Bab 3 Hasil Survei Lapangan (Final)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

survei

Citation preview

Bab 1

BAB 3 ( Hasil Survei Lapangan

Bab

3Hasil Survei Lapangan1.1 Survei TopografiSurvei Topografi bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada di areal bangunan pengambilan dan trase saluran.

Untuk lokasi yang diperkirakan mengambil sumber air baku dari air permukaan, survei akan dilakukan dari mulai lokasi yang diperkirakan sebagai tempat bangunan pengambilan sampai ke lokasi yang membutuhkan. Survei topografi ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.1.1.1 Pengukuran Pengikatan

Untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal. Apabila di lokasi pekerjaan sudah ada titik referensi berupa benchmark, maka untuk penambahan benchmark baru harus diikat terhadap titik referensi tersebut.

1.1.2 Pengukuran Poligon (Utama dan Cabang)

Poligon terdiri dari poligon utama dan cabang, sedangkan untuk pengukuran detail kerangka dengan poligon Raai atau Voorstraal yang terikat pada titik poligon.

A. Poligon Utama

Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik triangulasi, Bench Mark patok-patok), titik referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan direksi pekerjaan.

Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 5 (empat bacaan sudut).

Kesalahan penutup sudut maksimum 20 (N, dimana N banyak titik poligon. Apabila tidak ditemukan BM terdekat pada 2,5 km maka dapat dikontrol dengan pengamatan matahari.

Semua Bench Mark dan patok-patok yang dipasang maupun yang telah ada harus dilalui poligon.

Alat ukur sudut yang harus digunakan Theodolite T2 Wild atau yang sejenis (dan pengukuran sudut dilakukan dengan titik nol yang berbeda 0, 45 dan seterusnya.

Pengukuran jarak dilakukan dengan pitu ukur baja yang dikontrol secara optis dengan T2, dilakukan pulang pergi masing-masing 2 kali bacaan untuk muka dan belakang (atau menggunakan EDM).

Sudut vertikal dibaca dalam satu seri dengan ketelitian sudut 10 (dua kali bacaan).

Pengamatan matahari dilakukan pada salah satu titik sepanjang jalur poligon utama, cabang atau titik simpul. Pengamatan dilakukan pagi, sore, masing-masing 2 (dua) seri untuk pagi dan sore dan diusahakan pengamatan pada ketinggian matahari yang sama untuk pagi dan sore. Ketelitian Azimuth 30.

Alat yang digunakan untuk pengamatan menggunakan prisma Reolof atau ditadah.

Ketelitian linier poligon 1 :10.000 (bila terikat pada 2 titik yang sama referensinya).

B. Poligon Cabang

Poligon cabang harus dimulai dari salah satu titik poligon utama diakhiri pada salah satu poligon utama.

Poligon cabang dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.

Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan satu seri dengan ketelitian sudut 20.

Kesalahan penutup sudut maksimum 30 N, dimana N = banyaknya titik poligon.

Semua Bench Mark yang dipasang maupun yang telah ada harus dilalui poligon.

Diusahakan sisi poligon sama panjangnya.

Alat Ukur harus digunakan Theodolite T2 wild atau sejenisnya.

Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur baja yang dikontrol secara optis, dilakukan pulang pergi masing-masing minimal 1 (satu) kali bacaan.

Ketelitian linier poligon 1 : 2.500.

1.1.3 Pengukuran Sipat Datar (Waterpass)Alat yang digunakan alat ukur sipat data Automatic Level Ni2, NAK2 atau sejenis. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar pada sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo. Berikut ini adalah tahapan dalam melaksanakan pengukuran sipat datar, yaitu:A. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.

B. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan diatas alas besi.

C. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m (untuk rambu yang 3 m).

D. Jarak bidikan alat rambu maksimum 50 m.

E. Usahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang atau jumlah jarak muka = jumlah jarak belakang.

F. Usahakan jumlah jarak (slaag) per seksi selalu genap.

G. Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang yakni benang atas, benang bawah dan benang tengah.

H. Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah Bench Mark dipasang.

I. Semua Bench Mark yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur sipat datar berada ataupun dekat dengan jalur sipat datar.

J. Pengukuran dilakukan dengan cara pulang pergi atau dengan cara stand ganda (Double Stand).

1.1.4 Pengukuran Situasi Detail

Alat yang digunakan adalah Theodolite T0 atau yang sederajat/sejenis. Metode yang digunakan adalah Raai dan Voorstraal.

