Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
MINIRISET
MANAJEMEN SEKOLAH
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH SMA
DWIWARNA MEDAN
Reguler C 2016
OLEH
Melva Kristina Sihotang
2163111030
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA Miniriset ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada kepada ibu Dr.
H.M.JOHARIS LUBIS, MM., M.Pd selaku dosen mata kuliah Manajemen Sekolah.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Atas keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, mungkin masih
ada kekurangan dalam miniriset ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan miniriset ini dan miniriset penulis
berikutnya.
Medan, November 2018
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 1
1.4 Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.5 Tujuan Penelitian………………………………………………………………
1.6 Manfaat Penelitian……………………………………………………………..
BAB II Pembahasan ......................................................................................................... 2
2.1 Kompetensi guru ................................................................................................ 2
2. 1. 1 Pengertian Kompetensi Guru ................................................................. 3
2. 1. 2 Empat Kompetensi Guru........................................................................ 6
2.2 Manajemen Sarana dan Prasarana………………………………………………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian………………………………………………………………
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………………
3.3 Objek Penelitian…………………………………………………………………
3.4 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………
3.5 Analisis Data……………………………………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN
4. 1 Hasil Penelitian……………………………………………………………………
4. 2 Pembahasan……………………………………………………………………
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran sekolah, keberhasilannya diukur oleh prestasi yang di dapat, oleh
karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat komponen komponen terkait
sepeti guru guru.
Sekolah merupakan bagian dari suatu lembaga pendidikan harus selalu memberikan
pelayanan tang terbaiknya kepada masyarakat luas, karena keberadaan sekolah yang dekat
dengan masyarakat akan mencerminkan kebutuhan dan kebanggaan bagi masyarakat. Sekolah
sebagai suatu organisasi dalam perkembangan dan pencapaian tujuan harus mengacu kepada
pedoman dan arah pengembangan pendidikan.
Keberhasilan kualitas pendidikan sangat ditentukan kemampuan pengelola dalam
mengelola organisasi (sekolah) seperti mengelola pembelajaran, siswa, sarana dan prasarana,
keuangan serta hubungan dengan masyarakat.
Pembelajar adalah merupakan kegiatan belajar mengajar perlu mendapatkan pengelolaan
yang baik sebagai kegiatan utama di sekolah, siswa sebagai objek pendidikan yang memiliki
berbagai macam karakter dan latar belakang tentunya memerlukan pengelolaan yang baik,
penggunaan sarana dan prasarana, keuangan sebagai alat penunjang keberhasilan pendidikan
harus dikelola dengan baik, juga hubungan sekolah dengan masyarakat luas selalu berkoordinasi,
bekerjasama dalam mengatasi masalah sekolah namun dalm kenyataannya banyak sekolah yang
belum mampu memaksimalkan pengelolaan manajemen sekolah dengan baik.
1.2 Identifikasi Masalah
a. Pengaruh manajemen sarana dan prasarana padam siswa SMA Swasta Dwi Warna
b. Adanya kompetensi guru yang kurang berhasil di dalam kelas
1.3 Batasan Masalah
a. Peneleitian menggunakan metode kuantitatif
1.4 Rumusan Masalah
a. Bagaimana kompetensi Guru pada sekolah SMA Swasta Dwi Warna ?
b. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana SMA Swasta Dwi Warna ?
5
1.5 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kompetensi Guru pada sekolah SMA Swasta Dwi Warna
b. Untuk mengetahui manajemen sarana dan prasarana SMA Swasta Dwi Warna
1.6 Manfaat Penelitian
Bagi siswa dapat mengetahui manajemen yang sesuai dengan sarana dan prasarana di
SMA Swasta Dwi Warna ?
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru
2. 1. 1 Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi Guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan kemampuan yang
banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan , keterampilan , dan dikuasai oleh guru
dalam menjalankan tugas keprofesionalannya.
2. 2. 2
1.Kompetensi Profesional Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) para
anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih
dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Profesional menunjuk pada
dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang profesi, (2) penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya (seperti misalnya dokter). Makmum (1996: 82) menyatakan bahwa teacher performance diartikan kinerja guru atau
hasil kerja atau penampilan kerja. Secara konseptual dan umum penampilan kerja guru itu
mencakup aspekaspek; (1) kemampuan profesional, (2) kemampuan sosial, dan (3) kemampuan
personal.
