Upload
vutu
View
255
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Analisa Kerja dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan
Langkah awal yang perlu diambil dalam analisa operasi kerja adalah
dengan mendapatkan seluruh data yang berhubungan dengan seluruh
kegiatan operasi, fasilitas yang dipergunakan untuk pelaksanaan kerja, waktu
penyelesaian untuk masing-masing elemen kerja, gerakan perpindahan atau
transportasi, aktivasi inspeksi, dan lain-lain aktivitas yang bisa tercakup
dalam aliran proses. (Wignjosoebroto, 1995, p96)
2.1.1 Identifikasi Maksud dan Tujuan Operasi Kerja
Banyak contoh pekerjaan atau proses yang seharusnya tidak cukup
sekedar disederhanakan gerakan kerjanya akan tetapi harus dihilangkan
sama sekali. Apabila suatu pekerjaan atau elemen pekerjaan dapat
dihilangkan maka tidak perlu lagi pembiayaan untuk pelaksanaannya.
Penyederhanaan operasi kerja dalam hal ini dapat dilakukan melalui:
1. Perancangan komponen benda kerja
Suatu desain benda kerja memiliki kaitan erat dengan proses
manufacturing yang harus berlangsung untuk merealisir benda kerja
tersebut, sehingga cukup beralasan pada saat merancang suatu benda
21
kerja harus dipikirkan juga untuk mencari cara termurah atau termudah
didalam proses manufacturingnya. Untuk memperbaiki rancangan
produk maka bisa diperhatikan langkah-langkah seperti:
• Mengurangi jumlah komponen atau bagian yang tidak signifikan dan
mempengaruhi fungsi produk secara keseluruhan.
• Mengurangi jumlah operasi kerja terutama yang berkaitan dengan
proses pemindahan bahan.
• Menggunakan komponen-komponen produk yang standard dengan
toleransi dan spesifikasi teknis yang dipilih secara tetap.
• Desain harus dipikirkan tidak saja dari aspek estetika tapi juga yang
lebih penting adalah kemudahan-kemudahan untuk pembuatannya
baik untuk proses permesinan ataupun perakitan.
2. Pemilihan bahan baku
Kemampuan untuk memilih dan menggunakan material yang tepat
sangat mutlak untuk dilakukan. Ada enam pertimbangan yang harus
dibuat sehubungan dengan pemilihan material produk, yaitu:
• Pilih dan dapatkan material yang tidak terlalu mahal.
• Pilih dan dapatkan material yang mudah untuk diproses.
• Gunakan material seefisien mungkin dengan mempertimbangkan
bahwa sebagian besar material yang akan dikontribusikan untuk
finished product dan bukan scrap.
22
• Apabila dimungkinkan maka gunakan material bekas atau sisa.
• Pergunakan supplies material dan perkakas secara ekonomis.
• Material yang dipakai dalam hal ini haruslah mengikuti spesifikasi
standard yang umum digunakan.
3. Penetapan proses manufacturing
Untuk memperbaiki proses manufacturing yang akan dilaksanakan,
maka pengamatan diarahkan ke hal-hal berikut:
• Apabila akan merubah suatu operasi kerja maka harus pula
diperhatikan efeknya terhadap operasi lain.
• Mekanisasi setiap manual operation yang kemungkinannya bisa
dilakukan.
• Pergunakan fasilitas dan peralatan kerja yang lebih efisien didalam
proses yang akan dilakukan.
• Operasi fasilitas kerja yang ada secara efektif sesuai dengan
spesifikasinya yang dimiliki seperti halnya memilih pemakanan
(feeds) dan kecepatan potong (cutting speed).
4. Perencanaan proses set-up mesin dan perkakas
Untuk mempercepat proses persiapan (setting-up) dapat dengan
mengaplikasikan “group technology” dimana dilakukan dengan
mengelompokkan bermacam-macam komponen kedalam group produk
23
yang memiliki bentuk yang sama dan langkah-langkah operasi kerja
yang sama.
5. Perbaikan kondisi lingkungan kerja
Kondisi lingkungan kerja yang ideal diharapkan mampu memberikan
kondisi-kondisi kerja
seperti:
• Memperbaiki safety record
• Mengurangi absensi dan ketidak-disiplinan kerja lainnya
• Meningkatkan moral kerja karyawan
• Meningkatkan produktivitas kerja
Untuk maksud-maksud memperbaiki kondisi lingkungan kerja ini maka
bisa dilaksanakan antara lain dengan jalan sebagai berikut:
• Memperbaiki cahaya penerangan dilingkungan kerja.
• Mengontrol temperatur ruangan dan juga derajat kelembapannya.
• Memberi ventilasi yang cukup.
• Mengontrol suara yang timbul dengan jalan menekan kebisingan.
• Menciptakan area kerja yang rapi, bersih, tertib dan lain-lain.
• Segera membuang sisa-sisa material (geram), scrap, dan lain-lain dan
material ataupun output kerja lain yang membahayakan seperti debu,
gas , uap, dan lain-lain.
24
• Menyediakan perlengkapan dan petunjuk-petunjuk untuk
keselamatan kerja.
• Mengadakan program P3K secara seksama untuk mengatasi keadaan
darurat.
• Mepertimbangkan segala aspek ergonomis dan prinsip-prinsip dari
kerja fisik.
