8
BAB III KERANGKA KONSEP Beberapa teori tentang terjadinya preeclampsia telah dikembangkan tetapi tidak satupun teori yang memuaskan, sehingga sampai saat ini preeclampsia masih dikenal sebagai the disease of theories. Kehamilan Hipertensi Odema Proteinuria Preeklampsia TH1 TH2 TH17 TReg

bab 3 dan 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal

Citation preview

Page 1: bab 3 dan 4

BAB III

KERANGKA KONSEP

Beberapa teori tentang terjadinya preeclampsia telah dikembangkan

tetapi tidak satupun teori yang memuaskan, sehingga sampai saat ini

preeclampsia masih dikenal sebagai the disease of theories.

Kehamilan

Hipertensi Odema Proteinuria

Preeklampsia

TH1 TH2 TH17 TReg

Spirulina

IL- Masing-masing

Page 2: bab 3 dan 4

3.2 Hipotesis Penelitian

3.2.1 Hipotesis Mayor

Terdapat pengaruh pemberian Spirulina terhadap sekresi sitokin Th1,

Th2, Th17, Treg pada kehamilan preeclampsia

3.2.2 Hipotesa Minor

1. Terdapat peningkatan sitokin Treg, Th2 dan penurunan Th1, Th17 pada

kehamilan preeclampsia dengan pemberian spirulina

2. Terdapat peningkatan sitokin Th1, Th17 pada kultur placenta yang

terpapar preeclampsia

3. Terdapat peningkatan sitokin Treg dan Th2 pada kultur placenta yang

terpapar preeclampsia

Page 3: bab 3 dan 4

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah studi analitik yang menggunakan dalam

bentuk kasus control (case control study) dengan pengambilan sampel placenta

utnuk mengetahui pengaruh pemberian spirulina terhadap sekresi sitokin IL-10

pada kehamilan preeklampsia dibandingkan dengan control normal.

4.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek placenta telah mendapatkan

persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya melalui Surat Keterangan Kelaikan Etik No. Sampel placenta yang

digunakan dalam penelitian ini memenuhi kriteria placenta yang berasal dari

persalinan caesaria. Placenta yang diteliti adalah placenta yang kurang dari 2

jam setelah persalinan.

Subjek control dalam penelitian ini adalah placenta dari pasien

preeklampsia yang tidak diberikan spirulina. Subjek perlakuan maupun control

direkrut secara acak proposional. Pengambilan sampel dari penelitian ini yaitu

15 sampel dengan plasenta tanpa pemberian spirulina sebagai subjek kontrol

Page 4: bab 3 dan 4

dan 15 sampel dengan plasenta yang diberikan spirulina sebagai subjek

perlakuan.

4.3. Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian ini adalah:

1. Kadar Spirulina

2. Ratio Sitokin masing-masing

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah bertempatdi Tropical Disease Centre

Universita Airlangga Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September sampai Desember 2013.

4.5. Definisi Operasional

?

4.6. Alat dan Bahan

4.7. Cara Pemeriksaan

4.8. Teknik Pengumpulan Data

Page 5: bab 3 dan 4

4.9. Analisis Data

4.10. Alur Penelitian (gambar)

Page 6: bab 3 dan 4

Spirulina dibiakkan dalam media tumbuh alami air laut dengan waktu pembiakan 14 hari. Setelah dilakukan pemamenan, spirulina dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari. Bentuk spirulina yang akan diekstrak berbentuk serbuk spirulina kering spirulina kering ukuran 140 mesh yang didapat dengan menghaluskannya dengan mortar.

Alat yang dipakai berupa beker glass, lbu erlenmeyer dengan berbagai volume, tabung reaksi besar, alat sentrifugasi, lemari pendingin, dan alat spektrofotometri. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah massa spirulina, kecepatan sentrifugasi, lama sentrifugasi, volume solvent dan volume buffer. Variabel berubah dalam asam asetat 70%, 75%, dan 80% ammonium sulfat 50%, 55%, dan 60%, dan air. Tiap variabel, dibuat rangkap 3 atau triplikat.

Prosedur kerja proses dimulai dengan menghaluskan spirulina hingga ukuran 140 mesh dengan menggunakan mortar, kemudian mencampur serbuk spirulina tersebut dengan larutan buffer fosfat pH 7.0 dan disimpan dalam refrigrator selama 24 jam, kemudian disentrifugasi pada 6.000 rpm selama 60 menit. Hasil sentrifugasi berupa padatan dibuang dan bagian cairan diampurkan dengan solvent sesuai dengan variabel, kemudian disentrifugasi lagi dengan kecepatan 6.000 rpm selama 60 menit. Pendugaan hasil penampakan untuk masing-masing jenis senyawa yang diperoleh dari hasil ekstraksi berdasarkan pola absropsi pada panjang gelombang 610-650 nm.

Uji kelarutan Phycocyanin terhadap temperatur dan pH, dan uji kestabilan yang dilakukan selama 8 hari dengan monitoring tiap 24 jam dengan menggunakan alat spektrofotometri. Kelarutan Phycocyanin dikaji pada pH asam (2,3,4) dengan menggunakan HCL dan basa (10,11,12) dengan menggunakan NaOH. Kelarutan Phycocyanin dikaji terhadap temperatur dengan penyimpanan Phycocyanin pada temperatur kamar (27± 2⁰C) dan pada temperatur refrigrator (14⁰C - 17⁰C). ekstrak Phycocyaninyang telah diuji kelarutannya terhadap temperatur disimpan selama 8 har untuk diujikestabilannya. Setelah interval waktu 24 jam, kosentrasi Phycocyanin diukur absorbansinya.