Upload
yuliagiar
View
37
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
landasan teori
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Definisi Pasar Modal
Menurut Irham Fahmi (2012 : 55), pasar modal adalah tempat dimana
berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan
obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat
modal perusahaan.
Menurut Mohammad Samsul (2009 : 43), pasar modal adalah tempat
atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas
instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu)
tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
2.1.2 Jenis Pasar Modal
Menurut Mohammad Samsul (2009 : 46 – 49), Pasar modal dapat
dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu :
1. Pasar pertama (perdana)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang
untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke
masyarakat umum. Dikatakan tempat karena secara fisik
masyarakat pembeli dapat bertemu dengan penjamin emisi
ataupun agen penjual untuk melakukan pesanan sekaligus
membayar uang pesanan. Dikatakan sarana karena pembeli
dapat memesan melalui telepon dari rumah dan membayar
dengan cara mentransfer uang melalui bank ke rekening agen
penjual. Dikatakan pertama kali karena sebelumnya
perusahaan ini milik perorangan atau beberapa pihak saja, dan
sekarang menawarkan kepada masyarakat umum.
2. Pasar Kedua
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek
antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui
perantara efek.
3. Pasar ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara
market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market
maker. Investor dapat memilih market maker yang member
harga terbaik. Market maker adalah anggota bursa.
4. Pasar keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor
jual dan investor beli tanpa perantara efek. Transaksi dilakukan
secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk
saham atas pembawa.
2.2 Saham
2.2.1 Definisi Saham
Martalena dan Malinda ( 2011 : 12 ) mendefinisikan saham (stock)
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki
klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ).
Berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu
yang pertama Per Value (nilai nominal) nilai yang tercantum pada
saham untuk tujuan akuntansi. Nilai nominal ini digunakan untuk
mengukur sesuatu. Jumlah saham yang dikeluarkan perseroan dikali
dengan nilai nominalnya merupakan modal disetor penuh bagi suatu
perseroan, dan dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat
sebagai modal ekuitas perseroan di dalam neraca. Kedua, Base Price
(harga pasar) yaitu harga perdana (untuk menetukan nilai dasar),
dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar
akan berubah sesuai dengan perhitungan indeks harga saham. Harga
saham akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru,
harga dasar merupakan harga perdananya.
Ketiga, Market Price merupakan harga pada pasar rill, dan merupakan
harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah
tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price).
Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa
utama maupun melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini
merupakan harga sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah
yang mencatatkan naik-turunnya suatu saham dan setiap hari
diumumkan di surat-surat kabar atau di media-media lainnya.
2.2.2 Jenis-jenis Saham
Nilai Dasar = Harga Pasar x Total Saham yang beredar
Nilai Pasar = Harga Pasar x Total Saham yang beredar
1. Saham Preferen
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara
obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan
bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang
tetap berupa deviden preferen. Seperti saham biasa, dalam hal
likuiditas, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim
pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham biasa,
saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden
tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik
ditengah-tengah antara bond dan saham biasa (Jogiyanto,
2008:67). Saham preferen juga adalah jenis saham yang memiliki
hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba
kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang
tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi
akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga
saham preferen akan menerima laba dua kali (Samsul, 2008).
2. Saham biasa
Saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah
laba saham preferen dibayarkan. Perhitungan indeks harga saham
didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa
yang mempunyai suara dalam RUPS (Samsul, 2008:73). Jika
perusahaan hanya mengeluarkan suatu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang
saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada
manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan (Jogiyanto,
2008).
2.2.3 Harga Saham
Zalmi Zubir (2011 : 321) menyatakan harga saham di pasar seringkali
bergerak bersama-sama, yaitu turun dan naik bersama walaupun tidak
untuk keseluruhan jenis saham. Sebagian jenis saham mungkin
bergerak naik, sebagian lagi stagnan (tidak berubah). Nilai pasar dari
sekuritas/harga saham merupakan harga pasar dari sekuritas itu
sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif nilai pasar
merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual.
Pada laporan bursa dan beberapa media cetak seperti surat kabar,
informasi harga saham dikelompokan sebagai berikut :
1. Date menunjukkan harga transaksi.
2. Open atau Opening price menunjukkan harga saham pada saat
pembukaan di awal-awal hari kerja tersebut yaitu pada saat jam
09.30 wib.
3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi pada hari
kerja yang bersangkutan.