6. Perencanaan proses pemindahan bahan (Material Handling)
Pemindahan bahan adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dihindari
dalam suatu proses produksi. Untuk itu desain dari proses material
handling haruslah direncanakan secara tepat dan teliti. Kebaikan dari
perencanaan material handling yang benar adalah antara lain:
• Mengurangi biaya pemindahan bahan
• Menambah kapasitas produksi yang dihasilkan
• Memperbaiki kondisi kerja
• Memperlancar proses distribusi material maupun produk jadi
Analisa dari material handling ini akan bermanfaat proses penyusunan
tata mesin ataupun fasilitas produksi yang lain, karena hal ini akan
mampu mengurangi terjadinya bottle-necks ataupun interupsi-interupsi
dalam bentuk apapun terhadap aliran proses produksi yang sedang
berlangsung. Disamping itu, diusahakan pula untuk mengurangi material
25
handling dengan jalan menghindari terjadinya arus kerja bolak-balik
(back tracking) yang tidak bermanfaat.
Proses telaah metode prinsipnya akan menitik-beratkan pada studi
tentang gerakan-gerakan kerja yang dihasilkan oleh pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaan. Dari hasil studi ini diharapkan akan dihasilkan
gerakan-gerakan standart untuk menyelesaikan pekerjaan, yaitu
rangkaian gerakan kerja yang efektif dan efisien. Untuk mencapai
maksud ini maka terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi pekerjaan
yang memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara ekonomis.
Hal ini selanjutnya disebut sebagai studi ekonomi gerakan.
Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik maka perlu diperhatikan
faktor yang mempengaruhi, yaitu :
• Penggunaan badan atau anggota tubuh manusia serta gerakan-
gerakannya.
• Pengaturan letak area kerja.
• Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja.
Secara umum didalam usaha mengembangkan metode kerja dan gerakan
kerja ekonomis maka beberapa hal tersebut ini bisa dilaksanakan antara
lain sebagai berikut:
• Hilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak perlu yang justru
memboroskan tenaga.
26
• Kombinasikan beberapa aktivitas menjadi aktivitas yang
memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan.
• Kurangi faktor kelelahan dengan memberi waktu istirahat dan waktu
longgar lainnya yang cukup.
• Perbaiki pengaturan tempat kerja dan disain dari fasilitas/peralatan
kerja yang ada. (Wignjosoebroto, 1995, p96)
2.1.2 Aplikasi Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan (Motion Economy)
Didalam menganalisa dan mengevaluasi metoda kerja guna memperoleh
metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-
prinsip ekonomi gerakan (the principles of motion economy). Prinsip
ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan
kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk
kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu
stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya.
1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan
badan/anggota tubuh manusia.
• Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi
keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja.
• Bila mungkin kedua tangan harus memulai dan menyelesaikan
gerakannya dalam waktu yang bersamaan.
27
• Kedua tangan jangan menganggur pada waktu yang bersamaan
kecuali sewaktu istirahat.
• Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah.
• Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya bagian-bagian tubuh
yang memang diperlukan sajalah yang bekerja agar tidak terjadi
penghamburan tenaga dan kelelahan yang tidak perlu.
• Hindari gerakan patah-patah karena akan cepat menimbulkan
kelelahan.
• Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas
pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus.
2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung.
• Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus
disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan
kebiasaan tetap (gerak rutin).
• Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah
dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mancari-
cari.
• Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik.
28
• Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dan lain-lain) harus sesuai
dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan
kegiatannya dengan mudah dan nyaman.
• Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan,
ventilasi udara, dan lain-lain yang berkaitan dengan persyaratan
ergonomis harus pula diperhatikan benar-benar sehingga dapat
diperoleh area kerja yang lebih baik.
3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja
yang diperhitungkan.
• Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.
• Usaha menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan
berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang
berlainan.
• Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan
cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat
diperlukan tanpa harus bersusah payah mencari-cari. Desain
peralatan juga dibuat sedemikian rupa agar memberi kenyamanan
genggaman tangan saat digunakan.
29
• Jika tiap jari melakukan gerakan tertentu maka beban untuk masing-
masing jari tersebut harus dibagi seimbang sesuai energi dan
kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing jari.
Dalam bukunya “Motion and Time Study:Improving Productivity”
(Englewood cliffs. N.J : Prentice Hall Inc.. 1994), Marvin E. Mundel
membahas dan mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip ekonomi
gerakan tersebut sebagai berikut:
1. Eliminasi kegiatan
• Eliminasi semua kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan,
langkah-langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak
berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan, tangan,
dll).
• Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan.
• Eliminasi penggunaan tangan (baik satu atau keduanya) sebagai
“holding device”.
• Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dan
lain-lain.
• Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan
statis atau fixed position.
30
• Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay
time) dengan membuat perencanaan atau penjadwalan kerja
sebaik-baiknya.
2. Kombinasi gerakan atau aktivasi kerja
• Gantikan atau kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang
berlangsung pendek atau terputus-putus dan cenderung berubah-
ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu, tidak patah-
patah serta cenderung membentuk sebuah kurva.
• Kombinasikan beberapa aktivitas atau fungsi yang mampu
ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain
yang “multi purpose”.
• Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja
antara kedua tangan.
3. Penyederhanaan kegiatan
• Laksanakan setiap aktivitas atau kegiatan kerja dengan prinsip
kebutuhan energi otot yang digunakan minimal.
• Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja dengan
meletekkannya dalam tempat yang tidak berubah-ubah.
• Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang
normal.