2. Kompetensi Kepribadian Hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat penting karena salah satu tugas guru adalah
membantu anak didik yang bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang baik. Bila guru
sendiri tidak beriman kepada Tuhan dan tidak bermoral, maka menjadi sulit untuk dapat
membantu anak didik beriman dan bermoral. Bila guru tidak percaya akan Allah, maka proses
membantu anak didik percaya akan lebih sulit. Disini guru perlu menjadi teladan dalam beriman
dan bertaqwa. Pernah terjadi seorang guru beragama berbuat skandal sex dengan muridnya,
sehingga para murid yang lain tidak percaya kepadanya lagi. Para murid tidak dapat mengerti
bahwa seorang guru yang mengajarkan moral, justru ia sendiri tidak bermoral. Syukurlah guru
itu akhirnya dipecat dari sekolah.
3.Kompetensi Paedagogik.
7
Selanjutnya kemampuan paedagogik menurut Suparno (2002:52) disebut juga kemampuan
dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan
perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa,
menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkambangan siswa,
serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan
kemampuan siswa. Pertama, sangat jelas bahwa guru perlu mengenal anak didik yang mau dibantunya. Guru
diharapkan memahami sifat-sifat, karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis
anak didik. Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan dan kemudahan
anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri. Dengan demikian guru akan lebih mudah
membantu siswa berkembang. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik, tahu ilmu psikologi
anak dan perkembangan anak dan tahu bagaimana perkembangan pengetahuan anak. Biasanya
selama kuliah di FKIP guru mendalami teori-teori psikologi tersebut. Namun yang sangat
penting adalah memahami anak secara tepat di sekolah yang nyata.
4. Kompetensi Sosial.
Kompetensi sosial meliputi: (1) memiliki empati pada orang lain, (2) memiliki toleransi
pada orang lain, (3) memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap
kopetensi yang lain, dan (4) mampu bekerja sama dengan orang lain. 2. 2 Manajemen Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana belajar adalah sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan suatu usaha yang dapat berupa benda.Dalam hal ini sarana dan
prasarana belajar bisa disamakan dengan fasilitas belajar. Besar kemungkinan sarana dan
prasarana belajar merupakan faktor yang mempunyai andil besar dalam meningkatkan hasil
belajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan komunikasi dua arah antara tenaga pendidik
dan peserta didik, maka diperlukan sarana dan prasarana untuk mendukungnya seperi media,
ruangan kelas, dan buku sumber. Proses pendidikan itu terdiri dari beberapa unsur yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Unsur tersebut antara lain tenaga pendidik,peserta
didik,materi pelajaran,sarana dan prasarana belajar, dan lain-lain.
8
Menurut Nana Syaodih (2009, h.49) “Fasilitas belajar merupakan semua yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai
tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti
gedung,ruang kelas,meja kursi,serta alat-alat dan media pembelajaran, adapun yang dimaksud
dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas belajar yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman,kebun,taman sekolah, jalan
menuju sekolah tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar
seperti taman sekolah yang digunakan sekolah untuk pengajaran Pendidikan Lingkungan
Hidup, halaman sekolah sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan tersebut
merupakan prasarana pendidikan.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini telah dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Sabtu, 03 November 2018
Waktu : 10.00 WIB s/d selesai.
Tempat : Jalan gedung arca, Medan
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian di jalan Gedung Arca. Menggunakan metode kualitatif oleh sisw SMA Swasta
Dwiwarna Medan
3.4 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi secara langsung
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lengkap penulis mempergunakan metode
observasi, yaitu mengamati, mencari data dari beberapa fakta mengenai hal yang ada
hubungannya dengan permasalahan, menurut Bimo Walgito: “ Observasi adalah penyelidikan
(studi) yang secara sistematis dan disengaja melalui pengamatan ke arah kejadian – kejadian
yang spontan pada saat kejadian itu terjadi. Oleh karena itu observasi adalah merupakan
pengamatan, maka observasi menggunakan alat indera sebagai alat yang utama” . (1994 : 54
3.5 Analisis Data
Hasil penelitian meliputi tentang penjabaran yang didapatkan dari hasil kuesioner pada 20
orang siswa.
10
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki sistem manajemen
yang didukung dengan sumber daya manusia, dana/ biaya dan sarana prasarana. Prasarana
pendidikan dalah semua perangkat kelengkapan dasar yang tidak langsung menunjang proses
pendidikan sekolah. Dalam pendidikan misalnya lokasi, tempat, bangunan sekolah dan
sebagainya. Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan sekolah.
Kami melakukan penelitian di sekolah SMA Swasta Dwi Warna Medan bertempat di jln.
Gedung arca, disana kami meneliti tentang kultur sekolah, manajemen sekolah, 4 kompetensi
guru profesional, karakteristik peserta didik, pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
merumuskan hasil refleksi proses pengamatan pembelajaran.
