103
IV 1 CV. TRI MATRA DISAIN Konsultan Perencana Dan Pengawas 4.1. Tinjauan terhadap Regional Kawasan Secara geografis kedudukan Kawasan Pelabuhan Gilimanuk terletak pada jalur regional Bali Barat yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa. Keberadaan Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk dan jalur transportasi regional Gilimanuk – Denpasar merupakan faktor-faktor utama yang memberikan pengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya berbagai macam kegiatan ikutan (multiplier effect) di Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, terutama dalam kegiatan perdagangan dan jasa serta pariwisata. Pulau Jawa Pelabuhan Gilimanuk

Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rencana struktur ruang RTR KSN Pelabuhan Gilimanuk

Citation preview

Page 1: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

4.1. Tinjauan terhadap Regional Kawasan

Secara geografis kedudukan Kawasan Pelabuhan Gilimanuk terletak pada jalur

regional Bali Barat yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa. Keberadaan

Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk dan jalur transportasi regional Gilimanuk –

Denpasar merupakan faktor-faktor utama yang memberikan pengaruh terhadap tumbuh

dan berkembangnya berbagai macam kegiatan ikutan (multiplier effect) di Kawasan

Pelabuhan Gilimanuk, terutama dalam kegiatan perdagangan dan jasa serta pariwisata.

Pulau Jawa

Pulau Bali

Kedudukan Wilayah Perencanaan dalam Konteks Regional

Pelabuhan Gilimanuk

Jalur Regional Bali Barat Gilimanuk - Denpasar

Page 2: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

4.2. Rencana Struktur Ruang Kawasan

Rencana struktur ruang kawasan dibentuk oleh beberapa elemen penting yaitu

meliputi : rencana persebaran penduduk, struktur kawasan perencanaan, rencana blok

kawasan, rencana skala pelayanan kegiatan dan rencana sistem jaringan.

4.2.1. Rencana Persebaran Penduduk

Muatan rencana persebaran penduduk harus memperhatikan sifat-sifat ruang

kawasan, yaitu : ketersediaan lahan, kondisi fisik kawasan serta pertumbuhan penduduk

yang direncanakan oleh rencana di atasnya.

A. Proyeksi Penduduk Kawasan

Jumlah penduduk per zona pengembangan (zona pendukung dan zona pelengkap)

di wilayah perencanaan sampai akhir tahun perencanaan (Tahun 2032) berdasarkan

hasil proyeksi penduduk per lingkungan adalah :

1. Lingkungan Penginuman = 2.422 jiwa

2. Lingkungan Asri = 3.714 jiwa

3. Lingkungan Asih = 2.507 jiwa

4. Lingkungan Arum = 6.970 jiwa

5. Lingkungan Samiana = 2.762 jiwa

6. Lingkungan Penginuman = 2.626 jiwa

Berdasarkan hasil proyeksi di atas, terlihat bahwa sampai dengan akhir tahun

perencanaan, jumlah penduduk di Lingkungan Arum paling besar dibandingkan

dengan lingkungan lainnya. Hal ini juga didukung dengan ketersediaan lahan

permukiman di Lingkungan Arum yang paling luas dibandingkan dengan

lingkungan lainnya, yaitu seluas 29,60 Ha.

B. Rencana Distribusi Kepadatan Penduduk

Untuk merumuskan rencana distribusi kepadatan penduduk di Kawasan Pelabuhan

Gilimanuk, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Lingkungan Jineng Agung dan Lingkungan Asri merupakan pusat transportasi

regional (Pelabuhan Penyeberangan dan Terminal Gilimanuk), terdapat daya

Page 3: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

tarik wisata utama wilayah perencanaan (Teluk Gilimanuk, Situs Purbakala

dan wisata spiritual Pura Kalong, Pura Segara dan Pura Prapat Agung) serta

terdapat RTH yang harus dipertahankan keberadaannya.

2. Lingkungan Asih dan Lingkungan Arum merupakan pusat kegiatan

perdagangan dan jasa di sepanjang koridor Jalan Gilimanuk – Denpasar yang

didukung dengan keberadaan Pasar Umum Gilimanuk di Lingkungan Asih,

keberadaan RTH dan PLTG.

3. Lingkungan Samiana merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta

kawasan pertahanan dan keamanan (militer).

4. Lingkungan Penginuman didominasi oleh Kawasan TNBB, ruang terbuka

hijau (RTH), dan rencana terminal cargo/barang yang terintegrasi dengan stop

over dan parkir manuver.

Rencana distribusi kepadatan netto penduduk pada tiap lingkungan di wilayah

perencanaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kepadatan tinggi sebesar 200 – 400 jiwa/ha;

2. Kepadatan sedang sebesar 100 – 200 jiwa/ha;

3. Kepadatan rendah sebesar 50 – 100 jiwa/ha;

4. Kepadatan sangat rendah sebesar 0 – 50 jiwa/ha.

Bertolak dari pertimbangan dan standar rencana kepadatan yang diuraikan di atas,

maka rencana distribusi kepadatan penduduk di wilayah perencanaan dapat

diarahkan sebagai berikut :

1. Lingkungan Jineng Agung

Kepadatan netto penduduk proyeksi sampai dengan akhir tahun perencanaan

adalah 37 jiwa/ha sehingga rencana distribusi kepadatan netto penduduk di

Lingkungan Jineng Agung diarahkan berkepadatan sangat rendah (0 – 50

jiwa/Ha).

Page 4: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

2. Lingkungan Asri

Kepadatan netto penduduk proyeksi sampai dengan akhir tahun perencanaan

adalah 92 jiwa/ha sehingga rencana distribusi kepadatan netto penduduk di

Lingkungan Asri diarahkan berkepadatan rendah (50 – 100 jiwa/Ha).

3. Lingkungan Asih

Kepadatan netto penduduk proyeksi sampai dengan akhir tahun perencanaan

adalah 89 jiwa/ha sehingga rencana distribusi kepadatan netto penduduk di

Lingkungan Asih diarahkan berkepadatan rendah (50 – 100 jiwa/Ha).

4. Lingkungan Arum

Kepadatan netto penduduk proyeksi sampai dengan akhir tahun perencanaan

adalah 92 jiwa/ha sehingga rencana distribusi kepadatan netto penduduk di

Lingkungan Arum diarahkan berkepadatan rendah (50 – 100 jiwa/Ha).

5. Lingkungan Samiana

Kepadatan netto penduduk proyeksi sampai dengan akhir tahun perencanaan

adalah 77 jiwa/ha sehingga rencana distribusi kepadatan netto penduduk di

Lingkungan Samiana diarahkan berkepadatan rendah (50 – 100 jiwa/Ha).

6. Lingkungan Penginuman

Kepadatan netto penduduk proyeksi sampai dengan akhir tahun perencanaan

adalah 43 jiwa/ha sehingga rencana distribusi kepadatan netto penduduk di

Lingkungan Penginuman diarahkan berkepadatan sangat rendah (0 – 50

jiwa/Ha).

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana distribusi kepadatan penduduk dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

Page 5: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.1. Rencana Distribusi Kepadatan Penduduk

Page 6: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

4.2.2. Rencana Struktur Kawasan Perencanaan

Muatan rencana struktur kawasan disusun menurut simpul dan sentra kegiatan

fungsional dari fungsi kawasan dan dirinci menurut blok-blok perencanaan. Faktor

pembentuk utama struktur kawasan perencanaan dapat berupa : struktur zona

perencanaan, struktur pelayanan kegiatan dan sistem jaringan pergerakan serta sistem

utilitas.

Struktur kawasan perencanaan merupakan jenjang fungsi dan peran kawasan

yang melekat pada kawasan atau yang akan dicapai dalam pengembangan kawasan

tersebut. Tujuan perumusan struktur kawasan perencanaan mengalokasikan penggunaan

lahan/tata guna lahan dan distribusi kegiatan yang ditetapkan dalam suatu kawasan

perencanaan menurut daya dukung ruang makro dan mikro, sehingga tercipta ruang

yang seimbang, serasi dan terpadu.

Struktur ruang kawasan perencanaan dirumuskan berdasarkan konsep

pengembangan struktur ruang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Struktur zona

perencanaan di kawasan perencanaan dibagi berdasarkan kesamaan karakteristik dan

fungsi kawasan, yang dirumuskan sebagai berikut :

1. SBWP 1 meliputi : Lingkungan Jineng Agung dan sebagian Lingkungan Asri.

Zona-zona di SBWP 1 meliputi :

a. Zona perlindungan setempat, meliputi :

Zona/kawasan sempadan pantai di kawasan Teluk Gilimanuk.

Zona/kawasan suci terdiri dari :

i. zona/kawasan suci pantai meliputi tempat-tempat di pantai yang

dimanfaatkan untuk upacara melasti di Pantai Gilimanuk.

ii. zona/kawasan suci laut meliputi kawasan perairan laut yang

difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi

umat Hindu.

Zona/kawasan tempat suci terdiri dari :

i. Pura Kahyangan Tiga meliputi Pura Alas Angker dan Pura Puseh;

ii. Pura fungsional berupa Pura Segara Gilimanuk.

Page 7: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Zona pelestarian alam dan cagar budaya meliputi :

i. zona pantai berhutan bakau di pesisir pantai bagian timur

ii. zona konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil , meliputi :

(a) zona konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir adalah

kawasan pesisir pantai Gilimanuk.

(b) zona konservasi maritim berupa kawasan pulau-pulau kecil

meliputi Pulau Kalong, Pulau Burung, dan Pulau Gadung di sekitar

Teluk Gilimanuk.

iii. zona cagar budaya meliputi : situs manusia purba Gilimanuk.

Zona rawan bencana alam, meliputi : zona rawan gelombang pasang di

pesisir pantai Gilimanuk.

Zona lindung geologi meliputi zona rawan tsunami dan rawan abrasi pantai

di wilayah pesisir pantai Gilimanuk.

Zona lindung lainnya meliputi :

i. zona RTHK dan RTH di wilayah perencanaan meliputi : lapangan

olahraga, lapangan upacara, parkir terbuka, jalur di bawah tegangan

tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan pantai, dan pedestrian.

ii. zona sebaran terumbu karang meliputi : kawasan Teluk Gilimanuk.

b. Zona budidaya, meliputi :

Zona pusat transportasi meliputi : Pelabuhan Gilimanuk dan Terminal

Penumpang Gilimanuk.

Kawasan Efektif Pariwisata (KEP) terpadu yang diarahkan di kawasan

sekitar Teluk Gilimanuk dan situs manusia purbakala di Lingkungan Jineng

Agung dan Lingkungan Asri, zona pengembangan taman kota/landmark

kota yang dilengkapi dengan parkir umum serta zona pengembangan

fasilitas penunjang pariwisata.

Zona perdagangan dan jasa penunjang kegiatan pelabuhan dan pariwisata

termasuk rencana pasar seni.

Zona permukiman dan fasilitas lingkungan (fasilitas perkantoran, fasilitas

kesehatan dan fasilitas pendidikan).

Page 8: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

2. SBWP 2 meliputi : sebagian Lingkungan Asri dan Lingkungan Asih.

Zona-zona di SBWP 2 meliputi :

a. Zona perlindungan setempat, meliputi :

Zona/kawasan sempadan pantai bagian timur di kawasan Teluk Gilimanuk.

Zona pelestarian alam dan cagar budaya meliputi :

i. zona pantai berhutan bakau di pesisir pantai bagian timur.

ii. zona konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil , meliputi :

(a) zona konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir adalah

kawasan pesisir pantai Gilimanuk.