31
• Sesuaikan letak dari gandles, pedals, levers, buttons, dan lain lain
dengan memperhatikan dimensi tubuh manusia (antropometri)
dan kekuatan otot yang dibutuhkan. (Wignjosoebroto, 1995,
p100)
2.2 Studi Gerakan Untuk Menganalisa Metode Kerja yang Efektif dan
Efisien
Studi gerakan (Motion Study) adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan
yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi ini
ingin diperoleh gerakan-gerakan standard untuk penyelesaian suatu
pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan-gerakan yang efektif dan efisien. Studi
mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang
menitikberatkan pada penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
Studi gerakan umumnya dikasifikasikan kedalam dua macam studi, yaitu
Visual Motion Study dan Micromotion Study. Untuk Micromotion study
dalam pelaksanaannya akan membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi
(sekitar 4 kali lipat dibandingkan Visual Motion Study, biasanya
dipergunakaan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung cepat dan
berulang-ulang. (Wignjosoebroto, 1995, p106)
32
2.2.1 Gerakan-gerakan Therbligs
Frank dan Lilian Gilbreth telah berhasil menciptakan symbol atau kode
dari gerakan-gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIGS.
Mereka menguraikan gerakan-gerakan ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs,
yaitu :
1. Mencari (Search)
Mencari adalah elemen dasar gerakan untuk menentukan lokasi suatu
objek. Gerakan dimulai dari saat mata bergerak mencari objek dan
berakhir bila objek telah ditemukan. Elemen ini sedapat mungkin
dieliminir, misalnya dengan cara meletakan material atau peralatan kerja
pada lokasi yang tetap sehingga proses kerja mencari dapat dihindari.
2. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu
objek diantara dua atau lebih objek yang sama lainnya. Elemen gerakan
ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak memilih dan
berakhir bila objek yang dikehendaki sudah ditemukan. Elemen ini
biasanya biasanya mengikuti langsung elemen mencari (Search).
Biasanya pula setelah gerakan memilih dilakukan akan diikuti oleh
gerakan memeriksa (inspections).
33
3. Memegang (Grasp)
Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan
menutup jari-jari tangan objek yang dikehendaki dalam suatu operasi
kerja. Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau
(Search) dan dilanjutkan dengan gerakan membawa (move).
4. Menjangkau/Membawa Tanpa Beban (Transport Empty)
Menjangkau adalah elemen gerak Therbligs yang menggambarkan
gerakan tangan berpindah tempat -tanpa beban atau hambatan- baik
gerakan menuju atau menjauhi objek atau lokasi tujuan lainnya dan
berakhir segera disaat tangan berhenti bergerak setelah mencapai objek
tujuannya. Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas
(release) dan diikuti oleh gerakan memegang (grasp).
5. Membawa Dengan Beban (Transport Loaded)
Elemen gerakan membawa adalah juga merupakan gerak perpindahan
tangan, hanya saja disini tangan bergerak dalam kondisi membawa beban
(objek). Elemen gerakan ini diawali dan diakhiri pada saat yang sama
dengan elemen gerakan menjangkau (reach) dan tangan dalam kondisi
membawa beban (objek). Elemen gerakan membawa biasanya didahului
oleh elemen gerakan memegang (grasp) dan dilanjutkan oleh elemen
gerakan melepas (release) atau mengarahkan (position).
34
6. Memegang Untuk Memakai (Hold)
Elemen gerakan ini terjadi bilamana tangan memegang objek tanpa
menggerakkan objek tersebut. Perbedaannya dengan elemen gerakan
memegang (grasp) tangan memegang objek dan dilanjutkan dengan
gerakan membawa (move), sedangkan elemen gerakan memegang untuk
memakai (Hold) tidak demikian halnya elemen gerakan ini terjadi
dimana tangan yang satu melakukan gerakan kerja memegang dan
mengontrol objek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap
objek tersebut. Elemen ini berawal pada saat satu tangan memegang dan
memakai (mengendalikan) objek dan berakhir begitu tangan yang
lainnya selesai melakukan kerja terhadap objek tersebut.
7. Melepas (Release Load)
Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan
kembali terhadap objek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian
elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari
objek yang dibawa dan berakhir secara begitu semua jari jelas tidak
menyentuh atau memegang objek lagi. Elemen gerak ini biasanya
didahului oleh gerakan menjangkau (reach).
35
8. Mengarahkan (Position)
Mengarahkan elemen gerak Therblig yang terdiri dari menempatkan
objek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya
didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit
(assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan
memegang/mengontrol objek tersebut kearah lokasi yang dituju dan
berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas atau memakai dimulai.
9. Mengarahkan Awal (Pre-Position)
Elemen gerakan mengarahkan awal adalah elemen kerja Therblig yang
mengarahkan objek pada suatu tempat sementara sehingga pada saat
kerja mengarahkan objek benar-benar dilakukan maka objek tersebut
dengan mudah akan bisa dipegang dan dibawa ke arah tujuan yang
dikehendaki.elemen ini sering terjadi bersamaan dengan gerakan
lain,diantaranya membawa (move) dan melepas (release).
10. Memeriksa (Inspect)
Elemen ini termasuk langkah kerja untuk menjamin bahwa objek telah
memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja
dilaksanakan pengecekan secara rutin oleh operator selama kerja
dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama
proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti
36
memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan
benda kerja, dan lainnya.
11. Merakit (Assemble)
Merakit adalah elemen Therblig untuk menghubungkan 2 objek atau
lebih menjadi satu kesatuan. Merakit biasanya akan didahului oleh
gerakan Therblig yang lain bisa berupa elemen gerakan mengarahkan
(position) atau membawa (move) dan diikuti oleh gerakan melepas
(release). Pekerjaan merakit dimulai di saat objek sudah siap
dipasangakn dengan objek lainnya dan berakhir segera begitu objek-
objek tersebut sudah tergabung sempurna.
12. Mengurai Rakit (Diassembly)
Elemen gerak ini merupakan kebalikan dari elemen merakit (assemble).