4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terrendah pada hari
kerja tersebut.
5. Closing Price atau Last price menunjukkan harga penutupan pada
hari kerja bursa tersebut yaitu jam 16.00 wib.
6. Volume menunjukkan nilai saham yang diperjual belikan pada hari
tersebut
7. Adjusted Clouse menunjukkan harga saham setelah disesuaikan
dengan deviden yang dibagikan.
Berdasarkan fungsinya, nilai dari suatu saham dapat memiliki empat
konsep, yaitu :
1. Nilai Nominal
Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan
akuntansi dan hukum. Nilai ini diperlihatkan pada neraca
perusahaan dan merupakan modal disetor penuh dibagi dengan
jumlah saham yang sudah diedarkan.
2. Nilai buku per lembar saham menunjukkan nilai aktiva bersih per
lembar saham yang merupakan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah
lembar saham.
3. Nilai Pasar
Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran
yang terbentuk di bursa saham.
4. Nilai Intrinsik
Merupakan harga wajar saham yang mencerminkan harga saham
yang sebenarnya. Nilai intirinsik ini merupakan nilai sekarang dari
semua arus kas dimasa mendatang ( yang berasal dari capital gain
dan deviden ).
2.2.4 Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau merupakan
keuntungan yang diperoleh investor sebagai hasil dari investasi saham
yang dilakukan yang diperoleh setelah melakukan tindakan investasi
dengan berbagai peristiwa tertentu dan dengan berbagai kemungkinan
(expected return). Return dapat berupa return realisasi yang sudah
terjadi atau return ekspetasi yang belum terjadi (Jogiyanto, 2008:109).
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi
return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspetasi (expected return) dan risiko dimasa yang akan datang.
Return ekspetasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh investor dimasa yang akan mendatang. Berbeda dengan
return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspetasi sifatnya
belum terjadi (Jogiyanto, 2008:109). Return yang diperoleh dan terjadi
berdasarkan data historis sebagai keuntungan sesungguhnya melalui
berbagai informasi ekstern dan intern, maka selisih antara return
saham sesungguhnya terjadi (return) dengan ecpected return disebut
dengan abnormal return. Pengukuran return realisasi yang banyak
digunakan adalah return total (total return), relatif return (relative
return), dan kumulatif return (return kumulave). Sedangkan rata-rata
dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika atau rata-
rata geometrik. Rata-rata geometrik biasanya digunakan untuk
menghitung rata-rata return beberapa periode, misalnya untuk
menghitung return mingguan return bulanan. Return total merupakan
return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang
tertentu. Return total terdiri dari capital gin (loss) dan yield sebagai
berikut:
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu:
Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi
periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain),
sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss). Yield merupakan
persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi. Untuk
capital gain ( loss )=Pt−¿ Pt−1
Pt−1¿
Return = Capital gain (loss) + Yield.
saham, yield adalah persentase deviden terhadap harga saham periode
sebelumnya (Jogiyanto, 2008:109).
1. Return Realisasi
Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan
adalah return total (total retunrs), relatif return (return relative),
kumulatif dan return (return cumulative). Sedang rata-rata dari
return dapat dihitung berdasarkan rata-rata geometrik (Jogiyanto,
2008:109).
2. Relatif Return
Return total dapat bernilai negatif atau positif. Relatif return dapat
digunakan yaitu dengan menambahkan nilai 1 terhadap nilai total
sebagai berikut (Jogiyanto, 2008:113):
Atau
3. Kumulatif Return
Return total mengukur perubahan kemakmuran yaitu perubahan
harga dari saham dan perubahan dari dividen yang diterima.