(b) zona konservasi maritim berupa kawasan pulau-pulau kecil

meliputi Pulau Kalong, Pulau Burung, dan Pulau Gadung di sekitar

Teluk Gilimanuk.

Zona rawan bencana alam, meliputi : zona rawan gelombang pasang di

pesisir pantai Gilimanuk.

Zona lindung geologi meliputi zona rawan tsunami dan rawan abrasi pantai

di wilayah pesisir pantai Gilimanuk.

Zona lindung lainnya meliputi :

i. zona RTHK dan RTH di wilayah perencanaan meliputi : lapangan

umum Gilimanuk, lapangan upacara, sempadan pantai, dan pedestrian.

ii. zona sebaran terumbu karang meliputi : kawasan Teluk Gilimanuk.

b. Zona budidaya, meliputi :

Zona perdagangan dan jasa (kawasan Pasar Gilimanuk dan kelompok

pertokoan).

Zona permukiman dan fasilitas lingkungan.

3. SBWP 3 meliputi : Lingkungan Arum.

Zona-zona di SBWP 3 meliputi :

a. Zona perlindungan setempat, meliputi :

Zona pelestarian alam dan cagar budaya meliputi : zona pantai berhutan

bakau di pesisir pantai bagian timur.

Page 9: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Zona kawasan suci meliputi :

i. zona/kawasan suci pantai meliputi tempat-tempat di pantai yang

dimanfaatkan untuk upacara melasti di Pantai Gilimanuk.

ii. zona/kawasan suci laut meliputi kawasan perairan laut yang

difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi

umat Hindu.

Zona/kawasan tempat suci terdiri dari : Pura Dalem;

Zona rawan bencana alam, meliputi : zona rawan gelombang pasang di

pesisir pantai Gilimanuk.

Zona lindung geologi meliputi zona rawan tsunami dan rawan abrasi pantai

di wilayah pesisir pantai Gilimanuk.

Zona lindung lainnya meliputi : zona RTHK dan RTH di wilayah

perencanaan meliputi : kuburan/makam umum, lapangan, parkir terbuka,

sempadan pantai, dan pedestrian.

b. Zona budidaya, meliputi :

Zona perdagangan dan jasa (koridor jalan Gilimanuk – Denpasar).

Zona permukiman (termasuk mess TNBB) dan fasilitas lingkungan

(fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan).

4. SBWP 4 meliputi : Lingkungan Samiana dan sebagian Lingkungan Penginuman

a. Zona perlindungan setempat, meliputi :

Zona/kawasan sempadan pantai bagian barat.

Zona pelestarian alam dan cagar budaya meliputi : zona pantai berhutan

bakau di pesisir pantai bagian timur.

b. Zona budidaya, meliputi :

Zona perdagangan dan jasa di koridor jalan Gilimanuk – Denpasar;

Zona permukiman dan fasilitas umum (fasilitas pendidikan, fasilitas

peribadatan);

Zona pertahanan dan keamanan (asrama brimob);

Zona balai karantina hewan.

Page 10: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

5. SBWP 5 meliputi : Sebagian Lingkungan Penginuman.

a. Zona lindung, meliputi :

Zona hutan lindung TNBB.

Zona perlindungan setempat, meliputi :

i. zona/kawasan sempadan pantai bagian barat.

ii. zona/kawasan suci terdiri dari :

(a) zona/kawasan suci pantai meliputi tempat-tempat di pantai yang

dimanfaatkan untuk upacara melasti di Pantai Gilimanuk.

(b) zona/kawasan suci laut meliputi kawasan perairan laut yang

difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan

bagi umat Hindu.

iii. zona/kawasan tempat suci terdiri dari : Pura Tirta Empul Hulu Segara,

Pura Segara Rupek, dan Pura Bakungan.

iv. zona cagar budaya meliputi : Pura Bakungan dan Monumen Lintas Laut

Gilimanuk.

v. zona rawan bencana alam, meliputi : zona rawan gelombang pasang di

pesisir pantai Gilimanuk.

vi. zona lindung geologi meliputi zona rawan tsunami dan rawan abrasi

pantai di wilayah pesisir pantai Gilimanuk.

b. Zona budidaya, meliputi :

Zona Terminal Cargo/Barang yang terintegrasi dengan stop over dan parkir

manuver.

4.2.3. Rencana Blok Kawasan Perencanaan

Page 11: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Dasar pertimbangan dalam penetapan unit blok perencanaan didasarkan atas

perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok

terdiri atas unit lingkungan dengan konfigurasi tertentu.

Kriteria pengaturan blok meliputi :

1. Menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan

alam;

2. Setiap blok memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik yang akan dibentuk;

3. Memiliki homogenitas pemanfaatan ruang dan kesamaan karakteristik serta

kemungkinan pengembangannya (unit lingkungan);

4. Kebutuhan pemilahan dan strategi pengembangannya;

5. Secara fisik : mengikuti morfologi blok, pola/pattern dan ukuran blok, kemudahan

implementasi dan prioritas strategi;

6. Pertimbangan lingkungan : keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan

perwujudan sistem ekologi;

7. Tercipta peningkatan kualitas lingkungan kegiatan yang aman, nyaman, sehat dan

menarik, serta berwawasan ekologis (ruang terbuka dan tata hijau).

A. Rencana Peruntukan Blok di SBWP 1

SBWP 1 mencakup Lingkungan Jineng Agung dan sebagian Lingkungan Asri,

dengan luas lahan 64,7 Ha. Batas-batas SBWP 1 meliputi :

Batas Utara : Selat Bali

Batas Selatan : Lingkungan Asih

Batas Barat : Selat Bali

Batas Timur : Teluk Gilimanuk

SBWP 1 terbagi menjadi 4 blok peruntukan, meliputi :

Blok SBWP 1-A, luas alokasi lahan adalah 10,90 Ha.

Blok SBWP 1-B, dibagi menjadi 2 (dua) sesuai dengan karakteristik dan

homogenitas kegiatannya, meliputi :

(a) Blok SBWP 1-B1, alokasi lahan adalah 6,60 Ha.

Page 12: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

(b) Blok SBWP 1-B2, alokasi lahan adalah 4,54 Ha.

Blok SBWP 1-C, dibagi menjadi 3 (tiga) sesuai dengan karakteristik dan

homogenitas kegiatannnya, meliputi :

(a) Blok SBWP 1-C1, alokasi lahan adalah 2,57 Ha.

(b) Blok SBWP 1-C2, alokasi lahan adalah 2,10 Ha.

(c) Blok SBWP 1-C3, alokasi lahan adalah 10,38 Ha.

Blok SBWP 1-D, alokasi lahan adalah 11,59 Ha.

B. Rencana Peruntukan Blok di SBWP 2

SBWP 2 mencakup sebagian Lingkungan Asri dan Lingkungan Asih, dengan luas

lahan 58,6 Ha. Batas-batas SBWP 2 meliputi :

Batas Utara : Lingkungan Jineng Agung

Batas Selatan : Lingkungan Arum

Batas Barat : Selat Bali

Batas Timur : Hutan Mangrove, Teluk Gilimanuk

SBWP 2 terbagi menjadi 4 (empat) blok peruntukan, meliputi :

Blok SBWP 2-A, luas alokasi lahan adalah 12,08 Ha.

Blok SBWP 2-B, luas alokasi lahan adalah 8,52 Ha.

Blok SBWP 2-C, luas alokasi lahan adalah 9,46 Ha.

Blok SBWP 2-D, luas alokasi lahan adalah 6,25 Ha.

C. Rencana Peruntukan Blok di SBWP 3

SBWP 3 mencakup Lingkungan Arum, dengan luas lahan 68,9 Ha. Batas-batas

SBWP 3 meliputi :

Batas Utara : Lingkungan Asih

Batas Selatan : Lingkungan Samiana

Batas Barat : Selat Bali

Batas Timur : Hutan Mangrove, Teluk Gilimanuk

SBWP 3 terbagi menjadi 4 (empat) blok peruntukan, meliputi :

Page 13: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Blok SBWP 3-A, luas alokasi lahan adalah 11,65 Ha.

Blok SBWP 3-B, dibagi menjadi 3 (tiga) sesuai dengan karakteristik dan

homogenitas kegiatannya, meliputi :

(a) Blok SBWP 3-B1, alokasi lahan adalah 1,78 Ha.

(b) Blok SBWP 3-B1, alokasi lahan adalah 2,30 Ha.

Blok SBWP 3-C, luas alokasi lahan adalah 22,30 Ha.

Blok SBWP 3-D, luas alokasi lahan adalah 5,95 Ha.

D. Rencana Peruntukan Blok di SBWP 4

SBWP 4 mencakup Lingkungan Samiana dan sebagian Lingkungan Penginuman,

dengan luas lahan 34,34 Ha. Batas-batas SBWP 4 meliputi :

Batas Utara : Lingkungan Arum

Batas Selatan : Lingkungan Penginuman

Batas Barat : Selat Bali

Batas Timur : Kawasan TNBB

SBWP 4 terbagi menjadi 3 (tiga) blok peruntukan, meliputi :

Blok SBWP 4-A, luas alokasi lahan adalah 5,92 Ha.

Blok SBWP 4-B, luas alokasi lahan adalah 26,10 Ha.

Blok SBWP 4-C, luas alokasi lahan adalah 2,32 Ha.

E. Rencana Peruntukan Blok di SBWP 5

SBWP 5 mencakup sebagian Lingkungan Penginuman, dengan luas lahan

terbangun 15,41 Ha. Batas-batas SBWP 5 meliputi :

Batas Utara : Lingkungan Samiana

Batas Selatan : Desa Melaya

Batas Barat : Selat Bali

Batas Timur : Desa Sumberklampok, Kabupaten Buleleng

SBWP 5 terbagi menjadi 2 (dua) blok peruntukan, meliputi :

Blok SBWP 5-A, luas alokasi lahan adalah 9,50 Ha.

Blok SBWP 5-B, luas alokasi lahan adalah 5,91 Ha.

Page 14: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pembagian blok kawasan, dapat dilihat

pada Gambar 4.2.

4.2.4. Rencana Skala Pelayanan Kegiatan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2011, Kawasan Perkotaan

Gilimanuk merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal

promosi (PKLp) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

Kriteria kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKLp meliputi :

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

barang dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota kabupaten atau ibuota

kecamatan di luar kawasan perkotaan yang berfungsi PKN dan PKW.

Dari kriteria diatas, wilayah perencanaan berperan sebagai kawasan berfungsi

atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau

beberapa kecamatan.

Bertolak dari fungsi wilayah perencanaan sebagai PKLp, maka dirumuskan

rencana skala pelayanan kegiatan fungsional di wilayah perencanaan yang meliputi

semua sistem kegiatan primer, dan sistem kegiatan sekunder sampai pada kegiatan lokal

dan lingkungan. Rencana skala pelayanan kegiatan merupakan komponen perencanaan

yang bertujuan dalam distribusi jenis dan pelayanan kegiatan yang ditetapkan dalam

struktur ruang kawasan.

Gambar 4.2. Rencana Blok Kawasan

Page 15: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam kawasan sampai pada pusat

pelayanan lingkungan permukiman diuraikan sebagai berikut :

1. Kegiatan sentra primer, yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi berskala regional,

pusat kegiatan pemerintahan dan skala sarana wilayah (daerah), meliputi kegiatan

Page 16: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

fasilitas umum berupa Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk di Lingkungan Jineng

Agung.

2. Kegiatan sentra sekunder, yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi (Pasar Gilimanuk),

pusat pemerintahan dan sarana daerah skala sub wilayah. Corak pelayanan

mengarah kepada kegiatan perdagangan eceran, kegiatan jasa pribadi dan jasa

perdagangan. Pusat pelayanan kegiatan ini diarahkan di Lingkungan Asri dan

Lingkungan Asih.