Disini dilakukan gerakan memisahkan atau menguraikan dua objek yang
tergabung satu menjadi objek-objek terpisah. Gerakan mengurai rakit
biasanya diawali oleh elemen memegang (grasp) dan dilanjutkan dengan
membawa (move) atau melepas (release). Gerakan ini dimulai pada saat
pemegangan atas objek telah selesai yang dilanjutkan dengan usaha
memisahkan dan berakhir disaat objek telah terurai sempurna.
37
13. Memakai (Use)
Memakai adalah elemen gerak dimana salah satu atau kedua tangan
digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat atau objek untuk
tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung.
14. Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)
Kondisi kelambatan kerja disini adalah diakibatkan oleh hal-hal yang
diluar kontrol dari operator dan merupakan interupsi terhadap proses
kerja yang sedang berlangsung. Kondisi ini menimbulkan terjadinya
waktu menganggur (idle time) selama siklus kerja berlangsung baik yang
dialami satu atau kedua tangan operator.
15. Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay)
Setiap waktu menganggur (idle time) yang terjadi pada siklus kerja yang
berlangsung merupakan tanggung jawab operator –baik secara sengaja
atau tidak sengaja- akan diklasifikasikan sebagai kelambatan yang bisa
dihindarkan. Contoh seperti mengobrol, merokok, mondar-mandir, dan
lain-lain.
16. Merencanakan (Plan)
Elemen ini merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak
bekerja dan memikir untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang
harus dilakukan selanjutnya. Biasanya sering dijumpai pada pekerja-
pekerja baru.
38
17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah (Rest To Overcome Fatigue)
Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung
secara periodik. Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi
badan dari kelelahan fisik akibat kerja berbeda-beda, tergantung individu
pekerjanya.
Berikut adalah gerakan-gerakan Therbligs yang efektif :
• Physical Basic Divisions
o Menjangkau (Reach)
o Membawa (Move)
o Melepas (Release)
o Memegang (Grasp)
o Mengarahkan Awal (Pre-Position)
• Objective Basic Divisions
o Memakai (Use)
o Merakit (Assemble)
o Mengurai rakit (Diassemble)
Berikut adalah gerakan-gerakan Therbligs yang tidak efektif :
• Mental atau Semi-Mental Basic Divisions
o Mencari (Search)
o Memilih (Select)
o Mengarahkan (Position)
39
o Memeriksa (Inspect)
o Merencanakan (Plan)
• Delay
o Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)
o Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay)
o Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah (Rest To Overcome Fatigue)
o Memegang Untuk Memakai (Hold)
(Wignjosoebroto, 1995, p107)
2.2.2 Analisa Gerakan Kerja Dengan Rekaman Film (Micromotion Study)
Aktivitas micro-motion study mengharuskan untuk merekan setiap
gerakan kerja yang ada secara detail dan memberi kemungkinan-
kemungkinan analisa setiap gerakan-gerakan kerja yang ada secara detail
dan memberi kemungkinan-kemungkinan analisa setiap gerakan yang ada
secara lebih baik dibandingkan dengan Visual motion study.
Langkah-langkah yang dikerjakan dalam micro-motion study ini terdiri
dari:
• Merekam gerakan-gerakan kerja dari suatu siklus kerja dengan menaruh
jam besar (micro chronometer) dibelakang operator yang diamati.
• Gambar film akan menjadi rekaman yang permanent yang bisa dianalisa
setiap saat dan berulang-ulang sesuai dengan yang dikehendaki.
40
• Membuat kesimpulan dari analisa gerakan yang telah diamati dari
rekaman film dan menggambarkannya dalam peta SIMO (Simultaneous
Motion Chart) yang menunjukkan gerakan-gerakan tangan kanan dan
tangan kiri.
• Menetapkan alternatif gerakan kerja yang lebih baik dengan jalan
memperbaiki metode kerja yang ada sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan (Motion economy).
Dengan demikian jelas bahwa dari aktivitas micro-motion study
diharapkan akan mampu membantu didalam usaha mencari alternatif metode
kerja yang lebih baik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sekaligus
mengetahui waktu dan tiap-tiap gerakan kerja tersebut. Secara umum
kegiatan ini juga memberi manfaat antara lain:
• Untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek yang berlanggung
secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual.
• Untuk meneliti aktivitas-aktivitas yang menghasilkan jumlah output
yang besar.
• Untuk meneliti aktivitas-aktivitas yang pelaksanaannya dilaksanakan
oleh sebuah operator. (Wignjosoebroto, 1995, p119)
41
2.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah peta kerja setempat yang
bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia di dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. (Wignjosoebroto, 1995, p150)
Terdapat beberapa prinsip-pronsip dalam pembuatan Peta Tangan Kiri
dan Tangan Kanan, yaitu:
1. Lembar kertas dibagi menjadi tiga bagian “kepala”, yaitu bagian yang
memuat bagan tentang stasiun kerja, dan bagian-bagian “badan”.
2. Pada bagian “kepala” di bagian paling atas ditulis “PETA TANGAN
KIRI DAN TANGAN KANAN”. Setelah itu identifikasi semua masalah
yang berkaitan dengan pekerjaan yang dianalisa, seperti: nama
pekerjaan, nama departemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan,
nama pembuat peta, dan tanggal dipetakan.
3. Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari stasiun kerja
yang memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan. Sketsa ini digambarkan
dengan memperhatikan skala, sesuai dengan tempat kerja sebenarnya.
Sketsa ini penting untuk menunjukkan kondisi saat dilakukan studi
terhadap pekerjaan tersebut.
4. Bagian bagan dibagi dalam 2 pihak. Sebelah kiri kertas digunakan untuk
menggambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya,
42
sebelah kanan kertas digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang
dilakukan tangan kanan pekerja.