Perubahan kemakmuran ini menunjukkan tambahan kekayaan dari
kemakmuran yang dimiliki (Jogiyanto, 2008:115). Untuk
mengetahui total kemakmuran pada saat waktu tertentu saja, tetapi
tidak mengukur total dari kemakmuran, indeks kemakmuran
kumulatif dapat digunakan. IKK (indeks kemakmuran kumulatif)
Relatif return=Pt−Pt−1+Dt
Pt−1+1
Relatif Return = (Return Total + 1)
mengukur akumulasi semua return mulai dari kemakmuran awal
yang dimiliki sebagai berikut:
Dimana:
IKK= Indeks kemakmuran kumulatif, mulai sari periode pertama
sampai ke n
KK 0 = Kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp 1
Rt = Return period eke-t, mulai dari awal periode (t=1) sampai
akhir periode (t=n)
4. Return Ekspetasi
Return ekspetasi (expected return) merupakan return yang
digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini
penting dibandingkan dengan return historis karena return
ekspetasi merupakan return yang diharapkan dari investasi yang
dilakukan. Return ekspetasi (expected return) dapat dihitung
berdasarkan bebrapa cara, yang pertama berdasarkan nilai
ekspetasi masa depan. Yang kedua, berdasarkan nilai-nilai return
historis dan yang ketiga, berdasarkan model return ekspetasi yang
ada (Jogiyano, 2008:126). Untuk mengestimasi return sekuritas
sebagi asset tunggal (stand alone risk), investor harus
memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return
tertentu, atau yang diharapkan dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana:
IKK = IKK 0(1 +R2) (1 + R2)….. (1+Rn)
E(R)=∑i=1
n
Ri pr i
E (R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Ri = Return ke-I yang mungkin terjadi
pr I = Probabilitas kejadian return ke - i
n = Banyaknya return yang mungkin terjadi
2.2.5 Risiko Saham
Zalmi Zubir (2011 : 19) mendefinisikan risiko sebagai perbedaan
antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya.
Semakin besar penyimpangannya, semakin besar tingkat risikonya.
Suatu keputusan dikatakan dalam keadaan risiko apabila hasil
keputusan tersebut tidak dapat diketahui sebelumnnya dengan pasti,
akan tetapi tahu probabilitasnya (nilai kemungkinan), dimana ketidak
pastian tersebut (uncertainly) dapat diukur dengan probabilitas.
Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko.
Macam-macam Risiko, yaitu :
a. Risk Seeker, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada
dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang
sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka
mengambil investasi yang risiko lebih besar. Biasanya investor
jenis ini bersifat agresif dan spekulatif dalam mengambil
keputusan investasi.
b. Risk Neutrality, merupakan investor yang akan meminta kenaikan
tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko,
investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati
(prudent) dalam mengambil keputusan investasi.
c. Risk Averter, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada
dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang
sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka
mengambil investasi yang dengan risiko yang lebih kecil, biasanya
investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara
matang dan terencana atas keputusan investasinya.
Kerugian (risiko) membeli atau memiliki saham, yaitu :
a. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi
dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
b. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh
pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini,
hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir
setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat di lunasi ( dari hasil
penjualan kekayaan perusahaan ). Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, pemegang saham tidak akan memperoleh
hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko terberat
dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut
untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
2.3 Makro Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2010 : 26), makro berarti besar. Dari arti kata
“Makro” tersebut sudah dapat diduga bahwa teori makro ekonomi membuat
analisis ke atas kegiatan sesuatu perekonomian dari sudut pandangan yang
berbeda dari teori mikroekonomi. Analisis makro ekonomi merupakan analisis
ke atas keseluruhan kegiatan perekonomian. Analisisnya bersifat global dan tidak
memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit – unit kecil dalam
perekonomian.
Makro ekonomi membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan yang
mencakup suku bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi, kurs dollar, investasi dan
berbagai kebijakan perekonomian terkait, serta dampak kebijakan tersebut.
2.3.1 Inflasi
2.3.1.1 Definisi Infasi
Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses
meningkatnya harga – harga secara umum dan terus – menerus,
dengan kata lain inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan
bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap inflasi
jika terjadi proses kenaikan harga yang terus – menerus dan
saling mempengaruhi (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010 :
184). Inflasi adalah istilah yang digunakan untuk mengukur
tingkat kenaikan harga barang atau jasa yang dibeli oleh
masyarakat. Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa. ( Sukirno, 2013 : 333 ).
Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga) berbeda
dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah
yaitu mencapai dibawah 4 – 6 persen. Tingkat inflasi yang
moderat mencapai diantara 5 – 10 persen. Tingkat inflasi yang
hiperinflasi dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau beberapa
ribu persen dalam setahun. Menghitung laju inflasi salah satu
yang digunakan adalah rumus berikut :
I = x 100 %
Keterangan : I = laju inflasi = indeks harga konsumen thn/bln yg
dihitung = indeks harga konsumen thn/bln dasar/sebelumnya.
2.3.1.2 Jenis-jenis Infasi
Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
a) Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping
inflation)adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10% per
tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang
yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b) Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10%
sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai
membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju inflasi
ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan
harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh mulai turun dan kenaikan
upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan
harga.
c) Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai
100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini
diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d) Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari
100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-
harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak
dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hyperinflastion).