A. Visi, Misi dan Tujuan sekolah
- Visi:
yaitu meraih prestasi didukung semangat berkarya tinggi dan peningkatan imtaq
- Misi:
Mempersiapkan diri para siswa dalam menghadapi pembaharuan
Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
Meningkatkan lingkungan yang nyaman dan bersih
Mengembangkan profesionalisme personil guru dan siswa untuk memperoleh SDM yang
berkualitas
Meningkatkan dan mengembangkan lingkungan pendidikan melalui keimanan dan
ketaqwaan
B. Sarana dan Prasarana
Gedung sekolah bertingkat
Musholla berada dalam kawasan sekolah
Ruang parker yang luas
Kegiatan pendukung
11
1. Pembelajaran memakai in focus
2. Ketersediaan akses internet/wifi
3. Ruang belajar yang nyaman dengan gedung permanen berlantai empat
4. Ruang laboratorium komputer, fisika, kimia, biologi, bahasa dan audio visual
5. Halaman luas serta tersedianya lapangan futsal, volly dan bulu tangkis
6. Peralatan drum band lengkap
7. Usaha kesehatan sekolah (UKS) Dan Poliklinik
8. Ruang aula/ serbaguna
9. Musholla tempat ibadah
10. Transportasi mudah terjangkau dari segala penjuru kota medan
11. Beasiswa bagi siswa/I yang berprestasi dan kurang mampu
a. Perilaku siswa diluar kelas, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Dapat dilihat bahwa saat jam pelajaran olahraga, para siswa laki-laki sedang bermain futsall.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang mereka lakukan pada saat jam pelajaran olahraga.
Hal ini juga mereka lakukan untuk mengembangkan keterampilan atau hobi yang mereka punya.
Disisi lain, selama saya melakukan Magang Di SMA Swasta Dwiwarna Medan, Saya
mengamati perilaku siswa di dalam maupun di luar kelas. Sepanjang yang saya amati, perilaku
siswa di dalam kelas sangat beraneka ragam, ada yang main-main ketika sedang belajar, ada
yang serius memperhatikan gurunya, ada yang tidur, ada yang jalan kesana kemari dan ada yang
suka berbicara kepada guru tentang hal yang tidak penting untuk ditanyakan. Tetapi antara guru
dan murid sangat akrab. Ketika di luar kelas perilaku siswa baik dan sewajarnya, ketika ada guru
12
mereka menyapa dan memberi salam kepada guru tersebut sambil bercanda dengan kata-kata
maupun perbuatan mereka.
1. Kebiasaan yang sedang dibudayakan atau yang sedang membudidaya
Kebiasaan yang sedang membudaya dikalangan peserta didik di Sekolah SMA Swasta
Dwiwarna ini adalah mengikuti arus IPTEK yang terjadi saat ini, seperti eksis dimedia sosial
dengan membawa Hp ke sekolah. Kebiasaan yang sudah membudaya di sekolah tersebut dari
yang saya lihat sendiri adalah siswa selalu menyapa dan menyalam setiap guru yang sedang
berpapasan dengan mereka sehingga terlihat begitu akrab antara guru dan siswa.
4.2 Pembahasan
2. Upaya upaya pembinaan guru dan siswa
Membuat pelatihan untuk guru agar menjadi pendidik yang professional;
Memberi arahan pada siswa agar menjadi manusia yang lebih baik lagi;
Memberi arahan pada guru apabila guru belum memahami kultur dan kebiasaan di
sekolah tersebut.
Menyadarkan siswa akan pentingnya disiplin dalam berbagai hal, begitu juga dengan
guru.
A. Observasi kompetensi utama pendidik
1. Kompetensi pedagogik
Pada kemampuan merencanakan program kegiatan pembelajaran, ibu aida mengembangkan
silabus sesuai standar kompetensi lulusan, kompetensi isi dan kompetensi dasar. Pada RPP kami
tidak diberikan, alasannya karena kami harus membuatnya dulu, dan ibu aida lalu
memberikannya kepada kami. Dalam melaksanakan pembelajaran suasana kelas kondusif dan
siswa pun bekerjasama sama dan disiplin dalam belajar. Selaras dengan aktivitas siswa yang
dijalani. Di penggunan media, beliau hanya memakai bahan ajar sesuai dengan bidang studi,
tidak menggunakan laptop. Dan jelas dalam mengajarkan siswanya. Beliau juga menguasai
sumber belajar yang digunakan.