5. Langkah selanjutnya, kita perhatikan urutan-urutan gerakan yang
dilaksanakan operator. Kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi
elemen-elemen gerakan yang biasanya dibagi kedalam 17 elemen
gerakan yang diusulkan Frank Lilian Gilberth.
6. Untuk tidak membingungkan maka penggambaran dilakukan satu per
satu. Setelah pemetaan gerakan tangan kanan (misal) dilaksanakan
secara penuh per siklus kerja, kemudian dilanjutkan dengan pemetaan
secara lengkap gerakan yang dilakukan oleh tangan lain (tangan kiri).
7. Setelah semua gerakan tangan kiri dan tangan kanan selesai dipetakan
untuk satu siklus kerja maka satu kesimpulan umum (summary) perlu
dibuat pada bagian terbawah dari peta kerja ini, yaitu yang menunjukkan
total siklus waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kerja, jumlah
produk persiklus kerja, dan total waktu penyelesaian kerja perunit
produk. Jumlah total waktu kerja tangan kiri dan tangan kana haruslah
sama. (Sutalaksana, 1979, p47) (Wignjosoebroto, 1995, p150)
43
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan pada dasarnya berguna untuk
memperbaiki suatu stasiun kerja, sebagaimana peta kerja lainnya, peta kerja
ini mempunyai kegunaan khusus, yaitu:
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
Dengan bantuan studi gerakana dan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
maka dapat diurai suatu pekerjaan lengkap menjadi elemen-elemen
gerakan yang terperinci.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja.
Keadaan ini juga bisa dicapai dengan bantuan studi gerakan dan prinsip-
prinsip ekonomi gerakan.
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.
Tata letak tempat kerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi
lamanya waktu penyelesaian. Percobaan dengan mengubah-ubah tata
letak peralatan selain dapat menentukan tata letak yang baik ditinjau dari
waktu dan jarak, juga kita bisa menemukan urutan-urutan pengerjaan
yang baik dengan prinsip ekonomi gerakan.
4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara kerja yang ideal.
Peta kerja ini berfungsi sebagai penuntun terutama bagi pekerja-pekerja
baru, sehingga akan mempercepat proses belajar. (Sutalaksana, 1979,
p46)
44
2.4 Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement – MTM)
Pengukuran waktu metoda (MTM) adalah suatu sistem penetapan awal
waktu baku yang dikembangkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari
suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini
didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau
metode kerja (manual operation) kedalam gerakan-gerakan dasar yang
diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan
standar waktu dari masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam
gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-masing yang ada. (Sutalaksana,
1979, p175) (Wignjosoebroto, 1995, p251)
2.4.1 Gerakan-gerakan dasar pada pengukuran waktu metode (MTM)
1. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila maksud
utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu
tempat tujuan tertentu. Disini terdapat 5 kelas menjangkau, yaitu:
• Menjangkau Kelas A:
Adalah gerakan menjangkau kearah suatu tempat yang pasti, atau ke
suatu objek di tangan lain.
• Menjangkau Kelas B:
45
Adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang tempatnya
berada pada jarak “kira-kira” tapi tertentu dan diketahui lokasinya.
• Menjangkau Kelas C:
Adalah gerakan menjangkau kearah suatu objek yang bercampur
aduk dengan banyak objek lain.
• Menjangkau Kelas D:
Adalah gerakan menjangkau kearah suatu objek yang kecil sehingga
diperlukan suatu alat pemegang khusus.
• Menjangkau Kelas E:
Adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang tempatnya
tidak pasti.
2. Mengangkut (Move)
Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan
maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu lokasi ke lokasi
tujuan tertentu. Disini terdapat 3 kelas mengangkut, yaitu:
• Mengangkut Kelas A:
Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek dari
satu tangan ke tangan yang lain atau berhenti karena suatu sebab.
• Mengangkut Kelas B:
Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek ke
suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau mendekati.
46
• Mengangkut Kelas C:
Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan objek ke
suatu sasaran yang letaknya sudah tertentu /tetap.
3. Memutar (Turn)
Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik
dalam keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan disini berputar
pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan
yang ada.
4. Menekan (Apply Pressure)
Disini memberikan siklus waktu penuh dari komponen-komponen yang
berkaitan dengan gerakan-gerakan yang lainnya.
5. Memegang (Grasp)
Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk menguasai/mengontrol sebuah atau beberapa objek baik
dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan
gerakan dasar berikutnya.
6. Mengarahkan (Position)
Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk
menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu objek dengan
objek lainnya.
47
7. Melepas (Release)
Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas
suatu objek oleh jari atau tangan. Ada 2 klasifikasi melepas ialah gerakan
melepas normal, yaitu secara sederhana jari-jari tangan bergerak
membuka dan yang kedua gerakan melepas sentuhan, yaitu dimulai dan
diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau dimulai tanpa ada
waktu idle sesaat pun.
8. Melepas Rakitan (Disassemble or Disengage)
Lepas rakit adalah elemen gerakan dasar yang digunakan untuk
memisahkan kontak antara satu objek dengan objek lainnya. Dua hal
yang mempengaruhinya adalah mudah-sulitnya dipindahkan serta
mudah-sulitnya dipegang.
9. Gerakan Mata (Eye Times)
Gerakan mata untuk focus (Eye Focus Time) akan memerlukan waktu
untuk melakukan gerakan fokus pada suatu objek dan melihatnya pada
waktu yang cukup lama guna menentukan karakteristik-karakteristik dari
objek tersebut. Gerak perpindahan mata (Eye Travel Time) dipengaruhi
oleh jarak diantara objek-objek yang harus dilihat dengan jalan
menggerakkan mata.