2.3.1.3 Penyebab Inflasi
a) Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan
(demand full inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya
permintaan masyarakat akan barang-barang. Permintaan total
yang berlebihan biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi
dan memicu perubahan pada tingkat harga. inflasi ini terjadi
karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh
rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh
banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank
sentral dalam mengatur peredaran.
b) Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push
inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat
penawaran. Kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada
distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
2.3.2.4 Cara Perhitungan Inflasi
Rumus :
IHKn = Indeks Harga Konsumen periode iniIHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu
Pn = Harga sekarang
Po = Harga pada tahun dasar
2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi
2.3.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Pertumbuhan
ekonomi dapat digunakan untuk menilai prestasi pertumbuhan
ekonomi, dan menentukan tingkat kemakmuran suatu perusahaan
dan perkembangannya.( Sukirno,2013 : 9 )
2.3.2.2 Pendapatan Per-kapita dan Cara Perhitungannya
Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu
dilakukan perhitungannya adalah pendapatan per kapita, yaitu
pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu masa
tertentu. Nilai diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik
Pn
IHK = Po
IHKn - IHKo
Inflasi = IHKo
Bruto ( PDB ) atau Produk Nasional Bruto ( PNB ) suatu tahun
tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dengan
demikian pendapatan per kapita dapat dihitung sebagai berikut :
a.
b.
2.3.2.3 Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu kegunaan penting dari data pendapatan nasional
adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
dicapai sesuatu negara dari tahun ketahun. Dengan mengamati
tingkat pertumbuhan yang tercapai dari tahun ketahun dapatlah
dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam
mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek, dan
usaha mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang.
Cara Menghitung Tingkat Pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu
Produk Nasional Bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil.
( Sukirno, 2013 : 50 ).
- Formula Penghitungan
Penghitungan pendapatan nasional secara ini memungkinkan
tingkat pertummbuhan ekonomi secara langsung dihitung
dari data pendapatan nasional riil yang tersedia. Formula
yang akan digunakan untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi ialah :
PDB Per Kapita = PDB
Jumlah Penduduk
PNB Per Kapita = PNB
Jumlah Penduduk
g = PN-riil1 – PN-riil0
x 100
PN-riil0
Dimana :
g = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dinyatakan
dalam persen
PN-riil1 = Pendapatan Nasional untuk tahun sekarang
PN-riil0 = Pendapatan Nasional pada tahun sebelumnya
2.3.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
a) Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
b) Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada
sumber daya alam dalam melaksanakan proses
pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja
tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi,
apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya
manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan
hasil hutan dan kekayaan laut.
c) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat mendorong adanya percepatan proses
pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan
kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang
dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.
d) Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap
pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja
cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang
dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
e) Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah
SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya
modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi
karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
f) Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Para pengusaha memiliki perkiraan yang matang bahwa
input yang dikombinasikan akan menghasilkan barang dan
jasa yang dibutuhkan masyarakat atau menjadi bararang
yang akan dibutuhkan masyarakat. Kemampuan
mengombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan
inovasi. Sejarah mencatat bahwa kemampuatun inovasi
tidak selalu dikaitkan dengan teknologi tinggi. Contohnya,
produk coca cola, salah satu minuman ringan terlaris di
dunia dihasilkan oleh wirausaha Amerika Serikat.
2.3.3 Kurs
2.3.3.1 Definisi Kurs
Kurs merupakan harga sebuah mata uang dari sutu negara yang
diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs
memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan
pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan
harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang
sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang
dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan
harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan
ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan
apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang
bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya
lebih murah.
2.3.3.2 Macam-macam Kurs
a) Kurs beli, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau
money changer membeli valuta asing atau apabila kita akan
menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah. Atau
dapat diartikan sebagai kurs yang diberlakukan bank jika
melakukan pembelian mata uang valuta asing.
b) Kurs jual, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau
money changer menjual valuta asing atau apabila kita akan
menukarkan rupiah dengan valuta asing yang kita butuhkan.
Atau dapat disingkat kurs jual adalah harga jual mata uang
valuta asing oleh bank atau money changer.
c) Kurs tengah, yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli
(penjumlahan kurs beli dan kurs jual yang dibagi dua).