3. Kegiatan sentra tersier/lokal, yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi, pusat

pemerintahan dan sarana daerah berskala lingkungan, dengan jangkauan pelayanan

kelurahan/desa atau beberapa RW. Corak pelayanan perdagangan eceran dan

kegiatan pribadi : kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan pemerintahan, fasilitas

umum, fasilitas pendidikan dan permukiman. Pusat pelayanan kegiatan ini

diarahkan di Lingkungan Arum, Lingkungan Samiana, dan Lingkungan

Penginuman.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana skala pelayanan kegiatan, dapat dilihat

pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rencana Skala Pelayanan Kegiatan

Page 17: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

4.2.5. Rencana Sistem Jaringan

A. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

1. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat

a. Rencana Jaringan Jalan

Page 18: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Pengembangan sistem transportasi di wilayah perencanaan meliputi

pengembangan sistem jaringan transportasi, mobilisasi orang dan barang,

sarana dan prasarana transportasi.

Kebijakan pengembangan transportasi meliputi :

Pemantapan jaringan transportasi jalan raya untuk menunjang

distribusi orang dan barang antar wilayah kota atau kecamatan atau

kelurahan dan atau dari pusat zona kegiatan ke pusat konsumsi yang

cepat, efektif, handal dan efisien.

Pemantapan prasarana transportasi angkutan umum untuk menunjang

pergerakan orang antar wilayah dan antara kawasan perkotaan dengan

kawasan perdesaan.

Pemantapan dan pengembangan prasarana transportasi barang pada

matra darat guna meningkatkan penyebaran barang di Kelurahan

Gilimanuk agar lebih efisien dan efektif.

Pemantapan prasarana transportasi rel kereta api untuk menunjang

pergerakan antar kota atau kabupaten dan dalam kota untuk

mengurangi kecenderungan penggunaan angkutan pribadi dan

angkutan jalan raya.

Pengembangan suatu sistem transportasi terpadu dalam rangka

mewujudkan sistem pergerakan wilayah yang efektif, efisien, handal,

modern dan murah.

Sedangkan strategi pengembangan transportasi adalah sebagai berikut :

Meningkatkan jaringan jalan kabupaten yang diperkirakan memiliki

nilai stategis ke depan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi

wilayah Kelurahan Gilimanuk.

Page 19: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Peningkatan jalan antara kabupaten dan kecamatan dengan kawasan

perdesaan yang dilaluinya.

Perbaikan simpul-simpul transportasi angkutan umum diikuti dengan

restrukturisasi kelas dan skala pelayanan terminal.

Penyediaan jaringan rel kereta api untuk mengakomodasi kebutuhan

pergerakan di masa mendatang.

Konsep transportasi untuk kondisi Kelurahan Gilimanuk adalah adanya

keterkaitan keterpaduan moda jalan dan jalan rel kereta api relatif yang

penting untuk dikembangkan. Selain konsep tersebut, juga diperlukan

konsep pengembangan sektor transportasi yang sesuai dengan 14 indikator

arahan transportasi nasional sebagai berikut :

Aksesibilitas

Aksesibilitas dalam arti bahwa jaringan pelayanan transportasi dapat

menjangkau seluas mungkin wilayah nasional dalam rangka

perwujudan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Keterpaduan

Keterpaduan atau integrated dalam arti terwujudnya keterpaduan antar

dan intermoda dalam jaringan prasarana dan pelayanan yang meliputi

pembangunan, pembinaan dan penyelenggaraannya sehingga lebih

efektif.

Kapasitas

Kapasitas dalam arti bahwa kapasitas sarana dan prasarana transportasi

cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan pertambahan

permintaan pengguna jasa. Kinerja kapasitas tersebut dapat diukur

berdasarkan indikator sesuai dengan karakteristik masing-masing

moda, antara lain perbandingan jumlah sarana transportasi, antara

sarana dan prasarana, antara volume jasa transportasi.

Efisiensi

Page 20: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Efisien dalam arti mampu memberikan manfaat yang maksimal

dengan pengorbanan tertentu yang harus ditanggung pemerintah,

operator, masyarakat dan lingkungan, atau memberikan manfaat

tertentu dengan pengorbanan minimum. Keadaan ini dapat diukur

antara lain berdasarkan perbandingan manfaat dengan besarnya biaya

yang dikeluarkan. Sedangkan utilisasi merupakan tingkat penggunaan

kapasitas sistem transportasi yang dapat dinyatakan dengan indikator

seperti faktor muat penumpang, faktor muat barang, dan tingkat

penggunaan sarana dan prasarana

Tarif

Tarif terjangkau dalam artian terwujudnya penyediaan jasa transportasi

yang sesuai dengan daya beli masyarakat menurut kelasnya pada

umumnya dengan tetap memperhatikan berkembangnya kemampuan

penyedia jasa transportasi. Keadaan itu dapat diukur berdasarkan

indikator perbandingan antara pengeluaran rata-rata masyarakat untuk

pemenuhan kebutuhan transportasi terhadap pendapatan.

Keselamatan

Keselamatan dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari

kecelakaan akibat faktor internal transportasi.

Kelancaran dan kecepatan

Lancar dan cepat dalam arti terwujudnya waktu tempuh yang singkat

dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Biasanya indikator itu dapat

diukur dari kecepatan kendaraan per satuan waktu.

Keteraturan

Teratur dalam arti pelayanan transportasi yang dapat memberikan

jadwal waktu keberangkatan dan waktu kedatangan. Keteraturan dapat

Page 21: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

diukur dari jumlah kendaraan berjadwal terhadap seluruh kendaraan

yang beroperasi.

Ketepatan waktu

Tepat waktu dalam arti bahwa pelayanan transportasi dilakukan

dengan jadwal yang tepat baik saat keberangkatan maupun kedatangan

sehingga masyarakat dapat merencakan perjalanan dengan pasti.

Kenyamanan dan keamanan

Kenyamanan dalam arti terwujudnya ketenangan dan kenikmatan bagi

penumpang selama berada dalam kendaraan. Keadaan itu dapat diukur

dari ketersediaan dan kualitas fasilitas terhadap standarnya di dalam

sarana transportasi. Keamanan sendiri dalam arti terhindarnya

pengoperasian transportasi dari akibat faktor eksternal transportasi

baik berupa gangguan alam, gangguan manusia maupun gangguan

lainnya.

Tingkat polusi

Polusi rendah, dalam arti polusi yang ditimbulkan sarana transportasi

baik polusi gas buang, air, suara maupun polusi getaran serendah

mungkin.

Mudah dicapai

Mudah dicapai dalam arti bahwa pelayanan munuju kendaraan dari

kendaraan ke tempat tujuan mudah bagi masyarakat pengguna jasa

melalui informasi yang jelas, kemudahan mendapatkan tiket,

kemudahan alih kendaraan, dan lain sebagainya.

Sistem transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

pengembangan suatu kawasan, karena melalui transportasi akan

mempercepat proses pengembangan mengingat trasportasi memberikan

akses yang dibutuhkan oleh kegiatan sosial ekonomi kawasan untuk

berkembang. Pengembangan transportasi kawasan perencanaan tidak

Page 22: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

hanya menyangkut transportasi darat yang merupakan akses bagi

pergerakan internal dalam Kawasan Gilimanuk (inter kawasan), namun

juga untuk pergerakan eksternal (pergerakan menerus) antar wilayah

Kabupaten Jembrana yang melalui Gilimanuk dan pergerakan eksternal

yang menggunakan transportasi laut melalui pelabuhan penyeberangan

Gilimanuk .

Secara spesifik rencana pengembangan sistem pergerakan/transportasi di

wilayah perencanaan diarahkan juga untuk memenuhi tujuan-tujuan

pembangunan sebagai berikut :

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang merupakan kegiatan sosial

ekonomi utama kawasan, seperti : pemerintahan dan perkantoran,

perdagangan dan jasa dan tentunya kegiatan permukiman penduduk.

Bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan pelayanan seperti :

perkantoran, pemerintahan dan lingkungan perumahan pengembangan

jaringan jalan akan meningkatkan tingkat aksesibilitas kawasan-

kawasan dimana terdapat kegiatan tersebut. Sedangkan untuk

pengembangan jaringan jalan yang terdapat di kawasan perdagangan

dan jasa pengembangan diarahkan selain untuk meningkatkan

aksesibilitas juga berkaitan dengan proses lalu lintas barang ekonomi

baik proses koleksi bahan baku atau komoditi maupun proses

pemasaran. Uraian tersebut menggambarkan bahwa pengembangan

jaringan transportasi sangat penting dalam pengembangan dinamika

sosial ekonomi Kelurahan Gilimanuk.

Membentuk kerangka dasar pengembangan fisik dan struktur ruang

kawasannya, karena pengembangan sistem transportasi darat pada

dasarnya adalah mengembangkan sistem hubungan antar kegitan

fungsional kawasan yang menempati lahan/ruang dalam kawasan

tersebut, sehingga pengembangan sistem transportasi darat berarti

mengembangkan sistem hubungan antar ruang yang ditempatimasing-

Page 23: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

masing kegiatan fungsional yang secara keseluruhan akan membentuk

kerangka dasar bagi pola struktur ruang kawasannya.

Sebagai langkah untuk mencegah dan menanggulangi kemungkinan

terjadinya berbagai permasalahan lalu lintas seperti kemacetan dan

kesemrawutan akibat akumulasi kegiatan transportasi yang tinggi baik

pergerakan lokal maupun regional.

Rencana pengembangan sistem transportasi wilayah perencanaan

secara garis besar terbagi dalam dua aspek, yaitu rencana

pengembangan sistem jaringan pergerakan dan pengembangan

prasarana penunjang.

Untuk menciptakan keterpaduan antar pusat-pusat aktivitas di kawasan

perencanaan peran jaringan jalan menjadi sangat penting sebagai linkage

dalam konsep yang dikembangkan di Kelurahan Gilimanuk. Dalam

pengembangan akan terbagi akses jalan untuk tingkat lokal dan regional

mengingat fungsi utama Kelurahan Gilimanuk sebagai pusat kegiatan

transportasi lingkup regional. Agar sistem pelayanan tersebut dapat

berjalan dengan baik maka perlu adanya jalan penghubung yang sesuai

dengan fungsinya.

Berdasarkan deliniasi dan sistem pusat-pusat pelayanan kawasan, maka

rencana struktur jaringan jalan di Kawasan Pelabuhan Gilimanuk,

diuraikan sebagai berikut :

Jaringan Jalan Arteri Primer

Jaringan jalan arteri primer yang merupakan jalan nasional,

penghubung antara kota jenjang satu (ibukota provinsi) dengan kota

jenjang satu lainnya meliputi :

(1) Ruas jalan Cekik – Gilimanuk;

(2) Ruas jalan Negara – Cekik.

Jaringan Jalan Kolektor Primer

Page 24: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Jaringan jalan yang menghubungkan Gilimanuk dengan Kabupaten

Buleleng adalah ruas jalan Cekik – Seririt yang merupakan jaringan

jalan kolektor primer nasional (K1).

Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan dekat, kecepatan rata-rata dan jumlah

jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan Setapak

Jalan yang berfungsi sebagai jalur pejalan kaki (pedestrian) yang

terletak di kanan-kiri jaringan jalan. Jalan setapak ini juga

menghubungkan obyek-obyek wisata yang satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dan arahan dari RTRW Provinsi Bali

dan RTRWK Jembrana, maka rencana sistem jaringan jalan di wilayah

perencanaan diarahkan agar sistem jaringan jalan ini mampu untuk

mendorong pertumbuhan dan kemudahan aksesibilitas zona-zona yang

diprioritaskan. Rencana sistem jaringan jalan untuk pelayanan akses

regional dan lokal di Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, diuraikan sebagai

berikut :

Rencana Jalan Bebas Hambatan

Jalan bebas hambatan merupakan bagian dari rencana pengembangan

ruas jalan bebas hambatan Provinsi Bali yang melewati Kawasan

Pelabuhan Gilimanuk. Rencana jaringan jalan bebas hambatan

meliputi ruas jalan Gilimanuk – Negara.

Terkait dengan perencanaan terminal barang/cargo di Lingkungan

Penginuman, maka dirumuskan 2 (dua) alternatif rencana jaringan

jalan untuk mendukung sirkulasi dari dan ke terminal barang,

mengingat terminal barang ini difungsikan untuk memecah kemacetan

yang sering terjadi di Jalan Gilimanuk – Denpasar yang terintegrasi

Page 25: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

dengan terminal manuver dan stop over. Selain itu juga terkait dengan

rencana penataan sirkulasi keluar – masuk kendaraan di Terminal

Penumpang Gilimanuk.

Jaringan Jalan Gilimanuk – Denpasar secara umum masih memenuhi

dalam menanggung beban lalu lintas yang ada, tetapi pada waktu-

waktu tertentu terjadi penumpukan volume kendaraan pada saat peak

season seperti pada musim liburan dan arus lebaran. Arahan

pengembangan jalan ini bertujuan untuk peningkatan jaringan jalan

sebagai pengembangan aksesibilitas suatu wilayah agar cepat tumbuh

khususnya untuk pergerakan internal dan eksternal.

(1) Rencana Jaringan Jalan Alternatif 1 adalah dengan

merencanakan peningkatan status dan kualitas jalan. Peningkatan

akses ini berupa peningkatan hirarki jalan dari lokal menjadi

Jalan Kolektor Primer 4 Kabupaten (K4) dan peningkatan

kualitas jalan antara lain ruas jalan sebagai berikut :

Gang 1 pada ruas Jalan Paus

Gang 1 pada ruas Jalan Layur

Gang 1 pada ruas Jalan Pogot

Gang 1 pada ruas Jalan Sadar

Gang 1 pada ruas Jalan Gurami

Gang 1 pada ruas Jalan Duyung

Gang 1 pada ruas Jalan Lumba-lumba

Gang 1 pada ruas Jalan Mujair

Jalan Curik

Jalan Rajawali - Gilimanuk

Peningkatan kelas jalan perlu diikuti dengan peningkatan

kualitas jalan dan penyediaan kelengkapan prasarana jalan.

Jalur lingkar utara perlu dipertegas fungsi dan klasifikasinya

sebagai Jalan Kolektor Primer 4 Kabupaten (K4) yang

Page 26: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

memerlukan persyaratan khusus, terutama lebar jalan, konstruksi

jalan dan sistem pengaturan lalu-lintasnya. Letak jaringan lingkar

ini merupakan jalan yang direncanakan akan melewati beberapa

ruas jalan lingkungan di setiap SBWP, sehingga kelas jalan akan

ditingkatkan dari jalan lingkungan menjadi jalan kolektor primer.

Gambar 4.4Potongan Rencana Jaringan Kolektor Primer

(2) Rencana Jaringan Jalan Alternatif 2 adalah dengan

merencanakan pembuatan jalan baru :

Jalan yang menghubungkan Jalan Mujair 1 (di bagian utara

utara Jalan Mujair) dengan Jalan Pelabuhan Gilimanuk.

Jalan keluar dari Terminal Gilimanuk, pembuatan jalan baru

yang menghubungkan ruas Jalan Curik (SBWP 1) dengan

Gelung Kori (SBWP 5). Namun pembuatan jalan baru ini

akan melewati hutan mangrove (TNBB).

(3) Rencana Jaringan Jalan Alternatif 3 adalah dengan

merencanakan pembuatan jalan kembar dan boulevard mulai dari

jalan Pelabuhan Gilimanuk.

Gambar 4.5. Ilustrasi Jalan dengan Boulevard

Page 27: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Page 28: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Peningkatan jalan-jalan di dan menuju obyek wisata, terutama di

daerah sekitar Teluk Gilimanuk dan Situs Manusia Purba Gilimanuk.

Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Lokal

Jaringan jalan lokal Kelurahan Gilimanuk direncanakan sebagai

penghubung antar zona-zona kegiatan di dalam setiap SBWP di dalam

wilayah perencanaan. Jaringan jalan lokal direncanakan sebagai

pembatas zona-zona fungsi kegiatan di dalam setiap blok wilayah yang

berada dalam setiap SBWP (Sub Bagian Wilayah Perencanaan).

Jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai akses dan pembatas zona

kegiatan akan direncanakan sebagai pembatas zona kegiatan

Page 29: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

perdagangan-jasa, zona sarana umum, perkantoran, peruntukan khusus

dan zona campuran.

Gambar 4.6. Potongan Rencana Jaringan Lokal

Pengembangan Jalan Lingkungan

Peningkatan kualitas jalan lingkungan yang menghubungkan unit-unit

lingkungan di wilayah perencanaan. Jalan lingkungan akan berfungsi

sebagai akses dan pembatas antar zona kegiatan permukiman.

Gambar 4.7. Potongan Rencana Jaringan Jalan Lingkungan

Pengembangan jaringan jalan dalam lingkup internal Kelurahan

Gilimanuk diarahkan pada upaya peningkatan jaringan jalan yang

sudah ada dan mengembangkan/membuat segmen-segmen jalan baru

Page 30: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

untuk membuka dan mengembangkan seluruh Kelurahan Gilimanuk.

Sedangkan pengembangan dalam lingkup eksternal diarahkan pada

langkah pengembangan dan perbaikan terhadap hubungan antar

kawasan, baik dengan wilayah lain di dalam lingkup Kelurahan

Gilimanuk maupun dengan wilayah sekitarnya dalam lingkup regional.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana jaringan jalan alternatif 1 dan 2,

dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 4.8. Rencana Jaringan Jalan Alternatif 1

Page 31: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.9. Rencana Jaringan Jalan Alternatif 2

Page 32: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

b. Rencana Sirkulasi Jaringan Jalan

Page 33: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Sirkulasi jaringan jalan merupakan sistem yang saling berkaitan antara

satu jaringan jalan dengan jaringan yang lainnya. Apabila salah satu

bagian terdapat masalah (misalnya terjadi kemacetan lalu lintas) hal ini

akan berpengaruh kepada kelancaran pada bagian jalan lainnya yang

berada dalam satu sistem. Penyusunan rencana transportasi kota

merupakan rencana yang tidak terpisahkan dari rencana peruntukan lahan

kota, karena transportasi merupakan salah satu bagian aktivitas penunjang

dinamika kegiatan kota. Fenomena yang terjadi di perkotaan adalah

sirkulasi kendaraan akan membangkitkan aktivitas guna lahan, demikian

pula sebaliknya apabila aktivitas guna lahan semakin meningkat, maka

meningkat pula bangkitan sirkulasi yang ditimbulkannya.

Konsep sirkulasi yang akan diterapkan pada segmen jalan dalam wilayah

perencanaan adalah sebagai berikut :

Adanya perbedaan antara jalur khusus untuk kendaraan dan pejalan

kaki;

Pengaturan sirkulasi masuk dan keluar kendaraan; dan

Pengaturan parkir di dalam tapak untuk meminimalisasi hambatan

badan jalan yang digunakan untuk parkir kendaraan.

Rencana sirkulasi jaringan jalan di Kelurahan Gilimanuk sangat

dipengaruhi adanya perubahan kelas jalan dan rencana pengembangan

sarana transportasi baru yang akan dibangun di Kelurahan Gilimanuk.

Rencana sirkulasi jalan yang mengalami perubahan antara lain sebagai

berikut :

Sirkulasi dari Terminal Penumpang Gilimanuk

Page 34: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Rencana sirkulasi dari Terminal Penumpang Gilimanuk direncanakan

dalam 2 (dua) alternatif, sebagai berikut :

(1) Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 1

Rencana sirkulasi jalan di Terminal Gilimanuk masuk dari Jalan

Gilimanuk – Denpasar dan keluar dari pintu belakang Terminal

Gilimanuk, melalui ruas Jalan Curik – Rajawali lalu keluar di

Jalan Gilimanuk – Denpasar. Perubahan sirkulasi ini dilakukan

untuk menghindari peningkatan volume kendaraan karena adanya

pertemuan arus masuk dengan arus keluar. Selain itu, ruas jalan

yang akan digunakan juga ditingkatkan kelasnya dari jalan

lingkungan menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Kabupaten (K4).

(2) Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 2

Terkait dengan rencana pembangunan jalan baru yang

menghubungkan Jalan Curik sampai dengan Gelung Kori

(melewati hutan mangrove, TNBB), maka pengaturan sirkulasi

keluar dari Terminal Penumpang Gilimanuk adalah masuk dari

Jalan Gilimanuk – Denpasar dan keluar dari pintu belakang

Terminal Gilimanuk, melalui ruas Jalan Curik – masuk rencana

jalan baru yang melalui hutan mangrove TNBB – keluar di

Gelung Kori.

Sirkulasi dari Terminal Barang/Cargo

Rencana pembangunan terminal barang/kargo yang terintegrasi

dengan stop over dan terminal manuver di Kelurahan Gilimanuk

membawa konsekuensi rencana perubahan sirkulasi jalan di kawasan

sekitar terminal kargo berada.

(1) Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 1

Page 35: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Rencana sirkulasi dari terminal barang/cargo adalah masuk

melalui Gelung Kori – melewati Gang I – keluar lewat Jalan

Mujair.

(2) Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 2

Terkait dengan rencana pembangunan jalan baru yang

menghubung Jalan Mujair 1 dengan Jalan Pelabuhan Gilimanuk,

maka sirkulasi dari terminal barang adalah masuk melalui Gelung

Kori melewati Gang 1 langsung menuju Pelabuhan Gilimanuk

melalui rencana jalan baru yang menghubungkan Jalan

Mujair 1 dengan Jalan Pelabuhan Gilimanuk.

Sirkulasi Jalan Tol/Bebas Hambatan

Berdasarkan arahan Perda No. 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi

Bali, rencana jalan bebas hambatan/tol direncanakan mulai dari

pertigaaan Jalan Gilimanuk – Denpasar dan Jalan Cekik – Seririt (ruas

Jalan Gilimanuk – Negara), sehingga untuk sirkulasi jalan tol akan

dimulai dari pertigaan tersebut. Rencana sirkulasi dari arah pelabuhan

dan terminal akan menggunakan ruas jalan Gilimanuk – Denpasar lalu

masuk ke dalam jalan tol.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sirkulasi jaringan jalan, dapat

dilihat pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11.

Page 36: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.10. Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 1

Gambar 4.10. Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 1

Rencana Sirkulasi dari Terminal Gilimanuk

Rencana Sirkulasi dari Terminal Barang

Terminal Barang/Cargo

Rencana Sirkulasi Jalan Gilimanuk - Denpasar

Rencana Sirkulasi Jalan Bebas Hambatan Gilimanuk - Negara

Terminal Penumpang Gilimanuk

Gelung Kori

Page 37: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Terminal Penumpang Gilimanuk

Gelung Kori

Page 38: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.11. Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 2

Gambar 4.11. Rencana Sirkulasi Jalan Alternatif 1

Rencana Sirkulasi dari Terminal Gilimanuk

Rencana Sirkulasi dari Terminal Barang

Rencana Sirkulasi Jalan Gilimanuk - Denpasar

Rencana Sirkulasi Jalan Bebas Hambatan Gilimanuk - Negara

Page 39: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

c. Rencana Jaringan Kereta Api

Page 40: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Berdasarkan arahan dari RTRW Provinsi Bali dan RTRWK Jembrana,

terdapat rencana sistem jaringan perkeretaapian yang meliputi jaringan

jalur kereta api dan stasiun kereta api setelah melalui kajian teknis.