A. Ketelitian poligon Raai untuk sudut 20 n, dimana n = banyaknya titik sudut ketelitian linier poligon raai 1 : 1.000.

B. Semua tampakan yang ada, baik alamiah buatan manusia diambil sebagai titik detail, misalnya bukit, lembah, alur, bangunan-bangunan, jembatan dan lain-lain.

C. Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan di lapangan.

D. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.

E. Pengukuran sungai di sekitar lokasi rencana bangunan harus diambil detail selengkap mungkin, misalnya elevasi as, tepi dan lebar sungai, bukit di sekitar rencana bangunan tersebut dan lain-lain.

F. Sudut poligon Raai dibaca 1 (satu) seri.

G. Ketelitian tinggi poligon Raai 10 D (D Jumlah Jarak dalam Km)

1.1.5 Pengukuran Cross Section

Pekerjaan ini meliputi pengukuran daerah Access Road, saluran dan sungai. Alat yang dipergunakan adalah Theodolite T0 atau yang sejenis dan untuk sungai yang dalam dan tidak dapat menggunakan rambu dapat digunakan echosounder.

A. Interval jarak pada setiap cross section sesuai dengan kerapatan perubahan terrein.

B. Pengambilan penampang-penampang pengukuran sesuai dengan keperluan.

C. Setiap cross section dipasang patok Dolken diameter 5 cm dan diatas patok diberi paku sebagai titik acuan pengukuran.

D. Pada setiap titik cross section dipakai juga sebagai pengukuran long section.

1.1.6 Perhitungan

Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu pula. Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa. Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan metoda yang ditentukan oleh Direksi. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan : Salah penutup sudut dan jumlah titiknya.

Salah linier poligon beserta harga toleransinya.

Jumlah jarak.

Salah penutup sipat datar beserta harga toleransinya.

Jumlah jarak.

Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.

1.1.7 Ketelitian Penggambaran

A. Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm, diukur dari titik kontrol horizontak terdekat.

B. Titik kontrol posisi horizontal tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,33 mm diukur dari garis grid.

C. Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain, garis kontour, bangunan saluran, sungai harus tepat tersambung.

1.1.8 Penggambaran

A. Garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm.

B. Gambar konsept (draft) harus dilakukan diatas kertas putih yang disetujui Direksi.

C. Semua BM dan titik triangulasi (titik pengikat) yang ada di lapangan harus digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan koordinat.

D. Pada tiap interval 5 (lima) garis kontour dibuat tebal dan ditulis dengan elevasinya.

E. Penarikan legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

F. Penarikan kontour lembah/alur atau sadel bukit harus ada data elevasinya.

G. Detail penggambaran sungai harus lengkap terutama di sekitar lokasi rencana bangunan-bangunan silang.

H. Garis sambungan (overlap) peta minimal sebesar 2,5 cm.

I. Titik pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta dan ditulis di bawah legenda.

J. Gambar/peta situasi skala 1 : 1.000 digambar diatas kertas kalkir dengan ukuran A1 kontour interval 1 m.

K. Gambar kampung dan sungai harus diberi nama yang jelas.

L. Gambar kampung, sawah dan rawa harus diberi nama yang jelas.

M. Peta ikhtisar skala 1 : 10.000

N. Pada peta ikhtisar harus tercantum nama kampung, nama sungia, BM, Jalan, jembatan, rencana bendungan dan lain-lain tampakan yang ada di daerah pengukuran.

O. Interval kontur pada peta ikhtisar cukup setiap 2,5 m untuk daerah dataran dan 5 m untuk daerah berbukit.

P. Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur.

Q. Format gambar etiket peta harus seusai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

R. Sebelum pelaksana memulai penggambaran harus asistensi dahulu kepada Direksi (Bagian Pengukuran).

S. Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon Raai digambar dengan sistem koordinat (tidak diperkenankan digambar dengan cara grafis).

Gambar 3.1 Pengukuran sudut antar dua patok.

Gambar 3.2 Pengukuran sipat datar.

1.1.9 Hasil Survei TopografiSurvei topografi untuk pekerjaan Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang ini dilakukan sepanjang kurang lebih 30 km dengan titik awal mulai dari sumber air GMP sampai dengan titik akhir di jembatan penghubung menuju Sangkulirang.Peta hasil pengukuran topografi akan ditampilkan pada Lampiran A, sedangkan untuk deskripsi BM dan CP ditampilkan pada Lampiran B1.2 Survei Kualitas Air1.2.1 Penggolongan Kualitas Air

Penggolongan air (penetapan kriteria kualitas air) diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Penggolongannya sendiri diklasifikasikan atas 4 (empat) bagian, yaitu :

1. Golongan A (air minum)

Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B (air baku)

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum melalui proses pengolahan.