2.3.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs
1. Tingkat inflasi
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam
bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar
valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang
relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang
mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Rasio uang dalam
daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar
yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi
berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara
mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya.
Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya
beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata
uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat
inflasi yang lebih rendah.
2. Aktifitas neraca pembayaran
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar.
Dengan demikian, neraca pembayaran aktif meningkatkan mata
uang nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur
asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan
kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional
sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba untuk menjual
semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar
kembali kewajiban eksternal mereka. Ukuran dampak neraca
pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat
keterbukaan ekonomi.
3. Perbedaan suku bunga di berbagai negara
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan
mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya,
kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing
Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat
suku bunga masuk, permintaan untuk meningkatkan mata uang,
dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif
“uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca
pembayaran.Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta
asing dan pasar uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan
mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal
nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba.
Mereka lebih memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih
murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan
tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat
bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku
bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata uang
domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis.
Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan
biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan
tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi
nilai mata uang nasional terhadap satu negara.
4. Tingkat pendapatan relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan
pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan
pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs
mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan
meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan
dengan supply yang tersedia.
5. Kontrol pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai
tukar dalam berbagai hal, termasuk:
a) Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
b) Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar
negeri.
c) Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual
dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang
adalah :
a) Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang
domestik yang bersangkutan.
b) Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-
batas yang ditentukan.
c) Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
d) Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat
suku bunga dan tingkat pendapatan.
6. Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing
adalah ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar
keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap
berita yang memiliki dampak ke depan.
2.3.3.4 Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Triyono (2008) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang
berlaku, yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate),
kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak
(crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs
tetap (fixed exchange rate).
a) Sistem kurs mengambang
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi
melalui kebijakan moneter apabila terdapat campur tangan
pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali
(managed floating exchange rate).
b) Sistem kurs tertambat
Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu
atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan
negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini
berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang
dari negara yang menjadi tambatannya.
c) Sistem kurs tertambat merangkak
Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata
uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah
suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan
utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur
penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika
dibanding dengan sistem kurs terambat.
d) Sistem sekeranjang mata uang
Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata
uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar
dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan
dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya
dalam membiayai perdagangan negara tertentu.
e) Sistem kurs tetap
Dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs
tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara
membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas
dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki ketergantungan
tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti
sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap
merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.
2.3.3.5 Kurs Dollar Amerika
Dolar AS adalah mata uang resmi Amerika Serikat. Dolar AS juga
digunakan secara luas di dunia internasional sebagai kurs cadangan
devisa di luar AS. Penerbitan uang dolar AS dikontrol oleh sistem
perbankan Federal Reserve. Simbol yang paling umum digunakan
untuk dolar AS adalah lambang dolar ($). Kode ISO 4217 untuk
dolar AS adalah USD; dolar AS juga dirujuk sebagai US$ oleh
Dana Moneter Internasional. AS adalah salah satu dari banyak
negara yang menggunakan mata uang bernama dolar. Beberapa
negara lainnya menggunakan dolar AS sebagai mata uang resmi
mereka, dan banyak lainnya yang memperbolehkannya digunakan
dalam kapasitas legal de facto. Lihat dolar. Kata buck umumnya
digunakan oleh orang Amerika untuk merujuk kepada satu dolar AS
dalam percakapan sehari-hari (informal).
2.3.4 Investasi
2.3.4.1 Definisi Investasi
Richardus Eko Indrajit (2011 : 51) mendefinisikan investasi
adalah menambah kekayaan guna memenuhi keperluan yang
akan datang dan meningkatkan kesejahteraan. Berinvestasi
biasanya dibarengi dengan perencanaan kebutuhan keuangan
untuk yang akan datang, apakah untuk biaya sekolah dan kuliah
anak, untuk keperluan pensiun, untuk meningkatkan kegiatan
organisasi, dan sebagainya. Sedangklan menabung adalah
menyisihkan uang pendapatan sekarang untuk dikumpulkan guna
mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang yang belum
dapat diprediksikan sebelumnya.
Eduardus Tandelilin (2010 : 2) investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada
saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang. Seorang investor membeli saham saat ini dengan
harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham
ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai
imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi
tersebut.
Hal yang terpenting dalam melaksanakan investasi adalah
kemampuan untuk memutuskan investasi mana yang akan
dipilih, yang dikenal dengan istilah proses keputusan investasi.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : 12) proses keputusan
investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus
menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik.
Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan,
yaitu :
1. Penentuan tujuan investasi. Dalam menentukan tujuan
investasi masing-masing investor dapat berbeda-beda
tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut.
Sebagai contoh, lembaga dana pensiunan yang bertujuan
untuk memperoleh dana untuk membayar dana pensiun
nasabahnya di masa depan mungkin akan memilih investasi
pada portofolio reksadana. Sedangkan bagi institusi
penyimpanan dana seperti bank, mempunyai tujuan untuk
memperoleh return yang lebih tinggi di atas biaya investasi
yang dikeluarkan.
2. Penentuan kebijakan investasi. Tahap ini dimulai dengan
penentuan keputusan alokasi asset (asset allocation
ddecision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana
yang dimiliki pada berbagai kelas asset yang tersedia
( saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri).
Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang
mempengaruhi kebijakan investasi seperti seberapa besar
dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut
serta beban pajak yang harus ditanggung.
3. Penentuan strategi portofolio. Ada dua strategi portofolio
yang dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi
portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan
penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik
peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio
yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas
investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks
pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua
informasi yang tersedia akan diserap dan direfleksikan pada
harga saham.
4. Pemilihan asset. Tahap ini memerlukan pengevaluasian
setiap sekuritas yang ingin dimasukan dalam portofolio.
Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi portofolio
yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return
diharapkan yang tertinggi dengan tingakt risiko tertentu atau
sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu dengan
tingkat risiko rendah.
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Tahap ini
merupakan paling akhir dari proses keputusan investasi.
Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio ini
meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan
hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya
melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini
biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk
mengetahui seberapa baik kinerja prtofolio lainnya
(portofolio pasar).
Melakukan investasi dalam bentuk aktiva financial oleh investor
(baik perorangan maupun perusahaan) dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak
langsung (indirect investing). Investasi langsung diartikan sebagai
suatu kepemilikan terhadap surat-surat berharga secara langsung
dari suatu perusahaan yang telah go public. Investasi tidak langsung
dilakukan dengan cara membeli saham dari perusahaan investasi
yang memiliki portofolio aktiva keuangan perusahaan lain.
2.3.4.2 Jenis-jenis Investasi
1. Investasi langsung
Investasi langsung adalah pembelian langsung aktiva keuangan
secara langsung. Investasi langsung dapat dilakukan dengan
membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar
uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar
turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat
diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual
belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-
aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat
deposito.
Macam-macam investasi langsung adalah sebagai berikut :
a. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan.
- Tabungan
- Deposito.
b. Investasi langsung dapat diperjual-belikan.
- Investasi langsung di pasar uang seperti T-bill dan
deposito yang dapat dinegosiasi.
- Investasi langsung di pasar modal seperti surat-surat
berharga pendapatan tetap (fixed-income securities) dan
saham-saham.
c. Investasi langsung di pasar turunan.
- Opsi seperti waran, opsi put dan opsi call.
- Futures contract
2. Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung adalah pembelian saham dari perusahaan
investasi yang mempunyai portofolio aktiva keuangan dari
perusahaan-perusahaan lain. Investasi tidak langsung dilakukan
dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa
keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan ke
dalam portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan
sebagai unit invesment trust, closed-end invesment companies dan
open-end investment companies. Unit investment trust merupakan
trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat
berharga berpenghasilan tetap dan ditangani oleh orang
kepercayaan yang independen. Closed-end investment companies
merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya
pada saat penawaran perdana saja dan selanjutnya tidak
menawarkan lagi tambahan lembar saham. Open-end investment
companies dikenal dengan nama perusahaan reksadana.
Perusahaan investasi ini masih menjual saham baru kepada
investor setelah penjualan saham perdananya. Juga pemegang
saham dapat menjual sahamnya ke perusahaan reksadana
bersangkutan.
Beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang
akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi dengan melakukan investasi
dalam pemilihan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat
menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak
merosot nilainya karena digerogoti inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat, beberapa negara di dunia dapat
melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya
investasi dimasyarakat melalui fasilitas perpajakan yang
diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu.
2.3.4.3 Tujuan Investasi
Untuk mencapai suatu efektifitas dan afisiensi dalam keputusan
maka memerlukan ketegasan akan tujuan yang diharapkan.