Konsep pengembangan sistem perkeretaapian merupakan suatu kesatuan

konsep yang terintergrasi dengan semua jaringan transportasi yag berada

di wilayah perencanaan. selain itu, semua jaringan transportasi yang

berada di wilayah perencanaan memiliki skala kegiatan regional, sehingga

pengembangan jaringan kereta api harus sesuai standar pelayanan skala

regional.

Fungsi bangunan stasiun kereta api dapat dirinci sebagai berikut :

Sebagai tempat kereta api berhenti.

Menurunkan penumpang (manusia atau bisa juga hewan) dan barang.

Sebagai tempat kereta api berangkat.

Mengangkut penumpang (manusia atau bisa juga hewan) dan barang.

Sebagai tempat kereta api bersilang, menyusul atau disusul.

Semua kegiatan tersebut berada dibawah penguasaan seorang kepala yang

bertanggung jawab penuh atas urusan perjalanan kereta.

Sedangkan bangunan stasiun kereta api itu sendiri pada umumnya terdiri

atas bagian-bagian sebagai berikut (Triwinarto, 1997:94) :

Halaman depan/front area

Tempat ini berfungsi sebagai perpindahan dari sistem transportasi

jalan baja ke sistem transportasi jalan raya atau sebaliknya.

Tempat ini berupa :

(1) terminal kendaraan umum.

(2) parkir kendaraan.

(3) bongkar muat barang.

Bangunan Stasiun

Page 41: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Bangunan ini biasanya terdiri dari :

(1) ruang depan (hall atau vestibule)

(2) loket

(3) fasilitas administratif (kantor kepala stasiun dan staff)

(4) fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik)

(5) kantin dan toilet umum

Peron, yang terdiri atas :

(1) tempat tunggu

(2) naik-turun dari dan menuju kereta api

(3) tempat bongkat muat barang, bagian ini bisa beratap atau tidak

Emplasemen, yang terdiri atas :

(1) sepur lurus;

(2) peron;

(3) sepur belok sebagai tempat kereta api berhenti untuk memberi

kesempatan kereta lain lewat.

d. Rencana Sarana Transportasi

Sarana transportasi merupakan bagian dari sistem transportasi. Sarana

transportasi yang akan direncanakan di Kelurahan Gilimanuk meliputi

rencana pembangunan terminal barang, peningkatan fungsi Terminal

Gilimanuk dan sistem perangkutan.

Rencana Pembangunan Terminal Barang (Kargo)

Rencana pengembangan terminal barang merupakan upaya untuk

menyediakan fasilitas pergerakan barang dan kantong parkir sebagai

salah satu upaya untuk pemecah kemacetan dikarenakan volume

kendaraan yang melebihi kapasitas jalan pada saat peak season.

Karena itu pembangunan terminal barang ini juga diintegrasikan

dengan terminal manuver serta stop over. Pembangunan terminal

barang ini juga akan mendukung dalam kegiatan distribusi khususnya

dalam kegiatan pendistribusian barang dan juga kegiatan perdagangan

Page 42: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

di Kelurahan Gilimanuk. Dengan demikian keberadaan terminal

barang akan menjadi aktivitas baru bagi pembangunan Kelurahan

Gilimanuk.

Pertimbangan utama dalam menentukan pusat pelayanan barang

adalah sebagai berikut :

(1) Tersedia akses yang baik ke jalan arteri.

(2) Dampak lalu lintas dari lokasi terminal barang minimal.

(3) Mudah untuk dikembangkan.

Kebutuhan akan terminal barang sangat dipengaruhi oleh :

(1) Pola pergerakan barang.

(2) Sistem jaringan jalan.

(3) Sebaran zona transportasi dan pusat kegiatan dan letak terhadap

jaringan jalan arteri dan kolektor.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka terminal barang

direncanakan di SBWP V, dimana :

(1) Secara lokasi berada dekat jalan arteri primer, sehingga

pergerakan dan manuver kendaraan angkutan barang dengan

dimensi besar sangat mudah untuk masuk atau keluar terminal

barang dan tidak menganggu pergerakan lalu lintas pergerakan

non barang;

(2) Dapat memecah kemacetan lalu lintas yang terjadi akibat

peningkatan volume kendaraan dengan dialihkan pada parkir

manuver dan adanya stop over.

(3) Terminal barang ini akan direncanakan dibangun dalam SBWP V

karena memiliki lahan kosong yang dapat dimanfaatkan dan

berada dekat dengan Jalan Arteri Primer Gilimanuk – Denpasar

sehingga mudah untuk dijangkau bagi pergerakan barang. Pada

terminal barang ini juga direncanakan tempat pemberhentian

Page 43: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

sementara/rest area untuk mengatasi kemacetan akibat arus

pergerakan barang yang terjadi.

Peningkatan Pengembangan Fungsi Terminal

Terminal merupakan simpul transportasi yang sangat penting bagi

sebuah wilayah dengan pusat kegiatan berupa kegiatan transportasi.

Terminal yang terdapat di Kelurahan Gilimanuk adalah Terminal

Penumpang Gilimanuk yang merupakan terminal Tipe B. Berdasarkan

perhitungan planimetris diketahui luas dari terminal tersebut belum

sesuai dengan standar yaitu hanya 1,5 Ha. Sedangkan berdasarkan

pedoman rencana tata ruang wilayah diketahui bahwa untuk terminal

Tipe B luasnya adalah 3 Ha dengan akses jalan masuk minimal

berjarak 50 meter dari jalan umum. Dengan demikian diperlukan

adanya perencanaan perluasan luas Terminal Penumpang Gilimanuk

tersebut untuk mengoptimalkan pelayanan terhadap pengguna

terminal. Selain itu perlu adanya peningkatan kualitas terminal baik

dalam bidang pelayanan dan juga segi fisik.Selain itu juga pengaturan

arus keluar masuk bus ke terminal sehingga menjadikan sistem

pelayanan terminal yang efektif dan efisien.

Sistem Jaringan Angkutan Umum

Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kebutuhan

angkutan dibutuhkan fasilitas jaringan angkutan yang saling

menghubungkan antara wilayah kota, pemukiman, daerah komersil

dan rekreasi. Sasaran umum kebijakan pemerintahan dalam lalu lintas

dan angkutan umum adalah untuk menciptakan suatu sistem

transportasi sehingga mobilitas orang dan barang dapat menunjang

pertumbuhan ekonomi dan dapat memenuhi kebutuhan sosial,

perniagaan dan rekreasi.

Page 44: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Ditinjau dari sistem pengoperasian angkutan umum, suatu jaringan

rute adalah sekumpulan lintasan rute, titik-titik perhentian dan terminal

yang memungkinkan terjadinya pergerakan penumpang secara aman,

efisien dan efektif. Kondisi ideal seperti inilah biasanya yang menjadi

acuan dalam menciptakan ataupun merencanakan suatu jaringan rute.

Sistem jaringan rute yang ada dalam suatu perkotaan biasanya dapat

dibagi menjadi (2) dua kelompok, yaitu :

(1) jaringan rute yang terbentuk secara evolutif yang

pembentukannya dimulai oleh pihak-pihak pengelola individu

secara sendiri-sendiri;

(2) jaringan rute yang terbentuk simultan secara menyeluruh, yakni

pembentukannya dilakukan oleh pengelola angkutan uumum yang

besar (swasta ataupun milik pemerintah) ataupun oleh

sekelompok pengelola individual secara simultan dan bersama-

sama.

Pada kelompok yang pertama, pembentukan jaringan rute benar-benar

tidak terkoordinasi, karena sistem tumbuh secara parsial. Masing-

masing lintasan rute terbentuk karena keinginan pengguna jasa

(penumpang) ataupun karena keinginan pihak pengelola. Akibatnya

keterkaitan antar rute menjadi lemah. Lintasan rute hanya

terkonsentrasi pada jalan-jalan arteri yang secara geometrik

mempunyai kapasitas lalu lintas yang besar dan juga mempunyai

potensi demand yang tinggi.

Pada kelompok yang kedua, di lain pihak karena pembentukannya

secara simultan dan dilakukan oleh pengelola skala besar ataupun

sekelompok pengelola individual, maka jaringan rute yang terbentuk

biasanya merupakan jaringan rute yang komprehensif dan integral. Hal

ini dimungkinkan karena pembentukan yang secara simultan ini

biasanya didahului dengan perencanaan yang matang dan

Page 45: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

komprehensif. Dalam jaringan rute seperti ini, keterkaitan antar

individual rute sangatlah kentara, sehingga penumpang dengan mudah

dapat menggunakan sistem jaringan rute yang ada untuk kepentingan

mobilitas mereka. Selain itu, pembentukan jaringan rute secara

keseluruhan biasanya didasarkan pada kondisi tata guna tanah secara

keseluruhan biasanya didasarkan pada kondisi tata guna tanah secara

keseluruhan pula. Semua potensi pergerakan betul-betul diantisipasi

sedemikian rupa sehingga tingkat aksesibilitas setiap daerah perkotaan

cukup merata. Orang dengan mudah menggunakan angkutan umum

dimanapun dia berada untuk tujuan kemanapun yang diinginkan.

Dengan demikian, secara keseluruhan, sistem jaringan rute angkutan

umum menjadi efektif dan efisien

Rencana pengembangan jaringan angkutan umum di kelurahan

Gilimanuk dengan mengembangkan jaringan angkutan umum secara

simultan sehingga terdapat integrasi dari sistem angkutan umum yang

terdapat di Kelurahan Gilimanuk. Jenis angkutan umum yang dapat

direncanakan antara lain adalah minibus dan mobil angkutan

perkotaan.

Angkutan umum adalah angkutan di mana penggunanya dipungut

biaya. Konsep angkutan umum/publik muncul karena tidak semua

masyarakat memiliki kendaraan pribadi, sehingga negara berkewajiban

menyediakan angkutan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Pengembangan angkutan umum di Kelurahan Gilimanuk diarahkan

untuk memenuhi kebutuhan pergerakan bagi masyarakat.

Rencana sistem angkutan di Kelurahan Gilimanuk akan terbagi

menjadi 3 trayek, yaitu trayek utama, trayek cabang dan trayek

ranting. Pembagian trayek dilakukan berdasarkan skala pelayanan dan

jangkauan pelayanan dari sistem angkutan yang ada dan harus

Page 46: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

disediakan mengingat skala kegiatan pelayanan transportasi di

Kelurahan Gilimanuk merupakan skala kegiatan regional.

(1) Trayek Utama, merupakan restrukturisasi trayek utama angkutan

umum dari Terminal Gilimanuk ke seluruh simpul (teminal)

dengan menggunakan moda bus besar dan bus menengah yang

melewati jaringan jalan arteri (utama) ke seluruh kabupaten di

Bali. Trayek ini juga melayani kegiatan angkutan umum antar

provinsi baik dari Provinsi Bali maupun ke Provinsi Bali. Trayek

ini ditentukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Bali.