48
10. Gerakan Anggota Badan, Kaki, dan Telapak Tangan (Body, Leg, Foot)
Gerakan-gerakan anggota badan lainnya adalah gerakan kaki, telapak
kaki serta bagian-bagian tubuh lainnya seperti lutut, pinggang, dan
lainnya. (Sutalaksana, 1979, p175) (Wignjosoebroto, 1995, p251)
2.4.2 Tabel-Tabel MTM
Tabel-tabel MTM adalah tabel-tabel berisi ukuran-ukuran serta nilai
waktu dengan satuan TMU (1 TMU = 0.036 detik). Untuk tabel-tabel MTM
yang kami gunakan dalam perhitungan, dapat dilihat dalam lampiran.
2.5 Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP)
Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP)
dikembangkan oleh Thomas L.Saaty dari Wharton School of Business pada
tahun 1970an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam
memilih alternative yang paling disukai (Saaty, 1983). Dengan
menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu
kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat
diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan
tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat
proses pengambilan keputusannya.
49
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks
yang tidak terstruktu, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta
menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable
diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut
secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai
pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk untuk menetapkan
variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi
hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai
diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level
pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif.
AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari
suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria)
secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise
comparisons). Dr, Thomas L. Saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan
cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan/pairwise,
menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif
dari setiap kriteria dan alternatif. (Marimin, 2004, p76)
50
2.5.1 Model Keputusan Dengan AHP
AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses
pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga
mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan
menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan
mudah.
Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi
penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal
ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus
distruktur ulang.
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan
mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah :
• Kesatuan:
AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes
untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
• Kompleksitas:
AHP memadukan ancangan dedukatif dan ancaman berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
51
• Saling Ketergantungan:
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam
suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
• Penyusunan Hierarki:
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
• Pengukuran:
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu
metode untuk menetapkan prioritas.
• Konsistensi:
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.
• Sintesis:
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
• Tawar-menawar:
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
52
• Penilaian dan Konsesus:
AHP tidak memaksakan konsesus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
• Pengulangan Proses:
AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan. (Marimin, 2004, p77)
2.5.2 Prinsip Kerja AHP
Berikut adalah ide dasar dari prinsip-prinsip kerja dalam
mengaplikasikan AHP:
1. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya,
yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
Diagram berikut mempresentasikan keputusan untuk memilih
agroindustri, dengan menggunakan AHP. Adapun kriteria untuk
membuat keputusan tersebut adalah bahan baku, pemasaran dan
teknologi proses, beserta dengan subkriteria yang terkait dengan masing-
masing kriteria tersebut. Alternatif yang tersedia dalam membuat
keputusan terlihat pada level yang paling bawah.
53
Gambar 2.1 Contoh Struktur Hierarki dalam AHP
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
2. Penilaian Kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi
pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada table
berikut:
Tabel 2.1 Tabel Nilai dan Definisi Pendapat Kualitatif
Nilai Keterangan
1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, dan 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Majemuk – Marimin)
54
Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai
perbandingan B dengan A.
3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudiandiolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh
alternatif.
Baik kriteria kualitatif, maupun criteria kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan
bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi
matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. (Marimin, 2004, p78)
2.5.3 Contoh Aplikasi
Berikut adalah contoh aplikasi AHP. Untuk melihat prinsip kerja AHP,
perhatikan contoh yang sering ditemui yaitu proses memilih komoditi
agroindustri yang ingin dikembangkan. (Marimin, 2004, p79)
55
2.5.3.1 Perumusan Masalah
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka perlu dilakukan 3 langkah
berikut:
1. Penentuan sasaran yang ingin dicapai: memilih komoditi agroindustri.
2. Penentuan criteria pemilihan: bahan baku, pemasaran, dan teknologi
proses.
3. Penentuan alternative pilihan: Industri minyak kelapa sawit, Industri
pengolahan coklat, karet, dan teh.
Informasi mengenai sasaran, kriteria, dan alternatif tersebut kemudian
disusun dalam bentuk diagram seperti terlihat pada gambar berikut:
(Marimin, 2004, p80)
Gambar 2.2 Gambar Hubungan Sasaran, Kriteria, dan Alternatif dalam AHP
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
56
2.5.3.2 Pembobotan Kriteria
Dari ketiga kriteria tersebut: bahan baku, pemasaran, dan teknologi
proses, perlu ditentukan tingkat kepentingannya. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya:
• Menentukan bobot secara sembarang.
• Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria.
Misalnya bila dianggap bahan baku merupakan kriteria paling penting,
maka berikan nilai 100, kemudian pemasaran dengan nilai 75 dan
terakhir teknologi proses dengan nilai 25.
• Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons), tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria
relatif terhadap criteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.
Misalnya hasil perbandingan berpasangan untuk contoh diatas adalah:
(Marimin, 2004, p80)
Tabel 2.2 Tabel Contoh Perbandingan Berpasangan
Bahan Baku Pemasaran Teknologi
Proses Bahan Baku 1/1 1/2 3/1
Pemasaran 2/1 1/1 4/1
Teknologi Proses 1/3 1/4 1/1
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
57
2.5.3.3 Penyelesaian dengan Manipulasi Matriks
Matriks diatas akan diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu
dengan jalan menentukan nilai eigen (eigenvector). Prosedur untuk
mendapatkan nilai eigen adalah:
1. Kuadratkan matriks tersebut.
2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi.
3. Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan
berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu.