3. Golongan C (perikanan & peternakan)

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.4. Golongan D (pertanian)

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.Sedangkan peraturan yang terkait dengann persyaratan kualitas air minum dikeluarkan dapat mengacu kepada salah satu dari :

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.:416/MENKES/PER/IX/1990

Peraturan Pemerintah No:20 tahun 1990

Keputusaan Menteri LH, Kep:51/MENLH/10/1995.

Air minum yang ideal seharunya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Water borne diseases).1.2.2 Parameter Kualitas AirSehubungan dengan jenis pekerjaan sekarang yang berupa penyusunan studi kelayakan tentang air bersih, maka pemeriksaan akan meliputi parameter sesuai standar Pemeriksan Golongan B.Dari data tersebut, parameter yang akan diperiksakan baik secara in situ maupun di laboratorium adalah sebagai berikut :1. Rasa

Air minum biasanya tidak memberikan rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam / amis, rasa pahit, asin dan sebagainya. Efeknya tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa tersebut.

2. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar :

Tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran / pipa

Menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran / pipa

Mikro-organisme patogen tidak mudah berkembang biak

Bila diminum, air dapat menghilangkan dahaga

3. Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikro-organisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.

4. Jumlah zat padat terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

5. Kekeruhan

Disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang sifat an-organik maupun organik. Zat anorganik biasanya berasalkan dari lapukan batuan atau logam, sedangkan organik dapat ber-asal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri juga dapat merupakan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya. Bakteri juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen.

6. Besi

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam terdapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.

7. PH

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distreibusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagi elemen kimia yang dilaluinya.

8. Mangan

Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf: insomnia, lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng.

Keracunan Mn ini adalah salah satu contoh, dimana keracunan tidak menimbulkan gejala muntah berak, sebagimana orang awam selalu memperkirakannya. Di dalam penyediaan air seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna, hanya warnanya ungu / hitam.9. BOD dan COD

BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan biologis makhluk hidup yang ada di dalam air tersebut, misalnya ikan, udang, plankton, tanaman air, ganggang, bakteri, dan sebagainya. Makin banyak makhluk hidup di perairan tersebut makin tinggi kebutuhan oksigennya. COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan kebutuhan akan oksigen untuk melakukan proses reaksi kimia maupun penguraian unsur-unsur organik. Tingginya angka BOD dan COD menunjukkan kualitas air yang buruk karena kandungan oksigen di perairan akan sangat sedikit. Kurangnya oksigen dapat menyebabkan air berbau busuk karena proses pembusukan dan penguraian zat organik tidak dapat berlangsung dengan baik.

Tabel 3.1 Standar Kualitas Air Golongan B Sesuai dengan PP 20 tahun 1990

ParameterSatuanKadar Maksimum

I.Fisika

a.suhuCSuhu air normal

b.zat padat terlarutmg/l1000

II.Kimia Anorganik

Air raksamg/l0.001

Amoniak bebasmg/l0.5

Arsenmg/l0.05

Bariummg/l1

Besimg/l5

Floridamg/l1.5

Kadmiummg/l0.01

kloridamg/l600

Kromiummg/l0.05

Manganmg/l0.5

Nitratmg/l10

Nitritmg/l1

PH-5 sd 9

selenium mg/l0.01

Sengmg/l5

Sianidamg/l0.1

Sulfatmg/l400

Sulfidamg/l0.1

Tembagamg/l1

Timbalmg/l0.1

IIIKimia Organik

Aldrinmg/l0.017

Chlordanemg/l0.003

EDTmg/l0.042

Endrinemg/l0.001

Fenolmg/l0.002

Heptachlormg/l0.018

Karbon klorofommg/l0.5

Lindanemg/l0.056

methoxiclhormg/l0.035

minyak dan lemakmg/lnihil

organfosfatmg/l0.1

PCBmg/lnihil

senyawa aktif metilenmg/l0.5

Toxaphenemg/l0.06

IVMicrobiologi

Koliform tinjaper 100 ml2000

Total koliformper 100 ml10000

VRadioaktivitas

Aktifitas alpinBq/l0.1

Aktifitas betaBq/l1

A

B

C

AB

AC

Bidang Referensi

Slag 1

Slag 2

b1

b2

m1

m21

d1

d2

LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang3-1LAPORAN FINAL Perencanaan Air Bersih Wilayah Sangkulirang dan Kaliorang3-2