(2) Trayek Cabang, angkutan umum yang melayani antar kota-kota di

dalam Kabupaten Jembrana. Direncanakan peningkatan fungsi

trayek cabang dari Kelurahan Gilimanuk ke seluruh kota-kota

pusat kecamatan lain yang ada di Kabupaten Jembrana termasuk

juga ibukota kabupaten dan pusat-pusat kegiatan lainnya dengan

menggunakan moda angkutan minibus/mikrolet yang melewati

jaringan jalan kolektor primer.

(3) Trayek Ranting, pelayanan angkutan dari Kelurahan Gilimanuk di

dalam internal wilayah Kelurahan Gilimanuk maupun wilayah

disekitarnya secara terus menerus, ke pusat-pusat kegiatan lainnya

seperti pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan,

perkantoran dan paiwisata, dimana moda akan berhenti pada

tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

yang ditetapkan di pusat-pusat zona kegiatan.

Pedestrian

Secara umum kondisi trotoar di wilayah perencanaan cukup baik,

namun diperlukan perbaikan untuk spot-spot trotoar yang rusak

terutama di beberapa pusat pergerakan. Berdasarkan lebar trotoar yang

ada sudah memenuhi standart hanya saja trotoar yang ada masih belum

menampung semua kebutuhan pengguna trotoar terutama bagi

Page 47: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

pengguna kursi roda karena beberapa ruas trotoar dibangun dengan

sudut 90° rata tanpa memiliki sudut kemiringan 4°-5°. Selain itu masih

belum teraturnya peletakan pohon peneduh bisa mengurangi

kenyamanan bagi penajalan kaki. Belum adanya lampu, juga dapat

mengurangi kenyamanan bagi pejalan kaki terutama pada malam hari.

Pengembangan pedestrian diperlukan guna meningkatkan keamanan

dan kenyamanan para pengguna trotoar.

Konsep pedestrian yang akan diterapkan dalam wilayah perencanaan,

antara lain :

(1) Aman, leluasa dalam bergerak dengan cukup terlindung dari lalu

lintas kendaraan;

(2) Nyaman, dengan rute-rute yang jelas serta bebas dari hambatan

dan gangguan yang disebabkan oleh ruang yang sempit seperti

adanya pedagang kaki lima dan parkir kendaraan yang

menggunakan badan pedestrian; dan

(3) Diberikan elemen-elemen yang dapat menimbulkan daya tarik

seperti lampu-lampu penerangan, pot bunga dan pohon peneduh.

Perparkiran

Untuk menciptakan kelancaran arus lalu lintas di wilayah perencanaan

yang berkaitan dengan pengembangan wilayah perencanaan sebagai

pusat transportasi regional dan kawasan daya tarik wisata khusus,

terutama pengembangan sistem perparkiran dimana saat ini masih

belum tertata, dengan jumlah yang terbatas, dan memanfaatkan badan-

badan jalan sebagai tempat parkir terutama di Jalan Regional

Gilimanuk – Denpasar, sehingga dapat mengurangi kenyamanan,

keamanan dan ketertiban bagi pemakai jalan.

Rencana perparkiran yang akan dikembangkan di Kelurahan

Gilimanuk adalah pengaturan perparkiran on street parking (parkir di

pinggir badan jalan) dan pengembangan perparkiran off street parking

Page 48: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

(parkir diluar badan jalan). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh penyempitan

badan jalan karena sebagian badan jalan digunakan sebagai tempat

parkir. Selain itu, untuk mengantisipasi kebutuhan akan lahan parkir di

masa mendatang maka perlu segera dibangun lahan-lahan parkir yang

bersifat off street parking.

Konsep perparkiran yang akan diterapkan di wilayah perencanaan,

antara lain :

(1) Setiap bangunan dengan aktivitas pergerakan dan kegiatan yang

tinggi wajib menyediakan lahan parkir pada kavling lahannya

atau menyediakan lahan parkir komunal apabila tidak memiliki

kavling yang memadai;

(2) Tidak diperkenankannya penggunaan trotoar dan ruang terbuka

hijau di sepanjang ruas jalan untuk parkir kendaraan;

(3) Penempatan tanda parkir dan dilarang parkir dengan tepat

sehingga pemakai kendaraan dapat melihatnya dengan jelas;

(4) Tetap mempertahankan parkir yang telah menempati persil lahan;

(5) Agar dapat memperkirakan kebutuhan luas parkir, dipandang

perlu menetapkan besaran standar kebutuhan parkir di wilayah

perencanaan.

Untuk jalan utama yaitu Jalan Gilimanuk – Denpasar tetap

mempertahankan parkir off street. Selanjutnya bangunan yang akan

dibangun baru harus melengkapi kebutuhan parkir yang

ditimbulkannya sendiri secara proporsional berdasarkan standar

ketentuan bangunan parkir. Fasilitas parkir bisa berupa pelataran

parkir, bangunan parkir, atau kombinasi keduanya.

Page 49: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Konsep Penempatan Elemen Penyeberangan

Pada wilayah perencanaan pada saat ini belum terdapat jembatan

penyeberangan, sebagai sarana bagi pejalan kaki terdapat zebra cross

di wilayah perencanaan dengan guna lahan perkantoran serta

perdagangan dan jasa, di lain sisi kawasan tersebut didominasi oleh

kendaraan-kendaraan yang bertonase besar. Hal tersebut menjadi

pertimbangan perlunya disediakan elemen penyeberangan di

Kelurahan Gilimanuk.

Elemen penyeberangan sendiri merupakan bagian dari sirkulasi yang

meliputi sirkulasi kendaraan, pejalan kaki, parkir, dan penyeberangan,

yang merupakan jalur sirkulasi pejalan kaki pada perpotongan dengan

jalur kendaraan. Prinsip perancangannya adalah kemudahan,

kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki untuk bergerak

bersirkulasi mendapatkan prioritas yang utama. Elemen

penyeberangan yang diusulkan untuk dilakukan peremajaan dan

penambahan di kawasan perencanaan adalah elemen penyeberangan

berupa zebra cross, untuk tempat yang sudah terdapat zebra cross

dilakukan peremajaan dengan melakukan pengecatan ulang.

2. Rencana Jaringan Transportasi Laut

Jaringan transportasi laut di

wilayah perencanaan adalah

Pelabuhan Penyeberangan

Gilimanuk yang menghubungkan

Pulau Bali dengan Pulau Jawa.

Pelabuhan Gilimanuk beroperasi

selama 24 jam setiap hari kecuali

pada hari raya Nyepi. Aktivitas operasional pelabuhan ini harus sejalan dengan

aktivitas operasional yang terdapat di Pelabuhan Ketapang karena jika salah

Page 50: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

satu dari pelabuhan tidak dapat beroperasi akan mempengaruhi aktivitas di

pelabuhan pasangannya. Adapun pembagian jadwal untuk masing-masing

armada sebagai berikut :

a. Angkutan normal bongkar dari suatu kapal dibatasi hanya 15 menit.

b. Angkutan normal muat dari suatu kapal dibatasi hanya 15 menit.

c. Waktu persiapan yang disediakan untuk masing-masing kapal dibatasi

selama 15 menit.

B. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

1. Rencana Sistem Jaringan Listrik

Jaringan listrik yang ada saat ini merupakan pedoman untuk mengembangkan

jaringan listrik lebih lanjut. Rencana yang ditangani oleh PLN hendaknya tetap

berorientasi pada pola jaringan jalan wilayah, sehingga terjadi keterpaduan

sistem jaringan. Penyebaran jaringan listrik yang dilakukan hingga Tahun 2032

hanya pada penambahan jaringan sekunder pada daerah-daerah pemukiman

baru sebagai fasilitas pendukung penyebaran pemukiman

Penyediaan energi listrik bagi masyarakat di wilayah perencanaan diperoleh

dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan sumber pembangkit berasal

dari PLTG Gilimanuk dan jaringan koneksitas Jawa – Bali. Dari aspek

pelayanan, hampir seluruh masyarakat di wilayah perencanaan sudah dapat

menikmati penerangan listrik dari PLN.

Sumber listrik yang digunakan sampai dengan Tahun 2032 bersumber dari

interkoneksi Jawa – Bali. Jumlah penduduk proyeksi di Kelurahan Gilimanuk

sebanyak 18.408 jiwa, diperkirakan membutuhkan listrik 1.656,72 KVA/hr.

Sistem sambungan yang digunakan menggunakan sistem bentang di udara

yang mengikuti pola jaringan jalan. Hal ini karena sistem ini dinilai lebih

ekonomis dan sistem kontrol mudah dilakukan.

Untuk rencana jaringan listrik di Kelurahan Gilimanuk akan dibagi menjadi 2

jenis jaringan listrik,yaitu jaringan listrik primer dan jaringan listrik sekunder.

Page 51: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Jaringan listrik primer adalah jaringan listrik yang dipasang untuk melayani

kebutuhan perdagangan jasa, fasilitas umum, penerangan jalan, pariwisata dan

cadangan. Sedangkan untuk jaringan listrik sekunder adalah jaringan listrik

yang dipasang untuk keperluan domestik atau rumah tangga. Berikut rencana

jaringan listrik untuk setiap SBWP di Kelurahan Gilimanuk.

Tabel 4.1

Rencana Jaringan Listrik di Tiap SBWP

SBWP Peruntukan Lingkungan Rencana

ITransportasi, Perumahan dan Pariwisata

Jineng Agung dan Asri

SBWP I akan dijadikan sebagai kawasan pusat pengembangan kegiatan transportasi dan juga pusat kegiatan pariwisata. Selain itu, SBWP I sebagai zona penyedia areal permukiman baru.

Untuk penyediaan jaringan listrik di kawasan ini adalah jaringan listrik primer dan sekunder. SBWP I merupakan wilayah yang memerlukan konsumsi listrik primer terbesar. Di SBWP I yang mendapat pasokan listrik dari sumber PLTG Gilimanuk.

II

Perdagangan dan Jasa,

Permukiman dan RTH

Asri dan Asih

SBWP II yang diperuntukkan sebagai pusat zona perdagangan dan jasa di Kelurahan Gilimanuk akan menjadi membutuhkan pasokan listrik yang besar dikarenakan adanya kegiatan perdagangan dan jasa.

Di SBWP II akan dibangun jaringan listrik sekunder. Sumber listrik didapatkan dari PLTG gilimanuk, dan jalur pemasangan akan mengikuti pertumbuhan permukiman baru.

III

Perdagangan dan Jasa,

Perumahan dan Zona Khusus

PLTG

Arum

SBWP III merupakan SBWP yang berupa mix use zone. Penggunaan SBWP III sebagai pusat zona perumahan karena merupakan SBWP dengan kepadatan perumahan terpadat di Kelurahan Gilimanuk. Hal ini berarti pengembangan listrik secara umum kedepannya akan mengarah ke jaringan listrik sekunder.

IV

Pertahanan Keamanan dan Perdagangan-

Jasa

Samiana dan Sebagian

Penginuman

Jaringan listrik untuk zona pertahanan keamanan di SBWP IV memerlukan alokasi khusus mengingat fungsi zona yang bersifat khusus. Untuk zona militer menggunakan jaringan listrik primer. Untuk jalur jaringan listrik untuk zona perdagangan dan jasa akan dibuat sejalur dengan jaringan jalan. Penyediaan listrik dari pasokan PLTG Gilimanuk.

Page 52: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

SBWP Peruntukan Lingkungan Rencana

VTransportasi, Perkantoran,

RTH

Sebagian Penginuman

SBWP V merupakan SBWP yang direncanakan akan dibangun terminal barang yang juga berfungsi sebagai stop over dan maneuver, sehingga memerlukan pasokan listrik primer, sedangkan untuk perencanaan jaringan listrik bagi zona perkantoran berupa jaringan listrik sekunder.