Metode pembelajaran yang diajarkan sesuai dengan kompetensi dasar, dan terampil dalam
menggunakan metode tersebut. Contohnya waktu kami di dalam kelas kami melihat beliau
mengajarkan tentang narasi, apa yang dimaksud dengan narasi, Strukturnya dan contohnya.
Beliau menjelaskan dengan menarik perhatian siswa tersebut, jika ada yang tidak mengerti, maka
13
beliau menjelaskannya kembali kepada siswa. Siswa diberikan penguatan agar lebih dapat jelas
dalam memahami pelajaran tersebut, tetapi tidak diberi penghargaan. Dalam pengerjaan tugas,
beliau memberikannya secara berkelompok dan diskusi agar bisa bertukar pikiran. Materi yang
dijelaskan sesuai dengan kaitan kehidupan sehari hari. Kondisi belajar sangat optimal dan
mengorganisasi kelas dengan efektif. Untuk merangkum hasil pembelajaran, beliau memberikan
tugas tindak lanjut agar pelaksanaanya bisa dirancang kembali siswa siswa.
2. Kompetensi kepribadian
Pada saat di sekolah, beliau tepat waktu dalam mengajar dengan memberikan teladan kepada
siswa. Beliau disiplin dalam waktu, ketika mengajar pada jam pelajaran jam pertama. Ia masuk
jam 07.00 wib. Ia mengakhiri jam pelajran sesuai dengan waktu yang ditentukan roster. Seragam
yang dipakai beliau adalah pakaian dinas, karena ia sudah cukup lama mengajar di sekolah. Dan
tergolong guru yang sudah bersertifikasi. Dalam penggunaan bahasa ia terlihat sopan kepada
guru, siswa dan kami juga.
Kami tidak pernah melihat bahasa yang tidak sopan, ibu ini juga sangat ramah kepada yang
lainnya. Beliau juga menghargai pendapat orang lain. Ibu ini mendahulukan kepentingan
sekolah/ kedinasan daripada kepentingan pribadi, contohnya saja yaitu ia ada acara pesta
anaknya, tetapi ia mendahulukan kepentingan sekolah, tidak kepentingan pribadi sendiri. Ibu ini
bersikap ramah kepada siapapun, ketika ia menunggu jam pelajarannya, ia sering berbicara
kepada kami dan memberikan tentang pengalamnnya waktu kuliah dan mengajar.
Tata krama sering diberikan kepada siswa, agar tidak melanggar peraturan yang ada. Sanksi
yang dikenakan sangat tegas dan mendidik, agar siswa dapat termotivasi di dalam kelas maupun
di luar kelas. Guru juga mampu menempatkan diri dalam bergaul, agar ada batas guru dengan
siswa. Guru tidak bosan dalam mengajar, ia juga menggunakan waktu dengan membaca dan
memberikan lelucon kepada sswa. Beliau juga membiasakan siswa dalam disiplin waktu, ketika
ada yang terlambat siswa diberikan teguran yang mendidik, agar tidak mengulangi kesalahan
yang pernah dilakukan. Ketika guru meninggalkan pelajaran, ia memberikan alasan yang jelas
kepada muridnya.
3. Kompetensi sosial
Dalam mengajar guru berbicara dengan jelas dan mudah dipahami, guru dapat menjalin
interaksi yang baik kepada seluruh lingkungan sekolah, contohnya saja ketika beliau bersama
14
guru lain, ia mampu berinteraksi dengan baik. Tidak berbelit belit dalam menyampaikan sesuatu.
Di sekolah ia bertata krama dengan baik, mempunyai etika yang sangat bagus. Ia menghargai
dan menghormati lawan berbicara. Dalam menempatkan diri sebagai teladan kepada siswa.
Karena ia sudah mengalami banyak pengalaman menjadi guru. ia juga menghargai pendapat
siswa dalam berinteraksi di waktu diskusi. Ia tidak berbicara sesuka hati kepada yang lain, ia
malah mendahulukan seseorang berbicara. ia juga mampu menjalin kerjasma yang baik untuk
sekolah. Pada saat membuat soal ujian, ia bekerjasama dengan guru lainnya. Ia juga menerima
kritik dari orang lain agar menjadi motivasi bagi beliau. Ia juga peduli terhadap kepada guru
lainnya, ia juga sering memberi kepada orang lain, walaupun kecil tapi sangat bermanfaat. Ia
membentuk kerjasama secara langsung maupun tidak langsung di satuan pendidikan.