Begitu pula halnya dalam bidang investasi kita perlu menetapkan
tujuan yang hendak dicapai, (Irham Fahmi, 2012 : 03) yaitu :
1. Terciptanya berkelanjutan (continuity) dalam investasi
tersebut
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan (profit actual)
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham
4. Turut memberikan adil bagi pembangunan bangsa.
2.3.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Investasi
a) Peningkatan Suku Bunga
Suku bunga berpengaruh besar dalam investasi, karena apabila
suku bunga turun maka investor akan meminjam modal dan
akan melakukan investasi.
b) Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan
resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi
yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal
serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif.
Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya
akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan.
Dapat dipahami, dalam upayanya menurunkan tingkat inflasi
yang membumbung, pemerintah sering menggunakan kebijakan
moneter uang ketat. Dengan demikian tingkat inflasi domestik
juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui
pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
c) Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia memiliki daya tarik investasi cukup
penting sebab teknologi yang digunakan bagi pengusaha sangat
modern sehingga menuntut ketrampilan yang lebih dari tenaga
kerja. Dengan demikian semakin berkualitasnya sumber daya
manusia akan sangat membantu bagi para pengusaha.
d) Faktor Keamanan
Selain dapat menambah penghasilan seseorang, investasi juga
membawa risiko keuangan jika investasi tersebut gagal.
Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal, diantaranya
adalah faktor keamanan.
e) Ketertiban Hukum
Dengan menggunakan aturan-aturan hukum yang berlaku dalam
melaksanakan investasi, investasi yang kita lakukan akan dapat
berjalan dengan lancar.
f) Pengaruh Infrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah
mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan
modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber
energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain.
Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang
rupiah atau mata uang asing. Melihat perkembangan makro-
ekonomi saat ini, terutama memperhatikan kecenderungan
penurunan tingkat bunga.
2.3.4.5 Cara Perhitungan Investasi
Investasi adalah suatu komponen dari PDB (Produk Domestik
Bruto) dengan rumus:
PDB = C + I + G + (X-M)
Dimana:
C = Consume/ Konsumsi
I = Investasi
G = Goverment/ Pemerintah
X = Export = Ekspor
M = Import = Impor
2.4 Indeks JII ( Jakarta Islamic Indeks )
2.4.1 Definisi Indeks JII ( Jakarta Islamic Indeks )
Indeks JII adalah index bursa saham atau index harga rata-rata saham
yang mulai dibuat pada tanggal 3 Juli 2000 untuk memfasilitasi
perdagangan perusahaan publik yang dijalankan sesuai prinsip syariah.
Prinsip-prinsip syariah tersebut diantaranya melarang perusahaan yang
sahamnya tercantum untuk melakukan aktivitas usaha dengan dasar
judi, spekulasi, melakukan sistem perbankan secara konvensional,
memproduksi atau memperdagangkan makanan/minumam yang haram,
menyediakan barang/jasa yang merusak moral & kesehatan, dll.
2.4.2 Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip
Syariah
Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan
syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index.
Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam-
LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan
utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam
adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep
ribawi, jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan :
a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-
dzatihi)
b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram
li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau
c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan
ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut
dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah:
1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di
atas.
2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan
penyerahan barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran dan
permintaan palsu
3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%)
b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih
dari 10%
2.4.3 Kriteria Pemilihan Saham yang Jakarta Islamic Indeks
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut:1. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah
(DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK.
2. Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan
urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.
3. Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat
likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama 1 tahun
terakhir.
2.4.4 Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham
Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan
Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh
Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah.
Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
2.5 Hubungan Antar Variabel
2.5.1 Hubungan Makro Ekonomi Terhadap Return Saham
Makro ekonomi disebut sebagai faktor eksternal perusahaan, karena
makro ekonomi mempelajari tentang perekonomian secara keseluruhan
dan memiliki tujuan untuk menjelaskan perubahan perekonomian yang
mempengaruhi semua rumah tangga, perusahaan, dan pasar secara
bersamaan. ( Mankiw Quah-Wilson, 2013 : 4)
Makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, pertumbuhan ekonomi, kurs
dollar amerika dan investasi sangat erat pengaruhnya terhadap retun,
dimana Korelasi tingkat return saham terjadi karena saham-saham tersebut
dipengaruhi oleh faktor bersama yang berasal dari perekonomian khususnya
makro ekonomi. Semakin tinggi return akan menambah pendapatan
perusahaan, sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
membagikan keuntungan dan menarik para investor untuk berinvestasi.