Sumber: Analisis Konsultan, Tahun 2012

Hal lain yang harus diperhatikan adalah letak jaringan distribusi primer

(SUTT) yang tidak boleh berada di areal perumahan sehingga letaknya harus

berada di luar zona perumahan. Menara SUTT harus diletakkan di wilayah

lapangan terbuka yang tidak berdekatan dengan perumahan.

Untuk lebih jelasnya rencana jaringan listrik di wilayah perencanaan dapat

dilihat pada Gambar 4.12.

2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi dan Informasi

Pembangunan sarana telekomunikasi di wilayah perencanaan ditujukan untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan fungsi telekomunikasi untuk kepentingan

berbagai bidang seperti pemerintahan, perdagangan, industri, pariwisata,

perumahan dan lain-lain.

Jaringan telepon kabel di wilayah perencanaan dilayani oleh Saluran Telepon

Otomat (STO) Gilimanuk. Disamping pesawat telepon yang menggunakan

jaringan kabel juga telah berkembang jaringan telepon teresterial non kabel

yaitu pelayanan telepon mobile/seluler yang dilayani oleh beberapa perusahaan

telekomunikasi.

Dalam usaha mengantisipasi perkembangan kawasan dan memperlancar

komunikasi keluar kawasan maupun di dalam kawasan, maka perlu ada

pengembangan jaringan telekomunikasi yang menggunakan standar

perencanaan yang berlaku. Pengembangan jaringan telekomunikasi ini

disesuaikan dengan kebutuhan penduduknya.

Page 53: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.12. Rencana Jaringan Listrik

Page 54: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Berdasarkan hasil analisis sampai dengan Tahun 2032 Kelurahan Gilimanuk

memerlukan 736 SST. Rencana sistem jaringan telekomunikasi wilayah di

Kelurahan Gilimanuk ditujukan untuk menyediakan arus informasi untuk

menunjang kegiatan sosial, ekonomi dengan mendukung peruntukan ruang di

kawasan budidaya dan penyebaran pusat-pusat permukiman.

Oleh karena itu pengembangan jaringan telekomunikasi ini dilakukan dengan

mempertimbangkan tuntutan kebutuhan suatu kota, yakni pemenuhan

konsumen untuk kegiatan yang bersifat sosial dan ekonomi, untuk itu

pengembangan prasarana telekomunikasi ini diarahkan pada pusat-pusat

kegiatan seperti pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi

dan permukiman.

Jaringan telekomunikasi di wilayah Kelurahan Gilimanuk memperlihatkan

indikasi jaringan telekomunikasi untuk melayani wilayah kecamatan dengan

pola pengelolaan jaringan taringan transmisi telekomunikasi yang meliputi :

a. lokasi dan pengembangan STO;

b. mengintegrasikan sistem jaringan telekomunikasi dengan sistem

transportasi dalam perwujudan kerangka struktur ruang wilayah;

c. pola interkoneksi.

Rencana pengembangan sistem jaringan listrik tetap mencakup pengembangan

STO Gilimanuk yang terdapat dalam arahan RTRW Kabupaten Jembrana.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan jaringan bergerak di dalam

lingkup perencanaan Kelurahan Gilimanuk.

Pengembangan jaringan bergerak diarahkan pada :

a. penggunaan menara telekomunikasi terpadu secara bersama oleh beberapa

penyedia layanan telekomunikasi (operator) untuk menempatkan dan

mengoperasikan peralatan telekomunikasi berbasis radio (Base Transceiver

Station) berdasarkan cellular planning yang diselaraskan dengan Rencana

Induk Menara Telekomunikasi Terpadu;

Page 55: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

b. pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi khusus seperti

untuk keperluan meteorologi dan geofisika, radio siaran, navigasi,

penerbangan, pencarian dan pertolongan kecelakaan, amatir radio, TV,

komunikasi antar penduduk dan keperluan transmisi jaringan

telekomunikasi utama (backbone) diatur sesuai ketentuan Peraturan

Perudang-undangan yang berlaku;

c. pemenuhan kebutuhan lalu lintas telekomunikasi selular nirkabel secara

optimal untuk seluruh operator baik GSM (global system for mobile

comunications) maupun CDMA (code division multiple access) dengan

kehandalan cakupan (coverage) yang menjangkau seluruh wilayah; dan

d. pengembangan jaringan melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi untuk

melengkapi sistem telekomunikasi jaringan bergerak.

Untuk lebih jelasnya rencana jaringan telekomunikasi di wilayah perencanaan

dapat dilihat pada Gambar 4.13.

3. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum

a. Skenario Pembagian Daerah Pelayanan

Pelayanan jaringan perpipaan yang dikelola PDAM untuk wilayah

perencanaan adalah termasuk dalam Wilayah Jembrana Bagian Barat.

Rencana daerah pelayanan SPAM Kabupaten Jembrana sangat tergantung

dari rencana pemanfaatan pengembangan sumber air baku dan potensi yang

bisa dikembangkan. Rencana pengembangan dan pemanfaatan air baku

untuk SPAM Kabupaten Jembrana yang melayani wilayah perencanaan

adalah rencana IPA Tukad Yeh Aya dengan sumber air baku adalah air

pemukaan Tukad Yeh Aya.

Page 56: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.13 Rencana Jaringan Telekomunikasi

Page 57: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

b. Rencana Zona Pelayanan

Sistem penyediaan air minum Kabupaten Jembrana untuk melayani daerah

pelayanan dengan jangka waktu 15 – 20 tahun mendatang, dibagi dalam

beberapa zone wilayah pelayanan, salah satunya adalah Wilayah Jembrana

Bagian Barat dengan daerah pelayanan mencakup pula wilayah Kelurahan

Gilimanuk.

Zona wilayah pelayanan air minum terdiri dari beberapa daerah pelayanan.

Dalam penentuan daerah pelayanan air minum sangat tergantung dari

kemampuan sistem penyediaan air minum (SPAM) dalam

mendistribusikannya. Pada unit SPAM memiliki beberapa reservoar

distribusi dengan beberapa daerah pelayanan. Sistem penyediaan air

minum (SPAM) yang melayani wilayah Kelurahan Gilimanuk adalah

SPAM IPA Tukad Aya dengan reservoar distribusi (RD) Tukad Aya.

Gambar 4.14Rencana Pemenuhan Alokasi Air Baku SPAM Unit Melaya

Page 58: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

c. Sistem Penyediaan Air Baku IPA Tukad Aya

Pemenuhan air baku melalui sistem IPA Tukad Aya ini untuk melayani

daerah pelayanan wilayah Jembrana Bagian Barat. Berdasarkan proyeksi

kebutuhan air, pemenuhan air baku pada sistem IPA Yeh Aya dengan

kapasitas 60 l/dt.

d. Rencana Tahap Pengembangan SPAM

Rencana program jangka pendek dalam penyediaan air baku di Unit

Kecamatan Melaya yang meliputi wilayah Jembrana bagian barat.

Adapun rencana penanganan pada program ini :

(1) Pengembangan dan pemanfaatan air permukaan Tukad Aya (IPA

Tukad Aya) yang potensial dan ramah lingkungan untuk

meningkatkan pelayanan di wilayah Jembrana Bagian Barat.

(2) Pemasangan pipa transmisi dari intake IPA sampai reservoar agar

diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

(3) Lanjutan Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama

(JDU) RD Mendoyo pada sistem Mata Pulesai dari reservoar

sampai rencana blok pelayanan.

(4) Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari

reservoar (RD) Melaya dan sampai rencana blok pelayanan.

(5) Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari

reservoar (RD Nusa sari) dan sampai rencana blok pelayanan.

(6) Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari

masing-masing blok layanan.

(7) Menjaga tingkat kebocoran sehingga setiap tahun menurun.

(8) Penyuluhan dan penyebaran informasi terhadap masyarakat

tentang penghematan pemakaian air untuk daerah

perkotaan/komersil.

Page 59: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Rencana program jangka menengah merupakan program lanjutan dari

program jangka pendek sehingga rencana pengembangan SPAM

Kabupaten Jembrana merupakan satu kesatuan yang utuh. Program

jangka menengah dalam penyediaan air bersih ini meliputi :

(1) Menjaga kapasitas produksi sumber air baku dan penyempurnaan

SPAM Unit Melaya dan eksisting.

(2) Pemasangan pipa transmisi dari intake IPA Tukad Yeh Aya

sampai reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang

tetap terjaga.

(3) Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari

reservoar sampai rencana blok pelayanan pada sistem IPA Tukad

Aya.

(4) Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari

masing-masing blok layanan.

(5) Penambahan kapasitas produksi sumber dan penyempurnaan pada

PAM Desa yang ada di Kecamatan Melaya.

(6) Peningkatan sistem jaringan pipa transmisi dan distribusi pada

pengelolaan PAM Desa yang ada di Kecamatan Melaya.

(7) Pemeliharaan dan pengoperasian PAMDES yang berkelanjutan.

e. Pengolahan Limbah dari IPA

Pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten

Jembrana direncanakan 2 (dua) unit IPA, salah satunya adalah IPA Tukad

Yeh Aya. Proses pengolahan buangan dari IPA, pihak pengelola harus

selalu memantau kualitas lumpur buangannya dan menganggarkan untuk

penanganannya. Beberapa metode pengolahan buangan dari proses IPA

antara lain sebagai berikut :

Pengentalan gravitasi, dimana lumpur-lumpurdari unit koagulasi

flokulasi, sedimentasi dan filtrasi dikentalkan terlebih dahulu melalui

proses pengasaman, pemisahan konsentrasi bahan padat limbah dan

pencampuran kapur sebelum dilakukan pengeringan dengan mesin

Page 60: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 14

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

pengering. Selanjutnya hasilnya dibuang sebagai buangan padat tak

berbahaya.

Proses buangan pengolahan IPA yang paling sederhana adalah sludge

draying bed system. Sistem ini mengendapkan lumpur pada tanah

terbuka dan dibiarkan mengering oleh panas matahari. Lumpur ini

dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Permasalahan pada

sistem ini membutuhkan lahan yang luas untuk proses pengeringan.

Lapisan pengering pasir, pasir dicampurkan pada buangan kemudian

dikeringkan selanjutnya dibuang dalam bentuk padatan.

Alternatif pilihan proses buangan rencana IPA sangat tergantung dari dana

untuk pembiayaan konstruksi, lahan di sekitar, dan standar operasi dan

pemeliharaan yang diterapkan oleh pihak pengelola SPAM.

Untuk lebih jelasnya skema dan rencana peningkatan jaringan SPAM

Kabupaten Jembrana yang melayani wilayah perencanaan dapat dilihat pada

Gambar 4.15 dan Gambar 4.16.

Page 61: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 62

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.15

Page 62: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

IV - 62

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 4.16Rencana Peningkatan Jaringan SPAM Kabupaten Jembrana Unit Melaya

Page 63: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

4. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase

Sistem drainase merupakan sistem yang berfungsi sebagai saluran pembuangan

air permukaan agar tidak ada genangan air. Dalam perencanaan pengembangan

sistem jaringan drainase pada suatu kawasan perencanaan, tidak dapat

dilakukan dengan hanya melihat kondisi dan potensi internal kawasan tersebut

secara tersendiri. Tetapi harus dilihat juga kondisi dan potensi dalam konteks

yang lebih luas (makro).

Jaringan drainase yang ada di Kelurahan Gilimanuk dipandang sebagai suatu

masalah yang penting, mengingat daerah ini langsung berbatasan dengan laut.

Rencana sistem drainase Kelurahan Gilimanuk secara hirarki distrukturkan

kedalam tiga tingkatan yaitu saluran drainase primer, sekunder dan tersier.