Penyelesaian untuk contoh diatas (misalnya dengan syarat nilai eigen
sudah tidak berubah sampai 4 angka di belakang koma):
• Ubah matriks menjadi bilangan decimal:
1.000 0.500 3.0002.000 1.000 4.0000.333 0.250 1.000
• Iterasi ke-1:
Kuadratkan matriks di atas:
1.000 0.500 3.0002.000 1.000 4.0000.333 0.250 1.000
1.000 0.500 3.0002.000 1.000 4.0000.333 0.250 1.000
= 3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.000 14.000011.666 0.6667 3.0000
58
Jumlahkan nilai setiap baris matriks dan hitung nilai hasil
normalisasinya:
Jumlah Baris Hasil Normalisasi 3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.0000 14.00001.1666 0.6667 3.0000
12.750022.33334.8333
12.7500/39.9166 = 0.319422.3333/39.9166 = 0.55954.8333/39.9166 = 0.1211
Jumlah 39.9166 1.0000
• Iterasi ke-2:
Kuadratkan kembali matriks diatas:
3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.0000 14.00001.1666 0.6667 3.0000
3.0000 1.7500 8.00005.3333 3.0000 14.00001.1666 0.6667 3.0000
= 27.6658 15.8330 72.498448.3311 27.6662 126.664210.5547 6.0414 24.6653
Jumlahkan setiap baris matriks dan hitung nilai hasil normalisasinya:
Jumlah Baris Hasil Normalisasi 27.6658 15.8330 72.498448.3311 27.6662 126.664210.5547 6.0414 24.6653
115.9967202.661544.2614
0.31960.5584 0.1220
Jumlah 362.9196 1.0000
Hitung perbedaan nilai eigen sebelum dan sesudah nilai eigen sekarang: 0.3194 - 0.3196 = -0.00020.5595 - 0.5584 = 0.0011
0.1211 - 0.1220 = -0.0009
Terlihat bahwa perbedaan tersebut tidak terlalu besar sampai dengan
4 desimal.
59
• Iterasi ke-3:
Bila dilakukan iterasi satu kali lagi, maka syarat akan terpenuhi (nilai
eigen sudah tidak berbeda sampai 4 desimal). Jadi nilai eigen yang
diperoleh adalah: 0.3196, 0.5584, 0.1220
Apakah makna dari nilai eigen diatas?
Berikut ini adalah matriks berpasangan beserta dengan nilai eigennya:
Tabel 2.3 Tabel Matriks Berpasangan dengan Nilai Eigen-nya
Bahan Baku Pemasaran Teknologi
Proses Nilai Eigen
Bahan Baku 1.000 0.500 3.000 0.3196
Pemasaran 2.000 1.000 4.000 0.5584
Teknologi Proses 0.333 0.250 1.000 0.122
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Berdasarkan nilai eigen maka diketahui bahwa kriteria yang paling
penting adalah pemasaran, kemudian, bahan baku, dan terakhir adalah
teknologi proses.
Hasil diagram hierarki beserta nilai bobot criteria yang telah diperoleh
dapat dilihat sebagai berikut: (Marimin, 2004, p81)
60
Memilih komoditi Agroindustri
1.000
Pemasaran0.5584
Teknologi Proses0.1220
Bahan Baku0.3196
Minyak SawitCokelatKaretTeh
Minyak SawitCokelatKaretTeh
Minyak SawitCokelatKaretTeh
Sasaran
Gambar 2.3 Hasil Perhitungan Bobot Kriteria
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
2.5.3.4 Pembobotan Alternatif
Susunlah matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap
criteria, misalnya untuk kriteria bahan baku adalah:
Tabel 2.4 Tabel Matriks Kriteria Bahan Baku
Minyak Sawit Cokelat Karet Teh
Minyak Sawit 1/1 1/4 4/1 1/6
Cokelat 4/1 1/1 4/1 1/4
Karet 1/4 1/4 1/1 1/5
Teh 6/1 4/1 5/1 1/1
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
61
Misalnya untuk kriteria pemasaran adalah:
Tabel 2.5 Tabel Matriks Kriteria Pemasaran
Minyak Sawit Cokelat Karet Teh
Minyak Sawit 1/1 2/1 5/1 1/1
Cokelat 1/2 1/1 3/1 2/1
Karet 1/5 1/3 1/1 1/5
Teh 1/1 1/2 4/1 1/1
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Dengan menghitung nilai eigen alternative dari kedua kriteria di atas
(dengan cara yang sama seperti menghitung nilai eigen kriteria) maka
diperoleh:
Tabel 2.6 Tabel Nilai Eigen Bahan Baku
Ranking Nilai Eigen Bahan Baku
3 Industri Pengolahan Minyak Sawit 0.1160 2 Industri Pengolahan Cokelat 0.2427 4 Industri Pengolahan Karet 0.0600 1 Industri Pengolahan The 0.5770
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Tabel 2.7 Tabel Nilai Eigen Pemasaran
Ranking Nilai Eigen Pemasaran
1 Industri Pengolahan Minyak Sawit 0.3790 2 Industri Pengolahan Cokelat 0.2900 3 Industri Pengolahan Karet 0.0740 4 Industri Pengolahan Teh 0.2570
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
62
Pembobotan Teknologi Proses
Untuk kriteria teknologi proses, tidak digunakan matriks perbandingan
berpasangan, tetapi digunakan data kuantitatif, yaitu efisiensi penggunaan
bahan baku (bahan baku yang hilang).
