keluhan gastro intestinal Kelelahan

Pada pemeriksaan fisik lengkap tidak ditemukan kelainan apa-apa

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan dalam Persalinan1. Takut Mati

Perasaan takut mati biasanya muncul karena belum menyadari akan nilai hidup dan kematian, kecemasan yang muncul pada intinya adalah disebabkan karena hati dan hidup tidak ada ketentraman, orang yang cemas adalah karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari Tuhan. Ketakutan terhadap kematian biasanya muncul pada orang yang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Ketidaksiapan menghadapi kematian menimbulkan kecemasan saat Ibu menghadapi persalinan.

2. Trauma KelahiranTrauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim Ibunya, ketakutan berpisah ada kalanya menghinggapi seorang Ibu yang merasa amat takut kalau bayinya akan terpisah dari dirinya, seolah-olah Ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.3. Perasaan berdosa atau bersalah terhadap Ibunya

Sejak kecil kita mendapat perawatan orang tua dengan kasih sayang, setelah beranjak dewasa tentu kita ingin membalas budi orang tua, masalah terjadi manakala kita tidak dapat membalas budi orang tua dan apa yang terjadi pada diri kita saat ini tidak sesuai harapan orang tua (Bambang, 1987)

4. Ketakutan MelahirkanKetakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang berkaitan dengan Ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang membawa Ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan Ibu merasa cemas akan keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartono, 1986)2.3.4 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart & Sudden (1998), tingkat kecemasan dapat terbari menjadi 4, yaitu :

1. Kecemasan ringan atau Mild anxietyAdalah suatu kecemasan yang masih ringan. Pada tingkat ini sebenarnya merupakan hal yang sehat karena merupakan tanda bahwa antara lain keadaan jiwa dan tubuh manusia agar dapat mempertahankan diri dan lingkungan yang serba berubah. Kecemasan dapat sangat bersifat konstruktif bila dilakukan dengan secara sehat dan normal.

2. Kecemasan sedang atau moderate

Adalah suatu kemampuan yang menyempit, ada gangguan atau hambatan dalam perbaikan dirinya, terjadi peningkatan respirasi dan denyut nadi.

3. Kecemasan berat atau SevereAdalah adanya perasaan-perasaan canggung terhadap waktu atau perhatian, persepsi menurun, tidak konsentrasi, kesulitan komunikasi, hyperventilasi, tachicardi, mual dan sulit kepala.

4. Panik atau PanicIndividu sangat kacau sehingga berbahaya bagi diri maupun orang lain. Tidak mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi secara aktif.2.3.5 Ciri-ciri Kecemasan

Menurut Jeffery S., (2003:164) beberapa ciri dan kecemasan adalah

1. Ciri Fisika) Kegelisahan, kegugupanb) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetarc) Banyak berkeringatd) Mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelane) berdebar keras berdetak kencangf) Terdapat gangguan sakit perut atau mualg) Wajah terasa memerah dan merasa sensitif atau mudah marah2. Ciri-ciri Behaviorala) Perilaku menghiburb) Perilaku melekat dan dependentc) Perilaku terguncangd) Ciri-ciri Kognitife) Khawatir tentang sesuatuf) Kecemasan akan kehilangan kontrolg) Berfikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikanh) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungani) Sulit berkonsentrasi2.3.6 Anxiety Rating Sacle atau Skala Kecemasan

Menurut Hamilton (1998), skala kecemasan terbagi beberapa aspek :

1. Aspek Psikologisa) Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, cemas, mudah tersinggung.b) Ketegangan: merasa cemas, letih, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah, tidak dapat istirahat.c) Kecemasan: pandangan gelap, cemas ditinggal sendiri, cemas pada orang asing, cemas pada binatang besar, cemas pada kerumunan orang banyak, cemas keramaian lalu lintas.d) Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat buruk.e) Perasaan depresi: hilang minat, sedih, perasaan berubah setiap hari.2. Aspek Fisiologisa) Gangguan tidur: sukar tidur, terbangun pada malam hari, mimpi buruk, mimpi menakutkan, tidur pulas, bila terbangun badan lemas, sering mimpi.b) Gejala somatik atau otot-otot: nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.c) Gejala sensorik: penglihatan kabur, gelisah, muka merab, merasa lemas. d) Gejala Kardiovaskuler: tachycardi, nyeri dada, denyut nadi meningkat, merasa lemah, denyut jantung berhenti sejenak.e) Pernafasan: merasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas pendek.f) Ganguan Gastrointestinal: sulit menelan, gangguan penceranaan, nyeri lambung, mual muntah, pernafasan perut.g) Gangguan Urogenital: tidak dapat menahan kencing, frigiditas, amenorrhoe.h) Gangguan Otonom: Mulut kering, muka merah, berkeringat, bulu roma berdiri.i) Perilaku sesaat: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, tonus otot meningkat, mengerutkan dahi, nafas pendek dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Dinkes kaltim, 2008, http://dinkeskaltim.com/index2.php?option=comcontent& dopdf=1&id=72Dariyo, A. 1997. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi Pada Wanita Hamil Pertama. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Effendi, R. W., dan Thahjono, E. 1999. Hubungan Antara Perilaku Coping pada Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Anima, Vol. 14. 54, 224-228

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung: Mandar Maju

Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta

Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC : Jakarta

Notoadmodjo S, 1997, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

_____, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta

_____, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Prawirohardjo Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 1994. Jakarta

Wiknjosastro, 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta

PAGE 16