Saluran drainase primer merupakan saluran pembuangan akhir yang berupa

sungai yang melalui lokasi perencanaan. Saluran drainase sekunder adalah

saluran pengumpul/kolektor yang mempunyai akses atau berhubungan

langsung ke saluran primer. Saluran ini lokasinya cenderung berada di

sepanjang jalan-jalan utama kota. Sedangkan saluran tersier adalah saluran

drainase yang ada pada sekunder.

Rencana pengembangan jaringan drainase sekunder berada di sepanjang jalan

arteri primer dan kolektor primer, sedangkan drainase tersier berada di

sepanjang jaringan jalan local dan lingkungan yang berada di zona perumahan

Bila disesuaikan dengan klasifikasi jalan, maka konsep dimensi penampang

saluran sekunder dan tersier adalah sebagai berikut :

a. Jalan arteri; lebar > 1,5 m dengan kedalaman

1,0 - 1,5 m

b. Jalan kolektor; lebar 0,8-1,5 m dengan

kedalaman 1,0 - 1,5 m

c. Jalan lokal primer; lebar 0,5-0,8 m dengan

kedalaman 0,5 - 1,0 m

Page 64: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

d. Jalan lokal sekunder; lebar 0,3-0,5 dengan

kedalaman 0,3 - 0,5 m

Saluran tersier sebaiknya diperkeras (pasangan mortar maupun cor beton).

Fasilitas saluran tersier menjadi kebutuhan bagi setiap keberadaan

permukiman. Saluran sekunder umumnya mengikuti pola jalan sebaiknya

sudah diperkeras dengan pemeliharaan secara berkala. Sedangkan saluran

primer berupa sungai (besar/kecil) yang bermuara ke laut. Sifat saluran

drainase dapat terbuka maupun tertutup. Untuk Kelurahan Gilimanuk

direncanakan dengan sistem terbuka, terutama untuk saluran drainase tersier

yang melayani lingkungan permukiman. Hal ini bertujuan untuk

mengoptimalkan fungsi saluran dan memudahkan perawatan serta

pemeliharaan saluran.

Rencana pengembangan sistem drainase di kawasan perencanaan dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Saluran diusahakan mengikuti kemiringan tanah yang ada sehingga air

hujan dapat dialirkan secara gravitasi.

b. Saluran primer diusahakan mengikuti saluran alam, sedangkan untuk

saluran sekunder akan mengikuti saluran alam dan saluran buatan dan

saluran tersier akan mengikuti pola jaringan jalan.

c. Sistem drainase dirancang untuk mengalirkan air hujan secepatnya

sehingga waktu pengaliran lebih pendek dan mengurangi kemungkinan

terjadinya genangan dalam waktu yang panjang.

d. Pemilihan sistem jaringan drainase yang akan dikembangkan didasarkan

pada karakteristik fisik daerah perencanaan dan jaringan jalan, jaringan

irigasi serta prasarana lainnya. Batasan-batasan yang perlu diperhatikan

dalam pemilihan sistem drainase adalah sebagai berikut :

Menghindari jalur-jalur yang menuntut pembebasan tanah atau

bangunan yang berlebihan.

Page 65: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada

sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi dan menghindari

pemompaan.

Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari

outfall yang direncanakan.

Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan sehingga

mengurangi penggunaan gorong-gorong.

Penertiban dan pengendalian saluran drainase agar tidak dijadikan

tempat pembuangan sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi

pendangkalan dan penyempitan saluran.

Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan, disamping

tetap mempertahankan sungai-sungai yang ada sebagai saluran primer

dan sekunder.

Mempertahankan ruang terbuka hijau (RTH) sesuai standar sehingga

memberikan peredaman terhadap beban limpasan/koefisien limpasan.

Penerapan sumur resapan untuk upaya konservasi air tanah.

5. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

Sampai saat ini Kelurahan Gilimanuk belum memiliki sistem jaringan

penyaluran air limbah perpipaan maupun Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL). Prasarana yang digunakan dalam pengelolaan air limbah antara lain

berupa jamban keluarga, mck dan saluran terbuka. Air limbah yang ditangani

oleh masyarakat/rumah tangga terbatas pada pembuangan dari wc/jamban

keluarga dengan ditampung dalam tangki septik atau cubluk maupun

pembuangan langsung ke saluran atau sungai terdekat tanpa melalui tangki

septik atau cubluk. Air bekas dapur dan kamar mandi disalurkan ke saluran

drainase atau dibuang ke lahan kosong.

Rencana pengembangan air limbah dilakukan untuk mengantisipasi

penangangan limbah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Page 66: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

sehingga dapat merusak lingkungan. Penanganan air limbah berlaku untuk

permukiman, fasilitas umum dan akomodasi wisata.

Sistem prasarana air limbah yang dapat diterapkan di Kelurahan Gilimanuk

adalah :

a. Sistem Setempat (On-site Sanitation) diterapkan pada daerah kepadatan

relatif rendah dengan menggunakan cubluk individual, cubluk komunal

(MCK) dan tangki septik yang dilengkapi bidang resapan, untuk :

Kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha;

Merupakan daerah dengan tingkat pendapatan rendah sampai

menengah;

Penyediaan air bersih sebagian dilayani oleh PDAM dan sumur

dangkal;

Daya serap tanah (permeabilitas tanah) antara 200 – 300 l/m2/hari;

Kedalaman muka air tanah antara 2 – 5 m dibawah permukaan tanah.

Jumlah unit on-site yang diperlukan diperkirakan sesuai dengan jumlah

rumah dan pelayanan terhadap penduduk, dimana setiap rumah harus

memiliki fasilitas tersebut. Penduduk yang tidak mampu mengadakan

fasilitas MCK, diatasi dengan adanya fasilitas MCK bersama dan Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) komunal/bersama.

b. Sistem Terpusat (Off-site Sanitation), diterapkan pada daerah kepadatan

penduduk relatif tinggi dengan pengolahan dilakukan pada Instalasi

Pengolahan Air Limbah. Diterapkan untuk :

Rumah-rumah yang sudah dilayani oleh PDAM;

Kepadatan penduduk > 200 jiwa/ha;

Tingkat pendapatan masayarakat sedang hingga tinggi;

Kedalaman muka air tanah antara 2 – 5 meter dari permukaan tanah;

Daya serap tanah (permeabilitas tanah) antara 60 – 120 l/m2/hari.

c. Pembuangan air limbah rumah tangga lain (cuci, mandi) masih dapat

dibuang ke saluran drainase yang ada mengingat limbah yang terkandung

Page 67: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

belum begitu besar dan dapat diuraikan.

d. Pada kawasan pelayanan yang memiliki karakterisitik kualitas dan

kuantitas air limbah yang sangat berbeda, dengan lingkungan sekitarnya,

diarahkan untuk memiliki sistem pengolahan dan pengelolaan secara

tersendiri (seperti : kawasan industri, rumah sakit, hotel, restoran dan

sebagainya).

Rencana sistem sanitasi terpusat yang berada di wilayah perencanaan akan

dilayani oleh IPAL Kawasan Perkotaan Gilimanuk yang direncanakan akan

dibangun untuk menampung timbulan air limbah yang diakibatkan

peningkatan kegiatan di Kawasan Perkotaan Gilimanuk terkait dengan

pengembangannya sebagai pusat kegiatan transportasi dan KDTWK.

6. Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan

Manajemen pengelolaan sampah di Kelurahan Gilimanuk dalam jangka waktu

20 tahun mendatang perlu diubah, yang pada mulanya hanya menggunakan

konsep mengangkut sampah, mulai perlu diterapkan konsep zero waste system.

Untuk dapat menangani persampahan dengan baik, maka perlu diperoleh

gambaran tentang proyeksi volume sampah di masa mendatang, sehingga

dengan demikian dapat diperkirakan bentuk dan keperluan penanganannya.

Tempat sampah yang disediakan di lingkungan perumahan dapat berupa bak

sampah konvensional yang tersebar di lingkungan perumahan.

Hasil proyeksi memperlihatkan bahwa volume sampah Kelurahan Gilimanuk

Tahun 2032 adalah sebesar 46,02 m3/jiwa/hari. Sistem pembuangan sampah

dilakukan dengan cara menampung pada bak-bak sampah yang berada pada

masing-masing unit bangunan, kemudian dengan menggunakan becak sampah

atau alat lainnya diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS)

yang berupa kotak kontainer (ditempatkan pada kawasan padat) dan TPS yang

berupa bak sampah (ditempatkan pada kawasan yang belum padat

penduduknya). Kontainer tersebut ditempatkan pada suatu lokasi yang

Page 68: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

strategis, mudah dalam pengangkutan, jauh dari hunian sehingga tidak

menimbulkan pencemaran, untuk selanjutnya diangkut dengan truk

pengangkut sampah menuju Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) untuk

ditangani dengan menggunakan sistem sanitary landfill (lihat Gambar ).

Page 69: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

Gambar 4.17. Sistem Pengumpulan Sampah

Gambar 4.18. Skema Pembuangan Sampah

Pada sistem sanitary landfill ini, sampah atau limbah padat yang dibuang

diatur pembuangannya pada lokasi yang telah disediakan (sel harian). Lokasi

ini telah dilengkapi lapisan kedap dengan ketebalan sekitar 15 - 30 cm dan

fasilitas drainase bawah permukaan. Sampah yang dibuang pada lokasi ini

dipadatkan dengan alat berat dan setiap harinya ditutup dengan tanah. Volume

sampah yang diangkut dari rumah-rumah penduduk dapat ditekan, khususnya

bagi penduduk yang memiliki halaman cukup luas dan mampu mengolahnya

sendiri menjadi kompos, dengan teknologi sederhana, misalnya melalui

penanaman sampah organik di dalam tanah, dengan dimensi dan peralatan

Page 70: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

tertentu yang relatif murah. Hal ini selanjutnya akan bermanfaat bagi upaya

penghijauan kota dan rehabilitasi lahan kota yang banyak mengalami

kerusakan.

a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumber

Perlunya menerapkan kegiatan pengurangan sampah pada sumbernya

melalui sistem 4R dalam pengelolaan sampahnya antara lain meliputi :

Reduce, mengurangi volume sampah. ini akan mampu mengurangi,

sampah dalam jumlah yang nyata.

Reuse, menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat

dipakai.

Recycle, mendaur ulang sampah sehingga dapat digunakan kembali.

Replace, mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih

tahan lama dan ramah lingkungan.

b. Pemanfaatan Kembali

Kegiatan pemanfaatan kembali sampah secara garis besar terdiri dari :

Pemanfaatan sampah organik, misalnya composting/pengomposan.

Pemanfaatan sampah anorganik.

Pemanfaatan kembali sampah anorganik secara langsung misalnya

pembuatan kerajinan yang berbahan baku barang bekas. Sementara,

pemanfaatan kembali sampah anorganik secara tidak langsung

misalnya dengan menjual barang bekas seperti botol, kaleng, koran

bekas kepada pengusaha.

c. Pemrosesan Sampah Menjadi Energi

Pemrosesan Sampah yang dilakukan adalah dengan

mentransformasikannya menjadi energi. Energi yang dihasilkan tersebut

digunakan untuk membangkitkan listrik. Kegiatan ini memerlukan

Page 71: Bab 4 Rencana Struktur Ruang_revisi

CV. TRI MATRA DISAIN

Konsultan Perencana Dan Pengawas

IV - 70

sarana, prasarana, teknologi, dan sumber daya manusia yang sesuai.

Proses sampah untuk energi dapat dilakukan pada :

Instalasi anaerobik/biogas plant

Insinerator