Tabel 2.8 Tabel Penggunaan Bahan Baku Bahan Baku (kg/hari) Ranking
Minyak Sawit 34 34/113 = 0.3010 Cokelat 27 27/113 = 0.2390 Karet 24 24/113 = 0.2120 Teh 28 28/113 = 0.2480
Jumlah 113 1.000 (Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Diagram bertingkat beserta seluruh nilai bobot yang diperoleh dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.3 Hasil Perhitungan Bobot Kriteria
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
63
Dari hasil analisis diatas, maka jawaban dapat diperoleh dengan jalan
mengalikan matriks nilai eigen dari alternatif dengan matriks bobot kriteria:
Tabel 2.9 Tabel Penggunaan Bahan Baku
Bahan Baku Pemasaran Teknologi
Proses Bobot
Kriteria Minyak Sawit 0.1160 0.3790 0.3010 0.3196
Cokelat 0.2470 0.2900 0.2390 0.5584
Karet 0.0600 0.0740 0.2120 0.1220
The 0.5770 0.2570 0.2480
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Hasilnya:
Minyak Sawit : 0.3060
Coklat : 0.2720
Karet : 0.0940
Teh : 0.3280
Jadi, ranking yang diperoleh:
Teh : 0.3280
Minyak Sawit : 0.3060
Coklat : 0.2720
Karet : 0.0940
(Marimin, 2004, p83)
64
2.5.3.5 Penyelesaian dengan Persamaan Matematik
Ada 3 langkah untuk menentukan besarnya bobot yang dimulai dari
kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus umu, seperti
berikut ini:
1. Langkah 1:
Wi/Wj = aij (i,j = 1,2,…,n)
Wi = bobot input dalam baris
Wj = bobot input dalam lajur
2. Langkah 2:
Wi = aij wj (i,j = 1,2,…,n)
Untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk:
Wi = ∑=
=n
ijjij niwa
n),...,2,1(1
Wj = rataan dari aij wj,…, ain wn
3. Langkah 3:
Bila perkiraan aij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah Wi/Wj.
Jika n juga berubah maka n diubah menjadi λmaks sehingga diperoleh:
∑=
==n
ijjij
nimaks
Wi wa ),...,2,1(1λ
65
Pengolahan Horisontal
Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen
keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty
(1983) adalah sebagai berikut:
a. Perkalian baris (z) dengan rumus:
n ijj
i aZ π1=
=
b. Perhitungan vector prioritas atau vector eigen
∑= =
==n
iij
a
j
nij
n
j
a
aeVP
1 1
1
1
π
π eVPi adalah elemen vector prioritas ke-i
c. Perhitungan nilai eigen maksimum
VA = aij x VP dengan VA = (Vai)
VB = VA/VP dengan VB = (Vbi)
∑=
=n
iijan
il1
max VBi untuk i= 1,2,…,n
VA = VB = Vektor antara
d. Perhitungan indeks konsistensi (CI)
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban
yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil.
66
Rumusnya sebagai berikut:
1−−
=n
nmaksCI λ
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau
tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR≤0.1.
Rumus CR adalah sebagai berikut:
RICICR =
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh
Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini:
Tabel 2.10 Tabel Nilai Random Indeks N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56
(Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Pengolahan vertikal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam
hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai
prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama,
maka:
NPpq = ∑=
s
t 1
NPHpq (t,q-1) x NPTt(q-1)
Untuk p = 1,2,…,r
T = 1,2,…,s
67
Dimana:
NPpq = nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap
sasaran utama.
NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1
(Marimin, 2004, p86)
2.5.3.6 Consistency Ratio (CR)
Consistency Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk
memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan
konsekuen atau tidak.
Penentuan parameter ini dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut,
misalnya akan menghitung CR untuk kriteria bahan baku pada contoh
berikut: (menggunakan Tabel 2.4)
Dari nilai faktor (nilai eigen) alternatif pada kriteria bahan baku adalah:
• Minyak sawit : 0.1160
• Coklat : 0.2470
• Karet : 0.0600
• Teh : 0.5770
68
Weight Sum Vector dapat dihitung dengan jalan mengalikan ke dua
matriks tersebut:
Tabel Hasil Weight Sum Vector 1/1 ¼ 4/1 1/6
x
0.1160
=
0.5139 4/1 1/1 4/1 ¼ 0.2470 1.0953 ¼ ¼ 1/1 1/5 0.0600 0.2662
6/1 4/1 5/1 1/1 0.5770 2.5610 (Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk – Marimin)
Kemudian dihitung Consistency Vector dengan jalan menentukan nilai
rata-rata dari Weight Sum Vector:
0.5139/0.1160 = 4.4303
1.0953/0.2470 = 4.4342
0.2662/0.0600 = 4.4358
2.5610/0.5770 = 4.4385
Nilai rata-rata dari Consistency Vector adalah:
p = (4.4303+4.4342+4.4358+4.4385)/4 = 4.4347
Nilai Consistency Index dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
CI = (p-n)/(n-1) ; n: banyaknya alternatif
= (4.4347-4)/(4/1)
= 0.1449
Untuk menghitung Consistency Ratio, dibutuhkan nilai RI, yaitu indeks
random yang didapat dari tabel Oarkridge (CR=CI/RI). Untuk n=4, nilai RI
adalah 0.90. Jadi nilai CR pada kriteria bahan baku adalah: 0.1449/0.90 =
0.1610.
69
Seharusnya nilai CR tidak lebih dari 0.10 jika penilaian kriteria telah
dilakukan dengan konsisten. Untuk contoh diatas masih terdapat agak
ketidakkonsistenan dalam melakukan penilaian sehingga untuk kasus krusial
masih perlu revisi penilaian. (Marimin, 2004, p88)
2.5.3.7 Penggabungan Pendapat Responden
Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu
responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan
alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya
pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu.
Pendapat yang konisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-
rata geometrik.
1==
iXin n
GX π
X G = rata-rata geometrik
n = jumlah responden
Xi = penilaian oleh responden ke-i
Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur
AHP yang telah diuraikan sebelumnya. (Marimin, 2004, p89)