2.6 Penelitian Terdahulu
1. Prihantini ( 2009 ) meneliti dengan judul analisis pengaruh inflasi, nilai tukar,
ROA,DER, dan CR terhadap return saham pada industri real estate and
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tahun pengamatan
2003 – 2006. Sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan Real Estate
and Property yang listed di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ROA dan CR berpengaruh positif terhadap return saham,
sedangkan Inflasi, nilai tukar, DER berpengaruh negatif terhadap return
saham.
2. Muhammad Zuhdi Amin ( 2012 ) meneliti dengan judul pengaruh tingkat
inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar ( US/IDR ), dan indeks down jones
( DJIA ), terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan di bursa efek
indonesia ( BEI ) ( periode 2008-2011 ). Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis pertama dikemukakan bahwa tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai
kurs dollar AS (Rp/USD) dan indeks Dow Jones secara simultan berpengaruh
terhadap indeks harga saham gabungan. Ketiga variabel bebas tersebut secara
simultan berpengaruh terhadap IHSG. Dengan demikian model regresi yang
digunakan cukup layak untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam menilai
IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter pemerintah dengan
cara melakukan penyesuaian suku bunga merupakan faktor yang dijadikan
pertimbangan para pelaku pasar.
3. Suramaya Suci Kewal ( 2012 ) meneliti dengan judul pengaruh inflasi, suku
bunga, kurs , dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham gabungan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham. Penelitian ini juga menemukan bahwa
secara parsial suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian
ini menemukan bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap IHSG. Nilai tukar memiliki
hubungan sebab akibat yang rendah dengan harga saham. Temuan lain dari
penelitian ini adalah pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap IHSG.
4. Mia Laksmita SE, MM ( 2010 ) meneliti dengan judul pengaruh faktor-faktor
ekonomi makro terhadap return saham jakarta islamic index di bursa efek
indonesia ( januari 2006 – september 2009 ). Berdasarkan Analisis dalam
penelitian ini menggunakan analisis korelasi dan regresi, dimana variabel
independennya adalah BI Rate,kurs nilai tukar IDR – USD dan tingkat inflasi
untuk periode Januari 2006 sampai dengan September 2009 dan variabel
dependennya adalah return saham perusahaan yang termasuk dalam kelompok
Jakarta Islamic Index. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian variabel
independen dan dependen maka dapat diambil kesimpulan bahwa baik secara
parsial maupun simultan tidak ada pengaruh BI Rate, Kurs Dollar AS dan
tingkat inflasi tidak mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi return saham
Jakarta Islamic Index untuk periode Januari 2006 sampai dengan September
2009.
5. Achmad Ath Thobarry ( 2009 ) meneliti dengan judul analisis pengaruh nilai
tukar, suku bunga, laju inflasi dan pertumbuhan GDP terhadap indeks harga
saham sektor properti ( kajian empiris pada bursa efek indonesia periode
pengamatan tahun 2000-2008 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti,
sedangkan variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila
diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara
parsial.
2.7 Kerangka Pikir
Indeks JII merupakan index bursa saham atau index harga rata-rata saham
untuk memfasilitasi perdagangan perusahaan publik yang dijalankan sesuai
prinsip syariah. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau
merupakan keuntungan yang diperoleh investor sebagai hasil dari investasi
saham, namun untuk mengetahui kondisi sebuah perusahaan tersebut salah
satunya dapat dilihat dari faktor makro ekonomi. Makro ekonomi merupakan
analisis keseluruhan kegiatan perekonomian yang bersifat global dan tidak
memperhatikan kegiatan ekonomi unit-unit kecil dalam perekonomian. Faktor
makro ekonomi yaitu antara lain inflasi, pertumbuhan ekonomi, kurs dollar
amerika dan investasi.
Gambar 2.1Kerangka Pikir
Return Saham( Y )
Inflasi (X1)
Pertumbuhan Ekonomi (X2)
Kurs Dollar Amerika (X3)
Investasi (X4)
Jakarta Islamic Indeks ( JII )
Harga SahamMakro Ekonomi
Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dollar Amerika dan Investasi Terhadap Return Saham
2.7 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitin
terdahulu serta kerangka pemikiran penelitian maka hipotesis yang dapat diambil
yaitu:
“Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, pertumbuhan ekonomi,
kurs dollar amerika dan investasi terhadap return saham.