A. Observasi pemahaman peserta didik
1. Hasil identifikasi karakteristik peserta didik
Hasil dari Observasi yang telah saya lakukan keterampilan siswa didalam kelas di SMA
Swasta Dwiwarna Medan sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu, sebagian
lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan dikelas. Ketika saya
mengamati satu persatu karakteristik peserta didik dikelas tersebut kami memperhatikan
karakter peserta didik dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia ½ dari siswa yang ada didalamnya tidak mudah menangkap pelajaran yang
diberikan guru dan mereka lebih memilih bermain dengan cara menggagu temannya yang
sedang fokus untuk memahami materi yang sedang dijelaskan guru.
Ketika ½ jam berlalu kegiatan observasi kami terus berlanjut dan saya terus
memperhatikan siswa yang sedang belajar dan disana mereka merasa bosan mendengar
gurunya yang sedang menceritakan mengenai topik pembahasan mereka yaitu mengenai
teks. Bukan hanya siswa yang malas saja yang ada di kelas XII Sekolah SMA Swasta
Dwiwarna Medan tetapi ada juga yang mau mendengarkan gurunya yang sedang
menerangkan topik mengenai teks, entah itu karena alasan mereka semangat ketika saya
mengadakan observasi disana atau mereka memang siswa yang disiplin dalam proses
belajar mengajar, menurut saya bisa benar dan bisa saja salah.
15
2. Tingkat partisipasi peserta dalam proses pembelajaran
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan
ikut bertanggung jawab didalamnya. Dengan observasi yang telah saya adakan di SMA Swasta
Dwiwarna Medan, saya tidak memperhatikan siswa-siswi setiap kelas yang ada disana, akan
tetapi saya diperbolehkan mengadakan observasi di kelas tertentu, dikelas tersebut siswa-siswi
tersebut sedang belajar dan mereka aktif dalam tingkat partisipasi dalam proses belajar mengajar
seperti berikut :
a. Kerja sama dan keterlibatan dalam kelompok
Siswa di kelas XII turut berpartisipasi serta dalam diskusi-diskusi dan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam kelompok dengan harapan tercapainya nilai yang baik, dari gurunya dalam
kelompok tersebut.
b. Mengajukan pertanyaan
Tidak begitu banyak yang siswa yang mau bertanya,tetapi masih ada siswa yang terlihat
berpartisipasi mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan pertanyaan tersebut kurang jelas baginya
dan mereka tidak dibiasakan untuk selalu bertanya pada gurunya dikelas, mereka akan bertanya
apabila guru sudah memperbolehkan mereka bertanya.
c. Berani memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa lain
Siswa-siswi yang saya temui dikelas ketika melakukan observasi, tidak menemukan siswa
yang benar-benar berani dalam menjawab pertanyaan dari gurunya, atau siswa memberikan
tanggapan terhadap temannya sendiri.
d. Memberikan kesimpulan
Siswa yang terlihat berpartisipasi pasti dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Dengan bisa menyimpulakan materi, siswa tersebut dianggap mengusai materi dengan baik dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Tetapi siswa yang saya temui dikelas tidak mau
memberikan kesimpulannya terhadap pembelajaran yang sedang mereka jalani.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi belajar adalah
keterlibatan mental, emosi, dan fisik peserta didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan
yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar hingga mereka sampai kejenjang yang lebih
tinggi seperti perguruan tinggi.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa:
Sarana dan prasarana pendidikan sangatlah bermanfaat dan berperan penting untuk
menunjang proses pendidikan karena meskipun KBM sudah baik, namun todak didukung dengan
alat alat sarana dan prasarana pendidikan maka hasil yang dicapai tidak akan sesempurna yang
diharapkan.
5.2 Saran
Konsep sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan
dan proses bagi ketercapaian output pendidikan, yaitu prestasi sekolah terutama prestasi siswa
yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang dipersyaratkan
didalam belajar
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmuid, Muhibbuddin.2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: Perbit Pengging
Mangkunegaraan.
Bafadal, Ibrahim. 2016. Manajemen di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal
Sekolah Dasar.
Bidwel, 1980. The Analicis Of Educational Productivity. Volume 2. (5 November 2018).
Buhler, Patricia. 2004. Managemet Skills. Jakarta: Prenada Media.
Hadiati, S. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia
Kisbiyanto. 2012. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Mahameru.
Kristiawan, Muhammad. Dkk. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Lubis, M. Joharis. 2007. Hubungan Komitmen Organisasi dan Pengetahuan Manajemen
dengan Kinerja Kepala SMP di Kota Medan. Masters Thesis, Unimed.
Nurbaiti. 2015. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Volume 9, Nomor 4. (5
November 2018).
Tim Penyusun. 2015. Manajemen Sekolah dan Kepemimpinan Sekolah. Jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan.